bab i pendahuluan 1.1 latar belakang · bab i pendahuluan 1.1 latar belakang pembangunan pada...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pada hakekatnya adalah suatu proses perubahan ke arah yang
lebih baik melalui upaya-upaya yang dilakukan secara terencana. Paradigma
pembangunan hampir selalu dikaitkan dengan adanya perubahan-perubahan yang
bersifat positif, namun dampak dari perubahan-perubahan yang bersifat positif
tersebut, pada kenyataannya tidak selalu sejalan dengan apa yang terjadi di
masyarakat.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, setiap Perangkat Daerah harus memiliki Rencana
Strategis Perangkat Daerah (Renstra Perangkat Daerah). Renstra Perangkat Daerah
adalah dokumen perencanaan Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Renstra
Perangkat Daerah tersebut memuat tujuan, sasaran, program dan kegiatan
pembangunan dalam rangka pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib dan/atau
Urusan Pemerintahan Pilihan sesuai dengan tugas dan fungsi setiap Perangkat
Daerah, yang disusun berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) dan bersifat indikatif.
Dinas Perindustrian Provinsi NTB sudah melakukan penyusunan rancangan
awal Renstra Perangkat Daerah sejak dimulainya penyusunan rancangan awal
RPJMD Provinsi NTB Tahun 2019-2023. Adapun fungsi dari Renstra Dinas
Perindustrian adalah untuk mengklarifikasi secara eksplisit visi dan misi Kepala
Daerah dan RPJMD Provinsi NTB, kemudian menterjemahkannya secara sistematis
dan terpadu kedalam tujuan, strategi, kebijakan dan program prioritas Dinas
Perindustrian serta tolok ukur pencapaiannya.
Proses Penyusunan Renstra Dinas Perindustrian Provinsi NTB Tahun 2019-
2023 berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah. Tahapan penyusunan Renstra BAPPELITBANGDA
Kabupaten Tebo adalah sebagai berikut: (1) persiapan penyusunan; (2) penyusunan
rancangan awal; (3) penyusunan rancangan; (4) pelaksanaan forum Perangkat
Daerah/lintas Perangkat Daerah; (5) perumusan rancangan akhir; dan (6) penetapan.
Dalam penyusunannya, Renstra Dinas Perindustrian Provinsi NTB Tahun
2019-2023 telah berpedoman pada RPJMD Provinsi NTB Tahun 2019-2023 yang
merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur
Nusa Tenggara Barat yang terpilih dan diselaraskan dengan Renstra
Kementerian/Lembaga sesuai tugas pokok dan fungsi dari perangkat daerah. Seluruh
program dalam Renstra Dinas Perindustrian Provinsi NTB Tahun 2019-2023
merupakan program prioritas dalam RPJMD Provinsi NTB Tahun 2019-2023.
Sebagai Perangkat Daerah yang mempunyai tugas pokok dalam merumuskan,
mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggung
jawabkan kebijakan teknis penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang
perindustrian maka Renstra Dinas Perindustrian Provinsi NTB tahun 2019-2023
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Renstra Kementerian Perindustrian.
Selain itu Renstra Dinas Perindustrian Provinsi NTB Tahun 2019-2023 juga
mempunyai keterkaitan yang erat dengan Renja Dinas Perindustrian Provinsi NTB.
Renja Dinas Perindustrian Provinsi NTB merupakan implementasi perencanaan
strategis 5 (lima) tahunan yang dituangkan dalam Renstra Dinas Perindustrian
Provinsi NTB Tahun 2019-2023 kedalam perencanaan tahunan yang sifatnya lebih
operasional.
1.2 Landasan Hukum
Peraturan perundangan yang digunakan dalam penyusunan Rencana Strategis
Dinas Perindustrian Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2018-2023 sebagai
berikut :
1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah - Daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1649);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86 tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah;
16. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 – 2029
(Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 Nomor 26,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 56);
17. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
(Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2016 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 56);
18. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor ........ Tahun ..........
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Nusa Tenggara Barat
19. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 45 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 29 Tahun 2018 tentang
Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas-Dinas Daerah dan Unit Pelaksana
Teknis Badan pada Badan-Badan Daerah Provinsi NTB.
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Penyusunan Rencana Strategis Dinas Perindustrian Provinsi NTB,
dimaksudkan untuk :
1. Memberikan arah dan pedoman bagi Dinas Perindustrian Provinsi NTB dalam
menentukan prioritas-prioritas pembangunan di bidang perindustrian, yang
dilaksanakan melalui program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurun
waktu 5(lima) tahun, sehingga sasaran dan target pembangunan dapat tercapai
dengan baik;
2. Memberikan informasi kepada pemangku kepentingan (stakeholders) tentang
Rencana Strategis Dinas Perindustrian Provinsi NTB periode 2019-2023
3. Mempermudah pengendalian, monitoring, evaluasi dan koordinasi pelaksanaan
rencana kegiatan dalam kurun waktu 5(lima) tahun
4. Memberikan pedoman dan acuan dalam penyusunan Renja Dinas Perindustrian
Provinsi NTB yang sistematis, terukur dan berkelanjutan sebagai tolok ukur
penilaian kinerja tahunan dalam kurun waktu 5 (lima) tahunan.
1.3.2 Tujuan
Sedangkan tujuan penyusunan Rencana Strategis Dinas Perindustrian Provinsi
NTB, sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan Dinas Perindustrian Provinsi
NTB sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsinya;
2. Mewujudkan Rencana Strategis yang partisipatif, bermanfaat, tepat sasaran dan
berkesinambungan
3. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan
daerah;
4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik.
1.4 Sistematika Penulisan
Mengacu pada Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun
2017, maka sistematika penyusunan Renstra Dinas Perindustrian Provinsi NTB
Tahun 2019-2023 adalah sebagai berikut:
BAB
BAB
BAB
BAB
I.
1.1
1.2
1.3
1.4
II
2.1
2.2
2.3
2.4
III
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
IV
4.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Landasan Hukum
Maksud dan Tujuan
Sistematika Penulisan
GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN
PROVINSI NTB
Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
Sumber Daya
Kinerja Pelayanan
Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan
PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DINAS
PERINDUSTRIAN PROVINSI NTB
Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
Telaaahan Visi, Misi dan Program Kepala Derah dan Wakil Kepala
Daerah Terpilih
Telaahan Renstra K/L dan Renstra
Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Penentuan Isu-Isu Strategis
TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN ARAH
KEBIJAKAN
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Perindustrian Provinsi
NTB
BAB V STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN JANGKA MENENGAH
Pada bab ini dikemukakan strategi dana rah kebijakan jangka
menengah OPD
BAB
BAB
BAB
V
VI
VII
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA
PENDANAAN
Pada bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator
kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif.
KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN
Pada bab ini dikemukakan indikator kinerja Dinas Perindustrian yang
secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai dalam 5(lima)
tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian
tujuan dan sasaran RPJMD.
PENUTUP
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN
DINAS PERINDUSTRIAN PROVINSI NTB
2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dinas Perindustrian menjadi sa-
lah satu dinas dengan kategori dinas daerah tipe B yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang perindustrian. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor
50 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja
Dinas-Dinas Daerah Provinsi NTB, dinyatakan bahwa Dinas Perindustrian menyelenggara-
kan Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi
dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah Provinsi dengan struktur organisasi
sebagai berikut :
Dinas Perindustrian Provinsi NTB terdiri dari 1 unit eselon II, 6 unit eselon III ( 1
Sekretariat, 3 Bidang dan 2 Balai) dan kelompok fungsional seperti terdapat pada gambar 2.
Adapun susunan organisasi Dinas Perindustrian Provinsi NTB terdiri dari :
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Gubernur dalam menyelenggarakan
pemerintahan daerah dalam memimpin, merumuskan, mengatur, membina,
mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perindustrian. Untuk
melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
Gambar 2.
Struktur Organisasi Dinas Perindustrian Provinsi NTB
Kepala Dinas
Dra. Hj. Baiq Eva
Nurcahya Ningsih,
M. Si
Pembina Utama
Madya/(Iv/D)
Kasubbag Pro-gram&Keu
Kelompok
Pejabat
Fungsional
UPTD Balai Ke-masan Produk
Daerah
Kasubbag Umum
Sekretaris Dinas
Kabid Industri Agro
Kabid Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, Elektronika, dan
Telematika
Kabid Industri Kreatif, Sandang dan Kerajinan
Kasie Industri Logam, Mesin dan Alat Transportasi
Kasie Industri Elektronika dan Telematika
Kasie Industri Makanan dan Minuman, Hasil Laut, Peri-
kanan Dan Peternakan
Kasie Industri Hasil Per-tanian, Hutan dan Perkebunan
Kasie Industri Sandang dan Kerajinan
Kasie Industri Kreatif
UPTD STIP
a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penguatan struktur industri, pening-
katan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri,
standarisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan indus-
tri hijau, pembangunan dan pemberdayaan industri kecil dan industri menengah,
penyebaran dan pemerataan pembangunan industri, ketahanan industri dan kerja
sama, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan struktur industri, peningkatan daya
saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standarisasi
industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau,
pembangunan dan pemberdayaan industri kecil dan industri menengah, penyebaran
dan pemerataan pembangunan industri, ketahanan industri dan kerjasama, serta pen-
ingkatan penggunaan produk dalam negeri;
c. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan di bidang
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,
promosi industri dan jasa industri, standarisasi industri, teknologi industri, pengem-
bangan industri strategis dan industri hijau, pembangunan dan pemberdayaan indus-
tri kecil dan industri menengah, penyebaran dan pemerataan pembangunan industri,
ketahanan industri dan kerjasama, serta peningkatan penggunaan produk dalam
negeri;
d. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang perindustrian;
e. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Dinas Perindustri-
an;
f. pengelolaan barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab Dinas
Perindustrian;
g. pengendalian dan evaluasi pelaksanaan tugas bidang perindustrian;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya.
