bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada
penelitian ini di antaranya akan membahas pengertian bahasa Indonesia,
pembelajaran bahasa Indonesia di SD, pengertian membaca, jenis membaca, hasil
belajar, model picture and picture sebagai model yang digunakan oleh peneliti,
pengertian permainan puzzle sebagai media bantu dan penerapan model pada mata
pelajaran bahasa Indonesia.
2.1.1. Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Dengan bahasa kita
dapat menyampaikan keinginan, pendapat, dan perasaan. Dengan bahasa kita
mampu memahami dan mengetahui apa yang terjadi disekitar kita. Setiap orang
sudah pasti mempunyai kemampuan berbahasa.
Menurut Santosa (2009:1.11), pengertian bahasa adalah “Alat komunikasi
antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia.”
Pengertian Bahasa adalah “Alat untuk menyampaikan pikiran perasaan dari
seseorang kepada orang lain baik secara lisan atau tulisan”. (Depdikbud:1)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia
merupakan salah satu alat yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi
agar apa yang disampaikan menjadi jelas.
2.1.2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar diharapkan membantu
siswa meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
9
Menurut Santosa (2009:3.6), mata pelajaran bahasa Indonesia SD adalah
“Program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, berbahasa dan
sikap positif terhadap bahasa Indonesia”.
Pembejaran bahasa Indonesia adalah:
Butir-butir pembelajaran yang tercantum pada setiap semester merupakan kegiatan berbahasa (membaca, menulis, menyimak dan berbicara) belum merupakan materi pembelajran. Materi pembelajarannya dapat dipilih atau ditetapkan oleh guru, membaca apa, menulis apa, menyimak tentang apa dan berbicara tentang apa. (Depdiknas:1)
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang
perlu diberikan kepada siswa di sekolah. Mengingat hal tersebut makan tidak
heran jika mata pelajaran bahasa Indonesia mulai diberikan sejak masih di
bangku sekolah dasar. Hal ini diharapkan agar siswa mampu menguasai,
memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa seperti
membaca, menyimak, berbicara dan menulis.
Pembelajaran basaha Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Maka dalam
pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya menggunakan model pembelajaran
yang menarik, karena pembelajaran yang menarik akan menumbuhakn minat
siswa untuk mempelajari bahasa Indonesia sehingga tujuan dari pembelajaran
bahasa Indonesia dapat tercapai.
2.1.2.1.Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki tujuan bahwa dengan belajar
bahasa Indonesia memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling
berbagi pengalaman, saling belajar dan untuk meningkatkan kemampuan
intelektual untuk menunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
BSNP (2006), Tujuan pemebelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa adalah :
Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar
10
kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa.
Permendiknas (2007), dalam standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan
tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Dari beberapa paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
bahasa Indonesia memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling
belajar dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, sosial, dan emosional
siswa sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Dengan pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa mampu menggunakan
Bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta dapat berkomunikasi secara efektif
dan efisien secara lisan maupun tulis sesuai dengan etika yang berlaku.
2.1.2.2. Manfaat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dengan mempelajari bahasa Indonesia diharapkan dapat memberikan
beberapa manfaat, yaitu :
a. Siswa mampu memahami bahasa Indonesia serta menggunakannya dengan
tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
b. Siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap
hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri
11
c. Siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
sehingga dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien baik secara lisan
maupun tulis.
d. Siswa bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan
bahasa pemersatu bangsa Indonesia.
e. Siswa dapat membaca dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, meningkatkan pengetahuan dalam kemampuan berbahasa.
2.1.2.3. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia
Ruang lingkup pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek
sebgai berikut :
a. Mendengarkan
b. Berbicara
c. Membaca
d. Menulis
Dalam penelitian ini yang asepek yang ditingkatkan hanya terfokus pada
aspek membaca saja, mengingat siswa kelas 1 di SD N Batur 03 hasil belajar
membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia masih rendah
2.1.2.4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia
Adapun butir pembelajaran bahasa Indonesia di SD yang di fokuskan pada
penelitian ini adalah sesuai dengan standar isi tahun 2006 untuk mata pelajaran
bahasa Indonesia untuk kelas 1 SD semester 2 yang berhubungan dengan
membaca terdapat pada tabel 2.1. berikut :
12
Tabel 2.1 Butir Pembelajaran Membaca Kelas 1 Sekolah Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Membaca 7. memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak
7.1 membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat
7.2 membaca puisi anak yang terdiri atas 2-4 baris dengan lafal dan intonasi yang tepat
2.1.3. Hakikat Membaca
Kompetensi belajar bahasa Indonesia diarahkan ke dalam emapat aspek,
yaitu membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan. Kompetensi Dasar dalam
penelitian ini hanya difokuskan pada aspek membaca saja. Hal ini dimaksudkan
mengingat pentingnya membaca bagi siswa kelas 1 sekolah dasar maka minat
membaca di kelas 1 perlu ditumbuhkan.
