bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 pengertian ilmu ......bab ii . kajian pustaka . 2.1 kajian teori ....

23
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai (KTSP Standar Isi 2006). Pendidikan IPS merupakan seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan menurut Somantri dalam Sapriya (2009:11). Pendididkan IPS yang ajarkan di SD telah disederhanakan, bukan suatu yang kompleks seperti IPS yang ada di perguruan tinggi. IPS atau studi sosial pada dasarnya merupakan konsep pilihan dari berbagai ilmu lalu dipadukan dan diolah secara didaktis-pedagogis sesuai dengan tingkat perkembangan siswa menurut Djahiri dan Ma’mun dalam Rudy Gunawan (2011:15). Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian IPS merupakan kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang mencakup seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dari berbagai ilmu-ilmu sosial yang materi dan tujuannya disederhanakan agar mudah dipahami untuk kepentingan pengajaran di sekolah. 2.1.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester, standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

    diberikan mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

    seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu

    sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah,

    sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk

    dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggungjawab,

    serta warga dunia yang cinta damai (KTSP Standar Isi 2006).

    Pendidikan IPS merupakan seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan

    humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan

    secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan menurut Somantri dalam

    Sapriya (2009:11). Pendididkan IPS yang ajarkan di SD telah disederhanakan,

    bukan suatu yang kompleks seperti IPS yang ada di perguruan tinggi. IPS atau

    studi sosial pada dasarnya merupakan konsep pilihan dari berbagai ilmu lalu

    dipadukan dan diolah secara didaktis-pedagogis sesuai dengan tingkat

    perkembangan siswa menurut Djahiri dan Ma’mun dalam Rudy Gunawan

    (2011:15).

    Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian IPS

    merupakan kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan kehidupan sosial

    yang mencakup seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dari

    berbagai ilmu-ilmu sosial yang materi dan tujuannya disederhanakan agar mudah

    dipahami untuk kepentingan pengajaran di sekolah.

    2.1.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS

    Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik

    yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

    diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester, standar kompetensi

    terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan

  • 7

    berlaku secara nasional. Di dalam standar kompetensi menjelaskan dasar

    pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Standar kompetensi juga

    merupakan fokus dari penilaian. Sedangkan kompetensi dasar merupakan

    sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran

    tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi (Permendiknas

    No.22 Tahun 2006).

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah dan patokan untuk

    mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

    kompetensi untuk penilaian.

    Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas IV semester 2 adalah

    sebagai berikut :

    Tabel 2.1

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

    Mata Pelajaran IPS Kelas IV Semester 2

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    2. Mengenal sumber daya

    alam, kegiatan ekonomi,

    dan kemajuan teknologi

    di lingkungan

    kabupaten/kota dan

    provinsi

    2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi,

    komunikasi, dan transportasi serta

    pengalaman menggunakannya.

    Sumber: Permendiknas No.22 Tahun 2006

    2.1.3 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

    IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang

    menduduki konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan

    pendidikan dan pertimbangan psikologis, serta kebermaknaannya bagi siswa

    dalam kehidupannya, mampu menghadapi dan menangani kompleksitas

    kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga, atau

  • 8

    membekali dan mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan

    pendidikannya yang lebih tinggi.

    Mata pelajaran IPS dalam (Permendiknas No.22 Tahun 2006) Tentang

    Standar Isi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk :

    1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

    lingkungannya

    2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

    inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

    3. Memiliki komitmen dan kesadaran nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

    4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi

    dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

    Tujuan kurikulum pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut (Rudy

    Gunawan, 2011: 40):

    1. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam

    kehidupannya kelak di masyarakat.

    2. Membekali kemampuan peserta didik denga kemampuan mengidentifikasi,

    menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang

    terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

    3. Membekali kemampuan anak didik dengan kemampuan berkomunikasi

    dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta

    bidang keahlian.

    4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan

    keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian

    dari kehidupan tersebut.

    5. Membekali kemampuan anak didik dengan kemampuan mengembangkan

    pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan,

    masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

  • 9

    2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

    Dari sekian banyak model pembelajaran yang telah ada, salah satunya

    adalah model pembelajaran kooperative learning tipe NHT, dikembangkan oleh

    Spenser Kagan (1992). Menurut Miftahul Huda (2007:130) NHT dapat di

    simpulkan sebagai diskusi kelompok, memberi nomor kepada setiap anggota

    kelompok dan memanggil nomor tertentu untuk mempresentasikan hasil

    diskusinya.

