bab i pendahuluan a. latar...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan sebuah isi konten didalam sebuah media sangat berperan penting untuk membentuk sebuah opini didalam masyarakat. Hal ini dikarenakan konten yang disusun oleh sebuah kelompok selalu mengandung pesan yang nanti akan berdampak dalam bentuk resepsi dan persepsi. Semenjak berkembangnya paham dimana informasi adalah sebuah komoditas bernilai tinggi, maka muncul sebuah negosiasi antara audiens (penerima pesan) dan seorang komunikator (pengirim dan pemroduksi pesan) didalam proses pembentukan konten. Konsep audiens sebagai pangsa pasar adalah konsep klasik dalam sebuah media, dimana selalu muncul negosiasi isu yang nantinya akan diakses dalam bentuk informasi. Namun komponen didalam negosiasi itu sendiri bergantung pada banyak faktor seperti field of experience, frame of reference, demografi sosial, sifat konsumsi media dan tentunya pesan itu sendiri 1 . Pada intinya, negosiasi didalam sebuah produksi media sangat menentukan kesuksesan sebuah media dalam menyebarkan informasi. konten Di beberapa tahun ini, muncul sebuah jargon baru dimana disebutkan visual speak louder. Memang benar peranan visual dalam penyampaian sebuah pesan dinilai sangat menentukan keberhasilan sebuah konten, bayangkan saja bagaimana beberapa logo berhasil meracuni pikiran kita, dan menggiring kita terhadap perspektif tertentu tanpa sebelumnya kita mempercayai itu. Selalu ada the man behind the gun dalam sebuah produksi pesan, didalam konteks ini, 1 McQuail, Dennis. 1997. Audience Analysis. California: SAGE Publication, Inc.

Upload: buicong

Post on 27-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilihan sebuah isi konten didalam sebuah media sangat berperan

penting untuk membentuk sebuah opini didalam masyarakat. Hal ini

dikarenakan konten yang disusun oleh sebuah kelompok selalu mengandung

pesan yang nanti akan berdampak dalam bentuk resepsi dan persepsi.

Semenjak berkembangnya paham dimana informasi adalah sebuah komoditas

bernilai tinggi, maka muncul sebuah negosiasi antara audiens (penerima pesan)

dan seorang komunikator (pengirim dan pemroduksi pesan) didalam proses

pembentukan konten.

Konsep audiens sebagai pangsa pasar adalah konsep klasik dalam

sebuah media, dimana selalu muncul negosiasi isu yang nantinya akan diakses

dalam bentuk informasi. Namun komponen didalam negosiasi itu sendiri

bergantung pada banyak faktor seperti field of experience, frame of reference,

demografi sosial, sifat konsumsi media dan tentunya pesan itu sendiri1. Pada

intinya, negosiasi didalam sebuah produksi media sangat menentukan

kesuksesan sebuah media dalam menyebarkan informasi. konten

Di beberapa tahun ini, muncul sebuah jargon baru dimana disebutkan

visual speak louder. Memang benar peranan visual dalam penyampaian sebuah

pesan dinilai sangat menentukan keberhasilan sebuah konten, bayangkan saja

bagaimana beberapa logo berhasil meracuni pikiran kita, dan menggiring kita

terhadap perspektif tertentu tanpa sebelumnya kita mempercayai itu. Selalu ada

the man behind the gun dalam sebuah produksi pesan, didalam konteks ini,

1 McQuail, Dennis. 1997. Audience Analysis. California: SAGE Publication, Inc.

2

seorang desainer adalah peran utama dalam pembentukan isu dan konten yang

nantinya akan diserap oleh audiens.

Seorang desainer kerap disamakan sebagai seniman, padahal keduanya

berbeda. Seorang desainer bahkan selalu menanamkan diri bahwa mereka

bukan seniman (desainer bukan seniman). Pembeda utama antara desainer dan

seniman adalah secara garis besar, seorang desainer bekerja bergantung pada

pesanan saja, itu menandakan seorang desainer akan selalu peka dengan apa

yang mereka buat. Sekali lagi, proses dalam penciptaan ide visual sangat

bergantung pada pengetahuan dan pengalaman seorang desainer itu sendiri.