Minat membaca siswa perlu ditumbuhkan sejak dini karena dengan
kegiatan membaca siswa dapat menambah pengetahuan mereka dengan lebih
mudah. Membaca bagi siswa kelas 1 SD merupakan membaca permulaan.
Membaca permulaan merupakan kegiatan mengenalkan dan melatih siswa untuk
membaca pertama kali.
Menurut Nurjamal, Dkk (2011:4), Membaca dan menyimak merupakan
“aktivitas kunci kita mendapatkan dan menguasai informasi. Semakin banyak
informasi kita simak-baca, semakin banyak informasi kita kuasai”.
Menurut Santosa (2009:6.3), pada hakikatnya aktivitas membaca terdiri dari
dua bagian, yaitu “membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk.
Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan
membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang
dilakukan pada saat membaca”.
Menurut Kuntowijoyo dalam Nurjamal, Dkk (2011:4), “Dengan membaca
buku berarti kita sedang membaca diri sendiri lewat pengalaman orang lain. Jika
kita rajin membaca buku, itu berarti kita rajin belajar dari pengalaman orang lain.
Itu termasuk belajar diri sendiri”.
13
Menurut Santosa (2009:6.3), proses membaca terdiri dari beberapa aspek.
Aspek-aspek tersebut adalah
(a ) aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis; (b) aspek perceptual, yaitu kemampuan untuk menginterprestasikan apa yang dilihat sebagai symbol;(c) aspek schemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada; (d) aspek berpikir, yaitu keampuan membuat interfensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari; dan (e) aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan denga minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca
Menurut Santosa (2009:6.5), pembelajaran membaca harus mempunyai
tujuan yang jelas. Tujuan yang dimaksud meliputi :
a. Menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan b. Membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada
siswa menikmati bacaan c. Menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan d. Menggali simpanan pengetahuan atas schemata siswa tentang
suatu topik e. Menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa f. Mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan
disampaikan dengan lisan ataupun tertulis g. Melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-
ramalan yang dibuat oleh siswa sebelum melakukan perbuatan membaca
h. Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan
i. Mempelajari struktur bacaan j. Menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru
atau sengaja diberikan oleh penulis bacaan.
2.1.3.1. Jenis Membaca
Berikut akan dipaparkan beberapa jenis membaca yang dilakukan baik
kegiatan membaca sekolah atau kegiatan mambaca di luar sekolah.
a. Membaca Teknik
Kegiatan ini bertujuan untuk melatih siswa menyuarakan lambang-lambang
tertulis. Melalui kegiatan ini siswa dibiasakan membaca dengan intonasi yang
wajar, tekanan yang baik, dan lafal yang benar.
14
b. Membaca Dalam Hati
Kegiatan membaca ini perlu dilatihkan setelah siswa menguasai semua
huruf. Siswa dilatih membaca tanpa menguluarkan suara ataupun gerakan bibir.
c. Membaca Indah
Membaca indah ialah membaca teknik juga. Tetapi pada bahan bacaan yang
digunakan ialah karya sastra, seperti puisi atau prosa. Kegiatan ini lebih bertujuan
apresiatif. Siswa diharapkan dapat membaca sebagai ungkapan penghayatannya
terhadap sastra.
d. Membaca Bahasa
Kegiatan membaca bahasa ditekankan pada sisi kebahasaan, bukan isinya.
Jadi dalam kegiatan ini berdasarkan bacaan yang diberikan, siswa berlatih
mengenai makna dan penggunaan kata, ungkapan, serta kalimat.
e. Membaca Cepat
Tujuan kegiatan membaca cepat adalah agar siswa mampu dengan cepat
menangkap isi bacaan. Kemampuan ini sangat penting karena informasi mengenai
ilmu dan teknologi disampaikan melalui tulisan.
f. Membaca Pustaka
Kegiatan membaca ini merupakan kegiatan di luar jam pelajaran. Jadi dapat
bersifat kokurikuler, ekstrakurikuler, bahakan individual. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana menumbuhkan munat baca anak, tidak saja
terhadap bacaan hiburan, tetapi juga terhadap bacaan yang berisi pengetahuan.
