bab i skripsi elis

46
A. JUDUL SKRIPSI 1. HUBUNGAN MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DI SMAN 1 MAJALAYA (Penelitian pada Kelas XI SMAN 1 Majalaya ) 2. PERSEPSI SISWA TERHADAP KONSELOR DAN PENGARUHNYA TERHADAP INTENSITAS KUNJUNGAN BK DI SMAN 1 MAJALAYA 3. PERSEPSI SISWA TERHADAP KONSELOR DAN PENGARUHNYA TERHADAP DISIPLIN BELAJAR SISWA DI SMAN 1 MAJALAYA (penelitian SMAN 1 Majalaya) Maka dari ketiga judul itu penulis lebih merujuk pada judul no.1 yaitu: HUBUNGAN MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DI SMAN 1 MAJALAYA (Penelitian pada Kelas XI SMAN 1 Majalaya ) B. LATAR BELAKANG Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris dari kata kerja “to manage” yang sinonimnya antara lain; “to hand’ berarti mengurus, “to control” berarti memeriksa, “to guide” berarti memimpin. Dalam kamus istilah populer, kata manajemen mempunyai arti pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang di inginkan direksi. 1 Bimbingan dan konseling merupakan tejemahan dari “guidance” dan “counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti: mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage) dan menyetir (to steer). Secara terminolologis “guidance” biasanya disama artikan dengan “guiding” , kemudian memiliki konotasi makna “showing 1 Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus ilmiah Populer, (Surabaya; Arkola,1994), hlm. 434

Upload: iyan-sopiyan

Post on 10-Apr-2016

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Skripsi Elis

A. JUDUL SKRIPSI

1. HUBUNGAN MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN

KONSELING DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DI SMAN 1

MAJALAYA (Penelitian pada Kelas XI SMAN 1 Majalaya )

2. PERSEPSI SISWA TERHADAP KONSELOR DAN

PENGARUHNYA TERHADAP INTENSITAS KUNJUNGAN BK

DI SMAN 1 MAJALAYA

3. PERSEPSI SISWA TERHADAP KONSELOR DAN

PENGARUHNYA TERHADAP DISIPLIN BELAJAR SISWA DI

SMAN 1 MAJALAYA (penelitian SMAN 1 Majalaya)

Maka dari ketiga judul itu penulis lebih merujuk pada judul no.1 yaitu:

HUBUNGAN MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DI SMAN 1 MAJALAYA

(Penelitian pada Kelas XI SMAN 1 Majalaya )

B. LATAR BELAKANG

Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris dari kata kerja “to manage”

yang sinonimnya antara lain; “to hand’ berarti mengurus, “to control” berarti

memeriksa, “to guide” berarti memimpin. Dalam kamus istilah populer, kata

manajemen mempunyai arti pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang di inginkan

direksi.1

Bimbingan dan konseling merupakan tejemahan dari “guidance” dan

“counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar

kata “guide” berarti: mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to

manage) dan menyetir (to steer). Secara terminolologis “guidance” biasanya

disama artikan dengan “guiding” , kemudian memiliki konotasi makna “showing

1 Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus ilmiah Populer, (Surabaya;

Arkola,1994), hlm. 434

Page 2: Bab i Skripsi Elis

a way” (menunjukan jalan), “leading” (memimpin), “conducting” (menuntun),

“giving instructions” (memberikan petunjuk), “regulating” (mengatur),

“governing”(mengarahkan) dan “giving advice” (memberikan nasehat).2

Bimbingan dan konseling adalah dua istilah yang penggunaannya hampir

selalu digandengkan. Bimbingan dan konseling adalah layanan ahli dan pengampu

layanan ahli tersebut disebut konselor. Sebutan konselor dalam sistem pendidikan

di Indonesia telah memiliki dasar legal karena sebutan konselor dinyatakaan

secara eksplisit di dalam UU No. 20/2003 pasal 1 (6).

Bimbingan diartikan sebagai proses bantuan kepada indvidu dalam

mencapai tingkat perkembangan diri secara optimum. Ada dua kata kunci yang

perlu dimaknai lebih dalam dari definisi ini. Pertama, bantuan dalam arti

bimbingan yaitu memfasilitasi individu untuk mengembangkan kemampuan

memilih dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat berperan penting

dalam meningkatkan berbagai potensi yang dimiliki individu dengan mendidik

individu untuk menghargai perbedaan dan persamaan antar sesama manusia,

memenuhi kebutuhan sosial, mematuhi aturan yang mengikat, dan menghormati

kehidupan beragama seseorang yang memungkinkannya untuk memenuhi

tuntutan masyarakat tersebut. Pemenuhan terhadap tuntutan perkembangan

masyarakat tentunya memerlukan pengembangan individu warga masyarakat agar

individu tersebut mampu menyesuaikan diri baik itu di lingkungan pendidikan

maupun di lingkungan masyarakat. Pemenuhan terhadap tuntutan di masyarakat

terhadap seorang individu seringkali terjadi ketidaksesuaian dengan apa yang

2 Kamus bahasa inggris

Page 3: Bab i Skripsi Elis

diharapkan dunia pendidikan saat ini. Para siswa dituntut untuk mampu

menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang ada, membuat suatu rancangan di

masa depan agar bisa mencapai kesuksesan dalam keseluruhan proses belajar di

sekolah dan mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan yang mereka miliki

semaksimal mungkin. Akan tetapi fenomena yang terjadi berbeda dengan

kenyataan, banyak di antara para siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri dan

memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Berbagai fenomena perilaku peserta didik

dewasa ini seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan

psikotropika, perilaku seksual menyimpang, degradasi moral, pencapaian hasil

belajar yang tidak memuaskan, tidak lulus ujian, gagal UAN dan lain sebagainya,

menunjukkan bahwa tujuan pendidikan yang salah satu upaya pencapaiannya

melalui proses pembelajaran, belum sepenuhnya mampu menjawab atau

memecahkan berbagai persoalan tersebut di atas.3

Peran bimbingan dan konseling itu sendiri sangat penting terutama dalam

meningkatkan mutu pendidikan, bagaimana bimbingan dan konseling itu sendiri dapat

membangun manusia seutuhnya dari berbagai aspek potensi yang ada pada dalam diri

peserta didik. Dengan adanya bimbingan dan konseling maka seluruh aspek potensi

yang ada pada dalam diri peserta didik dapat dikembangkan, baik itu aspek akademik,

pribadi, sosial, kematangan intelektual dan sistem nilai. Tenaga pendidik bimbingan

dan konseling sendiri bertugas membimbing, mengajar dan/atau melatih pekerjaan

bimbingan di sekolah yang merupakan salah satu tugas dari tenaga pendidik. Dengan

kata lain, tugas pendidik salah satu di antaranya adalah membimbing agar peserta didik

dapat mengembangkan segala potensinya.

3 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.2

Page 4: Bab i Skripsi Elis

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194) dijelaskan bahwa

guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Hal tersebut menyatakan bahwa pelayanan bimbingan dan

konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang harus

diemban oleh guru BK sebagai tenaga pendidik di sekolah. Dengan pelayanan

bimbingan dan konseling pula peserta didik dapat dibantu untuk mengembangkan

seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga ia

dapat mengatasi kesulitannya dalam permasalahan belajar dan senantiasa

mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang positif. Hal tersebut dapat

dijadikan acuan dalam meningkatkan kesadaran siswa dalam menerapkan disiplin

belajar agar lebih mudah terwujud.

Dengan demikian disiplin dapat dijadikan tolok ukur untuk meningkatkan

kemampuan siswa dengan penerapan aturan moral dan prinsip dalam mematuhi

segala aturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis dalam tata

kehidupan. Disiplin juga dapat membantu siswa untuk membentuk kemampuan

dan pola pikir dalam hidupnya.

Berkaitan dengan disiplin belajar siswa tersebut, berdasarkan pengamatan

yang penulis sudah lakukan, secara umum disiplin belajar di SMAN 1 Majalaya

sudah cukup baik, hanya saja ada beberapa siswa di sekolah tersebut yang kurang

memiliki kesadaran dalam disiplin belajar seperti, siswa sering ke kantin saat jam

Page 5: Bab i Skripsi Elis

pelajaran berlangsung, keluar sekolah saat ada jam belajar, merokok di area

sekolah, asyik dengan Gadget saat guru sedang mengajar, pakaian tidak rapi,

datang kesekolah terlambat tidak sesuai dengan yang semsetinya.

