bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan sebuah isi konten didalam sebuah media sangat berperan
penting untuk membentuk sebuah opini didalam masyarakat. Hal ini
dikarenakan konten yang disusun oleh sebuah kelompok selalu mengandung
pesan yang nanti akan berdampak dalam bentuk resepsi dan persepsi.
Semenjak berkembangnya paham dimana informasi adalah sebuah komoditas
bernilai tinggi, maka muncul sebuah negosiasi antara audiens (penerima pesan)
dan seorang komunikator (pengirim dan pemroduksi pesan) didalam proses
pembentukan konten.
Konsep audiens sebagai pangsa pasar adalah konsep klasik dalam
sebuah media, dimana selalu muncul negosiasi isu yang nantinya akan diakses
dalam bentuk informasi. Namun komponen didalam negosiasi itu sendiri
bergantung pada banyak faktor seperti field of experience, frame of reference,
demografi sosial, sifat konsumsi media dan tentunya pesan itu sendiri1. Pada
intinya, negosiasi didalam sebuah produksi media sangat menentukan
kesuksesan sebuah media dalam menyebarkan informasi. konten
Di beberapa tahun ini, muncul sebuah jargon baru dimana disebutkan
visual speak louder. Memang benar peranan visual dalam penyampaian sebuah
pesan dinilai sangat menentukan keberhasilan sebuah konten, bayangkan saja
bagaimana beberapa logo berhasil meracuni pikiran kita, dan menggiring kita
terhadap perspektif tertentu tanpa sebelumnya kita mempercayai itu. Selalu ada
the man behind the gun dalam sebuah produksi pesan, didalam konteks ini,
1 McQuail, Dennis. 1997. Audience Analysis. California: SAGE Publication, Inc.
2
seorang desainer adalah peran utama dalam pembentukan isu dan konten yang
nantinya akan diserap oleh audiens.
Seorang desainer kerap disamakan sebagai seniman, padahal keduanya
berbeda. Seorang desainer bahkan selalu menanamkan diri bahwa mereka
bukan seniman (desainer bukan seniman). Pembeda utama antara desainer dan
seniman adalah secara garis besar, seorang desainer bekerja bergantung pada
pesanan saja, itu menandakan seorang desainer akan selalu peka dengan apa
yang mereka buat. Sekali lagi, proses dalam penciptaan ide visual sangat
bergantung pada pengetahuan dan pengalaman seorang desainer itu sendiri.
Saya melihat hal yang menarik dalam proses resepsi media visual,
dimana sebuah isu yang disusun dalam bentuk grafis kemudian secara otomatis
terkonversi oleh otak kita menjadi sebuah pesan. Hal yang lebih unik adalah
dimana otak kita bekerja sesuai pengalaman dan pengetahuan (field of
experience, frame of reference) dimana sebuah ide visual akan selalu
melahirkan pesan yang multitafsir. Hal ini membenarkan konsep bahwa kita
selalu berfikir merespon hal dari apa yang kita pernah dapatkan.
Hal tersebut tentu bukan sebuah kebetulan didalam dunia kita, yang
menarik menurut saya adalah bukan dari bagaimana visual ditangkap dengan
multitafsir, tetapi tentang bagaimana manajemen penyusunan pesan yang
meliputi berbagai pertimbangan yang kemudian menggiring audiens untuk
beropini. Hal ini menjadi unik dimana biasanya kita mengenal framing dari
segi teks, atau analisis teks dan semacamnya. Tetapi bagaimana jika ternyata
semua itu berawal dari ketidaksengajaan? Artinya sedari dulu kita hanya pintar
menduga sebuah konteks, sehingga justru multi tafsir didalam beberapa pesan
hanya berbasis dugaan saja? Tetapi tentu tidak, karena peneliti sendiri punya
anggapan bahwa sebuah pesan selalu melibatkan campurtangan pribadi yang
nantinya menggiring perspektif.
3
Kampung Halaman (KH) adalah sebuah gerakan yang berdiri di tahun
2006, bertujuan memperkuat peran remaja dan anak muda didalam
lingkungannya menurut kapasitas dan potensi masing-masing individu. Bentuk
edukasi yang diusung adalah pendidikan populer melalui komunitas yang
dilakukan secara kolaborasi, dan yang lebih menarik adalah Kampung
Halaman selalu menggandeng beberapa organisasi lain untuk memperkuat
gerakan ini di berbagai wilayah lain.