2. Unit Kerja Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang merupakan unsur staf yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretaris mempunyai tugas me-
nyiapkan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, perencanaan dan penyusunan pro-
gram, pengumpulan dan analisis data, evaluasi program dan pelaporan, pengelolaan
urusan keuangan dan pengelolaan aset. Untuk melaksanakan tugasnya, Sekretaris
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. koordinasi kegiatan Dinas Perindustrian;
b. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Dinas Perindustrian;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat,
arsip, dan dokumentasi Dinas Perindustrian;
d. pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e. pengelolaan barang milik/kekayaan daerah dan layanan pengadaan barang/jasa;
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Sekretariat, terdiri dari :
a. Kepala Sub Bagian Program dan Keuangan
b. Kepala Sub Bagian Umum
3. Unit Kerja Bidang Industri Agro
Bidang Industri Agro mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksa-
naan kebijakan di bidang penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri,
teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta pening-
katan penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil hutan dan perkebunan, in-
dustri makanan dan minuman, hasil laut dan perikanan. Untuk melaksanakan tugasnya,
Bidang Industri Agro menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. perumusan kebijakan di bidang penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standarisasi industri,
teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta pening-
katan penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil hutan dan perkebunan,
industri makanan dan minuman, hasil laut dan perikanan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan struktur industri, peningkatan daya
saing,pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standarisasi
industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta
peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil hutan dan perke-
bunan, industri makanan dan minuman, hasil laut dan perikanan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendalaman dan pen-
guatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, pro-
mosi industri dan jasa industri, standarisasi industri, teknologi industri, pengem-
bangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk
dalam negeri pada industri hasil hutan dan perkebunan, industri makanan dan mi-
numan, hasil laut dan perikanan;
d. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendalaman dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,
promosi industri dan jasa industri, standarisasi industri, teknologi industri, pengem-
bangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk
dalam negeri pada industri hasil hutan dan perkebunan, industri makanan dan mi-
numan, hasil laut dan perikanan;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penguatan struktur industri, pening-
katan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri,
standarisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan indus-
tri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil hu-
tan dan perkebunan, industri makanan serta minuman, hasil laut dan perikanan;
f. pelaksanaan administrasi Bidang Industri Agro;
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Bidang Industri Agro, terdiri dari :
a. Kepala Seksi Industri Hasil Pertanian, Hutan dan Perkebunan
b. Kepala Seksi Industri Makanan, Minuman, Hasil Laut, Perikanan dan Peternakan
4. Unit Kerja Industri Logam, Mesin, Alat, Transportasi, Elektronika Dan Telemat-
ika (ILMATE)
Bidang ILMATE mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengem-
bangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi
industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri logam, industri mesin, industri alat
transportasi, serta industri elektronika dan telematika. Untuk melaksanakan tugasnya,
Bidang ILMATE menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. perumusan kebijakan di bidang penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standarisasi industri,
teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta pening-
katan penggunaan produk dalam negeri pada industri logam, industri mesin, industri
alat transportasi, serta industri elektronika dan telematika;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan struktur industri, peningkatan daya
saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standarisasi
industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta
peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri logam, industri mesin,
industri alat transportasi, serta industri elektronika dan telematika;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penguatan struktur in-
dustri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan
jasa industri, standarisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strate-
gis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada in-
dustri logam, industri mesin, industri alat transportasi dan maritim, serta industri el-
ektronika dan telematika;
d. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan
di bidang penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim
usaha, promosi industri dan jasa industri, standarisasi industri, teknologi industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan
produk dalam negeri pada industri logam, industri mesin, industri alat transportasi,
serta industri elektronika dan telematika;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penguatan struktur industri, pening-
katan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri,
standarisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan indus-
tri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri logam,
industri mesin, industri alat transportasi, serta industri elektronika dan telematika;
f. pelaksanaan administrasi Bidang Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, El-
ektronika dan Telematika;
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Bidang ILMATE, terdiri dari :
a. Kepala Seksi Industri Logam, Mesin dan Alat Transportasi
b. Kepala Seksi Elektronika Dan Telematika
5. Unit Kerja Industri Kreatif, Sandang dan Kerajinan
Bidang Industri Kreatif, Sandang dan Kerajinan mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan dan pemberdayaan,
standarisasi industri dan teknologi industri, peningkatan daya saing, penumbuhan
wirausaha, penguatan kapasitas kelembagaan, pemberian fasilitas, serta promosi indus-
tri dan jasa industri pada industri kreatif, sandang dan kerajinan. Untuk melaksanakan
tugasnya, Bidang Industri Kreatif, Sandang Dan Kerajinan menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut :
a. perumusan kebijakan di bidang pembangunan dan pemberdayaan potensi industri
kecil dan industri menengah, peningkatan daya saing, standarisasi industri dan
teknologi industri, penumbuhan wirausaha, pembinaan dan pengembangan tenaga
penyuluh lapangan, konsultan, sentra dan unit pelayanan teknis, bantuan teknis dan
pembiayaan,keterkaitan dan hubungan kemitraan, serta promosi industri dan jasa
industri pada industri kreatif, sandang dan kerajinan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan dan pemberdayaan potensi industri
kecil dan industri menengah, peningkatan daya saing, standarisasi industri dan
teknologi industri, penumbuhan wirausaha, pembinaan dan pengembangan tenaga
penyuluh lapangan, konsultan, sentra dan unit pelayanan teknis, bantuan teknis dan
pembiayaan, keterkaitan dan hubungan kemitraan, serta promosi industri dan jasa
industri pada industri kreatif, sandang dan kerajinan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembangunan dan
pemberdayaan potensi industri kecil dan industri menengah, peningkatan daya
saing, standarisasi industri dan teknologi industri, penumbuhan wirausaha, pem-
binaan dan pengembangan tenaga penyuluh lapangan, konsultan, sentra dan unit pe-
layanan teknis, bantuan teknis dan pembiayaan, keterkaitan dan hubungan
kemitraan, serta promosi industri dan jasa industri pada industri kreatif, sandang dan
kerajinan;
d. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan
di bidang pembangunan dan pemberdayaan potensi industri kecil dan industri
menengah, peningkatan daya saing, standarisasi industri dan teknologi industri, pe-
numbuhan wirausaha, pembinaan dan pengembangan tenaga penyuluh lapangan,
konsultan, sentra dan unit pelayanan teknis, bantuan teknis dan pembiayaan, ket-
erkaitan dan hubungan kemitraan, serta promosi industri dan jasa industri pada in-
dustri kreatif, sandang dan kerajinan;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pembangunan dan pemberdayaan po-
tensi industri kecil dan industri menengah, peningkatan daya saing, standarisasi in-
dustri dan teknologi industri, penumbuhan wirausaha, pembinaan dan pengem-
bangan tenaga penyuluh lapangan, konsultan, sentra dan unit pelayanan teknis, ban-
tuan teknis dan pembiayaan, keterkaitan dan hubungan kemitraan, serta promosi in-
dustri dan jasa industri pada industri kreatif, sandang dan kerajinan;
f. pelaksanaan administrasi Bidang Industri Kreatif, Sandang dan Kerajinan;
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Kepala Dinas.
Bidang Industri Kreatif, Sandang dan Kerajinan, terdiri dari :
a. Kepala Seksi Industri Kreatif
b. Kepala Seksi Industri Sandang Dan Kerajinan
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Kemasan Produk Daerah
UPTD-Balai Kemasan Produk Daerah melaksanakan tugas teknis operasional yang
secara langsung berhubungan dengan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat serta
memastikan perlindungan terhadap kebutuhan masyarakat sesuai dengan bidang
teknisnya. Untuk melaksanakan tugasnya, Balai Kemasan Produk Daerah
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. pelaksanaan operasional pelayanan dan pemberdayaan masyarakat serta memasti-
kan perlindungan terhadap kebutuhan masyarakat kepada masyarakat sesuai dengan
bidang tugasnya.
b. pelaksanaan operasional tugas-tugas teknis dinas sesuai dengan bidangnya;
c. pelaksanaan pelayanan administratif ketatausahaan pada UPTD.
UPTD - Balai Kemasan Produk Daerah, terdiri dari :
a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
b. Kepala Seksi Diklat dan Promosi
c. Kepala Seksi Teknis Kemasan
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Science Technology and Industrial Park (
STIP )
UPTD - STIP mempunyai tugas memimpin, mengarahkan, mengendalikan,
mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan UPTD
sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Perindustrian Provinsi NTB serta
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk
melaksanakan tugasnya, Kepala Balai menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. merumuskan perencanaan strategis bahan kebijakan teknis, pembinaan, fasilitas,
pengkajian dan koordinasi di bidang sains, teknologi dan industri meliputi: renstra
bisnis Technology Industrial Park, RKA Technology Industrial Park, Standar
Operasional Prosedur, Perjanjian Kerja, Dokumen Rencana Kerja Tahunan, Standar
Pelayanan Minimum.
b. pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (inkubator bisnis, pengem-
bangan riset/pelatihan, penyelenggaraan kegiatan/kajian ilmiah, peragaan, kon-
sultasi teknis dan informasi).
c. pengembangan teknologi (desain teknologi, produksi teknologi “model”, pameran
teknologi, cloning teknologi, pengujian dam sertifikasi)
d. inkubasi bisnis teknologi (incubator bisnis mengembangkan perusahaan bermuatan
teknologi industri), dukungan teknologi dan manajemen bagi perusahaan pemula
berbasis teknologi, bisnis proses permesinan, sapi, jagung, rumput laut, taman
edukasi industri, dll).
e. taman model/edukasi/wisata edukasi industri
f. teknologi dan pra inkubasi
g. pembinaan, koordinasi dan fasilitasi
h. monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan program dan kegiatan berdasarkan
perjanjian kinerja dan indikator target kinerja secara bulanan, triwulanan, semester-
