bab i pendahuluan 1.1 latar...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia sangat kaya dengan pusaka budaya (cultural heritage) dan salah satu bentuk pusaka budaya yang hingga saat ini masih memiliki pewaris aktif (active bearers) adalah upacara adat atau upacara tradisional. Upacara adat atau upacara tradisional adalah sebuah laku atau perbuatan dan tuturan tertentu yang dijalankan oleh komunitas tertentu, dan tradisi itu diwarisi dari para leluhurnya. Senyatanya upacara tradisional merupakan sarana komunikasi, yakni komunikasi antara pelaku upacara dengan lingkungannya dan kekuatan gaib yang dipercaya dapat memberi perlindungan atau solusi terhadap masalah yang membelit para pelaku dan pendukung upacara. 1 Upacara adat atau upacara tradisional yang masih dilestarikan dan masih ada hinga saat ini yaitu salah satunya di Jawa Timur tepatnya di Desa Mojorejo Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Upacara adat di Kabupaten Bojonegoro ini dilaksanakan satu tahun sekali sebelum bulan ramadhan atau dalam bulan jawa disebut dengan bulan ruwah. 1 Sutarto, Ayu. 2013. Upacara Tradisional, Kohesi Social, dan Bengunan Kebangsaan

Upload: others

Post on 06-Mar-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia sangat kaya dengan pusaka budaya (cultural

heritage) dan salah satu bentuk pusaka budaya yang hingga saat ini masih

memiliki pewaris aktif (active bearers) adalah upacara adat atau upacara

tradisional. Upacara adat atau upacara tradisional adalah sebuah laku atau

perbuatan dan tuturan tertentu yang dijalankan oleh komunitas tertentu, dan tradisi

itu diwarisi dari para leluhurnya. Senyatanya upacara tradisional merupakan

sarana komunikasi, yakni komunikasi antara pelaku upacara dengan

lingkungannya dan kekuatan gaib yang dipercaya dapat memberi perlindungan

atau solusi terhadap masalah yang membelit para pelaku dan pendukung upacara.1

Upacara adat atau upacara tradisional yang masih dilestarikan dan masih

ada hinga saat ini yaitu salah satunya di Jawa Timur tepatnya di Desa Mojorejo

Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Upacara adat di Kabupaten

Bojonegoro ini dilaksanakan satu tahun sekali sebelum bulan ramadhan atau

dalam bulan jawa disebut dengan bulan ruwah.

1Sutarto, Ayu. 2013. Upacara Tradisional, Kohesi Social, dan Bengunan Kebangsaan

2

Tabel 1: Penanggalan Jawa2

No Penanggalan Jawa Lama hari

1 Sura 30

2 Sapar 29

3 Mulud 30

4 Bakda Mulud 29

5 Jumadilawal 30

6 Jumadilakir 29

7 Rejeb 30

8 Ruwah 29

9 Pasa (Puwasa, Siyam, ramelan) 30

10 Sawal 29

11 Sela (Dulkangidah, apit) 30

12 Besar (dulkahahijjah) 29/(30)

Upacara adat atau upacara tradisional di Bojonegoro ini disebut juga

dengan nyadran atau nydranan yaitu upacara yang dipersembahkan untuk sang

pencipta kehidupan dan juga nenek moyang karena telah melimpahkan kesehatan

dan hasil panen yang bagus. Karena mayoritas penduduk Kabupaten Bojonegoro

bermata pencaharian sebagai petani maka bentuk pengaplikasian rasa syukur para

petani karena telah diberi keberhasilan dalam panen padi yaitu dengan

mengadakan upacara adat atau nyadranan tersebut. Tradisi nyadran menjadi daya

tarik tersendiri bagi masyarakat, karena kegiatan ini sangat ditunggu-tunggu oleh

seluruh warga, nyadranan selain menjadi upacara adat tradisional yaitu menjadi

2Lihat skripsi, Satriadi, Fredian, Lega. 2014. Pemaknaan Masyarakat Nelayan Terhadap Larung

Sembonyo. UMM

3

kegiatan untuk saling berkumpul dengan keluarga dan tetangga untuk menjalin

interaksi yang lebih dekat.