    Pendapat lain yang dikemukakan oleh Iif Khoiru Ahmadi (2011 :59) NHT

    adalah suatu model pembelajaran yang dimana setiap siswa dalam kelompok

    diberi nomer, kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

    Berdasarkan pengertian model pembelajaran NHT yang telah dikemukakan

    peneliti menyimpulkan pengertian NHT adalah suatu model pembelajaran

    berkelompok dimana masing-masing anggotanya memiliki tugas dan tanggung

    jawab sendiri, yang menekankan pada suatu struktur untuk mempengaruhi pola

    interaksi sehingga tingkat penguasaan akademik akan meningkat.

    2.2.1 Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

    Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT

    terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Ibrahim (2000:

    18), antara lain:

    1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

    2. Memperbaiki kehadiran

    3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

    4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

    5. Konflik antara pribadi berkurang

    6. Pemahaman yang lebih mendalam

    7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

    8. Hasil belajar lebih tinggi

    9. Nilai-nilai kerja sama antar siswa lebih teruji

    Anita Lie (2010:12) menyatakan “Sistem pengajaran yang memberikan

    kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam

    tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong”

  • 10

    atau “cooperative learning”. Jadi bisa disimpulkan bahwa cooperative learning

    adalah salah satu model pembelajaran gotong royong yang memiliki sisi sosial

    positif.

    2.2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT

    Menurut Miftahul Huda (2011:130) menjelaskan ada beberapa langkah

    dalam model pembelajaran NHT yaitu:

    1. Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok.

    2. Masing-masing anggota diberi nomor.

    3. Guru memanggil salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil

    diskusinya.

    4. Memanggil secara acak hingga semua nomor terpanggil.

    Sependapat dengan Arends, Iif Khoiru Ahmadi menyebutkan ada beberapa

    langkah-langkah dalam model pembelajaran NHT yaitu:

    1. Setiap siswa dibagi kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapatkan

    nomor.

    2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan tugas.

    3. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

    anggota kelompok dapat mengerjakan.

    4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil dan

    melaporkan hasil kerjasama kelompok.

    5. Tanggapan dari kelompok yang lain, kemudian guru menunjuk nomor lain.

    6. Guru bersama siswa menyimpulkan tugas yang diberikan kepada peserta

    didik.

    Berdasarkan pendapat para ahli tentang langkah-langkah model

    pembelajaran NHT dapat disimpulkan bahwa secara umum langkah dalam model

    pembelajaran yaitu:

    1. Membentuk kelompok @ 4-5 siswa.

    2. Menerima pertanyaan dari guru.

    3. Mendiskusikan jawaban dalam kelompok.

    4. Guru memanggil salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

    5. Siswa lain memberi tanggapan dari kelompok yang lain.

  • 11

    6. Kemudian guru memanggil nomor lain.

    7. Guru bersama siswa menyimpulkan dan mengerjakan tes formatif

    Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara berurutan agar penerapan

    model pembelajaran NHT dapat berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran

    akan dapat tercapai.

    2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran NHT

    Menurut Iif Khoiru Ahmadi, dkk (2011: 59-60) dalam menggunakan model

    pembelajaran tipe NHT ada beberapa kelebihan dan kelemahan. NHT memiliki

    beberapa kelebihan antara lain:

    1. Setiap siswa menjadi siap semua.

    2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

    3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai/tutor sebaya.

    4. Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain.

    5. Memupuk rasa kebersamaan.

    6. Membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan.

    Kelemahan menggunakan model pembelajaran NHT, antara lain:

    1. Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan.

    2. Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi.

    3. Guru harus bisa memfasilitasi siswa.

    4. Tidak semua mendapat giliran.

    NHT memiliki beberapa kelemahan, namun model ini penting diterapkan

    untuk mendorong siswa bekerja sama dan berkembang secara positif. Pelaksanaan

    pembelajaran menggunakan model NHT dapat membuat siswa berkembang aktif

    dalam kelompok yang memungkinkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar

    mereka antara satu dengan yang lainnya.

    Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-

    langkah model pembelajaran NHT adalah menyampaikan materi, pembagian

    kelompok, persiapan, diskusi,pemberian jawaban, dan yang terakhir adalah

    kesimpulan.

  • 12

    2.2.4 Sintak Penerapan Model Pembelajaran NHT Dalam Mata Pelajaran

    IPS Berdasarkan Standar Proses

    Sintak Model NHT Sesuai Standar Proses

    Sintak NHT

    Langkah-

    langkah dalam

    Standar Proses

    Peran Guru Peran Siswa

    Tahap 1

    Persiapan /

    pemberian

    stimulus

    Pendahuluan 1. Memberikan

    motivasi

    1. Melakukan

    instruksi dari

    guru

    2. Melakukan

    apersepsi

    2. Bertanya jawab

    dengan guru

    3. Menyampaikan

    tujuan

    pembelajaran

    3. Mencatat

    kompetensi yang

    ingin dicapai

    4. Menjelaskan

    materi secara

    singkat

    4. Siswa

    mendengarkan

    penjelasan dari

    guru

    Tahap 2

    Pengelompokan

    siswa

    Inti

    A. Eksplorasi

    5. Membagi siswa

    menjadi

    beberapa

    kelompok

    5. Berkumpul

    dengan teman

    satu kelompok

    Tahap 3

    Pemberian

    nomor kepala

    6. Memberikan

    nomor pada

    setiap kelompok

    6. Menerima dan

    memakai nomor

    yang diberikan

    oleh guru

    Tahap 4

    Penjelasan

    langkah-

    langkah

    7. Menjelasakan

    langkah-langkah

    dalam

    pembelajaran

    7. Mendengarkan

    dan melakukan

    instruksi yang

    diberikan oleh

  • 13

    pembelajaran guru

    Tahap 5

    Diskusi

    penugasan

    8. Memberikan

    tugas / materi

    kepada

    kelompok

    8. Melakukan

    diskusi untuk

    menjawab

    pertanyaan

    Tahap 6

    Pemahaman

    materi

    9. Membimbing

    siswa dalam

    mengerjakan dan

    memastikan

    semua anggota

    kelompok

    mengerti

    jawabannya

    9. Lempar

    pertanyaan

    kepada teman

    kelompok untuk

    memastikan

    semua anggota

    mengetahui

    jawabnnya

    Tahap 7

    Penyampaian

    jawaban

    B. Elaborasi

    10. Memanggil salah

    satu nomor

    dalam tiap

    kelompok

    10. Menyampaikan

    jawaban hasil

    diskusi

    Tahap 8

    Pemberian

    tanggapan

    11. Membimbing

    siswa dalam

    menanggapi

    hasil diskusi

    yang

    disampaikan

    kelompok

    11. Kelompok lain

    menanggapi

    hasil diskusi

    yang telah

    disampaikan

    Tahap 9

    Merefleksi

    pembelajaran

    C. Konfirmasi 12. Memberikan

    refleksi kepada

    siswa dalam

    pembelajaran

    yang telah

    12. Menyampaikan

    apa saja yang

    telah diperoleh /

    didapatkan

    setelah

  • 14

    dilakukan melakukan

    pembelajaran

    Tahap 10

    Mengevaluasi

    pembelajaran

    13. Evaluasi

    terhadap proses

    dan hasil diskusi

    13. Mengerjakan

    soal evaluasi

    Penutup 14. Membimbing

    siswa dalam

    pembuatan

    kesimpulan

    14. Mendiskusikan

    kesimpulan

    2.3 Model Pembelajaran Jigsaw

    Menurut Aronson (dalam Miftahul Huda, 2011:149) pembelajaran

    kooperatif tipe Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa,

    bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melakanakan

    pembelajaran. Tujuan dari Jigsaw adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan

    belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak

    mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi

    sendirian.

    Menurut Agus Suprijono (2011:89), Pembelajaran dengan model

    pembelajaran Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh

    guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white

    board, penayangan power point dan sebagainya. Guru menanyakan kepada

    peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan

    sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur

    kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.

    Selajutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil.

    Jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang

    dipelajari. Misal, topik yang disajikan adalah metode penelitian sejarah, karena

    topik ini terdiri dari konsep heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, maka

    kelompok terbagi menjadi 4. Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka setiap

    kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu adalah kelompok

  • 15

    heuristik, klompok kritik, kelompok interpretasi, dan kelompok historiografi.

