bab 2 landasan teori 2.1 teori umum 2.1.1 pengertian...

62
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Manulang (2004, p1), Manajemen mempunyai tiga arti, pertama manajemen sebagai suatu proses, yang kedua manajemen sebagai kolektivitas orang- orang yang melakukan aktivitas manajemen, dan yang ketiga manajemen sebagai sebuah seni dan sebagai suatu ilmu. Manajemen juga berarti memilih bagaimana mencari sumber-sumber manusia yang dipakai secara efektif untuk mencapai suatu tujuan yang dinyatakan. Manajemen sebagai suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Menurut Robbins dan Coulter (2005, p7), manajemen mengacu pada proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan kerja secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan sumber daya dalam kegiatan kerja secara efektif untuk mencapai tujuan organisasional secara efektif dan efisien. Menurut Robbins dan Coulter (2005, p7), terdapat empat jenis fungsi management adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan (planning) mencakup proses merumuskan sasaran, menetapkan suatu strategi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan menyusun rencana guna mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.

Upload: lamdat

Post on 05-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Pengertian Manajemen

Menurut Manulang (2004, p1), Manajemen mempunyai tiga arti, pertama

manajemen sebagai suatu proses, yang kedua manajemen sebagai kolektivitas orang-

orang yang melakukan aktivitas manajemen, dan yang ketiga manajemen sebagai sebuah

seni dan sebagai suatu ilmu. Manajemen juga berarti memilih bagaimana mencari

sumber-sumber manusia yang dipakai secara efektif untuk mencapai suatu tujuan yang

dinyatakan. Manajemen sebagai suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan

bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan organisasional

atau maksud-maksud yang nyata.

Menurut Robbins dan Coulter (2005, p7), manajemen mengacu pada proses

mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan kerja secara efisien dan efektif

dengan dan melalui orang lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses mengkoordinasikan

dan mengintegrasikan sumber daya dalam kegiatan kerja secara efektif untuk mencapai

tujuan organisasional secara efektif dan efisien.

Menurut Robbins dan Coulter (2005, p7), terdapat empat jenis fungsi

management adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan (planning) mencakup proses merumuskan sasaran, menetapkan

suatu strategi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan menyusun

rencana guna mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.

11

2. Mengorganisasikan (organizing) mencakup proses menentukan tugas mana yang

harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan, bagaimana tugas-tugas tersebut

dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa dan pada tingkat mana pengambilan

keputusan diambil.

3. Kepemimpinan (leading) mencakup proses memotivasi karyawan, mengarahkan,

menyeleksi saluran komunikasi yang paling efektif dan memecahkan suatu

masalah.

4. Pengawasan (controlling) mencakup kegiatan memantau aktivitas-aktivitas yang

ada untuk memastikan bahwa semua mencapai apa yang telah direncanakan dan

mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang signifikan.

2.1.2 Pengertian Sistem

Menurut O’Brien (2005, p29), sistem adalah sekelompok komponen yang saling

berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input

serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.

Sistem semacam ini (kadang disebut sebagai sistem dinamis) memiliki tiga

komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi:

1. Input melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang memasuki

sistem untuk diproses. Contohnya: bahan baku mentah, energi, data, dan usaha

manusia harus terjamin dan diatur untuk pemrosesan.

2. Proses melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi output.

Contohnya adalah proses manufaktur, proses bernafasnya manusia, atau perhitungan

matematika.

12

3. Output melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh proses

transformasi ke tujuan akhirnya. Contohnya: barang jadi, layanan oleh manusia dan

informasi manajemen harus dipindahkan ke para pemakainya.

2.1.3 Pengertian Data

Menurut Laudon dan Laudon (2003, p7), data adalah aliran fakta-fakta yang

belum diolah yang merepresentasikan kejadian yang terjadi dalam organisasi atau

lingkungan fisikal sebelum dikelola menjadi bentuk yang manusia dapat mengerti dan

gunakan.

Menurut McLeod (2004, p9-10), data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka

yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai.

Menurut Widayana (2005, p12), data merupakan fakta-fakta mentah, antara lain

berupa gambar, angka yang disajikan tanpa suatu konteks.

Menurut O’Brien (2005, p38), data adalah fakta/observasi mentah, yang biasanya

mengenai fenomena fisik/transaksi bisnis. Rincinya, data merupakan pengukuran

objektif atribut (karakteristik) dari entitas (manusia, tempat, barang, kejadian.)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa data adalah fakta/observasi mentah yang

menggambarkan objektif atribut (karakteristik) dari entitas organisasi (manusia, tempat,

barang, kejadian) yang belum memiliki konteks/arti yang dapat dimengerti dan

dimanfaatkan.

13

2.1.4 Pengertian Informasi

Menurut Laudon dan Laudon (2003, p7), informasi adalah data yang telah diolah

ke dalam bentuk yang telah memiliki arti dan guna bagi manusia.

Menurut McLeod (2004, p9-10), informasi merupakan data yang telah diproses

atau data yang memiliki arti, biasanya memberitahukan pengguna sesuatu yang belum

diketahuinya.

Menurut Widayana (2005, p13), informasi adalah data yang telah disusun dan

disertai dengan referensi terhadap suatu hubungan (konteks) yang mempunyai arti, untuk

membantu pengambilan keputusan.

Menurut O’Brien (2005, p38), informasi adalah data yang telah diubah menjadi

konteks yang berarti dan berguna (memberi nilai) bagi para pemakai akhir tertentu.

Pemrosesan informasi atau pemrosesan data melalui proses nilai tambah:

1. Bentuk yang agregat, telah dimanipulasi, atau diatur.

2. Isinya dianalisis dan dievaluasi.

3. Ditempatkan dalam konteks yang tepat untuk pemakainya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah, disusun

dan disertai dengan referensi terhadap suatu hubungan konteks, sehingga berarti dan

berguna (memberi nilai) memberitahukan sesuatu yang belum diketahui pemakai akhir

tertentu, untuk membantu pengambilan keputusan.

Kualitas dari suatu informasi, diperhatikan dari beberapa atribut dalam tiga

dimensi, antara lain:

1. Dimensi waktu, terdiri dari:

Timeliness : Informasi seharusnya tersedia ketika dibutuhkan.

14

Currency : Informasi seharusnya up-to date ketika disediakan.

Frequency : Informasi seharusnya disediakan sesering mungkin.

Time Period : Informasi dapat disediakan dalam waktu lalu, sekarang

dan waktu akan datang.

2. Dimensi isi, terdiri dari:

Akurat : Informasi seharusnya akurat, bebas dari kesalahan.

Relevan : Informasi seharusnya berhubungan dengan kebutuhan

informasi dari penerima khusus untuk situasi khusus.

Kelengkapan : Semua informasi yang dibutuhkan seharusnya disediakan.

Kepadatan : Hanya informasi yang dibutuhkan seharusnya disediakan.

Bidang : Informasi dapat memiliki bidang yang luas atau sempit.

Performance : Informasi dapat menyatakan performance dengan

penyelesaian aktivitas pengukuran, pengakumulasian

sumber daya.

3. Dimensi bentuk, terdiri dari:

Kejelasan : Informasi seharusnya disediakan dalam suatu bentuk

mudah dimengerti.

Detail : Informasi dapat disediakan dalam bentuk mendetail atau

ringkasan.

Order : Informasi dapat disusun dalam urutan yang ditetapkan.

Presentasi : Informasi dapat diwakilkan dalam bentuk narasi, angka,

grafik atau bentuk lain.

15

Media : Informasi dapat disediakan dalam bentuk dokumen,

penayangan video, atau media lainnya.

2.1.5 Pengertian Sistem Informasi

Menurut Laudon dan Laudon (2005, p8), sistem informasi adalah kumpulan dari

komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan,

memproses, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk mendukung proses

pengambilan keputusan, pengkoordinasian dan pengontrolan dalam sebuah organisasi.

Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari

orang-orang, hardware, jaringan komputer, dan sumber daya data yang mengumpulkan,

mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi teratur dari

orang-orang, hardware, jaringan komputer, dan sumber daya data yang saling

berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan

menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

Tiga peran penting yang dapat dilakukan sistem informasi untuk sebuah

perusahaan bisnis:

1. Mendukung proses dan operasi bisnis.

2. Mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya.

3. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi dari

hardware, software, jaringan komputer, dan sumber daya data yang saling terhubung

dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan serta menyebarkan

16

informasi untuk mendukung proses dan operasi bisnis, pengambilan keputusan, dan

penentuan strategi.

Dapat dikatakan bahwa kepuasan adalah kesenangan seseorang karena kinerja

dari produk sesuai dengan harapan. Dimensi-dimensi ini menjadi standar kinerja sistem

yang perlu dimasukan oleh para spesialis sistem informasi dalam rancangannya.

Dimensi-dimensi ini tetap dapat diterapkan baik pada sistem yang baru maupun pada

sistem yang berjalan. Berikut ini adalah dimensi yang akan dipakai untuk mengetahui

kualitas sistem guna menentukan tingkat kepuasan yaitu :

1. Akurasi

Kebenaran atas akses informasi yang berkenaan dengan laporan persediaan,

distribusi dan penjualan.

2. Output terpercaya

Output atau hasil dari program pengelolaan data persediaan, distribusi dan

penjualan dapat diandalkan.