Untuk itu sekolah perlu menyediakan buku-buku bacaan yang beraneka ragam,
yang disajikan dalam bahasa yang sesuai dengan tingkatan siswa SD.
g. Membaca Lancar
Membaca lancar adalah membaca dengan tidak tersendat-sendat, yaitu
membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat. Kelancaran seorang dalam
membaca akan memudahkan pendengar untuk menangkap pesan atau isi dari apa
yang pembaca sampaikan.
Tujuan membaca lancar adalah untuk melatih cara membaca yang baik dan
benar sesuai kaidah kebahasaan. Dalam mambaca lancar guru perlu
memperhatikan siswa agar mengindahkan pedoman sebagai berikut :
15
a. Lafal
Sebagian siswa-siswa di Indonesia lahir dan dibesarkan sebagai insane
daerah yang berbahasa daerah. Ciri-ciri kedaerahan itu sering kali sulit
dihilangkan. Pengurangan cirri tersebut merupakan langkah yang perlu diambil
kearah pengindonesiaan siswa-siswa di Indonesia. Rumusan yang dapat
dikemukakan adalah bahwa lafal yang baku dalam bahasa Indonesia adalah
ucapan yang bebas dari ciri-ciri lafal daerah.
Berikut contoh pelafalan yang belum sesuai dengan kaidah pelafalan bunyi
bahasa :
(a) Huruf /c/ dilafalkan (ce) bukan (se)
Contoh : WC dilafalkan (we-ce) bukan (we-se)
(b) Huruf /q/ dilafalkan (ki) bukan (kyu)
Contoh : MTQ dilafalkan (em-te-ki) bukan (em-te-kyu)
(c) Huruf /v/ dilafalkan (fe) bukan fi
Contoh : TV dilafalkan (te-ve) bukan (ti-vi)
b. Intonasi
Menurut Sunaryati dalam Rahardi (2005:123) intonasi adalah tinggi-rendah
suara, panjang-pendek suara, keras lemah suara, jeda, irama dan timbre yang
menyertai tuturan. Intonasi berfungsi untuk memperjelas maksud tuturan. Oleh
karena itu intonasi dapat dibedakan lagi menjadi intonasi berita, intonasi Tanya
dan intonasi seruan. Intonasi seruan masih dibedakan lagi menjadi intonasi
perintah, ajakan permintaan, permohonan dan sebagainya.
Intonasi dapat berupa lagu kalimat atau ketepatan penyajian tinggi
rendahnya nada kaliamat. Berikut contoh intonasi pada kalimat
(a) Apa maksudnya? (intonasi naik)
(b) Kita harus bekerja keras. (intonasi datar)
(c) “Pagi ini pekerjaan seharusnya dapat selesai” kata ibu (intonasi menurun).
c. Kenyaringan
Volume merupakan tingakt kekuatan dan kenyaringan suara dalam
pengucapan kata. Saat membaca tingkat kenyaringan perlu diperhatikan oleh
pembaca karena dapat menunjang keefektifan dalam membaca.
16
Dari berbagai jenis membaca yang telah dipaparkan, peneliti hanya
meningkatkan hasil belajar membaca lancar untuk siswa kelas 1 SD N Batur 03.
Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan
aktivitas kunci untuk mendapatkan dan menguasai informasi yang melibatkan
aktivitas fisik dan mental sehingga dapat menemukan makna tulisan dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan intelektualitas.
Mengingat pentingnya membaca maka minat membaca siswa di kelas 1 SD
perlu ditumbuhkan. Salah satu langkah untuk menumbuhkan minat membaca
yaitu dengan menanaman minat membaca dan melalui proses belajar mengajar
yang menarik dan menyenangkan agar siswa tertarik untuk membaca sehingga
hasil belajar siswa meningkat.
2.1.4. Hasil Belajar
Hasil belajar mempunyai peran penting didalam proses pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar merupakan salah satu sebagai tolok
ukur keberhasilan proses mengajar. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya
mencapai tujuan bejarnya melalui kegiatan belajar.
Menurut Gagne dalam Suprijono (2014:5), hasil belajar berupa :
(a) informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; (b) ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing; (c) strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya; (d) ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi; (e) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut
Menurut Reigeluth dalam Suprihatiningrum (2014:38), Hasil belajar adalah
“suatu kinerja yang diindikasikan sebagai suatu kapasitas (kemampuan) yang
telah diperoleh.”
17
Menurut Hamailik dalam Rusman (2012:123), “Hasil belajar dapat terlihat
dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan
perilaku.”
Menurut Bloom dalam Suprijono (2014:6), “hasil belajar mencakup
kemampuan yaitu domain kognitif , domain afektif dan domain psikomotorik.”
