bab ii kajian pustaka 2.1. kemampuan berbahasa · 7 bab ii kajian pustaka 2.1. kemampuan berbahasa...

14
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun berkembang dengan cepat dan menjadi matang pada masa kanak- kanak. Pada anak sudah dapat berbicara dengan kalimat seperti enam sampai delapan kata dan pada usia ini, anak juga sudah dapat menjelaskan arti dari kata-kata yang sederhana. Pada umur ini anak juga sudah memiliki kemampuan bahasa sehari-hari, dengan hal tersebut anak dapat berkomunikasi dengan anak lain karena anak mampu berkomunikasi secara luas dan keinginan tahuan anak yang besar, sehingga anak akan menanyakan segala sesuatu yang dilihat atau di dengar. 2.1.1. Tahapan perkembangan anak Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini, menetapkan standar tingkat pencapaian perkembangan anak. Tingkat pencapaian perkembangan disusun berdasarkan kelompok usia anak. Tahapan perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun sebagai berikut: A. Menerima bahasa; 1. Mengerti beberapa perintah secara bersamaan 2. Mengulang kalimat yang lebih kompleks 3. Memahami aturan dalam suatu permainan

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kemampuan Berbahasa

Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak

umur 5-6 tahun berkembang dengan cepat dan menjadi matang pada masa kanak-

kanak. Pada anak sudah dapat berbicara dengan kalimat seperti enam sampai

delapan kata dan pada usia ini, anak juga sudah dapat menjelaskan arti dari

kata-kata yang sederhana. Pada umur ini anak juga sudah memiliki kemampuan

bahasa sehari-hari, dengan hal tersebut anak dapat berkomunikasi dengan anak

lain karena anak mampu berkomunikasi secara luas dan keinginan tahuan anak

yang besar, sehingga anak akan menanyakan segala sesuatu yang dilihat atau di

dengar.

2.1.1. Tahapan perkembangan anak

Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia 58 tahun 2009

tentang standar pendidikan anak usia dini, menetapkan standar tingkat pencapaian

perkembangan anak. Tingkat pencapaian perkembangan disusun berdasarkan

kelompok usia anak.

Tahapan perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun sebagai berikut:

A. Menerima bahasa;

1. Mengerti beberapa perintah secara bersamaan

2. Mengulang kalimat yang lebih kompleks

3. Memahami aturan dalam suatu permainan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

8

B. Mengungkapkan bahasa;

1. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks

2. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama

3. Berkomunikasi secara lisan, memiliki pembendarahan kata, serta mengenal

simbol-simbol untuk untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung

4. menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-

predikat-keterangan)

5. memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain

6. melanjutkan sebagian cerita atau dongeng yang telah diperdenganrkan

C. Keaksaraan;

1. Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal

2. Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya

3. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal

yang sama

4. Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf

5. Membaca nama sendiri

6. Menuliskan nama sendiri

Salah satu perkembangan yang diambil oleh peneliti untuk melakukan

penelitian ialah perkembangan berbahasa pada anak usia 5-6 tahun, dengan

standar tingkat pencapaian seperti; Mengulang kalimat yang lebih kompleks,

Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks dan Memiliki lebih banyak kata-kata

untuk mengekspresikan ide pada orang lain.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

9

Indikator keberhsilan pada penelitian ini; menceritakan pengalaman atau

informasi tentang sesuatu hal (anak dapat menceritakan kembali tentang peran

yang dimainkannya), menirukan kalimat yang sederhana (anak mampu

mengungkapkan kalimat yang didengarnya) dan anak menjawab pertanyaan yang

lebih kompleks (anak dapat menjawab pertanyaan dari teman sebayanya).

2.1.2. Pengertian Kemampuan Berbahasa

Pengertian kemampuan berbahasa adalah sejauh mana seorang individu

menguasai simbol dan arti bahasa. Berbahasa pada hakikatnya adalah ucapan

pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai

alatnya (Depdiknas, 2005). Sementara itu menurut Harun Rasyid, Mansyur &

Suratno (2009) berbahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari

seseorang atau penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan.

Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Hasan Alwi, (2002) berpendapat

bahwa kemampuan sendiri berasal dari kata mampu yang berarti yang pertama

kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu dan kedua berada. Kemampuan sendiri

mempunyai arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan kekayaan. Sehingga

kemampuan berbahasa berarti kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang

memadai dilihat dari sistem bahasa, antara lain mencakup sopan santun,

memahami giliran dalam bercakap-cakap.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa

merupakan kesanggupan, kecakapan, kekayaan ucapan pikiran dan perasaan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

10

manusia melalui bunyi yang arbiter, digunakan untuk bekerjasama, berinteraksi,

dan mengidentifikasi diri dalam percakapan yang baik.

2.1.3. Pelatihan Kemampuan Berbahasa

Menurut Fogg (2001) untuk melatih kemampuan berbahasa pada anak

pendidik dapat menggunakan teknik bermain peran dimana pada saat anak

mencoba untuk memainkan peran yang dibawakan pastinya harus berbicara.Jadi

dari beberapa anak kemudian dipilih atau anak sendiri mengajukan diri untuk

menjadi pemeran dari tokoh-tokoh atau karakter yang sudah ada. Anak-anak

kemudian berlatih untuk memerankan tokoh-tokoh itu sesuai dengan watak atau

karakter tokoh di bawah bimbingan guru. Latihan dilakukan beberapa menit

sesuai dengan bimbingan dari guru jadi guru menjelaskan apa yang harus

dilakukan oleh anak dan kata-kata apa yang harus anak ucapkan sebelum tampil di

depan teman-teman yang lain.

Maka betapa pentingnya bila berbahasa yang benar kita dapat menerapkan

kepada anak, karena perkembangan berbahasa atau komunikasi pada anak

merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya

jadi perhatian dari para pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya.

Bahasa yang telah diperoleh oleh anak-anak merupakan prestasi yang paling hebat

dan menakjubkan artinya bila anak dapat mengembangkan bahasanya maka akan

diberi ucapan simpati dari orang-orang disekitar anak.

Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013), pada saat umur anak masih

dibawah 4-6 tahun kita harus memberikan banyak hal seperti bagaimana anak-

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

11

anak berbicara atau dapat mengembangkan kata-kata karena kemampuan pada

tahapan perkembangan ini anak mengalami banyak perubahan. Dengan hal ini

maka seorang pendidik harus memberikan kebebasan atau kesempatan kepada

anak untuk mengekspresikan atau mengungkapkan perasaannya lewat bermain

peran. Sebagaimana kegiatan bermain peran dapat mengembangkan aspek-aspek

perkembangan dan salah satunya yaitu dapat mengembangkan kemampuan

bahasa anak.

2.2. Bermain Peran

Pentingnya pembelajaran dengan bermain peran menurut Catron dan Allen

(1999), dapat memberikan kebebasan pada anak untuk berimajinasi, bereksplorasi

dan menciptakan suatu bentuk kreativitas. Jadi pentingnya pembelajaran dengan

bermain peran, akan mengembangkan potensi anak sehingga potensi yang telah

ada dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan bermain peran.

2.2.1. Pengertian Teori Bermain

Pada hakikatnya semua anak suka bermain, anak mengunakan sebagian

waktunya untuk bermain dalam bermain alat yang dipakai juga beragam.

Berdasarkan uraian tersebut pendapat dari para ahli PAUD (dalam Slamet

Suyanto, 2005) meraka megutarakan bahwa bermain merupakan salah satu faktor

yang penting dalam pembelajaran di PAUD.

Sudono (1995) berpendapat bahwa dunia anak adalah dunia bermain.

Anak tidak dapat dipisahkan dengan bermain karena dengan bermain maka akan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

12

mengembangkan perkembangan anak sesuai usianya. Sedangkan menurut Docket

dan Fleer (2000) bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena dengan

bermain anak memperoleh pengetahuan sehingga dapat mengembangkan

kemampuan dalam dirinya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan

bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak tanpa dibatasi usianya

dengan menggunakan alat bermain atau tanpa alat permainan, yang merupakan

pengalaman langsung yang efektif dalam memberikan informasi maupun

kesenangan kepada anak dalam mengembangkan imajinasi anak.

2.2.2. Pengertian Bermain Peran

Menurut Corsini, dalam Tatiek (2001) dan Bennet, dalam Tatiek (2001)

mengemukakan bahwa bermain peran adalah suatu alat belajar yang

mengembangkan keterampilan dan pengertian mengenai hubungan antar manusia

dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam

kehidupan yang sebenarnya.

