bab i - iv print

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah fanatisme terhadap sesuatu seringkali dapat membuat orang-orang yang memiliki kecintaan terhadap hal yang sama saling berbagi dan saling mendukung satu sama lain. Dorongan itulah yang membuat orang-orang tersebut tertarik untuk membentuk suatu komunitas yang didalamnya terdapat hal-hal yang mereka sukai dengan visi dan misi yang sama. Begitu pula dengan kecintaan terhadap Persib. Persib Bandung memiliki penggemar fanatik yang menyebar di seantero provinsi Jawa Barat, bahkan hampir di seluruh wilayah Indonesia, mengingat catatan historis sebagai tim kebanggaan dari ibu kota provinsi Jawa Barat. Penggemar Persib menamakan diri sebagai Bobotoh. Pada era

Upload: arie-widianto

Post on 09-Aug-2015

42 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - IV PRINT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebuah fanatisme terhadap sesuatu seringkali dapat membuat orang-orang

yang memiliki kecintaan terhadap hal yang sama saling berbagi dan saling

mendukung satu sama lain. Dorongan itulah yang membuat orang-orang tersebut

tertarik untuk membentuk suatu komunitas yang didalamnya terdapat hal-hal yang

mereka sukai dengan visi dan misi yang sama. Begitu pula dengan kecintaan

terhadap Persib.

Persib Bandung memiliki penggemar fanatik yang menyebar di seantero

provinsi Jawa Barat, bahkan hampir di seluruh wilayah Indonesia, mengingat catatan

historis sebagai tim kebanggaan dari ibu kota provinsi Jawa Barat. Penggemar Persib

menamakan diri sebagai Bobotoh. Pada era Liga Indonesia, Bobotoh  kemudian

mengorganisasikan diri dalam beberapa kelompok pecinta Persib seperti Viking,

Bomber, Rebolan, Jurig Persib, Casper dan Persib-1337. Viking merupakan

organisasi Bobotoh dengan jumlah anggota terbanyak dan tersebar di penjuru Jawa

Barat, Banten, Kalimantan, dan daerah-daerah lain di Indonesia.

Page 2: BAB I - IV PRINT

Faktanya Persib Bandung adalah klub dengan jumlah suporter terbesar di

Indonesia dan bahkan salah satu di Asia. Suporter Maung Bandung diyakini sudah

bukan dalam hitungan ribu, tapi jutaan. Beberapa fakta menunjukkan hal itu, lihat

saja jumlah fan page dengan nama akun Persib Bandung yang memiliki lebih dari 1.7

juta penggemar. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan Sriwijaya FC sekitar 600

ribu penggemar, Begitu juga jika perbandingannya dialihkan dengan Persija Jakarta

yang suporternya selama ini dikenal kerap bentrok dengan suporter Persib. Di dunia

maya, Macan Kemayoran hanya digemari dengan 300 ribu penggemar. Fakta lainnya

adalah kehadiran suporter Maung Bandung di setiap laga tandang. Mereka selalu

hadir dengan atau tanpa atribut berbau Maung Bandung.

Melihat semua fakta yang ada, tak mengherankan jika perkembangan kelompok

suporter Persib sangat pesat, tidak hanya kelompok-kelompok besar seperti Viking

atau Bomber saja. Belakangan tak sedikit bermunculan kelompok-kelompok baru

meski masih berstatus minoritas.

Kumpulan yang berasal dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa,

karyawan swasta, sampai pengusaha yang memang merupakan alumnus ataupun

masih berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Islam Bandung dan sama-sama

mencintai Persib ini, tergerak untuk membuat suatu Komunitas Supporter Persib

untuk berbagi kesamaan pandangan dan pengetahuan dalam mendukung Persib. Di

Bandung sendiri sebenarnya terdapat beberapa Komunitas minoritas supporter Persib

yang telah mulai dikenal, salah satunya yaitu Ultras TS1. Ultras TS1 adalah

Page 3: BAB I - IV PRINT

komunitas supporter Persib di Bandung yang terbentuk pada tahun 1999, sudah lebih

dari 80 orang bergabung dengan Ultras TS1. Struktur formal pun tidak terdapat pada

komunitas ini.

