bab 2 tinjauan pustaka 2.1 konsep strokerepository.ub.ac.id/332/3/bab ii.pdf · 2020. 9. 14. · 9...
TRANSCRIPT
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep stroke
2.1.1 Anatomi dan fisiologi otak
Otak mempunyai berat 1200-1400 gram (sekitar 25% dari
berat badan), dalam keadaan fisiologis memerlukan sekitar 17-
20% dari curah jantung, yang membawa oksigen 600 cc (20%
dari oksigen yang di perlukan oleh seluruh tubuh) dan glukosa 100
mg tiap menitnya. Jadi jumlah darah yang mengalir ke otak adalah
sekitar 50-60 cc/100 gr otak/menit (mark mumenthaller, 2004).
Suplai darah ke otak di bagi menjadi dua, yaitu melalui arteri
karotis interna dan arteri vertebralis. Arteri karotis interna kanan
dan kiri membawa darah ke otak melalui cabang-cabang besarnya
yaitu, arteri serebri media, arteri serebri anterior, dan arteri
coeoidalis anterior (sirkulasi anterior). Arteri vertebralis kiri dan
kanan bersatu di garis tengah bagian kauda dari pons membentuk
arteri basilaris yang memperdarahi bagian batang otak,
cerebellum, bagian dari hemisfer cerebri melalui cabang-cabang
terminalnya, dan arteri cerebri posterior (sirkulasi posterior
sirkulasi anterior dan posterior berhubungan satu dengan yang
lainya melalui sirkulasi wilissi (graham lennox, 2005).
2.1.2 Definisi
10
Stroke merupakan istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan suatu gangguan neurologis yang disebabkan
terputusnya aliran darah ke sebagian otak (Black & Hawks, 2009).
Menurut Nabyl (2012), stroke yaitu suatu kondisi yang terjadi
ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu,
karena sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat
gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh
darah otak. Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah
berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan
hilangnya fungsi otak (Smeltzer & Suzane, 2001). Hal ini dapat
terjadi karena pecahnya pembuluh darah atau terhalanginya
asupan darah ke otak oleh gumpalan. Terhambatnya penyediaan
oksigen dan nutrisi ke otak menimbulkan masalah kesehatan yang
serius karena dapat menimbulkan kecatatan fisik mental bahkan
kematian (WHO, 2010).
2.1.3 Klasifikasi
Secara patologi stroke umumnya di bagi dalam 2 golongan besar
yaitu hemoragik atau sistemik yang mengganggu aliran darah di
otak :
1. Stroke perdarahan
Perdarahan spontan intraserebral biasanya terjadi karena
penyakit hipertensi dan yang lebih jarang lagi di sebabkan oleh
penyakit kelainan koagulopati, malformasi dari pembuluh
darah di otak.
11
Stroke perdarahan dibagi lagi dalam dua bagian :
Perdarahan intraserebral, seperti intraparenkim dan intra
ventrikel
Perdarahan subrachnoid
2. Stroke nonperdarahan (iskemik)
Penyebab dari stroke iskemik adalah adanya aterosklerosis
yang dapat menyebabkan obstruksi pada pembuluh darah di
otak, terjadinya obstruksi bisa karena oklusi di tempat
terjadinya aterosklerosis atau adanya emboli dari tempat yang
lebih distal dari arteri serebral.
Transient Ischemic Attack (TIA) : serangan stroke
sementara berlangsung kurang dari 24 jam
Reversible Ischemic Neurologis Defisit (RIND) : gejala
neurologis akan menghilang antara >24 jam sampai
dengan 21 hari.
Progresif stroke atau stroke in evolution : kelumpuhan atau
defisit neurologis berlangsung secara bertahap dari yang
ringan sampai menjadi berat.
Stroke komplit atau completed stroke : kelainan neurologis
sudah menetap.
Berdasarkan klasifikasi The National Institute of
Neurological Disorder Stroke Part III trial (NINDS III),
stroke iskemik di bagi menjadi 4 golongan yaitu :
12
- Aterotrombolitik : berhubungan erat dengan platelet dan
thrombosis
- Kardioemboli
- Lakunar
- Penyebab lain yang menyebabkan hipotensi atau tekanan
darah rendah.
2.1.4 Epidemiologi
Menurut data WHO, stroke merupakan salah satu dari tiga
besar penyebab kematian di dunia diantara penyakit-penyakit
berbahaya lainnya seperti kanker dan jantung (Depkes, 2008). Di
luar negri setiap tahun, hampir 700.000 orang Amerika mengalami
stroke, dan stroke mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Di
Amerika Serikat tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus
stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Pada
suatu saat, 5,8 juta orang di Amerika Serikat mengalami stroke,
yang mengakibatkan biaya kesehatan berkenaan dengan stroke
mendekati 70 miliar dolar per tahun. Pada tahun 2010, Amerika
telah menghabiskan $ 73,7 juta untuk menbiayai tanggungan
medis dan rehabilitasi akibat stroke. Selain itu, 11% orang
Amerika berusia 55-64 tahun mengalami infark serebral silent;
prevalensinya meningkat sampai 40% pada usia 80 tahun dan
43% pada usia 85 tahun (Medicastore,2011).
Stroke merupakan penyebab kematian utama di Indonesia.
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga
13
kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi,
sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh
nakes. (Israr, 2008). Stroke merupakan masalah kesehatan yang
perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa
saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau
usia . Spesialis Saraf Rumah Sakit Premier Jatinegara, Sukono
Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke semakin penting dan
mendesak karena kini jumlah penderita Stroke di Indonesia
terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia dan keempat
didunia, setelah India, Cina, dan Amerika. Berdasarkan data
terbaru dan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas 2013).
2.1.5 Faktor Resiko
Stroke disebabkan oleh banyak faktor, yang sebagian
besar sesungguhnya bisa dikendalikan. Virgil Brown, MD, dari
Emory University, Atlanta, menyatakan bahwa stroke merupakan
akibat dari life style (gaya hidup) manusia modern yang tidak
sehat. Hal ini tampak pada perilaku mengonsumsi makanan yang
tinggi kolesterol dan rendah serat, kurang dalam aktivitas fisik
serta berolahraga, akibat stress/ kelelahan, konsumsi alkohol
berlebihan, kebiasaan merokok. Berbagai faktor risiko itu
selanjutnya akan berakibat pada pengerasan pembuluh arteri
(arteriosklerosis), sebagai pemicu stroke (Dewanto, 2009).
14
Lewis, et al (2011) membagi faktor resiko stroke menjadi
dua bagian yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan
faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi meliputi usia, riwayat keluarga, jenis kelamin, dan ras.
Usia sangat berperan dalam resiko peningkatan penyakit stroke,
yaitu pada usia 55 tahun ke atas. Prevalensi kejadian stroke pada
pria dan wanita hampir sama, hanya saja wanita lebih banyak
meninggal akibat stroke dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan
wanita lebih rendah dalam bertahan hidup. Ras African American
mempunyai insiden tertinggi dari stroke dan kejadian meninggal
lebih tinggi dibandingkan berkulit putih. Sedangkan faktor risiko
yang dapat dimodifikasi meliputi hipertensi, kadar kolesterol dan
lemak darah, diabetes mellitus, kebiasaan merokok, aktivitas fisik,
penggunaan kontrasepsi hormonal, dan obesitas. Faktor resiko
yang dapat diubah ini sangat berhubungan dengan gaya hidup,
sehingga sangat diperlukan kerjasama keluarga dalam perubahan
gaya hidup ke arah yang lebih sehat.
2.1.6 Penyebab
Stroke disebabkan oleh banyak faktor, yang sebagian
besar sesungguhnya bisa dikendalikan. Virgil Brown, MD, dari
Emory University, Atlanta, menyatakan bahwa stroke merupakan
akibat dari life style (gaya hidup) manusia modern yang tidak
sehat. Hal ini tampak pada perilaku mengonsumsi makanan yang
tinggi kolesterol dan rendah serat, kurang dalam aktivitas fisik
15
serta berolahraga, akibat stress/ kelelahan, konsumsi alkohol
berlebihan, kebiasaan merokok. Berbagai faktor risiko itu
selanjutnya akan berakibat pada pengerasan pembuluh arteri
(arteriosklerosis), sebagai pemicu stroke (Dewanto, 2009).