Sebagai sebuah yayasan dalam bidang remaja, Kampung Halaman yang
beralamatkan di utara Yogyakarta ini selalu melibatkan unsur remaja disetiap
kegiatannya entah itu tersirat ataupun tersurat. Hal ini yang menjadikan
Kampung Halaman dikenal sebagai penampung aspirasi remaja didaerah utara
Yogyakarta. Kampung Halaman memiliki beberapa program yang secara
langsung memang menyebutkan soal isu remaja, seperti Karya Remaja,
Inspirasi Remaja, Jalan Remaja, Sekolah Remaja, dan Selamat Pagi. Semua
program tersebut disatukan oleh sebuah tujuan yaitu memajukan peran remaja
di Indonesia. Lalu bagaimana proses produksi pesan visual yang dikelola oleh
Kampung Halaman dalam isu remaja? Karena menurut penulis dalam
penyusunan konten berbasis visual, banyak hal harus dipertimbangkan demi
kepentingan penyampaian pesan.
Yang menjadikan kajian ini unik menurut peneliti adalah
memanfaatkan sifat pesan visual yang biasanya multi tafsir, peniliti masih
menduga walaupun segala bentuk resepsi pesan visual adalah bersifat praduga
namun setidaknya manajemen proses produksinya tetap berkaitan dengan
konsep yang kuat. Komponen-komponen seperti desainer, organisir dan
manajemen, serta organisasi itu sendiri tentu punya iklim dalam memelihara
sinergi antar ketiganya. Paling tidak mereka pasti mempunyai cara yang unik
dalam memelihara hal tersebut.
4
Dengan asumsi tersebut, konten visual yang disusun oleh Kampung
Halaman dalam publikasi Selamat Pagi dinilai akan sangat penting dimana
Kampung Halaman harus mampu merangkum ide, topik dan tujuan dalam
sebuah bentuk visual. Tentunya konten visual tersebut harus mengandung
unsur edukasi remaja seperti tujuan makro yang diusung oleh yayasan
Kampung Halaman itu sendiri.
Peneliti ingin menekankan bahwa peneliti tertarik pada proses
komunikasi organisasi dalam penyusunan sebuah konten visual, peneliti sebisa
mungkin akan bersifat netral tanpa menyinggung secara konkrit mengenai
framing, analisis semiotika atau lain-lain. Peneliti melihat dalam sebuah
penyusunan konteks akan selalu terdapat banyak faktor dari pemilihan rekan
kerja, pemilihan ketua projek dan bahkan yang paling akhir adalah pemilihan
keputusan untuk mencapai pemahaman bagaimana interpretasi dan
pemahaman bisa dipahami secara dua arah antara klien dan eksekutor.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan gambaran fenomena yang telah dikemukakan di
atas, maka rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:
Bagaimanakah proses produksi pesan visual yang dikelola Kampung Halaman
di program Selamat Pagi sebagai sebuah gerakan yang mendukung remaja di
Yogyakarta utara.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini berfungsi menemukan peta manajemen
produksi pesan yang dilakukan oleh yayasan Kampung Halaman dalam
menyusun poster program Selamat Pagi tanpa melupakan sifat yayasan itu
sendiri sebagai pemancar isu keremajaan di Yogyakarta dan sekitarnya.
5
D. Manfaat Penelitian
Secara umum, penelitian ini berfungsi sebagai referensi rujukan proses
pembuatan ide kreatif didalam sebuah organisasi dimana meliputi proses
identifikasi, seleksi, pengambilan keputusan dan eksekusi. Selain itu penelitian
ini juga mempunyai manfaat lain:
Manfaat akademis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kjian dan
acuan dipenelitian selanjutnya dengan bidang manajemen produksi pesan
yang khususnya berbentuk pesan visual (poster).
Manfaat praktis: penelitian ini diharapkan dapat member rekomendasi bagi
para praktisi terutama di bidang praktisi pemroduksi pesan visual. Dan juga
berfungsi untuk mengembangkan proses produksi pesan visual yang ada di
Kampung Halaman.
