bab 2 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · meningkat di daerah pedesaan dan perkotaan. proses penetesan ke...
TRANSCRIPT
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Simon Kuznet mendefinisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai
peningkatan kemampuan suatu negara untuk menyediakan barang-barang
ekonomi bagi penduduknya, kenaikan pada kemampuan ini disebabkan oleh
adanya kemajuan teknologi, kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang
dibutuhkannya (Todaro & Smith, 2012). Ketiga komponen pokok dari definisi ini
sangatlah penting maknanya bagi suatu perekonomian (Arsyad, 2010) yaitu.
1) Kenaikan output nasional secara terus menerus merupakan perwujudan dari
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kemampuan suatu perekonomian
dalam menyediakan berbagai berbagai macam barang ekonomi, dan juga
tanda kematangan ekonomi
2) Kemajuan teknologi merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, namun bukan syarat cukup
(sufficient condition) dalam merealisasikan potensi pertumbuhan yang
terkandung dalam teknologi baru
3) Penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi harus segera dilakukan.
Adanya inovasi teknologi tanpa adanya inovasi sosial ibarat sebuah bola
lampu tanpa aliran listrik. Potensi ada namun tanpa input yang melengkapi,
tidak akan berarti apa-apa
Di negara-negara maju, ada beberapa tekanan untuk menggeser orientasi
pada pertumbuhan ekonomi menuju ke upaya-upaya yang lebih memperhatikan
kualitas hidup (quality of life). Sementara itu, Negara sedang berkembang (NSB)
yang menjadi perhatian utama adalah masalah pertumbuhan versus distribusi
pendapatan. Banyak orang merasakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi
telah gagal untuk menghilangkan atau bahkan mengurangi luasnya kemiskinan
absolute di NSB karena tingkat penggangguran dan pengangguran semu
meningkat di daerah pedesaan dan perkotaan. Proses penetesan ke bawah (trickle
down effect) dari manfaat pertumbuhan ekonomi bagi orang miskin tidak terjadi
(Arsyad, 2010).
Laju pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses kenaikan output
perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada ”proses”, karena mengandung
unsur dinamis, perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu pemahaman
indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu
tertentu, misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga
kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong
aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya.
2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Menurut ekonom Klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk
(Arsyad,1999). Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga :
(1). Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari
kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam
yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu
perekonomian
(2). Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam
proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan
menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja
(3). Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat
pertumbuhan output
Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor-
sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya. Produktivitas dapat
ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang
lebih baik. Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi
bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 1994).
Persamaannya adalah :
Δ Y = f (ΔK, ΔL, ΔT)
Δ Y = tingkat pertumbuhan ekonomi
Δ K = tingkat pertambahan barang modal
Δ L = tingkat pertambahan tenaga kerja
Δ T = tingkat pertambahan teknologi
2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo
Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama
seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni:
Y = Aeμt . Kα . L1-α ....................................................................(1)
Y = Produk Domestik Bruto
K = stok modal fisik dan modal manusia
L = tenaga kerja non terampil
A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar
eμt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi
α = melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni persentase
kenaikan PDB yang bersumber dari 1persen penambahan modal fisik
dan modal manusia.
Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output
selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas
dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan
penyempurnaan teknologi (Todaro, 2000).
2.1.3 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Menurut teori ini, setiap upaya untuk tinggal landas mengharuskan adanya
mobilisasi tabungan dan luar negeri dengan maksud untuk menciptakan investasi
yang cukup, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Teori Harrod-Domar
mengingatkan bahwa sebagai akibat investasi yang dilakukan tersebut pada masa
berikutnya kapasitas barang-barang modal dalam perekonomian akan bertambah
(Sadono Sukirno, 2000).
Menurut Harrod-Domar (Sadono Sukirno, 2000) pada hakekatnya
investasi berusaha untuk menunjukan syarat yang diperlukan agar terjadi
pertumbuhan yang mantap atau Steady Growth yang dapat didefinisikan sebagai
pertumbuhan yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya alat-alat
modal yang akan selalu berlaku dalam perekonomian. Inti dari pertumbuhan
Harrod-Domar adalah suatu realisasi jangka pendek antara peningkatan investasi
(pembentukan kapital) dan pertumbuhan ekonomi. Dua variabel fundamental dari
model ini adalah pembentukan kapital (investasi) dan ICOR (incremental capital
output ratio). Jika Y=output, K=stok kapital, dan I=investasi, maka ICOR adalah
(ΔK/ΔY), penambahan kapital dibagi pertumbuhan output, sama seperti (I/ΔY), sejak
ΔK=I dalam definisi.
Model Harrod-Domar ini adalah suatu modifikasi yang didasari pada
model masing-masing dari Domar dan Harrod. Model Domar lebih memfokuskan
pada laju pertumbuhan investasi (ΔI/I). Di dalam modelnya, investasi (I)
ditetapkan harus tumbuh atas suatu persentase yang konstan, sejak marginal
propensity to save, yakni rasio dari pertumbuhan tabungan (S) terhadap
peningkatan pendapatan (Y), dan ICOR keduanya konstan.
Teori Harrod-Domar memperlihatkan kedua fungsi dari pembentukan
modal dalam kegiatan ekonomi. Dalam teorinya pembentukan modal dipandang
sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian
untuk menghasilkan barang, maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah
permintaan efektif seluruh masyarakat. Artinya apabila pada suatu masa tertentu
dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya
perekonomian tersebut mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk
menghasilkan barang-barang, disamping itu Harrod-Domar menganggap pula
bahwa pertambahan dalam kesanggupan memproduksi itu tidak secara sendirinya
akan menciptakan pertambahan produksi dan kenaikan pendapatan nasional.
Dengan demikian, walaupun kapasitas memproduksi bertambah, pendapatan
nasional baru akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi akan tercipta, apabila
pengeluaran masyarakat mengalami kenaikan kalau dibandingkan dengan masa
sebelumnya.
Dalam teorinya Harrod-Domar menggunakan beberapa pemisalan berikut:
(1). Pada tahap permulaan perekonomian telah mencapai tingkat kesempatan
kerja penuh dan alat-alat modal yang tersedia dalam masyarakat
sepenuhnya dipergunakan;
(2). Perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan
sektor perusahaan, berarti pemerintahan dan perdagangan luar negeri
tidak termasuk;
(3). Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsionil dengan pendapatan
nasional, dan keadaan ini berarti bahwa fungsi tabungan dinilai dari titik
nol;
(4). Kecondongan menabung batas besarnya tetap, dan begitu juga
perbandingan diantara modal degan jumlah produksi yang lazim disebut
rasio modal produksi (Capital Output Ratio) dan perbandingan diantara
pertambahan modal dengan jumlah pertambahan produksi yang lazim
disebut rasio pertambahan modal produksi (Incremental Capital Outout
Ratio).
Pokok penjelasan dari teori tersebut bahwa penanaman modal yang dilakukan
masyarakat dalam waktu tertentu digunakan untuk dua tujuan. Pertama untuk
mengganti alat-alat modal yang tidak dapat digunakan lagi. Kedua untuk
memperbesar jumlah alat-alat modal yang tersedia dalam masyarakat.
2.1.4 Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)
Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan
yang bersifat terikat, Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem
ekonomi. Teori ini menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan
oleh sistem produksi, bukan berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi
merupakan hal yang terikat, pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan
pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih
besar dari sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan
hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia (Romer, 1994).
Akumulasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi.
Definisi modal/kapital diperluas dengan memasukkan model ilmu pengetahuan
dan modal sumber daya manusia. Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal
dari luar model atau bebas tapi teknologi merupakan bagian dari proses
pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan terikat, peran investasi dalam
modal fisik dan modal manusia turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka
panjang. Tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan (Mankiw, 2000).
2.2 Upah
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya, atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau
akan dilakukan (UU No.13 Tahun 2003). Kebijakan pengupahan ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah di setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui penetapan
upah minimum regional yang dilakukan berdasarkan kesepakatan Tripartit antara
Pemerintah, Pengusaha dan Serikat Pekerja.
Upah minimum adalah variabel kebijakan atau intervensi dalam
mekanisme ekonomi pasar dengan cara menetapkan nilai dasar di atas nilai
keseimbangan. Sisi positif dari upah minimum adalah menjaga agar upah bagi
pekerja pemula dan tidak trampil tidak jatuh terlalu rendah. Sebaliknya sisi
negatifnya dari segi ekonomi memperlambat laju employment, inflasi (cost push
inflation), kesenjangan antar sektor; dari segi perusahaan dapat menciptakan
ketidak-adilan, mendorong perusahaan untuk menghemat penggunaan tenaga
kerja bukan inti dan tidak trampil, dan dalam jangka menengah mendorong
melakukan substitusi.
Penetapan upah minimum didasarkan pada kebutuhan hidup layak (KHL)
dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Penetapan upah
minimum mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut : (1) nilai KHL yang
diperoleh dan ditetapkan dari hasil survey, (2) produktivitas makro yang
merupakan hasil perbandingan antara jumlah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dengan jumlah tenaga kerja pada periode yang sama, (3) pertumbuhan
ekonomi merupakan pertumbuhan nilai PDRB, (4) kondisi pasar kerja merupakan
perbandingan jumlah kesempatan kerja dengan jumlah pencari kerja di daerah
tertentu pada periode yang sama, (5) kondisi usaha yang paling tidak mampu
(marginal) yang ditunjukkan oleh perkembangan keberadaan jumlah usaha
marginal di daerah tertentu pada periode tertentu. Komponen hidup layak (KHL)
terdiri dari 60 jenis kebutuhan yang terbagi atas 7 komponen penilaian yaitu: (1)
Makanan dan minuman, (2) Sandang, (3) Perumahan, (4) Pendidikan, (5)
Kesehatan, (6) Transportasi, (7) Rekreasi dan Tabungan. (Permenakertrans RI
No.13 tahun 2012)
Keefektifan upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah daerah di
Indonesia adalah meningkatnya kehidupan yang layak khususnya bagi para
pekerja dan keluarganya namun tidak merugikan kelangsungan hidup perusahaan
yang bisa mengancam keberlanjutan kondisi ekonomi dan produktivitas daerah
maupun produktivitas nasional. Prinsip-prinsip yang harus ditaati dalam
penetapan kebijakan upah di Indonesia menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2013 yaitu:
1) Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah
pokok dan tunjangan tetap.
2) Upah minimum wajib dibayar kepada bekerja secara bulanan atau dengan
kesepakatan antara pekerja dan pengusaha misalnya untuk upah mingguan
atau upah dua mingguan.
3) Besarnya upah pekerja yang berstatus tetap, tidak tetap, atau dalam masa
percobaan adalah serendah-rendahnya sebesar upah minimum.
4) Upah minimum hanya berlaku untuk pekerja yang bekerja dibawah satu
tahun.
5) Peninjauan upah dilakukan atas kesepakatan antara pekerja/serikat pekerja
dan pengusaha.
6) Pekerja dengan sistem borongan atau dengan satuan hasil serendah
rendahnya adalah sebesar upah minimum untuk upah bulanannya.
7) Upah pekerja harian lepas ditetapkan secara bulanan berdasar hari
kehadiran (dengan pro rata basis).
8) Perusahaan yang telah memberikan upah di atas upah minimum tidak
diperbolehkan menurunkan upah.
9) Dengan kenaikan upah minimum, pekerja diwajibkan untuk memelihara
prestasi kerja (produktivitas) yang ukurannya dirumuskan bersama antara
pekerja dan pengusaha.
10) Pengusaha yang tidak mampu menerapkan kebijakan upah minimum
untuk pekerja diijinkan untuk melakukan penangguhan sementara kepada
pemerintah atau pejabat yang ditunjuk.
Tenaga kerja yang menetapkan tingkat upah minimumnya pada tingkat
upah tertentu, jika seluruh upah yang ditawarkan besarnya dibawah tingkat upah
tersebut, seseorang akan menolak mendapatkan upah tersebut dan akibatnya
menyebabkan pengangguran. Jika upah yang ditetapkan pada suatu daerah terlalu
rendah, maka akan berakibat pada tingginya jumlah pengangguran yang terjadi
pada daerah tersebut. Namun dari sisi pengusaha, jika upah meningkat dan biaya
yang dikeluarkan cukup tinggi, maka akan mengurangi efisiensi pengeluaran,
sehingga pengusaha akan mengambil kebijakan pengurangan tenaga kerja guna
mengurangi biaya produksi. Hal ini akan berakibat peningkatan pengangguran.
Dalam Mankiw (2008), menjelaskan bahwa teori A.W. Phillips muncul
karena pada saat tahun 1929, terjadi depresi ekonomi Amerika Serikat. Hal ini
berdampak pada kenaikan inflasi yang tinggi dan diikuti dengan pengangguran
yang tinggi pula. berdasarkan pada fakta itulah A.W. Phillips mengamati
hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran. Dari hasil
pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara Inflasi dengan tingkat
pengangguran, jika inflasi tinggi, pengangguran pun akan rendah. Hasil
pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip sebagaimana Gambar 2.1
Gambar 2.1. Kurva Philip
Inflation (persen)
Long Run Philips Curve
4.5persen B C AD2
3.5persen A AD1
U2 U1 Unemployment Rate (persen)
Berdasarkan Gambar 2.1 A.W Phillips menggambarkan hubungan antara tingkat
inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi
merupakan cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya
permintaan agregat, berdasarkan teori permintaan, permintaan akan naik,
kemudian harga akan naik pula. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk
memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya
dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang
dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja,
maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) pengangguran berkurang.
