bab ii kajian teori a. hasil belajar matematika 1 belajar...kata pecahan diartikan berbeda-beda, ada...

30
16 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar Matematika 1 Belajar Belajar selalu berkenan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direcanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang terbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya. Menurut Herman Hudoyo “Belajar adalah suatu proses atau usaha seseor ang yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik berupa diperolehnya pengetahuan, sikap maupun keterampilan baru “(Herman Hudoyo, 2003:83). Menurut Oemar Hamalik “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman” (Omar Hamalik, 2001:27). Sedangkan konsep tentang belajar, yang didefenisikan oleh pakar psikologi. Gegne dan Berliner (1983:252) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah prilakunya karena hasil dari pengalaman. Slavin (1994:152) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Gagne (1977:3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku tidak berasal dari proses pertumbuhan. Morganetal (1986:140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari prektik atau pengalaman. Dari keempat pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu: 1. Belajar berkaitan dengan perubahan prilaku. 2. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 16

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Hasil Belajar Matematika

    1 Belajar

    Belajar selalu berkenan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang

    belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik,

    direcanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah

    pengalaman, pengalaman yang terbentuk interaksi dengan orang lain atau

    lingkungannya.

    Menurut Herman Hudoyo “Belajar adalah suatu proses atau usaha seseorang yang

    ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan

    latihan, baik berupa diperolehnya pengetahuan, sikap maupun keterampilan baru

    “(Herman Hudoyo, 2003:83).

    Menurut Oemar Hamalik “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan

    melalui pengalaman” (Omar Hamalik, 2001:27). Sedangkan konsep tentang

    belajar, yang didefenisikan oleh pakar psikologi. Gegne dan Berliner (1983:252)

    menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah

    prilakunya karena hasil dari pengalaman.

    Slavin (1994:152) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang

    disebabkan oleh pengalaman.

    Gagne (1977:3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau

    kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan

    perubahan perilaku tidak berasal dari proses pertumbuhan.

    Morganetal (1986:140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif

    permanen yang terjadi karena hasil dari prektik atau pengalaman.

    Dari keempat pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar

    mengandung tiga unsur utama, yaitu:

    1. Belajar berkaitan dengan perubahan prilaku.

    2. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses

    pengalaman.

  • 17

    3. Perubahan prilaku karena belajar bersifat relatif permanen.

    (Catharina, 2004:2).

    Peristiwa belajar yang terjadi pada diri pembelajar dapat diamati dari perbedaan

    prilaku (kinerja) sebelum dan setelah berada di dalam belajar, misalnya dari tidak

    tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

    Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya

    suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan.

    Sampai di manakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil

    baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor.

    Adapun faktor-faktor itu, dapat kita bedakan menjadi dua golongan:

    1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut

    faktor indivudual, dan

    2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial.

    Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor

    kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

    Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah

    tangga, guru dan cara mengajar, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-

    memgajar, lingkungan, dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

    (Ngalim Purwanto,1992:102)

    2 Hasil belajar

    Menurut Nana Sudjana (1995:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

    yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

    Seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan

    tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun

    sikapnya. Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah dari tidak bisa

    menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dalam aspek keterampilan

    terdapat perubahan dari tidak bisa melakukan perbuatan tertentu menjadi bisa

    melakukan perbuatan tersebut atau tidak terampil menjadi terampil. Dalam aspek

    sikap adalah terjadi perubahan dari ragu-ragu menjadi yakin.

    Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata

    pelajaran yang ditempuhnya. Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat

  • 18

    digolongkan kepada hasil yang bersifat penguasaan sesaat dan penguasaan yang

    berkelanjutan. Penguasaan yang bersifat sesaat dilakukan dalam satu kegiatan

    belajar. Sedangkan penguasaan yang bersifat berkelanjutan harus dilakukan terus

    menerus dalam hampir setiap kegiatan belajar. Penguasaan yang dapat dilakukan

    sesaat misalnya ialah pengetahuan mengenai fakta, teori, istilah-istilah, pendapat

    dan lain sebagainya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata

    pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf,

    seperti angka 0 – 10 pada pendidikan dasar dan menengah atau huruf A, B, C, D,

    E pada pendidikan tinggi.

    Perubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila memenuhi syarat

    sebagai berikut:

    a. Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya

    penerapan tujuan mengajar.

    Ketegasan dalam menerapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas pada

    pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Tujuan pembelajaran marupakan rumusan

    pernyataan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang diharapkan dikuasai

    siswa setelah mengikuti pembelajaran. Tingkat pencapaian tujuan menunjukkan

    kualitas keberhasilan belajar mengajar.

    b. Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari.

    Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh kesadaran,

    kesungguhan, tidak ada pemaksaan untuk memperoleh tingkat pengetahuan. Di

    samping itu motivasi sangat berpengaruh terhadap perhatian dan konsentrasi

    siswa pada pembelajaran.

    c. Hasil belajar sebagai proses latihan

    Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon terhadap

    rangsangan dari luar, dalam rangka memperoleh kemampuan baru untuk

    bertindak. Jadi latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh pelakunya.

    d. Hasil belajar merupakan tindak tanduk yang berfungsi dalam kurun

    waktu tertentu atau hasil belajar yang harus bersifat permanen.

    (Eko Fitriyani, skripsi: 2005)

  • 19

    3. Pengukuran Hasil Belajar

    Menurut Brunner (dalam Hudoyo, 1988 :56) belajar matematika adalah belajar

    tentang konsep – konsep dan struktur – struktur matematik yang terdapat dalam

    materi – materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antar konsep –

    konsep dan struktur itu.

    Hasil belajar matematika mempunyai empat aspek yaitu fakta , konsep, prinsip,

    dan skill. Dari empat aspek tersebut menurut Suyitno, Soedjoko, Suparman,

    Hidayah, Pujiastuti (dalam Hand out, 2001 : 15-18) sebagai berikut:

    1. Fakta adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

    2. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk

    mengadakan klasifikasi atau penggolongan.

    3. Prinsip adalah pola hubungan fungsional antara konsep – konsep.

    4. Skill adalah ketrampilan mental menjalankan prosedur guna

    menyelesaikan suatu masalah.

    Menurut Djamarah dan Zain (1996 : 5-6) bahwa ada empat strategi dasar dalam

    belajar mengajar yaitu :

    1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi

    perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana

    yang diharapkan.

    2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi

    dan pandangan hidup masyarakat.

    3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik mengajar

    yang dianggap paling tepat dan efektif.

    4. Menetapkan norma – norma dan batas minimal keberhasilan atau

    Kriteria serta standar keberhasilan.

    Untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dalam pembelajaran maka harus

    ada konsep strategi dalam belajar mengajar

    4. Pembelajaran Matematika

    a. Pengertian Matematika Sekolah

    Mematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan

    dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep

  • 20

    diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran suatu konseh diperoleh sebagai

    akibat logis dari kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis kebenaran

    , sebelumya sudah diterima , sehingga keterkaitan antar konsep dalam metematika

    bersifat sangat kuat dan jelas ( kurikulum KBK :2004 :22)

    Menurut Reyt,et al .( 1988:4) Matematika adalah :

    1) Studi pola dan hubungan dengan dengan demikian masing-

    masing topik akan saling berjalin sama yan lain membentukya

    2) Cara pikir yaitu memberikntan strategi untuk mengatur

    menganalisis dan mensintensa data atau yang ditemui dalam

    masalah sehari- hari.

    3) Suatu seni yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsentasi

    internal.

    4) Sebagai bahasa dipergunakan secara hati- hati dan didefisinikan

    dalam term dan symbol meningkatkan kemampun komunikasi

    akan sains ,keadaan kehidupan riil dan matematika itu sendiri

    5) Sebagai alat yang digunakan setiap orang dalam kehidupan

    sehari- hari.

    Menurut Soedjadi(1995:1) Matematika sekolah adalah bagian unsur dari

    matematika yang dipilih anatara lain dengan mempertimbangan atau berorientasi

    pada pendidikan .Dengan demikian dapat dipilah – pilah dan disesuaikan dengan

    tahap perkembangan intelektual siswa .serta digunakan sebagai salah satu sarana

    untuk mengebangkan kemampuan berpikir pada siswa .

    Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan

    alat yang digunakan setiap orang dalam kehidupan sehari- hari dan dalamb

    membelajarkanrnya disesuaikan dengan tahap intelektual siswa dan di bangun

    melalui proses penalaran deduktif .

    b. Karakteristik Matematika

    Agar dalam penyanpainan matematika dapat mudah diterima dan dipahami oleh

    siswa . guru harus memahami tentang karakteristik matematika sekolah . Menurut

    Soedjadi (2000:13) matematika memiliki karakteristik :

    1) Memiliki kajian abstrak.

  • 21

    2) Bertumpu pada kesepakatan.