Komunitas Ultras TS1 mempunyai ciri khas fashion dan kultur pop yang

mengusung gaya berpakaian Casual. Selain gaya berpakaiannya, komunitas Ultras

TS1 menggemari musik-musik yang berjaya pada era ’60-an di Inggris. Anggota

Ultras TS1 berasal dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, karyawan swasta,

sampai pengusaha. Meski komunitas ini mengadopsi konsep dan gaya hidup kaum

Casual, tidak otomatis meninggalkan tradisi Indonesia. Di satu sisi, mereka

mengambil spirit kaum casual. Di sisi lain, spirit itu mencoba diadaptasikan dalam

keindonesiaan. Misalnya, kaum Casual cenderung menolak komunitas lain dari

kalangan hedonis Inggris. Akan tetapi, Ultras TS1 tetap mencoba adaptif dengan

komunitas lain walau tidak harus menanggalkan sikap dan filosofi yang mereka

pegang.

Komunitas Ultras TS1 pun selain menonjolkan sisi fashion, mereka juga

menonjolkan dari sisi bahasa yang mereka pergunakan sehari-hari. Mereka

mempunyai gaya bahasa yang berbeda dengan bahasa yang umum dipergunakan

sehari-hari. Bahasa-bahasa yang mereka pergunakan itu biasanya mereka ciptakan

sendiri untuk berkomunikasi dengan sesama anggota kelompoknya, dan biasanya

hanya anggota kelompoknya lah yang mengerti bahasa-bahasa tersebut.

Page 4: BAB I - IV PRINT

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang

berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas

manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber

daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas

berasal dari bahasa l atin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat

diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau

banyak". (James Lull, 1998).

Dalam suatu komunitas biasanya terjadi komunikasi-komunikasi antar

sesama, komunikasi tersebut dinamakan Komunikasi Kelompok. Menurut Onong

Uchjana Effendy (1993:5) mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses

penyampaian suatu pesan seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau

mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara lisan maupun tidak langsung

melalui media.

Onong Uchjana Effendy : Komunikasi kelompok memfokuskan

pembahasannya kepada interaksi di antara orang-orang dalam kelompok-kelompok

kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi di dalamnya.

Pembahasannya meliputi dinamika kelompok, bagaimana penyampaian informasinya,

pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan.

1.2 Perumusan Masalah

Page 5: BAB I - IV PRINT

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengajukan rumusan masalah

sebagai berikut :

“Bagaimana Komunikasi di Kalangan Komunitas Supporter Persib “Ultras Ts1”” ?

1.3 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana komunikasi di kalangan komunitas Supporter Persib “Ultras Ts1”

secara Verbal ?

2. Bagaimana komunikasi di kalangan komunitas Supporter Persib “Ultras Ts1”

secara Nonverbal ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi di kalangan komunitas Supporter

Persib “Ultras Ts1” secara Verbal ?

2. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi di kalangan komunitas Supporter

Persib “Ultras Ts1” secara Nonverbal ?

1.5 Metode dan Teknik Penulisan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah metode

Kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.

Kirk dan Miller (1986;9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah

tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung

Page 6: BAB I - IV PRINT

dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam

peristilahannya.

Teknik penelitian yang digunakan :

1. Kepustakaan

Kepustakaan adalah salah satu teknik yang dilakukan oleh penulis,

cara ini dilakukan dengan menelaah teori-teori, pendapat-pendapat, serta

pokok pikiran yang didapat dalam media cetak, khusunya buku-buku yang

relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab bertatap muka antara pewawancara

dengan responden. Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai salah satu

anggota komunitas vespa Beat Boys Bandung agar dapat mendapatkan

informasi secara langsung.

3. Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan

melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.

Page 7: BAB I - IV PRINT

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Teori Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang

berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama

lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.

Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kawan-kawan, kelompok diskusi,

dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang

dilakukan kelompok kecil tersebut (small-group communication). Dalam komunikasi

kelompok berkaitan dengan proses perbandingan social.

Teori ini dijelaskan oleh Leon Festinger mengenai proses-proses manusia

untuk berinteraksi satu sama lain serta dorongan untuk berkomunikasi tentang suatu

kejadian dengan anggota lain dalam kelompok akan meningkat bila kita menyadari

bahwa kita tidak setuju dengan suatu kejadian, apabila kejadian itu makin menjadi

penting, dan apabila sifat keterkaitan keluarga juga meningkat (koesdarini, 1985; 52).

