bab 2 landasan teori 2.1.pengertian pemeliharaanthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2008-1-00474-tisi bab...

22
BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu buku-buku, jurnal, dan sebagainya. Berikut ini dijabarkan teori yang mendasari penelitian. 2.1.Pengertian Pemeliharaan Definisi maintenance (pemeliharaan) menurut Assauri (1995, p95) adalah suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas dan peralatan pabrik serta mengadakan perbaikan, penyesuaian atau penggantian yang diperlukan untuk mendapatkan suatu kondisi operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan yang direncanakan. Hampir semua sistem teknis dipelihara. Pemeliharaan sistem mencakup corrective dan preventive maintenance (O’Connor, 2004, p401). Pemeliharaan perbaikan ( corrective maintenance) mencakup kegiatan yang mengembalikan sistem dari keadaan rusak ke status beroperasi atau sedia. Corrective maintenance tidak direncanakan, dapat dikuantifikasikan sebagai mean time to repair (MTTR ). 2.2.Preventive Maintenance Preventive Maintenance (Ebeling, 1997, p189) adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal, umumnya secara periodik, dimana sejumlah tugas pemeliharaan seperti inspeksi, perbaikan, penggantian, pembersihan, pelumasan dan penyesuaian dilaksanakan.

Upload: vutram

Post on 10-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 2

LANDASAN TEORI

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu

buku-buku, jurnal, dan sebagainya. Berikut ini dijabarkan teori yang mendasari

penelitian.

2.1.Pengertian Pemeliharaan

Definisi maintenance (pemeliharaan) menurut Assauri (1995, p95) adalah

suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas dan peralatan pabrik serta

mengadakan perbaikan, penyesuaian atau penggantian yang diperlukan untuk

mendapatkan suatu kondisi operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan yang

direncanakan.

Hampir semua sistem teknis dipelihara. Pemeliharaan sistem mencakup

corrective dan preventive maintenance (O’Connor, 2004, p401). Pemeliharaan

perbaikan (corrective maintenance) mencakup kegiatan yang mengembalikan sistem

dari keadaan rusak ke status beroperasi atau sedia. Corrective maintenance tidak

direncanakan, dapat dikuantifikasikan sebagai mean time to repair (MTTR ).

2.2.Preventive Maintenance

Preventive Maintenance (Ebeling, 1997, p189) adalah pemeliharaan yang

dilakukan secara terjadwal, umumnya secara periodik, dimana sejumlah tugas

pemeliharaan seperti inspeksi, perbaikan, penggantian, pembersihan, pelumasan

dan penyesuaian dilaksanakan.

42

Kegiatan dilakukan untuk menjaga sistem dalam keadaan beroperasi atau

status sedia. Bisa berupa servis,misalnya pembersihan atau pemberian pelumas, atau

dengan inspeksi untuk mencari kegagalan (failure). Preventive maintence

direncanakan, diukur dalam waktu yang dibutuhkan sampai melakukan tugas

pemeliharaan dan frekuensinya.

Preventive maintenance melibatkan perbaikan, penggantian, dan

pemeliharaan peralatan untuk menghindari kegagalan yang tidak diharapkan selama

penggunaan. Tujuan dari program preventive maintenance adalah minimasi total

biaya.

Ada dua pendekatan untuk melakukan preventive maintenance (Saxena,

1995). Pendekatan tradisional adalah berdasarkan penggunaan analisa reliability dan

statistik dari kegagalan peralatan. Pendekatan kedua melibatkan pengawasan kondisi

peralatan di bawah kondisi tertentu dengan sensor untuk memprediksi kapan

kegagalan mesin dapat terjadi. Pada pendekatan ini (condition-based), interval antar

preventive maintence tidak pasti melainkan dilakukan ketika dibutuhkan.

2.3.Tujuan Maintenance

Tujuan utama maintenance menurut Assauri (1999, p95) adalah:

1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana

produksi.

2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan

oleh produk itu sendiri dan kegiatan produsi tidak terganggu.

3. Memaksimalkan umur kegunaan alat atau fasilitas.

43

4. Menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang

ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan.

5. Untuk mencapai tingkat pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan

kegiatan maintenance secara efektif dan efisien secara keseluruhannya.

6. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan para

pekerja.

7. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari

suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu

tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik mungkin dan total

biaya yang terendah.

2.4.Pengantar Kehandalan (Reliability)

Definisi umum teknik kehandalan (reliability) yaitu (O’Connor, 2004, p1):

probabilitas sebuah produk akan melakukan fungsi yang diperlukan tanpa kegagalan

pada kondisi tertentu dalam suatu periode tertentu.

Tujuan dari teknik kehandalan, secara urutan prioritasnya, yaitu:

1. untuk mengaplikasikan pengetahuan teknik dan teknik spesialis untuk

menghindari atau mengurangi kemungkinan atau frekuensi kegagalan

2. untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab kegagalan yang muncul,

termasuk usaha untuk menghindarinya

3. untuk menentukan cara-cara dalam mengatasi kegagalan yang muncul, jika

penyebabnya belum diperbaiki.

4. untuk mengaplikasikan metode dalam memperkirakan kemungkinan kehandalan

dari rancangan baru, dan unutk menganalisa data kehandalan.

44

Alasan utama terjadinya kegagalan yaitu:

1. Rancangan mungkin saja tidak begitu baik dari bawaannya. Bisa saja terlalu

lemah, mengkonsumsi terlalu banyak tenaga, mengalami resonansi pada

frekuensi yang salah, dll. Penyebab terjadinya kegagalan tidak ada habis-

habisnya, dan setiap masalah perancangan memungkinkan kegagalan, tidak

berfungsi sebagaimana mestinya, atau kesalahan. Semakin rumit desainnya atau

semakin sulit masalahnya yang harus diatasi, kemungkinannya semakin besar.

2. Produk bisa mengalami tekanan berlebihan. Jika tekanan yang diberikan

melebihan kekuatannya, kegagalan dapat terjadi. Misalnya sebuah komponen

elektronik akan gagal jika diberi tekanan elektris (tegangan, arus) yang melebihi

kemampuannya untuk menahan. Kegagalan karena tekanan berlebih tidak terlalu

sering terjadi, karena perancang membuat kelonggaran untuk keamanannya.

Spesifikasi komponen elektronik menyatakan kondisi maksimum dari sebuah

aplikasi, dan perancang sirkuit mengusahakan agar spesifikasi tersebut tidak

terlampaui.

3. Kegagalan dapat disebabkan karena variasi.

4. Kegagalan dapat disebabkan karena usang (wearout). Istilah wearout mencakup

mekanisme atau proses yang menyebabkan sebuah produk yang cukup kuat pada

awalnya menjadi melemah dengan bertambahnya umurnya. Contoh yang paling

baik adalah fatigue bahan, aus di antara permukaan yang saling bersentuhan atau

bergesekan, korosi, dan usangnya mekanisme bola lampu dan tabung

fluoroscent.

5. Kegagalan bisa disebabkan mekanisme lainnya. Habisnya baterai, lambatnya

pekerjaan karena temperatur tinggi yang terus menerus dan tekanan tensil

45

(misalnya dalam piringan turbin dan sambungan solder) adalah contoh dari

mekanisme tersebut.

6. Kegagalan bisa disebabkan oleh sneak. Sneak adalah kondisi di mana sistem

tidak bekerja dengan benar meskipun semua komponennya bekerja dengan baik.

Sebagai contoh, pada rancangan sebuah sistem elektronik bisa saja pada saat

kondisi tertentu operasi yang tidak tepat yang terjadi.

7. Kegagalan dapat disebabkan karena kesalahan, misalnya spesifikasi yang salah,

rancangan atau pengkodean perangkat lunak, kesalahan perakitan atau pengujian,

kekurangan atau pemeliharaan yang salah, atau penggunaan yang salah.

Kegagalan mekanisme yang terbanyak disebabkan karena hal-hal tersebut di

atas.

8. Ada banyak penyebab kegagalan lainnya. Roda gigi berisik, oli bocor, layar

tampilan yang berkedip, instuksi operasi yang salah atau ambigu, sistem

elektronik mengalami interferensi elektromagnetik, dll.