2.1.7 Tanda dan Gejala
Gejala-gejala ringan stroke dapat dikenali seperti
seringnya kesemutan ringan tanpa sebab, sakit kepala atau
vertigo ringan, tiba-tiba sulit menggerakkan mulut dan sulit
berbicara, lumpuh sebelah serta mendadak pikun dan cadel. Bagi
mereka yang pernah mengalami serangan stroke lalu dikemudian
hari terkena serangan stroke yang kedua, maka serangan stroke
ulangan ini lebih berbahaya dan dapat menyebabkan kematian
(Sutrisno, 2007).
Pada tingkat awal, masyarakat, keluarga dan setiap orang
harus memperoleh informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa
stroke adalah serangan otak yang secara sederhana mempunyai
lima tanda-tanda utama yang harus dimengerti dan sangat
difahami. Hal ini penting agar semua orang mempunyai
kewaspadaan yang tinggi terhadap bahaya serangan stroke.
Tanda-tanda utama serangan stroke :
Rasa bebal atau mati mendadak atau kehilangan rasa dan
lemas pada muka, tangan atau kaki, terutama pada satu
bagian tubuh saja
16
Rasa bingung yang mendadak, sulit bicara atau sulit mengerti
Satu mata atau kedua mata mendadak kabur
Mendadak sukar berjalan, terhuyung dan kehilangan
keseimbangan
Mendadak merasa pusing dan sakit kepala tanpa diketahui
sebabnya
Selain itu harus dijelaskan pula kemungkinan munculnya
tanda-tanda lain yang bisa timbul dan atau harus diwaspadai,
yaitu;
Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah
Rasa pingsan mendadak, atau merasa hilang kesadaran
secara mendadak
(Nabyl, 2012)
2.1.8 Pencegahan
Upaya pencegahan terjadinya stroke yaitu dengan
mengendalikan hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus,
hyperkolesterol, obesitas, dan menjauhi rokok, mengkonsumsi
alkohol, serta menghindari gaya hidup tidak sehat dan stress.
Menurut Dinkes Kebumen (2013), upaya pencegahan terjadinya
stroke yakni dengan menjauhi obat-obatan terlarang, menghindari
cedera kepala dan leher, menghindari infeksi, dan tidak memakai
kontrasepsi oral jenis lama. Menurut Ridwanaz (2012), upaya
untuk mengurangi stroke yakni dengan periksa tekanan darah
17
secra rutin dan mengkonsumsi makanan yang mengandung
potasium, karena menurut riset mengkonsumsi makanan yang
kaya potasium dapat mengurangi resiko stroke 40%. Contoh
makanan yang mengandung potasium yaitu: alpukat, kedelai,
pisang, salmon, dan tomat. Selanjutnya aspirin, aspirin bisa
membantu mencegah stroke. Tetapi kalau seseorang yang tidak
menderita stroke mengkonsumsinya akan berdampak kurang baik
(Nabyl ,2009).
2.1.9 Pengenalan Gejala Stroke Secara Dini dan Manajemen
Prehospital
Gejala umum yang terjadi pada stroke adalah kelemahan
tiba-tiba pada muka, lengan atau tungkai, dan sering terjadi pada
sisi bagian tertentu. Tanda dari stroke tergantung pada bagian
otak mana yang terkena dan seberapa parah bagian otak tersebut
mengalami kerusakan, tetapi setiap orang juga memiliki tanda
yang berbeda-beda. Stroke berhubungan dengan sakit kepala
atau tidak ada sakit kepala sama sekali. (Nabyl, 2009)
Kewaspadaan masyarakat tentang stroke akan lebih
mudah dengan singkatan dari gejala stroke yaitu FAST, yang
terdiri atas :
F = face (wajah)
Wajah tampak mencong sebelah tidak simetris. Sebelah sudut
mulut tertarik ke bawah dan lekukan antara hidung dan sudut
mulut tampak mendatar.
18
A = Arms Drive (gerakan lengan)
Angkat lurus sejajar kedepan (90o) dengan telapak tangan
terbuka ke atas selama 30 detik. Apabila terdapat kelumpuhan
lengan yang ringan dan tidak di sadari oleh penderita, maka
lengan yang lumpuh tersebut akan turun (menjadi tidak sejajar
lagi). Pada kelumpuhan yang berat, lengan yang lumpuh
tersebut tidak akan bisa di angkat lagi bahkan sampai tidak
bisa bergerak sama sekali.
S = speech (bicara)
Bicara menjadi pelo (artikulasi terganggu) atau tidak bisa
berkata (gagu) atau bisa bicara tetapi tidak mengerti
pertanyaan orang sehingga komunikasi verbal tidak
nyambung.
T = time (waktu)
Segera memanggil ambulans atau ke rumah sakit jika
menemukan tiga gejala yaitu :
a. Orang tiba-tiba terlihat mengantuk berat atau kehilangan
kesadaran (pingsan).
b. Pusing berputar.
c. Rasa baal atau kesemutan separuh badan.
d. Gangguan penglihatan secara tiba-tiba pada satu atau dua
mata.
(Hilary, 2008)
Golden period atau jendela emas adalah waktu yang amat
berharga bagi seseorang ketika terkena stroke awal untuk segera
19
mendapat pertolongan oleh rumah sakit terdekat yang mempunyai
fasilitas penanganan stroke. Waktu yang di miliki oleh seseorang
ketika terjadi stroke adalah 3-6 jam untuk segera mendapat
pertolongan yang tepat di rumah sakit. Lebih dari jam tersebut
pasien yang mengalami stroke akan mengalami kecacatan yang
berat, karena berat ringanya kecacatan yang di akibatkan oleh
stroke ditentukan dengan penanganan awal yang tepat dengan
memanfaatkan golden period tersebut. Di samping itu juga
tergantung pada jenis stroke yang ada pada seseorang. (yastroki,
2009)
Memanfaatkan waktu golden period bagi seseorang ketika
terjadi serangan stroke awal itu sangat penting. Otak perlu segera
mendapatkan pertolongan oleh rumah sakit dan dokter yang tepat,
namun jika kita melalaikan masa golden period berarti kita
menyia-nyiakan harapan hidup seseorang yang seharusnya bisa
di selamatkan. (yastroki, 2009).
Penatalaksanaan prehospital yang bisa di lakukan untuk
pasien yang kita curigai sebagai stroke di kenal dengan “stroke
chain of survival” atau the “7 Ds”, yaitu :
1. Detection (pengenalan) : mengidentifikasi onset dan terjadinya
gejala-gejala stroke.
2. Dispatch (mengirimkan) : memanggil ambulans secepat
mungkin / mengaktifkan sistem kegawat daruratan.
20
3. Delivery (perjalanan) : intervensi oleh petugas ambulans,
pengobatan prehospital, dan mengantarkan ke stroke unit di
rumah sakit.
4. Door (sampai di rumah sakit) : penerimaan di trias unit gawat
darura.
5. Data (data) : melakukan evaluasi secara teratur, pemeriksaan
laboratorium dan melakukan pencitraan.
6. Decision (keputusan) : diagnosis dan memutuskan obat /
terapi yang dilakukan.
7. Drug (obat) : memberikan obat dengan tepat atau tindakan
yang sesuai. (Andjelic, 2010)
2.2 Konsep Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Bloom, Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian Besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt
behavior). (notoadmojo, 2010). pengalaman penelitian tertulis
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoadmojo, 2003).
21
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan memiliki 6 tingkatan bergerak dari sederhana
sampai yang tinggi dan kompleks (notoadmodjo, 2010).
1. Pengetahuan (know) / C1
Pengetahuan berhubungan dengan dfengan mengingat
ilmu yang telah di pelajari sebelumnya. Pengetahuan juga di sebut
mengingat kembali (recall). Pengetahuan dapat menyangkut
bahan yang luas maupun sempit, seperti : fakta (sempit dan teori
(luas). Namun apa yang di ketahui sekedar apa yang diingat saja.
Oleh karena itu tingkatan ini adalah tingkatan yang terendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di
pelajari antara lain menyebutkan, mengidentifikasi, menyatakan
dan sebagainya.
2. Pemahaman (Comprehension) / C2
Pemahaman adalah kemampuan memahami suatu
pelajaran seperti : menafsirkan, menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, merammalkan, dan sebagainya.
3. Aplikasi atau penerapan (Aplication) / C3
Penerapan adalah kemampuan menggunakan dan
menafsirkan, suatu ilmu yang sudah dipelajari dalam situasi
tertentu atau konkret, seperti : menerapkan suatu metode, konsep,
prinsip atau teori, rumus, hukum-hukum dalam konteks atau
situasi yang lain.
4. Analisa (Analysis) / C4
22
Analisa adalah kemampuan menguraikan atau
menjabarkan materi atau suatu bentuk obyek ke dalam
komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan
analisa ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja seperti : dapat
menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (syntesis) / C5
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian
keadaan suatu keseluruhan, seperti : merumuskan tema / rencana
atau melihat hubungan. Kemampuan ini adalah kemampuan
merumuskan suatu pola atau struktur baru berdasarkan informasi
dan fakta.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan
sendiri atau kriteria-kriteria yang telah ada.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara
lain (mubarak, 2007) :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang
pada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat
memahami. Tidak dapat di pungkiri bahwa makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah pula mereka menerima informasi, dan
23
pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang di milikinya.
Sebaliknya jika tingkat pendidikan seseorang rendah, akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
c. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkunganya. Ada
kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan
berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap
obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan
timbul kesan yang sangat dalam dan membekas dalam emosi
kejiwaanya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif
dalam kehidupanya.
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi
perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental).
Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada 3 kategori
perubahan yakni :
a.) Perubahan ukuran
b.) Perubahan proporsi
c.) Hilangnya ciri – ciri lama
d.) Timbulnya ciri – ciri baru
24
Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ pada aspek psikologis
atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan
dewasa.
d. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu yang menjadikan seseorang untuk
mencoba dan menemukan suatu hal pada akhirnya di peroleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
e. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat
membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh
pengetahuan yang baru (Azwar, 2012)
f. Kebudayaan lingkungan Sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita
bila dalam suatu wilayah mempunyai kebudayaan untuk
menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin
lingkungan sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga
kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat
berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap
seseorang.
g. Kriteria Pengetahuan
Pengetahuan dapat dikriteriakan menjadi prosentase yang di
tafsirkan ke kalimat yang bersifat kuantitatif dikatakan baik
25
76% - 100%, cukup baik jika skor 56% - 75%, kurang baik jika
skor <40%.
2.3 Konsep Sikap
2.3.1 Pengertian Sikap
sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (notoadmojo,
2010). Sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah
terkondisikan (Azwar, 2009).
2.3.2 Komponen Sikap
Azwar, (2009) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen
yaitu:
a. Komponen Kognitif
Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi
kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa
yang benar bagi objek sikap.
b. Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut
masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek
sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan
perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Reaksi emosional
yang merupakan komponen afektif ini banyak di pengaruhi
oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai benar dan
berlaku pada obyek tersebut.
c. Komponen Perilaku
26
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur
sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan
berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini di dasari oleh asumsi
bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi
perilaku. Maksudnya, bagaimana orang tersebut berperilaku
dalam situasi tertentu dan stimulus tertentu akan banyak di
tentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaanya
terhadap stimulus tersebut.
Teori mengatakan bahwa apabila salah satu saja diantara
ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain,
maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan
timbulnya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa
sehingga konsistensi itu tercapai kembali. Dalam tiga
komponen sikap terdapat perbedaan tingkatan atau kadar,
serta terdapat pula perbedaan kompleksitasnya. Dalam
proporsi suatu sikap yang di dominasi oleh komponen afektif
yang kuat dan kompleks akan lebih sukar untuk berubah
walaupun dimasukkan informasi baru yang berlawanan
mengenai objek sikapnya (Azwar, 2009).