    Kelompok-kelompok ini disebut home teams (kelompok asal).

    Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada

    tiap-tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab

    mempelajari materi tekstual yang diterimanya dari guru. Kelompok heuristik akan

    menerima materi tekstual dari guru tentang heuristik. Tiap orang dalam heuristik

    memiliki tanggung jawab mengkaji secara mendalam konsep tersebut. Demikian

    pula kelompok kritik, tiap-tiap orang dalam kelompok ini mendalami konsep

    kritik, demikian seterusnya.

    Sesi berikutnya, membentuk expert teams (kelompok ahli). Jumlah

    kelompok ahli tetap 4. Setiap kelompok ahli mempunyai 10 anggota yang berasal

    dari masing-masing kelompok asal. Karena jumlah anggota setiap kelompok asal

    adalah 10 orang, maka aturlah sedemikian rupa terpenting adalah di setiap

    kelompok ahli ada anggota dari kelompok asal yang berbeda-beda tersebut.

    Dalam satu kelompok ahli ada anggota dari kelompok heuristik, kritik,

    interpretasi, dan historiografi.

    Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka

    berdiskusi. Melalui diskusi di kelompok ahli diharapkan mereka memahami topik

    metode penelitian sejarah sebagai pengetahuan utuh yaitu merupakan pengetahuan

    struktur yang mengintegrasikan hubungan antar-konsep heuristik, kritik,

    interpretasi, dan historiografi. Setelah diskusi di kelompok ini selesai, selanjutnya

    mereka kembali ke kelompok asal. Artinya, anggota-anggota yang berasal dari

    kelompok heuristik berkumpul kembali ke kelompoknya yaitu kelompok

    heuristik, dan seterusnya. Setelah mereka kembali ke kelompok asal berikan

    kesempatan kepada mereka berdiskusi. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap

    pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok ahli.

    Sebelum pelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan.

    Selanjutnya, guru menutup pelajaran dengan memberikan review terhadap topik

    yang telah dipelajari.

    Model pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran yang berupaya

    untuk mendalami sebuah materi dengan memberikan sudut pandang yang

  • 16

    bervariasi dari setiap siswa. Hal ini sangat menarik dan membetuhkan peran aktif

    ataupun pemahaman yang baik terhadap materi yang akan dibahas.

    2.3.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw

    Ada beberapa ahli yang merumuskan tentang langkah-langkah penggunaan

    pembelajaran Jigsaw menurut slavin di Universitas Texas (dalam Trianto,

    2011:73) menuliskan langkah-langkah pembelajaran jigsaw adalah sebagai

    berikut:

    1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6

    orang).

    2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah

    dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

    3. Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan

    bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang

    disampaikan mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu

    kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok

    satunya mempelajari tentang paru-paru, begitu pun siswa lainnya

    mempelajari kulit, dan lainnya lagi mempelajari hati.

    4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama

    bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.

    5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas

    mengajar teman-temannya.

    6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan

    berupa kuis individu.

    Menurut Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and Snapp, 1978 (dalam buku

    Asmani, 2014:42) sebagai berikut:

    a. Siswa dikelompokkan ke dalam empat tim.

    b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.

    c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

    d. Anggota dari tim yang berbeda, yang telah mempelajari bagian/subbab yang

    sama, bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan

    subbab mereka.

  • 17

    e. Setelah selesai berdiskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke

    kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang

    subbab yang mereka kuasai. Sementara, anggota lainnya mendengarkan

    dengan sungguh-sungguh.

    f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi mereka.

    g. Guru memberi evaluasi kapada seluruh siswa, yang mencakup seluruh

    materi yang didiskusikan siswa.

    h. Guru menutup pelajaran.

    2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw

    a. Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw

    Menurut Aris Shoimin (2013:93) ada beberapa kelebihan model Jigsaw :

    1. Memungkinkan murid dapat mengembangkan kreativitas, kemampuan, dan

    daya pemecahan masalah menurut kehendaknya sendiri.

    2. Hubungan antara gurudan murid berjalan secara seimbang dan

    memungkinkan suasana belajar menjadi sangat akrab sehingga

    memungkinkan harmonis.