Saya melihat hal yang menarik dalam proses resepsi media visual,

dimana sebuah isu yang disusun dalam bentuk grafis kemudian secara otomatis

terkonversi oleh otak kita menjadi sebuah pesan. Hal yang lebih unik adalah

dimana otak kita bekerja sesuai pengalaman dan pengetahuan (field of

experience, frame of reference) dimana sebuah ide visual akan selalu

melahirkan pesan yang multitafsir. Hal ini membenarkan konsep bahwa kita

selalu berfikir merespon hal dari apa yang kita pernah dapatkan.

Hal tersebut tentu bukan sebuah kebetulan didalam dunia kita, yang

menarik menurut saya adalah bukan dari bagaimana visual ditangkap dengan

multitafsir, tetapi tentang bagaimana manajemen penyusunan pesan yang

meliputi berbagai pertimbangan yang kemudian menggiring audiens untuk

beropini. Hal ini menjadi unik dimana biasanya kita mengenal framing dari

segi teks, atau analisis teks dan semacamnya. Tetapi bagaimana jika ternyata

semua itu berawal dari ketidaksengajaan? Artinya sedari dulu kita hanya pintar

menduga sebuah konteks, sehingga justru multi tafsir didalam beberapa pesan

hanya berbasis dugaan saja? Tetapi tentu tidak, karena peneliti sendiri punya

anggapan bahwa sebuah pesan selalu melibatkan campurtangan pribadi yang

nantinya menggiring perspektif.

3

Kampung Halaman (KH) adalah sebuah gerakan yang berdiri di tahun

2006, bertujuan memperkuat peran remaja dan anak muda didalam

lingkungannya menurut kapasitas dan potensi masing-masing individu. Bentuk

edukasi yang diusung adalah pendidikan populer melalui komunitas yang

dilakukan secara kolaborasi, dan yang lebih menarik adalah Kampung

Halaman selalu menggandeng beberapa organisasi lain untuk memperkuat

gerakan ini di berbagai wilayah lain.

Sebagai sebuah yayasan dalam bidang remaja, Kampung Halaman yang

beralamatkan di utara Yogyakarta ini selalu melibatkan unsur remaja disetiap

kegiatannya entah itu tersirat ataupun tersurat. Hal ini yang menjadikan

Kampung Halaman dikenal sebagai penampung aspirasi remaja didaerah utara

Yogyakarta. Kampung Halaman memiliki beberapa program yang secara

langsung memang menyebutkan soal isu remaja, seperti Karya Remaja,

Inspirasi Remaja, Jalan Remaja, Sekolah Remaja, dan Selamat Pagi. Semua

program tersebut disatukan oleh sebuah tujuan yaitu memajukan peran remaja

di Indonesia. Lalu bagaimana proses produksi pesan visual yang dikelola oleh

Kampung Halaman dalam isu remaja? Karena menurut penulis dalam

penyusunan konten berbasis visual, banyak hal harus dipertimbangkan demi

kepentingan penyampaian pesan.

Yang menjadikan kajian ini unik menurut peneliti adalah

memanfaatkan sifat pesan visual yang biasanya multi tafsir, peniliti masih

menduga walaupun segala bentuk resepsi pesan visual adalah bersifat praduga

namun setidaknya manajemen proses produksinya tetap berkaitan dengan

konsep yang kuat. Komponen-komponen seperti desainer, organisir dan

manajemen, serta organisasi itu sendiri tentu punya iklim dalam memelihara

sinergi antar ketiganya. Paling tidak mereka pasti mempunyai cara yang unik

dalam memelihara hal tersebut.

4

Dengan asumsi tersebut, konten visual yang disusun oleh Kampung

Halaman dalam publikasi Selamat Pagi dinilai akan sangat penting dimana

Kampung Halaman harus mampu merangkum ide, topik dan tujuan dalam

sebuah bentuk visual. Tentunya konten visual tersebut harus mengandung

unsur edukasi remaja seperti tujuan makro yang diusung oleh yayasan

Kampung Halaman itu sendiri.

Peneliti ingin menekankan bahwa peneliti tertarik pada proses

komunikasi organisasi dalam penyusunan sebuah konten visual, peneliti sebisa

mungkin akan bersifat netral tanpa menyinggung secara konkrit mengenai

framing, analisis semiotika atau lain-lain. Peneliti melihat dalam sebuah

penyusunan konteks akan selalu terdapat banyak faktor dari pemilihan rekan

kerja, pemilihan ketua projek dan bahkan yang paling akhir adalah pemilihan

keputusan untuk mencapai pemahaman bagaimana interpretasi dan

pemahaman bisa dipahami secara dua arah antara klien dan eksekutor.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan gambaran fenomena yang telah dikemukakan di

atas, maka rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah proses produksi pesan visual yang dikelola Kampung Halaman

di program Selamat Pagi sebagai sebuah gerakan yang mendukung remaja di

Yogyakarta utara.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini berfungsi menemukan peta manajemen

produksi pesan yang dilakukan oleh yayasan Kampung Halaman dalam

menyusun poster program Selamat Pagi tanpa melupakan sifat yayasan itu

sendiri sebagai pemancar isu keremajaan di Yogyakarta dan sekitarnya.