Kegagalan bisa saja mempunyai banyak penyebab dan efek, dan juga ada

persepsi yang berbeda-beda mengenai kejadian apa yang bisa diklasifikasikan

sebagai kegagalan. Sebagai contoh, terbakarnya segel cincin-O pada roket pesawat

angkasa luar tidak dianggap sebagai kegagalan, sampai peluncuran Challenger yang

gagal karena hancur terbakar. Kita juga tahu bahwa semua kegagalan, secara

prinsipnya dan juga prakteknya, bisa dihindari.

Realibility (kehandalan) didefinisikan dalam banyak cara yang berbeda-beda,

tapi definisi yang paling umum diterima adalah kemampuan dari sebuah produk

untuk melakukan fungsi khusus dalam lingkungan yang dirancang selama jangka

waktu minimum atau jumlah siklus atau kejadian minimum.

46

Seperti halnya pengendalian kualitas (quality control), reliabilitas didasarkan

pada teori statistik atau probabilitas. Tujuan pokoknya adalah mampu diandalkan

untuk bekerja sesuai dengan fungsinya dengan suatu kemungkingan sukses dalam

periode waktu tertentu yang ditargetkan.

Reliability mengenai frekuensi kegagalan sistem, sedangkan maintainability

adalah mengenai mengurangi durasi kegagalan sistem dan usaha yang diperlukan

untuk mengembalikan operasional sistem setelah terjadinya kegagalan.

2.5.Mean Time To Failure (MTTF)

Mean time to failure (MTTF) adalah nilai rata-rata atau nilai yang diharapkan

(expected value) dari suatu distribusi kerusakan. Perhitungan nilai MTTF untuk

masing – masing distribusi adalah :

Distribusi Weibull

MTTF =

11.

Distribusi Eksponential

MTTF = 1

Distribusi Normal

MTTF = μ

Distribusi Lognormal

MTTF = 2

2

.s

med et

47

2.6.Mean Time To Repair (MTTR)

Untuk dapat menentukan nilai tengah dari fungsi probabilitas untuk

waktu perbaikan, distribusi data waktu perbaikan perlu diketahui terlebih dahulu.

Penentuan atau pengujian dilakukan dengan cara yang sama dengan yang telah

dijelaskan sebelumnya.

Rumus yang digunakan untuk masing – masing distribusi adalah :

Distribusi Weibull

MTTR =

11.

Distribusi exponential

MTTR = 1

Distribusi normal dan lognormal

MTTR = 2

2

.s

med et

2.7.Reliability Tanpa Preventive Maintenance dan MenggunakanPreventive Mainienance

Peningkatan keandalan dapat ditempuh dengan cara preventive maintenance

karena pengaruh wearout mesin atau komponen dapat dikurangi. Model keandalan

berikut mengasumsikan sistem kembali ke kondisi baru setelah menjalani preventive

maintenance. Keandalan pada saat t dinyatakan sebagai berikut (Ebeling, 1997,

p204) :

Rm(t) = R(t) untuk 0 ≤ t < T

Rm(t) = R(T)n.R(t-T) untuk T ≤ t < 2T

48

Secara umum persamaannya adalah :

Rm(t) = R(T)n.R(t-nT) untuk nT ≤ t < (n+1)T dan n = 1,2,3,…

Dimana :

T adalah selang waktu preventive maintenance

t adalah waktu operasional mesin

n merupakan jumlah perawatan

Rm(t) adalah reliability dengan preventive maintenance

R(T)n adalah probabilitas kehandalan hingga n selang waktu perawatan

R(t-nT) adalah probabilitas kehandalan untuk waktu t-nT dari tindakan

preventive yang terakhir.

2.8.Sistem

Sistem menurut O’Brien (2003, p8) adalah suatu kelompok dari elemen-

elemen yang saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dan menciptakan

suatu kesatuan yang utuh. Elemen-elemen ini bekerja sama untuk mencapai suatu

tujuan bersama dengan menerima input dan memproduksi output dalam proses

transformasi yang terorganisir.

Sistem memiliki tiga komponen dasar yang saling berinteraksi :

Input : mencakup mendapatkan dan mengatur komponen atau elemen yang

masuk ke sistem untuk diproses. Contohnya mencakup bahan mentah, data,

usaha manusia.

49

Proses : mencakup proses transformasi yang mengubah input menjadi output.