Dari pendapat Bloom Terdapat 3 aspek penting yang diukur dalam dalam
hasil belajar yaitu (a) aspek kognitif yaitu aspek untuk mengukur pengetahuan
siswa. (b) aspek afektif untuk mengukur bagaimana bagaimana sikap yang
ditunjukan oleh siswa selama mengikuti proses pembejaran. (c) aspek
psikomotorik adalah aspek untuk mengukur sejauh mana kretrampilan siswa.
Dalam penelitian ini hasil belajar yang ukur hanya domain kognitif saja.
Dari pendapat Bloom ada beberapa aspek di dalam domain kognitif, yaitu :
a. Pengetahuan (knowledge)
Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali atau mengenali kembali
tentang nama-nama, struktur, bentuk, dan sebagainaya. Ini merupakan berpikir
paling rendah
b. Pemahaman (comprehension)
Kemampuan pesesrta didik untuk mengerti atau memahami sesuatu yang telah
diketahui atau diingat.
c. Penerapan (application)
Kemampuan siswa untuk menerapkan atau menggunakan sesuatu yang telah
diketahui ke dalam situasi yang kongkrit.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan seseorang untuk memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian
yang kecil ke dalam satu bentuk yang utuh.
e. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan seseorang untuk memberikan pertimbangan nilai dari situasi
tertentu untuk tujuan tertentu.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah terjadinya
perbaikan tingkah laku dan perubahan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotik yang diperoleh siswa setelah menerima perlakuan dari guru sehingga
18
dapat mengkontruksikan pengetahuan yang diperoleh untuk dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar memiliki manfaat bagi siswa dengan mengetahui hasil
belajarnya siswa dapat menilai apakah cara belajarnya sudah efektif untuk
mencapai hasil yang maksimal serta bertujuan untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa. dilihat dari manfaat hasil belajar siswa, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi
belajarnya dan sebgai tolok ukur siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.
Dalam penelitian ini diharapkan hasil belajar bahasa Indonesia akan
meningkat. Apabila hasil belajar yang didapat siswa maksimal maka dalam
mengikuti proses belajar bahasa Indonesia siswa akan lebih bersemangat dan
antusias. Misalnya setelah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia siswa menyukai
pelajaran bahasa Indonesia yang awalnya tidak disukai, karena siswa merasa
senang dengan cara mengajar guru yang menarik.
Dengan demikian hasil belajar bahasa Indonesia yang didapat siswa tidak
hanya digunakan untuk mencukupi KKM ≥ 65 yang sudah ditentutan, namun
dapat mempengaruhi sudut pandang siswa terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia, sehingga untuk selanjutnya siswa memiliki apresiasi yang tinggi
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia.
2.1.5. Model Pembelajaran Picture and Picture
Kegiatan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien tentu memerlukan
model pembelajaran yang baik agar materi yang disampaikan dalam pembelajaran
mudah dipahami oleh siswa dan mudah diingat oleh siswa. Pemilihan model
pembelajaran yang baik diperlukan agar siswa tidak hanya pasif mendengarkan
penjelasan dari guru saja melainkan siswa dapat mengalami langsung dan
mengembangkan daya kreatifitas yang dimiliki. Pemilihan model pembelajaran
yang sesuai akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru
harus pandai dalam memilih dan menentukan model pembelaran yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu contoh adalah model
19
pembelajaran picture and picture. Model pembelajaran picture and picture cocok
diterapkan di kelas rendah.
2.1.5.1. Pengertian Model Picture and Picture
Model pembelajaran picture and picture merupakan model yang baik
diterapkan di kelas rendah yaitu antara kelas 1 sampai kelas 3 SD. Model
pembelajaran picture and picture ini merupakan salah satu model kooperatif
dimana model pembelajaran kooperatif ini mengutamakan adanya kelompok-
kelompok dalam proses pembelajaran. Dengan berkelompok diharapkan siswa
saling bekerjasama dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Model picture and
picture adalah suatau metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan
/ diurutkan menjadi urutan logis.
Menurut Ngalimun (2014:177), model pembelajaran picture and picture
adalah “Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan
berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik,
guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai
materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.”
Menurut Hamdayama (2014:129), model pembelajaran picture and picture
adalah “Sebuah model pembelajaran dimana guru menggunakan alat bantu media
gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif
belajar.”
Dari paparan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran picture and picture adalah model pembelajaran dengan mengunakan
alat bantu atau media gambar untuk menyampaikan materi. Dengan menggunakan
media gambar diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus dan
dalam kondisi yang menyenangkan, sehingga materi yang disampaikan, dapat
diterima dengan baik dan mampu diingat kembali oleh siswa sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
20
2.1.5.2. Langkah-langkah model pembelajaran picture and picture
Dalam model pembelajaran picture and picture terdapat beberapa langkah
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan beberapa
langkah-langkah yang terdapat pada model pembelajaran picture and picture.