5

D. Manfaat Penelitian

Secara umum, penelitian ini berfungsi sebagai referensi rujukan proses

pembuatan ide kreatif didalam sebuah organisasi dimana meliputi proses

identifikasi, seleksi, pengambilan keputusan dan eksekusi. Selain itu penelitian

ini juga mempunyai manfaat lain:

Manfaat akademis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kjian dan

acuan dipenelitian selanjutnya dengan bidang manajemen produksi pesan

yang khususnya berbentuk pesan visual (poster).

Manfaat praktis: penelitian ini diharapkan dapat member rekomendasi bagi

para praktisi terutama di bidang praktisi pemroduksi pesan visual. Dan juga

berfungsi untuk mengembangkan proses produksi pesan visual yang ada di

Kampung Halaman.

E. Kerangka Pemikiran

1. Manajemen Produksi Pesan

Menurut Albarran dalam buku Handbook of Media Management and

Economics (2008) dituliskan bahwa sebagian besar dari sumber teori dalam

kajian manajemen media selalu berasal dari rujukan studi organisasi, hal ini

mungkin tercetus karena bidikan produksi pesan dari sebuah organisasi

biasanya selalu mempunyai aksi yang lebih nyata. Namun masih tetap

disandingkan dengan kebutuhan produksi media di sebuah industri yang

tentunya lebih memikirkan banyak langkah yang menopang visi dan misi

industri yang kebanyakan selalu bermuatan ekonomi. Kedua hal ini kemudian

lebih disimpulan oleh pakar manajemen yaitu Hendry Fayol2 yang

menyebutkan bahwa manajemen adalah proses interpretasi, koordinasi SDM,

dana, dan aspek lain untuk mencapai tujuan melalui tindakan, secara istilah

2 Dirangkum dari Handbook of Media Management and Economics (p.40), Albarran, Sylvia M & Michael O, 2006, London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

6

disederhanakan menjadi POAC: Planning, Organizing, Actuating, Controlling

dengan aspek 6M: Men, Materials, Machines, Methods, Money, and Market.

Pakar lain, George dan Jones3 berpendapat bahwa manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan sumber daya

untuk mencapai tujuan organisasi atau industri secara efektif dan efisien.

Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa manajemen produksi pesan

adalah sebuah proses sinergi antara sumber daya dan organisasi dibawah

kepemimpinan demi mencapai kepentingan bersama melalui proses decicion

making (pengambilan keputusan) dalam mencapai tujuan yang berfokus pada

produksi pesan.

Selain itu didalam buku Handbook of Media Management and

Economics4 tertulis beberapa keyword atau kata kunci dalam memanajemen

produk media yang diantaranya adalah: format, kualitas, harga, dan konten.

Audiens pada umumnya menilai bahwa sebuah produk media tersusun dari

atribut yang memnuhi pasar entah dalam bentuk informasi atau hiburan dengan

demikian lebih disederhanakan bahwa proses selali berkaitan dengan: tawaran,

penetapan standar kualitas, penentuan harga dan proses produksi.

Terkait dengan pesan visual yang diduga kuat adalah sebuah media

penyaran juga, untuk menghasilkan pesan visual yang baik, tentu penyusun

dalam konteks ini manajemen Kampung Halaman (KH) harus mampu melihat

semua aspek yang dibenangmerahkan visi dan misi, sehingga apa yang

diharapkan sebagai keputusan adalah murni hasil kolaborasi mengingat kedua

organisasi ini bersifat non komersil dan mempunyai benang merah kampanye

berbasis remaja.

3 Dari Contemporary Management: Creating Value in Organization, Fourth Edition (p.5)

4 Dari Handbook of Media Management and Economics (p.188), Albarran, Sylvia M & Michael O, 2006, London: Lawrence Erlbaum Associated Publisher

7

Yang kemudian penting adalah manajemen sumber daya manusia atau

MSDM yang merupakan konsep mengenai bagaimana mengatur hubungan dan

peranan sumber daya (eksekutor) yang dimiliki sebuah organisasi secara

efisien dan maksimal sehingga sumber daya yang dipunyai mampu dijadikan

instrumen untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasi, sumber

daya itu sendiri dan target audiens.