Kegiatan bermain peran dilihat dari dengan pemberian properti tertentu

dan harus sesuai dengan situasi anak dalam memerankan tokoh yang ia pilihnya

sendiri. Apa yang dilakukan anak waktu memerangkan tingkah laku yang nyata

biasanya melibatkan penggunaan bahasa. Kegiatan bermain peran ini disukai dan

sering dilakukan anak usia 2-7 tahun.

Bermain peran sendiri merupakan bagian terbesar dalam kehidupan anak-

anak untuk dapat belajar mengenal dan mengembangkan keterampilan berbahasa

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

13

dengan jelas. Secara umum bermain peran sering dikaitkan dengan kegiatan anak-

anak yang dilakukan secara langsung dalam suasana riang gembira. Dengan

bermain peran secara berkelompok anak akan berinteraksi dengan temannya

melalui ucapan sehingga dapat membantu mengembangkan bahasanya.

Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan

tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu

terhadap individu lain. peran yang dimainkan individu dalam hidupnya

dipengaruhi oleh tingkahlaku individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain.

Menurut Santrock (1995), menyatakan bahwa bermain peran ialah suatu

kegiatan yang menyenangkan dan aman untuk anak. Oleh sebab itu bermain peran

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak untuk memperoleh

kesenangan.Sedangkan Menurut Fogg (2001), ia menyatakan bahwa dalam

pembelajaran yang menggunakan strategi bermain peran akan meningkatkan

keaktifan anak dalam berkomunikasi.

Dengan demikian bermain peran dapat diberikan kepada anak sehingga

anak dapat mengembangkan bahasanya melalui peran yang dibawakannya. Dalam

hal ini orangtua dan pendidik harus memberi kesempatan kepada anak saat anak

berbicara, sehingga anak dengan sendirinya akan mengembangkan kosa kata yang

baru.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

14

2.2.3. Jenis metode bermain peran

Menurut Halida (2011) metode bermaian peran mikro ialah kegiatan yang

menggunakan bahan-bahan yang berukuran kecil seperti rumah-rumahan beserta

perabotannya. Sedangkan metode bermain peran makro ialah kegiatan bermain

peran yang sesungguhnya dengan bahan-bahan yang berukuran besar atau nyata.

Contohnya bermain peran menjadi seorang guru, maka alat yang digunakan buku,

pulpen dll.

Metode bermain peran dapat dilihat dari jenisnya yaitu:

1) Metode bermain peran mikro

Anak memainkan peran menggunakan benda-benda kecil. Seperti binatang-

binatang dan orang-orangan kecil.

2) Metode bermain peran makro

Anak menjadi tokoh dan menggunakan alat-alat yang besar. Berupa baju atau

celana.

2.2.4. Tahap-tahap Bermain Peran

Menurut Shaftel (1967) mengemukakan bahwa ada sembilan tahap

bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran yaitu:

a) Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, artinyaguru

harus memberikan anak berbagai motivasi atau dorongan yang mengarah pada

apa yang akan anak- anak perankan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

15

b) Memilih partisipan/peran, artinya anak dipersilahkan untuk memilih

peran sendiri, apa yang akan ia perankan. Gurupun juga harus memberi

bimbingan kepada anak bagaimana ia memerankan tokoh yang ia pilih anak.

c) Menyusun tahap-tahap peran, artinya guru meyiapkan tahap-tahap apa

saja yang harus dilakukan oleh seorang anak dalam memerankan suatu tokoh.

d) Menyiapkan pengamat, artinya guru menyiapkan alat untuk mengamati

anak saat memainkan peran.

e) Pemeranan, artinya guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter,

apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus

mereka kerjakan.

f) Diskusi dan evaluasi, artinya guru memberikan kesempatan kepada anak

untuk memberitahukan apakah anak sudah puas dengan memerankan peran

yang sudah dilakukan.

g) Pemeranan ulang, artinya jika anak tidak puas atau peran yang anak

bawakan dapat diulangi lagi dengan syarat anak dapat memilih peran yang

akan dilaksanakan.

h) Diskusi dan evaluasi tahap dua, artinya anak diberi kesempatan lagi

secara sukarela untuk menjadi pemeran. Tetapi jika anak tidak mau

menyambut tawaran tersebut, maka guru dapat menunjuk seorang anak yang

pantas dan mampu memerankan posisi tertentu.

i) Pembagi pengalaman dan mengambil kesimpulan, artinya setelah anak

memerankan peran yang dibawakan guru harus menanyakan kepada anak

tentang perasaannya bila berperan sebagai orang lain. Dan guru dapat

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

16

memberitahukan atau menjelaskan lagi kepada anak tentang peran yang anak

lakukan.