3. Sesuai spesifikasi

Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan telah dirancang

sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

4. Kemudahan bagi pemakai (user friendly)

Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan sebaiknya

direncanakan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

5. Respon yang cepat

Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan dapat mersepon

dengan cepat setiap perintah dari pemakai.

6. Relevan

17

Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan dirancang agar

berkaitan dengan kebutuhan pemakai.

7. Memenuhi semua kebutuhan pemakai

Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan dirancang untuk

memenuhi semua kebutuhan pemakai.

8. Tidak ada downtime

Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan dirancang agar dapat

lebih menghemat waktu.

9. Tepat waktu

Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan menghasilkan

informasi yang dibutuhkan dengan tepat waktu.

10. Perubahan mudah dilakukan

Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan dirancang agar dapat

dengan mudah ditambah atau dikurangi modul-modul tambahan.

2.1.6 Pengertian Sistem Informasi Manajemen

Menurut Laudon dan Laudon (2003, p43), Sistem Informasi Manajemen adalah

Sistem Informasi pada tingkat fungsi manajemen dengan menyediakan laporan-laporan

untuk manajer atau dengan akses langsung ke dalam kegiatan terakhir dan data-data

sebelumnya.

Menurut McLeod (2004, p259), Sistem Informasi Manajemen didefinisikan

sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa

pemakai dengan kebutuhan yang serupa.

18

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Manajemen adalah suatu sistem

informasi berbasis komputer yang menyediakan informasi pada tingkat fungsi

manajemen dengan menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan

serupa berupa laporan-laporan atau dengan akses langsung ke dalam kegiatan terakhir

dan data-data sebelumnya.

2.1.7 Pengertian Analisis Sistem

Menurut O’Brien (2005, p518), Analisis sistem (system analysis) adalah studi

mendalam mengenai informasi yang dibutuhkan oleh pemakai akhir yang menghasilkan

persyaratan fungsional (fungsional requirement) yang digunakan sebagai dasar untuk

perancangan sistem informasi baru. Analisis sistem mendeskripsikan apa yang harus

dilakukan oleh sistem untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai.

Tahap analisis sistem meliputi:

1. Analisis organisasi merupakan langkah awal dalam analisis sistem. Analisis

organisasi meliputi struktur manajemen, orang-orang yang terlibat di dalamnya,

aktivitas bisnis, sistem lingkungan terkait, dan sistem informasi terbaru.

2. Analisis sistem yang sudah ada, termasuk hardware, software, jaringan, dan

sumber daya manusia untuk mengubah sumber data, sepreti data transaksi ke

produk informasi, seperti laporan dan tampilan.

3. Analisis persyaratan fungsional merupakan persyaratan informasi pemakai akhir

yang tidak berkaitan dengan hardware, software, jaringan, data, dan sumber daya

manusia yang saat ini digunakan oleh pemakai akhir atau akan digunakan dalam

sistem yang baru dengan diawali tahap penganalisaan kebutuhan informasi bisnis

19

(Contoh: format, volume, frekuensi, kemampuan pemrosesan informasi termasuk

input, proses, output, penyimpanan, dan pengendalian).

2.1.8 Pengertian Perancangan Sistem

Menurut O’Brien (2005, p521), Perancangan sistem (system design) merupakan

aktivitas perancangan yang menghasilkan spesifikasi sistem yang memenuhi persyaratan

fungsional yang dikembangkan dalam proses analisis sistem.

Perancangan sistem terdiri dari tiga aktivitas:

1. Perancangan interface pemakai

2. Perancangan data

3. Perancangan proses

Desain layar, bentuk, laporan Desain stuktur elemen data Desain program dan prosedu

dan dialog.

Gambar 2. 1Desain Sistem

Sumber: O’Brien (2005, p251)

2.1.9 Manajemen Strategis

Menurut David (2006, p5), Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni

dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas

fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Tujuan manajemen

Perancangan Data

Perancangan Proses

Perancangan Interface Pemakai

20

strategis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda

unuk masa mendatang, perencanaan jangka panjang, sebaliknya, mencoba untuk

mengoptimalkan tren sekarang untuk masa mendatang.

Proses manajemen Strategis terdiri atas tiga tahap:

1. Formulasi strategi

Proses formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi

peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan

internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan

memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.

2. Implementasi strategi

Implementasi strategi mengisyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan,

membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya

sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan (memobilisasi

karyawan untuk menempatkan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan).

3. Evaluasi strategi

Tiga aktivitas yang menjadi dasar evaluasi strategi adalah:

1) Meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini.

2) Mengukur kinerja

3) Mengambil tindakan korektif.

Teknik perumusan-strategi yang penting dapat diintegrasikan ke dalam kerangka

kerja pengambilan keputusan tiga tahap, yaitu:

21

1. Tahap 1 merupakan tahap input, yang terdiri atas Matriks EFE, Matriks IFE, dan

Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile Matrix-CPM). Pada tahap 1,

informasi dasar yang dibutuhkan dalam strategi diperingkas.

2. Tahap 2 merupakan tahap pencocokan, yang mencakup Matriks Kekuatan-

Kelemahan-Peluang-Ancaman (Matriks SWOT - Strength, Weakness, Opportunity,

Threat ), Matriks Evaluasi Tindakan dan Posisi Strategi (Matriks SPACE-Strategic

Posistion and Action Evaluation), Matriks Boston Consulting Group (BCG), Matriks

Internal-Eksternal (IE), dan Matriks strategi besar (Grand Strategy). Pada tahap 2,

penciptaan alternatif strategi dicocokan dengan faktor eksternal dan internal kunci.

3. Tahap 3 merupakan tahap keputusan, yang melibatkan strategi tunggal dengan

menggunakan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM- Quantitative

Strategic Planning Matrix).

Manfaat utama manajemen strategis adalah membantu organisasi

memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih

sistematik, logis, dan rasional untuk pilihan strategi. Dengan kata lain, manajemen

strategis memungkinkan suatu oraganisasi untuk proaktif dalam membentuk masa

depannya, memungkinkan perusahaan untuk menilai dan mempengaruhi (bukan hanya

merespon terhadap) aktivitas.

Proses manajemen strategis didasarkan pada kepercayaan bahwa organisasi

seharusnya secara terus-menerus memantau kejadian di lingkungan internal dan

eksternal serta tren sehingga perubahan yang cepat dapat dibuat ketika diperlukan.

E-business, E-commerce dan globalisasi adalah perubahan eksternal yang

mentransformasi bisnis dan masyarakat saat ini. Semakin banyak perusahaan mendapat

keunggulan kompetitif dengan menggunakan internet untuk menjual secara langsung

22

dan untuk berkomunikasi dengan pemasok, pelanggan, kreditor, partner, pemegang

saham, klien, kompetitor yang tersebar di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan, dengan

adanya E-business dan E-commerce akan meminimalkan pengeluaran, waktu terbuang,

jarak, dan ruang untuk menjalankan bisnis, sehingga menghasilkan pelayanan pelanggan

yang lebih baik, efisiensi, perbaikan produk, dan profitabilitas yang lebih tinggi.

2.1.10 Pengertian Internet dan World Wide Web

Menurut Purbo, 1998 (Dewanto, 2004, p2), “Interconnected Network” atau yang

lebih popular dengan sebutan internet adalah sebuah sistem komunikasi global yang

menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia.”

Menurut McLeod Jr, Schell dan George P. (2004, p264), Internet adalah

kumpulan jaringan komputer yang terbesar di dunia, dimana pada setiap jaringan

komputer tersebut terdiri dari kumpulan jaringan yang lebih kecil. Internet merupakan

jaringan komunikasi global yang menghubungkan jutaan komputer di dunia.

World Wide Web merupakan informasi yang dapat diakses melalui internet

dimana dokumen-dokumen hypermedia (file-file komputer) disimpan dan dapat diambil

kembali dalam skema penempatan yang unik. Hypermedia adalah multimedia yang

terdiri dari teks, grafik, audio, dan video.

Menurut O’Brien (2005, p261), Internet adalah jaringan komputer yang tumbuh

cepat dan terdiri dari jutaan jaringan perusahaan, pendidikan, serta pemerintah yang

menghubungkan ratusan juta komputer serta pemakainya di lebih dari 200 negara.

World Wide Web adalah jaringan multimedia situs internet global untuk

informasi, pendidikan, hiburan, e-business, dan e-commerce.

23

Jadi, dapat disimpulkan bahwa internet adalah jaringan komunikasi global yang

terdiri dari jutaan jaringan perusahaan, pendidikan, serta pemerintah yang

menghubungkan jutaan komputer di dunia. Dan World Wide Web adalah jaringan

hypermedia yang berisi informasi, pendidikan, hiburan, e-business, dan e-commerce

yang dapat diakses melalui internet.

Menurut Ustadiyanto (2002, p15-21) Internet mempunyai keistimewaan dan

keunggulan dibandingkan media-media lainnya. Keistimewaan dan keunggulan tersebut

adalah:

1. Banyak orang salah menilai tentang Internet

Internet dinilai sebagai barang mewah dan berlebihan, yang hanya cocok untuk

perusahaan besar dalam memberikan pelayanan kepada orang-orang kelas atas,

Internet sesungguhnya lebih efisien dan ekonomis bila dibandingkan dengan media-

media lainnya.