Konsep Albarran5 juga membenarkan bahwa sebuah media organisasi

akan sangat bergantung pada kreativitas manusia atau sumber daya itu sendiri

lebih dari apapun. Konsepsi ini kemudian diamini bahwa sumber daya harus

mampu diukur oleh para konseptor (pemimpin) untuk menjalankan sebuah

produk. Dengan demikian maka lagi-lagi teramini bahwa sumber daya

termahal adalah kreativitas yang merupakan bahan bakar untuk mengeksekusi

sebuah projek.

Selanjutnya yang penting adalah manajemen finansial dan pemasaran

yang kerap menjadi isu utama dalam proses produksi pesan. Hal ini meliputi

pemodal, sifat organisasi, dan visi itu sendiri. Didalah kasus nyata ini

merupakan hal kunci dimana keputusan antara iya atau tidaknya sebuah pesan

diproduksi, disisilainpun hal ini juga menjadi penentu eksistensi sebuah

organisasi media, tidak menyalahkan siapapun hanya saja ini memang sebuah

polemik yang terlanjur menjadi sistem.

Yang kemudian penting dibahas adalah soal dividen (pembagian laba

antar pemegang saham) hal ini menjadi sangat penting, namun tetap saja masih

bergantung pada sifat organisasi media yang terkait. Dalam konteks penelitian

ini peneliti berfikir bahwa dividen secara nyata (uang) tidak lagi penting,

hanya saja pasti ada bentuk lain dimana kemudian kedua organisasi ini

memutuskan untuk berkolaborasi didalam menyusun sebuah pesan dalam

5 Ibid.

8

bentuk visual dan kampanye kemajuan remaja. Setelah rujukan soal dividen,

yang kemudian dipertimbangkan adalah soal pengeluaran, dimana peneliti

menduga dalam kerja kolaborasi, kedua organisasi melakukan peleburan kecil

terutama soal aspek ini untuk menjalin transparansi informasi keuangan antar

kedua pihak.

Kemudian pembahasan mengenai perkara pemilihan konten, disebuah

organisasi media konten adalah “nyawa” dari sebuah pesan, jauh sebelum

pesan mempunyai kerangka konsep konten dinilai sebagai pondasi untuk

sebuah pesan. Secara sadar atau tidak setiap konten akan membawa brand. Hal

ini kemudian memaksa untuk kembali jauh sebelum produksi pesan yang

penting adalah membangun brand yang kuat dan kemudian disusun untuk

dipentingkan untuk menyusun konten. Merek atau brand kemudian dijabarkan

sebagai sesuatu yang mempunyai fitur: memgang potensi dalam bentuk

identitas yang konsisten, mempunyai kemampuan yang konstan untuk

membuan pembaruan dan terakhir adalah kemampuan untuk menetapkan

standar kerja secara kreatif dan profesional terlepas dari bentuk organisasi

profit atau non profit.6

Selanjutnya kerangka lain yang melengkapi proses adalah instrumen

atau teknologi yang dipilih untuk menjalankan media itu sendiri. Kemajuan

teknologi yang pesat dan bersistem kuadrat akan juga memacu ide dalam

pengembangan sebuah media dalam hal produksi, distribusi dan konsumsi

media.

Perlunya menyusun sistem manajemen media yang rapi dikarenakan

konsep dari dunia penyiaran terdiri dari siaran itu sendiri, teknik, dan

administrasi. Tiga konsep purba itu kemudian dideskripsi menjadi

6 Dari Handbook of Media Management and Economics (p.194), Albarran, Sylvia M & Michael O, 2006, London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

9

perencanaan, produksi dan melaksanakan siaran, dengan demikian perlunya

tatanan yang rapi dalam proses akan menentukan bagaimana bentuk sebuah

pesan yang diproduksi karena adanya kesalahan dan penyimpangan akan

merugikan semua pihak yang dilibatkan yaitu organisasi dan bahkan audiens

yang menyimak pesan.

2. Produksi Pesan Visual

Dalam buku yang dituliskan Andry Masri7 dituturkan bahwa seni rupa,

desain dan arsitektur adalah bidang yang bergelut melalui bahasa visual.