an dan tahunan.
i. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan untuk dipedomani dalam penyusunan
rencana program dan kegiatan.
UPTD – STIP, terdiri dari :
a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
b. Kepala Seksi Edukasi dan Pengembangan Teknologi dan Industri
c. Kepala Seksi Produksi, Pemasaran dan Kerjasama Industri
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional melaksanakan sebagian tugas teknis Kepala UPTD
sesuai dengan bidang keahlian, yang dipimpin oleh tenaga fungsional senior selaku
ketua kelompok yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala UPTD,
dengan jumlah tenaga dalam jabatan fungsional terbagi dalam berbagai kelompok
sesuai dengan bidang keahlian yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan beban kerja,
jenis dan jenjang jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2.2 Sumber Daya
Penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Dinas Perindustrian Provinsi NTB
didukung dan ditunjang oleh sumber daya manusia dan aset berupa sarana & prasarana.
2.2.1 Sumber Daya Manusia
Jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) Dinas Perindustrian per 31 Desember 2018
berjumlah 54 orang, dengan rincian sebagaimana dapat dilihat pada Grafik.
Gambar ……. Data Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan
Gambar. ………
15
1029
DATA KOMPOSISI PEGAWAI BERDASARKAN
JABATAN PADA DINAS PERINDUSTRIAN
PROVINSI NTB
TAHUN 2018
Pejabat Struktural Fungsional Tertentu Fungsional Umum
6
35
3
10
Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada
Dinas Perindustrian Provinsi NTB Tahun 2018
S-2
S-1
D-III
SMA sederajat
2.2.2 Sumber Daya Aset (Sarana dan Prasarana)
Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan berupa tanah dan gedung, ken-
daraan roda 4 dan 2, serta peralatan dan perlengkapan, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.7
Daftar Sarana dan Prasarana
Dinas Perindustrian Provinsi NTB
No. Uraian Tahun Pembelian Kondisi Jumlah
(unit)
A. Tanah dan Gedung
1. Tanah Bangunan Kantor
Pemerintah
1984,2011 Baik 2 unit
2. Bangunan Gedung Kantor Per-manen
1984, 1997, 2012,2013, 2014
Baik 9 unit
3. Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 2005 Baik 1 unit
4. Bangunan Gudang Tertutup Per-
manen
2012 Baik 1 unit
5. Bangunan Bengkel Permanen 2015 Baik 1 unit
6. Gedung Garasi/Pool Permanen 2015 Baik 1 unit
7. Bangunan Gedung Pabrik Per-
manen
2010 Baik 1 unit
8. Bangunan Tempat Kerja Lain-lain 2016 Baik 1 unit
B. Kendaraan Roda 4 dan Roda 2
1. Station Wagon 2005,2014,2015 Baik 4 unit
2. Mini Bus (Penumpang 14 orang ke
bawah)
2002, 2006,2013 Baik 3 unit
3. Sepeda Motor 1995, 1999, 2006,2007, 2011,
2012, 2015
Baik 10 unit
C. Peralatan dan Perlengkapan
1. Mesin Press 2016 Baik 1 unit
2. Pisau Peraut 2016 Baik 1 unit
3. Alat Processing Lain-lain 2012 Baik 1 unit
4. Mesin Ketik Manual Portable (11-
13)
2012, 2004, 2005 Baik 4 unit
5. Mesin Absen (Time Recorder) 2015 Baik 1 unit
6. Lemari Besi 2017 Baik 1 unit
7. Filling Besi/Metal 2017 Baik 1 unit
8. Brankas 2009, 2015 Baik 2 unit
9. Papan Nama Instansi 2009 Baik 1 unit
10. Papan Pengumunan 2010, 2011 Baik 2 unit
11. White Board 2010,2011 Baik 2 unit
12. Mesin Absensi 2013, 2017 Baik 2 unit
13. Alat Pemotong Kertas 2013 Baik 1 unit
14. Overhead Projektor 2010 Baik 1 unit
15. Lemari Kayu 2010, 2011 Baik 3 unit
16. Rak Kayu 2009 Baik 1 unit
No. Uraian Tahun Pembelian Kondisi Jumlah
(unit)
17. Meja Rapat 2011 Baik 1 unit
18. Meja Podium 2014 Baik 1 unit
19. Meja Tambahan 2009 Baik 1 unit
20. Kursi Rapat 2011 Baik 1 unit
21. Kursi Tamu 2009 Baik 1 unit
22. Kursi Lipat 1998,
2009,2010,2016,
Baik 7 unit
23. Mesin Potong Rumput 2013 Baik 1 unit
24. Lemari Es 2016 Baik 1 unit
25. AC Unit 2016 Baik 1 unit
26. AC Split 2009, 2012, 2013,
2014, 2 015
Baik 9 unit
27. Kipas Angin 2009, 2016 Baik 2 unit
28. Up Right Chiller/frezzer 2013 Baik 1 unit
29. Alat Dapur Lainnya 2014 Baik 1 unit
30. Alat Pemanas 2016 Baik 1 unit
31. Televisi 2010, 2011,2016,
2017
Baik 5 unit
32. Sound System 2012 Baik 1 unit
33. Wireless 2009,2016 Baik 2 unit
34. Megaphone 1984 Baik 1 unit
35. Microphone 2016 Baik 1 unit
36. Microphone Floor Stand 2015 Baik 1 unit
37. Camera Video 2016 Baik 1 unit
38. Tangga Alumunium 2015 Baik 1 unit
39. Dispenser 2009,2010, 2012,2014
Baik 6 unit
40. Handy Cam 2010 Baik 1 unit
41. Alat Rumah Tangga Lain-lain 2009,2011,2014 Baik 3 unit
42. P.C Unit 2009,2010,2016,
2017
Baik 5 unit
43. Laptop 2009,2010,2013,201
4,2015,2017
Baik 11 unit
44. Note Book
2012, 2016 Baik 3 unit
45. Printer 2010,2012,2013,201
4,2015,2016,2017
Baik 9 unit
46 Peralatan Jaringan Lain-lain 2014 Baik 1 unit
47 Meja Kerja Pejabat Eselon II 2009 Baik 1 unit
48 Meja Kerja Pejabat Eselon III 2009 Baik 3 unit
49 Meja Kerja Pejabat Eselon IV 2009,2015 Baik 2 unit
50 Meja Kerja Pegawai Non Struktural 1995,2009,2010,
2011,2012
Baik 9 unit
51 Meja Rapat Pejabat Eselon III 2016 Baik 1 unit
52 Kursi Kerja Pejabat Eselon II 2009 Baik 1 unit
53 Kursi Kerja Pejabat Eselon III
2009,2015 Baik 5 unit
No. Uraian Tahun Pembelian Kondisi Jumlah
(unit)
54 Kursi Kerja Pejabat Eselon IV 2009, 2015 Baik 2 unit
55 Kursi Kerja Pegawai Non Struktural
2009,2015 Baik 5 unit
56 Kursi Rapat Pejabat Eselon III 2016 Baik 1 unit
57 Kursi Rapat Ruangan Rapat Staff 2014, 2016 Baik 2 unit
58 Kursi Tamu di Ruangan Pejabat
Eselon III
2016
Baik 1 unit
59 Buffet Kayu 2014 Baik 1 unit
60 Proyektor + Attachment 2016,2017 Baik 2 unit
61 Microphone/Wireless Mic 2015 Baik 2 unit
62 Professional Sound System 2015 Baik 1 unit
63 Unintemuptible Power Supply
(UPS)
2009 Baik 1 unit
64 Peralatan studio Visual Lain-lain 2015 Baik 2 unit
65 Camera Electronic 2015 Baik 1 unit
66 Pesawat Telephone 2009 Baik 1 unit
67 Facsimile 2006 Kurang
Baik
1 unit
68 Facsimile 2016 Baik 1 unit
69 Packaging Machine
2013 Baik 1 unit
70 Kain Panel 2015 Baik 1 unit
71 Fire Extinguisher 2016 Baik 1 unit
72 Tugu Peringatan Lainnya 2016 Baik 1 unit
73 Instalasi Air Bersih Lain-lain 2013 Baik 1 unit
74 Jaringan Transmisi Tegangan
Dibawah 100 KVA
2010,2011,2015 Baik 3 unit
75 Jaringan Distribusi Tegangan 1 s/d
20 KVA
2014 Baik 1 unit
76 Jaringan Telepon Di atas Tanah
Lain-lain
2009 Baik 1 unit
Sumber : Dinas Perindustrian Prov. NTB, 2018
2.3 Kinerja Pelayanan
Berdasarkan data Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2018 yang
diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap
PDRB Provinsi NTB Atas Dasar Harga Berlaku selama 3 tahun, yaitu tahun 2015-2017
mengalami peningkatan, sebagaimana dilihat pada tabel 1.8. Dapat digambarkan bahwa
industri pengolahan Provinsi NTB dalam 3 tahun terakhir memiliki kecenderungan positif.
Berdasarkan data NTB Dalam Angka Tahun 2018, kontribusi industri pengolahan terhadap
PDRB mengalami peningkatan. Tahun 2015 sebesar 3,85%, tahun 2016 sebesar 3,87%, dan
tahun 2017 sebesar 3,96%.
Gambar…………….
Dari sisi realisasi investasi tahun 2017, sektor industri menjadi sektor ke-5 yang pal-
ing diminati setelah (1) Pariwisata; (2) Jasa-Jasa; (3) Pertambangan; dan (4) Perdagangan
dengan total realisasi investasi sebesar Rp. 138,15 milyar lebih.
Infrastruktur pendukung eksisting, infrastruktur dalam tahap pembangunan, serta in-
frastruktur dalam proses perencanaan yang menjadi bagian dalam pengembangan industri
baik di Pulau Lombok maupun Pulau Sumbawa, di antaranya:
1. Jalan, yaitu:
Jalan Nasional sepanjang 934,55 km dalam kondisi 97% mantap
Jalan Provinsi sepanjang 1484,43 km dalam kondisi 77% mantap
Jalan Kabupaten sepanjang 5621,81 km dalam kondisi 59% mantap
2. Pelabuhan, yaitu:
Revitalisasi pelabuhan Lembar, Badas dan Bima menjadi pelabuhan utama dengan
dukungan dana 200 miliar pada 2011.
Pembangunan pelabuhan peti kemas dan kapal pesiar di kawasan Gilimas Lembar
Lombok Barat, 1,3 triliun dengan target beroperasi pertengahan 2019.
Masterplan pembangunan pelabuhan laut di Kilo Dompu untuk menopang ketahanan
pangan dan meningkatkan daya saing komoditas unggulan PIJAR.
3. Bandara, yaitu:
Bandara Internasional Lombok di Kabupaten Lombok Tengah
Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin di Kabupaten Sumbawa
Bandara Sultan Muhmmad Salahudin di Kota Bima
4. Ketenagalistrikan, yaitu:
3.85
3.87
3.96
3.78
3.8
3.82
3.84
3.86
3.88
3.9
3.92
3.94
3.96
3.98
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Untuk
Sektor Industri Pengolahandi Provinsi NTB, 2015-2017
PLTGU Lombok Peaker di Tanjung Karang, Mataram dengan kapasitas 150 MW
(proses)
Mobile Power Plant di Jeranjang, Kabupaten Lombok Barat
dengan kapasitas 50 MW
PLTMG Sumbawa di Badas, Sumbawa dengan kapasitas 50 MW (proses)
PLTMG Bima di Bonto, Bima dengan kapasitas 50 MW (proses)
PLTU Lombok (FTP2) di Sambelia, Lombok Timur dengan kapasitas 2 x 50 MW
(proses)
Lombok 2 di Sambelia, Lombok Timur dengan kapasitas 2 x 50 MW (proses)
Kinerja pelayanan Dinas Perindustrian Provinsi NTB pada tahun 2018 berdasarkan
ketersediaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, anggaran, Standar Operasional
Prosedur dan dukungan faktor-faktor terkait lainnya diukur dari capaian berikut:
1. Indikator Kinerja Utama Pendaftaran HKI Karya Seni Budaya Daerah (Desain Industri,
Merek, dan Hak Cipta) sebesar 80% berdasarkan penganggaran dari sumber dana
APBD, dan sebesar 133,33% berdasarkan penganggaran dari sumber dana APBD dan
APBN. Rincian sebagai berikut:
a. Pendaftaran HKI Karya Seni Budaya Daerah Desain Industri sebesar 133,33% ber-
dasarkan penganggaran dari sumber dana APBD, dan sebesar 133,33% berdasarkan
penganggaran dari sumber dana APBD dan APBN.
b. Pendaftaran HKI Karya Seni Budaya Daerah Merek sebesar 0% berdasarkan
penganggaran dari sumber dana APBD, dan sebesar 75% berdasarkan penganggaran
dari sumber dana APBD dan APBN.
c. Pendaftaran HKI Karya Seni Budaya Daerah Hak Cipta sebesar 133,33% berdasar-
kan penganggaran dari sumber dana APBD, dan sebesar 133,33% berdasarkan
penganggaran dari sumber dana APBD dan APBN.
2. Capaian sasaran strategis untuk mendukung pencapaian tujuan, misi, dan visi rata-rata
sebesar 100%.
Jumlah Sasaran Strategis Dinas Perindustrian Provinsi NTB untuk mendukung 11
tujuan, 5 misi, dan 1 visi sebagaimana tercantum dalam Renstra Dinas Perindustrian
Provinsi NTB Tahun 2013-2018 adalah sebanyak 26 sasaran strategis. Namun, karena
adanya efisiensi anggaran yang disebabkan oleh perhelatan pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur dan fokus pemerintah daerah pada penanganan gempa bumi, maka
dari 26 sasaran strategis tersebut hanya 17 yang dapat dilaksanakan. Bila mengukur
dari 26 sasaran strategis yang tertuang dalam renstra, maka capaian kinerja adalah
61,54 dimana terdapat 9 sasaran strategis yang tidak ada alokasi anggarannya. Namun
bila mengukur capaian sasaran strategis sesuai dengan yang tertuang dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggaran, maka capaian sebesar 100%.
3. Capaian Sasaran Program rata-rata sebesar 98,08%.
Jumlah Sasaran Program Dinas Perindustrian Provinsi NTB (termasuk Balai Kemasan
Produk Daerah) sebagaimana tercantum dalam RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2013-2018, Renstra Dinas Perindustrian Provinsi NTB Tahun 2013-2018, dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Tahun 2018 adalah sebanyak 13 sasaran program.
Secara umum prosentase capaian sasaran program Dinas Perindustrian Provinsi NTB
sebesar 98,08%. Hanya 1 dari 13 Program yang dikelola oleh tidak mencapai 100%,
yaitu: Program Pengembangan dan Penguatan Klaster Berbasis OVOP (75,00%).
Sebab tidak tercapainya sasaran Program Pengembangan dan Penguatan Klaster Ber-
basis OVOP. Target program ini adalah 4 Jenis Produk Unggulan Desa dan tercapai
66,67%. Program ini hanya dilaksanakan oleh Dinas dengan 3 Jenis Produk Unggulan
Desa Kegiatan yang mendukung hanya 1 kegiatan, yaitu Kegiatan Peningkatan
Pengembangan Mutu Produk Berbasis OVOP dalam bentuk Pelatihan Pangan Berbasis
Hasil Hutan Bukan Kayu dan Horti. Produk unggulan desa yang dihasilkan oleh satu
kegiatan ini adalah tepung dari pisang sebagai bahan dasar membuat roti dan kue,
keripik dari buah-buahan, dan bubuk minuman dari rempah jahe.