E. Kerangka Pemikiran
1. Manajemen Produksi Pesan
Menurut Albarran dalam buku Handbook of Media Management and
Economics (2008) dituliskan bahwa sebagian besar dari sumber teori dalam
kajian manajemen media selalu berasal dari rujukan studi organisasi, hal ini
mungkin tercetus karena bidikan produksi pesan dari sebuah organisasi
biasanya selalu mempunyai aksi yang lebih nyata. Namun masih tetap
disandingkan dengan kebutuhan produksi media di sebuah industri yang
tentunya lebih memikirkan banyak langkah yang menopang visi dan misi
industri yang kebanyakan selalu bermuatan ekonomi. Kedua hal ini kemudian
lebih disimpulan oleh pakar manajemen yaitu Hendry Fayol2 yang
menyebutkan bahwa manajemen adalah proses interpretasi, koordinasi SDM,
dana, dan aspek lain untuk mencapai tujuan melalui tindakan, secara istilah
2 Dirangkum dari Handbook of Media Management and Economics (p.40), Albarran, Sylvia M & Michael O, 2006, London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
6
disederhanakan menjadi POAC: Planning, Organizing, Actuating, Controlling
dengan aspek 6M: Men, Materials, Machines, Methods, Money, and Market.
Pakar lain, George dan Jones3 berpendapat bahwa manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan sumber daya
untuk mencapai tujuan organisasi atau industri secara efektif dan efisien.
Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa manajemen produksi pesan
adalah sebuah proses sinergi antara sumber daya dan organisasi dibawah
kepemimpinan demi mencapai kepentingan bersama melalui proses decicion
making (pengambilan keputusan) dalam mencapai tujuan yang berfokus pada
produksi pesan.
Selain itu didalam buku Handbook of Media Management and
Economics4 tertulis beberapa keyword atau kata kunci dalam memanajemen
produk media yang diantaranya adalah: format, kualitas, harga, dan konten.
Audiens pada umumnya menilai bahwa sebuah produk media tersusun dari
atribut yang memnuhi pasar entah dalam bentuk informasi atau hiburan dengan
demikian lebih disederhanakan bahwa proses selali berkaitan dengan: tawaran,
penetapan standar kualitas, penentuan harga dan proses produksi.
Terkait dengan pesan visual yang diduga kuat adalah sebuah media
penyaran juga, untuk menghasilkan pesan visual yang baik, tentu penyusun
dalam konteks ini manajemen Kampung Halaman (KH) harus mampu melihat
semua aspek yang dibenangmerahkan visi dan misi, sehingga apa yang
diharapkan sebagai keputusan adalah murni hasil kolaborasi mengingat kedua
organisasi ini bersifat non komersil dan mempunyai benang merah kampanye
berbasis remaja.
3 Dari Contemporary Management: Creating Value in Organization, Fourth Edition (p.5)
4 Dari Handbook of Media Management and Economics (p.188), Albarran, Sylvia M & Michael O, 2006, London: Lawrence Erlbaum Associated Publisher
7
Yang kemudian penting adalah manajemen sumber daya manusia atau
MSDM yang merupakan konsep mengenai bagaimana mengatur hubungan dan
peranan sumber daya (eksekutor) yang dimiliki sebuah organisasi secara
efisien dan maksimal sehingga sumber daya yang dipunyai mampu dijadikan
instrumen untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasi, sumber
daya itu sendiri dan target audiens.
Konsep Albarran5 juga membenarkan bahwa sebuah media organisasi
akan sangat bergantung pada kreativitas manusia atau sumber daya itu sendiri
lebih dari apapun. Konsepsi ini kemudian diamini bahwa sumber daya harus
mampu diukur oleh para konseptor (pemimpin) untuk menjalankan sebuah
produk. Dengan demikian maka lagi-lagi teramini bahwa sumber daya
termahal adalah kreativitas yang merupakan bahan bakar untuk mengeksekusi
sebuah projek.