2.3.3 Ciri – Ciri Sikap
Ciri – ciri sikap seperti yang di uraikan oleh Azwar (2009) adalah :
1. Sikap itu tidak di bawa sejak lahir
27
Ini berarti bahwa manusia pada waktu di lahirkan belum
membawa sikap - sikap tertentu terhadap suatu objek. Karena
sikap tidak dibawa sejak lahir, berarti bahwa sikap itu terbentuk
dalam perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karena itu
dapat di bentuk, maka sikap dapat di pelajari.
2. Sikap itu selalu berhubungan dengan obyek sikap
Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan
obyek tertentu, akan menimbulkan sikap yang terbentuk pula dari
individu terhadap obyek tersebut.
3. Sikap dapat tertuju pada satu obyek saja, tetapi juga dapat tertuju
pada sekumpulan obyek – obyek
Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada
seseorang, orang tersebut akan memiliki kecenderungan untuk
menunjukkan sikap yang negatif pula pada kelompok dimana
seseorang tersebut tergabung di dalamnya.
4. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar
Kalau suatu sikap telah terbentuk dan merupakan nilai
dalam kehidupan seseorang, secara relative sikap itu akan lama
bertaham pada diri seseorang yang bersangkutan. Tetapi
sebaliknya bila sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri
seseorang, maka sikap tersebut secara relative tidak bertahan
lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah.
5. Sikap itu meengandung faktor perasaan dan motivasi
Ini berarti bahwa sikap terhadap suatu obyek tertentu akan
selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif
28
atau negatif terhadap obyek tersebut. Sikap sebagai motivasi,
berarti bahwa sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk
berperilaku terhadap obyek tertentu yang di hadapinya.
2.3.4 Tingkatan Sikap
Dalam bukunya, notoadmojo (2010) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang / subyek mau dan
memperhatikan stimulus yang di berikan.
2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang di berikan, adalah suatu indikasi
dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan dan mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas
pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide
tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko.
29
2.3.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap menurut
Azwar, (2009) yaitu :
1. Pengalaman pribadi
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya
sikap untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan.
Seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan
dengan obyek psikologis, untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Pada
umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau seseorang dengan sikap yang dianggapnya
penting oleh karena keinginan untuk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap
seseorang. Hanya kepribadian individu yang telah kuat dan
mapan yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam
pembentukan sikap individual.
4. Media masa
30
Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap sikap
tersebut. Pesan sugestif yang cukup kuat akan memberi dasar
afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah
sikap tertentu.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Kedua lembaga ini berpengaruh terhadap pembentukan
sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian
dan konsep moral dalam diri individu.
6. Pengaruh faktor emosional
Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan
yang di dasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran fungsi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap ini dapat sementara dan berlalu begitu
frustasi hilang, akan tetapi dapat pula bersifat persisten dan
bertahan lama.
Selain dari faktor-faktor diatas yang mempengaruhi
pembentukan sikap, menurut Azwar (2012) adalah faktor
pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu obyek tertentu, individu mempunyai dorongan untuk
mengerti, dengan pengalamanya untuk memperoleh
pengetahuan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek
menunjukkan pengetahuan tersebut mengenai obyek yang
31
bersangkjutan. Selain itu faktor fisiologis yaitu umur dan
kesehatan.
Sikap dibentuk melalui proses tertentu, melalui kontak
sosial terus menerus antara individu dengan individu lain di
sekitarnya. Menurut Azwar (2012) faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya sikap adalah :
1. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam
diri orang yang bersangkutan, seperti selektivitas, yaitu
memilih rangsang-rangsang mana yang akan didekati
dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan
oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan
dalam diri seseorang. Karena harus memilih inilah
kemudian orang menyusun sikap positif terhadap suatu
hal dan membentuk sikap negatif terhadap hal lainya.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berada di luar
individu, yaitu :
a. Sikap obyek yang dijadikan sifat
b. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu
sikap
c. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung
sikap tersebut
d. Media komunikasi yang di gunakan dalam
menyampaikan sikap
e. Situasi pada saat sikap itu dibentuk
32
2.3.6 Sifat Sikap
Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Azwar,
2009) :
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.