Tabel 2.9
Pencapaian Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah Dinas Perindustrian Provinsi NTB Tahun 2017 – 2018
No. Indikator Kinerja Sesuai
Tugas Dan Fungsi
Perangkat Daerah
Target NSPK
(Norma,
Standar,
Prosedur Dan
Kriteria)
Target
IKK
Target Indi-
kator
Lainnya
Target Renstra Perangkat Dae-
rah
Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian Pada Tahun
Ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Jumlah IKM yang dikem-
bangkan melalui pelatihan
untuk meningkatkan kuali-
tas dan kuantitas produk
industri kreatif
130 40 130 40 100 100
2. Jumlah IKM yang mendapat
bantuan peralatan
20 20 20 0 100 0
3. Jumlah IKM yang dikem-
bangkan melalui pelatihan
untuk meningkatkan kuali-
tas dan kuantitas produk
industri sandang dan ke-
rajinan
68 40 68 40 100 100
4. Jumlah IKM yang dikem-
bangkan melalui pelatihan
untuk meningkatkan kuali-
80 20 72 0 90 0
No. Indikator Kinerja Sesuai
Tugas Dan Fungsi
Perangkat Daerah
Target NSPK
(Norma,
Standar,
Prosedur Dan
Kriteria)
Target
IKK
Target Indi-
kator
Lainnya
Target Renstra Perangkat Dae-
rah
Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian Pada Tahun
Ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
tas dan kuantitas produk
industri makanan dan mi-
numan, hasil laut, perikanan
dan peternakan
Jumlah IKM yang distandar-
isasi
58 25 58 25 100 100
Jumlah IKM yang mendapat
bantuan peralatan
20 20 20 0 100 0
Jumlah IKM yang dikem-
bangkan melalui pelatihan
untuk meningkatkan kuali-
tas dan kuantitas produk
industri hasil pertanian,
kehutanan dan perkebunan
68 40 68 40 100 100
Jumlah IKM yang mendapat
bantuan peralatan
30 20 30 0 100 0
Jumlah IKM yang dikem-
bangkan melalui pelatihan
untuk meningkatkan kuali-
tas dan kuantitas produk
48 20 48 20 100 100
No. Indikator Kinerja Sesuai
Tugas Dan Fungsi
Perangkat Daerah
Target NSPK
(Norma,
Standar,
Prosedur Dan
Kriteria)
Target
IKK
Target Indi-
kator
Lainnya
Target Renstra Perangkat Dae-
rah
Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian Pada Tahun
Ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
industri logam, mesin dan
alat transportasi
Jumlah laporan kinerja 7 7 7 7 100 100
Jumlah laporan keuangan 1 1 1 1 100 100
Jumlah laporan Barang
Milik Daerah
3 3 3 3 100 100
Jumlah informasi Perindus-
trian
2 2 1,6 2 80 100
Jumlah event kerjasama
MItra Praja Utama
3 3 2 2 67 67
Jumlah laporan mana-
jemen/ tata kelola
12 12 12 12 100 100
UPT BALAI KEMASAN
PRODUK DAERAH
Jumlah sarana dan prasa-
rana kerja yang terpelihara
12 12 12 12 100 100
Jumlah aparatur yang
mengikuti pendidikan dan
pelatihan
3 3 1 1 34 34
No. Indikator Kinerja Sesuai
Tugas Dan Fungsi
Perangkat Daerah
Target NSPK
(Norma,
Standar,
Prosedur Dan
Kriteria)
Target
IKK
Target Indi-
kator
Lainnya
Target Renstra Perangkat Dae-
rah
Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian Pada Tahun
Ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Jumlah laporan yang
diselesaikan
15 15 15 15 100 100
Jumlah sarana dan prasa-
rana kerja
12 12 12 12 100 100
Jumlah IKM olahan pangan
yang mengikuti pelatihan
kemasan
119 70 119 0 100 0
Jumlah operator mesin
kemasan yang mengikuti
pelatihan
3 3 3 0 100 0
Jumlah IKM yang mendapat
bantuan peralatan dan ke-
masan
111 70 111 100 100 125
Lancarnya kegiatan pela-
yanan rumah kemasan
12 12 12 12 100 100
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah
2.4.1 Telaahan terhadap Renstra Kementerian Perindustrian
Dalam Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 31.1/M-IND/PER/3/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian RI Tahun 2015 - 2019, tercantum Visi Pem-
bangunan Industri Tahun 2015-2019, sebagai berikut:
“Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang
Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan”
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, dijabarkan kedalam misi sebagai berikut:
1. Memperkuat dan memperdalam struktur Industri nasional untuk mewujudkan industri
nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan lingkungan;
2. Meningkatkan nilai tambah di dalam negeri melalui pengelolaan sumber daya industri
yang berkelanjutan dengan meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi;
3. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
4. Pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan
memperkukuh ketahanan nasional.
Sasaran strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019 adalah:
1. Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional, dengan indikator kinerja :
a. Laju pertumbuhan PDB industri pengolahan non-migas;
b. Kontribusi PDB industri pengolahan non-migas terhadap PDB Nasional.
2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, dengan indikator kinerja :
Kontribusi ekspor produk industri pengolahan non-migas terhadap ekspor nasional
3. Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri, dengan indikator kinerja :
a. Persentase nilai tambah sektor industri di luar pulau jawa terhadap total nilai tambah
sektor industri;
b. Persentase jumlah unit usaha industri besar sedang di luar pulau jawa terhadap total
populasi industri besar sedang nasional.
4. Meningkatnya peran IKM dalam perekonomian nasional, dengan indikator kinerja :
a. Pertumbuhan jumlah unit usaha IKM;
b. Penyerapan tenaga kerja IKM.
5. Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi, dengan indikator
kinerja :
Meningkatnya penguasaan teknologi industri, pengembangan inovasi dan penerapan
Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
6. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri, dengan indikator kinerja:
Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri.
7. Menguatnya struktur industri, dengan indikator kinerja :
Rasio impor bahan baku, bahan penolong dan barang modal terhadap PDB industri pen-
golahan non-migas.
Arah kebijakan pembangunan industri adalah sebagai berikut:
1) Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa: (a) Wilayah Pusat Pertum-
buhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (b) Kawasan Peruntukan
Industri; (c) Kawasan Industri; dan (d) Sentra IKM. Strategi pengembangan perwilaya-
han industri adalah:
a. Memfasilitasi pembangunan 14 Kawasan Industri (KI) yang mencakup: (i) Bintuni -
Papua Barat; (ii) Buli - Halmahera Timur-Maluku Utara; (iii) Bitung – Sulawesi
Utara, (iv) Palu - Sulawesi Tengah; (v) Morowali - Sulawesi Tengah; (vi) Konawe –
Sulawesi Tenggara; (vii) Bantaeng - Sulawesi Selatan; (viii) Batulicin – Kalimantan
Selatan; (ix) Jorong - Kalimantan Selatan; (x) Ketapang - Kalimantan Barat; (xi)
Landak – Kalimantan Barat, (xii) Kuala Tanjung, Sumatera Utara, (xiii) Sei Mangke
– Sumatera Utara; dan (xiv) Tanggamus, Lampung.
b. Membangun paling tidak satu kawasan industri di luar Pulau Jawa.
c. Membangun 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) yang terdiri dari 11 di
Kawasan Timur Indonesia khususnya Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur), dan 11 di Kawasan Barat Indonesia.
d. Berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dalam membangun infrastruktur
utama (jalan, listrik, air minum, telekomunikasi, pengolah limbah, dan logistik), in-
frastruktur pendukung tumbuhnya industri, dan sarana pendukung kualitas ke-
hidupan (Quality Working Life) bagi pekerja.
2) Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha in-
dustri berskala besar dan sedang dimana 50 persen tumbuh di luar Jawa, serta tum-
buhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu unit usaha. Strategi utama penumbuhan populasi
adalah dengan mendorong investasi baik melalui penanaman modal asing maupun mod-
al dalam negeri, terutama pada:
a. Industri pengolah sumber daya alam, yaitu industri pengolah:
i. Hasil-hasil pertanian/perkebunan yang mencakup industri pengolah minyak sawit
(oleokimia), kemurgi, industri karet dan produk karet, industri cokelat, industri
pangan termasuk industri gula, bahan penyegar, pakan, serta industri pengolahan
hasil hutan dan perkebunan lainnya.
ii. Produk turunan Migas (petrokimia) yang mencakup industri petrokimia hulu,
kimia organik, pupuk, garam, semen, resin sintetik dan bahan plastik, karet sin-
tetik, serat tekstil, kimia penunjang pertahanan, plastik dan karet hilir, farmasi
dan obat-obatan;
iii. Mineral hasil pertambangan yang mencakup industri pengolahan dan pemurnian
besi baja dasar, pengolahan dan pemurnian bukan besi (aluminium, tembaga, dan
nikel), pembentukan logam, logam untuk industri strategis, pengolahan logam
tanah jarang.
b. Industri penghasil barang konsumsi kebutuhan dalam negeri yang padat tenaga kerja:
industri mesin – permesinan, tekstil dan produk tekstil, alat uji dan kedokteran, alat
transportasi, kulit dan alas kaki, alat kelistrikan, elektronika dan telematika.
c. Industri penghasil bahan baku, bahan setengah jadi, komponen, dan sub-assembly
(pendalaman struktur).
d. Industri yang memanfaatkan kesempatan dalam jaringan produksi global baik sebagai
perusahaan subsidiary, contract manufacturer, maupun sebagai pemasok independen
(Global Production Network). Di samping itu, Industri Kecil dan Menengah (IKM)
akan dibina agar dapat terintegrasi dengan rantai nilai industri pemegang merek
(Original Equipment Manufacturer, OEM) di dalam negeri dan menjadi basis pe-
numbuhan populasi industri besar / sedang.
3) Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (nilai ekspor dan nilai tambah per tenaga ker-
ja) dengan strategi sebagai berikut:
a. Peningkatan Efisiensi Teknis
1. Pembaharuan/revitalisasi permesinan industri;
2. Peningkatan dan pembaharuan keterampilan tenaga kerja;
3. Optimalisasi keekonomian lingkup industri (economic of scope) melalui pem-
binaan klaster industri.
b. Peningkatan Penguasaan Iptek/Inovasi
1. Infrastruktur mutu (measurement, standardization, testing, and quality);
2. Layanan perekayasaan dan teknologi;
3. Penyelenggaraan riset dan pengembangan teknologi;
4. Penumbuhan entrepreneur berbasis inovasi teknologi (teknopreneur).
c. Peningkatan Penguasaan dan Pelaksanaan Pengembangan Produk Baru (New Product
Development) oleh industri domestik.
d. Pembangunan Faktor Input
1. Peningkatan kualitas SDM Industri;
2. Akses ke sumber pembiayaan yang terjangkau.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat kebijakan pembangunan industri nasional yang men-
dukung pembangunan industri di Provinsi NTB, yaitu:
1. Meningkatkan penguasaan teknologi dan pengembangan inovasi produk melalui
berbagai macam kegiatan peningkatan kapasitas, pendampingan, dan fasilitasi.
2. Memberikan fasilitas untuk mengakses pasar, baik dalam maupun luar negeri melalui
sistem online maupun offline.
3. Memfasilitasi lulusan SMK untuk menjadi wira usaha industri baru dan tenaga kerja
bagi perusahaan.
4. Pembangunan sentra Industri Kecil dan Industri Menengah di Pulau Sumbawa yang ter-
integrasi dengan sektor pendidikan dan Sumbawa Techno Park.
b. Telaahan terhadap Renstra Kabupaten/Kota
Perangkat daerah yang menangani urusan perindustrian terdapat di seluruh Kabu-
paten/Kota di Provinsi NTB. Seluruh Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota pada prinsipnya
memiliki fokus sasaran pembangunan industri yang sama, yaitu:
1. Meningkatkan kapasitas IKM melalui kegiatan bimbingan teknis, pelatihan, sosialisasi,
pameran, magang dan akreditasi;
2. Meningkatkan penguasaan teknologi melalui teknologi tepat guna, e-smart, dan
pengembangan desain produk;
3. Memberikan bantuan peralatan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas IKM;
4. Memfasilitasi standarisasi produk IKM untuk peningkatan daya saing;
5. Meningkatkan koordinasi dengan stakeholder dalam permodalan, penelitian dan
pengembangan, dan pemasaran produk IKM;
6. Memberikan perlindungan kepada IKM melalui penerbitan regulasi yang mengatur ten-
tang penggunaan produk lokal.
c. Telaahan terhadap RTRW
Dalam Peraturan Daerah Provinsi NTB Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi NTB Tahun 2009 – 2029, terdapat klausul tentang Kawasan Pe-
runtukan Industri. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntuk-
kan bagi kegiatan Industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tata guna tanah
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kawasan Pe-
runtukan Industri di Provinsi NTB meliputi:
1. Kawasan Agroindustri berada di Gerung, Kediri, Labuapi, Sekotong, Bayan, Kayan-
gan, Gangga, Batukliang, Praya Barat, Praya Timur, Jonggat, Batukliang Utara, Praya
Barat, Praya Timur, Pringgarata, Pujut, Selong, Masbagik, Aikmel, Pringgabaya,
Labuhan Haji, Jerowaru, Jereweh, Taliwang, Seteluk, Brang Rea, Alas, Utan, Rhee,
Sumbawa, Moyohulu, Moyohilir, Lape Lopok, Plampang,Empang, Dompu, Kempo,
Bolo, Woha, Belo, Wawo, Sape, dan RasanaE; dan
2. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah berada di Labuapi, Kediri, Gerung, Tan-
jung, Pemenang, Praya, Batukliang, Kopang, Masbagik, Aikmel, Labuhan Haji,
Jereweh, Alas, Sumbawa, Empang, Plampang, Dompu, Kempo, Hu’u, Bolo, Woha Sa-
pe, dan Pajo.dan RasanaE.