Nyadran atau Nyadranan merupakan rangkaian situs budaya yang

mentradisi, yang berupa membersihan makam leluhur dan Sendang Gede

(sendang ndhangar) atau kerja bakti, perziarahan, dan berpuncak pada kenduri

(makan bersama) dimakam desa dan di sendang tersebut. Pengaplikasian rasa

syukur yang diberikan kepada alam dan nenek moyang ini dengan dilakukannya

pembersihan sendang ndhangar dan makam desa, para warga datang ke tempat

tersebut dengan membawa ambeng (tumpeng sederhana) dan makan-makanan lain

yang nantinya akan dimakan bersama dengan semua warga desa. Ambeng yang

dibawa berisikan beras yang yang menjadi nasi, sayur-sayuran, telur dan ayam

yang menjadi lauk, beras ataupun lauk pauk yang dibawa dan digunakan untuk

tumpeng tersebut merupakan hasil panen yang ditanan oleh warga Desa Mojorejo

Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro itu sendiri.

Nyadran salah satu objek untuk meningkatkan integrasi antar warga

karena acara nyadran ini dihadiri oleh seluruh warga desa dan berkumpul pada

satu tempat di adakanya acara tersebut dan membawa makanan yang nantinya

dimakan bersama-sama. Acara nyadranan ini menampilkan kesenian Jawa yaitu

wayang dan sinden atau masyarakat menyebutnya dengan sinder sebagai bentuk

persembahan atau peramaian acara nyadranan tersebut.

4

Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk

yang sama.3 Dalam Kamus Bahasa Indonesia, tradisi adalah adat kebiasaan turun-

temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.4 Jadi

tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus oleh

masyarakat dan akan diwariskan secara turun-temurun.

Nyadran berasal dari kata sodrun yang artinya dada atau hati. Makna

nyadran dalam hal ini adalah bahwa masyarakat membersihkan hati mereka

menjelang bulan Ramadhan. Makna lainnya nyadran yaitu sadran bersal dari kata

sudra sehingga nyadran berarti menyudra menjadi sadra atau berkumpul dengan

orang-orang awam. Ini mencerminkan nilai-nilai bahwa pada hakekatnya manusia

adalah sama5.

Nyadran disebut juga dengan sedekah bumi, pada umumnya daerah Jawa,

termasuk Jawa Timur ada dan melaksanakan tradisi semacam ini dengan makna

yang sama namun berbeda sebutan pelaksanaan tradisinya saja, di Kabupaten

Bojonegoro saja contohnya di Kecamatan Suko Sewu nama dari tradisi ini yaitu

sedekah bumi, di Kecamatan Bornoe sama dengan Kecamatan yang digunakan

lokasi penelitian yaitu disebut dengan nyadran dari proses pelaksanaanya dan

acara yang tampilkan tidak jauh berbeda.

Pelaksanaan nyadran ada dua lokasi yang digunakan untuk upacara sakral

ini, yaitu di makam atau masyarakat menyebutnya dengan kuburan desa dan di

sendang, nama dari sendang tersebut yakni sendang ndhangar, acara tersebut

3Soejono Soekamto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Cv. Rajawali. Jakarta. Hlm 13

4 Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai

Pustaka. Jakarta. Hlm 1208. 5Anonim.Http://Mujibur, Rohman. Blogspot.Com. 2010. Nyadran-Agus-Jogjatrip-Html.

5

tidak berlangsung secara bebarengan pada hari yang sama namun berjarak satu

minggu. Bukan hanya lokasi dan waktu pelaksaan saja yang berbeda antara

nyadran kuburan dengan nydran sendang, mulai dari acara, penampilan

permainan dan do’a berbeda karena makna yang berbeda tentunya.

Keunikan yang menonjol dari nyadran yang ada di Desa Mojorejo ini

ialah pada saat makan bersama, yang mana pada zaman dulu di desa tersebut

terjadi sebuah perseteruan antara warga Desa Mojorejo dengan Dusun Mojopangi

warga tersebut berseteru karena alasan perbedaan pendapat mengenai nyadran,

yang mana dari pihak Mojorejo yakni yang bernama Bunari menolak upacara

tradisi nyadran tersebut, karena ia beranggapan bawasannya nyadranan ini adalah

satu hal yang menentang agama islam atau syirik, sedangkan dari pihak Dusun

Mojopangi yang bernama Sipur ingin tetap menjaga tradisi ini sebagai bentuk rasa

syukur warga setelah dilimpahkannya panen.

