bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 ilmu pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang...

26
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat, sedangkan obyektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau seesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra. Pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun “pengetahuan” itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Kaligis dan Hendro, 1992: 3). Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar baik secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sedangkan disebutkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, Pendidikan IPA di Sekolah Dasar (SD) berupa mata pelajaran yang mulai di ajarkan pada jenjang kelas tinggi. IPA sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA di SD dan MI diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan didalam kehidupan sehari-hari. Menurut H.W. Fowler dalam Trianto (2012: 136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. Sedangkan Wahyana dalam Trianto (2012: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan

Upload: others

Post on 26-Mar-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. Ilmu

artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan

yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif.

Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat, sedangkan obyektif

artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau seesuai dengan

pengalaman pengamatan melalui panca indra. Pengetahuan alam artinya pengetahuan

tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun “pengetahuan” itu sendiri artinya

segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah

pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya

(Kaligis dan Hendro, 1992: 3).

Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar baik

secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan

sikap ilmiah. Sedangkan disebutkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) 2006, Pendidikan IPA di Sekolah Dasar (SD) berupa mata pelajaran yang

mulai di ajarkan pada jenjang kelas tinggi. IPA sebagai cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan.

Pendidikan IPA di SD dan MI diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkan didalam kehidupan sehari-hari.

Menurut H.W. Fowler dalam Trianto (2012: 136), IPA adalah pengetahuan

yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan

dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. Sedangkan Wahyana dalam

Trianto (2012: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

8

tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan

fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Nash 1963 (dalam Kaligis dan Hendro, 1992: 3) menyatakan bahwa IPA adalah

suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara

IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkannya

antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk

suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang hakikat IPA, dapat disimpulkan bahwa

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang bersifat rasional dan empirik,

yang berarti IPA adalah ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan

dapat diperoleh melalui pengalaman. Pelajaran IPA tidak hanya di dapat melalui

membaca atau mendengarkan saja, namun pelajaran IPA berkaitan dengan penemuan

sehingga harus dilakukan oleh seseorang. Karena dengan sesorang melakukan maka

akan terjadi proses menemukan.

2.1.2 Ruang Lingkup IPA

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, menyebutkan bahwa

Ruang Lingkup Pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1)

Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan dan tumbuhan, 2)

Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaan meliputi: cair, padat dan gas, 3) Energi dan

perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat

sederhana, dan 4) Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya dan

benda-benda langit lainnya.

Ilmu pengetahuan alam (IPA) sebagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Pengajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

9

lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pelajaran IPA

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran

IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri untuk menumbuhkan kemampuan fisik,

bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting

kecakapan hidup. Oleh karena itu Pendidikan IPA menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan

keterampilan proses dan sikap ilmiah.

2.1.3 Tujuan Pelajaran IPA

Tujuan mata pelajaran IPA di SD dalam kuriulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) 2006, yaitu:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan salam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bakal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

Tujuan pembelajaran IPA adalah memahami konsep-konsep IPA yang terkait

dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan proses supaya pengetahuan dan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

10

gagasan tentang alam sekitar dapat berkembang, mempunyai minat untuk dapat

mengenal serta mempelajari benda-benda serta kejadian dilingkungan sekitar,

bersikap ingin tahu, kritis, dapat bekerja sama serta kreatif mampu menerapkan

konsep-konsep IPA sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan YME.

2.1.4 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan

yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP

(Depdiknas, 2006) bahwa, “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan proses penemuan”. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi sarana bagi

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan tercantum

dalam taksonomi bloom bahwa diharapkan dapat memberikan pengetahuan

(kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang

dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk

kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam

untuk memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta

keteraturannya. Di samping itu, pembelajaran IPA diharapkan pula memberikan

keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman,

kebiasaan dan apresiasi.

