bab i dan ii.doc

32
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini Program KB Nasional terkesan stagnan dan perlu memperoleh dukungan dari semua pihak. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen masih lebih tinggi dari target yang harus dicapai pada tahun 2010 yaitu 1,27 persen. Jika diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index, mutu penduduk masih harus ditingkatkan karena masih berada pada urutan ke 124 dari 187 negara. Persebaran penduduk juga tidak merata, sekitar 58% penduduk berada di Pulau Jawa (Departemen Kesehatan, 2013).

Upload: topan-aditya-handoko

Post on 14-Sep-2015

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini Program KB Nasional terkesan stagnan dan perlu memperoleh dukungan dari semua pihak. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen masih lebih tinggi dari target yang harus dicapai pada tahun 2010 yaitu 1,27 persen. Jika diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index, mutu penduduk masih harus ditingkatkan karena masih berada pada urutan ke 124 dari 187 negara. Persebaran penduduk juga tidak merata, sekitar 58% penduduk berada di Pulau Jawa (Departemen Kesehatan, 2013).

Saat ini data menunjukkan bahwa Angka kesuburan atau Total Fertility Rate (TFR) mengalami stagnansi selama 10 tahun tidak berubah yaitu 2,6 per wanita usia 14-49 tahun menurut SDKI 2012, Angka Age Spesific Fertility Rate (ASFR) 15-19 tahun menurun sedikit dari 51 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun (menurut SDKI 2007) menjadi 48 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun (menurut SDKI 2012). Padahal ditargetkan menjadi 30 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun pada tahun 2015, Angka kesuburan di daerah perdesaan sudah mulai menurun, tapi jumlahnya masih dua kali lipat dibandingkan dengan kelahiran pada wanita usia subur 15-19 tahun di daerah perkotaan (Departemen Kesehatan, 2013).

Cakupan Peserta KB aktif di Provinsi Lampung tahun 2012 sebesar 65,91% menurun dibandingkan dengan capaian 2011 yaitu 73,23%, capaian ini belum mencapai target yang diharapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi lampung sebesar 70%. Bila dilihat berdasarkan distribusi kabupaten kota tahun 2012 maka ada 8 (delapan) Kabupaten Kota yang pencapaiannya kurang dari 70%. Macam-macam penggunaan alat kontrasepsi peserta KB di Provinsi Lampung tahun 2012 yaitu sebanyak 5,64% adalah IUD, 41,62% adalah KB suntik, 8,69% adalah KB Implant, 0,48% MOW, 33,39% adalah Pil KB, dan 10,16% adalah Kondom (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2013). Untuk menghindari peledakan penduduk, perlu dilakukan akselerasi revitalisasi yang terkait dengan capaian sasaran MDG Goal 4, 5, 6 sehingga TFR mencapai replacement level yaitu sebesar 2,1. Di samping itu, perlu dilakukan intensifikasi penggarapan di 10 provinsi penyangga utama, yaitu: Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur, dengan tetap memperhatikan provinsi Papua dan Papua Barat dalam meningkatkan mutu dan akses masyarakat pada pelayanan KB. Revitalisasi Program KB adalah salah satu fokus dan prioritas Pembangunan Kesehatan yang diarahkan kepada penguatan supply dan demand secara seimbang (Departemen Kesehatan, 2013)Salah satu dari 10 provinsi di Indonesia yang menjadi penyangga program KB di tingkat nasional adalah Lampung. Salah satu puskesmas di lampung adalah Puskesmas Rawat Inap Panjang. Puskesmas ini mengadakan program pelayanan KB. Keberhasilan program keluarga berencana di puskesmas ini di tahun 2012 masih belum sesuai dengan harapan yakni 62% dan menurun di tahun 2013 yakni 60,19% dari seluruh Pasangan Usia Subur yang berada di wilayah Panjang (Puskesmas Panjang, 2013). Oleh sebab itu, maka penulis melakukan evalusi evaluasi terhadap program Keluarga Berencana di Puskesmas Panjang Bandar Lampung.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, didapatkan angka cakupan peserta KB aktif dari seluruh Pasangan Usia Subur yang berada di wilayah Panjang pada tahun 2012 adalah 62% yang belum mencapai target dan menurun menjadi 60,19% pada tahun 2013. Maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah mengapa cakupan peserta Keluarga Berencana di Puskesmas Rawat Inap Panjang menurun? C. Tujuan1. Tujuan UmumMengetahui hal-hal yang menyebabkan cakupan peserta Keluarga Berencana di Puskesmas Rawat Inap Panjang menurun.2. Tujuan Khusus Mengetahui kemungkinan penyebab masalah program Keluarga Berencana di Puskesmas Rawat Inap yang berkaitan dengan sumber daya manusia. Mengetahui kemungkinan penyebab masalah program Keluarga Berencana di Puskesmas Rawat Inap yang berkaitan dengan sarana dan prasarana.