    3. Memotifasi guru untuk bekerja lebih aktif dan kreatif.

    4. Mampu memadukan berbagai pendekatan belajar, yaitu pendekatan kelas,

    kelompok, dan individual.

    b. Kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw

    Menurut Aris Shoimin (2013:93-94) masih ada beberapa kelemahan model

    Jigsaw seperti:

    1. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-

    keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing, dikhawatirkan

    kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi.

    2. Jika anggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah.

    3. Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum

    terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk mengubah posisi yang

    dapat menimbulkan kegaduhan.

    Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-

    langkah model pembelajaran jigsaw adalah pembentukan kelompok, pembagian

  • 18

    tugas, pembentukan kelompok baru, diskusi kelompok, kembali ke kelompok

    awal, pembahasan, penutup.

    2.3.3 Sintak Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Dalam Mata Pelajaran

    IPS Berdasarkan Standar Proses

    Sintak model jigsaw sesuai standar proses

    Sintak NHT

    Langkah-

    langkah dalam

    Standar Proses

    Peran Guru Peran Siswa

    Tahap 1

    Persiapan /

    pemberian

    stimulus

    Pendahuluan 1. Memberikan

    motivasi

    1. Melakukan

    instruksi dari

    guru

    2. Melakukan

    apersepsi

    2. Bertanya jawab

    dengan guru

    3. Menyampaikan

    tujuan pembelajaran

    3. Mencatat

    kompetensi yang

    ingin dicapai

    4. Menjelaskan materi

    secara singkat

    4. Siswa

    mendengarkan

    penjelasan dari

    guru

    Tahap 2

    Pengelompokan

    siswa

    Inti

    A. Eksplorasi

    5. Membagi siswa

    menjadi beberapa

    kelompok

    5. Berkumpul

    dengan teman

    satu kelompok

    Tahap 3

    Penjelasan

    langkah-

    langkah

    pembelajaran

    6. Menjelasakan

    langkah-langkah

    dalam pembelajaran

    6. Mendengarkan

    dan melakukan

    instruksi yang

    diberikan oleh

    guru

    Tahap 4

    Pemberian

    7. Memberikan tugas

    kepada setiap

    7. Menerima tugas

    diskusi dari guru

  • 19

    tugas anggota kelompok

    Tahap 5

    Pengelompokan

    baru

    8. Membimbing siswa

    dalam pembentukan

    kelompok

    8. Mecari anggota

    kelompok lain

    yang

    mendapatkan

    tugas yang sama

    Tahap 6

    Diskusi

    kelompok

    9. Membimbing siswa

    dalam mengerjakan

    dan mendiskusikan

    tugas

    9. Diskusi dalam

    kelompok baru

    yang memiliki

    tugas yang sama

    Tahap 7

    Kembali dalam

    kelompok awal

    B. Elaborasi 10. Membimbing siswa

    dalam

    pengembalian

    kelompok semula

    10. Kembali ke

    kelompok awal

    Tahap 8

    Menyampaikan

    hasil diskusi

    11. membimbing siswa

    dalam penyampaian

    hasil diskusi

    11. Memberikan

    hasil diskusi

    kepada kelompok

    awal

    Tahap 9

    Merefleksi

    pembelajaran

    C. Konfirmasi 12. Memberikan

    refleksi kepada

    siswa dalam

    pembelajaran yang

    telah dilakukan

    12. Menyampaikan

    apa saja yang

    telah diperoleh /

    didapatkan

    setelah

    melakukan

    pembelajaran

    Tahap 10

    Mengevaluasi

    pembelajaran

    13. Evaluasi terhadap

    proses dan hasil

    diskusi

    13. Mengerjakan soal

    evaluasi

    Penutup 14. Membimbing siswa

    dalam pembuatan

    14. Mendiskusikan

    kesimpulan

  • 20

    kesimpulan

    2.4 Motivasi Belajar

    Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

    peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.

    Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan

    kegigihan perilaku. Belajar dan motivasi tidak dapat saling dipisahkan artinya

    seseorang melakukan aktifitas belajar tertentu, tentu didukung oleh suatu

    keinginan yang ada pada dirinya untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini karena

    motivasisangat menentukan keberhasilan belajar.

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:80) motivasi adalah dorongan mental

    yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia salah satunya adalah

    berlaku belajar yang terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,

    menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu

    belajar yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam

    kehidupannya.

    Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi pendorong untuk

    belajar, kekuatan pendorong tersebut berbagai sumber. Pada peristiwa pertama

    motivasi siswa yang rendah menjadi lebih baik setelah siswa memperoleh

    informasi yang benar dan peristiwa kedua motivasi belajar dapat menjadi rendah

    dan dapat diperbaiki kembali. Kedua peristiwa tersebut merupakan peranan guru

    untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

    Motivasi belajar sangat penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa motivasi

    sangat penting untuk menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses belajar,

    dan akhir belajar. Siswa dapat menginformasikan bahwa motivasi mempunyai arti

    yang sangat penting untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Sedangkan bagi

    guru motivasi dapat membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat

    siswa untuk belajar sampai berhasil. Siswa mempunyai karakteristik yang

    berbeda-beda, ada siswa yang semangat untuk belajar dana ada yang tidak

    semangat untuk belajar. Sehingga guru harus mempunyai strategi untuk

    meningkatkan motivasi siswa agar nilai tetap meningkat. Sebagai tugas guru

  • 21

    adalah untuk membuat siswa belajar sampai berhasil dengan tantangan mengubah

    siswa yang tidak berminat untuk belajar menjadi senang untuk belajar.

    2.4.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

    Menurut dimyati dan Mudjiono (2006:97-101), faktor-faktor yang

    mempengaruhi motivasi belajar ada enam meliputi: cita-cita dan asprirasi siswa,

    kemapuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis

    dalam belajar dan pembelajaran, serta upaya guru dalam membelajarkan siswa

    yang akan dijelaskan sebagai berikut.

    1. Cita-cita aspirasi siswa

    Masing-masing siswa memiliki cita-cita. Cita-cita itu muncul karena adanya

    suatu keinginan untuk mencapai keberhasilan. Timbulnya cita-cita dibarengi

    oleh Perkembangan akal, moral, kemauan, bhasa dan nilai-nilai kehidupan.

    Dalam mencapai keberhasilan belajar, seorang siswa harus memiliki cita-cita

    untuk memperkuat motivasi dalam belajar.

    2. Kemauan siswa

    Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan

    mencapainya. Kemampuan anak dalam belajar akan memperkuat motivasi

    anak dalam mencapai tujuan belajarnya.

    3. Kondisi siswa

    Kondisi siswa meliputi: kondisi jasmani dan rohani. Kondisi jasmani dan

    rohani mempengaruhi motivasi belajar. Jika siswa dalam kondisi baik, proses

    pembelajaran akan berjalanan dengan baik pula.

    4. Kondisi lingkungan siswa

    Lingkungan siswa meliputi: lingkungan tempat tinggal, sekolah dan sosial

    masyarakat. Jika lingkungan siswa dalam kondisi baik, akan memperkuat

    motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan yang aman, tentram, tertib,

    dan indah dapat memperkuat semangat dan motivasi belajar siswa.

    5. Unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran

    Lingkungan siswa dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Lingkungan

    siswa banyak mengalami perubahan. Semua lingkungan tersebut

    mendinamiskan motivasi belajar . misalnya dengan melihat tayangan televisi

  • 22

    edukasi tentang penanaman pohon, maka dapat membangkitkan motivasi siswa

    untuk mempelajari tentang cara menanam pohon. Oleh karena itu, diharapkan

    seorang guru diharapkan mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar dan

    media belajaryang berasal dari lingkungan untuk meningkatkan motivasi

    belajar siswa.

    6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

    Guru adalah pendidik yang profesional, berbagai upaya dilakukan seorang

    guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Strategi pembelajaran yang

    aktif, interaktif dan menyenangkan diterapkan untuk meningkatkan motivasi

    belajar.

    Menurut Hamzah B. Uno dalam (Suprijono, 2009:163) indikator motivasi

    belajar diklasifikasikan sebagai berikut :

    a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

    b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

    c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

    d. Adanya penghargaan dalam belajar.

    e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

    f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan

    peserta didik dapat belajar dengan baik.

    Berdasarkan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

    belajar adalah dorongan yang berasal dari diri seseorang untuk melakukan

    perubahan tingkah laku agar dapat mencapai suatu tujuan.

    2.5 Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh setelah kegiatan proses

    pembelajaran berlangsung. Hasil belajar bisa berupa dari segi kognitif, afektif

    maupun psikomotorik. Hasil belajar ini membahas tentang pengertian belajar dan

    pengertian hasil belajar.untuk lebih jelaskan akan diuraikan dibawah ini.