Menurut Mankiw (2008), inflasi dapat dikaitkan secara langsung dengan
besarnya pengangguran yang terjadi. Hal ini dapat diketahui pada kaitan antara
tingkat inflasi (upah) dengan tingkat pengangguran yang ditunjukkan dengan
kurva phillips. Pada awalnya, kurva Phillips memberikan gambaran kasar
mengenai kausalitas proses inflasi. Rendahnya tingkat pengangguran dianggap
memiliki keterkaitan dengan ketatnya pasar tenaga kerja dan tingginya tingkat
pendapatan dan permintaan dari konsumen. Kurva Phillips juga memberikan
gagasan mengenai pilihan (trade off) antara pengangguran dan inflasi. Jika tingkat
inflasi yang diinginkan adalah rendah, maka akan terjadi tingkat pengangguran
yang sangat tinggi. Sebaliknya, jika tingkat inflasi yang diinginkan tinggi, maka
akan terjadi tingkat pengangguran yang relatif rendah.
Menurut Mankiw (2008), peningkatan upah menimbulkan dua efek yang
bertentangan atas penawaran tenaga kerja. Pertama, efek subtitusi yang
mendorong tiap pekerja untuk bekerja lebih lama, karena upah yang diterimanya
dari tiap jam kerja lebih tinggi. Kedua, Efek pendapatan mempengaruhi segi
sebaliknya, yaitu tingginya upah menyebabkan pekerja ingin menikmati lebih
banyak rekreasi bersamaan dengan lebih banyaknya komoditi yang dibeli. Pada
suatu tingkat upah tertentu, kurva penawaran tenaga kerja akan berlekuk
kebelakang (backward bending curve).
2.3 Pengangguran
Pertumbuhan ekonomi dan investasi tidak sanggup menanggapi surplus
tenaga kerja yang muncul sejak awal pertumbuhan ekonomi. Pergeseran tenaga
kerja ke sektor non-pertanian yang tidak disadari dengan kekuatan ekonomi
modern yang memadai, serta ketiadaan kompensasi bagi para pengangguran telah
memaksa golongan usia kerja untuk bekerja seadanya. Dalam hal ini, sektor
informal lebih berperan serta sifatnya lebih efisien dan menguntungkan, selain
dapat menyalurkan tenaga kerja juga dapat menopang kehidupan masyarakat yang
memiliki tingkat konsumsi rendah. Kegiatan sektor informal yang menonjol
biasanya terjadidi kawasan yang sangat padat penduduknya, di mana
pengangguran (uenemployment) maupun pengangguran terselubung (disquised
unemployment) merupakan masalah yang utama (Mulyadi, 2008).
Edwards membedakan 5 (lima) bentuk pengangguran, yaitu sebagai
berikut (Subandi, 2012)
1) Pengangguran terbuka; baik sukarela (tidak mau bekerja karena
mengharapkan pekerjaan pekerjaan yang lebih baik) maupun karena terpaksa
(mau bekerja tetapi tidak mendapatkan pekerjaan). Faktor penyebab
pengangguran terbuka secara sukarela adalah diri sendiri yang memilih
pekerjaan sesuai keinginannya sendiri. Faktor penyebab pengangguran terbuka
karena terpaksa adalah kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan sehingga
orang akan menganggur akibat tidak ada lowongan pekerjaan yang dibuat oleh
pengusaha.
2) Setengah menganggur (underemployment), yaitu mereka yang bekerja
lamanya kurang dari yang mereka kerjakan (hari, minggu, atau musiman).
Faktor penyebabnya adalah ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada di
industry untuk kurun waktu yang pendek sehingga orang terpaksa memilih
pekerjaan yang tergolong underemployment dibandingkan ia tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya.
3) Tampak bekerja tetapi tidak bekerja penuh, yaitu mereka yang tidak
digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur, antara
lain sebagai berikut.
a. Pengangguran tak kentara (disguised unemployment), misalnya seseorang
bekerja sehari penuh, adalah pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan
waktu sehari. Faktor penyebabnya adalah kemalasan atau tidak
produktifnya pekerja yang bersumber dari dalam dirinya sendiri.
b. Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment), yaitu orang yang
bekerja tidak sesuai dengan tingkat dan jenis pendidikannya. Faktor
penyebabnya berasal dari pihak pengusaha yang memberikan kesempatan
orang yang tidak memiliki pendidikan tertentu untuk bekerja sesuai
dengan pendidikan yang ditekuninya.
c. Pensiun lebih awal, yaitu mereka yang pensiun sebelum batas usia
pensiun. Faktor penyebab berasal dari pengusaha yang menginginkan
efisiensi biaya untuk menggaji pekerja atau berasal dari pekerja yang
merasa tidak mampu bekerja lagi.
4) Tenaga kerja yang lemah (impaired), yaitu mereka yang bekerja full time,
tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan. Faktor
penyebabnya berasal dari pekerja yang tidak mampu menjaga kondisi
tubuhnya agar tetap sehat selalu sehingga pekerja dapat bekerja secara optimal
di dalam perusahaan.
5) Tenaga kerja yang tidak produktif, yaitu mereka yang mampu bekerja secara
produktif, tetapi karena kurang sumber daya penolong yang memadai maka
mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik. Faktor penyebabnya
berasal dari pengusaha yang tidak memberikan sumber daya penolong yang
memadai kepada pekerja supaya pekerja dapat bekerja secara optimal di dalam
perusahaan.
2.4 Hukum Okun
Pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja dibahas oleh seorang
ekonom bernama Arthur Okun dan hal ini dikenal dengan Hukum Okun. Menurut
Arthur Okun : “tingkat pengangguran yang minimal (4persen per tahun) akan
tercapai bila seluruh kapasitas produksi terpakai (kesempatan kerja penuh atau full
employment). Konsekuensi pemikiran Okun adalah pentingnya menjaga
perekonomian agar berada dalam keadaan kesempatan kerja penuh. Seandainya
ada hubungan proporsional antara tingkat output (dinotasikan Q) dan kesempatan
kerja (dinotasikan L), dimana hubungan proporsionalnya dilambangkan dengan c,
maka : L = cQ …………………………………………………………….(2.1)
∂L = C∂Q
Dari persamaan di atas dapat segera diketahui bahwa untuk menambah
kesempatan kerja, output harus bertambah sebab setiap unit pertambahan output
akanmenambah kesempatan kerja sebanyak c unit. Makin besar nilai c,
makajumlah kesempatan kerja yang tersedia akibat bertambahnya1 unit output
akan makin besar. Besar kecilnya nilai csangat tergantung pada tehnik produksi
(tingkat teknologi) yang digunakan dan tingkat efisiensi. Teknik produksi yang
padat karya cenderung memperbesar nilai c, sebaliknya dengan teknik produksi
yang padat modal (Rahardja & Manurung, 2008).
Tingkat efisiensi mempunyai dampak mendua terhadap kesempatan kerja:
1) Untuk jangka pendek, membaiknya efisiensi akan mengurangi kesempatan
kerja sebab dengan membaiknya efisiensi untuk tingkat output yang sama
dibutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit; 2) Untuk jangka panjang, efisiensi
yang berkaitan dengan kemajuan teknologi akan memperluas kesempatan kerja
bila kemajuan teknologi tersebut meresap ke dalam diri manusia (tenaga kerja
yang meningkatkan mutu SDM (embodied technology) (Rahardja & Manurung,
2008).
2.5 Pengertian Investasi
Di era globalisasi, investasi merupakan hal yang sering dilakukan oleh
setiap orang untuk meningkatkan kesejahteraan. Setiap orang akan berusaha
memaksimalkan kekayaan yang dimilikinya melalui investasi dalam berbagai
bentuk seperti : investasi di lembaga keuangan, investasi di pasar modal, investasi
dengan membeli barang atau investasi dengan mendirikan usaha. Pandangan
tentang investasi diungkapkan oleh beberapa ahli sebagai berikut.
1) Boumol & Blinder (2010), Investment is the flow of resources into the
production of new capital. It is the labor, steel, and other inputs
devoted to construction of factories, warehouses, railroads, and other
pieces of capital during some period of time.
2) Slavin (2009), investment is any new plant, equipment, additional
inventory, computer software, or residential housing.
3) Parkin (2012), the purchase of new plant, equipment, and buildings
and the additions to inventories are investment.
4) Hubbard, et al (2012), investment is spending by firms on new
factories, office buildings, machinery, and additions to inventories,
plus spending by households and firms on new houses.
Dari pandangan pengertian para ahli di atas dapat ditemukan suatu persamaan
pandangan tentang investasi; investasi merupakan suatu dana yang digunakan
untuk membangun pabrik baru, gedung baru, membangun atau membeli hal
lainnya untuk tujuan investasi selama periode waktu tertentu.
2.6 Jenis-Jenis investasi
Menurut Noor (2013), ada dua jenis investasi bila dilihat dari dorongan
dan proses yang menimbulkan investasi yang lazim dilakukan, sebagai berikut.
1) Investasi untuk Memenuhi Kebutuhan (Needs) Masyarakat akan Barang
dan Jasa.
Kelangsungan kehidupan individu, kelompok, atau bahkan negara
memerlukan syarat yang tidak bisa ditawar, yaitu terpenuhinya kebutuhan
minimal (fulfilling the minimum needs for living). Berbagai kebutuhan
kehidupan masyarakat di atas, dapat dikelompokkan pada 2 (dua)
kelompok besar, yaitu kebutuhan berbentuk barang (goods), seperti
makanan dan minuman, pakaian, perumahan, kendaraan, dan sebagainya,
serta kebutuhan berbentuk jasa, seperti perawatan kesehatan, perlindungan
keamanan, dan sebagainya.
Untuk memenuhi berbagai kebutuhan di atas diperlukan beraneka
ragam barang dan jasa, yang pengadaannya memerlukan berbagai tahapan
dan proses. Proses atau tahapan awal dari pengadaan barang dan jasa yang
dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan masyarakat di masa datang
adalah melakukan investasi saat ini. Tanpa ada investasi saat ini (baik
yang dilakukan secara sukarela atau terpaksa), sulit membayangkan
kebutuhan barang dan jasa untuk kelangsungan kehidupan di masa datang
dapat terpenuhi.
Dalam berbagai literatur ekonomi makro, investasi jenis ini terjadi secara
otomatis, karena desakan kenbutuhan hidup, bila pendapatan (income)-nya
mencukupi maka kebutuhan tersebut akan langsung dipenuhi, atau dikenal
juga dengan autonomous investment yaitu investasi yang terjadi secara
otomatis sesuai dengan perkembangan kebutuhan hidup seseorang atau
sekelompok orang atau suatu organisasi, bahkan negara. Investasi jenis ini
didorong oleh kebutuhan di masa depan (design by nature), misalnya
kebutuhan sandang, papan, pendidikan, dan sebagainya yang mendorong
timbulnya investasi jenis ini. Besar kecilnya volume investasi yang terjadi
secara otomatis (autonomous investment) ini ditentukan oleh kemampuan
keuangan yang melakukan investasi. Dengan demikian dapat dibuatkan
formula sederhana mengenai investasi otomatis ini, yaitu: Investasi
Otomatis = fungsi (Pendapatan), atau secara nasional dapat dirumuskan:
Investasi Otomatis = fungsi (Produk Domestik Bruto, PDB)
(Autonomous Investment) = function of (Gross Domestic Product, GDP).
2) Investasi untuk Memenuhi Keinginan (Wants)
Peradaban manusia selalu berkembang sesuai dengan perjalanan
waktu dan zaman. Perkembangan peradaban ini sejalan dengan fitrah
manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupannya. Dorongan
dalam peningkatan kualitas kehidupan ini misalnya keinginan untuk
rekreasi, kemudahan dalam berbagai aktivitas kehidupan, dan sebagainya.
Dorongan ini menghasilkan tuntutan baru selain pemenuhan kebutuhan
minimal syarat kehidupan. Tambahan tuntutan untuk peningkatan kualitas
kehidupan ini disebut dengan keinginan (wants), yang pemenuhannya juga
memerlukan barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan investasi.
Dalam literatur ekonomi makro, jenis investasi yang terjadi karena
dorongan keinginan ini dikenal juga dengan istilah investasi yang
disengaja (induced investment), dengan tujuan mendapat laba (profit
motive), yaitu jenis investasi yang disengaja karena diinginkan atau di
dambakan oleh seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi,
karena keinginan masa depan, atau karena ada harapan yang dijanjikan (by
designed). Dengan demikian investasi yang disengaja atau induced
investment ini lebih condong pada pengertian usaha atau bisnis, yaitu
usaha yang terkait dengan tujuan mendapat manfaat di kemudian hari.