Menurut Hamdayama (2014:130), langkah-langkah dalam model
pemebelajaran picture and picture adalah sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Dilangkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi
kompetensi dasar (KD) mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian
siswa dapat mengukur sejauh mana materi yang harus dikuasai.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar
Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemeberian materi sebagai
pengantar akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi
yang ingin dipelajari.
c. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan kegiatan membaca.
Dengan gambar yang diseratai kata akan memudahkan siswa dalam membaca,
sebab siswa merasa terbantu dengan adanya gambar.
d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Pada kegiatan ini
siswa diminta untuk mengurutkan kata pada gambar dan menyusunnya
menjadi kalimat. Siswa berlatih membaca urutan kata yang telah disusun
sesuai dengan lafal, intonasi dan kenyaringan yang tepat.
e. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Guru membimbing siswa untuk menemukan jalan cerita atau tuntutan
kompetensi dasar dengan indikator yang akan dicapai. Setelah siswa
menjelaskan urutan gambar dengan alasan yang tepat, hal itu menunjukan
bahwa siswa sudah lancar membaca sehingga urutan gambar menjadi urutan
yang logis.
f. Dari alasan/urutan gambar tersebut, guru memulai menanamkan konsep atau
materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
21
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan
penekanan-penekan pada hal yang ingin dicapai dengan meminta siswa lain
untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa
mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator.
g. Kesimpulan atau rangkuman
Setelah siswa menyelesaikan semua proses pembelajaran siswa dibimbing
untuk membuat kesimpulan atau rangkuman agar guru mengetahui sejauh
mana siswa dalam mencapai pembelajaran pada hari itu.
Menurut Hamdani (2014:89), langkah-langkah model pembelajaran Picture
and Picture ada 7 langkah, yaitu :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. c. Guru menunjukan atau memanggil siswa secara bergantian
untuk memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
d. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
e. Dari alasan atau urutan gambar tersebut, guru menanmkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
f. Kesimpulan atau rangkuman.
2.1.5.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Picture and Picture
Setiap model pembelajaran tentu mempunyai kelebihan dan kelemahan di
dalamnya. Tak terkecuali dengan model pembelajaran picture and picture juga
terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan.
Menurut Hamdani (2014:89), ada beberapa kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran picture and picture, yaitu “Kelebihan dari model picture and
picture guru lebih mengetahui kemampuan tiap-tiap siswa. Guru Melatih siswa
untuk berpikir logis dan sistematis. Adapun kekurangan model pembelajran ini
adalah memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif.”
Menurut Istarani (2011:8), model pembelajaran picture and picture
memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu
22
Adapun kelebihan model pembelajaran picture and picture diantaranya:(a) materi yang diajarkan lebih terarah;(b) siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukan gambar-gambar mengenai materi yang akan dipelajari;(c) menigkatkan daya nalar atau daya pikir siswa;(d) meningkatkan tanggungjawab siswa;(e) pembelajaran lebih berkesan. Adapun kelemahan model pembelajaran picture and picture diantaranya (a) sulit menemukan gambar-gambar yang bagus yang sesuai dengan materi;(b )sulit menemukan gambar yang sesuai dengan daya nalar siswa;(c) baik guru atau siswa kurang terbiasa menggunakan gambar sebagai bahan utama menyampaikan materi;(d) tidak tersedianya dana khusus untuk mengadakan gambar-gambar yang diinginkan
Model pembelajaran picture and picture memiliki kekurangan sebagaimana
seperti yang telah dipaparkan diatas. Mengingat hal tersebut terdapat solusi dalam
mengatasi kelemahan yang terdapat pada model pembelajaran picture and picture,
yaitu :
a. Guru bisa membagi waktu pada tiap kegiatan yang dalam proses pembelajaran.
b. Guru dapat memanfaatkan internet dalam mencari gambar yang menarik dan
sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
c. Guru belajar membiasakan diri menggunakan gambar dalam proses
pembelajaran.
d. Guru bisa menggunakan dana BOS dalam untuk pengadaan gambar-gambar
yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
2.1.6. Pengertian Bermain
Bermain atau permainan masih sangat dibutuhkan bagi siswa sekolah dasar
terutama siswa kelas 1 SD. Karena dengan bermain akan meningkatkan rasa ingin
tahu anak sehingga akan meningkatkan motivasi untuk anak belajar. Secara tidak
langsung bermain sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak untuk belajar
dan mencapai sukses.