Dalam Peraturan Daerah ini juga dijelaskan tentang Kawasan Strategis Provinsi dari
kepentingan pertumbuhan ekonomi yang di dalamnya terdapat sektor unggulan indus-
tri, yaitu:
1. Mataram Metro meliputi Kota Mataram, Kecamatan Batulayar, Kecamatan
Gunungsari, Kecamatan Lingsar, Kecamatan Narmada, Kecamatan Labuapi dan
Kecamaan Kediri dengan sektor unggulan perdagangan-jasa, industri dan pari-
wisata;
2. Senggigi-Tiga Gili (Air, Meno, dan Trawangan) dan sekitarnya di Kabupaten
Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara dengan sektor unggulan pariwisata,
industri dan perikanan;
3. Agropolitan Rasimas di Kabupaten Lombok Timur dengan sektor unggulan per-
tanian, industri, dan pariwisata;
4. Pantai Putri Nyale dan sekitarnya di Kabupaten Lombok Tengah, sebagian wila-
yah Kabupaten Lombok Barat dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok Timur
dengan sektor unggulan pariwisata dan industri;
5. Agroindustri Pototano berada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan sektor unggu-
lan pertanian dan industri;
6. Teluk Saleh dan sekitarnya berada di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Dompu
masing-masing beserta wilayah perairannya dengan sektor unggulan perikanan,
pariwisata, pertanian, peternakan, dan industri;
7. Agropolitan Manggalewa berada di Kabupaten Dompu dengan sektor unggulan
pertanian, perkebunan dan industri;
8. Hu’u dan sekitarnya berada di Kabupaten Dompu dengan sektor unggulan pari-
wisata, industri, pertanian, dan perikanan;
9. Teluk Bima dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dan Kota Bima dengan
sektor unggulan perikanan, pariwisata dan industri;
10. Waworada-Sape dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dengan sektor unggu-
lan perikanan, pariwisata dan industri.
Potensi industri yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi NTB dalam
pengembangannya secara spasial tetap mempedomani kawasan peruntukan industri
dan kawasan strategis provinsi yang sudah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya
harus tetap mendapat pengawalan.
Tabel Kawasan Peruntukan Industri sesuai RTRW dan Potensi Industri, serta Lo-
kasi Pengolahan Eksisting sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 2.12
Kawasan Peruntukan Industri sesuai RTRW dan Potensi Industri, serta
Lokasi Pengolahan Eksisting
No. Kabupat-
en/Kota
Kawasan Peruntukan
Industri sesuai RTRW
Potensi Indus-
tri
Lokasi Potensi
Bahan baku
Industri
Lokasi Pen-
golahan Ek-
sisting Kawasan
Agro In-
dustri
Pengemb.
IKM
1. Kabupaten
Lombok
Utara
Bayan,
Kayangan,
Gangga
Tanjung,
Pemenang
- Industri Madu Bayan Bayan
- Industri Pen-
golahan Ke-
lapa, Kopi, Kakao
Tanjung,
Pemenang,
Bayan, Kayan-gan, Gangga
Tanjung,
Pemenang,
Bayan, Kayan-gan, Gangga
2. Kabupaten Gerung, Labuapi, - Industri ketak Pusuk (Lobar), Lingsar, Pu-
Lombok
Barat
Kediri,
Labuapi,
Sekotong
Kediri,
Gerung
Pujut (Loteng),
NTT, Sumbawa,
Kalimantan
nikan (Narma-
da)
- Industri gera-
bah
Seluruh NTB Kediri
- Industri meu-
belair (cukli)
Luar NTB Gunungsari
- Industri ke-
rajinan bambu
Seluruh NTB Kediri, Gunung-
sari
- Industri alat
transportasi
(kapal fiber-
glass)
Luar NTB Batulayar
- Industri logam dan mesin
Luar NTB Labuapi
- Industri hasil
perikanan
(terasi)
NTB Sekotong dan
Lembar
3. Kota Mata-
ram
- - - Industri
perhiasan dan
batu mulia
Dalam NTB
(Lotim, Lobar,
Sumbawa, Bi-
ma) &Luar
NTB
Sekarbela, Ka-
masan (Selapa-
rang)
- Industri meu-
belair (cukli)
Seluruh NTB Rungkang
Jangkuk, Len-
dang Re
- Industri logam
dan mesin
Luar NTB Babakan
(Sandubaya)
4. Kabupaten
Lombok
Tengah
Batukliang,
Praya Barat,
Praya Timur,
Jonggat, Batukliang
Utara, Praya
Barat, Praya
Timur,
Pringgarata,
Pujut
Ba-
tukliang,
Kopang
- Industri
tenun
Bahan benang
dari luar NTB
Sukarare (Jong-
gat), Aik Darek,
Kopang, Pujut
- Industri
gerabah
Lombok Tengah
dan Lombok Timur
Praya Timur dan
Praya Barat
- Industri ro-
tan dan
ketak +
bambu
Pusuk (Lobar),
Pujut (Loteng),
NTT, Sumbawa,
Kalimantan, Aik
Bual (Loteng)
Praya Timur dan
Praya Barat, (Bo-
dak-Mantang)
- Industri
perhiasan
dan batu
mulia
Lotim, Lobar,
KLU, Sumba-
wa, Bali, Jogja-
karta
Ungga (Praya
Barat)
5. Kabupaten
Lombok
Timur
Selong,
Masbagik,
Ai-kmel,Pringg
abaya,
Labuhan
Haji, Jero-
waru
Masbagik,
Aikmel,
Labuhan Haji
- Industri
tenun
Bahan benang
dari luar NTB
Pringgasela,
Kembang Kerang
- Industri garam
Keruak Keruak
- Industri
logam dan
permesinan
Luar NTB Sikur dan Mon-
tong Gading
- Industri Dalam dan Luar Sakra
6. Kabupaten
Sumbawa
Barat
Taliwang,
Seteluk,
Brang Rea
Jereweh
- Industri
rumput
laut
Kertasari (Tali-
wang), Lombok
Timur, Sulawesi
Selatan, NTT
Kertasari
(Taliwang)
dan Seteluk
- Industri
bahan gal-
ian logam dan turun-
annya
Jereweh Jereweh
- Industri
rotan
Taliwang Taliwang
- Industri
olahan ke-
lapa (obat
herbal)
Jereweh Jereweh
7. Kabupaten
Sumbawa
Alas, Utan,
Rhee, Sum-
bawa,
Moyohulu,
Moyohilir,
Lape Lopok, Plampang,
Empang
Alas, Sum-
bawa, Em-
pang, Plam-
pang
- Indutri
rumput
laut
Dalam Daerah:
Kertasari (Tali-
wang), Lombok
Timur. Luar
Daerah: Sulsel,
NTT
Alas
- Industri
perikanan
(ikan dan
terasi)
Empang, Plam-
pang, Tarano,
Lombok Timur,
Bima, Dompu,
dan daerah luar
NTB
Empang,
Plampang,
Tarano
- Industri
olahan ja-
gung
Sumbawa Labangka
- Industri
olahan ke-
lapa (obat
herbal)
Sumbawa Sumbawa
8. Kabupaten Dompu
Dompu, Kempo
Dompu, Kempo,
Hu’u, Pajo
- Industri pakan ter-
nak
Dompu, Bima Doropeci, Dompu
- Industri
olahan ja-
gung
Dompu, Sum-
bawa
Dompu, Sum-
bawa
- Industri
gula
Dompu Dompu
9. Kota Bima RasaNae RasaNae Industri
tenun
Bahan benang
dari luar NTB
RasaNae
10. Kabupaten
Bima
Bolo, Woha,
Belo, Wawo,
Sape
Bolo, Woha,
Sape
- Industri
tenun
Bahan benang
dari luar NTB
Belo, Woha,
Sape
- Industri
garam
Sondosia Bolo
Bima
Sondosia Bolo
Bima
- Industri
hasil peri-
kanan
Seluruh Kabu-
paten Bima
Seluruh Ka-
bupaten Bima
pengolahan
ikan
NTB
- Industri
pengolahan
jagung dan
turunannya
Se NTB Pringgabaya
(ikan)
- Industri
kopi
Tambora Tambora
d. Telaahan terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, KLHS diartikan sebagai analisis yang sistematis, menye-
luruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan,
rencana, dan/atau program. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mempedomani
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KHLS) untuk memastikan bahwa prinsip pem-
bangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Dalam dokumen KLHS, terdapat
beberapa isu pembangunan berkelanjutan yang terkait dengan sektor perindustrian, yaitu:
Isu Lingkungan
1. Degradasi sumber daya air.
Rencana pengembangan industri di seluruh sektor diharapkan mampu untuk tetap
menjaga keseimbangan neraca sumberdaya air. Pemanfaatan sumberdaya air yang
terintegrasi dengan pengembangan industri berbasis komoditas harus menjadi bagi-
an penting dalam konsep pembangunan industrialisasi kedepannya. Pembangunan
industri yang berkelanjutan diharapkan mampu mengurangi degradasi sumberdaya
air dan secara jangka panjang mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
2. Perubahan Peruntukan & Fungsi Kawasan Hutan.
Pemanfaatan areal kawasan hutan sebagai salah satu sumber bahan baku industri
dapat menjadi sebuah sinergi jangka panjang dalam kerangka pengembangan indus-
tri di Provinsi NTB.
3. Penurunan keanekaragaman hayati
Pengembangan industri di seluruh sektor harus mampu meningkatkan fungsi keane-
karagaman hayati. Keanekaragaman hayati yang semakin diversif dapat menjadi
peluang bahan baku industri yang semakin beragam untuk mendukung pemenuhan
sumberdaya bahan baku industri berbasis komoditas.
4. Peningkatan volume sampah/limbah
Semakin berkembangnya sektor industry dengan titik berat pada pengolahan bahan
baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi tentunya akan menimbulkan
masalah baru berupa peningkatan jumlah sampah dan limbah hasil olahan industri.
Perlu dicari strategi pengolahan limbah untuk meminimalisir dampak limbah/ sam-
pah yang dihasilkan. Hal ini tentunya akan membuka peluang untuk diversifikasi
usaha industri sebagai bagian dari pembangunan industri yang berbasis lingkungan
hidup.
Isu Ekonomi
Isu ekonomi menjadi salah satu faktor ungkit yang mampu menjadi tolak ukur keber-
hasilan pembangunan industri di Provinsi NTB. Mendorong pertumbuhan industri
seharusnya mampu mendorong peningkatan jumlah tenaga kerja yang terlibat sehingga
memberikan multiflier effect yang berkelanjutan. Peningkatan kemampuan tenaga ker-
ja yang terlibat dan perubahan pola industrialisasi berbasis mesin dan teknologi men-
jadi salah satu upaya untuk membangun pertumbuhan ekonomi pada seluruh pihak
yang terlibat dalam pembangunan industry di Provinsi NTB.
Dalam kajiannya dengan dokumen KLHS ini terdapat pola pemanfaatan ruang untuk
Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya untuk lokasi pengembangan kawasan industry
dengan komposisi sebagai berikut :
1. Pengembangan Kawasan Industri Besar
Lokasi: Kecamatan Praya Tengah, Kecamatan Pujut, Kecamatan Praya Timur, dan
Kecamatan Janapria, Kecamatan Kayangan.
Rencana pengembangan kawasan industri besar diharapkan dapat menjadi bangkitan
pusat pertumbuhan baru/ kota industri baru. Rencana tersebut akan mengatur terkait
penyediaan infrastruktur pendukung. Berdasarkan indikasi awal diperkirakan rencana
ini akan mempengaruhi dari pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar,
akan terjadi degradasi lingkungan, kerusakan lahan/ alih fungsi lahan, Adanya polusi
udara dari asap industri, Adanya pencemaran air dari limbah pabrik, banyaknya sumber
daya alam yang rusak karena industri.