    2.5.1 Pengertian Hasil Belajar

    Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah yang diperoleh anak setelah

    melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut nawawi (dalam susanto, 2013:5)

    menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa

  • 23

    dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

    diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

    Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

    kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar

    itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

    memperoleh suatu benuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam

    kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang

    berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran

    (Susanto, 2013:5). Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah

    sesusai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:

    1. Faktor Internal; merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta

    didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi:

    kecerdasan, minat dan perhatian, ketekunan, sikap, dan kebiasaan belajar.

    2. Faktor Eksternal; faktor yang berasala dari luar diri peserta didik yang

    memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

    Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

    Jadi pada umumnya faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor

    yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa

    misalnya faktor lingkungan.

    2.7 Kajian Hasil Penilitian yang Relevan

    Penelitian yang dilakukan oleh Rini Yulianti (2012) yang berjudul

    “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

    Together (NHT) terhadap Hasil Belajar IPS Bagi Siswa Kelas 4 SDN 1 Nglinduk

    Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2011/2012.

    Jenis penilitian adalah penelitian eksperimen dengan desain Two Group Posttest

    Only. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran NHT efektif

    terhadap hasil belajar IPS kelas 4 dengan ditunjukkan adanya perbedaan mean

    belajar kelompok eksperimen yaitu 90,26 dan mean hasil belajar kelompok

    kontrol yaitu 80,39 dengan selisih mean hasil belajar kelompok eksperimen dan

    kelompok kontrol sebesar 9,870. Dilihat dari taraf signifikan 0,000 maka terhitung

  • 24

    yang diperoleh sebesar 5,126 > tabel 2,015. Signifikansi 0,000 lebih kecil 0,005

    (0,000 < 0,05) maka hipotesis ada efektivitas penggunaan model pembelajaran

    NHT terhadap hasil belajar IPS kelas IV SDN 1 Nglinduk Kecamatan Gabus

    Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 diterima. Hasil

    penelitian dapat diterapakan dalam pembelajaran IPS SD.

    Azizah fatimah (2013) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui

    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada

    siswa kelas IV SD Negeri Wonobodro 01 Kecamatan Blando Kabupaten Batang

    Tahun Pelajaran 2013/2014” jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

    yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu

    perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Peneliti dilakukan di SDN

    Wonobodro 01 dengan jumlah siswa 40 siswa, terdiri dari 19 siswa laki-laki dan

    21 siswa perempuan dan 1 guru kelas IV. Peningkatan ketuntasan hasil belajar

    siswa pada kondisi awal, pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 yaitu terjadi

    peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang tuntas 13 orang

    (32,5 %) dan yang tidak tuntas 27 (67,5%) orang. Pada siklus 1 siswa yang tuntas

    24 orang (60%) dan yang tidak tuntas 16 (40%) . sedangkan pada siklus 2 siswa

    yang tuntas 37 orang (92,5%) dan sebanyak 3 siswa yang belum tuntas. Simpulan

    dari penelitian ini adalah melalui penggunaan model kooperatif tipe NHT berbasis

    multimedia dapat meningkatan hasil belajar siswa.

    Anik Tri Purwanti (2012) dengan judul “Upaya Meningkatan Hasil Belajar

    IPS Tentang Perkembangan Teknologi Komunikasi Melalui Model Pembelajaran

    Kooperatif tipe Jigsaw Siswa kelas IV SD Negeri Menguneng 01 Warungasem

    Batang Semester 2 Tahun 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah Penelitian

    Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data adalah teknik tes dan teknik

    observasi. Adapun instrumen penelitiannya dengan menggunakan butir-butir soal

    dan lembar observasi. Hal ini nampak pada perbandingan skor rata-rata yakni

    prasiklus sebesar 64,33, siklus 1 naik menjadi 73,33 dan pada siklus 2 naik lagi

    menjadi 79,33. Adapun ketuntasan belajar klasikal pada kondisi prasiklus 47 %;

    siklus 1 naik 77% dan pada siklus 2 naik menjadi 93%. Sedangkan skor nominal

    pada kondisi prasiklus sebesar 40, pada siklus 1naik menjadi 50 dan pada siklus 2