Mengetahui kemungkinan penyebab masalah program Keluarga Berencana di Puskesmas Rawat Inap yang berkaitan dengan metode promosi kesehatan.

Mengetahui kemungkinan penyebab masalah program Keluarga Berencana di Puskesmas Rawat Inap yang berkaitan dengan lingkungan dari peserta KB. Mengetahui alternatif pemecahan masalah bagi pelaksanaan program Keluarga Berencana di Puskesmas Rawat Inap Panjang.D. Manfaat Penulisan

a. Bagi penulis (evaluator)

1. Memperdalam ilmu kedokteran komunitas mengenai evaluasi pelaksanaan program Keluarga Berencana di puskesmas.

2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh saat kuliah dan diaplikasikan di Puskesmas.3. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program kesehatan.4. Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian, Pelaksanaan, dan pengawasan.

b.Bagi puskesmas yang dievaluasi1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program Keluarga Berencana di wilayah kerjanya.2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal.

c. Bagi masyarakat

1. Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu khususnya bagi Pasangan Usia Subur di wilayah kerja Puskesmas Panjang.2. Dengan tercapainya keberhasilan program diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Panjang.II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana (KB)

1. Pengertian Program Keluarga Berencana (KB)Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No.10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Handayani, 2010).

Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Depkes, 1999).

KB memiliki arti mengatur jumlah anak sesuai kehendak anda, dan menetukan sendiri kapan anda akan hamil, serta bisa menggunakan metode KB yang sesuai dengan keinginan dan kecocokan kondisi tubuh anda (Uliyah, 2010).2. Tujuan Program Keluarga Berencana (KB)Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi progam KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.

Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

2. Terciptanya penduduk yang berkuailitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani, 2010).

3. Sasaran Program Keluarga BerencanaSasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsung adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijakan terpadu dalam rangka mencapai keluarga berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010).

4. Ruang lingkup Program KB Menurut Handayani (2010) ruang lingkup program KB, meliputi:

a. Komunikasi informasi dan edukasi.

b. Konseling.

c. Pelayanan infertilitas.

d. Pendidikan seks.

e. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.

f. Konsultasi genetik

5. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahirana) Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka manfaatnya : Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dan terlalu pendek. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat, dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya.b) Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya: Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaaan sehat. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan.c) Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya: Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik, karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata.d) Untuk ayah, memberikan kesmpatan kepadanya agar dapat: Memperbaiki kesehatan fisiknya. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu terluang untuk keluarganya.e) Untuk seluruh keluarga, manfaatnya: Kesehatan mental, fisik, sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memperoleh pendidikan (Handayani, 2010).B. Akseptor Keluarga Berencana 1. Konsep tentang KB Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran(Barbara R.Stright,2004;78). 2. Jenis - Jenis Akseptor KB a. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

b. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut turut dan bukan karena hamil.

c. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat / obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.

d. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.

e. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.

f. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007). C. Pengertian pasangan usia subur Pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berumur 25 - 35 tahun atau pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN, 2007). D. Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan dan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadi kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.

Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari 1897 ketika Beard menduga bahwa korpus luteum dapat menghambat terjadinya ovulasi. Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone (Wiknjosastro, 2009).Berdasarkan cara pemakaiannya dikenal tiga macam kontrasepsi hormonal, yaitu:

a)Kontrasepsi oral

b)Kontrasepsi suntikan

c)Kontrasepsi patch

d)Kontrasepsi IUD

e)Kontrasepsi implant

f)Kontrasepsi transvaginalAda beberapa jenis metode hormonal pengendalian kelahiran. Perbedaan di antara mereka melibatkan jenis hormon, jumlah hormon, dan cara hormon memasuki tubuh wanita. Hormon dapat estrogen dan / atau progesteron. Hormon ini dapat diambil secara oral (diminum), ditanamkan ke dalam jaringan tubuh, disuntikkan di bawah kulit, diserap dari patch pada kulit, atau ditempatkan di vagina.