2. Pengembangan Kawasan Agroindustri
Lokasi: Gerung, Kediri, Labuapi, Sekotong, Bayan, Kayangan, Gangga, Batukliang,
Praya Barat, Praya Timur, Jonggat, Batukliang Utara, Praya Barat, Praya Timur,
Pringgarata, Pujut, Selong, Masbagik, Aikmel, Pringgabaya, Labuhan Haji, Jerowaru,
Jereweh, Taliwang, Seteluk, Brang Rea, Alas, Utan, Rhee, Sumbawa, Moyohulu,
Moyohilir, Lape Lopok, Plampang, Empang, Dompu, Kempo, Bolo, Woha, Belo,
Wawo, Sape, dan RasanaE;
Rencana Pengembangan Kawasan Agroindustri, yang diharapkan dengan pengem-
bangan agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan, jumlah tenaga kerja,
pendapatan petani, volume ekspor dan devisa, pangsa pasar domestik dan internasion-
al, nilai tukar produk hasil pertanian dan penyediaan bahan baku industri. Muatan
Rencana Tersebut diperkirakan akan mengatur terkait penyediaan lahan. ketersediaan
infrastruktur dan utilitas lainnya. Berdasarkan indikasi awal diperkirakan berdampak
terhadap alih fungsi lahan sebagai akibat dari perkembangan kawasan.
3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Lokasi: di Labuapi, Kediri, Gerung, Tanjung, Pemenang, Praya, Batukliang, Kopang,
Masbagik, Aikmel, Labuhan Haji, Jereweh, Alas, Sumbawa, Empang, Plampang,
Dompu, Kempo, Hu’u, Bolo, Woha Sape, dan Pajo.dan RasanaE.
Keberadaan industri kecil dan menengah berdampak positif terhadap perekonomian
masyarakat. Dari segi lingkungan, keberadaaan industri kecil dan menengah memiliki
resiko yang kecil terhadap kerusakan lingkungan.
4. Pengembangan Kawasan Industri Baru Global HUB
Lokasi: Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara
Rencana pengembangan kawasan industri baru Global Hub Kayangan diharapkan
dapat menjadi pusat pertumbuhan baru/ kota industri baru. Dimana muatan rencana ter-
sebut diperkirakan akan mengatur terkait rencana pembangunan dermaga internasional,
dan kilang minyak. Berdasarkan indikasi awal diperkirakan rencana ini akan
mempengaruhi dari pada kerusakan lahan/alih fungsi lahan, akan mempengaruhi dari
pada pencemaran lingkungan, Adanya polusi udara dari asap industri, adanya pence-
maran air dari limbah pabrik, banyaknya sumber daya alam yang rusak karena industri.
5. Pengembangan Kawasan Industri Gilimas
Lokasi: Kecamatan Lembar - Lombok Barat
Rencana Pengembangan Kawasan Industri Gilimas Lembar merupakan kawasan indus-
tri pergudangan yang menunjang kegiatan pelabuhan. Muatan Rencana tersebut di-
perkirakan akan mengatur pengembangan infastruktur maupun sarana dan prasarana
pelayaran/perkapalan. Berdasarkan indikasi awal diperkirakan rencana ini akan
mempengaruhi daripada penggunaan lahan di kawasan pesisir, mengganggu habitat bi-
ota di sekitar kawasan pesisir, Penurunan kualitas air laut dan kualitas air permukaan,
penurunan kualitas udara dan kebisingan, serta perubahan fungsi dan tata guna lahan.
6. Pengembangan Kawasan Industri Tebu
Lokasi: Calabai - Kabupaten Dompu
Rencana Pengembangan Kawasan Industri Tebu Calabai - Dompu diharapkan dapat
mengolah hasil pertanian tebu di sekitar kawasan sehingga bisa menekan biaya pen-
golahan/produksi, selain itu dapat meningkatkan mata pencaharian penduduk sekitar.
Muatan Rencana tersebut diperkirakan akan mengatur pengembangan infastuktur, utili-
tas serta pola pemanfaatan ruang lainnya.
7. Pengembangan Kawasan Industri dan Pengolahan Hasil Pertambangan (Smelter)
Lokasi: Maluk – Kabupaten Sumbawa Barat
Akan disusun rencana pengembangan kawasan pengolahan hasil pertambangan (smel-
ter) di Maluk KSB, yang diharapkan memberikan nilai tambah terhadap nilai jual tam-
bang, meningkatkan investor dalam dan luar negeri, serta membuka lapangan kerja ba-
ru. Muatan Rencana tersebut diperkirakan akan mengatur terkait penyediaan lahan/alih
fungsi lahan, ketersediaan tenaga listrik/pasokan listrik, dimana kemungkinan dikem-
bangkannnya pembangkit listrik khusus untuk smelter serta ketersediaan infrastruktur
lainnya. Berdasarkan indikasi awal diperkirakan rencana ini akan mempengaruhi dari
pada kerusakan hutan, lansekap dan tanah, punahnya beberapa ekosistem flora dan
fauna yang hidup, masalah sosial ekonomi masyarakat yang terkena dampak.
8. Industri Pengolahan
Lokasi: Pototano, Sumbawa Besar, Pekat, Manggalewa dan Kilo
Dengan Kapasitas sebagai kawasan industri menengah berdampak positif terhadap
perekonomian masyarakat. Dari segi lingkungan, keberadaaan industri pengolahan
memiliki resiko yang kecil terhadap kerusakan lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka kebutuhan atas macam pelayanan, perkiraan be-
saran kebutuhan pelayanan, dan arahan lokasi pengembangan pelayanan yang juga dis-
esuaikan berdasarkan pembagian urusan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota, sebagai berikut:
a. Macam pelayanan
Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, ter-
cantum Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian antara Pemerintah
Pusat, Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Terdapat 3 sub urusan pemerintah
provinsi, yaitu:
1. Perencanaan pembangunan industri: Penetapan rencana pembangunan industri pro-
vinsi
2. Perizinan:
- Penerbitan IUI Besar.
- Penerbitan IPUI bagi industri besar.
- Penerbitan IUKI dan IPKI yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1
(satu) Daerah provinsi.
3. Sistem Informasi Industri Nasional
Penyampaian laporan informasi industri untuk:
- IUI Besar dan Izin perluasannya; dan
- IUKI dan IPKI yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota.
b. Perkiraan besaran kebutuhan pelayanan
Kebutuhan pelayanan dapat diukur dari faktor:
1. Sumber Daya Manusia
- Kompetensi dan jumlah aparatur Dinas Perindustrian Provinsi NTB dengan latar
belakang pendidikan industri dan pendidikan yang terkait erat dengan industri
masih belum memadai. Terhadap personil yang sudah ada yang berperan sebagai
pembina dari para pelaku industri, diperlukan peningkatan kompetensi baik me-
lalui kegiatan sosialisasi, pelatihan, bimbingan teknik terkait peraturan perun-
dang-undangan, teknis industri, dan urusan lain yang berhubungan.
- Kompetensi dan jumlah Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) masih kurang. Se-
bagai ujung tombak dalam kegiatan pendampingan IKM, TPL harus memenuhi
pengetahuan yang lebih luas dari yang disuluh. Jumlah TPL yang dibentuk oleh
Kementerian Perindustrian masih belum memadai jika dibandingkan dengan
jumlah IKM yang ada.
2. Anggaran
Diperlukan keberpihakan anggaran dari Tim Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi
NTB untuk mendukung terlaksananya program-program unggulan daerah dalam
sektor industri. Dalam 2 tahun terakhir, persentase anggaran belanja langsung Dinas
Perindustrian kurang dari 0,5% dari total belanja langsung APBD Provinsi NTB.
3. Sarana dan prasarana
- Secara umum kondisi bangunan kantor cukup baik.. Diperlukan juga penamba-
han bangunan/ruangan untuk ruang rapat, perpustakaan, ruang display produk
IKM, dan aula yang lebih representatif.
- Selain itu, diperlukan juga kendaraan operasional yang lebih baik untuk men-
jangkau IKM-IKM yang lokasi di pelosok desa.
- Peralatan dan perlengkapan kantor
Jumlah peralatan dan perlengkapan kantor masih belum memadai. Hal ini be-
rakibat pada kurang efektif dan efisiennya kinerja organisasi sehari-hari.
c. Arahan lokasi pengembangan pelayanan yang dibutuhkan
Sejauh ini pelayanan masih diuatamakan kepada IKM yang merupakan komposisi
terbesar dalam industri di Provinsi NTB. Pengembangan pelayanan diarahkan untuk
pemerataan kualitas IKM yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
Keterbatasan jangkauan atau aksesibilitas mengakibatkan kualitas IKM di Pulau Sum-
bawa masih berada di bawah IKM yang ada di Pulau Lombok.
BAB III
PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS
DINAS PERINDUSTRIAN PROVINSI NTB
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan
kegiatan industri, yaitu seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku
dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang
mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri (Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian). Industri yang paling banyak di
Provinsi NTB adalah industri kecil dan menengah. Di antara keduanya, yang paling
dominan adalah industri kecil.
Industri kecil adalah industri yang memperkerjakan paling banyak 19 orang
tenaga kerja dan memiliki nilai investasi kurang dari Rp. 1.000.000.000 (satu miliar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dalam menjalankan tugas
dan fungsi, Dinas Perindustrian Provinsi NTB dihadapkan pada permasalahan-
permasalahan, baik itu permasalahan internal maupun eksternal, sebagai berikut:
1. Data base IKM (jumlah, jenis komoditi, potensi kuantitatif, sebaran, dan lain-
lain)
Hal ini disebabkan karena kegiatan pendataan tidak didukung ketersediaan
anggaran dan aparatur yang sesuai kebutuhan. Dinas Perindustrian
Kabupaten/Kota yang diharapkan dapat membantu hal ini juga mengalami
permasalahan yang sama, termasuk juga kelompok atau asosiasi IKM.
2. Kapasitas aparatur belum sesuai dengan kebutuhan
Hal ini disebabkan karena:
- jumlah aparatur yang berlatar belakang industri atau yang terkait langsung
dengan bidang industri jumlahnya terbatas.
- minimnya kegiatan bimbingan teknis bagi aparatur yang bertugas sebagai
pembina IKM.
3. Etos kerja aparatur yang masih kurang, hal ini disebabkan karena:
- motivasi kerja yang rendah
- kurangnya pengetahuan dan minimnya keinginan untuk meningkatkan
pengetahuan terhadap hal yang baru atau asing
- ketidakmampuan dalam penyelesaian masalah
4. Efektivitas dalam penyelenggaraan pelatihan terhadap IKM masih kurang,
hal ini disebabkan karena IKM sebagai sasaran kegiatan tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan dasar yang sama.
5. Kegiatan monitoring dan evaluasi kurang optimal
hal ini disebabkan karena aparatur tidak dapat menjangkau IKM yang tersebar di
seluruh NTB karena kendala operasional.
6. Tumpang tindih tugas dan fungsi antara Dinas Perindustrian Provinsi dengan
Dinas lainnya.
Hal ini disebabkan karena identifikasi stakeholder yang kurang tepat dalam
pengelolaan sektor industri. Pelaksanaan program dan kegiatan menjadi kurang
efektif dan efisien karena terjadi konsentrasi pada IKM-IKM tertentu sedangkan
di sisi lain masih banyak IKM yang belum tersentuh.
7. Hasil penelitian, dan pengembangan teknologi tepat guna belum diketahui secara
luas, sehingga penerapannya belum optimal
8. Komoditi unggulan daerah, utamanya hasil pertanian belum diolah secara
optimal dalam daerah sendiri.
3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Terpilih
Sebagaimana Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dinyatakan bahwa
Dinas Perindustrian merupakan Dinas Daerah tipe B yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang perindustrian, yaitu tatanan dan segala kegiatan yang bertalian
dengan kegiatan industri.
Visi Gubernur dan Wakil Gubernur Periode Tahun 2018-2023 adalah
“Membangun Nusa Tenggara Barat yang Gemilang”. Dalam rangka mewujudkan
visi tersebut, ditetapkan 6 misi, yaitu:
1. NTB BANGKIT KEMBALI DAN AMAN : Akselerasi pengembangan
infrastruktur penunjang sektor unggulan dan rehabilitasi rekonstruksi pasca
bencana dan mitigasi bencana.
2. NTB BERSIH DAN MELAYANI : Akselerasi transformasi birokrasi yang
bersih dan melayani.
3. NTB SEHAT DAN CERDAS : Akselerasi peningkatan kualitas daya saing
sumberdaya manusia sebagai pondasi daya saing daerah.
4. NTB ASRI DAN LESTARI : Optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan yang berkelanjutan.
5. NTB SEJAHTERA DAN MANDIRI : Akselerasi penanggulangan kemiskinan,
mengurangi kesenjangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang bertumpu
pada pariwisata dan industri.