Sebagai anggota suatu keluarga kita lebih cenderung mengarahkan komunikasi kita

tentang suatu kejadian pada mereka yang kelihatannya paling setuju dengan kita

mengenai kejadian tersebut. Besarnya perubahan suatu pendapat yang akan

Page 8: BAB I - IV PRINT

ditimbulkan oleh komunikasi kita akan meningkat pada saat meningkatnya dorongan

terhadap orang lain untuk menyesuaikan diri dan tetap berada dalam kelompok.

Adapun menurut Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan

komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau

lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,

pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik

pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Telah banyak klasifikasi kelompok

yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita

sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok. Adapun pengertian komunikasi

kelompok menurut Alvin A. Goldberg adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang

terjadi pada saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil, dan bukan

deskripsi mengenai bagaimana seharusnya komunikasi terjadi serta bukan pula

sejumlah nasehat tentang cara-cara bagaimana yang harus ditempuh. Sebab,

bagaimanapun juga dari sudut pandang komunikasi kelompok sudah dapat

dibayangkan bahwa dalam jangka panjang pemusatan perhatian pada deskripsi dan

analisa mungkin akan berguna dalam menguatkan proses diskusi kelompok daripada

seperangkat aturan yang paling baik sekalipun.(dalam Goldberg, 1985: 8)

Sedangkan menurut Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan

komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau

lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,

Page 9: BAB I - IV PRINT

pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik

pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Sementara komunikasi kelompok

berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan

sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua oang. Sekelompok orang yang

menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa banyak. Apabila jumlah orang yang dalam

kelompok itu sedikit yang berarti kelompok itu kecil, komunikasi yang berlangsung

disebut komunikasi kelompok kecil; jika jumlahnya banyak yang berarti

kelompoknya besar dinamakan komunikasi kelompok besar.

2.2 Proses Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses, itu berarti bahwa komunikasi terjadi

oleh adanya unsur-unsur komunikasi. Rogers & Shoemaker (1997) mengatakan

bahwa :

a. Sumber (source)

Sumber adalahpenemu, ilmuan, dsb yang dapat menghasilkan ide-ide baru,

dll.

b. Pesan (message)

Pesan merupakan ide-ide baru yang dapat berupa teknologi baru, temuan baru

dsb, yang dihasilkan oleh sumber

c. Saluran (channel)

Saluran adalah sarana pembawa pesan

Page 10: BAB I - IV PRINT

d. Penerima (receiver)

Penerima adalah orang yang menerima pesan

e. Efek (effect)

Efek adalah hasil yang terjadi karena adanya komunikasi

2.3 Kelompok primer dan sekunder

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994)

mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-

anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan

kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-

anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik

komunikasinya, sebagai berikut: Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat

dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling

tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan

dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan

rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat

dangkal dan terbatas. Perbedaan antara kelompok primer dan sekunder :

1. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

Page 11: BAB I - IV PRINT

2. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.

3. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.

4. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.

Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi

Konformitas.

Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai

akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok

mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan

melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua

kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta

persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan

seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota

berikutnya untuk setuju juga.

Fasilitasi sosial.

Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan

kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga

menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-

dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada

berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang

meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon

Page 12: BAB I - IV PRINT

dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar,

terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan

prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar;

karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.

Polarisasi.

Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi

kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah

diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila

sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah

diskusi mereka akan menentang lebih keras.

2.4 Karakteristik Komunikasi Kelompok

            Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan

peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang

dalam suatu kelompok berprilaku satu dengan yang lainnya. Kadang-kadang norma

yang disebut oleh para sosiolog dengan nama “hukum” (law) ataupun “aturan” (rule),

yaitu prilaku-prilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan untuk

suatu kelompok.

Page 13: BAB I - IV PRINT

            Jika norma diberi batasan sebagai ukuran kelompok yang dapat diterima,

maka peran (role) merupakan pola-pola prilaku yang diharapkan dari setiap anggota

kelompok. Ada dua fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi tugas dan fungsi

pemeliharaan.

2.5 Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu

kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy

Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan

aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan

dipahami suatu komunitas.

Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal.

Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk

mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya

dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial

untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang

terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa

mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya

memberi arti.

Page 14: BAB I - IV PRINT

Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi

merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan

pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan

tentang arti kata atau gabungan kata-kata.

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga

fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

2.6 Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan

nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa

komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi

nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya,

kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam

komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

Page 15: BAB I - IV PRINT

Klasifikasi pesan nonverbal.

Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:

Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang

berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan

pesan postural.

Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling

sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan,

kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad.

Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai

berikut:

a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk

b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan

c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah:

a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif

Page 16: BAB I - IV PRINT

b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah

c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya

dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang

lain.

Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan

kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku

dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang

tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita

membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan

dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat

menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini

oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.

Pesan sentuhan dan bau-bauan.

Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan

membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan

dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah,

bercanda, dan tanpa perhatian.Bau-bauan, terutama yang menyenangkan

(wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan

Page 17: BAB I - IV PRINT

pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional,

pencitraan, dan menarik lawan jenis.

Page 18: BAB I - IV PRINT

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Komunikasi di Kalangan Komunitas Supporter Persib “Ultras TS1”

Secara Verbal

Komunikasi antar sesama individu secara Universal sama. Lain halnya

dengan komunikasi pada kalangan komunitas Ultras TS1. Seringnya pertemuan

yang dilakukan oleh komunitas supporter di tempat mereka berkumpul membuat

proses komunikasi diantara mereka berjalan dengan baik. Biasanya percakapan yang

mereka lakukan tidak jauh dari hal-hal yang berbau Sepak Bola dan Musik.

Komunikasi secara verbal disini menjelaskan bagaimana bahasa komunikasi

yang mereka lakukan dalam percakapan sehari-hari. Dalam percakapan sehari-hari,

biasanya mereka menggunakan bahasa yang mereka ciptakan sendiri. Bahasa-bahasa

tersebut, atau bisasanya bahasa yang sudah ada mereka rubah dengan gaya mereka

atau biasa disebut bahasa “pelesetan”, selain itu bahasa yang mereka pergunakan

biasanya diadaptasi dari bahasa asing, kemudian mereka gunakan sebagai bahasa

keren dalam percakapan. Bahasa-bahasa yang mereka gunakan ini biasanya hanya

sesama komunitas saja yang mengetahuinya.

Page 19: BAB I - IV PRINT

Bahasa-bahasa yang digunakan oleh komunitas Ultras TS1 ini memang sangat

unik dan terkadang orang lain diluar komunitas yang mendengarnya menganggapnya

aneh dan tidak lazim dari bahasa yang digunakan secara umum. Tapi mereka

menganggap bahwa disitulah ciri dan karakter dari komunitas mereka.

Misalnya dalam suatu percakapan “A” menanyakan kabar kepada “B” dengan

bahasa verbal mereka “Kamana Bray ?”. Bray adalah panggilan karib kepada sesama

anggota kelompoknya yang sudah tidak asing lagi bagi mereka. Atau contoh lainnya

“Woless Bray…”, yang bila diartikan secara normal adalah “Santai Kawan..”. selain

kata “bray” sebagai pengganti kata kawan, ada pula kata “lads” yang sama artinya

dengan “bray”.

Contoh lain misalnya :

Bahasa Komunitas Ultras TS1 Arti Sebenarnya

Macul Kerja

Gress Bagus

Leum Santai

Ngasplen Tidak tahu

Page 20: BAB I - IV PRINT

Inilah yang membuat mereka terlihat berbeda dan unik dari komunitas-

komunitas yang lain. Mereka menonjolkan sisi komunikasi yang berbeda dari kata-

kata yang mereka ciptakan sendiri.

3.2 Komunikasi di Kalangan Komunitas Supporter Persib “Ultras TS1

Secara Nonverbal

Seperti yang kita ketahui komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak

menggunakan kata-kata dan tulisan. Dalam komunikasi di kalangan komunitas Ultras

TS1 juga menggunakan bahasa Nonverbal. Seperti yang kita ketahui, dalam

komunitas supporter biasanya mereka jauh dari kesan rapih dan fashionable, karena

supporter sebuah klub sangat identic dengan jersey klub yang mereka kenakan ketika

mendukung tim kesayangannya. Sehingga supporter sebuah tim identic dengan jersey

yang sama dan seragam. Jangankan untuk tampil trendi, di dalam benak mereka

sudah tertanam untuk selalu menggunakan jersey klub ketika memberikan dukungan

kepada tim kesayangannya. Lain halnya dengan komunitas Ultras TS1 yang selalu

ingin terlihat bersih dan trendi.