2. Tanpa batasan

Salah satu kendala bagi media cetak adalah masalah dalam penyebaran, selain

menuntut biaya tambahan, juga membutuhkan waktu yang lama. Internet tidak

mengenal batas negara, jadi waktu relatif singkat, informasi dapat disebarkan ke

seluruh penjuru dunia.

3. Online 24 jam

Salah satu kelemahan media semacam radio dan televisi adalah jasa informasi yang

ditayangkan hanya berlangsung selama jam siaran, Internet adalah media yang

berlangsung selama 24 jam, ini berarti kapanpun seseorang user memerlukan

informasi, ia dapat langsung mengunjungi situs suatu perusahaan.

4. Interaktif

24

Hampir semua media yang telah dipakai merupakan media yang menyajikan

informasi satu arah, dimana seseoang tidak memiliki peluang untuk ikut ambil

bagian di dalamnya, namun akan memerlukan waktu yang relatif lama. Internet

merupakan media interaktif yang memungkinkan seorang user untuk berpartisipasi

kapanpun.

5. Hyperlink

Informasi dalam internet bisasanya tersaji dalam bentuk hyperlink. Ini berarti user

dapat berpindah dari satu informasi ke informasi lain baik yang mempunyai kaitan

secara langsung maupun tidak langsung.

6. Tidak membutuhkan ijin khusus

Untuk dapat menayangkan informasi di Internet, tidak diperlikan adanya surat ijin.

Tidak diperlukannya surat ijin bukan berarti informasi yang diterbitkan menjadi liar,

kalau ada pihak yang merasa dirugikan dengan pemberitaan surat kabar, majalah,

buku maupun internet, maka ia dapat melancarkan gugatan melalui proses peradilan

yang sah yang berlaku dalam satu negara hukum.

7. Tidak ada sensor

Hingga sekarang belum ada satu badan pun di dunia ini yang berwenang resmi untuk

menyensor informasi dalam internet. Kebebasan untuk berbicara, berekspresi, dan

mengeluarkan berita mengakar kuat dalam masyarakat internet.

2.1.11 Pengertian E-business

Menurut Ross (2003, p50), e-business adalah semua aktivitas dalam hubungan

bisnis antar partner bisnis yang dilakukan melalui internet. Hubungan bisnis tersebut

mencakup transaksi elektronik, dokumentasi, dan fungsi pengiriman (transfer) yang

25

dapat dilakukan dengan menggunakan EDI (electronic data interchange) atau media

berbasis Web lainnya.

Menurut O’Brien (2005, p314), e-business adalah penggunaan internet dan

jaringan serta teknologi informasi lainnya untuk mendukung e-commerce, komunikasi,

dan kerja sama perusahaan, dan berbagai proses yang dijalankan melalui Web, baik

dalam jaringan perusahaan maupun dalam para pelanggan serta mitra bisnisnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa E-business adalah penggunaan internet dan

jaringan serta teknologi informasi lainnya untuk mendukung semua aktivitas antar

partner bisnis.

Teknologi berbasis web, memungkinkan perusahaan untuk mengurangi

redudansi dan biaya yang berlebihan dari proses bisnis yang ada serta meningkatkan

kualitas pelayanan terhadap konsumen dan integrasi rantai pasokan (supply chain).

2.1.12 Pengertian Persediaan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004, p14), Persediaan adalah aktiva

yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi atau

dalam perjalanan, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk

digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Persediaan meliputi barang yang

telah dibeli dan disimpan utnuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi

yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi

perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses

produksi.

Menurut Assauri (2004, p169), Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi

barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha

26

yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses

produksi, ataupun persediaan barang atau bahan baku yang menunggu penggunaannya

dalam suatu proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan atau

barang-barang, parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat

dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang

disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.

Secara praktis, semua hal atau barang-barang yang sifatnya berwujud, termasuk

kelompok persediaan ini pada suatu saat atau saat lainnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk

dijual dalam suatu periode normal, atau untuk digunakan dalam proses produksi atau

dalam dalam pengerjaan proses produksi.

Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa

cara. Persediaan dapat dilihat dari fungsinya dan dilihat dari jenis dan posisi bahan atau

barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk.

Dilihat dari fungsinya:

1. Batch Stock atau Lot Size Inventory, merupakan persediaan yang diadakan karena

perusahaan membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah

yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi, dalam hal ini

pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar, sedangkan

penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil.

2. Fluctuation Stock, merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi

permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan

mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila

tingkat permintaan menunjukkan keadaaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan

27

fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi, apabila terdapat

fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini (fluctuation stock)

dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan

tersebut.

3. Anticipation Stock, merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang

terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan

permintaan yang meningkat. Di samping itu, anticipation stock dimaksudkan pula

untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan atau barang-barang

sehingga tidak mengganggu jalannya produk atau menghindari kemacetan produksi.

Dilihat dari jenis dan posisi bahan atau barang tersebut di dalam urutan

pengerjaan produk:

1. Persediaan bahan baku (raw material stock), adalah semua bahan yang dipergunakan

dalam perusahaan pabrik, kecuali terhadap bahan-bahan yang secara fisik akan

digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan pabrik tersebut.

2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts atau components

stock), adalah persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari

perusahaan lain, yang dapat secara langsung dirakit atau dipasang dengan parts lain,

tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies

stock), adalah persediaan bahan-bahan atau barang-barang yang diperlukan dalam

proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan

dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen

dari barang jadi.

28

4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process atau

progress stock) adalah barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi

masih memerlukan proses lebih lanjut lagi di pabrik itu sehingga menjadi barang jadi

yang sudah siap untuk dijual kepada konsumen atau pelanggan.

5. Persediaan barang jadi (finished goods stock) adalah barang-barang yang telah

selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan

atau perusahaaan lain.

Unsur-unsur biaya dalam persediaan dapat digolongkan menjadi:

1. Biaya pemesanan(ordering cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan

dengan pemesanan bahan-bahan atau barang-barang dari penjual, sejak dari pesanan

(order) dibuat dan dikirim ke penjual, sampai bahan-bahan atau barang-barang

tersebut dikirim dan diserahkan atau diinspeksi di gudang atau di daerah pengolahan

(process area). Besarnya biaya yang dikeluarkan tidak tergantung pada besarnya

atau banyaknya bahan atau barang yang dipesan. Yang termasuk biaya pemesanan

ini adalah:

1) Biaya administrasi pembelian dan penempatan order (cost of placing order).

1) Biaya pengangkutan atau bongkar muat (shipping and handling cost)

2) Biaya penerimaan

3) Biaya pemeriksaan

2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying costs) adalah biaya-

biaya yang meliputi seluruh pengeluaran akibat adanya sejumlah persediaan dan

disebut juga dengan biaya mengadakan persediaan (stock holding costs). Biaya ini

berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang selalu terdapat di gudang,

sehingga besarnya biaya ini bervariasi tergantung dari besar kecilnya rata-rata

29

persediaan yang ada. Biasanya inventory carrying costs ditentukan sebagai suatu

persentase (%) dari nilai uang dari persediaan tersebut per unitnya dalam satu tahun.

Yang termasuk dalam biaya ini adalah:

1) Biaya pergudangan (storage costs) yang terdiri dari:

Biaya asuransi persediaan,

Pajak kekayaan atas investasi dari persediaan rata-rata dalam satu tahun.

Penghapusan dan resiko-resiko akibat persediaan ketinggalan jaman atau

menjadi tua, mengalami kerusakan, kerugian, dan penurunan nilai atau harga

barang dalam persediaan (depreciation and obselence).

2) Bunga atas modal yang diinvestasikan dalam inventory untuk mengganti biaya

(cost of capital tied up) yang timbul karena hilangnya kesempatan untuk

menggunakan modal tersebut dalam investasi lain (cost of income for investment

opportunity).

3) Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs) adalah biaya-biaya yang timbul

akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil daripada jumlah yang diperlukan,

seperti kerugian atau biaya-biaya tambahan yang diperlukan karena seorang

pelanggan meminta atau memesan suatu barang, sedangkan barang yang

dibutuhkan tidak tersedia. Selain daripada itu, dapat pula merupakan biaya-biaya

yang timbul karena akibat pengiriman kembali pesanan (order) tersebut

4) Biaya yang berhubungan dengna kapasitas (capacity associated costs) adalah

biaya-biaya yang terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas,

atau bila terlalu sedikitnya kapasitas yang digunakan pada suatu waktu tertentu,

seperti:

a. Biaya kerja lembur

30

b. Biaya latihan

c. Biaya pemberhentian kerja

d. Biaya pengangguran (idle time)

2.1.13 Pengertian Supply chain

Menurut Ross (2003, p14), Supply chain adalah semua aktivitas yang

berhubungan dengan arus dan transformasi produk dari bahan mentah hingga

pendistribusian kepada pengguna akhir, serta terkait erat dengan arus informasi, baik

arus hilir (dari dan kepada supplier) maupun arus hulu (dari dan kepada konsumen).

Menurut Indrajit (2006, p5), Supply chain adalah suatu sistem tempat organisasi

menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini

merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai

tujuan yang sama.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa supply chain adalah semua aktivitas yang

berhubungan dengan arus dan transformasi produk dari bahan mentah hingga

pendistribusian kepada pengguna akhir antar organisasi yang saling berhubungan dan

mempunyai tujuan yang sama.