Contohnya mencakup proses manufaktur, perhitungan matematis, dan lain

sebagainya.

Output : mencakup elemen yang telah melalui proses transformasi. Contoh

mencakup jasa, produk dan informasi.

Selain ketiga komponen dasar tersebut, terdapat dua lagi komponen

tambahan yaitu :

Feedback : data mengenai performa sistem.

Control : mecakup pengawasan dan evaluasi dari feedback untuk mengetahui

bila sistem bergerak menuju tujuan yang telah ditetapkan.

2.9.Sistem Informasi

Beberapa definisi sistem informasi adalah sebagai berikut :

1. Menurut O’Brien (2003, p7) sistem informasi dapat berupa kombinasi dari

manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan

sumber data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi di

dalam sebuah organisasi.

2. Menurut Whitten (2001, p8) sistem informasi adalah susunan dari orang,

data, proses, penyajian informasi, dan teknologi informasi yang berinteraksi

untuk mendukung dan mengembangkan pengoperasian sehingga dapat

membantu dalam penyelesaian masalah dan pembuatan keputusan yang

dibutuhkan oleh manajemen dan pengguna.

50

2.10. Sistem Informasi Manajemen

McLeod (2001, p239) mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen

(SIM) sebagai sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi

pengguna yang memiliki kepentingan yang sama yaitu pengambilan keputusan

untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh organisasi / perusahaan.

Output dari SIM adalah berupa laporan periodik, laporan khusus dan

perhitungan matematis.

Model SIM dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini.. Dimana

ditunjukkan bahwa data dan informasi didapat dari lingkungan. Database

digunakan oleh software untuk menghasilkan laporan dan model matematis juga

digunakan untuk menghasilkan perhitungan yang akan digunakan oleh

pengambil keputusan dalam organisasi baik itu berupa manager maupun non

manager. Aliran data dan informasi dibedakan untuk menunjukkan yang mana

yang merupakan input dan output dari komponen sistem.

51

Sumber : McLeod (2000, p240)

Gambar 2.1 Model Sistem

SIM memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah dalam dua

cara:

Sumber daya informasi organisasi secara menyeluruh

SIM menyiapkan dan merupakan sarana untuk menghubungkan para

manager dalam organisasi, sehingga informasi dapat digunakan bersama

untuk mendukung pemecahan masalah yang dihadapi.

52

Pemahaman dan identifikasi masalah

Sesuai dengan konsep SIM yaitu sebagai penyedia informasi terus menerus

bagi manager (pengambil keputusan). Penggunaan SIM dapat memberikan

gambaran dan sinyal akan masalah yang dihadapi atau yang akan terjadi bila

keputusan lebih lanjut tidak segera diambil. SIM juga membantu dalam hal

pemahaman penyebab dari masalah tersebut.

2.11. Konsep Perancangan dan Analisa Berorientasi Objek (Object Oriented

Analysis dan Design / OOAD)

Menurut Mathiassen et al. (2000, pp3-4), OOAD merupakan metode

untuk menganalisa dan merancang suatu sistem informasi dengan menggunakan

objek dan class sebagai konsep dasarnya. Sedangkan menurut Whitten et al.

(2004, p31), Object Oriented Analysis and Design (OOAD) merupakan

kumpulan alat dan teknik mengembangkan sistem dengan menggunakan

teknologi objek untuk membuat sebuah sistem dan programnya.

Terdapat tiga buah konsep atau teknik dasar dalam proses analisa dan

perancangan berorientasi objek, yaitu:

1. Encapsulation

Encapsulation dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara

sederhana berarti pengelompokkan fungsi. Pengelompokkan ini bertujuan

agar developer tidak perlu membuat coding untuk fungsi yang sama,

melainkan hanya perlu memanggil fungsi yang telah dibuat sebelumnya.

53

2. Inheritance

Inheritance dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara

sederhana berarti menciptakan sebuah class baru yang memiliki sifat-sifat

dan karakteristik-karakteristik sama dengan yang dimiliki class induknya

disamping sifat-sifat dan karakteristik-karakteristk individualnya.

3. Polymorphism

Polymorphism berarti kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk

menyediakan atribut dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.