  • 25

    naik menjadi 60. Sedangkan skor maksimal pada kondisi prasiklus dan siklus 1

    sebesar 90, dan siklus 2 tetap 90. Jadi dengan model pembelajaran tipe jigsaw

    dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

    Dite poniyatun (2010) yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran

    Kooperatif tipe NHT Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam

    Pembelajaran IPS Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan Tahun Pelajaran

    2009/2010” Bentuk penelitian ini adalah PTK melalui dua siklus. Berdasarkan

    hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : penggunaan model pembelajaran

    kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 02

    Doplang. Teknik pengumpulan data peningkatan motivasi belajar IPS melalui

    penggunaan model kooperatif tipe NHT digunakan teknik angket dan observasi.

    Pada pra tindakan diperoleh rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 60,88, siklus

    1 sebesar 72,80, siklus II sebesar 84,20, ini berarti mengalami peningkatan rata-

    rata motivasi belajar siswa sebesar 23,32%. Jadi dengan penggunaan model

    pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPS kelas IV dapat

    meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS di SDN 02 Doplang

    Karangpandan.

    Dari beberapa hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa

    penggunaan model pembelajaran NHT dan model pembelajaran Jigsaw dapat

    mempengaruhi hasil belajar siswa oleh karena itu peneliti termotivasi untuk

    mencoba menggunakan model pembelajaran NHT dan model pembelajaran

    Jigsaw dalam penelitian yang akan dilakukan untuk membuktikan apakah benar-

    benar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa atau bahkan sebaliknya tidak

    mempengaruhi hasil belajar siswa.

  • 26

    2.8 Kerangka Berpikir

    Siswa beranggapan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang sulit karena

    menekankan pada penguasaan konsep. Sedangkan Guru melaksanakan

    pembelajaran dengan bersifat teoretis, sumber yang digunakan oleh guru masih

    buku saja, jadi membuat suasana pembelajaran antara guru dan siswa sama-sama

    pasif. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional masih banyak

    guru yang hanya menggunakan metode ceramah hal itu disebabkan karena guru

    beranggapan bahwa dengan ceramah anak pasti akan mendengarkan dan akan

    memahami pelajaran. Hal itu menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa dan

    hasil belajar IPS. Untuk itu pada pembelajaran IPS peneliti menggunakan model

    pembelajaran NHT dan Jigsaw sehingga, siswa akan lebih tertarik dengan mata

    pelajaran IPS karena siswa dapat terlibat secara langsung dalam Proses Belajar

    Mengajar (PBM) sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Selain itu, dengan

    model Numbered heads together dan Jigsaw, siswa dimungkinkan untuk

    mengalami sendiri bagaimana caranya menemukan pengetahuan baru dan

    bagaimana cara meraih pengetahuan melalui kegiatan mandiri.

    Kegiatan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran NHT dan model

    pembelajaran Jigsaw pada dasarnya untuk meningkatkan motivasi belajar dan

    hasil belajar IPS terhadap siswa kelas 4 SD Negeri 4 Karangrayung Kecamatan

    Karangrayung Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2015/2016.

    Agar lebih jelas, skema kerangka berpikir dapat dilihat dalam gambar 2.2

    berikut ini:

  • 27

    Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

    2.3 Mengenal perkembangan teknologi

    produksi, komunikasi, dan transportasi

    serta pengalaman menggunakannya.

    Hasil belajar

    rendah atau

    dibawah KKM

    Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

    posttest

    posttest

    Model Pembelajaran

    NHT

    Pretest Pretest

    Model Pembelajaran

    Jigsaw

    Ada keefektifan dengan

    menggunakan model pembelajaran

    NHT dan Jigsaw terhadap Hasil

    Belajar

  • 28

    2.9 Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang dipaparkan peneliti,

    maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

    a) Tidak terdapat perbedaan efektivitas antara model pembelajaran NHT

    dengan model pembelajaran Jigsaw dalam meningkatkan motivasi belajar

    dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 4 Karangrayung dan SDN 1

    Putatnganten Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II

    Tahun Ajaran 2015/2016.

    b) Terdapat perbedaan efektivitas antara model pembelajaran NHT dengan

    model pembelajaran Jigsaw dalam meningkatkan motivasi belajar dan

    hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 4 Karangrayung dan SDN 1

    Putatnganten Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II

    Tahun Ajaran 2015/2016.