2.1.14 Pengertian Supply chain Management

Menurut Simchi-Levi (2003, p1), Supply chain Management adalah sekumpulan

pendekatan yang digunakan untuk menginterasikan pemasok, manufaktur, gudang, dan

toko sehingga barang dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas tepat, ke lokasi

yang tepat, dan pada waktu yang tepat, dengan tujuan meminimalkan biaya keseluruhan

sistem serta memenuhi tingkat layanan yang dibutuhkan.

31

Menurut Ross (2003, p14) Supply chain Management didefinisikan sebagai

integrasi dari aktivitas supply chain melalui peningkatan hubungan dalam supply chain,

untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.

Menurut Chopra dan Meindl (2004, p6), Supply chain Management adalah

manajemen arus informasi, produk, atau keuangan yang berkaitan dengan biaya-biaya di

dalam supply chain.

Menurut O’Brien (2005, p332), Supply chain Management (SCM) adalah sistem

antar perusahaaan lintas fungsi yang menggunakan teknologi informasi untuk membantu

mendukung serta mengelola berbagai hubungan antara beberapa proses bisnis utama

perusahaan dengan pemasok, pelanggan, serta para mitra bisnis.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Supply chain Management adalah sistem antar

perusahaan lintas fungsi yang mendukung dan mengelola hubungan dengan pemasok,

pelanggan, serta mitra bisnis terkait dengan manajemen arus informasi, produk, atau

keuangan sehingga proses transformasi produk dan pendistribusiannya memiliki

kuantitas yang tepat, ke lokasi yang tepat, serta waktu yang tepat, dengan tujuan

meminimalkan biaya keseluruhan sistem serta memenuhi tingkat layanan perusahaan.

Tujuan SCM adalah: untuk menciptakan jaringan yang cepat, efisien, dan

berbiaya rendah, untuk membuat produk perusahaan beranjak dari konsep menuju

pasokan. Setiap rantai pasokan harus menambah nilai bagi produk atau jasa yang

dihasilkan perusahaan, sehingga seringkali disebut sebagai rantai nilai (value chain).

2.1.15 Pengertian e-Supply chain Management

Menurut Ross (2003, p18), e-Supply chain Management adalah filosofi

manajemen strategis dan taktis yang ditujukan untuk menginteraksikan gabungan

kapasitas produktif dan sumber daya lainnya dalam suatu sistem jaringan pemasok

32

(supply channel system) melalui teknologi internet, untuk pencarian solusi yang inovatif

dan sinkronisasi kemampuan jaringan, dan untuk menciptakan nilai tambah bagi

konsumen.

Perbedaan antara dengan e-SCM bukan hanya sekedar perbedaan pemanfaatan

teknologi internet saja, tetapi juga perubahan fundamental / konsep supply channel itu

sendiri. Dimana, SCM berfokus pada optimalisasi arus produk dan informasi, sedangkan

e-SCM yang merupakan supply channel berbasis Web berfokus pada penambahan nilai

bagi konsumen (baik konsumen internal maupun ekstenal).

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Lima Unsur Utama Rekayasa SCM

Dalam merekayasa ulang SCM di perusahaan, Cohen dan Roussel (Said, 2006,

p11-16) mengusulkan lima hal penting, yaitu:

1. Tetapkan SCM sebagai aspek strategis bagi perusahaan

2. Kesalahan yang umumnya terjadi dalam implementasi SCM adalah penerapan SCM

langsung pada level operasional tanpa memahami betul strategi organisasi secara

keseluruhan.

3. Rancang proses SCM dari ujung ke ujung

Salah satu perbedaan SCM dengan manajemen logistik adalah aspek integrasi dari

ujung ke ujung, rancangan pola aliran informasi dan barang harus mencakup dari

supplier hingga konsumen akhir. Sehingga perusahaan bisa memetakan dengan baik

proses mana yang dapat menyebabkan biaya tinggi atau proses mana yang

menyebabkan waktu paling lama (bottleneck).

33

4. Rancang struktur organisasi SCM

Merancang struktur organisasi SCM berarti memperjelas eksistensi SCM di dalam

perusahaan, bukan sebagai ‘tools’ di luar sistem organisasi, karena SCM seharusnya

terintegrasi di dalam operasional perusahaan.

5. Kembangkan model kolaborasi yang tepat

Agar dapat mengembangkan kolaborasi yang tepat maka pemilihan mitra sangatlah

penting. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih mitra adalah posisi strategik

mitra, kecocokan teknologi operasi, kecocokan budaya organisasi, dan kecocokan

teknologi. Dalam kolaborasi perlu diperhatikan: kolaborasi internal yang kuat

sebelum melakukan kolaborasi dengan pihak luar, seberapa luas dan dalam

kolaborasi yang akan dilakukan, kemungkinan manfaat yang dapat diperoleh, serta

kerugian yang mungkin terjadi.

6. Gunakan alat ukur kinerja yang tepat.

Ciri-ciri alat ukur SCM yang baik adalah: terhubung dengan strategi organisasi,

seimbang dan komprehensif, penetapan target sebanding dengan situasi internal

maupun eksternal, target bersifat agresif namun dapat dicapai, dapat dimonitor

dengan mudah, dapat digunakan untuk peningkatan produktivitas berkelanjutan, dan

dilaksanakan melalui rencana implementasi formal.

2.2.2 Ciri-ciri SCM

Menurut Lee (Said, 2006, p16-17), SCM bercirikan tiga A, yaitu:

1. Agilility berarti SCM selain hemat juga lincah dalam merespon setiap perubahan

terutama yang jangka pendek. Agility bisa dicapai apabila informasi dikelola secara

34

lebih terbuka, sehingga perubahan lebih mudah terdeteksi dan dipahami oleh semua

pihak dalam alur SCM secara cepat.

2. Adaptability berarti SCM harus dapat disesuaikan dengan trend yang sedang terjadi

di pasar ataupun pasar baru.

3. Alignment berarti SCM harus dibangun berdasarkan integrasi yang kuat baik

internal maupun eksternal.

2.2.3 Kriteria sukses SCM

Menurut Cohen dan Roussel (Said, 2006, p20-34) terdapat empat kriteria sukses

SCM:

1. Sesuai dengan strategi bisnis.

SCM harus disesuaikan dengan strategi bisnis organisasi bukan hanya dengan bagian

logistik dari organisasi. Apakah organisasi tersebut memiliki strategi bisnis: efisiensi

biaya yang umumnya digunakan di industri retail, consumer goods, atau distributor.

Atau organisasi memiliki strategi bisnis yang terkait dengan inovasi produk baru

seperti perusahaan telepon genggam. Atau organisasi memiliki strategi bisnis:

pelayanan prima bagi pelanggan seperti rumah sakit. Atau organisasi memiliki

strategi bisnis yang mengutamakan kualitas, seperti industri makanan dan minuman.

2. Sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Dengan mengetahui kebutuhan konsumen dan dirancang sesuai prioritas kebutuhan

konsumen. Contoh: Apabila konsumen membutuhkan kecepatan, SCM dirancang

dengan mengutamakan kecepatan.

35

3. Sesuai dengan power position.

Kekuatan tawar-menawar dapat didukung dengan tawaran kerja sama jangka

panjang yang saling menguntungkan, seperti promosi bersama, sehingga kelancaran

SCM lebih terjamin.

4. Adaptif

SCM dapat disesuaikan dengan perubahan yang terjadi seperti perubahan terknologi,

lingkungan bisnis, basis kompetisi, lingkup usaha dan terjadinya akuisisi/merger.

Tabel 2. 1 Kriteria sukses SCM

1. Sesuai dengan strategi bisnis

Biaya, Inovasi, Pelayanan, Kualitas

2. Sesuai dengan kebutuhan konsumen

Mendengarkan suara konsumen

Kebutuhan antar segmen pasar berbeda

Amati Perubahan kebutuhan konsumen secara periodik

3. Sesuai dengan power position

Lihat skala operasi dan kekuatan merek

Lakukan dialog dan titik optimal terbaik bagi konsumen.

Fokus pada konsumen akhir dan cari peluang kerja sama.

4. Adaptif

Teknologi, lingkup usaha, basis teknologi, akuisisi dan merger.

Sumber: Cohen dan Roussel (Said, 2006, p20-34)

36

2.2.4 Karakteristik e-SCM

Menurut Ross (2003, p19-26), karakteristik e-SCM terdiri dari:

1. e-SCM menciptakan pandangan baru mengenai fungsi informasi dalam supply chain.

Dimana, internet memungkinkan pengumpulan, pencarian, dan pengontrolan atas e-

information dimana pun dan kapan pun.

2. e-SCM memungkinkan perusahaan untuk memenangi persaingan dengan memperat

hubungan antar partner bisnis. Dengan adanya e-SCM, kolaborasi dengan partner

bisnis lebih mudah dilakukan (tanpa adanya batasan waktu dan tempat serta integrasi

sistem yang mendukung operasional masing-masing perusahaan).

3. Sinkronisasi supply chain yang mengutamakan kecepatan dan ketepatan e-

information dari supplier hingga konsumen.