Berdasarkan uraian tentang pembelajaran IPA, maka Trianto (2012: 143)

mengemukakan tentang hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat

memberikan antara lain: 1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk

meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2) Pengetahuan, yaitu

pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam. Hubungan

saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi, 3) Keterampilan dan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

11

kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan

observasi, 4) Sikap ilmiah, antara lain skeptik, kritis, sensitive, obyektif, jujur,

terbuka, benar dan dapat bekerja sama, 5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan

berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains

untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam, dan 6) Apresiatif terhadap sains dengan

menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya

dalam teknologi.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI

dijelaskan mengenai pembelajaran IPA, yaitu:

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan

dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan

alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya

di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA

diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. BSNP

(2007: 13)

Berdasarkan pemaparan tentang pembelajaran IPA di SD, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara

langsung. Pada prinsipnya, pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan

sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan yang dapat

membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam. Selain itu proses

belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses,

sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori

dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap

kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

12

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling

bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam

pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam

kelompok belum menguasai bahan pelajaran. (Isjoni, 2012: 12)

Rusman (2012: 202) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam

orang dengan struktur kelompok bersifat heterogen.

Menurut Slavin (2010: 100), pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah

teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para

siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-

sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas

perkembangan interpersonal dan keefektifan siswa.

Sunal dan Hans (2000) dalam Isjoni (2012: 12) mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi

khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama

proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pembelajaran kooperatif, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang

menggunakan grup kecil yang heterogen dimana siswa bekerja sama belajar satu

sama lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi,

saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

13

2.2.2 Macam-macam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2007: 49-63) terdapat beberapa variasi model yang

dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu metode belajar dimana setiap

siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru

memanggil nomor dari siswa.

b. Jigsaw, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi

komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam

kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap

anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang

ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.

c. Model Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model

pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh

siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran sebagai tutor sebaya

dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

d. Model pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran mencari

pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu

secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Dalam

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match siswa belajar bersama dalam satu

kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain.

2.2.3 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif, terlihat adanya

pergeseran peran guru yang sentral kepada peran guru yang mengelola aktifitas

belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Hamdani (2011: 30)

mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain: (1) setiap anggota

memiliki peran, (2) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (3) setiap

anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman

sekelompoknya, (4) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

14

interpersonal kelompok, dan (5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat

diperlukan.

Siswa tidak hanya belajar dari buku, namun juga dari sesama teman.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja

mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan

kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan sebagai latihan hidup di

masyarakat.

Tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran kooperatif, sebagaimana

dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Isjoni (2012: 21-22), yaitu penghargaan

kelompok, pertanggungjawaban individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

a. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan kelompok untuk memperoleh

penghargaan kelompok. Penghargaan ini diperoleh jika kelompok mencapai skor

di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada

penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan

personal yang saling mendukung, membantu dan peduli.

b. Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok bergantung pada pembelajaran individu dari semua

anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan aktivitas

anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya

pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk

menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman

sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skorsing yang mencakup nilai

perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang

terdahulu. Dengan menggunakan metode skorsing ini, siswa yang berprestasi

rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil

dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

15

2.2.4 Unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson (dalam Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil

yang maksimal, lima unsur model pembelajaran cooperative learning harus

diterapkan, yaitu: (1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif), (2)

Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), (3) Face to face promotive

interaction (tatap muka), (4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota), dan (5)

Group processing (pemrosesan kelompok).

2.2.5 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif menjadi enam langkah atau fase (Rusman,

2012: 211), yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah Tingkah Laku Guru

1. Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai pada

pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

belajar.

2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat

bahan bacaan.

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar agar melakukan transisi

secara efisien.

4. Membimbing kelompok bekerja dan

belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan

tugas mereka.

5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau masing-

masing kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya.

6. Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu dan kelompok.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

16

2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar

dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan

kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan

pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan

kerjasama dalam kelompok.