Menurut Piaget dalam Sujiono (2010:34), kegiatan bermain adalah “suatu
kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan
bagi diri seseorang”.
23
Menurut Doctket dan Fleer dalam Sujiono (2010:34), bermain adalah
“kebutuhan bagi anak karena melalui bermain anak akan memperoleh
pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.”
Menurut Bennett, Dkk dalam Sujiono (2010:16), pengembangan program
kegiatan bermain adalah
Pengembangan sejumlah pengalaman belajar melalui kegiatan bermain yang dapat memperkaya pengalaman anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir tentang diri sendiri, tanggap pada pertanyaan, dan dapat memberikan argumentasi untuk mencari berbagai alternatif. Menurut Elkonin dalam Sujiono (2010:35), prinsip-prinsip bermain, yaitu :
a. Dalam bermain anak mengembangkan sistem untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang lebih kompleks.
b. Kemampuan untuk menempatkan perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan menegosiasikan aturan bermain
c. Anak menggunakan replica untuk menggantikan objek nyata, lalu mereka menggunakan objek baru yang berbeda. Kemampuan menggunakan simbol termasuk dalam perkembangan berpikir abstrak dan imajinasi.
d. Kehati-hatian dalam bermain mungkin terjadi karena anak perlu mengikuti aturan permainan yang telah ditentukan bersama teman mainnya.
Dengan kegiatan bermain dapat mengembangkan berbagai potensi pada
siswa, baik potensi fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosi dan kreatifitas yang pada
akhirnya perpengaruh pada prestasi belajarnya. Bermain juga berfungsi untuk
mengembangkan rasa percaya diri, kemandirian siswa yang dapat mempengaruhi
perkembangan siswa karena dengan bermain didapat pengalaman yang penting
dalam dunia anak.
Adapun upaya yang dapat dilakukan guru untuk menghargai arti bermain
adalah dengan memberikan pengalaman dan kesempatan aktivitas bermain pada
anak, untuk eksplorasi sendiri serta mengkontruksi pengetehuannya sendiri. Guru
dapat memberikan kenyamanan dan lingkungan yang mendukung untuk bermain.
Guru juga dapat merencanakan proses belajar mengajar, menanggapi anak pada
saat bermain, peduli akan kebutuhan anak, mengobservasi anak pada saat bermain
24
dan tahu kapan saatnya guru memberikan bantuan, mengontrol tingkah laku siswa
dan membantu siswa mengungkapkan perasaan pada saat bermain.
2.1.7. Permainan Puzzle
Permainan puzzle pada penelitian ini, digunakan sebagai media bantu pada
proses menyampaian materi. Permainan puzlle dinilai cocok untuk melengkapi
proses pembelajaran yang menggunakan model picture and picture. Dengan
menggunakan puzzle akan memberi pengalaman belajar yang baru bagi siswa
serta memberikan manfaat yang baik bagi siswa. Dengan digunakan puzzle maka
akan menumbuhkan rasa keingintahuan siswa untuk memasang potongan gambar
menjadi satu gambar untuh.
Kata puzzle berasal dari bahasa Prancis Kuno “Aposer”. Kata tersebut
dalam bahasa Inggris kuno menjadi “Pose” lalu berubah menjadi “Pusle”
dengan arti membingungkan atau mengacaukan. Sedangkan kata puzzle sebagai
kata benda merupakan turunan dari kata kerja tersebut menjadi posisi potongan-
potongan yang harus diatur menjadi suatu kesatuan bentuk. Puzzle merupakan
teka teki dan tidak utuh, dalam hal ini media puzzle berbentuk gambar yang
terpotong-potong, yang kalau digabungkan menjadi sebuah gambar yang utuh.
(http://www.wikipedia.org)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa puzzle adalah suatu
permainan yang bisa menggunakan media gambar yang dipotong-potong dan
dapat dimodifikasi bentuknya menurut keinginan guru untuk memudahkan siswa
dalam berlatih membaca. penggunaan permainan puzzle pada penelitian ini
membuat siswa tidak hanya mendengarkan saja bacaan yang dibacakan oleh guru,
namun siswa juga langsung belajar membaca dengan menyusun gambar huruh
pada gambar menjadi sebuah kata. Dengan demikian siswa merasa lebih tertarik
mengikuti proses pembelajaran dan merasa mudah dalam membaca karena
terbantu oleh gambar yang menarik perhatian siswa.