2.2.5 Komponen e-SCM business systems

Komponen e-SCM business systems saat ini mencakup empat produk software,

yaitu:

1. EBS (Enterprise Business Systems), yaitu software yang memungkinkan optimalisasi

rantai nilai internal perusahaan, dengan mengintegrasikan sistem internal

perusahaan. EBS tetap menjadi tulang punggung (backbone) dalam e-SCM karena

EBS mencakup fungsi transaksi dan informasi perusahaan. Contoh software EBS

yang digabungkan dengan teknologi berbasis web adalah SCP (Supply chain

Planning)-APS (Advance Planning Systems) yang menggantikan fungsi-fungsi

MRP, E-procurement yang menggantikan fungsi pembelian persediaan manual,

CRM yang menjadi pusat layanan konsumen.

37

2. EDI (Electronic Data Interchange), yang berfungsi untuk transfer data transaksi

masih banyak digunakan dan menjadi bagian penting dalam e-SCM saat ini. Namun,

dalam beberapa periode terakhir, sosialisasi pertukaran data melalui XML mulai

digencarkan.

3. Aplikasi berbasis Web (Web-based Application)

Aplikasi berbasis Web memungkinkan penggabungan tiga area utama dalam e-SCM

saat ini, yaitu area konsumen, area supplier, dan area internal perusahaan.

4. Middleware

Software middleware dapat digunakan untuk membantu sistem yang berbeda untuk

bekerja sama.

2.2.6 Pembangunan e-Supply Chain Management

Langkah awal dalam pembangunan e-Supply chain Management adalah tahap

pendahuluan (Preliminary Steps), yaitu:

1. Mempersiapkan organisasi

Pihak yang paling berperan dalam tahap ini adalah top manajemen perusahaan. Pada

tahap ini organisasi dipersiapkan agar dapat menerima perubahan yang direncanakan

oleh perusahaan.

2. Mempersiapkan visi perusahaan

Penyusunan visi perusahaan yang dapat menjamin adanya kesadaran para eksekutif

berkaitan dengan kesadaran akan pentingnya e-business bagi perusahaan.

3. Mengevaluasi nilai dari supply chain

Tahap ini merupakan tahap yang akan mempengaruhi insitatif bisnis, pengaturan

proses bisnis perusahan serta penyusunan strategi perusahaan. Pada tahap ini, supply

38

chain perusahaan dievaluasi secara mendetail, apa saja nilai yang dihasilkan dari

supply chain tersebut.

Gambar 2. 2 Tahap-tahap pembangunan e-SCM

Sumber : Ross ( 2003, p131,139)

4. Mengidentifikasi peluang

Tahap selanjutnya adalah pengidentifikasian peluang terhadap supply chain yang

ada, seperti: proses apa saja yang penting dan dapat dikelola untuk penambahan

nilai, proses apa saja yang dapat dihilangkan atau dikurangi untuk meningkatkan

Tahap pendahuluan:

Penstrukturisasian strategi bisnis e-SCM:

Mempersiapkan organisasi

Mempersiapkan visi perusahaan

Mengevaluasi nilai dari supply chain

Mengidentifikasi peluang

Keputusan strategis

Usulan nilai bisnis

Portofolio Nilai

Ruang Lingkup Kolaborasi

Manajemen sumber daya

Manajemen perkembangan

39

efisiensi dan efektifitas supply chain itu sendiri, proses mana yang memiliki resiko

tinggi/rendah serta proses mana yang memiliki manfaat yang besar/kecil.

5. Keputusan strategis

Pada tahap ini, akan dilakukan analisis perusahaan secara keseluruhan dilanjutkan

dengan penyusunan strategi yang mencakup aplikasi berbasis web dan menyediakan

suatu cara baru dalam penciptaan nilai tambah bagi konsumen dan peningkatan

keunggulan kompetitif perusahaan.

Setelah tahap pendahuluan dilakukan, selanjutnya perusahaan dapat melakukan

penstrukturisasian strategi bisnis e-SCM, yaitu melalui tahap:

1. Usulan nilai bisnis (business value proposition)

Pada tahap ini, dilakukan penyesuaian antara nilai yang diharapkan melalui strategi

yang sudah terbentuk, dengan teknologi berbasis web yang akan dibangun.

2. Portofolio nilai (value portfolio)

Value portfolio mencakup: perancangan cara pendistribusian produk dan jasa,

pengkonsepan ide web dari hulu ke hilir, perancangan yang dapat memberikan nilai

tambah bagi konsumen dan meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan.

3. Ruang lingkup kolaborasi (scope of colaboration)

Strukturisasi ruang lingkup kolaborasi mencakup:

a. Pertimbangan dimensi kolaborasi, pengkajian ulang sistem berkaitan dengan

dimensi vertikal (penyediaan barang/jasa dari hulu ke hilir) dan horizontal

(hubungan antar partner bisnis ) yang hendak dicapai.

b. Penentuan kekuatan kolaborasi

40

Kekuatan kolaborasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: kolaborasi lemah

(menjamin ketersediaan informasi bagi partner bisnis) dan kolaborasi kuat

(adanya peleburan proses bisnis dan tujuan antar perusahaan).

c. Penentuan level teknis

Ada 4 level teknis yang dapat digunakan untuk mendukung strategi kolaborasi:

i. Non-internet technology

Pada level teknis ini, pertukaran data dengan partner bisnis dilakukan melalui

EDI, fax, atau telepon.

ii. Visibility

Pada level teknis ini, perusahaan menyediakan suatu sistem yang

menyediakan informasi perusahaan bagi partner bisnisnya.

iii. Server to server

Pada level teknis ini, salah satu perusahaan menyediakan server untuk

menyimpan data perusahaan lainnya.

iv. Process Management

Pada level teknis ini, beberapa proses bisnis bersama dan pertukaran data

telah dilakukan melalui aplikasi berbasis web, dengan mengintegrasikan

proses antar perusahaan pada level aplikasi.

d. Penilaian outsourcing

Pertimbangan diperlukannya outsourcing atau tidak menjadi langkah terakhir

pada tahap strukturisasi ruang lingkup kolaborasi. Outsourcing dapat

dipertimbangkan dengan: ketersediaan tenaga ahli, biaya, manfaat.

41

4. Manajemen sumber daya (resource management)

Adanya tindakan manajemen sumber daya lebih lanjut khususnya sumber daya

manusia, seperti pengumpulan dan pengorganisasian knowledge para pekerja.

5. Manajemen perkembangan (growth management)

Pembangunan suatu sistem memerlukan ukuran performa yang tepat untuk

mengetahui efektifitas dari sistem.

2.2.7 Metode Analisis Bisnis

2.2.7.1 Value Configuration Analysis

Menurut Thompson (Stabell dan Fjeldstad, 1998, p414-415), Value

Configuration Analysis adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menganalisis

level keunggulan kompetitif suatu perusahaan berdasarkan teori penciptaan nilai (Value

Creation Analysis). Value Configuration Analysis terdiri dari tiga bentuk alternatif

representasi nilai yang berbeda, yaitu:

1. Value chain

Value chain umumnya digunakan oleh perusahaan yang menggunakan teknologi

long-linked. Teknologi long-linked merupakan teknologi yang digunakan oleh

perusahaan-perusahaan manufaktur. Dan value creation logic dari value chain

adalah transformasi input menjadi produk.

2. Value Shop

Value Shop umumnya digunakan oleh perusahaan yang menggunakan teknologi

intensive. Teknologi intensive merupakan teknologi yang umumnya digunakan oleh

perusahaan yang bergerak di bidang jasa khususnya jasa yang memberikan solusi

42

bagi konsumennya. Dan value creation logic dari value shop adalah menyelesaikan

permasalahan konsumen.

3. Value network

Value network umumnya digunakan oleh perusahaan yang menggunakan teknologi

mediasi. Teknologi mediasi merupakan teknologi yang umumnya digunakan oleh

perusahaan yang bergerak di bidang jasa khususnya yang menghubungkan

kepentingan antar konsumen. Dan value creation logic dari value network adalah

menghubungkan konsumen.

2.2.7.2 Value network

Menurut Thompson (Stabell dan Fjeldstad, 1998, p427), Value network

merupakan model dari value creation analysis yang dapat digunakan oleh perusahaan

yang menyediakan jasa jaringan (networking services), yang memanfaatkan teknologi

mediasi untuk menghubungkan kepentingan antar klien atau konsumennya. Contoh

perusahaan yang menggunakan value network adalah perusahaan yang bergerak di

bidang: perbankan, telekomunikasi, asuransi, jasa pengiriman.

Dalam konsep value network, value creation analysis direpresentasikan melalui

aktivitas bisnis perusahaan yang digolongkan menjadi: aktivitas utama (primary

activities) dan aktivitas pendukung (support activities). Pada gambar 2.2 akan

digambarkan diagram value network yang mencakup kedua aktivitas tersebut.

1. Aktivitas utama (primary activities)

Aktivitas utama dalam value network mencakup:

A. Manajemen kontrak dan jaringan promosi (Network promotion and contract

management).

43

Manajemen kontrak dan jaringan promosi merupakan aktivitas-aktivitas yang

berkaitan dengan penggabungan konsumen ke dalam jaringan perusahaan.

Contohnya: aktivitas pemilihan konsumen, inisialisasi konsumen, manajemen

dan pembatalan kontrak.