Jarolimek dan Parker (1993) dalam Isjoni (2012: 24), keunggulan yang

diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah: (1) saling ketergantungan yang

positif, (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (3) siswa

dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4) suasana kelas yang rileks

dan menyenangkan, (5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara

siswa dengan guru, dan (6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan

pengalaman emosi yang menyenangkan.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di

sekolah, memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada

optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai

secara efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran.

Selain kelebihannya, model pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor

dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam (intern), yaitu:

(1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu

memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, (2) agar proses pembelajaran

berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang

cukup memadai, (3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada

kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak

yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan (4) saat diskusi kelas,

terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi

pasif.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

17

Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif sebagai

strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru

dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model

tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui

strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar

siswa sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif

dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

2.3.1 Pengertian Make a Match

Teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make a Match) dikembangkan oleh

Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari

pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang

menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk

semua tingkat usia siswa. (Lie, 2010: 55)

Menurut (Suprijono, 2010: 94) hal-hal yang perlu dipersiapkan jika

pembelajaran dikembangkan dengan Make a Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu

tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

2.3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Make a Match

Langkah-langkah Make a Match dalam proses belajar mengajar (Lie, 2010: 55),

yaitu:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang

mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian).

2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan

kartunya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

18

4. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu

yang cocok.

Adapun langkah-langkah Make a Match dalam (Hanafiah dan Cucu Sahana,

2009: 46), yaitu:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang

cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian kartu

lainnya jawaban.

2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3. Setiap siswa memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan

kartunya (soal jawaban).

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya.

7. Kesimpulan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Make a Match

merupakan teknik mencari pasangan dimana setiap siswa menerima satu kartu. Kartu

itu bisa berisi pertanyaan, bisa berisi jawaban. Selanjutnya mereka mencari pasangan

yang cocok sesuai dengan kartu yang dipegang. Perkembangan berikutnya, para

pengguna model ini berusaha memodifikasi dan mengembangkannya sesuai dengan

kreativitas guru sehingga memotivasi siswa untuk aktif dalam proses belajar

mengajar.

2.3.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

Menurut Slavin (Isjoni, 2011: 24) menyebutkan pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu

guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan

tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam

melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

19

pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa lainnya

dan saling belajar mengajar sesama mereka. Tujuan pokok belajar kooperatif adalah

memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman

baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu tim,

maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari

berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-

keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.

Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match merupakan sebuah kelompok

strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk

mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match disusun dalam

sebuah usaha untuk meningkatkan prestasi siswa, memfasilitasi siswa dengan

pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kerjasama

berpasangan, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar

bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi, dalam pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun

sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif akan mengembangkan keterampilan

berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di

luar sekolah.

2.3.4 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dalam

Proses Belajar Mengajar di SD

Prosedur penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam proses

belajar mengajar mengacu pada langkah-langkah pembelajaran Make a Match yang

dikemukakan oleh Lie (2007: 550) dan Suprijono (2009: 94). Akan tetapi, ada sedikit

penambahan dan pengurangan oleh peneliti dengan maksud menyesuaikan materi

yang akan diajarkan kepada siswa serta menyesuaikan kondisi siswa dimana baru

pertama kalinya mendapatkan pembelajaran Make a Match serta untuk

mempermudah guru dalam menerapkan pembelajaran tersebut.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

20

Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match, diperoleh

beberapa temuan bahwa model pembelajaran Make a Match dapat memupuk

kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang

dibagikan oleh guru kepada siswa, proses pembelajaraannyapun lebih menarik dan

nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran pada saat

siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.

2.3.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match

Menurut Lie (2007: 56) kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe

Make a Match dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut:

Kelebihan:

a. Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam

suasana belajar aktif dan menyenangkan.

b. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.

c. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.

d. Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match bisa digunakan dalam semua mata

pelajaran.

e. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move).

f. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.

g. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.

Kelemahan:

Disamping manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match berdasarkan temuan dilapangan mempunyai sedikit kelemahan, yaitu:

a. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.

b. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-

baim dalam proses pembelajaran.

c. Guru perlu persiapan bahan dan alat memadai.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

21

d. Kelas yang gemuk (lebih dari 30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana yang akan

muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali.

Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas kiri dan

kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini bisa

diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa

sebelum “pertunjukan” dimulai. Pada dasarnya mengendalikan kelas itu

tergantung bagaimana kita memotivasi pada langkah pembukaan.

2.4 Media Pembelajaran

2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

Ridha Sarwono dan Stefanus (2009: 17), media pembelajaran merupakan

seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak baik

menggunakan teknologi sederhana maupun kompleks untuk menciptakan lingkungan

atau pengalaman yang memungkinkan siswa untuk belajar sehingga tercapainya

tujuan pembelajaran.

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan

(Sadiman, 2009: 6). Sadiman juga menjelaskan bahwa banyak batasan yang diberikan

orang tentang media, yaitu:

a. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and

Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai

segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan /

informasi.

b. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.

c. Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film

bingkai adalah contoh-contohnya.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

22

d. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/ NEA) memiliki

pengertian yang berbeda yaitu media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik

cetak maupun audio visual serta peralatannya.

Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca.

Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa

media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

minat, serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan untuk memperjelas

penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis

atau lisan belaka); mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera; penggunaan

media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik;

dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan

pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan

sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya

itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru

dengan siswa juga beda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu

dengan kemampuannya dalam memberikan perangsang yang aman; mempersamakan

pengalaman; menimbulkan persepsi yang sama (Sadiman, 2009: 17).

Media pembelajaran yang baik dapat merangsang timbulnya proses atau dialog

mental pada diri siswa. Dengan kata lain, terjadi komunikasi antara siswa dengan

media atau secara tidak langsung tentunya antara siswa dengan penyalur pesan

(guru). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran telah terjadi.

Media tersebut berhasil menyalurkan pesan/bahan ajar apabila kemudian terjadi

perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri siswa (Sri Anitah, 2009: 6.6)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa

sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa. Media

pembelajaran mempunyai manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

23

materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus menarik perhatian siswa

pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.

2.4.2 Kegunaan Media Pembelajaran

Secara umum, media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai

berikut (Sadiman, Raharja, Haryono dan Rahadjito, 1984: 17):

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat versibilitas (dalam bentuk

kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:

1) Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai,

film atau model;

2) Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau

gambar;

3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse

atau high-speed photography;

4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat

rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;

5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan

model, diagram dan lain-lain, dan

6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain)

dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain.

c. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

sikap pasif siswa. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:

1) Menimbulkan kegairahan belajar;

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan

dan kenyataan;

3) Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan

minatnya.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

24

d. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan

pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan

ditentukan sama untuk semua siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan

bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit lagi bila latar

belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi

dengan media pembelajaran, yaitu kemampuannya dalam: (1) Memberikan

perangsang yang sama; (2) Mempersamakan pengalaman; dan (3) Menimbulkan

persepsi yang sama.

Media sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Dalam memilih media

pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-

masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada.

2.4.3 Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran pada umumnya dapat sikelompokkan menjadi 3, yaitu

(Ridha Sarwono dan Stefanus, 2009: 31-47):

a. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera

penglihatan. Media visual dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Non-projected visuals (media yang tidak dapat diproyeksikan). Jenis media

visual ini dalam kegiatan belajar mencakup gambar/foto, grafis (graphic) dan

media tiga dimensi.