Selanjutnya yang penting adalah manajemen finansial dan pemasaran
yang kerap menjadi isu utama dalam proses produksi pesan. Hal ini meliputi
pemodal, sifat organisasi, dan visi itu sendiri. Didalah kasus nyata ini
merupakan hal kunci dimana keputusan antara iya atau tidaknya sebuah pesan
diproduksi, disisilainpun hal ini juga menjadi penentu eksistensi sebuah
organisasi media, tidak menyalahkan siapapun hanya saja ini memang sebuah
polemik yang terlanjur menjadi sistem.
Yang kemudian penting dibahas adalah soal dividen (pembagian laba
antar pemegang saham) hal ini menjadi sangat penting, namun tetap saja masih
bergantung pada sifat organisasi media yang terkait. Dalam konteks penelitian
ini peneliti berfikir bahwa dividen secara nyata (uang) tidak lagi penting,
hanya saja pasti ada bentuk lain dimana kemudian kedua organisasi ini
memutuskan untuk berkolaborasi didalam menyusun sebuah pesan dalam
5 Ibid.
8
bentuk visual dan kampanye kemajuan remaja. Setelah rujukan soal dividen,
yang kemudian dipertimbangkan adalah soal pengeluaran, dimana peneliti
menduga dalam kerja kolaborasi, kedua organisasi melakukan peleburan kecil
terutama soal aspek ini untuk menjalin transparansi informasi keuangan antar
kedua pihak.
Kemudian pembahasan mengenai perkara pemilihan konten, disebuah
organisasi media konten adalah “nyawa” dari sebuah pesan, jauh sebelum
pesan mempunyai kerangka konsep konten dinilai sebagai pondasi untuk
sebuah pesan. Secara sadar atau tidak setiap konten akan membawa brand. Hal
ini kemudian memaksa untuk kembali jauh sebelum produksi pesan yang
penting adalah membangun brand yang kuat dan kemudian disusun untuk
dipentingkan untuk menyusun konten. Merek atau brand kemudian dijabarkan
sebagai sesuatu yang mempunyai fitur: memgang potensi dalam bentuk
identitas yang konsisten, mempunyai kemampuan yang konstan untuk
membuan pembaruan dan terakhir adalah kemampuan untuk menetapkan
standar kerja secara kreatif dan profesional terlepas dari bentuk organisasi
profit atau non profit.6
Selanjutnya kerangka lain yang melengkapi proses adalah instrumen
atau teknologi yang dipilih untuk menjalankan media itu sendiri. Kemajuan
teknologi yang pesat dan bersistem kuadrat akan juga memacu ide dalam
pengembangan sebuah media dalam hal produksi, distribusi dan konsumsi
media.
Perlunya menyusun sistem manajemen media yang rapi dikarenakan
konsep dari dunia penyiaran terdiri dari siaran itu sendiri, teknik, dan
administrasi. Tiga konsep purba itu kemudian dideskripsi menjadi
6 Dari Handbook of Media Management and Economics (p.194), Albarran, Sylvia M & Michael O, 2006, London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
9
perencanaan, produksi dan melaksanakan siaran, dengan demikian perlunya
tatanan yang rapi dalam proses akan menentukan bagaimana bentuk sebuah
pesan yang diproduksi karena adanya kesalahan dan penyimpangan akan
merugikan semua pihak yang dilibatkan yaitu organisasi dan bahkan audiens
yang menyimak pesan.
2. Produksi Pesan Visual
Dalam buku yang dituliskan Andry Masri7 dituturkan bahwa seni rupa,
desain dan arsitektur adalah bidang yang bergelut melalui bahasa visual.
Sederhananya disebut desain, karena setiap pemikirannya mengandung proses
penyelesaian masalah yang dirumuskan melalui konsep, prosuksi, operasional
dan tujuan. Hasil dari sebuah ide visual biasanya mengandung fungsi untuk
memenuhi kebutuhan beberapa pihak yang sebelumnya telah disepakati.
Dalam proses produksi pesan visual biasanya terdapat dua hal yang
menjadi ciri dari tuntutan produksi, yaitu efisiensi dan efektivitas. Kedua hal
ini selalu menjadi masalah primer yang harus dipikir dengan matang oleh
pemroduksi pesan, apalagi jika ditelaah dalam bidang pasar. Efektivitas dan
efisiensi dinilai sebagai patokan nilai seorang produser pesan visual. Keduanya
dapat disinergikan dengan tren, keadaan pasar dan juga masalah pendanaan.