B. Penyediaan layanan (Service provisioning)

Penyediaan layanan merupakan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan

aktivitas yang dilakukan setelah aktivitas manajemen kontrak dan jaringan

promosi. Aktivitas tersebut termasuk pengesahan, pemeliharaan, dan

pengakhiran hubungan dengan konsumen.

C. Operasional infrastruktur jaringan (Network infrastructure operation)

Operasional infrastruktur jaringan merupakan aktivitas-aktivitas yang berkaitan

dengan pemeliharaan dan pengorperasian infrastruktur fisik dan informasi

perusahaan. Aktivitas-aktivitas ini mendukung kelancaran aktivitas jaringan.

2. Aktivitas pendukung (support activities)

Aktivitas pendukung dalam value network mencakup:

A. Infrastruktur perusahaan (Firm Infrastructure), mencakup manajemen umum

perusahaan, keuangan, dan manajemen sistem informasi perusahaan secara

umum.

B. Manajemen sumber daya manusia (Human Resource Management), mencakup

aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan sumber daya manusia, seperti:

perekrutan staff baru, pelatihan, pemberhentian.

C. Pengembangan infrastruktur dan pelayanan jaringan (Network infrastructure

development and service development/Technology development), mencakup

44

aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan, perancangan,

pengembangan dan pengimplementasian teknologi yang mendukung aktivitas

utama perusahaan.

D. Pengadaan (Procurement), mencakup pengadaan barang-barang kebutuhan

perusahaan yang digunakan dalam aktivitas keseharian perusahaan, seperti:

pengadaan barang-barang kantor.

Gambar 2. 3 Diagram value network

Sumber: Stabell dan Fjeldstad (1998, p430)

Perspektif value network membutuhkan sebuah pendekatan yang berbeda

terhadap analisis dan modeling. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah pertukaran

value apapun didukung oleh mekanisme atau media yang memungkinkan pertukaran

45

tersebut terjadi. Menurut Verna Allee (2002, p6), dalam setiap hubungan value network

akan dihasilkan nilai nyata dan tidak nyata (tangible and intangible value).

Dalam penganalisisan value network, terdapat tiga pertanyaan utama yang

menjadi dasar analisis, yaitu:

1. Exchange Analysis: Bagaimana pola pertukaran dalam sistem?

2. Impact Analysis: Apa dampak dari setiap input value (value input) bagi setiap pihak

yang terlibat?

3. Value Creation Analysis: Apa cara yang terbaik dalam menciptakan,

mengembangkan, dan meningkatkan nilai?

Untuk penggambaran pola pertukaran dalam sistem dapat digunakan pola seperti

pada gambar 2.4. Dan untuk membuat impact dan value creation analysis dapat

menggunakan tabel, seperti pada tabel 2.2 (impact analysis) dan tabel 2.3 (value

creation analysis)

P ha r mC oS a l e s&M a r ket ing

P a t i e nt s

r e qui r e me ntsdise a se kno wl e dge

c o mm unica t i o n

Pha r mC oM a nuf act ure

inv ent o r y l e ve lp r o duc t inf o

or der

R e gul a t or

inspe ct ion

pr o duc t i on data

cer t i f i ca t i o n

Gambar 2. 4 Pola pertukaran dalam sistem PharmCo

Sumber: Verna Allee (2002, p11)

46

Tabel 2. 2 Impact Analysis

Receive From Activity Tangible

Impact

Intangibles

Impact

Cost /

Risk

Benefit

Aktifitas apa

yang terjadi

yang

berhubungan

dengan unit

bisnis

perusahaan

Nilai

tangible

apa yang

didapatkan?

Negatif

atau positif

Intangibles

aset seperti

apa yang

didapatkan?

Positif atau

negatif

Seberapa

besarnya,

keuntungan

/ kerugian

Keseluruhan

benefit

dari

yang

didapatkan

Sumber: Verna Allee (2002, p15)

Tabel 2. 3 Value Creation Analysis

What We

Output

Goes To Value

Enhancements

or Value Addes

Cost / Risk Benefit

Apa yang

dihasilkan

Aliran value

yang mengalir

keluar menuju

pada bagian

tertentu

Value yang

dihasilkan

Seberapa besarnya,

keuntungan/kerugian

Keseluruhan

benefit dari

yang di

dapatkan

Sumber: Verna Allee (2002, p 17)

47

2.2.7.3 Analisis Industri: Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Menurut David (2006, p143-144), matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi inforamsi

ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi,

persaingan.

Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan:

1. Buat daftar faktor eksternal yang diidentifikasikan dalam proses audit eksternal.

Masukkan faktor-faktor, baik peluang maupun ancaman, yang mempengaruhi

perusahaan dan industrinya. Tuliskan peluang terlebih dahulu dan kemudian

ancaman. Usahakan untuk sespesifik mungkin menggunakan presentasi, rasio, dan

nilai komparatif bila mungkin.

2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0

(paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap

terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Peluang sering kali diberi

bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang tinggi

jika mereka sangat serius atau sangat mengancam. Bobot yang tepat dapat ditentukan

dengan membandingkan keberhasilan atau kegagalan pesaing atau dengan

mendiskusikan faktor dan mencapai konsensus kelompok. Penjumlahan dari seluruh

bobot yang diberikan kepada semua faktor harus sama dengan 1,0.

3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang

seberapa efektif strategi tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam

merespon faktor tersebut, di mana 4 = respons perusahaan superior, 3 = respons

perusahaan di atas rata-rata, 2 = respons perusahaan rata-rata, dan 1 = respons

perusahaan jelek. Peringkat didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan. Dengan

48

demikian, peringkat didasarkan pada perusahaan (company-based), sedangkan bobot

dalam tahap 2 didasarkan pada industri (industry-based). Penting untuk diperhatikan

bahwa ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1, 2, 3, atau 4.

4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai

tertimbang.

5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan total

nilai tertimbang bagi organisasi.

Tanpa memedulikan jumlah peluang dan ancaman kunci yang dimasukkan dalam

matriks EFE, total nilai tertimbang tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan nilai

tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai

tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik

terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dalam kata lain, strategi

perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari perluang yang ada saat ini dan

meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nolai 1,0

mengindikasikan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau tidak

menghindari ancaman eksternal.

2.2.7.4 Analisis Internal Perusahaan: Matriks Evaluasi Faktor Internal

Menurut David (2006, p206-209), matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

berfungsi untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area

fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

hubungan antara area-area tersebut.

49

Matriks IFE juga dibuat melalui lima tahapan:

1. Masukkan faktor-faktor internal, baik kekuatan maupun kelemahan perusahaan.

Tuliskan kekuatan terlebih dahulu dan kemudian kelemahan. Usahakan untuk

sespesifik mungkin menggunakan presentasi, rasio, dan nilai komparatif.

2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0

(paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap

terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri.Tanpa memandang apakah

faktor kunci itu adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor yang dianggap

memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi harus diberikan bobot yang

paling tinggi. Penjumlahan dari seluruh bobot harus sama dengan 1,0.

3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor, untuk mengindikasikan

apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat = 1), atau

kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3), kekuatan utama

(peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4

dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 atau 2 . Peringkat adalah berdasarkan

perusahaan, di mana bobot di langkah 2 adalah berdasarkan industri.

4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai

tertimbang.

5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan total

nilai tertimbang bagi organisasi.

Berapapun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam matriks IFE, total nilai

tertimbang tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah

adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang di bawah

2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai di atas

50

2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Jumlah faktor tidak memiliki pengaruh

terhadap kisaran total rata-rata tertimbang karena bobot selalu berjumlah 1,0.

2.2.7.5 Analisis SWOT (Strengthen,Weakness,Opportunities,Threats)

Menurut Rangkuti (2004, p18), Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths), dan peluang

(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu

berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan.

Dengan demikian perencana strategi (strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor

strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang

ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk

analisis situasi adalah Analisis SWOT.

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh

kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan

dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan

Weakness serta lingkungan eksternal Opportunities dan Ancaman (threats) yang

dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang

(opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal Kekuatan (strengths) dan

Kelemahan (weaknesses)

51

Gambar 2. 5 Diagram analisis SWOT

Sumber: Rangkuti (2004, p8 )

Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan

dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang

agresif (Growth oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di

lain pihak, perusahaan harus menghadapi beberapa

kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah

meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat

merebut peluang pasar yang lebih baik.

BERBAGAI PELUANG

KELEMAHAN INTERNAL

BERBAGAI ANCAMAN

KEKUATAN INTERNAL

1.Mendukung strategi agresif

3.Mendukung strategi turn-around

4.Mendukung strategi defensif

2.Mendukung strategi diversifikasi

52

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah

matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman

eksternal yang dihadapi perusahaan untuk disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan

yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif

strategis. Dengan kata lain, matriks SWOT merupakan alat untuk mencocokan yang

penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: SO (kekuatan-

peluang − Strenght-Opportunity), WO (kelemahan-peluang − Weakness-Opportunity),

ST (kekuatan-ancaman −Strength Threat), WT (kelemahan-ancaman − Weakness-

Threat).

Strategi SO menggunakan kekutan internal perusahaan untuk memanfaatkan

peluang eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi WO, ST, atau

WT agar dapat mencapai situasi di mana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika

suatu perusahaan memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha mengatasinya dan

menjadikannya kekuatan.

Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan

memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang terdapat peluang eksternal kunci

tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghambatnya untuk

mengeksploitasi peluang tersebut.

Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari dan

mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Ini tidak berarti bahwa organisasi yang

kuat harus selalu menghadapi ancaman di lingkungan eksternalnya secara langsung.

53

Strategi WT adalah taktik defensive yang diarahkan pada pengurangan

kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi menghadapi

berbagai ancaman eksternal dan kelemahan interal akan berada pada posisi yang tidak

aman. Kenyataannya perusahaan seperti itu, mungkin harus berusaha bertahan hidup,

bergabung, mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih likuidasi.

Tabel 2. 4 Tabel matriks SWOT

Strengths Weakness

Opportunity

Strategi SO

Gunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

Strategi WO

Atasi kelemahan dengan

memanfaatkan peluang

Threats

Strategi ST

Gunakan kekuatan untuk

menghindari ancaman

Strategi WT

Meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman

Sumber: David (2006, p287)

Penyajian sistematis dari matriks SWOT terdapat pada tabel 2.4. Empat sel

strategi, yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT dikembangkan setelah menyelesaikan

empat sel faktor kunci. Tujuan dari masing-masing alat pencocokan di tahap 2 adalah

untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana

yang terbaik. Tidak semua strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT akan

dipilih untuk implementasi.

2.2.7.6 Matriks Internal-Eksternal (IE)

Menurut David (2006, pp300-303), Matriks IE memposisikan berbagai divisi

organisasi dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci

yaitu : total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE

54

pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga

1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah dan nilai 3,0 hingga

4,0 adalah tinggi. Total nilai rata-rata tertimbang yang diturunkan dari masing-masing

divisi memungkinkan pembuatan matriks IE tingkat korporasi.

Tabel 2. 5 Matriks Internal-Eksternal (IE)

TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE

Kuat Rata-rata Lemah

3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99

Sumber:David(2006, p301)

Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama, seperti yang terdapat pada tabel

2.5, yang memiliki implikasi strategi berbeda. Posisi untuk kuardan I, II dan IV dapat

digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang tepat dijalankan pada

posisi ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan

pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan

dan integrasi horizontal). Posisi untuk kuardan III, IV dan VII dapat digambarkan

sebagai jaga dan pertahankan. Strategi yang tepat dijalankan pada posisi ini adalah

strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Posisi kuardan VI, VIII dan IX dapat

digambarkan sebagai tuai atau divestasi.

I II III

IV V VI

VII VIII IX

4,0

3,0

2,0

1,0

TOTALRATA-RATA

TERTIMBANG EFE

55

2.2.7.7 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)

Menurut David (2006, p308-312), Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif

(Quantitative Strategic Planning Matrix- QSPM) merupakan satu-satunya teknik dalam

literatur yang didesain untuk menentukan daya tarik relatif dari alternatif tindakan yang

layak. Teknik ini secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik.

QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif

strategi secara objektif, berdasarkan factor keberhasilan kunci internal dan eksternal

yang telah diindikasikan sebelumnya. Format dasar dari QSPM diilustrasikan dalam

tabel 2.6.

Tabel 2. 6 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)

Alternatif

Strategi

Faktor Kunci Bobot Strategi 1 Strategi 2

AS TAS AS TAS

Faktor Eksternal

Kunci

Faktor Internal

Kunci

Sumber: David ( 2006, p309)

Baris atas QSPM terdiri atas alternatif strategi yang diturunkan dari tahap 2,

tetapi tidak semua strategi yang disarankan dalam teknik pencocokan (tahap 2) harus

56

dievaluasi dalam QSPM. Penyusun strategi harus menggunakan penilaian intuitif yang

bagus untuk memilih strategi yang akan dimasukkan dalam QSPM.

Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi

berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan

atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif

dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-masing faktor

keberhasilan kunci internal dan eksternal. Jumlah set alternatif strategi yang dimasukkan

dalam QSPM bisa berapa saja, jumlah strategi dalam satu set juga bisa berapa saja,

tetapi hanya strategi dalam set yang sama dapat dievaluasi satu sama lain.

Langkah-langkah pembuatan matriks QSPM:

1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci

perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM.

Informasi ini harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimum

sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh factor keberhasilan kunci

intenal harus dimasukkan dalam QSPM.

2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal.

Bobot ini identik dengan yang ada pada matriks EFE dan IFE, Bobot disajikan dalam

kolom persis di samping kanan faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal.

3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi alternatif strategi yang harus

dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan.

Catat strategi-strategi ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan strategi ke dalam

set yang independen jika memungkinkan.

57

4. Tentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS)

AS didefinisikan sebagai angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-

masing strategi dalam set alternatif tertentu. Nilai daya tarik (Attractiveness Scores-

AS) harus diberikan untuk masing-masing strategi untuk mengindikasikan daya tarik

relatif dari satu strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor

tertentu. Jangkauan untuk Nilai Daya Tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak

menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik. Berikan tanda minus jika faktor

kunci tidak memiliki dampak terhadap strategi.

5. Hitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Scores-TAS).

TAS didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot dengan nilai daya tarik

dalam masing-masing baris. Total nilai daya taruk mengindikasikan daya tarik retatif

dari masing-masing alternatif strategi. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin

menarik alternatif strategi tersebut (dengan hanya memepertimbangkan faktor

keberhasilan kunci tersebut).

6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik.

Tambahkan TAS dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan

TAS mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif.

Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik,

mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat

mempengaruhi keputusan strategis.

58

2.2.8 Metode Analisis dan Perancangan Sistem Informasi

2.2.8.1 Pengertian Object Oriented Analysis and Design (OOA&D)

Menurut Whitten (2001, p97), OOA&D adalah upaya untuk menggabungkan

data dan proses menjadi konstruksi singular yang disebut object. OOA&D

memperkenalkan diagram-diagram object yang mendokumentasikan suatu sistem dalam

hal object-object dan interaksinya.

Menurut Mathiassen (2000, p135), Object-Oriented Analysis and Design

(OOA&D) adalah metode untuk menganalisa dan merancang sistem dengan pendekatan

berorientasi object.

Menurut Mathiasen (2000, p4), Object diartikan sebagai suatu entitas yang

memiliki identitas, state, dan behavior. Pada analisa, object merupakan gambaran dari

fenomena dalam isi sistem. Object menjelaskan bagaimana seorang user

membedakannya dari object lain, dan behavior object digambarkan melalui event yang

dilakukannya. Sedangkan pada perancangan, object adalah bagian dari sistem. Object

digambarkan dengan cara bagaimana object lain mengenalinya sehingga dapat diakses,

dan behavior object digambarkan dengan operation yang dapat dilakukan object tersebut

yang dapat mempengaruhi object lain dalam sistem.

2.2.8.2 Rich Picture

Menurut Mathiassen et al (2000, p26), Rich Picture merupakan gambaran

informal mengenai situasi yang digambarkan ilustrator. Rich picture memiliki fokus

pada aspek-aspek penting dari situasi yang digambarkan. Sebelum penggambaran rich

picture diperlukan penggambaran seluruh entitas penting seperti orang, objek-objek,

organisasi, peran maupun tugas.

59

2.2.8.3 Empat Aktivitas Utama OOA&D

Gambar 2.6 Aktivitas Utama dalam OOAD

Sumber : Mathiassen., et. al., (2000, p15)

Menurut Mathiassen., et. Al (2000, p15), ada empat aktivitas utama yang

terdapat dalam OOA&D, yaitu :

1. Analisa Problem Domain

Analisa problem domain bertujuan untuk mengidentifikasi dan memodelkan

suatu problem domain. Menurut Mathiassen (2000, p45), problem domain adalah

bagian dari konteks yang diadministrasikan, dimonitor, dan dikendalikan oleh

sistem. Sedangkan model adalah deskripsi dari class, object, structure, dan behavior

dalam sebuah problem domain.

60

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada analisis problem domain adalah :

a. Classes

Menurut Mathiassen (2000, 49), class adalah deskripsi dari kumpulan

object-object yang memiliki attribute, structure, dan behavior pattern yang

sama. Tujuannya adalah untuk memilih elemen-elemen dari sebuah model

problem domain dan object diberi karakter yang sesuai dengan eventnya. Object

merupakan suatu entitas yang mempunyai identitas, state, dan behavior. Event

adalah peristiwa yang terjadi saat itu juga, yang melibatkan suatu object atau

lebih.

b. Structure

Structure bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan struktural antara

class dan object dalam problem domain. Menurut Mathiassen (2000, p69),

konsep hubungan strukturalnya, terdiri dari :

i. Struktur antar class

Generalization merupakan sebuah class umum (super class) yang

menjelaskan properties pada sekelompok class khusus

(subclass).

Passenger car

Taxi Private Car

Gambar 2.7 Struktur Generalisasi

Sumber: Mathiassen., et. al., (2000, p73)

61

Cluster merupakan sekumpulan class yang saling berhubungan.

<<cluster>>Cars

<<cluster>>People

Car

PassengerCar

Cylinder Taxi

Engine

Owner

Clerk

Gambar 2.8 Struktur Cluster

Sumber: Mathiassen (2000, p75)

ii. Struktur antar object

Aggregation merupakan sebuah object superior (the whole) yang

mengandung sejumlah object (the parts).