Polymorphism adalah hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang

berbeda atau bahkan dari sub-tipe yang berbeda dapat menggunakan atribut

dan operasi yang sama.

2.12. Keuntungan dan Kelemahan Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Mathiassen et al. (2000, p5) menyebutkan bahwa terdapat keuntungan

menggunakan OOAD diantaranya adalah:

1. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai konteks sistem.

2. Dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar dan

mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.

3. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan

berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman

berorientasi objek.

54

Selain keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan OOAD seperti

yang telah disebutkan di atas, ternyata juga terdapat beberapa kelemahan yang

berhasil diidentifikasi oleh Raymond McLeod, Jr (2001, p615) yaitu:

1. Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan.

2. Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit.

3. Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan

untuk sistem bisnis.

2.13. Aktivitas Utama Perancangan dan Analisa dengan OOAD

Mathiassen et al. (2000, pp14-15) menjelaskan empat buah aktivitas

utama dalam analisa dan perancangan berorientasi objek yang digambarkan

berikut ini.

Gambar 2.2 Aktivitas Utama dalam OOAD

55

Keempat aktivitas utama dalam melakukan analisa dan perancangan

berorientasi objek menurut Mathiassen et al. (2000, pp14-15) dijelaskan sebagai

berikut.

1. Analisis Problem Domain

Problem domain merupakan bagian dari situasi yang diatur,

diawasi, dan dikendalikan oleh sistem. Tujuan melakukan analisis problem

domain adalah mengidentifikasi dan memodelkan problem domain.

Analisis problem domain terbagi menjadi tiga aktivitas yang

digambarkan di bawah ini yaitu:

a. Memilih objek, class, dan event yang akan menjadi elemen model

problem domain.

b. Membangun model dengan memusatkan perhatian pada relasi struktural

antara class dan objek.

c. Mendeskripsikan properti dinamis dan atribut untuk setiap class.

Classes

Structure

BehaviourSystemDefinition

Model

Gambar 2.3 Aktivitas Analisis Problem Domain

56

Pada aktivitas classes, langkah awal yang perlu dilakukan adalah

menentukan class. Langkah berikutnya adalah membuat sebuah event table

yang dapat membantu menentukan event-event yang dimiliki oleh setiap

class.

Pada aktivitas structure, class-class yang telah ditentukan

sebelumnya akan dihubungkan berdasarkan tiga jenis hubungan yaitu

generalisasi, agregasi, atau asosiasi sehingga menjadi sebuah skema yang

disebut class diagram.

Dalam aktivitas behavior, definisi class dalam class diagram akan

diperluas dengan menambahkan deskripsi pola perilaku dan atribut dari

masing-masing class. Pola perilaku dari class terdiri dari tiga jenis, yaitu:

Sequence

Merupakan event yang terjadi secara berurutan satu per satu.

Selection

Merupakan pemilihan salah satu dari beberapa event yang terjadi.

Iteration

Merupakan event yang terjadi berulang kali.

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah statechart diagram yang

menunjukkan perubahan status dari masing-masing class yang dikarenakan

oleh event tertentu mulai dari initial state sampai dengan final state.

57

2. Analisis Application Domain

Application domain merupakan organisasi yang mengatur,

mengawasi, atau mengendalikan problem domain. Tujuan dilakukannya

analisis application domain adalah untuk menentukan kebutuhan

penggunaan sistem.

Sama seperti analisis problem domain, analisis application domain

juga terdiri dari beberapa aktivitas antara lain:

a. Menentukan penggunaan sistem dan bagaimana sistem berinteraksi

dengan user.

b. Menentukan fungsi dan kemampuan sistem dalam mengolah informasi.

c. Menentukan kebutuhan interface sistem dan merancang interface.

Berikut ini merupakan gambaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan

pada saat melakukan analisis application domain.

Gambar 2.4 Aktivitas Analisis Application Domain

Dalam aktivitas usage, hal pertama yang harus dilakukan adalah

membuat actor table yang dapat membantu menentukan actor dan use case

yang berkaitan. Langkah selanjutnya adalah membuat use case diagram

58

sehingga terlihat lebih jelas interaksi antara actor dengan masing-masing

use case.