Sederhananya disebut desain, karena setiap pemikirannya mengandung proses

penyelesaian masalah yang dirumuskan melalui konsep, prosuksi, operasional

dan tujuan. Hasil dari sebuah ide visual biasanya mengandung fungsi untuk

memenuhi kebutuhan beberapa pihak yang sebelumnya telah disepakati.

Dalam proses produksi pesan visual biasanya terdapat dua hal yang

menjadi ciri dari tuntutan produksi, yaitu efisiensi dan efektivitas. Kedua hal

ini selalu menjadi masalah primer yang harus dipikir dengan matang oleh

pemroduksi pesan, apalagi jika ditelaah dalam bidang pasar. Efektivitas dan

efisiensi dinilai sebagai patokan nilai seorang produser pesan visual. Keduanya

dapat disinergikan dengan tren, keadaan pasar dan juga masalah pendanaan.

Sederhananya produksi pesan visual tidak sesederhana yang kita piker

sebelumnya, bahwa hal ini juga memerlukan penggodokan konsep yang

matang sehingga mampu memenuhi tuntutan efisiensi dan efektivitas. Jabaran

soal konsep dalam buku Strategi Visual8 adalah dasar pemikiran strategis

untuk mencapai sebuah tujuan. Konsep bersifat pemikiran yang bukan bersifat

operasional, konsep adalah implementasi dan rencana yang menunjang dalam

konteks ini proses produksi pesan.

7 Strategi Visual 8 Strategi Visual (p.27), Masri, Andry, 2010, Yogyakarta: Jalasutra.

10

Merambah ke jajakan visual menjadi sebuah produk, desain dinilai

sebagai titik utama implementasi konsep yang nantinya akan mampu dijual.

Tak jauh berbeda dengan produksi di bidang lain jika Antonius Damanto

dalam bukunya Teknik Penulisan Naskah Acara Siaran Radio9, format stasiun

dapat diartikan sebagai bentuk kepribadian suatu stasiun penyiaran, bagaimana

tercermin dari jenis musik yang diputar dan program-program acaranya. Maka

sama halnya dengan visual bahwa setiap produsen pesan harus mampu

menemukan identitas, seperti yang dikatakan Andry Masri dalam bukunya10

identitas sebuah pesan visual dapat dinilai secara keberadaannya. Artinya,

produsi pesan visual harus memikirkan bagaimana nantinya keberadaan

produk tersebut dimasyarakat atauka akan menjadi kebutuhan atau hanya

sebagai penebar isu saja.

Produksi pesan visual selalu membutuhan sebuah karakter atau

identitas dikarenakan sebuah pesan visual biasanya memiliki siklus pergantian.

Hal ini terjadi karena pesan yang bersifat visual biasanya terproduksi karena

suatu hal yaitu “momentum” hal ini bisa digambarkan dalam sebuah bagan

sebagai berikut.

9 Dari Teknik Penulisan Naskah Acara Siaran Radio (p. 51), Antonius Damanto, 1998, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya. 10 Strategi Visual (p.50), Masri, Andry, 2010, Yogyakarta: Jalasutra.

11

Tabel 1.1 Tabel Siklus Produk11

Dalam bagan tersebut dapat dipahami bagaimana sebuah pesan visual

bekerja menurut keberadaannya ditengan masyarakat. Selain itu bagan tersebut

yang akhirnya menuntut para produsen pesan visual untuk selalu menemukan

identitas dalam setiap pesannya guna meminimalisir produknya untuk diganti

oleh produsen lain.

11 Menurut buku Strategi Visual

Penetrasi pasar

Produk menguasai

pasar

Produk membentuk

segmentasi

Produk digantikan

oleh produk lain

Protodesign, produk

lahir

12

F. Kerangka Konsep

1. Manajemen Produksi Pesan Visual dalam Event Selamat Pagi

Publikasi dalam sebuah event di jaman ini dinilai sangat penting, hal ini

dikarenakan memang kita sekarang mempunyai daya akses internet yang

sangat tinggi. Internet adalah salah satu media yang mempunyai arus informasi

terkencang, hal ini membuat pentingnya konsep dalam produksi pesan visual

menjadi sangat penting karena secara tidak langsung setiap pesan visual yang

dibuat oleh siapapun akan bersaing dengan pesan visual lain, apalagi dalam

konteks poster event. Banyak hal yang harus dipertimbangkan selain masalah

produksi pesannya saja, namun juga harus memperhatikan keadaan “pasar”

dimana produk visual yang keluarpun harus mampu bersaing di tengah laju

kencangnya informasi yang beredar.