6. NTB ADIL DAN BERKAH : Akselerasi perwujudan masyarakat madani yang
beriman, berkarakter, penegakan hukum yang berkeadilan.
Dari 6 (enam) misi di atas, Dinas Perindustrian Provinsi NTB terkait dengan
misi kelima, yaitu NTB Adil, Sejahtera, dan Mandiri. Terdapat tujuan dan sasaran
misi tersebut yang secara terkait secara langsung Dinas Perindustrian Provinsi NTB,
yaitu :
Tabel 3.1
Tujuan dan Sasaran Dinas Perindustrian Provinsi NTB
Dalam RPJMD Provinsi NTB Tahun 2018 - 2023
Tujuan Indikator
Tujuan (IKU)
Sasaran Indikator Sasaran
Meningkatnya
Pembangunan
Ekonomi yang
Berkualitas
Pertumbuhan
Ekonomi Tanpa
Pertambangan
Bijih Logam
Meningkatnya
Industri Kecil dan
Menengah
Persentase industri kecil
yang meningkat menjadi
industri menengah dari 1,18
% (2018) menjadi 3,55 %
(2023)
Sumber : RPJMD Provinsi NTB Tahun 2018 – 2023
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang perindustrian, terdapat
faktor-faktor penghambat dan pendorong yang dapat mempengaruhi perwujudan visi
dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi NTB Periode Tahun 2018-2023,
sebagai berikut :
Tabel 3.2
Faktor-Faktor Penghambat dan Faktor-Faktor Pendorong
Penyelenggaraan Urusan Bidang Perindustrian Provinsi NTB
Ditinjau Dari RPJMD Provinsi NTB Tahun 2018 - 2023
Faktor-Faktor Penghambat Faktor-Faktor Pendorong
1. Masih lemahnya kompetensi SDM
pelaksana sektor industri 2. Ketersediaan bahan baku industri yang
masih belum terdata dengan baik
3. Pemahaman terhadap penggunaan mesin dan alat otomatisasi pengolahan yang
masih rendah.
4. Standarisasi produk yang belum sesuai dengan SNI
5. Belum adanya integrasi dengan sektor
1. Sumberdaya komoditas sebagai bahan
baku industri yang beragam 2. Terbentuknya workshop pada STIP
sebagai penyedia mesin dan peralatan
pengolahan bahan baku industri. 3. Branding NTB sebagai salah satu sentra
industri di Indonesia khususnya industri
wisata. 4. Posisi Provinsi NTB sebagai lokasi
destinasi wisata nasional
hulu sebagai penyedia bahan baku
6. Belum adanya kawasan industri yang
terintegrasi 7. Pola usaha industri yang masih tersebar
di Kabupaten/ Kota.
5. Telah tumbuhnya IKM di lingkup
Kabupaten/ Kota di berbagai sektor
6. Peluang pasar yang terbuka untuk pemasaran hasil industri
7. Infrastruktur teknologi dasar yang
semakin berkembang
3.3 Telaahan Renstra Kementerian/Lembaga
Berdasarkan sasaran jangka menengah yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Perindustrian RI Nomor 31.1/M-IND/PER/3/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Perindustrian RI dan sasaran jangka menengah perangkat daerah
kabupaten/kota yang menangani urusan perindustrian, dapat dikemukakan faktor-
faktor penghambat dan faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi permasalahan
pelayanan dari Dinas Perindustrian Provinsi NTB, sebagai berikut :
Tabel 3.3
Faktor-Faktor Penghambat dan Faktor-Faktor Pendorong
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian Ditinjau Dari
Renstra Kementerian Perindustrian Tahun 2015 - 2019
Faktor-Faktor Penghambat Faktor-Faktor Pendorong
1. Integrasi program dan kegiatan Dinas
Perindustrian Provinsi NTB dengan
Pembangunan Sentra Industri Kecil
dan Menengah di Pulau Sumbawa yang dilaksanakan oleh Kementerian
Perindustrian belum optimal.
2. Keterbatasan anggaran pendamping yang mendukung program dan
kegiatan Kementerian Perindustrian
dan Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota.
3. Monitoring dan evaluasi atas program
dan kegiatan Kementerian
Perindustrian di daerah belum optimal.
1. Koordinasi antara Kementerian
Perindustrian, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota melalui
satuan kerja masing-masing cukup baik. 2. Komitmen kuat pimpinan daerah
kabupaten/kota untuk meningkatkan
peran produk lokal, misalnya dengan menerbitkan peraturan tentang keutamaan
penggunaan produk lokal.
3. Seluruh kabupaten/kota menjadi tujuan wisata nasional maupun internasional.
Adanya kebijakan di sektor pariwisata
akan mempengaruhi perkembangan
sektor industri. Terlebih lagi dengan wisata halal yang diunggulkan oleh
Pemerintah Provinsi NTB, yang
diperkirakan akan berdampak pada industri olahan makanan dan minuman.
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Berdasarkan pengaturan tentang sektor industri dalam RTRW dan KLHS,
dapat dikemukakan faktor-faktor penghambat dan faktor-faktor pendorong yang
mempengaruhi permasalahan pelayanan dari Dinas Perindustrian Provinsi NTB,
sebagai berikut :
Tabel 3.4
Faktor-Faktor Penghambat dan Faktor-Faktor Pendorong
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian
Ditinjau Dari RTRW dan KLHS Provinsi NTB
Faktor-Faktor Penghambat Faktor-Faktor Pendorong
1. Sinkronisasi pembangunan industri yang
berbasis lingkungan masih belum
optimal. 2. Pola pemanfaatan sumberdaya dalam
proses pembangunan industri yang belum
terkendali dengan baik.
3. Pola perencanaan tata ruang wilayah yang belum sinkron dengan sebaran
industri yang sedang tumbuh di Provinsi
NTB. 4. ….
1. Telah dibangunnya konsep kawasan
industri dalam dokumen RTRW dan
KLHS. 2. Komitmen pimpinan yang tertuang
dalam bentuk regulasi dan kebijakan.
3. Kawasan Peruntukan Industri yang
meliputi kawasan agroindustri dan pengembangan IKM sudah ditetapkan.
4. Penetapan kawasan yang
mengintegrasikan sektor industri dengan pariwisata, perdagangan-jasa,
perikanan, pertanian, dan peternakan
sudah ditetapkan. 5. Daya dukung lingkungan yang relatif
cukup baik.
3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis
Isu Strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang
signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak,
berjangka menengah/panjang, dan menentukan pencapaian tujuan penyelenggaraan
pemerintahan daerah di masa yang akan datang. Dalam kaitannya dengan rencana
strategis perangkat daerah, maka isu strategis ini merupakan isu strategis dalam
bidang industri. Suatu isu menjadi isu strategis jika suatu kondisi/situasi/keadaan
yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau
sebaliknya bila tidak dimanfaatkan akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan
layanan kepada masyarakat dalam jangka panjang. Suatu hal yang belum menjadi
masalah saat ini, namun berpotensi akan menjadi masalah daerah pada suatu saat
dapat dikategorikan sebagai isu strategis. Selain itu isu strategis juga dapat dimaknai
sebagai potensi yang daerah yang belum terkelola, dan jika dikelola secara tepat dapat
menjadi potensi modal pembangunan yang signifikan.
Isu strategis dalam sektor perindustrian dapat diidentifikasi sebagai berikut :
BACKWARD :
1. Kurangnya akses terhadap bahan baku, persaingan yang ketat dalam mendapatkan
bahan baku, bahan baku berkualitas rendah, dan tingginya harga bahan baku
2. Modal kerja terbatas, kompetensi tenaga kerja yang kurang mumpuni dan
terbatasnya penguasaan teknologi.
3. Terbatasnya kemampuan IKM dalam menyusun rencana usaha manajemen dan
bisnis.
4. Belum adanya standarisasi terkait desain dan kualitas produk.
5. Peran unit sektoral sebagai penyedia bahan baku yang masih belum terkoordinir
dengan baik.
PENGOLAHAN :
1. Masih rendahnya penggunaan mesin dan alat-alat otomatisasi untuk melakukan
pengolahan produk.
2. Desain dan packaging kemasan yang belum beragam
FORWARD :
1. Pasar yang belum siap menerima produk hasil IKM karena belum sesuai SNI dan
memiliki sertifikasi halal.
2. Belum adanya keunggulan komparatif untuk produk IKM di Provinsi NTB untuk
bersaing di pasar nasional.
BAB IV
TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH
Tujuan adalah sesuatu kondisi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahunan. Sasaran adalah rumusan kondisi yang
menggambarkan tercapainya tujuan, berupa kinerja Perangkat Daerah yang diperoleh
dari pencapaian hasil (outcome) program Perangkat Daerah. Sasaran Jangka
Menengah Perangkat Daerah adalah rumusan kondisi yang menggambarkan
tercapainya tujuan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan.
Penetapan tujuan dan sasaran dalam Rencana Strategis Dinas Perindustrian Provinsi
NTB ini berpedoman pada RPJMD Provinsi NTB dan beberapa asumsi, sebagai
berikut:
1. Tersedia anggaran yang memadai untuk pelaksanaan program dan kegiatan.
2. Tidak ada perubahan kebijakan yang mendasar dalam tugas dan fungsi unit kerja
baik di tingkat nasional dan daerah;
3. Komposisi ASN tidak mengalami pengurangan kuantitas dan kualitas;
4. Tidak terlalu sering terjadi mutasi pegawai yang dapat berdampak pada
manajemen internal;dan
5. Tidak terjadi bencana alam (force majeur) yang berdampak signifikan dalam
pelaksanaan program/kegiatan.
Tujuan dan sasaran strategis Dinas Perindustrian Provinsi NTB mengacu pada tujuan
dan sasaran RPJMD Provinsi NTB 2018 – 2023 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah
No. Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Indikator Sasaran SatuanTarget Kinerja
2019 2020 2021 2022 20231. Mendorong
pertumbuhan industri pada 5 (lima) sektor industri prioritas
Meningkatnya industri turunan pada 5 sektor industri prioritas
Mendorong peningkatan jumlah industri kecil yang meningkat menjadi industri menengah
Cakupan industri kecil yang menjadi industri menengah
% 1,79 3,57 5,36 7,14 8,93
Mendorong penambahan nilai PDRB sektor industri prioritas
Peningkatan nilai tambah pada 5 (lima) sektor industri prioritas
Rp. Milyard
153,90 160,02 166,39 173,02 179,91
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Untuk menjabarkan tujuan sebagaimana dimaksud, disusunlah strategi dan arah kebijakan
pembangunan industri. Perumusan strategi menggunakan metode SWOT.
Hasil analisis SWOT sebagai berikut :
1. KEKUATAN
a. Potensi sumberdaya alam di Provinsi yang sangat diversif menjadi salah satu peluang
pengembangan industri berbasis komoditas. Beragamnya bahan baku komoditas di sektor
pertanian, kehutanan, peternakan dan kelautan merupakan peluang untuk pengembangan
industri berbasis komoditas di Provinsi NTB
b. Munculnya 80 ribu industri kecil di seluruh sektor di sebagai cikal bakal berkembangnya
industrialisasi di Provinsi NTB untuk menyerap tenaga kerja dan meningkatkan
pendapatan masyarakat.
c. Tersusunya draft Rancangan Peraturan Daerah tentang Dokumen Rencana
Pengembangan Industri Provinsi (RPIP) NTB sebagai dokumen perencanaan makro
dalam mengawal proses pengembangan industri di Provinsi NTB.
d. Telah dibentuknya Tenaga Penyuluh Lapang yang bertugas memberikan pendampingan
untuk industri kecil dan menfungsi menjadi jembatan antara industri kecil dan Pemerintah
serta mitra lainnya. Peran dan fungsi TPL perlu direvitalisasi sehingga dapat memberikan
nilai tambah dalam kerangka pengembangan industri di Provinsi NTB.
2. KELEMAHAN
a. Belum seragamnya kualitas hasil olahan IKM di Provinsi NTB yang mengacu pada
Standarisasi Nasional Indonesia (SNI).
b. Penggunaan alat-alat mesin dan otomatisasi dalam proses pengolahan bahan baku yang
masih rendah.
c. Kemampuan IKM dalam membangun rencana bisnis yang masih terbatas.
d. Pertumbuhan IKM yang masih terpencar dan tidak mengelompok dalam satu sentra IKM.
e. Kurangnya pemahaman akan quality control untuk produk IKM yang dihasilkan yang
berpengaruh pada nilai jual dan daya saing produk.
f. Kurangnya sarana dan prasarana dan keterbatasan modal dalam pengembangan IKM.