2) Projected visual (media yang dapat diperoyeksikan). Projected visual pada

dasarnya adalah media yang menggunakan alat proyeksi sehingga gambar

ataupun tulisan nampak pada layar (screen). Media proyeksi bisa berbentuk

proyeksi diam (still picture) dan proyeksi bergerak (motion picture). Jenis alat

proyeksi yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran antara lain: Overhead

Projector (OHP), Opaque Projector dan Slide Projector.

b. Media audio adalah media yang dalam penyampaian pesan melalui auditif

(pendengaran saja) yang dapat merangsang perasaan, pikiran, kemampuan dan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

25

perhatian untuk mempelajari. Jenis media audio terdiri atas program kaset suara

(audio cassette), CD audio, Lab. Bahasa dan Program Radio.

c. Media audio visual yaitu kombinasi dari media yang sudah ada, yaitu media audio

dan visual. Media audio visual merupakan media yang dapat dilihat sekaligus

didengar seperti video pendidikan, televisi pendidikan, video intruksional, televisi

intruksional, slide suara, serta CD interaktif. Dalam penemuan baru contoh media

audio visual yang dibuat dengan menggunakan komputer adalah media ulead

video editor.

2.4.4 Kriteria Pemilihan Media

Menurut Ariani dan Haryanto (2010: 146), media pembelajaran yang baik

harus memenuhi beberapa syarat. media pembelajaran harus meningkatkan motivasi

pembelajar. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada

pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pembelajar mengingat apa yang

sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga

akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga

mendorong siswa untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.

Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard

(1993) dalam Ariani dan Haryanto (2010: 146) mengusulkan sembilan kriteria.

Kriteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang

akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersediaan

fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan,

kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan,

kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran

yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

26

2.5 Hasil Belajar

Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Anggapan dasar ialah

proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada

korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk

menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari

pengajaran itu.

Menurut Purwanto (2013: 38), hasil belajar merupakan proses dalam diri

individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam

perilakunya.

Sedangkan menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Setiap

guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang

dibimbingnya. Karena itu, guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat

terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar

keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah

berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan

peningkatan kemampuan mental siswa.

Bloom (Sudjana, 2005: 22-23) mendefinisikan hasil belajar sebagai hasil

perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif

dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis dan evalusi. Pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, digolongkan

sebagai tingkat kognitif rendah. Analisis, sintesis dan evaluasi disebut sebagai tingkat

kognitif tinggi. Ranah afektif meliputi penerimaan, perhatian, penanggapan,

penyesuaian, penghargaan dan penyatuan. Ranah psikomotor meliputi peniruan,

penggunaan, ketelitian, koordinasi dan naturalisasi.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

27

Maka dapat ditegaskan bahwa salah satu fungsi belajar siswa diantaranya ialah

siswa dapat mencapai prestasi yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka

miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka

alami. Aktifitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar

mengajar, tanpa adanya aktifitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan

belajar dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk

mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian

untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil

belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotik menggunakan

alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan alat penilaian

berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat penilaian yaitu skala sikap

(ceklist) untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dan aspek

psikomotorik digunakan lembar observasi.

Berdasarkan uraian tentang hasil belajar dapat disimpulkan hasil belajar

merupakan hasil akhir proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa

dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk

mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan

menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan

dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti

pembelajaran dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan

kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pmbelajaran.

2.6 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Nofiyanto (2013) dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Metode Pembelajaran Make a Match Terhadap Hasil Belajar IPA pada

Siswa Kelas 5 SD Di Kecamatan Pagetan Kabupaten Banjarnegara Semester 2 Tahun

Ajara 2012/2013”, menyimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan metode

pembelajaran Make a Match dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SD Di

Kecamatan Pagetan Kabupaten Banjarnegara Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

28

Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa kelas 5 SD Negeri 2 Babadan dan

SD Negeri 1 Babadan. Setelah diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan

metode pembelajaran Make a Match dan metode konvensional ditemukan bahwa nilai

t hitung 8,041 dengan signifikansi (0,000<0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha diterima. Dengan demikian terdapat

perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran Make a Match dengan metode

konvensional terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Babadan dan

SD Negeri 1 Babadan.