Makan bersama adalah media utama untuk mendekatkan kembali Desa

Mojorejo dengan Dusun Mojopangi terutama Burnari dan Sipur yang bebeda

pendapat di kala itu, saat acara nyadran dimulai dan semua ambeng sudah

dikumpalakan kemudian dido’akan, Bunari dan Sipur di dudukan bersama dan di

beri satu nampan ambeng6 untuk dimakan bersama,Inilah salah satu bentuk dari

tradisi nyadran yang bisa menyatukan dan meredakan konflik di masyarakat.

6Ambeng menurut Mbah Wo selaku orang yang dituakan di Desa Mojorejo yakni sebuah nampan

yang berisikan nasi dengan lauk ayam,telur,sayur hasil kebun warga atau apa saja yang

bisa dibawa untuk makan bersama, ambeng lebih sederhana dibandingkan tumpeng

karena ambeng ialah makanan sederhana yang tidak menuntut warga harus membawa

makanan secara besar, apapun yang dimiliki yang bisa dinikmati bersama (hasil

wawancara, 03.02.2015)

6

Prosesi yang dilakukan dalam mempersiapkan nyadran hingga selesainya

nyadran tetap sama dengan awalnya dibentuknya nyadran di Desa Mojorejo

kurang lebih tahun 30an. Keunikan dari nyadran Desa Mojorejo selain menjalin

kedekatan antar warga, nyadran Desa Mojorejo tetap menggunakan konsep acara

yang sama setiap tahunnya dan seterusnya sesuai dengan awalnya terbentuknya

nyadran, mulai dari persiapan nyadran, prosesi nyadran, apa saja yang perlu

dibawa dalam nyadran dan lain sebagianya.

Semua warga bisa hadir di acara nyadran ini semua bisa menikmati makan

bersama dan menikmati tari-tarian serta kisah perwayangan yang diceritakan oleh

dalang. Tidak hanya warga asli desa saja yang boleh mengikuti acara ini namun

semua orang dari desa manapun bisa ikut serta dalam kemeriahan acara yang

penuh ceria, tawa namun tetap tidak jauh dari arti upacara nyadran tersebut.

Zaman dulu, nyadran di Desa Mojorejo menjadi satu hal yang sakral dan

banyak ditunggu oleh semua warga, nyadran sebagai alat untuk memupuk rasa

kebersamaan antara individu satu dengan yang lain. Nyadran pada zaman dulu

diyakini sebagai cara untuk berkomunikasi dengan nenek moyang, karena

masyarakat percaya akan arwah nenek moyang yang sudah meninggal tetap biasa

mempengaruhi anak cucunya dalam menjalani kehidupan kedepan. Fungsi dari

nyadran yaitu salah satunya membangun kedekatan antar warga, agar tidak terjadi

perselisihan dan dapat melakukan kegiatan secara gotong royong dan saling

membantu.

7

Seiring berkembangnya zaman, ruh dalam tradisisi nyadranan bisa saja

mengalami perubahan karena tingkat perubahan dimasyarakat yang semakin maju,

secara otomatis hal ini biasa saja merubah ruh dari tradisi nyadran yang dimaknai

sakral dan untuk meninggkatkan integrasi warga dan bentuk konstruksi sosial

nyadran terhadap masyarakat.. Tradisi nyadran menjadi penting dikaji karena

nyadranan ini adalah salah satu bentuk dari tradisi yang harus tetap dijaga dan di

pahami oleh masyarakat luas terutama generasi muda, apabila tidak bisa saja

tradisi ini punah tergerus oleh zaman yang modern seperti ini.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan nyadran?

2. Bagaimana Konstruksi sosial nyadran dalam masyarakat pedesaan Desa

Mojorejo Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pemaknaan masyarakat atas nyadran di Desa Mojorejo

Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro.