Mengulang paparan yang telah disebutkan diatas, produksi pesan visual

selalu membutuhan sebuah karakter atau identitas dikarenakan sebuah pesan

visual biasanya memiliki siklus pergantian. Hal ini terjadi karena pesan yang

bersifat visual biasanya terproduksi karena suatu hal yaitu “momentum”. Hal

inilah yang kemudian harus direspon oleh pemroduksi pesan, dimana

momentum harus dapat diartikan sebagai pokok isu yang nantinya membuat si

produk (poster) ini bisa bertahan dan menarik banyak khalayak untuk tertarik

dengan apa yang akan diisikan dalam poster itu.

Dengan masih bermodalkan dugaan, peneliti menganggap manajemen

adalah hal terpenting dalam produksi sebuah konten. Karena dalam hal ini

dampak dari output konten dapat diprediksi kekuatannya di tengah masyarakat.

Pentingnya pengetahuin dari para produsen mengenai “pasar” sangat

dibutuhkan sebagai modal awal gagasan produk. Mengutip dari sebuah buku12,

Produksi konten merupakan ketrampilan memadukan wawasan, kreatifitas, dan

12 Dari Menjadi Broadcaster Profesional (p. 46-47), Masduki, 2004, Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS.

13

kemampuan mengoperasikan peralatan produksi. Hal ini menjadi indikator

bahwa produksi selalu membutukan sistem kerja atau biasa disebut Standart

Operation Procedure (SOP) meskipun dengan keunikan yang dimiliki oleh

masing-masing organisasi, artinya standar operasional ini akan selalu berbeda

antarorganisasinya.

Kampung Halaman dalam websitenya13 secara jelas menyebutkan

bahwa segala bentuk program yang ada selalu berkaitan dengan gerakan

memajukan remaja, dengan demikian peneliti menduga Kampung Halaman

mempunyai beberapa batasan dengan indikator yang mereka buat agar segala

kontennya tidak keluar dari payung visi dan misi. Dalam kajian ini tentunya

Pra-produksi yang didalamnya meliputi planning akan peneliti kaji dengan

memasukkan konsep 6M milik Henry Fayol14 yaitu: Men, Materials,

Machines, Methods, Money and Market untuk melihat aspek penting apa saja

yang ada didalam proses produksi pesan visual yang digagas Kampung

Halaman.

13 kampunghalaman.org 14 Diambil dari Handbook of Media Management and Economics (p. 40), Albarran, Sylvia M & Michael O, 2006, London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

14

G. Desain Penelitian

Tabel 1.2 Tabel Peta Produksi Menurut JB Wahyudi

PROSES PRODUKSI

PESAN VISUAL

KAMPUNG HALAMAN

PRA-PRODUKSI PRODUKSI EVALUASI

Planning Collecting Drawing Editting On Air

PROSES PRODUKSI PESAN VISUAL KAMPUNG HALAMAN

Men

Materials

Market

Money

Method

Machines

15

Tabel 1.3 Tabel Diagram 6M Henry Fayol

Desain penelitian ini peneliti buat berdasarkan penemuan komponen

yang dijabarkan di kerangka konsep dengan mengembangkan konsep produksi

sebuah program yang awalnya digagas oleh JB. Wahjudi15 dan konsep 6M16

milik Henry Fayol. Dimana segala aspek tersebut akan menjadi pisau untuk

membelah segala bentuk paparan yang ditemukan dalam penelitian ini.

H. Metodologi Penelitian

Peneliti ingin melihat bagaimana kedalaman proses Yayasan Kampung

Halaman dalam mengidentifikasi, menyeleksi, dan kemudian mengeksekusi

sebuah konten visual (desain). Penulis menduga adanya banyak proses sengit

didalam sebuah penyususunan konten. Yang menjadi unik adalah kajian pada

penelitian ini merupakan konten visual dimana hal tersebut sangat bersifat

multitafsir namun harus mampu untuk setidaknya mempertemukan sebuah

benang merah yang merangkum isu yang diangkat.

Bukan mengenai framing dan semiotika, yang ditekankan pada

penelitian in adalah proses yang dalam kajian ilmu komunikasi akan memasuki

ranah komunikasi organisasi.