Untuk antisipasi permasalahan disiplin belajar siswa di SMAN 1 Majalaya,

perlu peningkatan manajemen bimbingan dan konseling dalam pengelolaan mulai

dari tahap Perencanaan, Pengorganisasian, Aktualisasi, Pengawasan dan Evaluasi

agar tujuan pendidikan yang tertuang dalam visi misi sekolah dapat tercapai.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik

untuk meneliti lebih lanjut bimbingan dan konseling sebagai karya ilmiah dengan

judul “HUBUNGAN MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN

KONSELING DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DI SMAN 1

MAJALAYA” (Penelitian pada Kelas XI SMAN 1 Majalaya )

C. IDENTIFIKASI, RUMUSAN, DAN PEMBATASAN MASALAH

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan hasil studi lapangan yang pernah penulis lakukan maka

identifikasi masalah yang penulis buat adalah sebagai berikut: apakah Manajemen

Layanan Bimbingan dan Konseling dapat meningkatkan disiplin belajar siswa di

SMAN 1 Majalaya ?

2. Rumusan masalah

a. Bagaimana manajemen Layanan BK di SMAN 1 Majalaya ?

b. Bagaimana disiplin belajar siswa kelas XI di SMAN 1 Majalaya ?

c. Bagaimana Pengaruh Manajemen Layanan BK terhadap siswa kelas

XI di SMAN 1 Majalaya ?

Page 6: Bab i Skripsi Elis

3. Pembatasan masalah

Dalam melakukan penelitian ini, penulis memfokuskan titik tekan pada

permasalahan yang telah direncanakan, agar tidak keluar dari rencana maka

peneliti perlu melakukan pembatasan masalah, pembatasan masalah ini diambil

berdasarkan rumusan dan identifikasi masalah yang telah dibuat.

Pembatasan masalah yang telah dibuat menitikberatkan pada:

a. Implementasi Manajemen Layanan BK.

b. Disiplin belajar siswa kelas XI di SMAN 1 Majalaya.

c. Pengaruh Manajemen Layanan BK terhadap siswa kelas XI di

SMAN 1 Majalaya.

D. TUJUAN PENELITIAN

a. Untuk Mengetahui manajemen Layanan BK di SMAN 1 Majalaya ?

b. Untuk Mengetahui disiplin belajar siswa kelas XI di SMAN 1

Majalaya ?

c. Untuk Mengetahui Manajemen Layanan BK terhadap siswa kelas XI

di SMAN 1 Majalaya ?

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Disiplin

Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin “Disciplina” yang menunjuk

kepada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan

istilah dalam bahasa Inggris “Disciple” yang berarti mengikuti orang untuk

belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Dalam kegiatan belajar

tersebut, bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan,

Page 7: Bab i Skripsi Elis

yang dibuat oleh pemimpin.1 Menurut H.M. Alisuf Sabri, disiplin yaitu

adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan atau peraturan-peraturan yang

berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan, tetapi kepatuhan atas

kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu.2

Menurut Chester Harris disiplin didefinisikan sebagai berikut : “Dicipline

refers fundamentally to the principle that each organism learns in some

degree to control it self so as to conform to the forces around it with which

it has experiences”. Definisi tersebut mengandung makna tertentu yang

berisi ide. Ada beberapa unsur pengertian di dalam definisi di atas :

a. Berisi moral yang mengatur tata kehidupan.

b. Pengembangan ego dengan segala masalah intrinsik yang

mengharuskan orang untuk menentukan pilihan.

c. Pertumbuhan kekuatan untuk memberi jawaban terhadap setiap

aturan yang disampaikan

d. Penerimaan autoritas eksternal yang membantu seseorang untuk

membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.3

Dari keseluruhan pemaparan mengenai disiplin dapat disimpulkan bahwa

disiplin yaitu berupa aturan moral dan prinsip untuk mematuhi segala aturan

yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis dalam tata kehidupan demi

menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.

2. Macam-Macam Disiplin

Menurut Conny R. Semiawan, disiplin dapat terbagi dalam tiga

macam, diantaranya, meliputi disiplin dalam waktu, belajar, dan bertata

krama.4

a. Disiplin dalam waktu

Page 8: Bab i Skripsi Elis

Kedisiplinan dalam hal ini berarti siswa harus belajar untuk

terbiasa dalam mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari.

Peraturan waktu ini bisa bermula dari perbuatan kecil seperti, datang

tepat waktu ke sekolah, tidak membolos, dan lain-lain.

b. Disiplin dalam belajar

Siswa yang mempunyai kedisiplinan dalam belajar adalah siswa

yang mempunyai jadwal serta motivasi belajar di sekolah dan rumah.

Seperti dalam mengerjakan tugas dari guru dan membaca pelajaran.

c. Disiplin dalam bertata krama

Adapun maksud dari disiplin dalam bertata krama adalah

disiplin yang berkaitan dengan sopan santun, akhlak atau etika siswa,

baik kepada guru, teman, dan lingkungan.

Berdasarkan beberapa macam disiplin diatas, dapat disimpulkan bahwa

disiplin bermula dari hal-hal kecil seperti memanfaatkan waktu dengan baik,

kemudian disiplin dengan memiliki jadwal untuk mengerjakan segala tugas

belajar baik itu di sekolah maupun dirumah, serta disiplin dalam bertata krama

dengan seluruh warga sekolah. Disiplin membantu anak untuk menyadari apa

yang diharapkan oleh lingkungannya dan bagaimana mencapai apa yang

diharapkan orang lain dari dirinya.

3. Fungsi Disiplin

Berikut ini merupakan fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u yaitu:

a. Menata kehidupan bersama, disiplin berguna untuk menyadarkan

seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara

Page 9: Bab i Skripsi Elis

menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Ketaatan dan

kepatuhan itu membatasi dirinya merugikan pihak lain, tetapi

hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.

b. Membangun kepribadian, pertumbuhan kepribadian seseorang

biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan

pergaulan, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah. Disiplin yang

diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak

bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan

isiplin, seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, menaati

aturanaturan yang berlaku. Kebiasaan itu, lama-kelamaan masuk ke

dalam dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya.

c. Melatih kepribadian, sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik

dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat.

Namun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu

panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut

dilakukan melalui latihan.

d. Pemaksaan, faktor yang mendorong terbentuknya kedisiplinan yaitu

dorongan dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran, dan

kemauan untuk berbuat disiplin) dan dorongan dari luar (perintah,

larangan, pengawasan, pujian, ancaman, ganjaran). Disiplin dapat

pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar.

Dikatakan terpaksa, karena melakukannya bukan berdasarkan

kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi

Page 10: Bab i Skripsi Elis

disiplin. Hukuman, ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena

dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan

mematuhinya, tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan

dan kepatuhan dapat diperlemah. Sanksi itu diharapkan mempunyai

nilai pendidikan. Artinya, siswa menyadari bahwa perbuatan yang

salah akan membawa akibat yang tidak menyenangkan dan harus

ditanggung olehnya.

e. Menciptakan lingkungan kondusif, disiplin sekolah berfungsi

mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar

berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah,

yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta

peraturanperaturan lain yang dianggap perlu. Kemudian di

implementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian

sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang,

tenteram, tertib dan teratur.5

4. Ciri-Ciri Disiplin

Menurut Oteng Sutisna, “suatu syarat mutlak bagi disiplin positif ialah

mengkomunikasikan syarat-syarat pekerjaan dan peraturan-peraturan kepada

seluruh anggota. Setiap orang harus mengetahui apa yang diharapkan oleh

manajemen dan atasan langsungnya dari dirinya. Standar perbuatan yang

diharapkan itu biasanya meliputi hal-hal seperti kehadiran yang baik,

pemberitahuan bila tak hadir yang bisa dibenarkan, ketepatan dalam waktu,

Page 11: Bab i Skripsi Elis

kerja sama dengan atasan dan kawan sekerja, standar-standar sopan santun dan

kesusilaan.”6

Adapun ciri-ciri kedisiplinan yang ada di sekolah, sebagai berikut:

a. Patuh pada peraturan sekolah.

b. Teratur dalam kelas

c. Harus tiba pada waktu yang telah ditetapkan

d. Melaksanakan tugas yaitu belajar

e. Mengerjakan pekerjaan rumah

f. Tidak membuat onar dikelas7

Disiplin di sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik

akan berdampak baik bagi sikap dan perilaku siswa. Dengan adanya disiplin di

sekolah diharapkan dapat menciptakan suasana sekolah yang aman, tertib dan

kondusif. Apabila disiplin diri pada siswa telah melekat maka dengan

kesadaran dirinya siswa akan berhasil dalam belajar.