Sederhananya produksi pesan visual tidak sesederhana yang kita piker
sebelumnya, bahwa hal ini juga memerlukan penggodokan konsep yang
matang sehingga mampu memenuhi tuntutan efisiensi dan efektivitas. Jabaran
soal konsep dalam buku Strategi Visual8 adalah dasar pemikiran strategis
untuk mencapai sebuah tujuan. Konsep bersifat pemikiran yang bukan bersifat
operasional, konsep adalah implementasi dan rencana yang menunjang dalam
konteks ini proses produksi pesan.
7 Strategi Visual 8 Strategi Visual (p.27), Masri, Andry, 2010, Yogyakarta: Jalasutra.
10
Merambah ke jajakan visual menjadi sebuah produk, desain dinilai
sebagai titik utama implementasi konsep yang nantinya akan mampu dijual.
Tak jauh berbeda dengan produksi di bidang lain jika Antonius Damanto
dalam bukunya Teknik Penulisan Naskah Acara Siaran Radio9, format stasiun
dapat diartikan sebagai bentuk kepribadian suatu stasiun penyiaran, bagaimana
tercermin dari jenis musik yang diputar dan program-program acaranya. Maka
sama halnya dengan visual bahwa setiap produsen pesan harus mampu
menemukan identitas, seperti yang dikatakan Andry Masri dalam bukunya10
identitas sebuah pesan visual dapat dinilai secara keberadaannya. Artinya,
produsi pesan visual harus memikirkan bagaimana nantinya keberadaan
produk tersebut dimasyarakat atauka akan menjadi kebutuhan atau hanya
sebagai penebar isu saja.
Produksi pesan visual selalu membutuhan sebuah karakter atau
identitas dikarenakan sebuah pesan visual biasanya memiliki siklus pergantian.
Hal ini terjadi karena pesan yang bersifat visual biasanya terproduksi karena
suatu hal yaitu “momentum” hal ini bisa digambarkan dalam sebuah bagan
sebagai berikut.
9 Dari Teknik Penulisan Naskah Acara Siaran Radio (p. 51), Antonius Damanto, 1998, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya. 10 Strategi Visual (p.50), Masri, Andry, 2010, Yogyakarta: Jalasutra.
11
Tabel 1.1 Tabel Siklus Produk11
Dalam bagan tersebut dapat dipahami bagaimana sebuah pesan visual
bekerja menurut keberadaannya ditengan masyarakat. Selain itu bagan tersebut
yang akhirnya menuntut para produsen pesan visual untuk selalu menemukan
identitas dalam setiap pesannya guna meminimalisir produknya untuk diganti
oleh produsen lain.
11 Menurut buku Strategi Visual
Penetrasi pasar
Produk menguasai
pasar
Produk membentuk
segmentasi
Produk digantikan
oleh produk lain
Protodesign, produk
lahir
12
F. Kerangka Konsep
1. Manajemen Produksi Pesan Visual dalam Event Selamat Pagi
Publikasi dalam sebuah event di jaman ini dinilai sangat penting, hal ini
dikarenakan memang kita sekarang mempunyai daya akses internet yang
sangat tinggi. Internet adalah salah satu media yang mempunyai arus informasi
terkencang, hal ini membuat pentingnya konsep dalam produksi pesan visual
menjadi sangat penting karena secara tidak langsung setiap pesan visual yang
dibuat oleh siapapun akan bersaing dengan pesan visual lain, apalagi dalam
konteks poster event. Banyak hal yang harus dipertimbangkan selain masalah
produksi pesannya saja, namun juga harus memperhatikan keadaan “pasar”
dimana produk visual yang keluarpun harus mampu bersaing di tengah laju
kencangnya informasi yang beredar.
Mengulang paparan yang telah disebutkan diatas, produksi pesan visual
selalu membutuhan sebuah karakter atau identitas dikarenakan sebuah pesan
visual biasanya memiliki siklus pergantian. Hal ini terjadi karena pesan yang
bersifat visual biasanya terproduksi karena suatu hal yaitu “momentum”. Hal
inilah yang kemudian harus direspon oleh pemroduksi pesan, dimana
momentum harus dapat diartikan sebagai pokok isu yang nantinya membuat si
produk (poster) ini bisa bertahan dan menarik banyak khalayak untuk tertarik
dengan apa yang akan diisikan dalam poster itu.