Oleh karena itu, maka pada umumnya investasi di sengaja ini termasuk
kelompok investasi yang dilakukan oleh swasta, misalnya membuka toko,
membangun pabrik, membuka lahan pertanian, melakukan usaha perkebunan,
peternakan, perikanan, dan sebagainya, yang tujuan utamanya adalah
mendapatkan hasil lebih (keuntungan) di kemudian hari. Induced investment atau
investasi yang disengaja untuk mendapat manfaat atau laba di kemudian hari ini
juga dapat dilakukan oleh negara, sehingga dikenal ada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Biasanya BUMN atau
BUMD dibentuk karena belum ada badan usaha swasta yang memasuki usaha
tersebut karena kurang modal atau resikonya besar, sementara masyarakat
membutuhkannya.
Besar kecilnya volume investasi yang didasarkan pada harapan
(investment designed by prospect) ini ditentukan oleh harapan untuk mendapat
laba di masa depan, yang tentunya terkait dengan prospek atau iklim investasi
(investment climate). Dengan demikian dapat dibuatkan formula sederhana
mengenai investasi jenis ini, yaitu: Investasi yang Disengaja (Induced Investment)
= fungsi (Prospek Usaha), atau secara nasional dapat dirumuskan: Investasi yang
Disengaja = fungsi (Iklim Usaha)
Bila dilihat dari sumber daya yang digunakan, investasi dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok utama, yaitu : investasi oleh
pemerintah dan investasi oleh swasta. Investasi oleh pemerintah dan investasi oleh
swasta secara bersama-sama meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Kedua jenis investasi ini saling melengkapi atau dapat bersinergi dalam kehidupan
masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dapat
dipercepat pencapaiannya (Noor, 2013).
2.6.1 Investasi Pemerintah
Investasi pemerintah adalah investasi yang dilakukan oleh negara atau
semuber daya tersebut berasal dari milik atau kekayaan negara (public asset).
Dalam pelaksanaannya investasi oleh negara ini dilakukan oleh pemerintah, untuk
membangun prasarana dan sarana atau infrastruktur guna memenuhi kebutuhan
masyarakat (publik). Investasi dengan karakteristik seperti ini bersifat nirlaba atau
non profit motive, seperti pembangunan jalan dan jembatan, irigasi, sekolah,
taman, pasar, listrik, rumah sakit, pelabuhan, bandar udara (bandara), terminal,
alat pertahanan negara, kantor pemerintah, dan sarana serta prasarana publik
lainnya (Noor, 2013).
Dana atau pembiayaan untuk investasi pemerintah bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Besar kecilnya aktivitas investasi ini sangat
bergantung dari kemampuan APBN dan APBD. Investasi publik ini menghasilkan
nilai tambah (value added) berupa barang dan jasa, lapangan pekerjaan, sewa,
bunga, mendorong mobilitas perekonomian, dan meningkatkan peradaban
masyarakat (Noor, 2013).
2.6.2. Investasi Swasta
Investasi swasta adalah investasi yang dilakukan oleh masyarakat,
khususnya para pengusaha, dengan tujuan mendapat manfaat berupa laba.
Investasi jenis ini disebut juga dengan istilah investasi dengan profit motive.
Investasi dengan karakteristik seperti ini dapat dilakukan oleh pribadi atau
perusahaan, seperti berikut (Noor, 2013):
1) Usaha mikro atau rumah tangga: biasanya belum punya badan hukum,
serta skala usahanya relatif kecil, yang bergerak di bidang industri,
dagang, ataupun jasa
2) Usaha kecil dan menengah (UKM), ada yang sudah berbadan hukum dan
ada yang belum, dengan skala usahanya mulai dari kecil, sampai
menengah, baik dilihat dari omzet, modal usaha, maupun tenaga kerja,
dengan usaha industri, dagang, ataupun jasa
3) Usaha besar, baik berbentuk PMDN maupun PMA, atau investasi
nonfasilitas, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD)
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi
Nugroho (2008) menagatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
investasi :
1) Suku bunga
Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting dalam menarik
investasi karena sebagian besar investasi biasanya dibiayai dari pinjaman
bank. Jika suku bunga pinjaman turun maka akan mendorong investor
untuk meminjam modal dan dengan pinjaman modal tersebut maka ia akan
melakukan investasi.
2) Pendapatan nasional per kapita untuk tingkat negara (nasional) dan PDRB
per kapita untuk tingkat propinsi dan Kabupaten atau Kota.
Pendapatan nasional per kapita dan PDRB per kapita merupakan cermin
dari daya beli masyarakat atau pasar. Makin tinggi daya beli masyarakat
suatu negara atau daerah (yang dicerminkan oleh pendapatan nasional per
kapita atau PDRB per kapita) maka akan makin menarik negara atau
daerah tersebut untuk berinvestasi.
3) Kondisi sarana dan prasarana.
Investasi membutuhkan sarana dan prasarana pendukung. Prasarana dan
sarana pendukung tersebut meliputi sarana dan prasarana transportasi,
komunikasi, utilitas, pembuangan limbah dan lain-lain. Sarana dan
prasarana transportasi contohnya antara lain : jalan, terminal, pelabuhan,
bandar udara dan lain-lain.Sarana dan prasrana telekomunikasi contohnya:
jaringan telepon kabel maupun nirkabel, jaringan internet, prasarana dan
sarana pos. Sedangkan contoh dari utilitas adalah tersedianya air bersih,
listrik dan lain-lain.
4) Birokrasi perijinan.
Birokrasi perijinan merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempengaruhi investasi karena birokrasi yang panjang memperbesar
biaya bagi investor. Birokrasi yang panjang akan memperbesar biaya bagi
pengusaha karena akan memperpanjang waktu berurusan dengan aparat.
Padahal bagi pengusaha, waktu adalah uang. Kemungkinan yang lain,
birokrasi yang panjang membuka peluang oknum aparat pemerintah untuk
menarik suap dari para pengusaha dalam rangka memperpendek birokrasi
tersebut.
5) Kualitas sumberdaya manusia.
Manusia yang berkualitas akhir-akhir ini merupakan daya tarik investasi
yang cukup penting. Sebabnya adalah tekhnologi yang dipakai oleh para
pengusaha makin lama makin modern. Tekhnologi modern tersebut
menuntut ketrampilan lebih dari tenaga kerja.
6) Peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan.
Peraturan undang-undang ketenagakerjaan ini antara lain menyangkut
peraturan tentang pemutusan hubungan kerja (PHK), Upah Minimum,
kontrak kerja dan lain-lain.
7) Stabilitas politik dan keamanan.
Stabilitas politik dan keamanan penting bagi investor karena akan
menjamin kelangsungan investasinya untuk jangka panjang.
8) Faktor-faktor sosial budaya.
Contoh faktor sosial budaya ini misalnya selera masyarakat terhadap
makanan. Orang Jawa pedalaman misalnya lebih senang masakan yang
manis rasanya, sementara masyarakat Jawa pesisiran lebih senang
masakan yang asin rasanya.
2.8 Aspek Yang Dipertimbangkan Terkait Investasi
Menurut Noor (2013), berbagai aspek yang harus diperhatikan terkait
dengan investasi, sebagai berikut.
1) Aspek Pengorbanan (Sacrifice Aspect)
Dalam aspek ini, seorang investor harus rela mengorbankan
sumber daya (resources) yang dikuasainya untuk melakukan investasi.
Bila aspek ini tidak terpenuhi, misalnya tidak mau berkorban, maka
gagasan investasi hanya akan menjadi wacana saja.
2) Aspek Harapan (Hope)
Dalam aspek ini, harapan (hope) yang rasional (masuk akal)
terhadap hasil investasi yang akan dilakukan. Bila dikaitkan dengan aspek
di atas (pengorbanan), tentu harapan yang diharapkan dari investasi ini
harus lebih besar dari pengorbanan yang dilakukan. Oleh karena itu, maka
bila harapan lebih kecil dari pengorbanan, maka gagasan investasi tersebut
tidak perlu diwujudkan.
Bila dilihat secara makro atau nasional, maka menjaga harapan
atau persepsi masyarakat mengenai masa depan yang lebih baik adalah
sangat penting dan strategis, agar investasi daapt berkembang dengan baik
untuk kesejahteraan bersama. Harapan (dalam konteks investasi) erat
sekali kaitannya dengan iklim investasi. Dengan demikian maka
pemerintah sebagai penyelenggara negara sangat penting perannya dalam
menciptakan iklim usaha (investasi) yang kondusif guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya melalui kegiatan investasi.
3) Aspek Risiko (Risk Aspect)
Bila seseorang melakukan investasi maka dia harus siap menerima
risiko atau kegagalan dalam investasi tersebut. Tidak semua oang yang
berbisnis mendapat laba, tetapi ada yang hanya balik modal (impas), atau
bahkan ada yang rugi (loss). Bila salah satu dari 2 (dua) hal terakhir terjadi
dikenal dengan istilah risiko bisnis. Bila dilihat hubungan antara aspek
harapan dengan aspek resiko ini normalnya adalah hubunhgan lurus, atau
sebanding.
4) Aspek Waktu (Time Aspect)
Investasi adalah kegiatan jangka panjang. Sekarang melakukan
investasi, hasilnya diharapkan diterima di masa datang, artinya dalam
melakukan investasi dibutuhkan kesabaran untuk menunggu hasil yang
diharapkan. Waktu identik dengan kesempatan, merupakan sumber daya
yang disengaja dan tidak bisa diperbaharui (irrenewable). Terkait dengan
aspek ini adalah masalah nilai (dari laba) yang dihasilkan oleh investasi
ini. Dengan demikian maka untuk menilai kelayakan investasi digunakan
perspektif waktu, yaitu menilai penerimaan di masa yang akan datang
(Future Value), dengan perspektif nilai sekarang (Present Value), saat
berinvestasi. Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa investasi adalah
kegiatan awal dari aktivitas ekonomi atau bisnis, yaitu mengalokasikan
atau menanamkan sumber daya saat ini (sekarang) untuk menghasilkan
barang dan jasa dengan harapan mendapatklan manfaat (dikemudian hari).
5) Aspek Jenis Investasi
Menurut jenisnya, investasi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua)
kelompok yaitu sebagai berikut :
(1) Investasi langsung (direct investment)
Investasi langsung adalah investasi pada faktor produksi yang
menghasilkan aneka barang dan jasa untuk keperluan konsumsi
masyarakat, atau dikenal juga dengan investasi pada sektor riil.
(2) Investasi tidak langsung (indirect investment)
Investasi tidak langsung adalah investasi bukan pada faktor prroduksi,
tetapi pada sektor keuangan (financial investment), seperti deposito,
saham, obligasi, reksadana, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat
Utang Negara (SUN), dan investasi pada surat berharga lainnya.
Secara mikro (individu) investasi langsung atau investasi pada sektor riil
dan investasi tidak langsung atau investasi pada sektor finansial, adalah alternatif
(pilihan) investasi. Secara makro, investasi langsung atau investasi pada sektor riil
adalah yang utama, dan investasi sektor financial adalah penunjang, agar investasi
langsung atau sektor riil dapat bergerak lebih cepat untuk meningkatkan aktivitas
ekonomi (Noor, 2013).
2.9 Pengertian Penanaman Modal Asing
Investasi langsung tidak hanya dilakukan di dalam negeri, namun
investasi juga dapat dilakukan di luar negeri. Ada beberapa pandangan tentang
investasi asing langsung sebagai berikut.
1) Neuhaus (2005), FDI reflects the objective of obtaining a lasting
interest by a resident entity in one economy (direct investor) in an
entity resident in an economy other than that of the investor (direct
investment enterprise)
2) Hill (2008), Foreign Direct Investment (FDI) occurs when a firm
invests directly in facilities to produce or market a product in a
foreign country.
3) Krugman & Obstfeld (2009), by direct foreign investment we mean
international capital flows in which a firm in one country creates or
expands a subsidiary in other.
4) Gwartney, et al (2011), when institutions and policies are similar
across countries, investment capital should flow into the projects that
promise the highest expected rate of return.
5) Miles & Scott (2005), Direct Investment occurs when an individual or
firm in one country acquires a lasting interest in an enterprise
resident in another economy. Direct investment implies a long-term
relationship between the investor and the recipient firm, where the
investor has significant influence over the enterprise.
Menurut Undang – Undang Nomer 25 tahun 2007, Penanaman Modal
Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.
Dari pandangan para ahli dan undang – undang dapat diungkapkan
pengertian investasi asing langsung adalah modal yang masuk dari negara tempat
investor berasal kepada negara lain untuk membeli aset, membangun produksi,
mendirikan usaha atau bentuk lainnya yang akan berharap akan mendapatkan
keuntungan yang tinggi di masa mendatang.