Car

Engine W heelBody

11

Taxi Cylinder

11

14

11..* 2..*

1

Gambar 2.9 Struktur Agregasi

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p76)

62

Association merupakan sebuah relasi penting antara sejumlah object.

Car Person0..* 1..*

Gambar 2.10 Struktur Asosiasi

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p77)

c. Behavior

Menurut Mathiassen (2000, p89) tujuan behavior adalah untuk

memodelkan dinamika dari problem domain. Behavior merupakan susunan

event-event yang melibatkan sebuah object. Dalam aktivitas behavior, definisi

class dalam class diagram diperluas dengan menambahkan deskripsi behavioral

pattern dan atribut dari tiap class. Konsep behavior :

i. Event Trace adalah serangkaian event yang berurutan yang melibatkan

sebuah object khusus.

ii. Behavioral Pattern merupakan deskripsi kemungkinan event trace untuk

semua object dalam sebuah class.

iii. Attribute adalah sebuah sifat deskriptif dari sebuah class atau event.

63

Gambar 2. 11 Aktivitas dalam memodelkan problem domain

Sumber: Mathiassen et al, 2000, p46

2. Analisa Application Domain

Menurut Mathiassen (2000, p115), appilcation domain merupakan suatu

organisasi yang mengadministrasi, memonitor, atau mengontrol suatu problem

domain. Analisa application domain bertujuan untuk menentukan kebutuhan-

kebutuhan pemakaian sebuah sistem. Untuk menganalisa application domain harus

terfokus pada pekerjaan user dan kemudian menspesifikasikan berbagai kebutuhan

secara rinci. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada analisis application domain,

yaitu:

a. Usage

Menurut Mathiassen (2000, p119), usage menjelaskan bagaimana actor

berinteraksi dengan sebuah sistem. Actor adalah abstraksi atau pemisahan user

atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. Sedangkan usecase

adalah pola interaksi antara sistem dan actor dalam application domain.

64

Diagram Use-Case menunjukkan relasi antara aktor dengan use cases

(Mathiassen et al, 2000, p343). Dalam diagram ini, aktor dan use cases

merupakan dua elemen terpenting. Keduanya dapat dihubungkan satu sama lain

untuk menggambarkan pola interaksi antara aktor dengan bagian sistem tertentu.

Notasi untuk penggambaran usecase terdapat pada gambar 2.11.

UseCase

<<actor>>Actor

Actor

Alternative symbol for actor

Participation

Actor

Use Case

Use case group Group of use cases

Gambar 2. 12 Notasi untuk Use Case Diagram

Sumber: Mathiassen et al., 2000, p343

b. Sequence Diagram

Menurut Bennett., et. al., (2006, p253), sequence diagram merupakan

diagram yang menunjukkan interaksi antar objek yang diatur berdasarkan urutan

waktu. Sequence diagram dapat digambarkan dalam berbagai level of detail yang

berbeda untuk memenuhi tujuan yang berbeda-beda pula dalam daur hidup

pengembangan sistem. Sequence diagram biasanya digunakan menggambarkan

interaksi antar objek yang terjadi pada sebuah use case atau sebuah operation.

65

Menurut Bennett., et. al., (2006, pp253-254), menyatakan bahwa setiap

sequence diagram harus diberikan frame yang memiliki heading dengan

menggunakan notasi sd yang merupakan kependekan dari sequence diagram.

Berikut ini notasi penulisan heading pada setiap frame yang terdapat dalam sequence

diagram, antara lain:

a. alt

Notasi alt merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan bahwa

terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan.

b. opt

Notasi opt merupakan kependekan dari optional dimana frame yang memiliki

heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika syarat tertentu

dipenuhi.

c. loop

Notasi loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame tersebut

dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.

d. break

Notasi break mengindikasikan bahwa semua operation yang berada setelah

frame tersebut tidak dijalankan.

e. par

Merupakan kependekan dari parallel yang mengindikasikan bahwa operation

dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan.

f. seq

Notasi seq merupakan kependekan dari weak sequencing yang berarti operation

yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan manapun.

66

g. strict

Notasi strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang menyatakan

bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.

h. neg

Notasi neg merupakan kependekan dari negative yang mendeskripsikan operasi

yang tidak valid.

i. critical

Frame yang memiliki heading critical menyatakan bahwa operasi-operasi yang

terdapat di dalamnya tidak memiliki sela yang kosong.

j. ignore

Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan

dapat diabaikan dalam interaksi.

k. consider

Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam interaksi.

l. assert

Merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan yang valid.

m. ref

Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa frame

mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah sequence

diagram tertentu.

67

Contoh sequence diagram terdapat pada gambar 2.12 :

Gambar 2.12 Contoh Sequence Diagram for the use case Add a new advert to a campaign

Sumber : Bennett., et. al., (2006, p254)

68

b. Functions

Menurut Mathiassen (2000, p137), function adalah fasilitas untuk

membuat sebuah model yang berguna bagi actor. Function bertujuan untuk

menentukan kemampuan pemrosesan sistem informasi. Function berfokus pada

apa yang dapat dilakukan sistem untuk membantu tugas actor. Prinsipnya adalah

mengidentifikasi semua function, menspesifikasikan function yang rumit, dan

mengecek kelengkapan daftar function. Empat macam function, yaitu :

i. Update

Update merupakan function yang diaktifkan oleh suatu event problem

domain dan menghasilkan suatu perubahan dalam model-model state.

ii. Read

Read adalah aktivitas akan kebutuhan informasi dalam sebuah tugas kerja

actor dan hasilnya berupa tampilan sistem yang relevan dari model.

iii. Signal

Signal adalah function yang diaktifkan oleh sebuah perubahan dalam model

state dan menghasilkan suatu reaksi di dalam konteks. Reaksi ditujukan

kepada actor dalam application domain.

iv. Compute

Compute adalah function yang diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan

informasi dalam tugas actor dan terdiri dari suatu perhitungan termasuk

informasi yang disajikan oleh actor. Hasilnya berupa sebuah tampilan

mengenai hasil perhitungan.

69

c. Interface

Menurut Mathiassen (2000, p151), konsep-konsep interface :

i. Interface adalah fasilitas yang memungkinkan sebuah model sistem dan

function dapat digunakan oleh user.

ii. User interface adalah sebuah interface untuk user.

iii. System interface adalah sebuah interface untuk sistem lain.

Navigation diagram merupakan jenis khusus dari statechart diagram

yang menfokuskan pada keseluruhan dinamika user interface (Mathiassen et al.,

2000, p344). Diagram ini menunjukkan windows yang berpartisipasi dan

bagaimana transisi diantara mereka. Setiap window merepresentasikan sebuah

state.

Gambar 2. 14 Notasi untuk Navigation Diagram

Sumber: Mathiassen et al., 2000, p340

70

3. Architectural Design

Menurut Mathiassen (2000, p173), tujuannya adalah untuk menstrukturkan

sistem terkomputerisasi.

4. Component Design

Menurut Mathiassen (2000, p231), tujuan component design adalah untuk

mendefinisikan implementasi kebutuhan-kebutuhan di dalam kerangka arsitektur.

2.3 Kerangka Kerja Pembangunan e-SCM

Gambar 2.15 Kerangka kerja pembangunan e-SCM

Kerangka kerja pembangunan e-Supply chain Management penulis melalui

tahap:

1. Mengevaluasi nilai dari supply chain

Pada tahap ini menggunakan metode value network analysis untuk mengevaluasi

supply chain perusahaan mendetail dan mengetahui apa saja nilai yang dihasilkan

dari supply chain tersebut.

2. Mengidentifikasi peluang

Portofolio Nilai

Ruang Lingkup Kolaborasi

Mengidentifikasi peluang

Keputusan strategis

Mengevaluasi nilai dari supply chain

Usulan nilai bisnis

71

Tahap selanjutnya adalah pengidentifikasian peluang terhadap supply chain yang ada

melalui analisis value network yang lebih mendalam, yang terdiri dari analisis

dampak (impact analysis) dan analisis penciptaan nilai (value creation analysis).

3. Keputusan strategis

Pada tahap ini, analisis dan penyusunan strategi dilakukan dengan menggunakan

metode perbandingan, matriks IFE-EFE, matriks SWOT, matriks IE, dan matriks

QSPM

4. Business value proposition

Penyesuaian antara nilai yang diharapkan melalui strategi yang sudah terbentuk,

dengan teknologi berbasis web yang akan dibangun dilakukan dengan menggunakan

metode analisis problem domain sistem berbasis OOAD (Object Oriented Analysis

and Design).

5. Value portfolioValue portfolio dilakukan dengan menggunakan analisis application

domain berbasis OOAD.

6. Scope of collaboration

Strukturisasi ruang lingkup kolaborasi dilakukan melalui:

Pemetaan fitur yang menggambarkan dimensi kolaborasi yang hendak dicapai.

a. Perancangan sistem yang mendukung kolaborasi kuat antar perusahaan dengan

supplier.

b. Perancangan sistem yang berkonsep level teknis Process Management. Dimana,

kedua perusahaan tetap dapat menggunakan sistemnya masing-masing dan dapat

memperoleh informasi langsung (tertentu) dari server partner melalui Web-

services (aplikasi yang memungkinkan pertukaran data antar dua sistem dalam

jaringan internet).