a)Kontrasepsi Oral (Wiknjosastro, 2009)Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet, mengandung hormon estrogen dan progestrone yang digunakan untuk mencegah hamil.3 Pil kombinasi dewasa ini dipakai oleh lebih dari 65 juta wanita di seluruh dunia. Pil diminum setiap hari selama 3 minggu, diikuti dengan 1 minggu tanpa pil atau placebo, pada saat mana suatu perdarahan surut akan terjadi. Estrogennya ialah etinil estradiol atau mestranol, dalam dosis 0,05; 0,08; atai 0,1 mg per tablet. Progestinnya bervariasi: yang merupakan androgen, yang menggunakan progesterone, atau mempunyai pengaruh estrogen intrinsik. Daya guna teoritis hampir 100% (tingkat kehamilan 0,1/100 tahun-wanita). Daya guna pemakaian ialah 95-98% efektif (tingkat kehamilan 0,7/100 tahun-wanita).Jenis dan Macam Kontrasepsi Oral

Berdasarkan jenisnya kontrasepsi oral dibagi menjadi 3 macam,yaitu (Stoppler, 2012) :1. Monofasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.

2. Bifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

3. Trifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.Kontrasepsi oral terdiri atas lima macam yaitu:

1. Pil kombinasi, dalam satu pil terdapat estrogen dan progestrone sintetik yang diminum 3 kali seminggu.

2. Pil sekunseal, Pil ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut,estrogen hanya diberikan selama 14 16 hari pertama di ikuti oleh kombinasi progestrone dan estrogen selama 5 7 hari terakhir.

3. Pil mini, merupakan pil hormon yang hanya mengandung progestrone dalam dosis mini ( kurang dari 0,5 mg) yang harus diminum setiap hari termasuk pada saat haid.

4. Once a month pil, pil hormon yang mengandung estrogen yang Long acting yaitu biasanya pil ini terutama diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang.

5. Morning after pil, merupakan pil hormon yang mengandung estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor.

b)Kontrasepsi Suntik (Wiknjosastro, 2009)Kontrasepsi suntikan di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang populer. Kontrasepsi suntikan yang digunakan ialah long-acting progestin, yaitu:

1. Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.

2. Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate testosteron.

3. Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan estrogenDepot medroxyprogesterone acetate (DMPA) adalah bentuk long-acting sintetis dari hormon progesteron. DMPA mirip dengan minipil yang tidak mengandung estrogen. Seperti kontrasepsi berbasis progesteron lainnya, DMPA bertindak dengan mencegah pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi) dan dengan mempromosikan lendir serviks tebal yang menghambat kemajuan sperma. Efektivitas dalam mencegah kehamilan mendekati 100%.

DMPA harus disuntikkan oleh seorang profesional perawatan kesehatan setiap tiga bulan (12 minggu). Hal ini diberikan sebagai otot (intramuscular) injeksi yang mendalam. Sebuah formulasi dosis lebih rendah dari obat yang disuntikkan di bawah kulit (subkutan) juga tersedia. Injeksi harus diberikan dalam waktu lima hari pertama periode menstruasi wanita. Dia kemudian dilindungi dari kehamilan dalam waktu 24 jam setelah menerima suntikan.

Seorang wanita mungkin berhenti mengalami haid sama sekali setelah menggunakan DMPA selama satu tahun. Setelah dua tahun penggunaan, 70% wanita tidak akan memiliki perdarahan menstruasi. Periode menstruasi berhenti karena DMPA menyebabkan ovarium untuk pergi ke sebuah "istirahat" negara. Ketika ovarium tidak melepaskan telur setiap bulan, pertumbuhan teratur pada lapisan rahim tidak terjadi dan tidak ada lapisan rahim adalah gudang selama siklus menstruasi berikutnya.

Periode menstruasi seorang wanita harus dimulai lagi dalam waktu enam sampai 18 bulan setelah ia berhenti mengambil suntikan. Seorang wanita juga bisa hamil, biasanya dalam waktu 12 sampai 18 bulan, setelah ia berhenti menggunakan DMPA. Jika seorang ibu baru tidak menyusui bayinya, dia bisa melanjutkan suntikan tepat setelah melahirkan. Ibu yang sedang menyusui dapat dengan aman memulai suntikan enam minggu setelah melahirkan. Suntikan tidak mengurangi aliran ASI-nya, dan tidak ada efek berbahaya pada bayi telah dicatat.