Tahap-tahap dimaksudkan untuk memotivasi anak agar tertarik pada

bermain peran karena itu tahap-tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan

paling menentukan keberhasilan dalam berbicara. Bermain peran akan berhasil

apabila anak menaruh minat dan memperhatikan peran yang diajukan guru.

Apalagi sesuai dengan peran yang anak sukai, maka anak sendiri akan mampu

untuk melakukannya.

2.3. Manfaat Bermain Peran

Manfaat bermain peran ialahuntuk mendorong anak sehingga turut aktif

berbicara, berinteraksi dalam peran yang akan dimainkan anak, sejalan dengan

pendapat Sulung Lahitani Mardinata (2012). Melalui bermain peran dalam

pembelajaran, anak juga dapat mengekplorasi perasaannya, memperoleh wawasan

tentang sikap, nilai dan persepsinya mengenai suatu hal, mengembangkan

keterampilan yang diperankan melalui berbagai cara. Secara garis besar, manfaat

lain dari bermain peran adalah sebagai berikut:

a) Kreativitas, dengan bermain peran kreativitas anak dapat lebih terasah karena

dalam dunia khayalan, anak bisa jadi apa saja dan melakukan apa saja sesuai

dengan peran yang dimainkannya.

b) Disiplin, saat bermain peran, biasanya anak akan mengambil peraturan dari

pola hidupnya sehari-hari. Misalnya, saat ia bermain peran sebagai orangtua

yang menidurkan anaknya, ia akan bersikap dan mengatakan seperti apa yang

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

17

ia sering dilakukan dan dikatakan oleh orangtuanya. Sehingga secara tak

langsung, ia pun membangun kedisiplinan dan keteraturan pada dirinya

sendiri.

c) Keluwesan, saat bermain peran, secara tidak langsung anak-anak mulai

belajar untuk mengatasi rasa takut dan hal-hal yang sebelumnya berbeda bagi

mereka. Sehingga dengan bermain peran ini, dapat diharapkan untuk berbicara

anak dari ucapannya bisa lebih jelas dan rasa takut dapat berkurang.

Dengan demikian dalam menggunakan metode bermain peran dalam

pembelajaran, berbicara anak termotivasi untuk melakukan kegiatan berbahasa

khususnya berbicara. Anak juga akan merasa lebih mudah mengembangkan

bahasanya dengan berbangai ide, di samping itu suasana kelas lebih kondusif dan

efektif.

Salah satu metode yang dipakai untuk meningkatkan bahasa anak dengan

menggunakan bermain peran, maka dapat disusun kerangka pemecahan masalah

bahwa melalui bermain peran, dapat meningkatkan kemampuan anak untuk

berbicara dengan jelas. Anak diberi contoh kongkrit dan dilibatkan langsung

dalam proses pembelajaran serta diberi kesempatan untuk memerankan dirinya

sendiri maupun orang lain dalam aktivitas berbicara.

Dalam bermain peran guru harus menggunakan alat-alat yang nyata

sehingga anak mendapat pengalaman secara langsung serta mengikuti kegiatan

belajar anak langsung dan bebas berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang

lain. Dengan komunikasi yang ada maka akan sangat membantu anak untuk

mengembangkan bahasanya, tanpa perintah oleh guru.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

18

2.4. Penelitian yang Relavan

Penelitian yang relavan merupakan penelitian yang sudah dilakukan

sebelum penelitian ini. Penelitian terdahulu berfungsi untuk memperkuat

penelitian ini. Adapun penelitian tersebut yang sudah dilakukan adalah:

Rohmawati Miharjo (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak

TK ABA Kuncen 1 Yogyakarta”, hasil dari penelitian menggunakan metode

bermain peran terbukti bahwa mampu meningkatan kemampuan berbicara siswa,

sesuai hasil pada siklus I 45,83% mengungkapkan ide dan siklus II 87,5%

berbicara lancar menunjukan hasil yang meningkat. Dilihat dari sebelumnya

keaktifan berbicara anak mengungkapkan ide sebesar 8,33% dan berbicara lancar

dengan lafal yang benar 12,5%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

relevan adalah pada sasaran dan metode pembelajarannya, yaitu peningkatan

kemampuan berbahasa untuk anak TK melalui metode bermain peran.

