bab ii gambaran umum tentang semantik sertarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21798/3/chapter...
TRANSCRIPT
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG SEMANTIK SERTA
KEIYOOSHI “CHIISAI, KOMAKAI, KUWASHII”
2.1 Definisi Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari
bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya
adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud
dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan kata dari sema itu adalah tanda
linguistik. Seperti yang dikemukan oleh Ferdinand De Saussure dalam Chaer
(1994:285) bahwa setiap tanda linguistik terdiri dari dua komponen yaitu : (1)
komponnen yang mengartikan yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa. Misalnya,
(Perancis : significant, Inggris : signifier) dan (2) komponen yang diartikan atau
makna dari komponen pertama. Misalnya, (Perancis : signifie, Inggris : signified)
sebenarnya tidak lain daripada konsep atau makna sesuatu tanda bunyi. Kedua
komponen ini adalah merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau
yang dilambanginya adalah sesuatu yang berada diluar bahasa yang lazim disebut
referen atau hal yang ditunjuk.
Kata semantik itu kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan
untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik
dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi linguistik yang
Universitas Sumatera Utara
mempelajari makna atau arti bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan
sebagai ilmu tentang makna atau arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa
: fonologi, gramatikal dan semantik.
Selain istilah semantik dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah
lain seperti semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk
pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang.
Namun, istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik karena istilah-
istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakup
makna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda-tanda lalu lintas, kode
morse, dan tanda-tanda ilmu matematika. Sedangkan cakupan semantik hanyalah
makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.
Semantik memegang peranan penting dalam berkomunikasi. Karena
bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah tidak lain untuk menyampaikan
suatu makna (Sutedi :2003:103). Misalnya seseorang menyampaikan ide dan pikiran
kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang disampaikan.
Hal ini disebabkan karena ia bisa menyerap makna yang disampaikan dengan baik.
Semantik tidak hanya membahas kata-kata yang bermakna leksikal
saja, tetapi juga membahas makna kata-kata yang tidak bermakna bila tidak
dirangkaikan dengan kata lain seperti partikel atau kata bantu, yang hanya memiliki
makna grramatikal.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Jenis-jenis Makna dalam Semantik
Menurut Chaer (1994:59) jenis atau tipe makna dapat dibedakan
berdasarkan kriteria atau sudut pandang, yakni :
1. Berdasarkan jenis makna semantik, makna dapat dibedakan menjadi makna
leksikal dan makna gramatikal.
Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referensinya, makna
yang sesuai dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata
dalam kehidupan kita. Contohnya: kata Tikus, makna leksikalnya adalah sebangsa
binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna nampak
jelas dalam kalimat tikus mati diterkam kucing atau panen kali ini gagal akibat
serangga hama tikus, kata tikus pada kedua kalimat itu jelas merujuk kepada
binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi dalam kalimat yang menjadi tikus di
gudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam makna leksikal karena tidak
merujuk kepada binatang tikus melainkan kepada seorang manusia.
Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat
adanya proses gramatikal atau proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses
komposisi. Contoh proses afiksasi / ter- / pada kata / angkat /dalam kalimat batu
seberat itu terangkat juga oleh adik, awalan ter- pada kata terangkat melahirkan
makna “dapat”, dan dalam kalimat ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke
atas, melahirkan makna gramatikal “tidak sengaja”. Contoh reduplikasi dapat dilihat
Universitas Sumatera Utara
pada kata pulpen yang bermakna “sebuah pulpen”, menjadi buku-buku yang
bermakna “banyak buku”. Sedangkan contoh komposisi dapat dilihat pada kata sate
ayam tidak sama dengan sate madura. Yang pertama menyatakan asal bahan, yang
kedua menyatakan asal tempat. Begitu juga dengan komposisi orang tua asuh.
Yang pertama menyatakan anak yang diasuh, sedangkan yang kedua menyatakan
orang tua yang mengasuh.
2. Berdasarkan ada tidaknya pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan
menjadi makna referensial dan makna non-referensial.
Makna referensial adalah makna dari kata-kata yang mempunyai referen,
yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata lain. Contoh : kata lemari dan
kasur, disebut bermakna referensial karena kedua kata itu mempunyai referen yaitu
sejenis perabot rumah tangga.
Sedangkan kalau kata-kata itu tidak memiliki referen, maka kata itu
disebut kata bermakna non-referensial. Contoh : kata jika dan meskipun tidak
memiliki referen, jadi kata tersebut bermakna non-referensial. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kata-kata yang termasuk kata penuh seperti lemari dan kasur
termasuk kata-kata referensial, sedangkan yang termasuk kata tugas seperti preposisi,
konjugasi dan kata tugas lain adalah kata-kata yang bermakna non-referensial.
3. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem, dibedakan
menjadi makna denotatif dan makna konotatif.
Universitas Sumatera Utara
Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial, sebab
makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil
observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman
lainnya. Jadi makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif.
Karena itu sering disebut sebagai makna sebenarnya. Contoh : kata wanita dan
perempuan. Karena kata-kata ini mempunyai denotasi yang sama, yaitu manusia
dewasa bukan laki-laki. Walaupun kata perempuan mempunyai nilai rasa yang
rendah, sedangkan kata wanita mempunyai nilai rasa yang tinggi. Makna tambahan
pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa baik positif maupun negatif disebut
makna konotasi.
4. Berdasarkan ketepatan maknanya, makna dapat dibedakan menjadi makna kata
dan makna istilah.
Makna kata sering disebut sebagai makna bersifat umum, sedangkan
makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Hal ini dapat dilihat dari contoh
dalam bidang kedokteran kata tangan dan lengan, digunakan sebagai istilah untuk
pengertian yang berbeda. Makna tangan adalah “pergelangan”, sedangkan dalam
bahasa umum tangan adalah “pergelangan sampai ke pangkal bahu”. Sebaliknya
dalam bahasa umum tangan dan lengan dianggap bersinonim (maknanya sama).
5. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna
asosiatif, idiomatik, kolokatif dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan perlambang-lambang yang
digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain.
Contohnya kata melati digunakan sebagai perlambang kesucian, kata merah
digunakan sebagai perlambang keberanian, dan kata srikandi digunakan sebagai
perlambang kepahlawanan wanita.
Berbeda dengan makna idiomatik, kata idiom berarti satuan-satuan
bahasa (bisa berupa kata, frase maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat
diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-
satuan tersebut. Contoh frase menjual rumah bermakna “si pembeli menerima
rumah dan si penjual menerima uang”, tetapi menjual gigi bukan bermakna si
pembeli menerima gigi dan si penjual menerima uang”, melainkan bermakna “tertawa
keras-keras”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna
sebuah satuan bahasa (kuat, frase atau kalimat) yang menyimpang dari makna
leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya.
Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam
kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah
frase. Contoh frase gadis itu cantik dan pemuda itu tampan. Kita tidak dapat
menyatakan gadis itu tampan atau pemuda itu cantik, karena pada kedua kalimat itu
maknanya tidak sama walaupun informasinya sama.
2.1.2 Manfaat Mempelajari Semantik
Universitas Sumatera Utara
Manfaat yang kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari bidang
apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari (Chaer : 1994 :11). Bagi seorang
wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
persuratkabaran dan pemberitaan, mereka barangkali akan memperoleh manfaat
praktis dari pengetahuan mengetahui semantik.
Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan
menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada
masyarakat umum, tanpa pengetahuuan akan konsep-konsep polisemi, homonimi,
denotasi, konotasi dan nuansa-nuansa makna tentu akan sulit bagi mereka untuk dapat
menyampaikan informasi secara tepat dan benar.
Bagi mereka yang berkecipung dalam penelitian bahasa, seperti mereka
yang belajar di Fakultas sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal
teoritis kepadanya untuk menganalisis bahasa atau calon guru, pengetahuan mengenai
semantik akan manfaat teoritis dan juga manfaat praktis.
Manfaat teoritis karena dia sebagai guru bahasa harus pula mempelajari
dengan sungguh-sungguh akan bahasa yang diajarkannya. Teori-teori semantik ini
akan mencoba menolongnya memahami dengan lebih baik konsep-konsep bahasa
yang akan diajarkannya. Sedangkan manfaat praktis akan diperolehnya berupa
kemudahan bagi dirinya dalam mengajarkan bahasa itu kepada murid-muridnya.
Seorang guru bahasa, selain harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang mengenai segala aspek bahasa, juga harus memiliki pengetahuan teori semantik
Universitas Sumatera Utara
secara memadai. Tanpa pengetahuan ini dia tidak akan dapat dengan tepat
menjelaskan perbedaan dan persamaan semantik antara dua buah bentuk kata, serta
bagaimana menggunakan kedua bentuk kata yang mirip itu dengan benar.
Sedangkan bagi orang awam atau orang kebanyakan pada umumnya,
pengetahuan yang luas akan teori semantik tidaklah diperlukan. Tetapi pemakaian
dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia di
sekelilingnya yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan. Semua
informasi yang ada di sekelilingnya, dan yang juga harus mereka serap, berlangsung
melalui bahasa, melalui dunia lingual. Sebagai manusia yang bermasyarakat tidak
mungkin mereka bisa hidup tanpa memahami alam sekitar mereka yang berlangsung
melalui bahasa.
2.2 Sinonim
Secara etimologi kata sinonimi atau disingkat sinonim berasal dari bahasa
Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’, dan syn yang berarti ‘dengan’. Maka
secara harfiah kata sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’
(Chaer, 1994 :82).
Sementara menurut H.G Tarigan (1993:78) kata sinonim terdiri dari sin
(“sama” atau “serupa”) dan akar kata onim ”nama” yang bermakna “sebuah kata yang
dikelompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkann
makna umum. Dengan perkataan lain : sinonim adalah kata-kata yang mengandung
Universitas Sumatera Utara
arti pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai kata. Atau secara singkat : sinonim
adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi.
Bambang Yudi Cahyono (1995:208) mengatakan bahwa sinonim adalah
dua kata atau lebih, yang memiliki makna yang sama atau hampir sama, tetapi tidak
selalu dapat saling mengganti dalam kalimat. Contoh-contoh sinonim adalah sudah-
telah, sebab-karena, meskipun-walaupun, jikalau-apabila, cinta-kasih, mati-
meninggal.
Dalam bahasa Jepang sinonim disebut dengan 類義語 (ruigigo).dalam
kamus sinonim atau 類義語辞典 (ruigigo jiten) karya Minazima Tatuo definisi
sinonim adalah :
類義語というのは、意味が同じか、またはよく似ている単語のことである Ruigigo to iu no wa, imi ga onajika, matawa yoku niteiru tango no koto de aru.
‘Yang disebut dengan sinonim adalah kata yang memiliki arti sama atau sangat
mirip’.
Perlu diperhatikan bahwa pengertian kesamaan makna yang digunakan
dalam membicarakan sinonim tidak mesti sama secara utuh. Kadang-kadang sebuah
kata kata dapat cocok dalam kalimat tertentu, tetapi sinonim kata itu akan membuat
kalimat itu tidak enak didengar. Misalnya, kata makan cocok digunakan dalam
kalimat Para pekerja bangunan sedang makan nasi ransum kiriman
majikannya. Akan tetapi bersantap yang merupakan sinonim kata itu terasa kurang
pas.
Universitas Sumatera Utara
Istilah sinonim dipakai karena pertindihan pada kata-kata yang bersinonim
itu cukup sehingga menyebabkan kemiripan fungsi kata-kata yang bersinonim itu.
Kata jejaka dan kata duda dalam bahasa Indonesia memiliki banyak kemiripan
mengenai cirri-cirinya kecuali dalam status perkawinan. Pertindihan yang tidak luas
itu tidak masuk dalam sinonim karena adanya perbedaan yang mendasar pada kata-
kata itu. Memang kedua kata itu memiliki persamaan bahwa yang dimaksud ialah
seorang manusia yang berjenis kelamin laki-laki, tetapi persamaan itu tidak pernah
dihiraukan orang, justru perbedaanya yang menjadi pusat perhatian yakni perbedaan
status perkawinannya.
Menurut Bambang Yudi Cahyono (1995:208) ada dua syarat suatu
dikatakan sinonim, yaitu memiliki kemiripan hampir menyeluruh dan sesuatu yang
ada diluar kemiripan itu tidak dianggap penting dan tidak banyak berpengaruh.
Sedangkan menurut T.Fatimah Djajasudarma (1999:42) ada tiga batasan untuk
sinonim, yaitu :
1. Kata-kata dengan referen ekstra linguistik yang sama
2. Kata-kata yang memiliki makna yang sama
3. Kata-kata yang dapat disulih dalam konteks yang sama
Tiap-tiap ahli bahasa membagi sinonim berbeda-beda. Dibawah ini akan
diuraikan penggolongan sinonim menurut beberapa ahli bahasa:
Universitas Sumatera Utara
1. Pembagian sinonim dengan mengikuti Palmer dalam T.Fatimah Djajasudarma
(1999:40) sebagai berikut :
a) Perangkat sinonim yang salah satu anggotanya berasal dari bahasa daerah atau
bahasa asing dan yang lainnya, yang terdapat didalam bahasa umum. Mis,
konde dan sanggul, domisili dan kediaman, khawatir dan gelisah.
b) Perangkat sinonim yang pemakaiannya bergantung kepada langgam dan laras
bahasa. Mis, dara, gadis, dan cewek; mati, meninggal, dan wafat.
Pemakaian kosakata langgam dan laras bahasa yang berbeda akan
menghasilkan kalimat yang tidak apik (ill-formed). Mis, “Cewek yang tinggal
di rumah besar itu kemarin wafat”.
c) Perangkat sinonim yang berbeda makna emotifnya, tetapi makna kognitifnya
sama. Mis, negarawan dan politikus; ningrat dan feodal.
d) Perangkat sinonim yang pemakaiannya terbatas pada kata tertentu
(keterbatasan kolokasi). Mis, telur busuk, nasi basi, mentega tengik, susu
asam, baju apek, busuk, basi, tengik, asam dan apek memiliki makna yang
sama, yakni buruk, tetapi tidak dapat saling menggantikan karena dibatasi
persandingan yang dilazimkan.
e) Perangkat sinonim yang maknanya kadang-kaddang tumpang-tindih.
Misalnya, buluh dan bamboo; bumbu dan rempah-rempah; bimbang,
cemas, dan sangsi; nyata dan kongkret.
Universitas Sumatera Utara
2. Penggolongan sinonim menurut pembagian Colliman dalam T.Fatimah
Djajasudarma (1999:39-41) membagi jenis sinonim menjadi Sembilan, dan
bila kita lihat contohnya di dalam bahasa Indonesia, sebagai berikut :
a) Sinonim yang salah satu annggotanya memiliki makna yang lebih umum
(generik), bandingkan mis, menghidangkan dan menyediakan atau
menyiapkan; kelamin dengan seks.
b) Sinonim yang salah satu anggotanya memiliki unsur makna yang lebih
intensif. Mis, jenuh dan bosan; kejam dan bengis; imbalan dan pahala.
c) Sinonim yang salah satu anggotanya lebih menonjolkan makna emotif.
Mis, mungil dan Kecil; bersih dan ceria; hati Kecil dan hati nurani.
d) Sinonim yang salah satu anggotanya bersifat mencela atau tidak
membenarkan. Mis, boros dan tidak hemat; hebat dan dahsyat;
mengamat-amati dan memata-matai (di dalam bahasa Sunda dikenal
ujaran bodo ‘bodoh’ dan hese ngarti gancang poho ‘sulit mengerti cepat
lupa’).
e) Sinonim yang salah satu anggotanya menjadi istilah bidang tertentu. Mis,
plasenta dan ari-ari; ordonansi dan peraturan; disiarkan dan
ditayangkan.
Universitas Sumatera Utara
f) Sinonim yang salah satu anggotanya lebih banyak dipakai didalam ragam
bahasa tulisan. Mis, selalu dan senantiasa; enak dan lezat; lalu dan
lampau; bisa dan racun.
g) Sinonim yang salah satu anggotanya lebih lazim dipakai di dalam bahasa
percakapan. Mis, kayak dan seperti; ketek dan ketiak.
h) Sinonim yang salah satu anggotanya dipakai dalam bahasa kanak-kanak.
Mis, pipis dan berkemih; mimik dan minum; bobo dan tidur, mam
(mamam) dan makan.
i) Sinonim yang salah satu anggotanya biasa dipakai di daerah tertentu saja.
Mis, cabai dan lombok; sukar dan susah; lepau dan warung; katak dan
kodok; sawala dan diskusi.
2.3 Pengertian Keiyooshi
Menurut Situmorang Hamzon, (2007:28) bila dilihat dari huruf kanjinya, kata
Keiyooshi ( 形容詞 ) terdiri dari tiga buah huruf kanji, yaitu :
形 = yang dibaca Kei yang berarti bentuk, rupa, corak atau potongan.
容 = yang dibaca Yoo yang berarti lukisan, perumpamaan, kiasan atau
ibarat.
詞 = yang dibaca Shi yang berarti kata
形容詞 = kata bentuk keadaan.
Universitas Sumatera Utara
Ciri-ciri keiyooshi :
1. Dapat berdiri sendiri
2. Menunjukkan sifat atau keadaan sesuatu benda
3. Mempunyai perubahan bentuk (konjugasi)
4. Selalu berakhiran i
5. Dapat menjadi predikat.
Dalam bahasa Jepang, Adjektiva secara umum disebut denggan istilah
Keiyooshi. Keiyooshi adalah kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan
sesuatu. Dalam bahasa Jepang kata sifat atau Keiyooshi dibagi dalam dua bagian
yaitu kata sifat yang berakhiran I atau I-Keiyooshi dan kata sifat yang berakhiran
Na atau sering disebut dengan Na-Keiyooshi.
Yang dimaksud dengan I-Keiyooshi adalah kelas kata yang
menyatakan sifat atau keadaan sesuatu, dengan sendirinya dapat menjadi
predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk (Kitahara, 1995 : 82). Kata-kata
yang termasuk I-Keiyooshi dapat membentuk bunsetsu walaupun tanpa bantuan
kelas kata lain. Setiap kata yang termasuk I-Keiyooshi selalu diakhiri silabel (i)
dan bentuk kamusnya dapat menjadi predikat, dan dapat menjadi kata keterangan
yang menerangkan kata lain dalam suatu kalimat negatif. Kelas kata ini
mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kalimat.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata sifat sering disebut dengan
istilah Adjektiva, Adjektiva adalah gabungan kata yang digunakan untuk menerangkan
Universitas Sumatera Utara
kata benda (nomina). Adjektiva juga disebut kata sifat keadaan yaitu kata yang
dipakai untuk menerangkan sifat atau keadaan orang, benda atau binatang (Sudjianto,
1990 :255), dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
1. Adjektiva dapat diberikan keterangan perbandingan, seperti : lebih kurang,
paling, lebih pandai, kurang besar dan paling baik.
2. Adjektiva dapat diberi keterangan penguat, seperti : sangat, amat, benar,
sekali, terlalu, sangat bagus, amat mahal, bodoh, cantik sekali, benci, dan
terlalu kuat.
3. Adjektiva dapat diingkari dengan kata ingkar tidak, tidak sulit dan tidak
sakit.
4. Adjektiva pada kata tertentu dapat berupa akhiran, antara lain : er/
Temporer, iah / alamiah, if /sumatif, ik / akademik.
2.4 Jenis-jenis Keiyooshi
Menurut Shimizu (Skripsi Novalia Hutapea 2006: 45) Keiyooshi atau I-Keiyooshi
dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Zokusei Keiyooshi yaitu kelompok kata adjektiva-i yang menyatakan sifat
atau keadaaan secara objektif.
Contoh : 早い (はやい) = cepat
長い (ながい) = nagai
Universitas Sumatera Utara
遠い (とおい) = jauh
高い(たかい) = mahal
難し(むずかしい) =sulit/payah
白い(しろい) = putih, dan sebagainya
2. Kanjoo keiyooshi yaitu kelompok kata adjektiva-i yang menyatakan perasaan
atau emosi secara subjektif.
Contoh : 哀し(かなしい) = sedih
恐い(こわい) = takut
痒い(かゆい) = gatal, dan sebagainya
Menurut Situmorang Hamzon, (2007:28) Keiyooshi atau I-Keiyooshi dibagi
menjadi tujuh jenis dilihat dari artinya, yaitu:
1. Keiyooshi yang mengutarakan bentuk benda
Contoh :
丸い (まるい) = bulat
四角い (しかくい) = persegi empat
細長い (ほそいながい) = panjang kurus/ sempit
平たい (ひらたい) = datar
鋭い (するどい) = tajam
Universitas Sumatera Utara
2. Keiyooshi yang mengutarakan jumlah atau volume benda
Contoh :
大きい (おおきい) = besar
小さい (ちいさい) = Kecil
細かい (こまかい) = halus, mendetail
長い (ながい) = panjang
厚い (あつい) = tebal
3. Keiyooshi yang menunjukkan sifat benda
Contoh :
固い (かたい) = keras
柔らかい (やわらかい) = lembek/ lembut
熱い (あつい) = panas
白い (しろい) = putih
赤い (あかい) = merah
4. Keiyooshi yang berhubungan dengan mutu
Contoh :
悪い (わるい) = jelek
美しい (うつくしい) = cantik
Universitas Sumatera Utara
好ましい (このましい) = suka, menarik hati
汚い (きたない) = kotor
面白い (おもしろい) = menarik
5. Keiyooshi yang berhubungan dengan nilai benda
Contoh :
素晴らしい (すばらしい) = hebat
優し (やさしい) = baik hati
厳しい (いかめしい) = keras, sungguh-sungguh
睦まじい (むつまじい) = ramah, bersahabat
6. Keiyooshi yang berhubungan dengan nilai bunyi-bunyian
喧しい (やかましい) = riuh, bising
騒がしい (さわがしい) = gaduh, riuh
7. Keiyooshi yang mengutarakan makna gerakan.
早い (はやい) = kencang
遅い (おそい) = lambat, pelan-pelan
のるい = pelan-pelan
2.5 Chiisai, Komakai, Kuwashii
Universitas Sumatera Utara
Pada bab ini juga akan dikemukakan pendapat dari beberapa ahli
linguistik bahasa Jepang, tentang pengertian Chiisai, Komakai, dan Kuwashii.
1. Pengertian Chiisai
Kikuo Nomoto (1988 : 100) mengatakan bahwa :
1. (Kecil) ( tentang barang dan sebagainya) tidak besar kapasitasnya, luasnya,
tingginya, panjangnya ; juga, tidak besar kalau dibandingkan dengan yang lain.
Contoh : 弟より私の方が
Otooto yori watashi no hoo ga
小さい
Saya lebih
Chiisai
pendek
2. (Kecil) (tentang jumlah atau taraf) tidak besar, tidak tinggi.
daripada adik laki-laki saya.
Contoh : テレビの音を
Terebi no oto o
小さくする
chiisaku
suru
Mengecilkan
3. (Kecil) (tentang ukuran, pengaruh) tidak besar.
suara televisi.
Contoh : 父は小さい
Chichi wa
事業をやっている
Chiisai
Ayah saya mengusahakan perusahaan
jigyoo o yatte iru
Kecil
4. (Kecil) (tentang anak) sedikit umurnya.
.
Contoh : 小さいころよく川で泳いだものだ
Universitas Sumatera Utara
Chiisai
Ketika masih
koro yoku kawa de oyoida mono da.
Kecil,
sering berenang di sungai.