5. Pengertian Belajar

Secara umum, belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi

seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam

perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan

tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari

sebuah pengalaman. Bahkan, Gagne pun mendefinisikan belajar sebagai suatu

proses dimana organisma berubah perilakunya yang diakibatkan oleh

pengalaman. Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai

akibat dari pengalaman dan latihan. Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses

perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium

maupun lingkungan alamiah.8

Page 12: Bab i Skripsi Elis

Thorndike, salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku,

mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus

(yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga

bisa berupa pikiran, perasaan atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike,

perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati),

atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati).

Belajar sebagai suatu kegiatan dapat didefinisikan ciri-ciri kegiatannya

sebagai berikut:

a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri

individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik actual

maupun potensial.

b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru

yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).10

Menurut Sumadi Suryabrata, belajar itu di definisikan dengan halhal

pokok sebagai berikut:

a. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral

changes, aktual maupun potensial)

b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan

baru.

c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).11

Secara singkat dari berbagai pandangan mengenai definisi belajar yang

ada, dapat dirangkumkan bahwa yang dimaksud dengan perubahan dalam

konteks belajar itu dapat bersifat fungsional atau struktural, material dan

behavioral, serta keseluruhan pribadi. Secara serba singkat dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Belajar merupakan perubahan fungsional. Pendapat ini dikemukakan

oleh penganut paham teori daya yang lebih luas lagi termasuk

kedalam paham Nativisme. Dalam konteks ini, belajar berarti melatih

Page 13: Bab i Skripsi Elis

daya (mengasah otak) agar ia tajam sehingga ia berguna, untuk

menyayat atau memecah persoalan-persoalan ataupun dalam hidup ini.

2. Belajar merupakan perkayaan materi pengetahuan (material dan

atau perkayaan pola-pola sambutan (response) perilaku baru

(behavior). Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut paham Ilmu

Jiwa Asosiasi yang lebih jauh lagi paham empirisme. Oleh karena itu,

dalam konteks ini belajar dapat diartikan sebagai suatu proses

pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalaman yang

sebanyakbanyaknya dengan melalui hafalam (memorizing).

3. Belajar merupakan perubahan perilaku dan pribadi secara

keseluruhan. Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut Ilmu Jiwa

Gestalt, yang lebih jauh lagi bersumber pada paham organismic

psychology. Dalam konteks teori ini, belajar bukan hanya bersifat

mekanis dalam kaitan stimulus response (S-R bond), melainkan

perilaku organism sebagai totalitas yang bertujuan.12

Berdasarkan pengertian belajar di atas, penulis menyimpulkan belajar

merupakan perubahan tingkah laku, sikap, kemampuan, dan keterampilan

individu secara keseluruhan yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa;

Page 14: Bab i Skripsi Elis

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa;

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan

siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi

pelajaran.13

Sedangkan menurut Alisuf Sabri, faktor yang mempengaruhi proses dan

hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam

dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari

faktor fisiologis dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari

faktor lingkungan dan faktor instrumental.

a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan siswa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

faktor lingkungan alam (non sosial) dan faktor lingkungan sosial. Yang

termasuk faktor lingkungan alam (non sosial) ialah seperti: keadaan suhu,

kelembaban udara, waktu, letak gedung sekolah, dsb. Sedangkan yang

termasuk faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan

representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil

belajar siswa.

b. Faktor instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas,

sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi

Page 15: Bab i Skripsi Elis

pengajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan

mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

c. Faktor internal siswa

Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.

Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan

kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan

pendengaran. Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat, intelegensi,

motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti: kemampuan

persepsi, ingatan, berpikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan

appersepsi) yang dimiliki siswa.14

7. Pengembangan Disiplin dalam Belajar Mengajar

Secara etimologis disiplin berarti to learn (belajar). Jadi pengembangan

konsep disiplin melalui belajar mengajar dimaksudkan bahwa melalui belajar

mengajar anak dapat mengembangkan disiplin diri sendiri.

Dalam bukunya Pedagogy of apprised, Paule Preire mengungkapkan

sikap pendidik dalam menciptakan komunikasi semu dan komunikasi kreatif.

Komunikasi semu akan timbul atas dasar paksaan. Hal itu nampak dalam

situasi mengajar sebagai berikut:

a. Guru mengajar siswa belajar

b. Guru mengetahui segala-galanya dan siswa tidak mengetahui apa-apa

c. Guru berpikir siswa yang dipikirkan

d. Guru berbicara dan siswa mendengarkan dengan setia.

Page 16: Bab i Skripsi Elis

e. Guru memilih dan memaksakan pilihannya siswa menurut serta

menyesuaikan dirinya dengan pilihan guru

f. Guru mendisiplinkan dan siswa didisiplinkan

g. Guru berinteraksi dan murid menyangka telah berinteraksi bila dia

meniru aksi guru

h. Guru memilih isi program dan siswa yang tidak diminta pertimbangan

menyesuaikan dirinya Guru mencampuradukkan otoritas ilmu

pengetahuan dengan kebebasan siswa

i. Guru merupakan subyek dan si terdidik merupakan obyek

Sebaliknya dijelaskan pula bahwa komunikasi yang kreatif dan disiplin

yang timbul dari komunikasi dialogis. Wujud komunikasi dialogis itu sebagai

berikut:

a. Guru belajar dari siswa dan siswa belajar dari guru

b. guru menjadi partner atau rekan bagi siswa yang melibatkan diri serta

merangsang daya kritis; kreatif serta selektivitas siswa. Ini yang disebut

proses saling memanusiawikan.

c. Manusia dapat mengembangkan dirinya dan kemampuannya untuk

mengerti secara kritis mengenai dirinya sendiri dan dunianya. Cara ini

selalu menyimakkan rahasia realitas yang menentang manusia dan

kemudian menuntut sesuatu terhadap tantangan tersebut. Respon

tersebut membawa manusia dedikasi yang seutuhnya.

Jadi dari uraian di atas dapat terlihat bahwa disiplin tidaklah sekedar

tata aturan belaka, tetapi maknanya menyentuh hakekat kemanusiaan. Oleh

Page 17: Bab i Skripsi Elis

karena itu konsep dasar bagi disiplin adalah mengungkap penyedaran diri

sebagai pribadi yang utuh yang sadar akan hidup bersama itu harus ada

normanya. Implikasi dari dasar penilaian ini maka semua tata tertib sebaiknya

tidak diterima saja tetapi harus mengerti mengapa harus demikian.15

Pengembangan disiplin dalam belajar mengajar lebih menekankan pada

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh anak sehingga mereka dapat

mengembangkan disiplin diri sendiri.

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya

terkandung beberapa makna. Sertzer dan Stone (1966:3) mengemukakan

bahwa guidance berasal dari kata guide yang meempunyai arti to direct,

pilot, manager, or steer, artinya: menunjukkan mengarahkan, menentukan,

mengatur, atau mengemudikan. (Victoria Neufeldt, Ed., 1988:599).16

Rochman Natawidjaja (1987:37) mengartikan bimbingan sebagai

suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,

sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara

wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,

masyarakat, dan kehidupan umumnya.17

Bimbingan adalah memberikan informasi dengan cara menyajikan

pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan,

atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat, atau

mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan.18

Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terusmenerus

dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar

tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam

mencapai tingkat perkembangan, yang optimal dan penyesuaian diri

dengan lingkungannya. (Moh.Surya, 1988:12).19

Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individuindividu

guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan

keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihanpilihan,

rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan

untuk menyesuaikan diri yang baik. (Smith, dalam McDaniel, 1959)20

Page 18: Bab i Skripsi Elis

Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada

individu atau sekumpulan individu untuk menghindari atau mengatasi

kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya sehingga individu itu dapat

mencapai kesejahteraan hidupnya.21

Bertolak dari definisi bimbingan di atas, penulis menyimpulkan

bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan konselor kepada klien

dalam rangka membantu menyelesaikan masalah, membantu dalam

memperoleh pengetahuan agar lebih terampil demi tercapainya

kesejahteraan hidup.