Dengan masih bermodalkan dugaan, peneliti menganggap manajemen
adalah hal terpenting dalam produksi sebuah konten. Karena dalam hal ini
dampak dari output konten dapat diprediksi kekuatannya di tengah masyarakat.
Pentingnya pengetahuin dari para produsen mengenai “pasar” sangat
dibutuhkan sebagai modal awal gagasan produk. Mengutip dari sebuah buku12,
Produksi konten merupakan ketrampilan memadukan wawasan, kreatifitas, dan
12 Dari Menjadi Broadcaster Profesional (p. 46-47), Masduki, 2004, Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS.
13
kemampuan mengoperasikan peralatan produksi. Hal ini menjadi indikator
bahwa produksi selalu membutukan sistem kerja atau biasa disebut Standart
Operation Procedure (SOP) meskipun dengan keunikan yang dimiliki oleh
masing-masing organisasi, artinya standar operasional ini akan selalu berbeda
antarorganisasinya.
Kampung Halaman dalam websitenya13 secara jelas menyebutkan
bahwa segala bentuk program yang ada selalu berkaitan dengan gerakan
memajukan remaja, dengan demikian peneliti menduga Kampung Halaman
mempunyai beberapa batasan dengan indikator yang mereka buat agar segala
kontennya tidak keluar dari payung visi dan misi. Dalam kajian ini tentunya
Pra-produksi yang didalamnya meliputi planning akan peneliti kaji dengan
memasukkan konsep 6M milik Henry Fayol14 yaitu: Men, Materials,
Machines, Methods, Money and Market untuk melihat aspek penting apa saja
yang ada didalam proses produksi pesan visual yang digagas Kampung
Halaman.
13 kampunghalaman.org 14 Diambil dari Handbook of Media Management and Economics (p. 40), Albarran, Sylvia M & Michael O, 2006, London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
14
G. Desain Penelitian
Tabel 1.2 Tabel Peta Produksi Menurut JB Wahyudi
PROSES PRODUKSI
PESAN VISUAL
KAMPUNG HALAMAN
PRA-PRODUKSI PRODUKSI EVALUASI
Planning Collecting Drawing Editting On Air
PROSES PRODUKSI PESAN VISUAL KAMPUNG HALAMAN
Men
Materials
Market
Money
Method
Machines
15
Tabel 1.3 Tabel Diagram 6M Henry Fayol
Desain penelitian ini peneliti buat berdasarkan penemuan komponen
yang dijabarkan di kerangka konsep dengan mengembangkan konsep produksi
sebuah program yang awalnya digagas oleh JB. Wahjudi15 dan konsep 6M16
milik Henry Fayol. Dimana segala aspek tersebut akan menjadi pisau untuk
membelah segala bentuk paparan yang ditemukan dalam penelitian ini.
H. Metodologi Penelitian
Peneliti ingin melihat bagaimana kedalaman proses Yayasan Kampung
Halaman dalam mengidentifikasi, menyeleksi, dan kemudian mengeksekusi
sebuah konten visual (desain). Penulis menduga adanya banyak proses sengit
didalam sebuah penyususunan konten. Yang menjadi unik adalah kajian pada
penelitian ini merupakan konten visual dimana hal tersebut sangat bersifat
multitafsir namun harus mampu untuk setidaknya mempertemukan sebuah
benang merah yang merangkum isu yang diangkat.
Bukan mengenai framing dan semiotika, yang ditekankan pada
penelitian in adalah proses yang dalam kajian ilmu komunikasi akan memasuki
ranah komunikasi organisasi.