Untuk meneliti hal tersebut, peneliti membutuhkan data primer dan

sekunder dalam memenuhi kebutuhan data penelitian. Data primer nantinya

akan diperoleh melalui wawancara, observasi dan telaah dokumen. Peneliti

akan sangat terbantu dalam memperoleh data primer dikarenakan peneliti

mempunyai akses untuk memasuki Yayasan Kampung Halaman untuk

15 Dari Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi(p. 30), JB. Wahyudi, 1996, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 16 2 Dari Handbook of Media Management and Economics (p. 40), Albarran, Sylvia M & Michael O, 2006, London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

16

memperoleh data yang diinginkan. Sedangkan data sekunder akan peneliti

peroleh dari beberapa sumber luar objek seperti jurnal, buku dan internet serta

beberapa organisasi lain yang terlibat dan bekerja sama dengan Kampung

Halaman. Ketiga kerangka tersebut merupakan konsep dasar ide penelitian

kualitatif, yang setidaknya tersusun dalam sebuah buku tulisan Klaus Bruhn

Jensen17.

Proses analisis dilakukan melalui metode penelaaahan, pengkajian dan

pengklasifikasian yang berbasis dari konsep dan teori yang relevan. Selain

menganalisis data yang diperoleh, analisis juga akan dilakukan terhadap output

dan produk yang dihasilkan oleh manajemen media (dalam studi kasus ini

berarti hasil desain publikasi event Selamat Pagi). Keseluruhan hasil penelitian

ini akan dilaporkan dan disajikan dalam bentuk narasi untuk memudahkan

pemahaman alur penelitian.

1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Yayasan Kampung Halaman yang

beralamat di Dusun Krapyak No.18, RT 05/RW 55, Wedomartani, Ngemplak,

Sleman, Yogyakarta. Sedangkan waktu penelitiannya akan berjalan sepanjang

bulan Mei-Juni 2017 dengan pertemuan intensif untuk mengumpulkan data dan

terlibat juga secara sekilas didalam Yayasan Kampung Halaman.

2. Jenis penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang

bersifat kualitatif dengan focus studi kasus dikarenakan metode ini dinilai

mempunyai focus dan kedalam terhadap sebuah isu yang diangkat dalam

sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi kasus

17 Jensen, Klaus Bruhn. 2002. A Handbook of Media and Communication Research Qualitative and Quantitative Methodologies. Routledge

17

untuk membelah proses manajemen produksi pesan visual yang dilakukan

Yayasan Kampung Halaman dalam program Selamat Pagi yang digelar setiap

dua bulannya. Peneliti memilih metode kualitatif karena menurut Bogdan dan

Taylor dalam Moleong18 penelitian kualitatif menghasilkan data diskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara

holistik atau utuh.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ditujukan pada Yayasan Kampung Halaman beserta

seluruh pengelola yang terlibat dalam proses Selamat Pagi. Dalam hal ini,

peneliti akan mengambil data dari pengelola tetap dan bahkan pengelola tidak

tetap.

4. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia,

peristiwa, dokumen dan arsip. Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang

dibutukan seperti yang dijelaskan diatas yaitu data primer dan sekunder. Data

primer berupa komponen utama penyusun produksi pesan visual pada event

Selamat Pagi meliputi konsep dan eksekusi. Sedangkat data sekunder adalah

data pelengkap yang akan memperdalam peneliti untuk mengkaji isu yang

dijabarkan di penelitian ini seperti hasil brief, dokumen, dan arsip. Kedua

kebutuhan data ini akan diperoleh dengan beberapa cara seperti:

4.1. Wawancara Mendalam

Wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, serta tidak terstruktur ketat

dalam suasana non-formal dan bisa dilakukan berulang pada informan yang

18 Dari Metodologi Penelitian Kualitatif (p. 3), Moleong, 2001, Jakarta: PT Rosda.

18

sama. Peneliti akan melakukan wawancara mendalam terhadap setiap informan

dalam penelitian ini dengan berpedoman pada interview guide yang

sebelumnya telah disusun. Hasil dari wawancara yang dilakukan akan

dituliskan dalam transkrip hasil wawancara untuk memudahkan proses analisis.

Informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah orang

yang diperkirakan memahami data, informasi maupun fakta dari obyek

penelitian. Informan dipilih menggunakan teknik purpose sampling, dengan

mengambil orang-orang yang dipilih secara cermat hingga relevan dengan

penelitian.