Sedangkan kata “counseling” berasal dari kata “to counsel” yang

artinya memberikan anjuran atau nasihat kepada seseorang secara bertatap

muka (face to face).Jadi counseling berarti pemberian nasihat kepada

seseorang (yang dibimbing tersebut) secara individual dengan secara face to

face.Counseling/Konseling ini dikenal sebagai suatu cara dalam

memberikan bimbingan.

Sedangkan istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris

“counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel”

memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give

counsel), dan pembicaraan ( to take counsel), berdasarkan arti di atas,

konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan

pembicaraan dengan bertukar pikiran.22

Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu

untuk memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan

cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai

kesejahteraan hidupnya.23

Robinson (M. Surya dan Rochman N., 1986:25) mengartikan

konseling adalah “semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana yang

seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara

efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.”24

Selanjutnya Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa:

Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu

dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik

antara dua individu, di mana yang seorang (yaitu konselor) berusaha

membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang

dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang

dihadapinya pada waktu yang akan datang. (Rochman Natawidjaja,

1987:32).25

Berdasarkan pengertian konseling tersebut, dapat dipahami, bahwa

konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan

tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai

persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain teratasinya

masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.

Dari keseluruhan pemaparan pengertian konseling, penulis

menyimpulkan, konseling adalah usaha membantu pemecahan masalah

klien secara bertatap muka agar masalah yang dihadapi dapat

terselesaikan.

Page 19: Bab i Skripsi Elis

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber

pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia sering

menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti dalam

kehidupannya.Persoalan yang satu dapat diatasi, timbul persoalan lain.

Persoalan lain dapat diatasi timbul pula persoalan lain; demikian

seterusnya.26

Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat

program pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan

dan kelompok untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan

sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal, serta

membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.27

Dari pengertian bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh

para ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah

suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan

sistematis, yang dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan

khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya,

lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri

dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal

untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.

Dari keseluruhan pengertian bimbingan dan konseling, penulis

menyimpulkan bimbingan konseling adalah suatu pemberian bantuan

kepada individu secara terus menerus dan sisstematis dengan suatu

penyelesaian masalah sesuai keadaan klien demi mencapai kesejahteraan 2.

Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya

sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri karena bimbingan dan

konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Adapun

tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 dijelaskan bahwa :

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.28

Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan

penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan

permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai

dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah inidividu

bermacam ragam jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masingmasing

bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan

konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan

bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak

boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu

lainnya.29

Tujuan khusus bimbingan dan konseling di sekolah, diuraikan

Page 20: Bab i Skripsi Elis

H.M. Umar, dkk., (1998:20-21) sebagai berikut:

a. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri

sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta

kesempatan yang ada.

b. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam

belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti. c. Memberikan

dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah,

pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses

pendidikan.

d. Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam

penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat.

e. Membantu siswa-siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang

seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental, dan sosial.30

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan

kesempatan untuk:

a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugasnya,

b. Mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada di lingkungannya,

c. Mengenal dan memahami tujuan dan rencana hidupnya serta rencana

pencapaian tujuan tersebut,

d. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri,

e. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,

kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.31

Berdasarkan keseluruhan tujuan bimbingan dan konseling tersebut,

penulis menyimpulkan tujuan bimbingan konseling adalah untuk

membantu individu dalam membuat pilihan secara komprehensif di

situasi-situasi tertentu demi perkembangan pribadi siswa.

3. Fungsi Bimbingan dan konseling

Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa dasar pemikiran

penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah, bukan

semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum

(perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting

adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik, yang selanjutnya

disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai

tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi,

intelektual, sosial, dan moral-spiritual).32

Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau

manfaat atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh

melalui pelayanan dapat dikelompokkan menjadi lima fungsi pokok, yaitu:

a. Fungsi pemahaman

Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan

kepentingan pengembangan peserta didik, pemahaman itu meliputi:

1. Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik

sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan Guru Pembimbing.

2. Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk di

dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh

Page 21: Bab i Skripsi Elis

peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan Guru

Pembimbing.

3. Pemahaman tentang lingkungan “yang lebih luas” (termasuk di

dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan

informasi sosial dan budaya/nilai-nilai), terutama oleh peserta

didik.33

b. Fungsi Pencegahan

Bagi konselor profesional yang misi tugasnya dipenuhi dengan

perjuangan untuk menyingkirkan berbagai hambatan yang dapat

menghalangi perkembangan individu, upaya pencegahan tidak sekadar

merupakan ide yang bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang

bersifat etis (Horner & McElhaney, 1993). Oleh karena itu,

pelaksanaan fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari

tugas kewajibannya yang amat penting. c. Fungsi Pengentasan

Fungsi pengentasan melalui layanan bimbingan dan konseling

berdimensi luas. Pelaksanaannya tidak hanya melalui bentuk layanan

konseling perorangan saja, tetapi dapat pula dengan menggunakan

bentuk-bentuk layanan lainnya, seperti konseling kelompok, programprogram

orientasi dan informasi serta program-program lainnya yang

disusun secara khusus bagi klien. Untuk semuanya itu konselor

dituntut menguasai dengan sebaik-baiknya teori dan praktek

bimbingan dan konseling.

d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang

diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan

mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan

berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga

agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian, siswa dapat

memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang

positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan

berkelanjutan. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui

penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung

bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana

terkandung di dalam masing-masing fungsi bimbingan dan

konseling.34

e. Fungsi advokasi

Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik

dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.

Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya

berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk

mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam masingmasing

fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang

dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada

satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak

dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.35

Page 22: Bab i Skripsi Elis

Berdasarkan keseluruhan fungsi bimbingan dan konseling

penulis menyimpulkan fungsi bimbingan dan konseling adalah

pemahaman tentang diri seorang klien, menyingkirkan segala

hambatan yang dialami klien dalam mencapai kesejahteraan,

mengentaskan permasalahan yang dialami klien dan mengembangkan

minat dan bakat yang dimliki klien.

4. Asas-asas bimbingan dan konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional.

Sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan

penyikapan (yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan)

konselor terhadap kasus, pekerjaan professional itu harus dilaksanakan

dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas

proses dan lain-lainnya. Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling

kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling,

yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan

pelayanan itu.

Asas-asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan,

kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, keahlian, ahli tangan

dan tut wuri handayani (Prayitno, 1987).

a. Asas Kerahasiaan

Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan

dan konseling, kadang-kadang klien harus menyampaikan hal-hal

yang sangat pribadi/ rahasia kepada konselor. Oleh karena itu konselor

harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari kliennya. Sebagaimana

firman Allah swt. Bahwa memelihara amanah dan

menepati janji nerupakan salah satu karakteristik orang beruntung.

Sebagaimana firman Allah dalam surat al Mu’minun/23:8);

Artinya; … Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat

(yang dipikulnya) dan janjinya.36

b. Asas Kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar

kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari

pihak konselor. Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu

ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya,

serta mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk beluk berkenaan

dengan masalahnya itu kepada konselor, dan konselor juga hendaknya

dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata

lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.37

c. Asas keterbukaan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap

terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan

tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi

dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam

hal ini Guru Pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan

peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada

Page 23: Bab i Skripsi Elis

terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri

peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta

didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlebih dahulu harus bersikap

terbuka dan tidak berpura-pura. d. Asas Kekinian

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan

peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang

berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampaupun” dilihat

dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang

dapat diperbuat sekarang.38

e. Asas kemandirian

Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah

agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam klien.

Pada tahap awal proses konseling, biasanya klien menampakkan sikap

yang lebih tergantung dibandingkan pada tahap akhir proses

konseling. Sebenarnya sikap ketergantungan klien terhadap konselor

ditentukan respon-respon yang diberikan oleh konselor terhadap

kliennya. Oleh karena itu konselor dan klien harus berusaha untuk

menumbuhkan sikap kemadirian itu di dalam diri klien dengan cara

memberikan respon yang cermat. Sebagaimana firman Allah swt.

Artinya :

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya….” (QS.Al Baqarah/2 :286).39

f. Asas kegiatan

Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah

yang tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan

kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha bimbingan

tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh

individu yang bersangkutan. Para pemberi layanan bimbingan dan

konseling hendaknya menimbulkan suasana individu yang dibimbing

itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.

g. Asas kedinamisan

Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki

terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing yaitu

perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tidaklah

sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton,

melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu

yang lebih maju.40

h. Asas keterpaduan

Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin

keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu

konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan

dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi klien. Dalam

hal ini peranan guru, orang tua dan siswa-siswa yang lain sering kali

Page 24: Bab i Skripsi Elis

sangat menentukan. Konselor harus pandai menjalin kerja sama yang

saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya klien yang

mengalami masalah.41

i. Asas kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan

dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama,

norma adat, norma hukum/ negara, norma ilmu, maupun kebiasaan

sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun

proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan

harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian pula prosedur, teknik, dan

peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari normanorma

yang dimaksudkan.42

j. Asas keahlian

Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan

dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.

Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan

konseling lainnya hendaknya merupakan tenaga yang benar-benar ahli

dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing

(konselor) harus terwujud, baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis

layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam

penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

k. Asas alih tangan

Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu

menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan

tuntas atas suatu permasalahan siswa (klien) dapat mengalihtangankan

kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor) dapat

menerima alih tangan kasus dari orangtua, guru-guru lain, atau ahli

lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat

mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik

yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.43

l. Asas tutwuri handayani

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta

dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien.Lebihlebih

di lingkungan di sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya

dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo, ing

madya mangun karso”.

Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling

tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan

menghadap konselor saja, namun di luar hubungan proses bantuan bimbingan dan

konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan

manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.44

Dari keseluruhan asas bimbingan konseling yang berjumlah 12

tersebut, penulis menyimpulkan pentingnya keseluruhan asas demi tercipta

kemanan dan kenyamanan saat melakukan bimbingan dan konseling saat

bersama konselor. Sehingga ada keterbukaan masalah dan adanya interaksi

yang cukup baik antara klien dan konselor sehingga pemecahan masalah

Page 25: Bab i Skripsi Elis

dapat lebih terselesaikan karena adanya hubungan yang lebih mendalam

antara klien dan konselor.

5. Prinsip bimbingan dan konseling

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip adalah halhal

yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling.

Seperti halnya dalam memberikan definisi mengenai bimbingan dan

konseling, di dalamnya mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan

konseling pun masing-masing ahli mempunyai sudut pandang sendirisendiri

terhadap titik berat permasalahannya. Sekedar sebagai bukti, akan

dikemukakan pula beberapa pendapat dari para ahli mengenai masalah ini

Adapun prinsip-prinsip yang menurut Bimo Walgito ajukan adalah

sebagai berikut:

1. Dasar bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari

dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di sekolah pada

khususnya. Dasar dari pendidikan tidak dapat terlepas dari dasar

negara tempat pendidikan itu dilaksanakan.

2. Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari

tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional di Indonesia

tercantum dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4

yang berbunyi: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,

yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

berbudi pekerti Luhur, memiliki pengetahuan dan

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap

dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan”. Dengan demikian, tujuan bimbingan dan konseling di

sekolah adalah membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional dan

membantu individu untuk mencapai kesejahteraan.

3. Fungsi bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan dan

pengajaran ialah membantu pendidikan dan pengajaran. Oleh karena

itu, segala langkah bimbingan dan konseling harus sejalan dengan

langkah-langkah yang diambil, serta harus sesuai dengan tujuan

pendidikan. Dengan adanya bimbingan dan konseling itu, pendidikan

akan berlangsung lebih lancar karena mendapatkan dukungan dari

bimbingan dan konseling.

4. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu, baik

anak-anak maupun orang dewasa. Jadi, bimbingan dan konseling tidak

terbatas pada umur tertentu.

5. Bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dengan bermacammacam

sifat, yaitu secara:

a. Preventif, yaitu bimbingan dan konseling diberikan dengan tujuan

untuk mencegah jangan sampai timbul kesulitan-kesulitan yang

menimpa diri anak atau individu.

b. Korektif, yaitu memecahkan atau mengatasi kesulitan-kesulitan

yang dihadapi oleh anak atau individu

c. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah

Page 26: Bab i Skripsi Elis

baik, jangan sampai mejadi keadaan-keadaan yang tidak baik.

6. Bimbingan dan konseling merupakan proses yang kontinu. Bimbingan

dan konseling harus diberikan secara kontinu dan diberikan oleh

orang-orang yang mempunyai kewenangan dalam hal tersebut.

Dengan demikian, tidak semua orang boleh memberikan bimbingan

dan konseling.

32

7. Sehubungan dengan hal itu, para guru perlu mempunyai pengetahuan

mengenai bimbingan dan konseling karena mereka selalu berhadapan

langsung dengan murid yang mungkin perlu mendapatkan bimbingan

dan konseling. Kalau keadaan memungkinkan, ada baiknya persoalan

yang dihadapi murid di selesaikan oleh guru sendiri, tetapi kalau tidak

mungkin maka dapat diserahkan kepada pembimbing.

8. Individu yang dihadapi tidak hanya mempunyai kesamaan-kesamaan,

tapi juga mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan

yang terdapat pada masing-masing individu harus diperhatikan dalam

memberikan bimbingan dan konseling.

9. Tiap-tiap aspek dari individu merupakan faktor penting yang

menentukan sikap ataupun tingkah laku. Oleh karena itu, pelaksanaan

bimbingan dan konseling harus benar-benar memerhatikan segala

aspek dari individu yang dihadapi.

10. Anak atau individu yang dihadapi adalah individu yang hidup dalam

masyarakat. Oleh karena itu, tidak boleh memandang individu terlepas

dari masyarakatnya, tetapi harus melihat individu beserta latar

belakang sosial, budaya, dan sebagainya.

11. Anak atau individu yang dihadapi merupakan makhluk yang hidup

berkembang dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, harus diperhatikan

segi dinamikanya. Segi dinamika inilah yang memungkinkan

pemberian bimbingan dan konseling.

12. Dalam memberikan bimbingan dan konseling, haruslah selalu

diadakan evaluasi. Dengan evaluasi, akan dapat diketahui tepattidaknya

bimbingan dan konseling yang tekah diberikan.

13. Sehubungan dengan butir 10, pembimbing harus selalu mengikuti

perkembangan situasi masyarakat dalam arti yang luas, yaitu

perkembangan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.

14. Dalam memberikan bimbingan dan konseling, pembimbing harus

selalu ingat untuk menuju kepada kesanggupan individu agar dapat

membimbing diri sendiri.

33

15. Karena pembimbing berhubungan secara langsung dengan masalahmasalah

pribadi seseorang maka pembimbing harus dapat memegang

teguh kode etik bimbingan dan konseling.45

Dari keseluruhan prinsip yang telah dipaparkan, penulis dapat

mengambil kesimpulan prinsip dalam bimbingan konseling adalah aspekaspek

yang harus dipegang teguh oleh konselor demi perkembangan anak

atau individu agar segala langkah-langkah bimbingan dan konseling

Page 27: Bab i Skripsi Elis

sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.

C. Kontribusi Layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling

1. Layanan Bimbingan dan Konseling

Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut layanan apabila

kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran

layanan (klien), dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan

ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran layanan itu.

Kegiatan yang merupakan layanan itu mengemban fungsi tertentu dan

pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif layanan yang

dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran

(klien) yang mendapatkan layanan tersebut.46

a. Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat

memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik (terutama

orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru

dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar

berperannya peserta didik di lingkungan yang baru ini.47

45 Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 30-36.

46 Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi,

2000), h.35.

47 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di

Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.60.

34

b. Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami

berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi

jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan

pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien)

c. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan

konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh

penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya

penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,

jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstrakurikuler)

sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi

pribadinya.

d. Layanan bimbingan belajar (pembelajaran), yaitu layanan bimbingan

dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)

mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar

yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan

belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya,

sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.48

e. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan dan

konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan

layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan Guru

Pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan

permasalahan pribadi yang dideritanya.

f. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan

Page 28: Bab i Skripsi Elis

konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara

bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai

bahan dari narasumber tertentu (terutama Guru Pembimbing) dan/atau

membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang

berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-haru

dan/atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun 48 Ibid, h.62.

35

sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan

keputusan dan/atau tindakan tertentu.

g. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling

peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan

pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika

kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi

yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.