25
2.2. Implementasi Model Pembelajaran Picture and Picture Berbantu
Permainan Puzzle Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pada penelitian ini penggunaan model pembelajaran picture and picture
berbantu permainan puzzle diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar membaca
mata pelajaran bahasa Indonesia. Model pembelajaran picture and picture
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang sifatnya membantu
siswa dalam memahami materi yang disampaikan dan menyenangkan dalam
proses pembelajarannya. Kondisi yang menyenangkan terlihat pada saat siswa
bermain mengurutkan gambar-gambar yang menarik perhatian siswa. Dengan
kondisi belajar yang menyenangkan dapat merangsang siswa agar tertarik pada
kegiatan membaca, hal ini membuat siswa merasa lebih mudah untuk membaca
karena terbantu dengan gambar.
Penerapan model pembelajaran picture and picture berbantu permainan
puzzle merupakan upaya guru untuk menarik perhatian dan antusias siswa dalam
kegiatan membaca mata pelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan permainan
puzzle dalam penelitian ini juga dirasa penting, karena siswa usia kelas 1 SD
merupakan individu yang masih senang bermain. Penggunaan permainan puzzle
dirasa berpengaruh untuk merangsang siswa agar antusias dalam kegiatan
membaca.
Mengacu dari beberapa pendapat para ahli mengenai langkah-langkah
pembelajaran dengan model picture and picture yang telah diuraikan, maka
langkah-langkah pembelajaran yang peneliti terapkan dalam penelitian ini dengan
pokok bahasan memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca
puisi anak adalah sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar secara singkat dengan
memberikan contoh memasang puzzle dan mengurutkan gambar. Siswa yang
sudah lancar membaca diminta untuk membaca kata yang diurutkan menjadi
kalimat. Siswa dibagi menjadi 6 keolompok secara heterogen. Guru
menjelaskan tentang pembelajaran dan peraturan permainan yang akan
dilakukan.
26
c. Siswa bekerjasama untuk menyusun puzzle menjadi gambar yang utuh dan
membentuk sebuah kata. Setelah semua gambar terbentuk maka siswa
mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis menjadi sebuah kalimat.
Dalam satu kelompok siswa yang sudah lancar membaca diminta untuk
mengajari siswa yang belum lancar membaca untuk membaca tiap kata yang
terbentuk dari gambar.
d. Guru menunjukan atau memanggil kelompok secara bergantian untuk
memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis di
papan tulis. Setelah ditempelkan pada papan tulis, tiap siswa dalam satu
kelompok diminta untuk membaca urutan gambar yang membentuk sebuah
kalimat sederhana dengan lafal, intonasi dan kenyarinagan yang tepat secara
bergantian.
e. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah siswa menjelaskan alasannya dalam mengurutkan gambar dan urutan
tersebut benar, maka hat tersebut menunjukkan bahwa siswa sudahmembaca.
f. Dari alasan atau urutan gambar tersebut, guru menanmkan konsep atau materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Guru bersama dengan siswa menyususn kesimpulan atau rangkuman
2.3. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Anik Suprapti yang berjudul
“Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Tentang Membaca Melalui
Media Kartu Kata Dengan Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Siswa
Kelas 1 SD N Pekuwon Semester 1 2012/2013” terbukti adanya peningkatan
kemampuan membaca pada siswa kelas 1, hal ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia. Pada kondisi awal nilai rata-rata
siswa hanya 65 dengan KKM ≥ 75. Pada siklus I ada peningkatan rata-rata nilai
menjadi 77 dan dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan yang signifikan
menjadi 84.
27
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian yang
dilakukan peneliti dan penelitian karya Anik Suprapti. Persamaan tersebut antara
lain (a) jenis penelitian sama-sama menggunakan penelitian tindakan kelas
(PTK); (b) instrument yang di gunakan berupa tes dan non tes; (c) sama-sama
mengukur peningkatan hasil belajar. Perbedaan terletak pada masalah, tujuan,
tindakan, variabel, dan subyek penelitian.
Penelitian yang lainnya adalah penelitian oleh Winarsih dengan judul
“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Model
Picture And Picture Bagi Siswa Kelas II SD Margorejo Kabupaten Kudus
Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.” terbukti adanya peningkatan hasil
belajar matematika pada siswa kelas 2, hal ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan hasil belajar matematika. Pada kondisi awal nilai rata-rata siswa
hanya 69 dengan KKM ≥ 70. Pada siklus I ada peningkatan rata-rata nilai
menjadi 78 dan dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan yang signifikan
menjadi 87.
Persamaan penelitian yang penelitia lakukan dengan beberapa penelitian di
atas adalah sama-sama mengukur hasil belajar, instrument yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan siswa berupa tes dan non tes. Untuk perbedaannya
terletak pada subjek yang diteliti, masalah, tujuan, tindakan, variabel, dan
pemanfaatan media dalam proses tindakan yang akan dilakukan.
Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan menunjukan bahwa
pembelajaran dengan model Picture and Picture ini adalah hal yang menarik dan
dapat meningkatkan hasil belajarr siswa, karena pada umumnya pembelajaran
yang dilakukan di kelas hanya terpaku pada materi ajar pada buku saja.
Sedangkan dengan model Picture and Picture ini menggunakan media gambar
yang disesuaikan dengan materi pembelajaran yang dapat memancing siswa agar
tertarik mengikuti pembelajaran sehingga tercapai hasil belajar yang maksimal.
2.4. Kerangka Berpikir
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil belajar adalah faktor
pemilihan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
28
Pemiliahan model yang tepat akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Model
pembelajaran picture and picture dinilai cocok dalam meningkatkan hasil belajar
bahasa Indonesia kelas 1 SD karena model pembelajaran ini diyakini mampu
membantu siswa memahami materi membaca permulaan.
Model picture and picture diberikan pada pembelajaran bahasa Indonesia
karena siswa kelas 1 SD Batur 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
mempunyai kemampuan membaca yang masih rendah. Hal ini ditunjukan dari
hasil belajar membaca mata pelajaran bahasa Indonesia siswa semester 1 masih
banyak siswa yang nilainya di bawah KKM 65. Faktor menyebab rendahnya hasil
belajar bahasa Indonesia adalah penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
rendah. Hal ini terjadi karena guru belum menggunakan model pembelajaran yang
tepat dan belum penggunakan media yang dapat menarik perhatian siswa.
Sehingga dalam hal ini banyak siswa yang merasa bosan dan kurang tertarik pada
kegiatan membaca.
Model picture and picture merupakan model yang dinilai cocok untuk
meningkatkan kemampuan membaca siswa. Adapun model picture and picture
yang dipilih peneliti dikombinasinkan dengan permainan puzzle. Dengan alasan
penggunaan model picture and picture berbantu permainan puzzle dapat
menumbuhkan minat siswa dalam membaca, membangkitkan rasa percaya diri
siswa, dan memberi rasa tanggung jawab kepada setiap anggota kelompok
kecilnya dalam menyusun gambar dan mengurutkan gambar. Selain itu model
picture and picture berbantu permainan puzzle dapat menumbuhkan antusiasme
siswa pada kegiatan membaca serta dalam menyusun potongan gambar melatih
menggabungkan huruf agar membentuk sebuah kata sehingga mudah untuk
membaca kata sesuai gambar. Siswa juga dilatih untuk berpikir kritis saat
mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.
Adapun kerangka berpikir Penggunaan Model Picture and Picture Berbantu
Permainan Puzzle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa
Kelas 1 SD Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, dapat dilihat pada bagan
2.1.
29
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Model Picture and picture berbantu permainan puzzle
Guru menyampaikan materi dengan ceramah dan menggunakan sumber hanya dari buku paket
Siswa kurang aktif dan kurang tertarik dalam dalam kegiatan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Hasil belajar membaca mata pelajaran bahasa Indonesia ≤ 65. Dengan rata-rata 63
Guru menggunakan model picture and picture berbantu permainan puzzle
Proses berpikir siswa konkret.
Melalukan permainan puzzle (model picture and picture) akan lebih menarik dan menyenangkan
Hasil belajar membaca lancar mata pelajaran bahasa Indonesia ≥KKM
30
2.5. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, serta sebungan dengan
masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah hasil belajar bahasa
Indonesia dapat meningkat dengan model picture and picture, maka diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1) Penerapan model picture and picture berbantu permainan puzzle dapat
meningkatkan proses pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas 1 SD N
Batur 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang secara signifikan
melalui langkah-langkah berikiut ini :
a. Pada kegiatan awal guru menyampaikan meteri pengantar menggunakan
gambar yang menarik untuk menarik perhatian siswa pada kegiatan
membaca.
b. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok secara heterogen.
c. Melakukan permainan puzzle agar proses menyusun kata menjadi lebih
menyenangkan.
d. Mengurutkan kata pada gambar sesusai dengan prosedur pada model
picture and picture sehingga membentuk sebuah kalimat.
e. Siswa berlatih untuk membaca dengan berbantu gambar yang telah
diurutkan.
2) Peningkatkan proses pembelajaran melalui model picture and picture
berbantu permainan puzzle dapat meningkatkan hasil belajar membaca
lancar mata pelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan memahami teks
pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak secara signifikan
dengan ketuntasan belajar individual nilai hasil belajar membaca mata
pelajaran bahasa Indonesia ≥ 65 dan mengalami ketuntasan belajar secara
klasikal sebesar ≥ 80% dari 33 siswa.