3. PELUANG
a. Terbangunnya pelabuhan udara dan pelabuhan laut sebagai pintu masuk bahan baku dan
jalur distribusi pemasaran produk-produk industri di Provinsi NTB.b. Terbentuknya branding Provinsi NTB sebagai salah satu destinasi wisata nasional yang
menjadi peluang utama dalam pengembangan industri ke depan.
c. Kebijakan Pemerintah Provinsi NTB melalui komitmen Kepala Daerah terpilih untuk
mendorong industrialisasi sebagai salah satu sektor penggerak perekonomian di
Provinsi NTB.d. Berkembangnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik negeri maupun swasta
dengan kurikulum berbasis kompetensi dan vokasi untuk menghasilkan lulusan tenaga
siap pakai di sektor industri. e. Terbangunnya infrastruktur dasar untuk pengembangan industri seperti jaringan jalan
raya Lintas Lombok, jaringan jalan raya Lintas Sumbawa – Bima, jaringan listrik
Saluran Udara Tegangan Tinggi 35.000 MV di P. Sumbawa untuk mendorong jalur
distribusi darat dan pemenuhan kebutuhan listrik serta jaringan internet kecepatan tinggi
di wilayah NTB untuk mendukung penguasaan teknologi menuju ke industrialisasi 4.0.
4. TANTANGAN
a. Standarisasi produk IKM, baik dari aspek higienitas, kemasan, kehalalan, SNI, ISO, dan
HAKI serta aspek lain yang terkait. Hal ini menjadi salah satu faktor penting dalam
upaya untuk pengembangan skala usaha industri di Provinsi NTB. Manajemen quality
control yang ketat harus menjadi salah satu tantangan ke depan untuk meningkatkan
kualitas hasil dan produk industry di Provinsi NTB untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan daya saing di pasar global.b. Ketersediaan unit kerja yang bertugas membentuk dan mengembangkan alat-alat olahan
dalam bentuk mesin dan Teknologi Tepat Guna untuk proses industry di seluruh sektor.
Hal ini dilakukan melalui pembangunan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah
(SIKIM) yang terintegrasi dengan Sumbawa Tecno Park dan Universitas Teknologi
Sumbawa di Kabupaten Sumbawa serta pembentukan unit organisasi Science
Technology Industrial Park di Banyumulek ditargetkan dapat menghasilkan peralatan
dan mesin yang bersifat tepat guna dan mampu menghasilkan produk olahan yang
memiliki standarisasi dalam hal kuantitas dan mutu sehingga dapat meningkatkan daya
saing di pasar. c. Mendorong keterlibatan Desa melalui BUMDES sebagai mitra kelompok industri di
tingkat tapak. BUMDES dapat menjadi jejaring pemasaran hasil usaha industri yang
dihasilkan sehingga produk yang dihasilkan dari kelompok industri dapat diserap secara
optimal. Disamping itu peran BUMDES yang didukung pembiayaannya melalui Dana
Desa dapat menjadi salah satu pilar ekonomi dalam pengembangan potensi industri di
wilayah desa untuk mendukung pengembangan One Village One Product (OVOP). d. Penyiapan tenaga kerja industri, dalam hal kuantitas dan kualitas utamanya dari lulusan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penyiapan tenaga kerja yang kompeten khususnya
dalam penggunaan peralatan dan mesin pengolahan menjadi salah satu tantangan besar
untuk pengembangan industrialisasi di Provinsi NTB. Pembaharuan kurikulum berbasis
kompetensi dengan memperbanyak kemampuan praktek siswa dapat menjadi salah satu
usaha untuk meningkatkan kemampuan lulusan SMK sehingga dapat menjadi tenaga
kerja yang siap pakai diseluruh sektor industri di Provinsi NTB. e. Mengawal regulasi dan kerjasama tentang hubungan industrial antara perusahaan
dengan tenaga kerja industri bersama dengan Instansi yang menangani ketenagakerjaan.
BAB V
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN JANGKA MENENGAH
Berdasarkan analisis SWOT yang dibangun, dapat dijabarkan alternative strategi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan dengan melakukan sinergi antara faktor
lingkungan internal (S dan W) dan faktor lingkungan eksternal (O dan T).
S – O (Mendorong Kekuatan Untuk Membangun Peluang)
a. Mendorong legalitas perencanaan makro melalui Perda RPIP Provinsi NTB Tahun 2018 –
2023 sebagai komitmen legal Pemerintah Provinsi NTB dalam mendukung industrialisasi.b. Mendorong keterlibatan lulusan SMK dan sekolah vokasi lainnya sebagai Tenaga Penyuluh
Lapangan untuk pendampingan IKM di Provinsi NTB.c. Mendorong kerjasama dengan pelaku usaha di sektor wisata untuk mendorong
perkembangan produk IKM sebagai ikon daerah NTB. d. Membangun sentra-sentra IKM berbasis potensi local sebagai salah satu destinasi wisata
baru di Provinsi NTB.
S – T (Mendorong Kekuatan Untuk Meminimalkan Ancaman)
a. Mendorong keterlibatan Tenaga Penyuluh Lapang untuk membantu produk IKM agar
memenuhi SNI.
b. Mendorong kerjasama IKM dengan Bumdes dengan pola kemitraan berkelanjutan sebagai
penyedia modal dan distributor produk IKM untuk mendukung OVOP.
c. Pembentukan unit kerja STIP sebagai penyedia peralatan dan mesin untuk meningkatkan
kapasitas dan kualitas produk IKM serta sebagai lokasi workshop untuk membentuk
wirausaha baru di sektor industri.
W – O (Meminimalkan Kelemahan Untuk Membangun Peluang)a. Mendorong IKM agar mengacu pada SNI dalam menghasilkan produk sehingga dapat
memenuhi permintaan pasar luar NTB.
b. Mendorong keterlibatan peran serta siswa SMK untuk melakukan magang dan pelatihan IKM
dalam penyusunan rencana bisnis dan manajemen penatausahaan keuangan.
c. Mendorong keterlibatan peran serta siswa SMK untuk melakukan magang dan pelatihan IKM
dalam hal quality control dan pengemasan produk.
W – T (Meniminalkan Kelemahan Untuk Menghindari
Ancaman)
a. Mendorong produk IKM untuk mengacu pada SNI
b. Mendorong keterlibatan STIP dalam penyediaan peralatan dan mesin pengolah di
sentra-sentra IKM sesuai dengan jenis industrinya.
c. Mendorong terbentuknya sentra IKM dalam bentuk holding IKM agar dapat
bersinergi.
Dari alternatif strategi yang dibangun, dapat ditentukan arah kebijakan pembangunan industri
yang akan dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian Provinsi NTB 2019 – 2023 yaitu sebagai
berikut :
1. Membangun sentra-sentra industri berbasis potensi lokal melalui jejaring kerjasama antara
IKM. Pembangunan sentra didorong untuk meningkatkan nilai investasi dan produk IKM
yang bersangkutan agar dapat lebih bersaing di pasar.
2. Mendorong peningkatan produksi (kuantitas dan kualitas) produk IKM melalui penggunaaan
mesin-mesin pengolahan yang akan mendorong peningkatan nilai tambah produk yang akan
dipasarkan.
3. Mendorong peningkatan keterampilan pelaku usaha IKM melalui bimbingan dan pelatihan
keterampilan usaha khususnya dalam penggunaan mesin-mesin pengolah melalui mekanisme
inkubasi usaha.
4. Membangun Sistem Informasi IKM berbasis teknologi terbaru untuk melakukan pemantauan
dan pendataan potensi IKM untuk mendorong kerjasama IKM dengan dunia investasi.
BAB VI
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, SERTA PENDANAAN
Pada bagian ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok
sasaran, dan pendanaan indikatif. Adapun penyajiannya menggunakan Tabel 6.1 yang bersumber
dari Tabel TC.27.
Karena terjadi perubahan Indikator Kinerja Utama dan Indikator Kinerja Sasaran maka terjadi
perubahan dalam rancang bangun program dan kegiatan 2020 – 2023 pada Dinas Perindustrian
sebagaimana terlampir.
BAB VII
KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN
Pada bagian ini dikemukakan indikator kinerja Perangkat Daerah yang secara langsung
menunjukkan kinerja yang akan dicapai Perangkat Daerah dalam lima tahun mendatang sebagai
komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD. Indikator kinerja Perangkat
Daerah yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD ini ditampilkan dalam Tabel 7.1 yang
bersumber dari Tabel T-C.28.
Tabel 7.1Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan
No.
IndikatorKinerjaDaerah
KondisiKinerja
padaawal
periodeRPJMD
Target Capaian Setiap Tahun
KondisiKinerjapadaAkhirPeriodeRPJMD
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 51 Meningkatka
n IndustriKecil KeMenengah
1,13 1,68 2,2 2,69 3,14 3,55 3,55
2 KontribusiSektorIndustriTerhadapPDRB
5,11 5,21 5,31 5,41 5,51 5,61 5,61
3 PertumbuhanIndustri Kecil
3,23 3,73 4,54 5,66 6,82 8 8
Indikator Kinerja Perangkat Daerah yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
No.
Indikator
KondisiKinerja
padaawal
periodeRPJMD
Target Capaian Setiap Tahun
KondisiKinerja
padaAkhir
PeriodeRPJMD
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
1 Cakupan IKMyang TerbinaDalamKapasitasIptek Sistem
4,58 10,58 2 3 4 5 5
Produksi 2 Cakupan IKM
Yang Terbina1,50 2,69 4 5 6 7 7
3 Cakupam IKMYangMenerapkanTeknologiDalam ProsesProduksi
3,40 4,16 5 6 7 8 8
4 CakupanSentra IndustriPotensial YangDikembang-kan
3,48 5,22 7 9 19 12 12
5 JumlahKerjasamaIKM DenganMitra
50 60 70 75 80 90 90
6 Cakupan IKMDalamPengembangan KomoditiUnggulanDaerah
0,86 0,97 1,23 1,56 1,88 2,20 2,20
Definisi OPerasional Indikator Kinerja Dinas Perindustrian Provinsi NTB
No
.
Indikator Kinerja Definisi
Operasional
Rumus Perhitungan
A. Indikator Kinerja UtamaMeningkatkan Industri Kecil Ke
Menengah
Jumlah Industrimenengah Th N –Jumlah Industrimenengah (N-1)dibagi JumlahIndustri Menengahsampai dengan ThN dikali 100%
¿
∑ IKM (n)−∑ IKM (n−1)
∑ IKM (n)
B. Indikator Kinerja Program1. Cakupan IKM yang Terbina Dalam
Kapasitas Iptek Sistem Produksi Jumlah IKM yangterbina pada TahunN dibagi Total IKMdikali 100 %
¿∑ IKM yang terbina
∑ IKM
2 Cakupan IKM Yang Terbina Jumlah IKM yangterbina pada TahunN dibagi Total IKMdikali 100 %
¿∑ IKM yang terbina
∑ IKM
3 Cakupam IKM Yang MenerapkanTeknologi Dalam Proses Produksi
Jumlah IKM yangterbina pada TahunN dibagi Total IKMdikali 100 %
¿∑ IKM yang terbina
∑ IKM
4 Cakupan Sentra Industri PotensialYang Dikembang-kan
Jumlah sentraterbina pada Tahun
¿∑ Sentra IKM yangterbina
∑ Sentra IKM
N dibagi TotalSentra dikali 100%
5 Jumlah Kerjasama IKM DenganMitra
Jumlah ProdukIKM yangterfasilitasi mitradibagi jumlahproduk IKM
¿∑ Sentra IKM yangterbina
∑ Sentra IKM
6 Cakupan IKM DalamPengembangan Komoditi UnggulanDaerah
Jumlah IKM yangterbina pada TahunN dibagi Total IKMdikali 100 %
¿∑ IKM yang terbina
∑ IKM
BAB VIII
PENUTUP
Rencana Strategis Dinas Perindustrian Provinsi NTB Tahun 2018-2023 disusun dengan
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi NTB Tahun
2018-2023 pada periode kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB.