bab ii kajian pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9290/3/t1_292010150_bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang
mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang
sama yang mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan
kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang pembelajaran Accelerated Learning
tipe SAVI dan hasil belajar IPA.
2.1.1 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu alam yang sudah
kita kenal dan sering kita terapkan dalam kehidupan kita. Menurut Samatowo
(2009:3), bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam ini.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. (BNSP, 2006:161)
Priantoro, ( Trianto, 2010:137) mengemukakan bahwa IPA hakikatnya
merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan
sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai
proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi,
menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi,
teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi
kehidupan.
6
7
Dari beberapa pendapat tentang mata pelajaran IPA di SD/MI maka dapat
diambil kesimpulan bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang
dapat menumbuhkan kemampuan berpikir yang berkaitan dengan manusia dan
alam sekitar, sehingga dapat meningkatkan pemahaman seseorang terhadap
dirinya sendiri juga alam disekitarnya. Serta pembelajaran IPA di SD/MI
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pembelajaran IPA dijelaskan dalam BNSP (2006: 162) agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
8
2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Berdasarkan BNSP (2006:162) Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk
SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
2.1.4 Hasil Belajar
Anni (2004: 4) mengemukakan hasil belajar merupakan perubahan tingkah
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil
belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa
dampak pengajaran dan dampak pengiring.
Menurut Sudjana (2009:22), bahwa hasil belajar adalah kemampuan
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil
belajar digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh
siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran”. Sudjana membagi tiga macam
hasil belajar mengajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
pengarahan, dan (c) sikap dan cita-cita.
Menurut Bloom dalam Anni (2007:7) ada tiga ranah (domain) hasil belajar,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
9
c. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan dan mengamati).Ranah kognitif dalam
penilaian hasil belajar biasanya menjadi ranah paling dominan dalam
menentukan hasil setelah mengikuti serangkaian pembelajaran. Namun hasil
belajar juga tidak boleh lepas dari ranah afektif dan psikomotor. Ketiganya
harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di
sekolah.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperolah seseorang setelah
mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran. Hasil itu meliputi pengetahuan,
sikap, nilai, pemahaman, dan keterampilan yang menghasilkan suatu perubahan
yang diukur melalui tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan sesuai
kemampuan yang akan diukur baik ranah kognitif, afektif atau psikomotorik.
2.1.5 Pembelajaran Accelerated Learning
Pembelajaran Accelerated Learning merupakan hasil gagasan dari pakar
pendidikan yang bernama Dave Meier. Menurut Meier (2002:26) mengatakan
bahwa Acclerated learning adalah pembelajaran paling maju yang digunakan
pada masa sekarang, dan mempunyai banyak manfaat. Accelerated Learning
didasarkan pada penelitian mutakhir mengenai otak dan belajar. Disini pembelajar
diajak terlibat langsung pada proses pembelajaran.
Russel (2011:5) mengatakan bahwa Acclerated learning adalah sebuah
proses perubahan kebiasaan yang disebabkan oleh penambahan ketrampilan,
pengetahuan atau sikap dengan meningkatkan kecepatan.
Rose (Syahrani, 2002:16) Accelerated Learning sebuah sistem yang
menyeluruh untuk mempercepat, meningkatkan rancangan dan proses belajar.
Berdasarkan pada penemuan/penelitian tentang otak, yang membuktikan dan
meningkatkan kembali efektifitas belajar yang menghemat waktu dan biaya dalam
proses belajar.
10
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli yang telah dikemukakan, maka
dapat disimpulkan pembelajaran Accelerated Learning merupakan suatu trobosan
proses pembelajaran yang dilakukan untuk mendapatkan peningkatan
pembelajaran. Pembelajaran Accelerated Learning melibatkan seluruh
pancaindera manusia baik pikiran, perasaan dan gerakan tubuh. Sehingga belajar
bukan hanya mentransfer pengetahuan.
2.1.6 Model Pembelajaran SAVI
Meier mengungkapkan bahwa model pembelajaran SAVI adalah bagian
dari Accelereted Learning. Menurut Rusman (2011:373) model pembelajaran
SAVI menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi
dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal
dengan model SAVI, yaitu Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual”. Somatis
artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, belajar dengan berbicara
dan mendengar. Visual artinya belajar dengan mengamati dan menggambarkan.
Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan.
Herdian (2009) berpendapat bahwa pembelajaran SAVI menganut aliran
ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah
melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta
keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari
bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan
hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
Menurut Irawati (2010), “Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat
indera yang dimiliki oleh siswa”.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli yang telah dikemukakan, maka
dapat disimpulkan model pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran yang
mengajar siswa terlibat langsung selama proses pembelajaran. Dengan
mengunakan seluruh tubuh dan semua indera manusia untuk belajar.
11
2.1.6.1 Komponen Utama SAVI
Menurut Meier (2002:91), Unsur-unsur model pembelajaran SAVI
meliputi:
1) Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat
2) Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar
3) Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
4) Intelektual : Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung
Penjabaran dari keempat komponen tersebut sebagai berikut :
1) Somatis.
“Somatis” berasal dari bahasa yunani tubuh-soma. Jika dikaitkan dengan
belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga
pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan
tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh
sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung). Bahwa cara belajar somatis adalah
belajar dengan cara melibatkan aktivitas tubuh. Dalam hal ini siswa bergerak dan
berbuat dalam mempelajari sesuatu, misalnnya meragakan sesuatu, membuat
suatu karya, melakukan sesuatu kegiatan, dan lain-lain. Belajar secara somatis
tesebut sejalan dengan salah satu prinsip yang menyatakan bahwa belajar adalah
mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
2) Auditori
Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada
yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi
bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara
beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam
pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang
mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak
mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan
informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan
pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka
sendiri
12
3) Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat
lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera
yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika
dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang perceramah atau sebuah buku
atau program komputer. Sekarang khusus pembelajaran visual yang baik jika
mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan
sebagainya ketika belajar.
4) Intelektual
Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan
pembelajaran yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal
ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan
menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.
Intelektual adalah bagian diri yang menerenung, mencipta, memecahkan masalah,
dan membangun makna.
Untuk melatih aspek intelektual, aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan
seperti memecahkan masalah, menganalisis pengalaman, melahirkan gagasan
kreatif, mencari dan menjaring informasi, merumuskan pertanyaan, menciptakan
model mental, menerapkan gagasan baru pada pekerjaan menciptakan makna
pribadi, dan meramalkan implikasi suatu gagasan.
2.1.6.2 Tahap Pembelajaran SAVI
Menurut Meier (2002:106-108), menjabarkan implementasi cara belajar
SAVI dalam pembelajaran dapat ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:
a) Tahap Persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan pembelajar untuk
belajar. Tujuan tahap persiapan adalah merangsang minat dan rasa ingin tahu para
pembelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang
akan datang dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Dalam
tahap persiapan dapat dilakukan dengan 1) memberikan sugesti positif. 2)
memberikan pernyataan yang memberi manfaat positif. 3) memberikan tujuan
13
yang jelas dan bermakna. 4) membangkitkan rasa ingin tahu. 5) menciptakan
lingkungan fisik yang positif. 6) menciptakan lingkungan emosional yang positif.
7) menciptakan lingkungan sosial yang positif. 8) menenangkan rasa takut. 9)
menyingkirkan hambatan-hambatan belajar. 10) merangsang rasa ingin tahu
pembelajar. 11) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.
b) Tahap Penyampaian
Tujuan tahap penyampaian adalah membantu pembelajar menemukan
materi yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan
panca indera dan cocok untuk semaua gaya belajar. Tahap penyampaian dapat
dilakukan dengan: 1) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan. 2)
pengamatan fenomena dunia nyata. 3) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh. 4)
presentasi interaktif. 5) grafik dan sarana presentasi berwarna-warni. 6) aneka
macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar. 7) proyek belajar
berdasar kemitraan dan berdasar tim. 8) pelatihan menemukan sendiri (sendiri,
berpasangan, berkelompok). 9) pengalaman belajar di dunia nyata yang
kontekstual. 10) pelatihan memecahkan masalah.
c) Tahap Pelatihan
Tujuan tahap pelatihan adalah membantu pembelajar mengintegrasikan
dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Dalam
tahap pelatihan dapat dilakukan dengan: 1) aktivitas pemprosesan pembelajar. 2)
usaha aktif / umpan balik / renungan / usaha kembali. 3) simulasi dunia nyata. 4)
permainan dalam belajar. 5) pelatihan aksi pembelajaran. 6) aktivitas pemecahan
masalah. 7) refleksi dan artikulasi individu. 8) dialog berpasangan atau
berkelompok. 9) pengajaran dan tinjauan kolaboratif. 10) aktivitas praktis
membangun keterampilan. 11) mengajar balik.
d) Tahap Penampilan Hasil
Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu pembalajar menerapkan
dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan
sehingga hasil belajar akan melekat dan hasil belajar akan terus meningkat. Tahap
penamilan dilaksanaan dengan: 1) penerapan di dunia nyata dalam tempo segera.
2) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi. 3) aktivitas penguatan penerapan. 4)
14
materi penguatan pasca sesi.5) pelatihan terus menerus. 6) umpan balik dan
evaluasi kinerja. 7) aktivitas dukungan kawan. 8) perubahan organisasi dan
lingkungan yang mendukung.
2.1.6.3 Sintaks Model Pembelajaran SAVI
Dari tahap pembelajaran SAVI maka dapat ditarik sintaks/langkah-langkah
pembelajaran SAVI yang dilaksanakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:
A. Tahap persiapan / kegiatan awal:
1) Guru menciptakan lingkungan yang positif.
2) Guru memberikan tujuan pembelajaran yang jelas dan bermakna.
3) Guru memberikan pernyataan yang memberi manfaat positif tentang
pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang menyenangkan dan tidak
sulit.
4) Guru membangkitkan rasa ingin tahu (audio/A ,intelektual/I).
5) Guru mengajak pembelajar / siswa terlibat penuh sejak awal dengan
membimbing berkomunikasi langsung dengan siswa selama pembelajaran.
B. Tahap Penyampaian dan pelatihan (kegiatan inti)
6) Guru memberi kesempatan kepada siswa melakukan pengamatan
fenomena dunia nyata (visual/V).
7) Guru melakukan uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan dengan
siswa dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan (auditori/A, dan
intelektual/I).
8) Guru melaksanakan kegiatan belajar yang melibatkan seluruh otak, seluruh
tubuh (somatis/S, auditori/A, visual/V, intelektual/I).
9) Guru menciptakan proyek belajar berdasar kemitraan / kelompok dan
berdasar tim (somatis/S, auditori/A, visual/V, intelektual/I).
10) Guru melatih siswa memecahkan masalah (intelektual/I).
C. Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup).
11) Guru memberikan umpan balik
12) Guru membantu siswa membuat kesimpulan
15
13) Guru memberikan penguatan penerapan.
14) Guru menutup pembelajaran dengan salam
2.2 Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan
penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan. Menurut
Ardie, Toni Agus (2012), dalam skripsi berjudul “Peningkatan Motivasi dan Hasil
Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran SAVI pada Siswa Kelas V SDN
Salatiga 01 Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2011/2012” menyimpulkan bahwa
Penerapan model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar khususnya tentang pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada mata
pelajaran IPA siswa kelas V SDN Salatiga 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
tahun pelajaran 2011 / 2012. Dapat dilihat dari hasil perolehan sebelum tindakan,
siklus I, dan siklus II yaitu untuk motivasi belajar siswa, kondisi awal total
motivasi sebesar 3,36 (84,20%), pada siklus I meningkat menjadi 3,41 (85,47%),
dan pada siklus II menjadi 3,49 (87,46%). Untuk hasil belajar ketuntasan belajar
siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa dari 46 siswa keseluruhan, yang
memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 36
siswa atau 78.27%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal
sebanyak 10 siswa dengan persentase 21,73%. Pada siklus I ketuntasan belajar
siswa dapat diketahui bahwa dari 48 keseluruhan, siswa yang memiliki nilai
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 15 siswa atau
31,25%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 33 siswa
dengan persentase 68,75%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa dapat diketahui
bahwa dari 46 siswa keseluruhan, yang memiliki nilai kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 4 siswa atau 8,34%, sedangkan yang
sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 44 siswa dengan persentase
91,66%.