Efek samping yang paling umum dari suntikan DMPA adalah siklus yang tidak teratur menstruasi, berhentinya periode menstruasi, dan berat badan. Efek samping lain mungkin termasuk kegugupan, pusing, perut tidak nyaman, sakit kepala, kelelahan, atau nyeri payudara. Adalah penting bahwa seorang wanita menyadari bahwa sekali ia telah disuntik dengan DMPA, efek samping ia mungkin mengalami tidak bisa dinetralkan atau dihilangkan. Dia harus mentolerir efek samping obat sampai habis, biasanya tiga bulan kemudian.

DMPA juga telah terbukti memiliki efek negatif pada kepadatan mineral tulang, terutama dengan penggunaan jangka panjang, namun penelitian telah menunjukkan bahwa kepadatan tulang nya sebelumnya biasanya dipulihkan ketika obat dihentikan.

Perempuan mungkin dapat menggunakan DMPA ketika menghindari estrogen adalah bijaksana untuk alasan medis. Sebuah penyedia layanan kesehatan yang berkualitas harus dapat membantu membuat perbedaan yang tepat. DMPA tidak boleh digunakan oleh wanita yang memiliki riwayat kanker payudara, penyumbatan darah, penyakit hati, perdarahan vagina yang tidak dapat dijelaskan, atau stroke. Seorang wanita di DMPA harus menghubungi profesional kesehatan jika dia mengalami aliran menstruasi berat, sakit perut parah, sakit kepala, atau depresi.

Suntikan DMPA lebih dari 99% efektif jika suntikan yang diterima sesuai dengan jadwal yang benar. Seorang wanita menggunakan kontrasepsi suntik memiliki keuntungan yang mampu menjadi hamil di lain waktu, jika diinginkan, hanya dengan menghentikan penggunaan. DMPA tidak meningkatkan risiko seorang wanita terkena kanker, termasuk kanker payudara, dan sangat mengurangi resiko mereka terkena kanker rahim. Kontrasepsi suntik tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual.

c)Kontrasepsi Patch (Stoppler, 2013)Sebuah perekat patch telah dikembangkan yang menyediakan kontrasepsi hormonal melalui kulit, yang dikenal sebagai sistem pengiriman transdermal. Patch dapat dikenakan di lengan, perut, atau bokong. Seorang wanita memakai patch selama seminggu dan kemudian menggantikannya dengan patch baru.

Patch ini, disebut Ortho-Evra (etinil estradiol / norelgestromin patch-topikal), yang mirip dengan pil bahwa mereka mengandung estrogen dan progesteron. Ortho-Evra mirip dengan pil dalam hal menekan ovulasi dan memiliki keuntungan dari peningkatan kepatuhan dan kenyamanan karena administrasi mingguan. Seorang wanita hanya perlu ingat untuk mengganti patch seminggu sekali bukannya diperlukan untuk mengingat minum pil setiap hari. Namun, beberapa studi telah menunjukkan bahwa patch kontrasepsi mungkin terkait dengan risiko yang lebih besar dari efek samping negatif, seperti masalah pembekuan darah, daripada pil kontrasepsi oral.

Hal yang penting untuk dipastikan bahwa patch membuat kontak yang baik dengan kulit. Patch bisa menjadi masalah bagi para wanita yang banyak berkeringat dan / atau sering mandi karena kelembaban dapat mengganggu kontak patch dengan kulit. Beberapa wanita juga mungkin mengalami iritasi kulit di lokasi patch.

Seperti semua metode hormonal lainnya untuk mengendalikan kelahiran, patch tidak akan melindungi wanita terhadap infeksi menular seksual.

d)Kontrasepsi IUD (Cunningham et al, 2007)IUD yang mengandung dua bahan kimia aktif saat ini telah disetujui untuk digunakan di Amerika Serikat seperti perangkat progestin-releasing. LNG-IUD ( Levonorgestrel-relating intrauterine devices / Mirena) melepaskan levonorgestrel ke dalam rahim dengan jumlah yang relatif konstan 20 g / hari, yang dapat mengurangi efek sistemik. Alat ini memiliki kerangka radiopaque berbentuk T, dengan batang dibungkus reservoir silinder, terdiri dari campuran polydimethylsiloxane-levonorgestrel. Ada dua trailing string cokelat menempel batang.

Mekanisme kerja IUD belum dapat didefinisikan dengan tepat dan masih menjadi subyek perdebatan sampai saat ini. Pernah dipercaya bahwa aksi IUD ialah menginterferensi terhadap keberhasilan implantasi ovum yang telah dibuahi, namun sekarang dianggap menjadi kurang penting dibandingkan pencegahan pembuahan.