2.10 Persyaratan Penanaman Modal Asing
World Bank mensyaratkan penanaman modal asing langsung adalah
sebagai berikut : pertama, pemerintah memfasilitasi masuknya investasi asing dan
pembentukan investasi oleh warga negara dari negara lain; kedua, pemerintah
harus menghindari membuat peraturan prosedural terlalu rumit atau bersifat
memaksa yang tidak perlu, pengakuan investasi tersebut; ketiga, penanaman
modal asing harus mengetahui peraturan prosedur melakukan pendaftaran sebagai
investor di negara tujuan investasi; keempat, negara berhak menolak atau
menerima investor asing yang sudah berminat untuk berinvestasi di negaranya;
kelima, investor asing tunduk pada hukum dan peraturan yang berlaku untuk
investasi di negara yang bersangkutan; keenam, setiap negara didorong untuk
mempublikasikan dalam bentuk bukut atau media lainnya yang mudah diakses
negara lain dan investornya tentang informasi yang memadai dan secara teratur
diperbaharui yang berkaitan dengan legislasi, peraturan dan prosedur yang relevan
untuk investasi asing serta berbagai kebijakannya; ketujuh, setiap negara
mengeluarkan izin sebagai bentuk mengakui pengoperasian investasi asing;
kedelapan, negara mengesahkan pemakaian tenaga kerja asing dan memberi
kebebasan investor untuk memakai manajer puncak terlepas dari
kewarganegaraannya; kesembilan, negara memberi kebebasan transfer periodik
rutin gaji dan upah personil asing, kebebasan transfer pendapatan dan realisasi
investasi, kebebasan transfer dana untuk pembayaran utang kontrak atau debit
kewajiban lainnya yang jatuh tempo, kebebasan transfer hasil likudasi atau
penjualan investasi; kesepuluh, setiap negara tidak boleh mengambil alih atau
mengambil seluruh atau mengambil sebagian investasi swasta asing atau
mengambil langkah-langkah yang memiliki efek yang sama kecuali bila hal ini
dilakukan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku; kesebelas, perselisihan
antara investor asing dengan negara tuan rumah diselesaikan dengan negosiasi
termasuk konsiliasi dan arbitrase independent.
Penanaman modal asing merupakan hal yang memiliki arti penting bagi
kemajuan suatu negara sehingga negara perlu memperhatikan faktor-faktor
pendorong melalui teori-teori penanaman modal asing agar semakin banyak
investor asing menanamkan modalnya di suatu negara. Penanaman modal asing
akan mempertimbangkan berbagai aspek dalam melakukan investasi di suatu
negara. Berbagai pertimbangan investor asing telah dikaji dalam teori Foreign
Direct Investment.
2.11 Teori dari Foreign Direct Investment
Teori dari Foreign Direct Investment yang mendasari investor asing dalam
mengambil keputusan investasi ke suatu negara sebagai berikut.
2.11.1 The Differential Rates of Return Hypothesis
Teori ini menyatakan bahwa modal dari suatu negara dengan tingkat
pengembalian rendah berpindah ke negara yang memiliki tingkat pengembalian
yang tinggi dalam suatu proses yang cepat. Dalam hal ini FDI diputuskan dengan
mempertimbangkan marginal return dan marginal costnya. Investor berusaha
menghitung seberapa besar resiko yang akan ditanggungnya dengan dengan
keuntungan yang akan di dapatnya di masa mendatang sehingga arus
pengembalian modal akan diketahui secara jelas.
Pengembalian investasi yang menguntungkan di suatu negara membuat
investor berani mengambil keputusan untuk melakukan penanaman modal di
negara tersebut. Dengan adanya tingkat pengembalian investasi yang tinggi di
suatu negara makin membuat investor akan menambah jumlah investasinya dan
investor akan lama bertahan di negara tersebut. Investor lebih tertarik ke negara
yang memiliki tenaga kerja yang berpendidikan, produktifitasnya tinggi, memiliki
resiko yang rendah. Adanya tenaga kerja yang berpendidikan maka memudahkan
perusahaan makin berkembang. Produktifitas tinggi di suatu negara akan
membuat pengembalian investasi makin cepat. Selain itu, resiko di negara tujuan
investasi menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya
(Moosa, 2002).
Teori Lingkaran Setan Kemiskinan dari Nurkse yang mengatakan bahwa
rendahnya pendapatan masyarakat nyata menyebabkan tingkat permintaan
menjadi rendah, sehingga pada gilirannya tingkat investasipun rendah. Tingkat
investasi yang rendah kembali menyebabkan modal kurang dan produktivitas
rendah (Jhingan,2010).
2.11.2 The Country Risk
Teori ini menyatakan bahwa faktor ekonomi menimbulkan risiko ekonomi
karena indikator ekonomi seperti : percepatan laju inflasi dan depresiasi mata
uang dapat mempengaruhi arus kas negatif yang mencegah penanaman modal
asing masuk ke suatu negara (Moosa, 2002). Erramilli and D’Souza (1995) dalam
Jason (2008) mengatakan “ketidakstabilan ekonomi sebuah negara tuan rumah
dapat menjadi penghalang utama untuk masuknya penanaman modal asing.
Segala bentuk ketidakstabilan memperkenalkan bentuk ketidakpastian yang
mendistorsi persepsi investor terhadap profitabilitas masa depan di negara
tersebut”.
Salah satu indikator yang paling penting dari stabilisasi ekonomi adalah
tingkat inflasi. Negara-negara yang memiliki tingkat inflasi yang tinggi dianggap
berisiko oleh investor. Oleh karena itu, berkaitan dengan investor, stabilitas harga
yang disediakan di negara tempat investasi dibuat memiliki kepentingan besar
(Melek, 2013).
Glaister dan Atanasova (1998) mengatakan inflasi yang tinggi dapat
menyebabkan berbagai masalah di dalam negeri untuk mengurangi daya tarik
untuk asing investor. Wint dan Williams (2002) menunjukkan bahwa ekonomi
yang stabil menarik lebih banyak FDI, dengan demikian lingkungan inflasi yang
rendah diinginkan di negara-negara yang mempromosikan FDI sebagai sumber
arus modal (Jason, 2008).
2.11.3 The Location Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa lokasi yang berbeda di tiap negara
didalam berbagai faktor produksi seperti tenaga kerja dan sumber daya alam yang
membuat keberadaan FDI di suatu negara. Salah satu bentuk perbedaan lokasi dari
biaya-biaya faktor produksi adalah upah murah. Kenaikkan upah di suatu negara
mengakibatkan perubahan harga faktor produksi sehingga perusahaan lebih
menggunakan metode yang lebih ke arah padat modal melalui penggunaan mesin
atau teknologi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan upah tidak seiring dengan
peningkatan produktivitas (Moosa, 2002).
Peningkatan upah di suatu negara merupakan suatu ancaman yang serius
bagi setiap investor untuk meraih keuntungan dari investasinya yang akan
dilakukan ataupun investasi yang sudah dilakukan. Oleh sebab itu, peningkatan
upah di suatu negara akan menurunkan minat investor untuk menanamkan
modalnya di negara tersebut dan ada kemungkinan pergeseran penggunaan
metode ke arah padat modal bagi investor yang sudah berinvestasi di negara
tersebut (Moosa, 2002). Teori ini dimulai dari penelitian Horst (1972) yang
digunakannya untuk menjelaskan FDI Amerika di Kanada; Riedel (1975)
menjelaskan tentang lower cost menjadi faktor penentu dominan FDI Ekspor di
Taiwan; Golberg (1972), Saunders (1983), Scheider & Frey (1985), Culem
(1988), Moore (1993) yang telah menemukan peningkatan upah akan
menyurutkan FDI.
2.11.4 Market Size Hypothesis
Teori ini menyatakan bahwa besarnya FDI yang mengalir ke suatu negara
tergantung dari besarnya output dari perusahaan multinasional di negara tersebut
atau besarnya ukuran pasar dari negara tersebut yang diukur berdasarkan GDP
atau PDRB. Ukuran pasar yang besar akan membuat ketertarikan investor untuk
menanamkan modalnya di negara tujuan investasi karena negara tersebut
dianggap potensial untuk menghasilkan keuntungan apabila investor menanamkan
modalnya (Moosa, 2002).
Ukuran pasar di negara tujuan investasi akan menentukan seberapa besar
perusahaan akan mampu meraih penjualan usaha. Ukuran pasar yang besar dapat
dilihat dari GDP negara tersebut. Semakin besar GDP pada negara tujuan
investasi maka semakin besar minat investor untuk menanamkan modal dan
mendirikan usaha di negara tersebut. Dengan adanya GDP yang besar maka
investor berpeluang untuk memperbesar usaha dan meraih keuntungan yang baik
karena masyarakat mempunyai daya beli yang besar. GDP yang besar merupakan
peluang bagi setiap investor untuk meraih keuntungan (Moosa, 2002).
2.11.5 The Currency Areas Hypothesis
The Currency Areas Hypothesis menyatakan bahwa fluktuasi nilai tukar
mata uang akan membuat investor kecenderungan kuat untuk menanamkan
modalnya pada negara yang dipandang menguntungkan dari sisi nilai tukar.
Dengan kata lain, negara yang mempunyai nilai mata uang yang kuat merupakan
sumber dari FDI dan negara yang mata uangnya lemah adalah tujuan dari FDI.
Negara yang memiliki mata uang yang lemah akan memudahkan investor akan
mudah membangun usahanya karena disaat investor menukar mata uangnya di
negara tersebut maka investor mendapatkan uang yang lebih banyak. Dengan nilai
mata uang yang kuat di negara investor, investor memiliki daya beli yang kuat
atas faktor produksi di negara tujuan investasi. Dengan daya beli yang besar atas
faktor produksi maka memudahkan investor untuk berproduksi dan
mengembangkan usaha dalam meraih keuntungan. Apresiasi mata uang dalam
negeri akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya di luar negeri.
Perubahan nilai tukar berdampak pada perubahan biaya invetor dan pendapatan
(Moosa, 2002).
2.11.6 Government Regulations
Regulasi yang diterapkan oleh pemerintah bertujuan menarik investor asing
untuk menanamkan modalnya melalui berbagai insentif. Regulasi pemerintah
yang menawarkan insentif untuk mendorong investasi asing masuk berinvestasi
meliputi beberapa hal seperti : pertama, insentif fiskal seperti pengurangan pajak,
investasi dan reinvestasi tunjangan, dan pembebasan bea masuk; kedua, insentif
keuangan seperti subsidi, hibah dan jaminan pinjaman; ketiga, pasar preferensi
termasuk hak monopoli, perlindungan dari persaingan yang timbul dari impor, dn
kontrak istimewa pemerintah; keempat, biaya infrastruktur yang rendah, bahan
bakar dan energi; kelima, penyediaan informasi melalui instansi; keenam, sebuah
kerangka kerja yang jelas, kebijakan yang efisien stabil diimplementasikan
dengan menghormati penanaman modal asing; ketujuh, kondisi yang fleksibel
sehubungan dengan penyertaan modal lokal (Moosa, 2002).
Stoever (1999) dalam Moosa (2002) mengusulkan skema yang berbeda
dilakukan oleh berbagai tingkat pemerintahan dalam merumuskan kebijakan
terhadap penanaman modal asing : pertama, memeriksa campuran arahan
pemerintah dan kekuatan pasar yang memandu kegiatan ekonomi negara; kedua,
menentukan prioritas untuk jenis investasi oleh pemerintah dan manfaat yang
diharapkan dari investasi ini; ketiga, penyusunan undang-undang, kebijakan dan
peraturan yang mengatur investasi tertentu; keempat, menggunakan alat-alat input
± output analisis, ± biaya analisis manfaat, dan neraca pembayaran analisis untuk
mengevaluasi proposal investasi individu. Subsidi untuk investor asing dari
pemerintah membuat atraktif perusahaan asing menanamkan modalnya di suatu
negara. Regulasi pemerintah yang memberikan insentif (Moosa, 2002).
2.11.7 Political Risk
Investor asing mempertimbangkan resiko politik yang ada di suatu negara
sebelum melakukan penanaman modal asing di negara tersebut. Situasi politik
yang tidak stabil akan membuat investor asing membatalkan keputusannya untuk
melakukan penanaman modal (Moosa, 2002). Situasi politik yang stabil dapat
mendorong tabungan dan investasi. Orang tidak ingin melakukan bisnis dalam
ekonomi yang diperlemah oleh perang, demonstrasi. Orang tidak akan memulai
bisnis baru atau membangun pabrik baru jika mereka percaya bahwa perubahan
pemerintahan atau perubahan dalam kemauan politik dari pemerintah saat ini bisa
mengakibatkan penyitaan properti mereka (Boyes & Melvin, 2002).
Stabilitas politik memberikan rasa nyaman bagi setiap investor asing atau
calon investor dari kemungkinan kehilangan aset usaha di masa mendatang. Salah
satu ancaman bagi hak milik adalah ketidakstabilan politik (Mankiw, 2009).
Dengan adanya ancaman hak milik akibat ketidakstabilan politik tersebut, investor
lebih memilih melakukan pelarian modal ke negara lain sehingga terlihat arus
modal yang keluar akan berdampak pada neraca perdagangan makin minus dan
nilai tukar mata uang semakin melemah (Mankiw, 2009).
2.11.8 Infrastructure
Infrastruktur memainkan peranan penting di dalam pengembangan
ekonomi dan daya saing daerah. Infrastruktur yang strategis berguna bagi investor
yang mencari lokasi untuk dimanfaatkan bagi industri agar mendapatkan
keuntungan (Stimson, et.al, 2006). Infrastruktur di suatu negara akan menjadi
pertimbangan bagi para investor di dalam menanamkan modal di negara tersebut
(Jones & Wren, 2006). Kualitas infrastruktur yang baik di suatu negara akan
membuat penanaman modal asing lebih atraktif (Tsen, 2005). Kebutuhan terhadap
infrastruktur merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh
pemerintah untuk mendukung kemajuan industri.