Function merupakan fasilitas sistem yang menjadikan sistem

tersebut berguna bagi actor. Terdapat empat jenis function, antara lain:

Update

Fungsi update diaktifkan oleh event problem domain dan menghasilkan

perubahan status model.

Signal

Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan status model dan menghasilkan

reaksi di dalam context.

Read

Fungsi read diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan

menghasilkan tampilan model sistem yang relevan.

Compute

Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan

berisi perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun oleh model.

Hasilnya adalah tampilan dari hasil perhitungan yang dilakukan.

Aktivitas interface mencakup pembuatan navigation diagram yang

merupakan skema yang menunjukkan tampilan dari sistem dan relasi antar

interface.

59

3. Architectural Design

Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam

aktivitas pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan

proses sistem. Tujuannya adalah untuk menstrukturisasi sebuah sistem

yang terkomputerisasi.

Tahap architectural design terdiri dari tiga aktivitas yaitu criteria,

component architecture, dan process architecture seperti yang

digambarkan pada gambar berikut.

Gambar 2.5 Aktivitas Architectural Design

Criterion merupakan properti yang diinginkan dari sebuah

arsitektur. Tabel berikut menunjukkan criterion yang telah ditentukan oleh

para peneliti untuk menentukan kualitas dari sebuah software.

Tabel 2.1 Criteria Kualitas Software

Criterion Ukuran

Usable Kemampuan sistem beradaptasi dengan contextorganisasional dan teknikal.

Secure Pencegahan akses ilegal terhadap data dan fasilitas.Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas technical platform.

60

Criterion UkuranCorrect Kesesuaian dengan kebutuhan.Reliable Fungsi yang dijalankan secara tepat.Maintainable Biaya untuk mencari dan memperbaiki kerusakan sistem.

Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan fungsinya.

Flexible Biaya memodifikasi sistem.Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memahami sistem.

Reusable Penggunaan bagian dari sistem ke dalam sistem lain yang berkaitan.

Portable Biaya memindahkan sistem ke technical platform lain.Interoperable Biaya pemasangan sistem dengan sistem lain.

Kriteria usable, flexible, dan comprehensible tergolong sebagai

kriteria umum yang harus dimiliki oleh sebuah sistem dan menentukan baik

tidaknya suatu rancangan sistem.

Component architecture adalah struktur sistem dari komponen-

komponen yang berkaitan. Dalam aktivitas ini, perlu ditentukan pola

arsitektural yang paling sesuai dengan model sistem. Pola-pola arsitektural

tersebut antara lain:

Layered Architecture Pattern

Generic Architecture Pattern

Client-Server Architecture Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah component diagram yang

merupakan class diagram yang dilengkapi dengan spesifikasi komponen

yang kompleks.

Process architecture adalah sebuah struktur eksekusi sistem yang

terdiri dari proses-proses yang saling tergantung satu sama lain. Dalam

61

aktivitas ini juga perlu menentukan pola distribusi yang sesuai dengan

model sistem. Pola-pola distribusi yang ada antara lain:

Centralized Pattern

Distributed Pattern

Decentralized Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah deployment diagram yang

menunjukkan processor dengan komponen program dan active objects.

4. Component Design

Component design bertujuan untuk menentukan implementasi

kebutuhan di dalam kerangka kerja arsitektural. Hasilnya adalah deskripsi

mengenai komponen-komponen sistem. (Mathiassen et al., 2000, p231).

Component design terdiri dari tiga aktivitas, yaitu:

a. Model component

Merupakan bagian sistem yang mengimplementasikan model problem

domain. Dalam aktivitas ini dihasilkan sebuah class diagram yang telah

direvisi.

b. Function component

Merupakan bagian sistem yang mengimplementasikan kebutuhan

fungsional. Hasilnya adalah class diagram dengan operasi dan fungsi-

fungsinya. Terdapat empat pola eksplorasi untuk merancang function

component, yaitu:

Model-Class Placement

Function-Class Placement

62

Startegy

Active Function

c. Connecting component

Merupakan desain hubungan antar komponen untuk memperoleh

rancangan yang fleksibel dan mudah dimengerti. Hasilnya adalah class

diagram yang berhubungan dengan komponen-komponen sistem.

Berikut digambarkan aktivitas-aktivitas yang terdapat dalam

component design.

Gambar 2.6 Aktivitas Component Design