Untuk meneliti hal tersebut, peneliti membutuhkan data primer dan
sekunder dalam memenuhi kebutuhan data penelitian. Data primer nantinya
akan diperoleh melalui wawancara, observasi dan telaah dokumen. Peneliti
akan sangat terbantu dalam memperoleh data primer dikarenakan peneliti
mempunyai akses untuk memasuki Yayasan Kampung Halaman untuk
15 Dari Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi(p. 30), JB. Wahyudi, 1996, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 16 2 Dari Handbook of Media Management and Economics (p. 40), Albarran, Sylvia M & Michael O, 2006, London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
16
memperoleh data yang diinginkan. Sedangkan data sekunder akan peneliti
peroleh dari beberapa sumber luar objek seperti jurnal, buku dan internet serta
beberapa organisasi lain yang terlibat dan bekerja sama dengan Kampung
Halaman. Ketiga kerangka tersebut merupakan konsep dasar ide penelitian
kualitatif, yang setidaknya tersusun dalam sebuah buku tulisan Klaus Bruhn
Jensen17.
Proses analisis dilakukan melalui metode penelaaahan, pengkajian dan
pengklasifikasian yang berbasis dari konsep dan teori yang relevan. Selain
menganalisis data yang diperoleh, analisis juga akan dilakukan terhadap output
dan produk yang dihasilkan oleh manajemen media (dalam studi kasus ini
berarti hasil desain publikasi event Selamat Pagi). Keseluruhan hasil penelitian
ini akan dilaporkan dan disajikan dalam bentuk narasi untuk memudahkan
pemahaman alur penelitian.
1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Yayasan Kampung Halaman yang
beralamat di Dusun Krapyak No.18, RT 05/RW 55, Wedomartani, Ngemplak,
Sleman, Yogyakarta. Sedangkan waktu penelitiannya akan berjalan sepanjang
bulan Mei-Juni 2017 dengan pertemuan intensif untuk mengumpulkan data dan
terlibat juga secara sekilas didalam Yayasan Kampung Halaman.
2. Jenis penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang
bersifat kualitatif dengan focus studi kasus dikarenakan metode ini dinilai
mempunyai focus dan kedalam terhadap sebuah isu yang diangkat dalam
sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi kasus
17 Jensen, Klaus Bruhn. 2002. A Handbook of Media and Communication Research Qualitative and Quantitative Methodologies. Routledge
17
untuk membelah proses manajemen produksi pesan visual yang dilakukan
Yayasan Kampung Halaman dalam program Selamat Pagi yang digelar setiap
dua bulannya. Peneliti memilih metode kualitatif karena menurut Bogdan dan
Taylor dalam Moleong18 penelitian kualitatif menghasilkan data diskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistik atau utuh.
3. Objek Penelitian
Objek penelitian ditujukan pada Yayasan Kampung Halaman beserta
seluruh pengelola yang terlibat dalam proses Selamat Pagi. Dalam hal ini,
peneliti akan mengambil data dari pengelola tetap dan bahkan pengelola tidak
tetap.
4. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia,
peristiwa, dokumen dan arsip. Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang
dibutukan seperti yang dijelaskan diatas yaitu data primer dan sekunder. Data
primer berupa komponen utama penyusun produksi pesan visual pada event
Selamat Pagi meliputi konsep dan eksekusi. Sedangkat data sekunder adalah
data pelengkap yang akan memperdalam peneliti untuk mengkaji isu yang
dijabarkan di penelitian ini seperti hasil brief, dokumen, dan arsip. Kedua
kebutuhan data ini akan diperoleh dengan beberapa cara seperti:
4.1. Wawancara Mendalam
Wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, serta tidak terstruktur ketat
dalam suasana non-formal dan bisa dilakukan berulang pada informan yang
18 Dari Metodologi Penelitian Kualitatif (p. 3), Moleong, 2001, Jakarta: PT Rosda.
18
sama. Peneliti akan melakukan wawancara mendalam terhadap setiap informan
dalam penelitian ini dengan berpedoman pada interview guide yang
sebelumnya telah disusun. Hasil dari wawancara yang dilakukan akan
dituliskan dalam transkrip hasil wawancara untuk memudahkan proses analisis.
Informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah orang
yang diperkirakan memahami data, informasi maupun fakta dari obyek
penelitian. Informan dipilih menggunakan teknik purpose sampling, dengan
mengambil orang-orang yang dipilih secara cermat hingga relevan dengan
penelitian.
4.2. Observasi Langsung
Observasi ini dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai
observasi berperan pasif. Observasi ini akan dilakukan dengan cara formal dan
informal, untuk mengamati kegiatan yang terkait dengan pertanyaan penelitian
yang ingin dijawab. Dalam penelitian ini observasi akan dilakukan melalui
pengamatan terhadap proses informal yang masih bersangkutan dengan
manajemen proses produksi pesan yang dilakui objek penelitian dalam konteks
ini Yayasan Kampung Halaman.