Nur Azizah (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Tingkat

Keterampilan Berbicara Ditinjau Dari Metode Bermain Peran Pada Anak Usia 5-6

Tahun”, dalam penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil rata-rata keterampilan

berbicara pada kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 26.03%

menggunakan metode bermain peran mikro dan kelompok eksperimen mengalami

peningkatan sebesar 40,9% menggunakan bermain peran makro. Maka dapat

disimpulkan bahwa peningkatan berbicara anak yang lebih tinggi terdapat pada

metode bermain peran makro dan yang rendah adalah metode bermain mikro.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan adalah pada sasaran dan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

19

metode pembelajarannya, yaitu kemampuan berbahasa anak usia 5-6 tahun

melalui metode bermain peran.

Sutijah dengan penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan

Berbicara Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran di TK ABA Among

Putra Babadan Bantul”, dari penelitian yang dilakukan pada siklus I dan siklus II

menunjukan hasil yang sangat memuaskan karena pada siklus ke II peningkatan

berbicara anak sangat tinggi sebanyak 85%. Dengan demikian pembelajaran

menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara

anak. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan terletak pada

sasaran dan metode pembelajarannya, yaitu untuk anak TK menggunakan metode

bermain peran.

2.5. Kerangka Berpikir

Dalam berbahasa sangat berkaitan dengan berinteraksi. Proses berbahasa

anak harus melalui tahap-tahap tertentu, tidak mudah untuk mengindentifikasi.

Sehingga yang dapat diamati adalah berbahasa, yang diucapkan oleh anak. Salah

satu perkembangan yang perlu ditingkatkan adalah berbahasa anak dalam bermain

peran. Catron dan Allen, (1999) berpendapat bahwa komunikasi yang baik akan

meningkatkan kemampuan berbahasa dengan baik. Sehingga dengan berbahasa

yang jelas dengan kata-kata yang baik kepada anak maka anak akan mengerti

maksud atau tujuan dari kata-kata yang dibicarakannya sendiri.

Perkembangan berbahasa adalah salah satu perkembangan yang sangat

penting bagi anak usia dini. Dalam meningkatkan berbahasa pada anak melalui

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa · 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun

20

berkomunikasi anak akan terdorong untuk menyampaikan maksud, keinginan, dan

kebutuhannya kepada orang lain. Menurut Lennebert (dalam Christiana Hari

Soetjiningsih 2012) bahwa tahun-tahun prasekolah merupakan masa yang penting

dikarenakan pada masa ini bahasa berkembang dengan cepat. Sehingga dengan

bermain peran dapat meningkatan kemampuan berbahasa anak karena dalam

bermain peran, tentu ada banyak kerakter di dalamnya. Dengan adanya karakter

tersebut, diharuskan saling berinterakasi satu sama lain sehingga ada komunikasi

antara pemain.

Menurut Slamet Suyanto (2005), pada saat anak bermain peran anak dapat

meniru berbagai karakter. Anak dapat berperan menjadi seorang pembeli, guru

dan lain-lain. Dengan peran yang di mainkan oleh anak, anak diharuskan untuk

berbicara.Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak sehingga anak dapat

berbicara dengan artikulasi yang jelas. Berbahasa dapat ditingkatkan melalui

metode bermain peran karena bermain peran adalah sebuah aktivitas yang banyak

mengacu tentang terjadinya sebuah komunikasi.

2.6. Hipotesis:

Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan

tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya (Nasution,

2001). Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dapat

disusun hipotesis yaitu;“Metode pembelajaran dengan menggunakan teknik

bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak di TK B

Kristen 03 Eben Haezer Salatiga.”