2. Pengertian Komakai
Kikuo Nomoto (1988 : 583) mengatakan bahwa :
1. Halus-halus (tentang unsur-unsur yang merupakan bagian keseluruhan) ; sangat
Kecil.
Contoh : ネギを細かく
Negi o
刻む
komakaku
Mengiris daun bawang
kizamu
halus-halus
2. (tentang suatu hal) panjang lebar isinya ; remeh temeh.
.
Contoh : 細かい
ことを気にする
Komakai
Terlalu memperhatikan hal yang
koto o ki ni suru
remeh temeh
3. Penuh perhatian penuh seksama.
(sekecil-kecilnya).
Contoh : あの人のすることは芸が細かい
Ano hito no suru koto wa gei ga
Dalam bekerja, keahlian sampai padahal yang
Komakai
Sekecil-kecilnya.
Universitas Sumatera Utara
Shoji dan Hiroshi (2001 : 287) mengatakan bahwa :
1. Komakai denotes that each part or section of something, e,g., powder, sand,
rain, lettering, or netting, is very fine, small or dense. Komakai is used only
when there are many the same kind thing of present.
Komakai menunjukkan bahwa setiap bagian atau bagian dari sesuatu, misalnya :
bubuk, pasir, hujan, huruf, atau jaring, sangat halus, Kecil atau padat. Komakai
digunakan hanya jika ada banyak hal yang sama yang hadir.
Contoh : 霧のような細かい
Kirino yoona
雨が降っているI
Komakai
Sedang turun hujan
amega futteiru.
rintik-rintik
2. Komakai is also used when one explains something very carefully, covering
each minute detail. Kuwashi refers to the richness of information, while
Komakai refers to each small, minute detail. Komakai okane normally means
coins small denomination, such as ¥ 100 and ¥ 50 coins. To change a large bill
into small money is komakaku suru in Japanese.
seperti kabut.
Komakai juga digunakan ketika seseorang menjelaskan sesuatu yang sangat hati-
hati.Yang mencakup setiap detil menit. Kuwashii mengacu pada kekayaan informasi,
sedangkan Komakai mengacu pada setiap detail, Kecil menit. Komakai okane
biasanya berarti koin dari denominasi Kecil. Seperti ¥100 dan ¥50. Untuk mengubah
tagihan besar menjadi uang Kecil Jepang Komakaku suru.
Contoh : 彼はお金に細かい
Karewa okaneni
からきらわれている
Komakaikara kirawareteiru.
Universitas Sumatera Utara
Dia tidak disukai karena terlalu (perhitungan)
masalah uang.
3. Pengertian Kuwashii
Kikuo Nomoto (1988 : 651) mengatakan bahwa :
1. (= teliti terperinci, secara mendetil)
Contoh : もっと詳しい
Motto
報告が読みたい
Kuwashii
Ingin membaca laporan yang lebih
hookoku ga yomiitai
terperinci
2. (dalam bentuk ni Kuwashii) mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai
sesuatu.
.
Contoh : あの人は歴史に
Ano hito wa rekishi ni
詳しい
Orang itu mempunyai pengetahuan
Kuwashii
yang dalam
tentang sejarah.
Shoji dan Hiroshi (2001 : 286) mengatakan bahwa :
1. This indicates that something is explained very carefully and in detail, or that a
lot of information about something is provided so that it is clear even to people
who have encountered it before.
Menunjukkan sesuatu yang sangat hati-hati dan dijelaskan secara rinci
atau bahwa banyak informasi tentang sesuatu disediakan sehingga jelas bahkan untuk
orang-orang yang tidak pernah menemuinya sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Contoh : 渋谷の詳しい
Shibuyano
地図がほしい
Kuwashii
Ingin peta yang
chizu ga hoshii.
terperinci
2. Kuwashii can describe a person as being very knowledgeable about something.
tentang Shibuya.
Kuwashii menggambarkan seseorang sangat banyak mengetahui tentang sesuatu.
Contoh : 彼女は現代文学んに
Kanojo wa gendaibungakuni
詳しい
Dia mempunyai
kuwashi
pengetahuan yang dalam
tentang kesusastraan modern.
Universitas Sumatera Utara