2. Untuk menganalisa dan menggambarkan konstruksi sosial nyadran dalam

masyarakat pedesaan.

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bermanfaat untuk menerapkan konsep sosiologi tentang konstruksi sosial

dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan konstruksi sosial

nyadran dalam masyarakat dipeesaan

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi

peneliti yang lain untuk melakukan penelitian ke depan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan masukan bagi pemerintah

Bojonegoro untuk menjaga kearifan lokal nyadran di masyarakat

khususnya di Desa Mojorejo Kecamatan Kedungadem Kabupaten

Bojonegoro.

b. Sebagai informasi bagi masyarakat di Desa Mojorejo Kecamatan

Kedungadem Kabupaten Bojonegoro tentang tradisi nyadran yang

sebagaimana masyarakat harus tetap menjaga dan melestarikan budaya

dan tradisi tersebut

1.5 Definisi Konseptual

1.5.1 Konstruksi Sosial

Kontruksi sosial menurut Berger dan Luckmann adalah berbagai tindakan

manusia yang tidak terlapas dari suatu proses ekternalisasi, internalisasi dan

objektivasi. Konstruksi merupakan teori sosiologi kontemporer yang berpijak

pada sosiologi pengetahuan. Dalam konstruksi sosial terkandung bahwa

kenyataan dibangun secara sosial, serta kenyataan dan pengetahuan merupakan

9

dua istilah kunci untuk memiliki keberadaannya sendiri sehingga tidak tergantung

pada kehendak manusia, sedangkan pengetahuan adalah kepastian bahwa

fenomena-fenomena itu nyata dan memiliki karakteristik yang spesifik7.

1.5.2 Nyadran

Nyadran berasal dari kata sodrun yang artinya dada atau hati. Makna

nyadran dalam hal ini adalah bahwa masyarakat membersihkan hati mereka

menjelang bulan Ramadhan. Makna lainnya nyadran adalah sadran yaitu sadran

berasal dari kata sudra sehingga nyadran berarti menyudra menjadi sudra atau

berkumpul dengan orang-orang awam. Ini mencerminkan nilai-nilai bahwa pada

hakekatnya manusia adalah sama8

Nyadranan sebagai upacara tradisional adat jawa dilakukan demi

mencapai ketentraman hidup lahir dan batin. Dengan mengadakan upacara

tradisional itu, orang jawa memenuhi kebutuhan spiritualnya, eling marang purwa

duksina. Kehidupan rohani orang jawa memang bersumber dari ajaran agama

yang diberi hiasan budaya lokal. Oleh karena itu, orientasi kehidupan beragama

orang jawa senantiasa memperhatikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh

nenek moyangnya (upacara tradisional)9.

7Manuaba, I. B. Putera. 2010. Memahami Teori Konstruksi Sosial. Jurnal Masyarakat

Kebudayaan dan Politik Vol. 21 No. 3. 8Anonim.http://MujiburRohman.Blogspot.com/2010/06/nyadran-AgungTrip-html

9Dr Purwadi, upacara tradisional jawauntuk mengenali kerifan local

10

1.5.3 Masyarakat Pedesaan

1.5.3.1 Karakteristik Umum Masyarakat Desa

Masyarakat pedesaan atau rural community adalah masyarakat yang

anggota-anggotanya hidup bersama di lokalitas tertentu, yang seorang merasa

dirinya sebagai kelompok, kehidupan mereka meliputi urusan-urusan yang

merupakan tanggung jawab bersama dan masing-masing merasa terkait dengan

norma-norma tertentu yang mereka taati bersama.

Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat

yang biasa tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi

tertentu, sebagai karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat

desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan

perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik

tersebut sudah “tidak berlaku”. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik

masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat

umum yang selama ini masih sering ditemui: sederhana, mudah curiga,

menjunjung tinggi unggah-ungguh, guyub, lugas, kekeluargaan, tertup dalam hal

keuangan, perasaan minder dengan orang kota, menghargai (ngajeni) orang lain,

jika diberi janji, akan selalu diingat, suka gotong-royong, demokrasi, religius10

10 Http://file.Upi.Edudirektorifpipsjur._Pend._Geografi197210242001121

Bagja_Waluyageografi_Desakotarural_Comunity.Pdf. Diakses Hari Kamis, 30 Juli 2015,

11.19

11

1.6 Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan suatu penelitian. Metode penelitian mempunyai peran yang penting

dalam mengumpulkan data:

1.6.1 Jenis penelitian

Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnometodologi yang berupaya untuk

memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan

keteraturan hidup mereka sendiri.

Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian

tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi,

aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan

kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan

untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang

kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan

Pendekatan etnometodologi. Etnometodologi burupaya untuk memahami

bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata

hidupnya sendiri. Etnomotodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang

mulai melihat,menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka

hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini berusaha

12

menginterpretasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut pandang

dari objek penelitiannya.11

1.6.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Desa Mojorejo Kecamatan Kedungadem

Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. Alasan dilakukannya penelitian di lokasi

tersebut karena Budaya nyadran masih berkembang dan bagaimana masyarakat

Kabupaten Bojonegoro Kecamatan Kedungadem Desa Mojorejo memaknai

konstruksi sosial nyadran dalam masyarakat pedesaan.

1.6.3 Subyek Penelitian

Penentuan subyek (sampel) penelitian ini yaitu dengan teknik purposive

sampling yakni pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan prasyarat

sampel yang diperlukan. Secara sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan

sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika orang maka orang-orang

tertentu) sesuai prasyarat (sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria) sampel.

1.6.4 Sumber Data

Sumber data dapat dibedakan menjadi dua sumber, yaitu:

a. Data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari

subyek yang diteliti, dengan cara mengadakan wawancara secara langsung

dan observasi langsung dilokasi penelitian. Alasan peneliti menggunakan

sumber data primer adalah untuk memperoleh informasi secara langsung

dan aktual, dalam hal ini penulis mengambil data tersebut dari orang yang

11

Rahmat, Pupu Saeful. 2009. Penelitian Kualitatif. Dalam jurnal Equilibrum, Vol. 5, no. 9.

http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal -Penelitian-Kualitatif.pdf

13

dianggap mengetahui asal-usul dari tradisi nyadranan yang berjumlah 9

orang.

b. Data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari arsip-arsip

pemerintah, internet tentang situs-situs yang terkait dengan konteks

penelitian seperti konstruksi sosial Nyadran dalam masyarakat pedesaan,

juga buku yang sekiranya menunjang.

1.6.5 Metode Pengumpulan Data

Pencarian data dalam menyusun penulisan ini menggunakan beberapa

teknik pemgumpulan data yakni:

a. Wawancara

Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tenik wawancara yang

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara

mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanyajawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide).

b. Observasi

Observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau

kejadian untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku

manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu

melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

14

c. Dokumentasi

Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan

harian, cendramata, laporan, artefak, foto, dan lain sebagianya. Sifat utama data

ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga member peluang kepada peneliti

untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.

1.6.6 Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan langkah terakhir sebelum menarik kesimpulan,

untuk itu teknik analisis data sangat diperlukan dalam penelitian untuk

memperoleh gambaran yang jelas dari data yang diperoleh. Dalam penelitian ini

yang digunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis fenomenologi yang

bersifat deskriptif. Setelah data di analisis dengan metode fenomenologi kualitatif

selanjutnya dibahas permasalahan tersebut hingga ada pada suatu kesimpulan.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis fenomenologi kualitatif model analisis

interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Haberman melalui empat tahap

yakni:

1. Pengumpulan data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari

subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan

penelitian.

2. Reduksi data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyerderhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang muncul dari

catatan-catatan dilapangan. Peneliti mengedit data dengan cara memilih bagian

15

data yang mana untuk dikode, dipakai, dan yang diringkas, serta dimasukan dalam

kategori, dan sebagainya.

3. Penyajian data

Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi

menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai relevansi

yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara

sistematis.

4. Penarikan kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan

penelitian, karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses penarikan

kesimpulan ini dimaksutkan untuk menganalisis, mencari makna dari data yang

ada sehingga dapat ditemukan tema dalam penelitian yang telah dilakukan.12

12

Ibid