Penyediaan hard infrastructure seperti : jalan raya, sistem pembuangan
limbah, sistem penyediaan air, bandara, dan perangkat keras telekomunikasi; serta
soft infrastructure seperti pendidikan, kesehatan, pemerintahan, kepemimpinan
daerah dan pengetahuan yang dimiliki oleh suatu daerah memiliki peranan penting
di dalam memfasilitasi produksi dan perdagangan. Adanya dukungan infrastruktur
dapat membuat perusahaan menjadi kompetitif lebih cepat dan lebih cerdas dalam
menyesuaikan perubahan kondisi (Stimson, et. al., 2006).
2.11.9 The Ecletic Paradigm
The Ecletic Paradigm mengatakan bahwa perusahaan akan menanamkan
modalnya di luar negeri karena ada perbedaan negara dan karakteristik industri
pada ownership (O), locational (L), dan internalization (I). Perusahaan harus
memiliki aset kepemilikan khusus yang memberikan keuntungan lebih dari
perusahaan lain dan yang ekslusif untuk perusahaan. Perusahaan juga harus
melakukan internalisasi aset-aset dalam perusahaan daripada melakukan kontrak
atau lisensi. Selain itu, ada keharusan untuk mendapatkan keuntungan dalam
mendirikan produksi di negara asing tertentu daripada bergantung pada ekspor
(Jones & Wren, 2006).
Adapun tiga kondisi dari The Ecletic Paradigm adalah pertama,
Ownership (O) dengan kondisi: ukuran perusahaan, teknologi dan merek dagang,
manajemen dan sistem organisasi, akses untuk cadangan kapasitas, ekonomis
pasokan kerjasama, lebih besar akses ke pasar dan pengetahuan, kesempatan-
kesempatan internasional seperti diversifikasi resiko; kedua, Locational (L)
dengan kondisi: distribusi input dan pasar, biaya tenaga kerja, bahan-bahan, dan
biaya transportasi antar negara, intervensi pemerintah dan kebijakan, komersial
dan hukum infrastruktur, bahasa, budaya dan adat istiadat; ketiga, Internalisation
(I) dengan kondisi: pengurangan biaya pencarian, negosiasi dan monitoring,
menghindari biaya penegakkan hak milik, melakukan diskriminasi harga,
perlindungan produk, menghindari tarif (Jones & Wren, 2006).
Berbagai hambatan dapat terjadi dalam menarik minat investasi swasta
asing berinvestasi pada suatu negara, berakibat investor asing tidak dapat
mengambil keputusan untuk melakukan investasi pada negara yang dituju.
2.12 Hambatan pada Investasi Asing Swasta
Faktor-faktor yang menghambat investasi swasta di negara terbelakang
tidak hanya faktor ekonomi tapi juga politik, hukum budaya dan faktor tersebut
adalah sebagai berikut (Jhingan, 2010).
1) Kecilnya pasar domestik yang menyebabkan Rate of Return pada modal
rendah
2) Kekurangan fasilitas dasar, seperti transport, tenaga dan keperluan umum
lainnya, sistem perbankan, dan kredit, dan buruh terampil
3) Pembatasan pada pembayaran laba dan repatriasi modal, atau
kekhawatiran akan penolan sekaligus kesemua itu
4) Ancaman pengambilalihan, nasionalisasi, atau pemilikan oleh negara, dan
reservasi jenis industri tertentu bagi perusahaan domestik
5) Pengaturan perusahaan asing secara ketat untuk tujuan nasional dengan
menetapkan pagu penghasilan, dengan diskriminasi pajak laba, dan
dengan mewajibkan perusahaan asing untuk melatih dan mempekerjakan
sejumlah tertentu buruh lokal tidak hanya pada posisi biasa tetapi juga
pada posisi eselon tinggi
6) Pengendalian devisa yag ketat dan khususnya keruwetan dan
keterlambatan administrasi yang berkaitan dengan pengendalian alat tukar
7) Kekhawatiran diskriminasi pada pengadilan lokal karena perbedaan
konsepsi hukum
8) Ketidakstabilan politik dan ekonomi, “perang dingin”, dan
kecenderungan sosialis di negara terbelakang menyebabkan
ketidakmenentuan dan kekurangyakinan pihak investor asing negara
kapitalis
Kehadiran investor asing di dalam melakukan penanaman modal di suatu
negara dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi dan mengurangi
angka pengangguran negara tersebut. Adapun manfaat dari kehadiran investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka pengangguran dapat
dilihat pada Doktrin Pertumbuhan Berimbang yang didukung oleh Rosentein-
Rodan (Jhingan, 2010), Ragnar Nurkse (Jhingan, 2010), dan Arthur Lewis
(Jhingan, 2010).
2.13 Teori Akselerasi
Teori akselerasi merupakan teori investasi yang didasarkan kepada
hubungan rigid atau kaku di antara jumlah barang modal (capital stock) dengan
tinggi pendapatan nasional yang dapat diciptakannya. Menurut teori ini, rasio di
antara nilai stok modal dengan nilai produksi yang dapat diwujudkannya adalah
tetap. Teori ini dikembangkan oleh Bickerdike dan J.M.Clark pada tahun 1910an
(Sukirno, 2000).
Sukirno (2000) mengatakan pandangan utama dari teori akselerasi sebagai
berikut:
1) Terdapat hubungan yang proporsional di antara jumlah barang modal yang
tersedia dengan tingkat produksi nasional yang dapat diwujudkannya
2) Kebutuhan yang meningkatkan produksi di masa depan memerlukan investasi
yang beberapa kali nilainya dari peningkatan produksi yang perlu dilakukan.
Aspek kedua dari pandangan ini menyebabkan teori investasi ini lebih dikenal
sebai prinsip akselerasi atau prinsip percepatan. Selanjutnya rasio atau
perbandingan di antara nilai stok modal yang diperlukan dengan produksi nasional
yang dapat diwujudkan dinamakan akselerator atau koefisien akselerasi.
Investasi merupakan suatu kegiatan untuk menambah baran modal dalam
perekonomian. Walau bagaimanapun pada setiap periode investasi tidak akan
menambah barang modal sebanyak nilai investasi tersebut. Sebagian dari investasi
dilakukan untuk menggantikan barang modal yang telah didepresiasikan dan tidak
digunakan lagi. Pertambahan barang modal dalam suatu periode tertentu dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:
∆Kt = It – Dt
Dimana :
∆Kt = pertambahan nilai modal pada tahun t
It = nilai investasi pada tahun t
Dt = nilai barang modal yang didepresiasikan pada tahun t
Biasanya It > Dt saehingga akibatnya investasi yang dilakukanterus
menerus pada masa lalu akan menyebabkan suatu akumulasi stok modal tertentu,
yaitu pada tahun t nilai stock modal tersebut adalah Kt. Kemampuan stok modal
ini akan menghasilkan produksi nasional ditentukan oleh rasio modal produksi,
yaitu W. Dengan demikian hubugan antara stok modal (Kt) dan produksi nasional
yang dapat diciptakan (Ypt) sebagai berikut:
Kt = W YPt
Dimana YPt adalah nilai maksimum dari pendapatan nasional yang dapat
diciptakan oleh barang modal yang bernilai Kt.
2.14 Doktrin Pertumbuhan Berimbang
Teori pertumbuhan berimbang mengharuskan adanya pembangunan yang
serentak dan harmonis dari berbagai sektor ekonomi sehingga semua sektor
tumbuh bersama. Untuk itu, diperlukan keseimbangan antara sisi permintaan dan
sisi penawaran. Sisi penawaran memberikan memberikan tekanan pada
pembangunan serentak dari semua sektor yang saling berkaitan dan yang
berfungsi meningkatkan penawaran barang. Ini meliputi pembangunan serentak
dan harmonis dari barang setengah jadi, bahan mentah, tenaga, pertanian,
pengairan, angkutan, dan lain-lain, serta semua industri yang memproduksi barang
konsumen. Sebaliknya, sisi permintaan berhubungan dengan penyediaan
kesempatan lapangan kerja yang lebih besar dan penambahan penghasilan agar
permintaan barang dan jasa saling melengkapi, industri barang konsumen,
khususnya pertanian dan industri manufaktur. Jika semua industri dibangun secara
serentak maka jumlah tenaga yang terserap akan sangat besar (Jhingan, 2010).
Doktrin pertumbuhan berimbang didukung oleh Rosentein-Rodan, Ragnar
Nurkse, dan Arthur Lewis. Rosentein-Rodan berdalih bahwa seluruh industri yang
akan didirikan di Eropa Barat dan Eropa Tengah harus dianggap dan direncanakan
seperti suatu perusahaan raksasa atau trust, maka laju pertumbuhan ekonomi akan
lebih cepat daripada tidak dirancang bersama. Ide Rosenstein-Rodan
dikembangkan dan diuraikan oleh Ragnar Nurkse dalam tesisnya (Jhingan, 2010).
Menurut Nurkse, lingkaran setan kemiskinan yang terjadi di negara
terbelakang memperlambat perkembangan ekonomi. Pada sisi penawaran,
lingkaran ini berupa kapasitas kecil untuk menabung karena berasal dari
pendapatan riil yang rendah. Pendapatan riil yang rendah adalah karena rendahnya
produktivitas, yang sebaliknya disebabkan karena kurangnya modal. Kekurangan
modal adalah hasil dari rendahnya kapasitas menabung. Pada sisi permintaan,
dorongan untuk investasi adalah rendah karena rendahnya permintaan yang
disebabkan rendahnya tingkat pendapatan riil penduduk. Dorongan untuk
investasi dibatasi oleh luas pasar yang pada gilirannya tergantung pada
produktivitas karena “kapasitas membeli pada hakekatnya adalah kapasitas
memproduksi”. Dan produktivitas tergantung pada jumlah modal yang digunakan
dalam produksi. Tapi bagi pengusaha perorangan penggunaan modal terhalang
oleh sempitnya pasar yang pada gilirannya dibatasi oleh rendahnya produktivitas
(Jhingan, 2010).
Menurut Lewis, ada dualisme ekonomi yang dimiliki oleh negara-negara
“terbelakang” (underdeveloped). Pertama, sektor “tradisional”, umumnya
merupakan pertanian subsisten. Kedua, sektor “modern” yang bercorak pertanian
komersial, plantasi, dan manufaktur. Bagi Lewis, konsep “pembangunan”
mengambil tempatnya ketika surplus tenaga kerja bergerak dari sektor tradisional
ke modern yang kapitalis. Karena ada begitu banyak “surplus” tenaga kerja di
wilayah desa (rural), upah di sektor modern tidak akan meningkat sampai surplus
tenaga kerja telah terserap. Lewis menekankan bahwa seharusnya negara-negara
sudah harus mulai membangun sektor “modern”, khususnya bagaimana negara
harus menambah uang untuk kegiatan investasi manakala tabungan masyarakat
terbatas sebagai akibat dari tingginya tingkat kemiskinan. Sebagai suatu jalan
keluar dari jebakan ini, ia mendukung perlunya investasi luar negeri. Pemerintah
perlu melibatkan perusahaan-perusahaan luar negeri agar mau menginvestasikan
modalnya dalam pembangunan domestik melalui suatu proses yang disebut
“industrialization by invitation” (Jhingan, 2010).
2.15 Human Capital
Adam Smith dan Veblen menekankan pentingnya modal manusia di dalam
produksi. Adam Smith memasukkan kemampuan seluruh penduduk yang
diperoleh dan bermanfaat. Bagi Veblen, pengetahuan dan ketrampilan teknologi
merupakan peralatan immaterial atau asset tidak nyata masyarakat,tanpa itu modal
fisik tidak dapat dimanfaatkan secara produktif. Model pertumbuhan Solow dan
Romer menekankan juga pentingnya perannya manusia di dalam pertumbuhan
ekonomi (Jhingan, 2010).
Para ekonomi berpendapat bahwa langkanya investasi pada modal
manusia merupakan penyebab lambannya pertumbuhan negara terbelakang.
Tanpa mengembangkan pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dan menaikkan
tingkat ketrampilan dan efisiensi fisik rakyat, maka produktivitas modal fisik akan
merosot. Modal fisik menjadi lebih produktif jika negara mempunyai modal
manusia yang memadai. Menurut Kuznetz, GNP per kapita negara-negara Eropa
pada tahun 1750-1950 yang meningkat sebanyak sepuluh kali lipat diakibatkan
oleh pengembangan faktor manusia yang bekerja secara efisien atau produktif
dibandingkan dengan negara-negara di dunia (Jhingan, 2010).
Menurut Jhingan (2010), faktor-faktor pertumbuhan ekonomi ada 2 yaitu
faktor ekonomi dan faktor non ekonomi sebagai berikut.
1) Faktor ekonomi, yaitu : sumber alam, akumulasi modal, organisasi,
kemajuan teknologi, pembagian kerja dan skala produksi
2) Faktor non-ekonomi yaitu : faktor sosial, faktor manusia, faktor politik
dan administratif
David Parris (2009) dalam Suryana (2013) mengatakan pendidikan dan pelatihan
akan meningkatkan pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan (sebagai modal
intelektual) yang sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas, nilai
tambah, dan daya saing.
Nurkse mengatakan produktivitas yang rendah akan menghasilkan
pendapatan yang rendah (Jhingan,2010). Pendidikan dan ketrampilan merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Seorang warga
negara terdidik menghasilkan pendapatan tinggi dan produktivitas tinggi
(Nafziger,2006). Investasi pada human capital harus dilakukan dengan baik agar
berdampak positif bagi pendapatan mereka (Todaro & Smith, 2012). Modal
intelektual diukur oleh indeks pendidikan yang dilakukan dengan cara : 2/3 dikali
indeks angka melek huruf (Lit) ditambah 1/3 dikali indeks rata-rata lama sekolah
(MYS). Kedua nilai Lit dan MYS dijumlahkan sehingga menjadi indeks
pendidikan (BPS, 2008).
2.16 Pengaruh Beberapa Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
Pengaruh antara variabel dependen dengan variabel independen
menjelaskan tentang adanya kemungkinan keterkaitan antara variabel dependen
dengan variabel independen.
2.16.1 Pengaruh Stabilitas Ekonomi Yang Dicerminkan oleh Inflasiterhadap Penanaman Modal Asing
Investasi memegang peran penting untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi di daerah. Secara umum investasi akan masuk ke suatu daerah
tergantung dari daya tarik daerah tersebut terhadap investasi dan adanya iklim
investasi yang kondusif. Iklim investasi juga dipengaruhi oleh kondisi
makroekonomi suatu negara atau daerah. Kondisi inilah yang mampu
menggerakkan sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakkan roda
perekonomian (Pudjiharjo, 2010).
Teori Country Risk yang didukung oleh Erramilli dan D’Souza (1995),
Glaister dan Atanasova (1998), Wint dan Williams (2002) mengatakan bahwa
perusahaan asing melakukan penanaman modal ke negara yang memiliki stabilitas
ekonomi yang baik. Dengan adanya teori Country Risk maka stabilitas ekonomi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penanaman modal asing. Apabila
investor melihat suatu negara memiliki stabilitas ekonomi yang baik maka
investor makin berminat untuk menanamkan dananya ke negara yang memiliki
stabilitas ekonomi yang baik.
Ozturk (2007) mengatakan stabilitas ekonomi dan politik sangat penting
menentukan penanaman modal asing yang membuat dampak positif bagi
keseluruhan pertumbuhan ekonomi. Basu dan Srinivasan (2002) menekankan
aspek menentukan dari stabilitas ekonomi makro bagi investor dalam suatu
lingkungan yang dapat mengurangi risiko dan meningkatkan laba atas investasi.
Lim (2001), Bloningen (2005), Froot dan Stein (1991) Stevens (1998) dan
Klein dan Rosengren (1994), menegaskan tertentu pentingnya stabilitas ekonomi
makro, stabilitas nilai tukar. Ada dimensi ekonomi makro terhadap risiko negara
atau iklim usaha untuk karakteristik tertentu dari inflasi, utang dan pengurangan
defisit, yang dapat berpengaruh negatif keputusan investasi perusahaan dengan
menciptakan kondisi ketidakpastian pada nilai aktiva atau pajak masa depan
(Zenasni & Benhabib, 2013).
2.16.2 Pengaruh Human Capital terhadap Penanaman Modal Asing
Setiap perusahaan memiliki orientasi pada daerah yang dapat memberikan
pengembalian modal yang tinggi. Pengembalian modal yang tinggi ditentukan
oleh human capital di daerah tersebut. Investor lebih tertarik ke negara yang
memiliki tenaga kerja yang berpendidikan, produktifitasnya tinggi, memiliki
resiko yang rendah. Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam
proses produksi yaitu tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena
kualitasnya (Mulyadi, 2008). Adanya tenaga kerja yang berpendidikan maka
memudahkan perusahaan makin berkembang. Produktifitas tinggi di suatu negara
akan membuat pengembalian investasi makin cepat. Human capital yang berbeda
di berbagai tempat memiliki hubungan terhadap keputusan investor dalam
melakukan investasi (Imad Moosa, 2002). Ada investasi insani (human
investment) yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia
yang mempunyai besar terhadap produksi. Investasi insani ini bisa berupa
sekolah-sekolah formal, sekolah-sekolah kejuruan, dan program-program
pelatihan kerja serta pendidikan informal lainnya. Semua jenis investasi tersebut
menyebabkan terjadinya akumulasi modal (Subandi, 2012).
Pendidikan dan pelatihan akan meningkatkan pengetahuan, kecakapan,
dan ketrampilan (sebagai modal intelektual) yang sangat diperlukan untuk
meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing. Dengan modal
intelektual dalam bentuk ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan kecakapan maka
pola pikirseseorang akan terbuka, dan melahirkan ide, gagasan, inspirasi dan
khayalan-khayalan yang cemerlang sehingga menghasilkan kekayaan intelektual,
seperti paten, merek, desain, dan nilai-nilai tambah baru. Modal intelektual juga
dapat mendorong proses “Kaizen”, yaitu suatu proses perbaikanyang terus
menerus untuk meningkatkan nilai tambah dan kualitas (Suryana, 2013).
Kemajuan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari produktivitas kerja
penduduknya. Adapun produktivitas itu sendiri harus didukung oleh tingkat
investasi dan sumber daya manusia yang memadai (Subandi, 2012).
The Differential Rates of Return Hypothesis yang didukung oleh Jorgensen
(1963), Agarwal (1980), More (1993), Sosvila-Rivero (1994), Wang & Swain
(1995), Lipsey (2000) mengatakan human capital memainkan peranan penting
didalam masuknya penanaman modal asing ke suatu wilayah. Dengan adanya The
Differential Rates of Return Hypothesis maka human capital berpengaruh positif
dan signifikan terhadap masuknya penanaman modal asing. Apabila investor
melihat suatu negara memiliki human capital yang baik maka investor akan
berinvestasi ke negara tersebut.
2.16.3 Pengaruh Upah Tenaga Kerja terhadap Penanaman Modal Asing
Setiap investor memperhatikan perbedaan upah di berbagai daerah
sebelum mengambil keputusan investasi. Upah merupakan salah satu komponen
biaya yang sifatnya biaya tetap sehingga biaya ini dapat mengurangi keuntungan
perusahaan. Peningkatan upah di suatu negara merupakan suatu ancaman yang
serius bagi setiap investor untuk meraih keuntungan dari investasinya yang akan
dilakukan ataupun investasi yang sudah dilakukan. Oleh sebab itu, peningkatan
upah di suatu negara akan menurunkan minat investor untuk menanamkan
modalnya di negara tersebut dan ada kemungkinan pergeseran penggunaan
metode ke arah padat modal bagi investor yang sudah berinvestasi di negara
tersebut (Moosa, 2002).
Kompensasi merupakan komponen biaya produksi. Jika kompensasi
semakin besar, maka biaya produksi juga semakin besar dan jika biaya produksi
semakin besar, maka harga pokok juga besar. Pada perusahaan yang sudah
memiliki nama baik dan masyarakat sudah beranggapan bahwa barang yang
dihasilkan berkualitas, maka besarnya harga pokok yang mengakibatkan tingginya
harga jual masih dapat digunakan oleh perusahaan itu (Sutrisno, 2012). Dengan
tingginya nilai upah minimum di suatu daerah menyebabkan perusahaan-
perusahaan yang akan melakukan investasi tidak tertarik untuk menanamkan
modalnya dikarenakan biaya produksi perusahaan yang tinggi. Hal ini di
khawatirkan dengan tingginya nilai upah minimum akan mengakibatkan
perusahaan-perusahaan yang sudah menanamkan modalnya melakukan relokasi
modal keluar daerah. Kenaikan biaya produksi harus diimbangi dengan tingkat
produktivitas pekerja maka keuntungan perusahaan akan berkurang dan tingkat
investasi juga akan berkurang. Tingkat upah yang rendah mendorong perusahaan
menarik lebih banyak tenaga kerja. Dengan banyaknya tenaga kerja maka output
akan lebih banyak yang diproduksi. Semakin banyak output maka tingkat
keuntungan mengalami peningkatan sehingga perusahaan cenderung
meningkatkan investasinya (Sukirno, 2000).
Hypothesis yang didukung oleh Horst (1972), Riedel (1975), Golberg
(1972), Saunders (1983), Scheider & Frey (1985), Culem (1988), Moore (1993)
mengatakan bahwa perusahaan asing melakukan penanaman modal ke negara
yang memiliki upah tenaga kerja yang lebih rendah dari negaranya. Dengan
adanya teori The Location Hypothesis maka upah tenaga kerja berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap masuknya penanaman modal asing. Apabila
investor melihat suatu negara kecenderungan upah pekerjanya rendah maka
kecenderungan investor akan menginvestasikan modalnya ke negara yang
memiliki upah pekerja yang rendah.
2.16.4 Pengaruh Penananaman Modal Asing terhadap PertumbuhanEkonomi
Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu
masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi,
yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat,
sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan
nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat
investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh
perkembangan teknologi.
Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi
yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitikberatkan
pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan
ekonomi daerah (Lincoln Arsyad, 1997). Beberapa asumsi yang digunakan dalam
teori ini adalah bahwa:
1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan
barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh.
2) Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan)
berarti sektor pemerintah dan perdagangan tidak ada
3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original
(nol)
4) Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save =MPS)
besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital
Output Ratio= COR) dan rasio penambahan modal-output (Incremental
Capital Output Ratio)
Teori ini memiliki kelemahan yakni kecendrungan menabung dan ratio
pertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam jangka
panjang. Demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak
konstan, harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah akan mempengaruhi
investasi.
Dalam model pertumbuhan terikat dikatakan bahwa hasil investasi akan
semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar. Dengan
diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya atau modal
manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif) dan memacu
produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala
hasil. Meskipun teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting,
namun model pertumbuhan terikat menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak
perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi
jangka panjang. Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan
potensi keuntungan dari investasi komplementer (complementary investment)
dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau
kegiatan penelitian. Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan
manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki
efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara menyediakan berbagai macam
barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam
industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan
demikian model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam
pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung.
Teori pertumbuhan Harrod Domar, teori pertumbuhan Solow, teori
pertumbuhan terikat Romer, Doktrin Pertumbuhan Berimbang mendukung bahwa
pentingnya akumulasi modal untuk pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
2.16.5 Pengaruh Penanaman Modal Asing terhadap Pengangguran
Proses pembentukan modal menghasilkan kenaikan output nasional juga
dapat meningkatkan kesempatan kerja dan membawa kearah kemajuan teknologi
yang pada gilirannya membawa ke arah spesialisasi dan penghematan dalam
produksi skala luas. Investasi di bidang barang modal tidak hanya meningkatkan
produksi tetapi juga kesempatan kerja(Jhingan, 2010). Hubungan antara investasi
(PMA dan PMDN) dengan kesempatan kerja menurut Harrod-Domar, investasi
tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi.
Tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi, otomatis akan
ditingkatkan penggunanya. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi
rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan.
Setiap negara berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi
terutama investasi swasta yang dapat membantu membuka lapangan kerja
sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja (Dumairy, 1997).
Akumulasi modal akan terjadi jika ada produksi tertentu dari pendapatan
sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output
pada masa yang akan datang. Selain capital stock yang terdiri dari pabrik-pabrik,
mesin-mesin, peralatan-peralatan dan barang-barang baru, investasi-investasi
lainnya yang dikenal dengan sebutan infrastruktur sosial dan ekonomi yaitu jalan
raya, listrik, air, sanitasi dan komunikasi akan mempermudah dan
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan ekonomi untuk mencapai tingkat output yang
lebih besar. Selain itu ada juga investasi tidak langsung yaitu investasi sumber
daya manusia yang dapat memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang akan
mempunyai pengaruh yang sama atau bahkan lebih besar terhadap produksi.
Investasi sumber daya manusia seperti penyediaan fasilitas-fasilitas pendidikan
yang terdiri dari pembangunan gedung sekolah, program latihan kerja serta
berbagai pendidikan informal lainnya yang diciptakan secara lebih efektif untuk
memperbesar kemampuan manusia (Arsyad, 1997).
Adanya investasi sumber daya manusia akan mengakibatkan sumber daya
manusia memiliki kemampuan yang semakin meningkat sehingga produktivitas di
dalam bekerja semakin meningkat. Teori akumulasi modal Jhingan, Doktrin
Pertumbuhan Berimbang mendukung pentingnya penananaman modal asing
untuk mengurangi pengangguran.
2.16.6 Pengaruh Human Capital terhadap Upah Tenaga Kerja
Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat
meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan
satu tahun sekolah berarti, di satu pihak, meningkatkan kemampuan kerja dan
tingkat penghasilan seseorang, akan tetapi di pihak lain menunda penerimaan
penghasilan selama satu tahun untuk mengikuti sekolah tersebut dan berharap
untuk meningkatkan penghasilan dengan peningkatan pendidikan.
Pendidikan tidak saja menjadikan seseorang mempunyai pengetahuan
melainkan juga kemahiran yang nantinya dapat digunakan untuk mendapatkan
pekerjaan yang diinginkan dan upah yang tinggi. Tingkat pendidikan
mempengaruhi tingkat pendapatan, mereka yang mempunyai pendidikan lebih
tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Pada dasarnya
pendapatan yang lebih tinggi dari mereka yang berpendidikan tinggi bukanlah
hasil langsung dari investasi yang lebih mahal pada pendidikan mereka yang lebih
tinggi, melainkan dari sesuatu yang komplek. Membayar untuk keahlian,
pengetahuan, dan kompetensi adalah lebih stratejik karena pekerja merasa lebih
dihargai kemampuan individunya sehingga pekerja akan memberikan seluruh
kemampuan terbaiknya bagi perusahaan. Penggajian berdasarkan kompetensi
akan mendorong karyawan untuk lebih meningkatkan keahlian dan kompetensi
yang dimilikinya untuk perusahaan (Dessler, 2009). Membayar pekerja
berdasarkan skill-based pay akan memberikan motivasi kuat pada pekerja untuk
mengembangkan ketrampilan yang ada hubungannya dengan pekerjaan,
memperkuat rasa percaya diri, dan tenaga kerja yang fleksibel (Wibowo, 2012).
Teori human capital menganggap pendidikan formal merupakan suatu investasi,
baik bagi individu maupun masyarakat.
Pada era modern ini, orientasi penggajian karyawan oleh perusahaan sudah
mengarah kepada kompetensi yang dimilikinya. Karyawan yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi akan mampu berkontribusi secara
maksimal untuk perusahaan sehingga perusahaan yang diuntungkan dari hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan tersebut. Penggajian berdasakan
kemampuan karyawan akan memberikan rasa adil bagi karyawan sehingga
karyawan makin termotivasi untuk meningkatkan kompetensi yang dimilikinya
serta makin menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada perusahaan. Dalam teori
ekspektasi motivasi mengatakan kesuksesan program tergantung pada nilai-nilai
karyawan yang ditingkatkan penggajiannya berhubungan dengan keahlian baru,
tingkatan di mana para karyawan melihat perbaikan keahlian menuju pada
penggajian yang lebih baik, pelatihan mereka, efektivitas diri, dan kemampuan
untuk menggunakan keahlian baru yang baik (Dessler, 2009). Keadaan ini
mewujudkan perhubungan yang positif antara taraf pendidikan dengan
pendapatan. Ini karena semakin tinggi pencapaian taraf pendidikan maka
peningkatan daya kemahiran, cara berfikir dan kecakapan akan meningkatkan
upah atau pendapatan seseorang.
Teori Lingkaran Setan dari Nurkse mengatakan produktivitas yang rendah
akan menghasilkan pendapatan yang rendah (Jhingan,2010). Seorang warga
negara terdidik menghasilkan pendapatan tinggi dan produktivitas tinggi
(Nafziger,2006). Investasi pada human capital harus dilakukan dengan baik agar
berdampak positif bagi pendapatan mereka (Todaro & Smith, 2012).
2.16.7 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengangguran
Secara teori setiap adanya peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi suatu
negara diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi
jumlah pengangguran. Pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat diukur
melalui peningkatan atau penurunan GDP yang dihasilkan suatu negara, karena
indikator yang berhubungan dengan jumlah pengangguran adalah GDP.
Hukum Okun melihat hubungan antara pengangguran dengan Gross
Domestic Product (GDP) mengindikasikan bahwa peningkatan pengangguran
suatu negara sebesar 1 persen akan terjadi bila Gross Domestic Product (GDP)
menurun sebesar 2 persen. Hukum Okun menyediakan hubungan yang sangat
penting antara pasar output dan pasar tenaga kerja yang menggambarkan asosiasi
antara pergerakan jangka pendek GDP riil dan perubahan angka pengangguran.
Teori Hukum Okun mendukung pentingnya pertumbuhan ekonomi untuk
mengurangi pengangguran.
2.16.8. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Pengangguran
David Ricardo mengatakan suatu teori yang disebut teori nilai kerja. Upah
kerja menurut Ricardo tergantung pada keperluan subsistensi, yaitu kebutuhan
minimum yang diperlukan para pekerja agar dapat bertahan hidup. Kebutuhan
minimum menurut Ricardo tergantung pada pada lingkungan dan adat istiadat.
Menurut Ricardo, saat standar umum kehidupan meningkat, upah minimum yang
dapat dibayarkan kepada pekerja juga meningkat.
Sementara itu Mankiw (2009) mengatakan bahwa salah satu penyebab
terjadinya pengangguran adalah adanya kekakuan upah (Wage rigidity).
Kekakuan upah adalah gagalnya upah melakukan penyesuaian sampai penawaran
tenaga kerja sama dengan permintaannya. Saat upah riil diatas tingkat yang
menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah tenaga kerja yang
ditawarkan melebihi jumlah yang diminta. Perusahaan harus mendistribusikan
kelangkaan pekerjaan di antara para pekerja. Kekakuan upah riil mengurangi
tingkat penemuan pekerjaan yang mempertinggi tingkat pengangguran.
Teori kurva Philip mendukung pentingnya upah tenaga kerja untuk
pengangguran. Peningkatan upah tenaga kerja akan mendorong para produsen
untuk melakukan efisiensi biaya tenaga kerja dengan mengantikan tenaga kerja
(padat karya) dengan tenaga mesin produksi (padat modal). Efisiensi biaya ini
dilakukan agar produsen dapat bertahan untuk jangka waktu yang panjang dimana
laba perusahaan dapat optimal setiap tahun.
2.16.9. Pengaruh Kestabilan Ekonomi yang dicerminkan oleh InflasiTerhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pada prinsipnya tidak semua inflasi berpengaruh negatif pada
perekonomian, terutama jika terjadi inflasi ringan yaitu inflasi di bawah sepuluh
persen. Inflasi ringan justru dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Hal ini disebabkan inflasi mampu memberi semangat pada pengusaha, untuk lebih
meningkatkan produksinya. Pengusaha bersemangat memperluas produksinya,
karena dengan kenaikan harga yang terjadi para pengusaha mendapat lebih
banyak keuntungan. Selain itu, adanya peningkatan produksi memberi dampak
positif lain, yaitu tersedianya lapangan kerja baru. Inflasi akan berdampak negatif
jika nilainya melebihi sepuluh persen. Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan
menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik
menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan sehingga pemilik
modal mengalihkan modalnya dengan tujuan spekulasi dengan membeli harta-
harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan. Kenaikkan harga menyebabkan
barang-barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional sehingga
menyebabkan ekspor menurun. Sebaliknya, harga-harga produksi dalam negeri
yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor
relatif murah sehingga lebih banyak impor akan dilakukan dan kedudukan neraca
pembayaran menjadi memburuk. (Sukirno, 2000)
2.17 Originalitas Penelitian
Penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian yang dipergunakan sebagai
rujukan penelitian sebelumnya, diantaranya sebagai berikut.
1) Obyek penelitian ini adalah penanaman modal asing di Provinsi Jakarta, Jawa
Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
2) Penelitian ini menggunakan 5 variabel bebas yakni upah tenaga kerja,
stabilitas ekonomi, human capital, penanaman modal asing, pertumbuhan
ekonomi dan 4 variabel terikat, yakni upah tenaga kerja, pertumbuhan
ekonomi, penanaman modal asing, pengangguran. Upah di refleksikan dengan
upah minimum regional Wilayah Jawa-Bali. Human capital direfleksikan
dengan indeks pendidikan di Wilayah Jawa-Bali. Stabilitas ekonomi
direfleksikan dengan Inflasi Wilayah Jawa-Bali dalam bentuk prosentase.
Pertumbuhan ekonomi direfleksikan dengan PDRB Wilayah Jawa-Bali dalam
bentuk prosentase. Penanaman modal asing direfleksikan dengan jumlah
realisasi penanaman modal asing dalam bentuk US Dolar pada Wilayah Jawa-
Bali. Pengangguran direfleksikan dengan tingkat pengangguran terbuka di
Wilayah Jawa-Bali. Komponen-komponen dan - tersebut belum pernah
dipergunakan secara utuh dalam penelitian sebelumnya.
3) Desain yang dipergunaakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
4) Analisis kuantitatif menggunakan metode regresi sederhana dimana metode
ini belum pernah digunakan dalam berbagai penelitian yang dijadikan rujukan
sebelumnya
2.18 Pemetaan Posisi Penelitian
Perkembangan penelitian mengenai penanaman modal asing yang pernah
dilakukan sebagai state of art penelitian ini dapat dilihat pada z terlampir.
Hasil-hasil penelitian pada Tabel 2.1 terlampir menggunakan tiga variabel
penentu penanaman modal asing, menggunakan variabel human capital sebagai
penentu upah, serta menggunakan variabel penanaman modal asing sebagai
penentu pertumbuhan ekonomi dan pengangguran.
Hasil penelitian Zavodny (2000) menemukan upah minimum tidak
berpengaruh secarasignifikan terhadap pengangguran di Amerika Serikat. Hasil
penelitian Calvo & Robles tahun 2001 menunjukkan kebebasan ekonomi menjadi
penentu masuknya penanaman modal asing; penanaman modal asing berkorelasi
positif dengan pertumbuhan ekonomi di 18 negara Amerika Latin yang menjadi
sampel dalam periode 1970-1999. Hasil penelitian Graham & Wada tahun 2001
menunjukkan FDI berkontribusi pada pertumbuhan didalam wilayah relevan di
China dari tahun 1970 s/d 1980 dan 1991 s/d 1997. Hasil penelitian Carkovic &
Levine tahun 2002 menunjukkan FDI berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di 72 negara tahun 1960 s/d 1995. Hasil penelitian Jha
tahun 2002 menunjukkan FDI sangat penting bagi ekonomi di India dari tahun
1991-2000. Hasil penelitian Nunnenkamp & Spatz tahun 2003 menunjukkan FDI
& Economic Growth tidak berpengaruh signifikan di 3 wilayah Latin America &
Caribbean, Africa & Middle East, and Asia dari tahun 1991-2000.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Hara & Razafimahefa tahun 2003
menunjukkan size market, the volatility of exchange rate, price movements, the
cost of establishing Greenfield plant and deregulations merupakan penentu
masuknya FDI di Jepang tahun 1980-2001. Hasil penelitian Banga tahun 2003
menunjukkan large market size, low labour cost, high skill levels, lower external
debt, extent of electricity consumed berdampak signifikan terhadap agregat FDI,
kebijakan pemerintah setempat berperan penting dalam masuknya FDI di 15
negara berkembang tahun 1980-2000. Hasil penelitian Wen tahun 2003
menunjukkan penanaman modal asing berkontribusi terhadap regional income
growth di China tahun 1995-2001. Hasil penelitian Anthony Wambugu tahun
2003 menunjukkan dampak positif pendidikan terhadap pendapatan pada 3 sektor
di Kenya. Apergis, et al. tahun 2004 menunjukkan FDI berkorelasi positif dan
signifikan dengan pertumbuhan ekonomi di 27 negara transisi ekonomi tahun
1991-2004.
Penelitian berikunya dilakukan oleh Sharma Basu & Ghani Azmat tahun
2004 menunjukkan dampak positif penanaman modal asing terhadap human
development pada middle and low-income countries dari tahun 1975-1999. Hasil
penelitian Tuman & Emmert tahun 2004 menunjukkan ketidakstabilan politik
berdampak negatif dan signifikan terhadap FDI, ukuran pasar & tingkat
ketrampilan tenaga kerja berdampak positif terhadap FDI dari 15 negara tahun
1979-1996. Hasil penelitian Bevan & Estrin tahun 2004 menunjukkan unit labor
cost, distance berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FDI, GDP berpengaruh
positif dan signifikan terhadap FDI dari 18 negara tahun 1994-2000.
Hasil penelitian Janicki & Wunnava tahun 2004 menunjukkan import,
GDP, labour cost & risk berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDI dari 14
negara tahun 1997-2005. Hasil penelitian Robles & Hewings tahun 2004
menunjukkan Public expenditure, average income, population, infrastructure &
education berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDI; export,
unemployment berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FDI dari 13 wilayah
di Chile tahun 1990-2000. Hasil penelitian Lumbila tahun 2005 menunjukkan FDI
berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di 47 negara Afrika tahun
1980-2000.
Tahun 2005 hasil penelitian Ali & Guo menunjukkan market size, cheap
labour cost, government incentive policies adalah faktor utama penentu FDI
berinvestasi di China. Hasil penelitian Ghatak & Halicioglu tahun 2006
menunjukkan masuknya FDI berpengaruh positif dan signifikan pada real per
capita GDP dari 140 negara tahun 1991-2001.
Tahun 2006 hasil penelitian Ajayi menunjukkan ada hubungan positif
antara FDI dengan economic growth di Afrika. Hasil penelitian Tavares &
Teixeira tahun 2006 menunjukkan human capital berpengaruh positif dan
signifikan menjadi penentu investasi asing di Portugis. Hasil penelitian
Agiomirgianakis,et.al. tahun 2006 menunjukkan human capital, infrastracture, a
liberal trade regime, governmental expenditure berpengaruh positif dan signifikan
terhadap FDI dari 20 negara OECD tahun 1975-1997.
Tahun yang sama yaitu tahun 2006, penelitian Udo & Ubiora
menunjukkan market size, pertumbuhan GDP, infrastructure development,
macroeconomic stability, political stability berpengaruh terhadap penanaman
modal asing di 5 negara Afrika Barat tahun 1980-2002. Hasil penelitian Onaran
tahun 2007 menunjukkan pembagian upah berpengaruh rendah negatif dan
signifikan terhadap investasi asing di Meksiko, namun tidak berpengaruh di Turki
dan Korea dari tahun 1970-1988. Hasil penelitian Rivero tahun 2007
menunjukkan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi berdampak positif dan
signifikan terhadap FDI; human capital berdampak positif dan signifikan
terhadap FDI pada negara GDP per kapitanya rendah, sedangkan berdampak
negatif dan signifikan pada negara-negara lain dari dari 17 negara Amerika Latin
tahun 1980-2002.
Tahun 2007 hasil penelitian Tang menunjukkan FDI memainkan peranan
penting pada ekonomi di China; Good infrastructure, openness, low of labour
cost, market demand and labour quality menjadi penentu dari FDI di China dari
tahun 1978-2005. Hasil penelitian Checchi et al. tahun 2007 menunjukkan tidak
ada bukti kuat antara human capital accumulation dan FDI dari 147 negara
berkembang tahun 1990-2000.
Pada tahun yang sama yaitu tahun 2007, hasil penelitian Mengistu &
Adams menunjukkan FDI berkorelasi positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi dari 88 negara berkembang tahun 1985-2003. Hasil penelitian Vu, et.al.
tahun 2007 menunjukkan FDI berdampak positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di China & Vietnam tahun 1990-2003. Hasil penelitian
Demirhan & Masca tahun 2008 menunjukkan infrastructure berpengaruh positif
dan signifikan terhadap FDI; inflation, tax, labour cost berpengaruh negatif
terhadap FDI dari 38 negara tahun 2000-2004. Hasil penelitian Mun, et al 2008
menunjukkan FDI berdampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi dari tahun 1970-2005 di Malaysia. Hasil penelitian Mustapha, et.al tahun
2008 menunjukkan stabilitas ekonomi berdampak positif dan signifikan terhadap
penanaman modal asing di MENA Countries dari tahun 1970-2005.
Hasil penelitian Wan tahun 2008 menunjukkan economic growth, labor
cost, politik berpengaruh positif terhadap FDI; net export berpengaruh negatif
terhadap FDI di Meksiko dari tahun 1971-1990. Hasil penelitian Dutta & Roy
tahun 2008 menunjukkan growth, trade openness, interaction berpengaruh positif
dan signifikan terhadap FDI dari 97 negara tahun 1984-2003. Hasil penelitian
Massoud tahun 2008 menunjukkan FDI berdampak positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dari tahun di Mesir pada 24 sektor ekonomi tahun 1974-
2005.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Turkchan & Yetkiner tahun 2008
menunjukkan pertumbuhan FDI berdampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi di 23 negara OECD tahun 1975-2004. Hasil penelitian Munch dan Rose
tahun 2008 menunjukkan export intensity dan skill intensity berpengaruh positif
terhadap pembayaran upah tinggi dari negara Denmark tahun 1999-2002. Hasil
penelitian Kalin tahun 2009 menunjukkan policy memainkan peranan penting
tidak hanya membuat daya tapi FDI tetapi bermanfaat bagi ekonomi negara; FDI
berkontribusi positif terhadap pembangunan ekonomi di Kolumbia tahun 1990-
2008. Hasil penelitian Alba,et.al. tahun 2009 menunjukkan exchange rate
berpengaruh positif dan signifikan terhadap masuknya FDI ke Amerika Serikat
dari tahun 1982-1994. Hasil penelitian Dauti tahun 2009 menunjukkan wage,
exchange rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDI di Macedonia dari
tahun 1994-2008.
Hasil penelitian Armstrong tahun 2009 menunjukkan bilateral GDP,
GDP, relatif capital ratio, human capital, labor ratio berdampak positif dan
signifikan terhadap FDI Jepang di China dari tahun 1990-2004. Hasil penelitian
Sapienza tahun 2009 menunjukkan the difference in factor endowment
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FDI; distance & labour cost
berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDI dari 10 negara Central-Eastern
Europe tahun 1999-2005. Hasil penelitian Enrique López-Bazo & Elisabet
Motellón tahun 2009 menunjukkan human capital berpengaruh terhadap regional
upah dari 17 wilayah di negara Spanyol. Hasil penelitian Fialová & Martina
(2009) menemukan upah minimum berdampak positifdan signifikan terhadap
pengangguran di Czech.
Hasil penelitian Amal, et.al. tahun 2010 menunjukkan FDI berkorelasi
positif dan signifikan terhadap economic stability, growth, and trade openness
dari 7 negara Amerika Latin tahun 1996-2008. Hasil penelitian Liu & Qiu tahun
2010 menunjukkan masuk FDI dipengaruhi oleh export, market size, education
level, economic development level. Hasil penelitian Vijayakumar, et.al tahun 2010
menunjukkan market size & infrastructure berpengaruh positif dan signifikan
terhadap FDI; labour cost berpengaruh negatif terhadap FDI; Economic Stability
& Trade Opennes tidak berpengaruh terhadap FDI di 5 negara tahun 1975-2007.
Hasil penelitian Talpos & Enache tahun 2010 menunjukkan human capital
berkorelasi positif terhadap masuknya FDI dari 10 negara tahun 1999-2008. Hasil
penelitian Nasrin,et.al. tahun 2010 menunjukkan masuknya FDI dipengaruhi oleh
low cost labour, government incentive, investment friendly public policy di
Bangladesh tahun 1998-2007. Hasil penelitian Mutascu & Fleischer tahun 2010
menunjukkan upah berpengaruh signifikan terhadap FDI di Romania dari tahun
2006-2009.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Khrawish & Siam tahun 2010
menunjukkan FDI berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Ekonomi di
Jordan dari tahun 1997-2007. Hasil penelitian Rusty Tchernis tahun 2010
menunjukkan human capital berdampak kuat terhadap peningkatan upah di
Amerika dari tahun 1975-1992. Hasil penelitian Odulukwe tahun 2011
menunjukkan GDP, human capital, trade share, exchange rate distortion, import
intensity berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDI; employment level,
initial GDP, wage, average tariff, export intensity berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap FDI di 5 negara dari tahun 1989-2000. Hasil penelitian
Chimobi (2010) menemukan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di Nigeria
Hasil penelitian Severiano tahun 2011 menunjukkan perlindungan tenaga
kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FDI ada pada sektor
transportasi; openness berpengaruh positif dan signifikan ada pada sektor
agriculture, manufacture, finance; exchange rate berpengaruh positif dan
signifikan terhadap FDI ada pada sektor manufacture, transportasi dan real estate;
upah minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FDI ada pada sektor
manufaktur; pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FDI ada pada
sektor agriculture di Portugal dari tahun 1980-2009. Hasil penelitian Tiwari tahun
2011 menunjukkan tourism, human capital, physical capital, berdampak positif
pada pertumbuhan ekonomi. FDI berdampak negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi dari 4 negara Asia tahun 1995-2008.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Debab & Mansoor tahun 2011
menunjukkan FDI, human capital, opennes, economic freedom berpengaruh
positif dan signifikan terhadap GDP; inflation, political, macroeconomic stability
berpengaruh negatif terhadap FDI di Bahrain dari tahun 1990-2009. Hasil
penelitian Seetanah & Rojid tahun 2011 menunjukkan openness, wage, education,
lesser degree size, taxes merupakan faktor atraktif bagi FDI di Mauritius dari
tahun 1972-2006. Hasil penelitian Feridun & Sissoko tahun 2011 menunjukkan
penanaman modal asing berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi di
Singapura dari 1976-2002. Hasil penelitian Bruno & Campos tahun 2011
menunjukkan FDI berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di 70 negara tahun 1965-2007. Hasil penelitian Agrawal & Khan tahun
2011 menunjukkan FDI berdampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di China dan India tahun 1993-2009. Hasil penelitian Balcerzak & Żurek
tahun 2011 menunjukkan FDI berdampak penurunan pengangguran di Polandia
tahun 1995-2009.
Hasil penelitian Palát tahun 2011 menunjukkan FDI berdampak penurunan
pengangguran di Jepang dari tahun 1983-2009. Hasil penelitian Chien et.al. tahun
2012 menunjukkan FDI berdampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di 4 wilayah di Vietnam dari 64 propinsi dan kota tahun 2000-2010.
Hasil penelitian Fuad tahun 2011 menunjukkan pertumbuhan ekonomi tidak
berpengaruh terhadap pengangguran di Jordan. Hasil penelitian Ayyoub, et.al.
(2011) menemukan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Pakistan.
Hasil penelitian Quyom & Imran tahun 2012 menunjukkan FDI
berkorelasi positif terhadap GDP; Wage rate berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap FDI dari 32 negara tahun 1982-2008. Hasil penelitian Shaari, et.al. tahun
2012 menunjukkan FDI menolong mengurangi pengangguran dan meningkatkan
GDP di Malaysia dari tahun 1980-2010 di Malaysia. Hasil penelitian Mucuk &
Demirsel tahun 2013 menunjukkan ada hubungan antara FDI dengan penurunan
pengangguran dalam jangka panjang dari tahun 1981-2009 di 7 negara
berkembang.
Hasil penelitian Habib & Sarwar tahun 2013 menunjukkan ada hubungan
antara FDI dengan penurunan pengangguran di Pakistan dari tahun 1970-2011.
Hasil penelitian Melek tahun 2013 menunjukkan stabilitas ekonomi menjadi
penentu FDI di 11 Negara OECD dari tahun 1995-2008. Hasil penelitian Salami
& Oyewale tahun 2013 menunjukkan FDI tidak berpengaruh terhadap
pengangguran di Nigeria dari tahun 1990-2010. Hasil penelitian Velnampy, et.al.
tahun 2013 menunjukkan FDI tidak berpengaruh terhadap pengangguran di
Srilanka dari tahun 1990-2011.
Hasil penelitian Maqbool, et.al. tahun 2013 menunjukkan pertumbuhan
ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran di Pakistan.
Hasil penelitian Ozel,et.al. tahun 2013 menunjukkan pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran di 7 negara industri
G7. Hasil penelitian Oloni tahun 2013 menunjukkan pertumbuhan ekonomi tidak
berpengaruh terhadap pengangguran di Nigeria. Hasil penelitian Kasidi &
Mwakanemela (2013) menemukan bahwa inflasi berdampak negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Tanzania. Hasil penelitian Barro
(2013) menemukan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di 100 negara. Hasil penelitian Akpansung (2014)
menunjukkan upah minimum berdampak positif dan signifikan terhadap
pengangguran di Nigeria.
Penelitian saat ini yang dilaksanakan oleh penulis (Christimulia Purnama
Trimurti) tahun 2014 menggunakan upah, human capital, stabilitas ekonomi,
sebagai variabel penting yang menentukan penanaman modal asing melakukan
investasi di Wilayah Jawa-Bali; human capital menentukan upah, pertumbuhan
ekonomi di Wilayah Jawa-Bali; sementara di sisi lain variabel penanaman modal
asing sebagai variabel penting yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
dan penurunan pengangguran di Wilayah Jawa-Bali. Variabel yang terpilih dalam
penelitian karena diduga sebagai faktor yang sangat menentukan bagi penanaman
modal asing; human capital sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi dan upah, penanaman modal asing sebagai faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan penurunan pengangguran di Wilayah Jawa-Bali.
2.19 Glosari (Glosary)
Penelitian ini menggunakan beberapa istilah untuk dapat memahami
dengan mudah istilah-istilah tersebut maka perlu dijelaskan makna dari istilah-
istilah tersebut. Tabel 2.2 memuat penjelasan tersebut yang diuraikan sebagai
berikut.
Tabel 2.2Glosari/Penjelasan Istilah
No. Istilah Penjelasan1.
2.
3.
4.
5.
6.
789
Upah
Human Capital
Stabilitas ekonomi
Regresi Sederhana
Pertumbuhan Ekonomi
Penanaman ModalAsingPengangguranVariabel BebasVariabel Terikat
Imbalan yang diberikan oleh pemberi kerjakepada pekerjaPengetahuan, keterampilan, dan kemampuanseseorang yang dapat digunakan untukmenghasilkan layanan profesionalSuatu kondisi ekonomi negara tidak mengalamigejolak yang berarti terutama dalam inflasiMetode statistic yang berfungsi untuk menguji 1variabel bebas (X) terhadap 1 variabel terikat(Y)Sebagai proses kenaikan kapasitas produksisuatu perekonomian yang diwujudkan dalambentuk kenaikan pendapatan nasionalKegiatan menanam modal untuk usaha di suatuwilayah negaraSeseorang yang tidak mendapatkan pekerjaanVariabel yang mempengaruhiVariabel yang dipengaruhi