4.2. Observasi Langsung

Observasi ini dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai

observasi berperan pasif. Observasi ini akan dilakukan dengan cara formal dan

informal, untuk mengamati kegiatan yang terkait dengan pertanyaan penelitian

yang ingin dijawab. Dalam penelitian ini observasi akan dilakukan melalui

pengamatan terhadap proses informal yang masih bersangkutan dengan

manajemen proses produksi pesan yang dilakui objek penelitian dalam konteks

ini Yayasan Kampung Halaman.

Dari observasi langsung terhadap peristiwa dan aktivitas ini, peneliti

akan bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu yang bersangkutan dengan

tema bisa terjadi dengan lebih detail dengan cara menyaksikan sendiri secara

langsung peristiwa yang menjadi obyek penelitian. Dalam penelitian ini

peneliti akan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap

pelaksanaan pengelolaan program yang sudah direncanakan dari Yayasan

Kampung Halaman.

4.3. Dokumen

19

Dokumen atau arsip dalam penelitian ini adalah segala sesuatu hal

tertulis yang berhubungan dengan isu utama yang diangkat di penelitian ini

yaitu manajemen produksi pesan visual dalam event Selamat Pagi. Dokumen

dan arsip dapat berupa data poster beberapa edisi Selamat Pagi, notulen rapat

mengenai konsep poster dan bahkan dokumentasi acara itu sendiri.

5. Validitas Data

Validitas data dinilai sebagai salah satu kebenaran hasil penelitian yang

akan diteliti nantinya, maka dari itu penulis mencoba sebuah cara yang biasa

dikenal di dunia kualitatif yaitu teknik trianggulasi data atau sumber. Dalam

buku Metode Penelitian Kualitatif yang dituliskan Moleong tahun 2001,

trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu diluar

data tersebut sebagai pembanding. Dalam melakukan teknis trianggulasi data

ini peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap derajat kepercayaan

berbagai informasi yang didapatkan dengan beberapa cara, yaitu:

Pembandingan data yang didapat dari wawancara dengan asil

observasi lapangan.

Membandingkan hasil data pengamatan langsung dengan data

berdasarkan literature melalui studi pustaka.

Melakukan pembandingan antara jawaban pertanyaan pada

proses wawancara antarinforman.

Membandingkan hasil data dengan isi dokumen sebagai data

sekunder.

6. Analisis Data

20

Secara garis besar, analisis data adalah proses mengorganisir dan

mengurutkan data dalam sebuah kelompok, kategori dan nilai sehingga dapat

memudahkan terbentuknya pola sehingga peneliti mampu menyusun hipotesis

kerja mengenai apa yang sedang diteliti.

Miles dan Huberman seperti yang dikutip oleh Salim, menyebutkan ada

tiga langkah pengolahan data kualitatif, yakni reduksi data (data reduction),

penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing

and verification). Dalam pelaksanaannya reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan/verifikasi, merupakan sebuah langkah yang sangat

fleksibel, dalam arti tidak terikat oleh batasan kronologis. Secara keseluruhan

langkah-langkah tersebut saling berhubungan selama dan sesudah

pengumpulan data, sehingga model dari Miles dan Huberman disebut juga

sebagai model interaktif. Adapun proses-proses analisis data kualitatif

berdasarkan pada penjelasan yang telah dikembangkan oleh Agus Salim, dapat

dijelaskan secara ringkas sebagai berikut: Reduksi data (data reduction), yaitu

Pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data

kasar yang diperoleh. Kedua, penyajian data (data display). Peneliti

mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik

kesimpulan dan pengambilan tindakan.Display data atau penyajian data yang

lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif.

Terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion

drawing and verification). Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan

melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya

dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur

kausalitas dari fenomena, dan proposisi. Untuk mendapatkan gambaran yang

lebih rinci mengenai tahapan analisis data dalam penelitian ini akan diuraikan

dalam tabel berikut ini:

21

Tabel 1.4: Tabel Tahapan Analisis Data Penelitian

N

o

Tahapan Data Output

1 Klasifikas

i Data

Data hasil

wawancara

Data hasil

observasi

Pengelompokan

data

2 Interpreta

si Data

Datang

yang telah

dikelompo

kkan

Relasi antardata

3 Komparas

i Data

untuk Uji

Validitas

dengan

Triangula

si Data

Deskripsi

mengenai

relasi

antardata

Data valid

4 Perumusa

n Hasil

Analisis

Data valid

hasil uji

triangulasi

Paparan tentang

hasil analisis

22