Dalam rahim, IUD menginduksi adanya respon peradangan setempat endometrium, terutama oleh perangkat yang mengandung tembaga. Komponen peradangan selular dan komponen humoral ini terjadi pada jaringan endometrium dan cairan yang mengisi rongga rahim dan saluran tuba. Ini menyebabkan menurunnya sperma dan viabilitas telur Pembuahan sulit untuk terjadi, disebabkan inflamasi yang sama diarahkan terhadap blastokista, dan endometrium yang berubah menjadi lokasi yang buruk untuk terjadinya implantasi. Pada IUD tembaga, tembaga meningkatkan lendir pengguna IUD dan menurunkan motilitas dan viabilitas sperma

Dengan IUD yang mengandung levonergestrel, di samping terjadinya reaksi peradangan, pelepasan progestin yang lama pada pengguna menyebabkan atrofi kelenjar dan stroma desidualisasi. Selain itu, progestin membuat lendir serviks menjadi lebih kental yang dapat menghalangi motilitas sperma. IUD tipe ini juga mungkin tidak konsisten melepaskan progestin untuk menghambat ovulasi.

e)Kontrasepsi Implant (Cunningham et al, 2007)NorplantNorplant adalah suatu alat kontrasepsi terdiri atas enam kapsul, yang mengandung 36 mg levonorgestral yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone (Polydimethylsiloxane) dan disusukan dibawah kulit. Setelah disusukkan keenam kapsul akan mengeluarkan 80 mcg levonorgestrel per hari selama 6-18 bulan pertama. Levonogestrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini-pill atau pil kombinasi ataupun pada AKDR yang bioaktif.Sebuah implan kontrasepsi yang dikenal sebagai Implanon tersedia di Implanon AS menyediakan kontrasepsi oleh slow release dari progestin etonogestrel selama periode tiga tahun. Implanon adalah batang tipis yang dimasukkan di lengan atas bawah anestesi lokal. Perlindungan dari kehamilan terjadi dalam waktu 24 jam dari penyisipan batang, dan tingkat kegagalan sebanding dengan sterilisasi bedah (ligations tuba). Salah satu keuntungan dari batang Implanon adalah kesuburan yang cepat kembali setelah pengangkatan batang.

Sebuah implan dua batang yang mengandung progestin levonorgestrel (Jadelle) telah disetujui oleh FDA untuk 5 tahun penggunaan, meskipun belum dipasarkan di Amerika Serikat. Demikian pula, Sino-Implan II implan kontrasepsi mirip dengan Jadelle, tetapi dirancang untuk tetap di tempat selama 4 tahun.

Studi awal produk menunjukkan bahwa secara umum ditoleransi dengan baik dan efektif dalam mencegah kehamilan. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa perdarahan yang tidak teratur adalah efek samping dari produk. Seperti semua metode hormonal lain dari kontrol kelahiran, Implanon tidak akan melindungi wanita terhadap infeksi menular seksual.

f)Kontrasepsi Transvaginal (Cunningham et al, 2007)Sebuah perangkat berbentuk cincin yang berisi hormon estradiol dan etonogestrel (progestin) dapat ditempatkan dalam vagina. Ini tetap di tempat selama tiga minggu terus menerus, maka akan dihapus selama satu minggu untuk memungkinkan periode menstruasi. Hal ini terus menerus melepaskan rendahnya tingkat hormon ke dalam aliran darah untuk seluruh tiga minggu.

Saat ini satu merek tersedia di AS, NuvaRing (etonogestrel / etinil estradiol-cincin vagina). Sekitar 99% efektif dalam mencegah kehamilan, memiliki efektivitas yang tinggi sama seperti metode hormonal kontrasepsi lainnya.

Pengguna diminta untuk memasukkan cincin tinggi-tinggi ke vagina; pemasangan ini tidak memerlukan tenaga kesehatan. Tingkat kehamilan keseluruhan lebih dari 1 tahun penggunaan ialah 0,65 kehamilan per 100 wanita per tahun.

Cincin ini mempunyai kelebihan dapat dengan mudah dimasukkan, diperiksa, dilepaskan, dan diganti oleh pengguna. Kerangka Teori

Keikutsertaan pasangan usia subur dalam program KB

Kontrasepsi

Kontrasepsi oral

Kontrasepsi suntikan

Kontrasepsi patch

Kontrasepsi IUD

Kontrasepsi implant

Kontrasepsi transvaginal

Keluarga Berencana (KB)

Pengertian

Tujuan

Sasaran

Ruang Lingkup

Dampak terhadap pencegahan Kehamilan

PAGE 21