Berdasarkan pada fungsi dan prinsip bimbingan, maka kerangka

kerja layanan bimbingan dan konseling itu dikembangkan dalam suatu

program bimbingan dan konseling yang dijabarkan dalam empat kegiatan

utama yaitu: pertama, layanan dasar bimbingan, kedua, layanan responsif,

ketiga, layanan perencanaan individual, dan keempat, dukungan sistem.

a. Layanan dasar bimbingan, untuk membantu seluruh peserta didik

mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan

hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan peserta

didik.

b. Layanan responsif, untuk membantu memenuhi kebutuhan yang

dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini

lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif.

c. Layanan perencanaan individual, bertujuan untuk membantu seluruh

peserta didik membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana

pendidikan, karir, dan sosial pribadinya. Tujuan utama dari layanan

ini untuk membantu peserta didik memantau dan memahami

pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, kemudian

merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencananya itu

atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya itu.

d. Dukungan sistem, yaitu kegiatan-kegiatan manajemen yang

bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan

program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan

profesional, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru,

36

staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen

program, penelitian, dan pengembangan.49

Dalam konteks pelayanan BK, manajemen pelayanan BK dapat

berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

aktivitas-aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling dan penggunaan

sumber daya-sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Page 29: Bab i Skripsi Elis

Manajemen pelayanan BK juga bisa berarti bekerja dengan orangorang

untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan

pelayanan bimbingan dan konseling dengan pelaksanaan fungsi-fungsi

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan

personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading),dan

pengawasan (controlling).Pelayanan bimbingan dan konseling

meniscayakan manajemen agar tercapai efesiensi dan efektivitas serta

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.50

2. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling

Selain kegiatan layanan tersebut di atas, dalam bimbingan dan

konseling dapat dilakukan sejumlah kegiatan lain, yang disebut kegiatan

pendukung. Kegiatan pendukung pada umumnya tidak ditujukan secara

langsung untuk memecahkan atau mengentaskan masalah klien, melainkan

untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta

kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran

dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap peserta didik (klien). Kegiatan

pendukung ini pada umumnya dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan

sasaran layanan. Di sekolah sejumlah kegiatan pendukung yang pokok

adalah sebagai berikut. 49 Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling

di SMP, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005). h. 18-19.

50 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2007), h.272-273.

37

a. Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling

Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk

mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (klien),

keterangan tentang lingkungan peserta didik dan “lingkungan yang

lebih luas”. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai

instrumentasi, baik tes maupun non-tes.

b. Penyelenggaraan himpunan data

Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk

menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan

keperluan pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu

diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif,

terpadu, dam sifatnya tertutup.

c. Konferensi kasus

Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk

membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien)

dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang

diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan

komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut.

d. Kunjungan rumah

Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk

memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi

terentaskannya permasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan

ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh dari

Page 30: Bab i Skripsi Elis

orang tua dan anggota keluarga lainnya.

e. Alih tangan kasus

Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk

mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah

yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan

kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. 51

51 Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Kejuruan,

(Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h. 35-39.

38

D. Penelitian yang relevan

Di bawah ini akan disajikan hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian ini antara lain:

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafrina Dariza dalam skripsi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2011), dengan judul

“Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Disiplin Siswa di

SMP AL-Ghazali Bogor” yang bertujuan untuk meneliti peran guru

bimbingan dan konseling sebagai pembimbing, teladan, pengendali, dan

pengawas menunjukkan bahwa kategori guru bimbingan dan konseling di

sekolah tersebut cukup baik dalam meningkatkan disiplin siswa dengan hasil

11% siswa yang melakukan pelanggaran dan 89% siswa tidak melakukan

pelanggaran. Hal tersebut menunjukan peran guru BK di sekolah sudah cukup

baik meskipun kurangnya pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas guru

BK itu sendiri.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Rusmah Rusnawati dalam skripsi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014), dengan judul

“Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Disiplin siswa

di Mts Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan” yang bertujuan untuk meneliti

peran guru bimbingan dan konseling dalam aspek pembimbing, teladan,

pengendali, dan pengawas menunjukkan secara keseluruhan berada pada taraf

“cukup baik” meskipun belum optimalnya kegiatan disiplin yang dilakukan

oleh guru dikarenakan minimnya jumlah guru BK di sekolah.

Penelitian ini memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan

penelitian diatas. Persamaannya yakni sama-sama meneliti bimbingan dan

konseling dan disiplin siswa. Namun ada beberapa perbedaan diantaranya:

1. Penelitian terdahulu meneliti semua aspek peran guru sebagai

pembimbing, teladan, pengendali dan pengawas, sedangkan penelitian ini

berfokus pada aspek layanan dasar, layanan responsif, layanan

perencanaan individual dan dukungan sistem di SMKN 59 Jakarta.

2. Penelitian terdahulu melakukan penelitian peran guru bimbingan dan

konseling dan disiplin siswa, berbeda dengan penelitian ini meneliti dari

39

segi kontribusi layanan bimbingan dan konseling terutama dalam membina

disiplin belajar siswanya.

E. Kerangka Berpikir

Tugas guru BK yaitu membantu proses pengenalan diri oleh

peserta didik beserta peluang dan tantangan yang ditemukannya dalam

Page 31: Bab i Skripsi Elis

lingkungan, sehingga peserta didik mandiri dalam mengambil keputusan

penting perjalanan hidupnya dalam rangka mewujudkan kehidupan yang

produktif, sejahtera, dan bahagia, serta peduli kepada kemaslahatan umum,

melalui pendidikan.

Untuk mewujudkan peserta didik yang dapat mandiri dan dapat

mencapai tugas perkembangan belajarnya dengan baik maka layanan

bimbingan dan konseling diperlukan di sekolah. Siswa itu sendiri

merupakan individu yang harus dibimbing menuju arah kedewasaan agar

dapat berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungannya.

Namun dalam realitanya siswa banyak berperilaku melanggar aturan dan

tata tertib, sehingga perkembangannya tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan, seperti kurang disiplin siswa pada saat belajar, sering keluar

kelas tanpa ijin, mengobrol saat jam pelajaran, dll.

Layanan BK dalam hal ini mengambil peran penting untung

membuat siswa lebih disiplin dengan layanan orientasi guru BK bisa

menjelaskan peraturan sekolah dan tata tertib yang berlaku di sekolah,

dengan layanan responsif yaitu dengan membantu memenuhi kebutuhan

peserta didik berupa kegiatan bimbingan dan konseling dalam

menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar, kemudian

layanan perencanaan individual yang membantu seluruh peserta didik untuk

membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana belajarnya, serta

dukungan sistem untuk meningkatkan layanan bimbingan dan konseling

dalam meningkatkan disiplin siswa terutama dalam hal belajar.

40

Dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling dibutuhkan

koordinasi dan kerjasama seluruh pihak. Dalam menyelesaikan masalah

siswa, seringkali orangtua bersikap kurang peduli terhadap masalah

anaknya, padahal untuk penyelesaian masalah tersebut perlu bantuan dari

pihak orangtua terlebih orangtua lebih mengetahui sikap dan perilaku

anaknya dirumah. Sekolah telah mengupayakan pertemuan dengan orangtua

murid untuk penyelesaian masalah dan dengan mengadakan pertemuan rutin

kepada seluruh orangtua untuk menyelesaikan masalah-masalah siswa di

sekolah. Jumlah guru BK yang hanya terdiri dari satu orang melayani 392

siswa di sekolah dirasa sangat kurang efektif, seharusnya satu guru BK

melayani 150 siswa.

Ketidaksesuaian jumlah guru BK dengan jumlah siswa dan

kurangnya koordinasi dengan orangtua merupakan faktor penentu proses

pendidikan di sekolah. Oleh karena itu guru pembimbing di dalam

menjalankan tugasnya harus bisa berperan sebagai fasilitator yang dapat

membangun semangat belajar siswa, mengidentifikasi kesulitan belajar

siswa, memberikan layanan konseling akademik, bekerjasama dengan

seluruh pihak sekolah dan orang yang berkompeten dalam menyelesaikan

masalah anak didik.

Oleh karena itu, untuk meminimalisir permasalahan dan mencapai

tujuan yang diharapkan oleh sekolah, maka SMKN 59 Jakarta

merencanakan beberapa strategi berupa strategi bimbingan individual,

Page 32: Bab i Skripsi Elis

kelompok, klasikal dengan menggunakan instrument dan media yang

relevan serta menggunakan empat jenis layanan yaitu layanan dasar, layanan

responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem.