Dari observasi langsung terhadap peristiwa dan aktivitas ini, peneliti
akan bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu yang bersangkutan dengan
tema bisa terjadi dengan lebih detail dengan cara menyaksikan sendiri secara
langsung peristiwa yang menjadi obyek penelitian. Dalam penelitian ini
peneliti akan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap
pelaksanaan pengelolaan program yang sudah direncanakan dari Yayasan
Kampung Halaman.
4.3. Dokumen
19
Dokumen atau arsip dalam penelitian ini adalah segala sesuatu hal
tertulis yang berhubungan dengan isu utama yang diangkat di penelitian ini
yaitu manajemen produksi pesan visual dalam event Selamat Pagi. Dokumen
dan arsip dapat berupa data poster beberapa edisi Selamat Pagi, notulen rapat
mengenai konsep poster dan bahkan dokumentasi acara itu sendiri.
5. Validitas Data
Validitas data dinilai sebagai salah satu kebenaran hasil penelitian yang
akan diteliti nantinya, maka dari itu penulis mencoba sebuah cara yang biasa
dikenal di dunia kualitatif yaitu teknik trianggulasi data atau sumber. Dalam
buku Metode Penelitian Kualitatif yang dituliskan Moleong tahun 2001,
trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu diluar
data tersebut sebagai pembanding. Dalam melakukan teknis trianggulasi data
ini peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap derajat kepercayaan
berbagai informasi yang didapatkan dengan beberapa cara, yaitu:
Pembandingan data yang didapat dari wawancara dengan asil
observasi lapangan.
Membandingkan hasil data pengamatan langsung dengan data
berdasarkan literature melalui studi pustaka.
Melakukan pembandingan antara jawaban pertanyaan pada
proses wawancara antarinforman.
Membandingkan hasil data dengan isi dokumen sebagai data
sekunder.
6. Analisis Data
20
Secara garis besar, analisis data adalah proses mengorganisir dan
mengurutkan data dalam sebuah kelompok, kategori dan nilai sehingga dapat
memudahkan terbentuknya pola sehingga peneliti mampu menyusun hipotesis
kerja mengenai apa yang sedang diteliti.
Miles dan Huberman seperti yang dikutip oleh Salim, menyebutkan ada
tiga langkah pengolahan data kualitatif, yakni reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing
and verification). Dalam pelaksanaannya reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi, merupakan sebuah langkah yang sangat
fleksibel, dalam arti tidak terikat oleh batasan kronologis. Secara keseluruhan
langkah-langkah tersebut saling berhubungan selama dan sesudah
pengumpulan data, sehingga model dari Miles dan Huberman disebut juga
sebagai model interaktif. Adapun proses-proses analisis data kualitatif
berdasarkan pada penjelasan yang telah dikembangkan oleh Agus Salim, dapat
dijelaskan secara ringkas sebagai berikut: Reduksi data (data reduction), yaitu
Pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data
kasar yang diperoleh. Kedua, penyajian data (data display). Peneliti
mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik
kesimpulan dan pengambilan tindakan.Display data atau penyajian data yang
lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif.
Terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
drawing and verification). Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan
melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya
dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur
kausalitas dari fenomena, dan proposisi. Untuk mendapatkan gambaran yang
lebih rinci mengenai tahapan analisis data dalam penelitian ini akan diuraikan
dalam tabel berikut ini:
21
Tabel 1.4: Tabel Tahapan Analisis Data Penelitian
N
o
Tahapan Data Output
1 Klasifikas
i Data
Data hasil
wawancara
Data hasil
observasi
Pengelompokan
data
2 Interpreta
si Data
Datang
yang telah
dikelompo
kkan
Relasi antardata
3 Komparas
i Data
untuk Uji
Validitas
dengan
Triangula
si Data
Deskripsi
mengenai
relasi
antardata
Data valid
4 Perumusa
n Hasil
Analisis
Data valid
hasil uji
triangulasi
Paparan tentang
hasil analisis