Dalam bahasa nonverbal terdapat simbol-simbol nonverbal “Casual”. Casual

merupakan salah satu bagian dari budaya sepak bola, yang identic dengan

hooliganisme dan pakaian – pakaian mahal bermerek. Sub kultur ini lahir pada akhir

decade 70-an, di Britania Raya, dimana ketuka itu banyak para hooligan klub – klub

Page 21: BAB I - IV PRINT

sepak bola, mulai mengenakan pakaian – pakaian mahal untuk menghindari perhatian

poisi. Mereka tidak lagi mengenakan atribut – atribut beraroma logo – logo klub

kesayangan agar tidak mudah dikenali.

Kaum modernist ini identik dengan fashion yang terlihat berkelas dan

menjadi ciri khas penampilan dan symbol tersendiri. Mulai dari pakaian, tas, sepatu,

topi yang mereka pergunakan adalah barang-barang mahal dan branded. Sebutlah

merk-merk mahal dan terkenal di dunia seperti Stone Island, CP Company, Barbour,

Sergio Tacchinni, Ellesse, Fred Perry, Merc, Ben Sherman, Lonsdale, Adidas,

Doc.Marteen, dll.

Mereka yang terobsesi dengan fashion dari Itali ini, berusaha mengikuti

gayanya dengan menggunakan aksesoris yang sama dari mulai model hingga merk.

Tetapi meskipun komunitas Ultras TS1 mengadopsi fashion dan gaya hidup kaum

Casual, mereka tetap tidak mengesampingkan tradisi Indonesia. Penggila fashion

dalam komunitas ini rela melakukan apapun untuk mendapatkan barang yang mereka

inginkan. Mereka bisa mencari barang-barang yang mereka inginkan mulai dari

menjelajah luar kota hingga luar negeri demi mendapatkan aksesoris-aksesoris

original.

Dengan gaya berpakaian dan outfit mereka yang menonjol. Mereka ingin

menunjukkan karakter dan kepribadian mereka kepada sesama komunitas maupun

diluar komunitas mereka, karena dengan gaya berpakaian dapat membentuk image

individu itu sendiri, dan kepribadian mereka pun dapat dinilai.

Page 22: BAB I - IV PRINT

Selain dalam gaya berpakaian, bahasa nonverbal mereka pun dapat

ditonjolkan melalui perilaku. Dalam suatu komunitas, perilaku individu tentu

berbeda-beda. Hal ini terdapat pula pada komunitas Ultras TS1. Dengan karakter

sifat yang beraneka ragam, beraneka ragam pula cara penyampaian perasaan individu.

Ada yang menyampaikan ungkapan ketidak setujuannya terhadap suatu diskusi

dengan hanya diam dan tidak berbuat apapun, ada pula yang mengungkapkan ketidak

setujuannya dengan mengeluarkan pendapatnya dengan nada yang tinggi dan dengan

raut wajah yang sedikit keras. Selain itu ada pula yang diam dan melamun ketika

memiliki persoalan pribadi, karena mungkin ia merasa masalahnya tidak perlu untuk

diceritakan kepada siapapun, sekali pun dengan teman sesama komunitasnya.

Meskipun ada individu yang mengungkapkan kekesalannya dengan rasa

marah dan kadang sering terjadi kesalahpahaman diantara mereka, tetapi kekompakan

antar sesama komunitas tetap terjaga, karena mereka menyadari bahwa setiap

manusia memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda.

Page 23: BAB I - IV PRINT

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komunikasi verbal

dalam konteks komunikasi kelompok di kalangan komunitas supporter “Ultras TS1”,

komunitas ini banyak menggunakan bahasa verbal yang mereka ciptakan sendiri

untuk berkomunikasi dengan sesama anggota kelompoknya, bahasa yang mereka

ciptakan biasanya karena unsur - unsur ketidaksengajaan ketika melakukan

percakapan sehari-hari, ataupun bahasa yang sudah ada mereka ubah dengan gaya

bahasa mereka. Gaya bahasa yang mereka pergunakan membuat mereka berbeda

dengan komunitas lainnya.

Dalam komunikasi nonverbal komunitas ini menggunakan beberapa simbol

nonverbal Casual, yaitu penampilan yang menjadi simbol tersendiri yang dapat

membentuk image masing-masing individu. Selain penampilan yang menjadi bahasa

nonverbal di komunitas Supporter “Ultras TS1” ini, terdapat Pesan kinesik. Pesan

nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen

utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural. Dengan pengungkapan-

pengungkapan perasaan mereka secara tidak langsung.