1. Pengertian manajemen

Manajemen secara etimologis yaitu menegemet yang artinya seni

mengatur dan melaksanakan. Kata manajemen sering digunakan dalam kehidupan

sehari-hari kita, dan sangat menmbantu dalam mengerjakan sesuatu. Tentunya

peran manajemen sangat dibutuhkan dalam mengatur segala pekerjaan,

manajemen ini berfungsi agar segala pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik

secara sistematis.

Manajemen sebagai suatu disiplin ilmu pertama kali diperkenalkan oleh

Frederick W. Taylor dengan bukunya The Principle of Scientific Management

(1914) dan Henry Fayol dalam General dan Industral Management (1945).

Namun jauh sebelumnya keduanya, ajaran-ajaran Al-qur’an dan Hadits telah lebih

dulu menjelaskan pokok-pokok dan prinsip-prinsip manajemen yang jika

diperbandingkan dengan teori-teori manajemen para ahli masa kini tidaklah

kurang bobotnya, karena ajaran itu juga merupakan prinsip-prinsip dan dasar-

dasar manajemen sekalipun dengan istilah lain. Sebagai contoh dapat

dikemukakan Al-Qur’an:

Page 33: Bab i Skripsi Elis

مع والبصر وال والفؤاد كل أولئك كان عنه مسئ والا ت قف ما ليس لك به علم إن الس

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak

mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan

dan hati, semuanya itu akan ditanya (diminta pertanggung jawabnya)”.

Dengan menelaah peremasalahan permasalahan yang muncul

kepermukaan. Manajemen pembelajaran PAI diharapkan dapat meningkatkan

ahlak peserta didik. Maka sebagai peneliti penulis mengajukan judul sebagai

berikut:

F. KERANGKA PEMIKIRAN

1. LandasanTeologis

Teologi menurut bahasa Yunani asal kata dari theos, artinya "Allah,

Tuhan", dan logia, "kata-kata,"ucapan," atau "wacana" adalah wacana yang

berdasarkan nalar mengenai agama, Dengan demikian, teologi adalah ilmu

yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan

berlandasan agama. Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Firmannya

Q.S. Shaad Ayat 46,

Sesungguhnya kami Telah mensucikan mereka dengan

(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang Tinggi yaitu selalu

mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.

2. Landasan filosofis

Landasan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah landasan

filosofis Pragmatisme dan Progresivisme. Progresivisme mengembangkan

teori pendidikan yang mendasarkan diri pada prinsip, antara lain: a) anak

Page 34: Bab i Skripsi Elis

harus bebas untuk dapat berkembang; b) pengalaman merupakan cara terbaik

untuk merangsang minat belajar; c) guru harus menjadi peneliti dan

pembimbing dalam kegiatan belajar mengajar; d) sekolah seharusnya sebagai

laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis dan eksperimentasi

akhlak.

3. LandasanTeoritis

System perecanaan pembelajaran merupakan suatu hal yang wajib di

laksankan oleh setiap guru. Karena didalamnya terrdapat metode dan cara

terbaik untuk mengajar. Bahan atau materi apa yang akan disampaikan. Seta

tujuan yang dihaapkan dapat peserrta didik miliki setelah melakukan

pembelajaran.

Dalam pembelajaran PAI yang menjadi tujuan bukanlah hanya sekedar

menguasai teknik dan aspek aspek kognitif semata. Namun disamping itu ada

hal yang mesti diperhatikan dan menjadi sorotan utama yaitu ahlak.

G. LANGKAH-LANGKAHPENELITIAN

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Menentukan Jenis Data

Data adalah fakta atau informasi atau keterangan yang dijadikan sebagai

sumber atau bahan menemukan kesimpulan dan membuat keputusan Data

kualitatif yaitu data yang berbentuk deskriftif dan cenderung menggunakan

Page 35: Bab i Skripsi Elis

analisis dengan pendekatan induktif.4 Dalam penelitian ini digunakan data

kualitatif dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan angket.

2. Menentukan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh.5 Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti. Subyek dalam penelitian ini adalah manajemen perencanaan

pembelajaran PAI. Sedangkan yang menjadi obyek adalah seluruh peserta

didik dikelas MAN I MAJALAYA

Langkah-langkah dalam menentukan sumber data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. LokasiPenelitian

Lokasi penelitian yang akan penulis laksanakan adalah di MAN I

MAJALAYA Kabupaten Bandung. Alasan penelitian di lokasi ini,

karena pada lokasi tersebut ditemukan permasalahan serta tersedianya

data-data yang memadai.

b. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek

yang diteliti; populasi juga merupakan keseluruhan atau totalitas objek

psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu.6

4 (Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka

Cipta. 2006:129).

5(Suharsimi Arikunto, metode penelitian . jakarta rhineka cipta2004:107).

6Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung : Mandar

Maju Hal:124

Page 36: Bab i Skripsi Elis

Populasi dibedakan kedalam dua macam; yaitu populasi sampling

dan populasi sasaran. Populasi sampling adalah keseluruhan unit

elementer yang terdapat di daerah lokasi penelitian, sedang populasi

sasaran adalah sebagian populasi sampling yang parameternya akan

diduga melalui penelitian terhadap sampel. Dengan demikian, sampel

merupakan wakil sah bagi populasi sasaran, bukan bagi seluruh populasi

sampling.7 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pengaruh

perencanaan pembelajaran PAI di kelas MAN I MAJALAYA.

Mengacu pada pendapat Suharsimi Arikuto bahwa.apabila

subjeknya kurang dari 100, pengambilan sampelnya lebih baik diambil

seluruhnya atau ..sampel total. Sedangkan jika subjeknya lebih dari 100,

maka pengambilan sampelnya dapat diambil sampel antara 10 – 15%

atau 20 – 25%, atau lebih tergantung kepada kemampuan ..peneliti , jadi

sampel adalah sebagian dari individu yang diselidiki.

Sebagaimana pendapat Sutrisno ia menyatakan sebagian yang

diselidiki adalah sample. Selanjutnya dari seluruh populasi yang telah

ada akan ditetapkan sampelnya dengan berdasarkan pendapat di atas dan

mengingat kepada kemampuan penulis, sampel yang akan digunakan

terbatas pada pengaruh perencanaan pembelajaran PAI salah satunya

yaitu perencanaan pembelajaran akidah ahlak terhadap ahlak peserta

didik di kelas VII A.

3. MetodeDanTeknikPenelitian

7(Abdurrahmat Fathoni, 2006.metodologi penelitian dan teknik penyususnan skripsi.

Pt. asdi mahasatya.jakarta hal:103).

Page 37: Bab i Skripsi Elis

a. MetodePenelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu penelitian yang

diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek tertentu.8Metode deskriptif ini

tepat digunakan untuk menggambarkan kondisi faktual penyelenggaraan

pendidikan. Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

apa yang ada, bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat

yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek

yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang.

b. Teknik Penelitian

1) Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog langsung yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai.9

Wawancara ini dilaksanakan untuk mendapatkan data yang objektif

mengenai Bagaimana implikasi teknologi sebagai sumber daya belajar

terhadap peningkatan kualitas hasil belajar peserta didik

2) Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses

yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi

merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari

8 (yaya suryana, 2009. Metode Penelitian Pendidikan, PT. Azkia Pustaka Utama,

Bandung.

9(Suharsimi Arikunto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktek 1993:162).

Page 38: Bab i Skripsi Elis

fenomena-fenomena yang diselidiki.Penelitian yang dilakukan dengan

cara melakukan pengamatan terhadap objek, baik secara langsung

ataupun tidak langsung, lazimnya menggunakan teknik observasi.

Dalam hal ini observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan

cara mendatangi guru di lokasi penelitian untuk meyakinkan kegiatan

yang terjadi dan mencatatnya sebagai data penelitian.

3) Angket

Angket atau kuesioner merupakan salah satu alat pengumpul

data.Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan

atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh

responden.Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang

bagaimana manajemen perencanaan pembelajaran PAI yang baik dan

pada kesempatan ini yang mejadi responden pertama adalah pihak

guru. Serta bagaimana dampak yang ditimbulkan terhadap ahlak

peserta didik dari pembelajaran PAI terebut.