Menurut Rosyadi, Miftah (2013), dalam skripsi berjudul “Penggunaan
Penerapan Model Somatis, Auditori, Visual, Intelektual Terhadap Hasil Belajar
Matematika Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri I Ampel Kecamatan Ampel
16
Kabupaten Boyolali, Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”, kesimpulan yang
dapat ditarik bahwa penerapan model pembelajaran SAVI menghasilkan nilai
signifikansi sig. 2-tailed sebesar 0,002. Hal ini menunjukan terdapat pengaruh
signifikan penerapan model SAVI hasil belajar matematika dibandingkan dengan
pembelajaran menggunakan metode konvensional.
Dari penelitian yang telah diuraikan memiliki kesamaan dengan penelitian
ini. Adapun persamaan penelitian ttersebut yaitu; sama-sama berupa tes dan non
tes. Sedangkan perbedaan penelitian di atas terletak pada masalah, tujuan,
tindakan, variabel dan subjek penelitian.
2.3 Kerangka Berpikir
IPA adalah mata pelajaran yang menarik untuk dipelajari. Dengan
mempelajari IPA kita akan memperoleh manfaat yang luas karena hampir semua
yang berkaitan dengan kehidupan kita terdapat pada mata pelajaran IPA. Namun
dalam kenyataannya, masih ada sekolah-sekolah yang memiliki hasil belajar IPA
yang rendah karena belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditentukan.
Rendahnya hasil belajar IPA di sekolah – sekolah berkaitan dengan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas. Sejauh ini dalam proses
pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru. Biasanya guru hanya
menggunakan metode ceramah untuk mencapai tujuan pembelajaran serta kurang
melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar.
Oleh karena itu guru harus melakukan pembaharuan untuk meningkatkan
hasil belajar. Pembelajaran yang baik adalah terlibatnya siswa selama proses
belajar mengajar. Hal ini dapat dibangkitkan melalui model pembelajaran SAVI.
Model pembelajaran SAVI ini menekankan keterlibatan siswa secara langsung
selama proses pembelajaran baik secara fisik, pikiran maupun perasaan. Serta
menimbulkan perasaan senang dalam belajar sehingga hasil belajar meningkat.
17
Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
a. Diduga dengan penerapan model pembelajaran SAVI pada mata pelajaran
IPA pokok bahasan memahami perubahan lingkungan fisik dan
pengaruhnya terhadap daratan dapat meningkatkan kinerja guru dan
aktivitas belajar siswa kelas 4 SDN 4 Sobo secara signifikan minimal
dengan kualifikasi B ( Baik) denjgan skor antara 80% ≤ NR ≤ 90%.
b. Diduga dengan penerapan model pembelajaran SAVI pada mata pelajaran
IPA, dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa 4 SDN 4 Sobo
secara signifikan minimal dengan ketuntasan belajar individual dengan
nilai ≥ 75 dan mengalami ketuntasan belajar klasikal sebesar 80%.
Guru
menggunakan
metode ceramah
Pembelajaran
Konvensional
Pembelajaran IPA
Siswa kurang
terlibat selama
pembelajaran
Siswa menjadi
bosan mengikuti
pembelajaran
Guru sebagai
fasilitator
Model
pembelajaran
SAVI
Hasil Belajar <
KKM
Siswa terlibat langsung dalam
pembelajaran baik secara
fisik, pikiran maupun perasaan
Pembelajaran
menjadi
menyenangkan
Hasil Belajar >
KKM