Ika Hidayati (2013) yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Antara Penggunaan

Make a Match Berbantuan Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 5

Gugus Wisanggeni Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun

Pelajaran 2012/2013”, menyimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh penggunaan

Make a Match berbantuan gambar dengan pembelajaran konvensional berbantuan

gambar terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 Gugus Wisanggeni Kecamatan

Susukan Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarka

tabel hasil analisis uji t Independent Samples Test diketahui bahwa nilai thitung adalah

2,478 pada t-test for Equality of Means dari jumlah siswa 2 kelompok yaitu 67 maka

t-tabel adalah 1,980. Mean dari kelompok eksperimen adalah 80,81 dengan standar

deviasi 11,69. Sig.2-tailed sebesar 0,016. Untuk kelompok kontrol means adalah

72,92 dengan standar deviasi 14,01. Dengan taraf signifikansi sebesar 5% (0,05),

apabila taraf signifikansi <0,05 maka H0 ditolak dan apabila taraf signifikansi >0,05

maka Ha diterima. Karena terbukti sig.2-tailed sebesar 0,016 > 0,05 maka H0 dan Ha

diterima. Jika mean kelompok eksperimen lebih tinggi maka perlakuan memberikan

pengaruh terhadap hasil belajar dibanding dengan kelompok kontrol. Dari analisis

tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara penggunaan Make

a Match berbantuan gambar dengan pembelajaran konvensional berbantuan gambar

terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 Gugus Wisanggeeni Kecamatan

Susukan Kabupaten Semarang 2 Tahun Ajaran 2012/2013.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

29

Dari beberapa hasil penelitian yang sudah dijelaskan, menunjukkan bahwa

pemberian perlakuan (treatment) pembelajaran yang efektif dan penggunaan model

pembelajaran yang sesuai dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar.

Pada penelitian ini peneliti menekankan pada pembelajaran IPA dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif Make a Match berbantuan media.

2.7 Kerangka Berpikir

Pada umumnya pembelajaran IPA di Sekolah Dasar masih menggunakan model

pembelajaran yang konvensional, dimana kegiatan pembelajaran masih berpusat pada

guru. Peran guru masih sebagai sumber belajar yang ada didalam kelas, sehingga

siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Bahkan peran siswa didalam kelas

cenderung pasif, serta siswa kurang berminat mempelajari materi yang disajikan oleh

guru. Terbukti dalam pembelajaran konvensional, hasil belajar IPA siswa kelas V

tidak merata dan masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM.

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil belajar adalah faktor model dan

media pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Pemilihan model dan media pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan

seseorang dalam belajar. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

berbantuan media terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam

berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama. Peran

guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar antara kelas

eksperimen yang diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan kelas kontrol yang menggunakan

pembelajaran biasa (konvensional). Jika hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen

lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol, maka model pembelajaran kooperatif tipe

Make a Match memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V. Untuk

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

30

mengetahui langkah pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka

dapat digambarkan bagan kerangka berpikir sebagai berikut:

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

31

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

Kelas Kontrol Pretest Pembelajaran

Konvensional

Kelas

Eksperimen

Hasil Pretest

tidak ada

perbedaan yang

signifikan

Pretest

Pembelajaran dengan menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Make a Match Berbantuan Media

1. Pembagian kartu berupa

pertanyaan dan jawaban

2. Pembagian kelompok

3. Siswa mendiskusikan kartu yang

sudah didapat bersama

kelompoknya

4. Siswa mencari pasangan kartu

berdasarkan kartu yang didapat

5. Siswa presentasi dan menempel

kartu

6. Pembahasan

7. Kesimpulan

Posttest

Posttest

Hasil Belajar

IPA

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan … · 2018. 9. 7. · yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya

32

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan (Sugiyono, 2010: 84). Peneliti mengemukakan hipotesis penelitian yaitu

terdapat perbedaan pada hasil belajar IPA yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match sebagai berikut:

H0 = tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match berbantuan media dengan pembelajaran

konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SD Negeri

Munding Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015.

Ha = ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Make a Match berbantuan media dengan pembelajaran konvensional terhadap

hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SD Negeri Munding Kabupaten

Semarang tahun pelajaran 2014/2015.