Dengan teknik ini diharapkan peneliti mendapatkan data pokok

yang akan dilaksanakan secara efisien. Angket yang digunakan adalah

angket yang langsung dan berstruktur, yakni diberikan dan di isi

langsung oleh responden serta pada setiap itemnya sudah tersedia

berbagai alternative jawaban.Angket ini diberikan kepada setiap guru

untuk mengetahui tanggapan, kemudahan dan kendala saat menyusun

perencanaan pembelajaran.Serta bagaimana implementasi dari

perencanaan pembelajaran tersebut di dalam kelas dan dampak yang

Page 39: Bab i Skripsi Elis

di timbulkan dari pembelajaran PAI tersebut terhadap akhlak peserta

didik.

4) Studi Kepustakaan

Kajian pustaka adalah proses pendalaman, penelaahan dan

pengidentifikasian pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber

bacaan, buku-buku referensi atau hasil penelitian lain) yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti10

. Teknik ini dilakukan

untuk menunjang hasil penelitian dengan menggunakan buku-buku

dan bahan-bahan yang ada hubungannya dengan permasalahannya

yang diteliti.

5) Analisis data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah

selanjutnnya adalah menganalisa data yang telah terkumpul. analisa

ini akan dilakukan dengan cara analisis logika dan korelasi

nyadengan teori teori para ahli tentang perkembangan ahlak sehingga

data yang diperoleh bersifat kualitatif.

6) Pendekatan Dan Metode Penelitian

Masalah yang dikaji yaitu untuk mengetahui pengelolaan

perencanaan pembelajaran seorang guru dalam mengelola dan

melaksanakan pembelajaran dan memantau kemajuan ahlak peserta

didik setelah melakukan pembelajaran. Maka metode penelitian yang

di gunakan adalah metode kualitatif.

10

(sugiyono.2005.metode peneitian kuantitat kualitatif dan R & Dalfhabeta bandung.

Page 40: Bab i Skripsi Elis

7) SubyekPenelitian Dan ObjekPenelitian

Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti.11

Subyek dalam penelitian ini adalah pengaruh manajemen

perencanaan pembelajaran PAI terhadap ahlak peserta didik. Dan yang

menjadi objek adalah seluruh peserta didik kelas MAN I

MAJALAYA.

8) Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel - variabel dari penelitian ini adalah pengaruh

perencanaan pembelajaran PAI. Agar diperoleh data yang lengkap dan

betul-betul menjelaskan peningkatan Ahlak peserta didik, maka dalam

hal ini peneliti perlu mengumpulkan data-data dari penilaian guru.

Terutama penilaian afektif peserta didik.

9) SistematikaPenulisan

Dalamsistematikapenyusunanskripsi

initerdiridaritigabagianantara lain :Bagianawalmeliputi :

halamanjudul, halamanpengesahan, halaman motto, prakata, daftarisi,

daftartabel, abstraksi.

BagianUtama :

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang masalah, Identifikasi Masalah,

perumusan masalah dan Pembatasan Masalah, Tujuan penelitian,

11

(Arikunto, metodologi penelitian dengan pendekatan praktik2002).

Page 41: Bab i Skripsi Elis

Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Tinjauan Pustaka,

Langkah-langkah Penelitian dan sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai pengertian yang berkaitan

dengan judul yang hendak dibahas. Dimana judul teresbut memuat tema

yang di jadikan sebagai landasan. Landasan teori ini terbagi dalam tiga

poin. Yaitu landasan teoritis, landasan teologis, dan landasan filosis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan pengertian metode penelitian, tempat dan

waktu penelitian, populasi, sample, dan sampling, ,teknik pengumpulan

data, teknik analisis data.

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN

Meliputi latar belakang sekolah, Manajemen Kinerja Guru,

manajemen Guru dalam memanfaatkan teknologi saat pembelajaran

guna meningkatkan Mutu Lulusan, Masalah yang dihadapi Guru

terhadap penggunaan teknologi, Langkah-langkah strategis guru dalam

pemanfaatan teknologi sebagai sumber daya belajar.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran-saran dari penelitian.

Bagian akhir terdiri dari.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 42: Bab i Skripsi Elis

H. DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharismi. 2002. Metodologi Penelitian dengan pendekatan praktik.

Jakarta: rhineka cipta

______,_________.2004. metode penelitian pendidikan.Jakarta : Rhineka Cipta

______,_________.2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta :

Rhineka Cipta

Darwin Syah , 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam.

Departemen Agama Republik Indonesia Al-quran dan terjemahan

Q.S. Shaad Ayat 46

Fathoni,Abdurrahmat. 2006.metodologi penelitian dan teknik penyususnan

skripsi.Jakarta: Pt Asdi Mahasatya

Hamalik,Oemar.1995. Kurikulum Dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta

Khoiri. 2008. Pembelajaran Kreatif dengan Peraga. http://www.indopos.co.id/

index.php?act=detail_c&id=325101. Diakses 25 september 2014

PidartaMade.2005. Perencanaan Pendidikan Parsipatori, Jakarta, : PT Asdi

Mahasatya

Pararaja, Arifin. 2008. Metodologi PAIKEM. http://smk3ae. wordpress.com

/ 2008/06/26/ metodologi-pakem/. Diakses tanggal 25 september 2014

Ramadhan, A. Tarmizi. 2008. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan.

Syafie,Inu Kencana dan Azhari, 2006. Pengertian sistem . Bandung: PT Refika

Aditama

Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung :

Mandar Maju

Page 43: Bab i Skripsi Elis

sugiyono.2005.metode peneitian kuantitat kualitatif dan R & Dalfhabeta bandung

Zakiah Daradjat,1996. Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara

Page 44: Bab i Skripsi Elis

J. OUT LINE

Dalam penyusunan skripsi yang akan penulis buat tentunya ad sistematika

penulisan yang harus di pakai. Sesuai dengan anjuran dari pihak akademik maka

susunan penulisan skripsi yang akan penulis buat adalah sebagai berikut

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

DAFTAR TABEL ........................................................................................

ABSTRAKSI ..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................

B. Identifikasi, Pembatasan & Perumusan masalah..................................

C. Tujuan Penelitian..................................................................................

D. Kerangka Pemikiran .............................................................................

E. Hipotesis ...............................................................................................

F. Langkah Langkah Penelitian ................................................................

G. Sistematika Pembahasan ......................................................................

BAB II LANDASAN TEORI (JUDUL SKRIPSI)

A. Landasan Teologis................................................................................

B. Landasan Filosofis................................................................................

C. Landasan Teoritis .................................................................................

D. Konsep Dasar .......................................................................................

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Menetukan Lokasi Penelitian ...............................................................

Page 45: Bab i Skripsi Elis

B. Menentukan Sumber Dan Jenis Data ...................................................

C. Menentukan Populasi & Sample ..........................................................

D. Menentukan Metode Penelitian ............................................................

E. Menentukan Teknik Pengumpulan Data ..............................................

F. Teknik Menganalisa Data.....................................................................

G. Teknik Menyajikan Data Hasil Penelitian ...........................................

BAB IV ANALISIS EMPIRIK (JUDUL)

A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian ......................................................

B. Realitas Manajemen Perncanaan Pembelajaran PAI Dalam

Meningkatkan Ahlak Peserta Didik .....................................................

C. Kualitas Lingkungan Sekolah ..............................................................

D. Hubungan Antara Lingkungan Kelas Dengan Pemanfaatan Sumber

Daya Belajar .........................................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................

B. Saran & Rekomendasi ..........................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

LAMPIRAN LAMPIRAN .............................................................................

INDEX .............................................................................................................

GLOSARIUM ................................................................................................

K. RENCANA WAKTU PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakasanakan ini direncanakan selesai dalam waktu

kurang dari 6 bulan mulai dari pengajuan judul sampai dengan penelitian

Page 46: Bab i Skripsi Elis

dilapangan dan dilanjutkan pada pengolahan data dan penyajian data pelaporan

dalam bentu klaporan skripsi , adapun skema rencana waktu penelitian

direncanakan sebagai berikut ;

No

Bulan

Keterangan

des Jan feb mar apr Mei juni

1 Ujian Proposal

2

Pencarian Data Melalui

Observasi Lapangan

3

Ujian WIP I, Hasil Penulisan

Data BAB I & BAB II

4 Pengolahan Data Lapangan

5

Ujian WIP II Hasil Penyajian

BAB III s/d BAB Akhir

6 Munaqosah

I.