    3) Berpola pikir deduktip

    4) Memiliki symbol yang kosong dari arti

    5) Menmperhatikan semesta pembicaraan

    6) Konsisten dalam sistemya

    Menurut Depdikbud(1993:1) matematika memiliki ciri – ciri yaitu

    1) Memiliki obyek yang abstrak

    2) Memiliki pola pikir deduktip dan konsisten

    3) Tidak dapat dipisahkan dari perkembangan Ilmu pengetahuan

    dan teknologi ( IPTEK)

    Berdasarkan karakteristik diatas pembelajaran matematika perlu disesuaikian

    tahap perkembangan konginif siswa, dimulai dari hal yang konkret menuju

    abstrak. Namun demikian meskipun obyek penelitian pembelajaran matematika

    adalah abstrak, tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa sekolah dasar yang

    masih dalam tahap operasional konkret, maka perlu untuk memahami konsep dan

    prinsip madih diberlukan pengalaman melalui objek konkret.

    c. Fungsi Matematika di SD

    Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan

    menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat

    membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan

    sehari-hari. Simbol-simbol itu penting untuk membantu memanipulasi aturan-

    aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi

    dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep baru.

    Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya,

    sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hirarkis. Dengan

    demikian simbol-simbol itu dapat digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide

    secara efektif dan efisien. Agar simbol-simbol itu berarti, kita harus memahami

    ide yang terkandung di dalam simbol tersebut. Karena itu hal terpenting adalah

    bahwa itu harus dipahami sebelum ide itu disimbolkan. (Hudoyo, 1988:54)

  • 22

    d. Tujuan pembelajaran matematika

    Tujuan pembelajaran matematika di SD adalah: (1) Mempersiapkan siswa agar

    sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan

    bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif; (2)

    Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir

    matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam mempelajari berbagai ilmu

    pengetahuan; (3) Menambah dan mengembangkan ketrampilan berhitung dengan

    bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari; (4) mengembangkan

    pengetahuan dasar matematika dasar sebagai bekal untuk melanjutkan

    kependidikan menengah dan (5) membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan

    disiplin. (Depdikbud, 1996)

    Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTPS pada SD /MI

    adalah sebagain berikut :

    a. Memahami konsep matematika , menjelaskan keterkaitan

    antar konsep dan memgamplikasikan konsep atau algoritma

    secara luwes , akurat , efisien ,dan tepat dalam pemecahan

    masalah .

    b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat , melakukan

    manipulasi matematika dalam membuat genelisasi , mwnyisun

    bukti , atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika .

    c. Memecahkan masalahyang meliputi kemampuan memahami

    masalah, merancang model matematika , menyelesaikan model

    dan menaksirkan solusi yang diperoleh .

    d. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol table ,diagram

    atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah .

    e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

    kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu , perhatian dan minat

    dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya

    diri dalam pemecahan masalah ( Depdiknas . 2006:417)

  • 23

    5 Pecahan

    1. Pengertian Pecahan

    Kata pecahan diartikan berbeda-beda, ada yang mengartikan bilangan rasional dan

    ada pula yang mengartikan lambang bilangan untuk bilangan rasional. Menurut

    (Choiriyah:17) pecahan adalah bilangan yang yang dinyatakan sebagai b

    a dengan

    a dan b bilangan bulat, dan b 0 dan b bukan faktor a, a disebut pembilang

    sedangkan b disebut penyebut.

    Menurut Parmin (1998:110) mengemukakan bahwa ”pecahan adalah bilangan

    yang menggambarkan bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari suatu daerah,

    bagian dari suatu benda, atau bagian dari suatu himpunan”.

    Menginat pada matematika SD sudah disepakati bahwa pecahan adalah bilangan

    (bilangan rasional). Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan

    dalam bentuk b

    a dengan a, b bilangan bulat dan (b 0), a dan b tidak

    mempunyai faktor sekutu (setelah disederhanakan). ( Wardono,1996:5).

    Jelas dari definisi ini setiap bilangan bulat dapat dinyatakan dalam bentuk b

    a, jadi

    b

    a rasional. Contoh :

    5

    51,

    2

    84 .

    Tetapi tidak setiap bilangan rasional adalah bilangan bulat. Contohnya adalah

    bilangan pecahan. Bilangan-bilangan 4

    1,25,0,

    2

    1adalah bilangan rasional tetapi

    bukan bilangan bulat. Perluasan bilangan bulat ke bilangan penting kita pelajari.

    Contoh untuk menentukan himpunan bilangan sebagai penyelesaian dari

    persamaan 4x = 2, dimana harga x yang memenuhi adalah 2

    1. Dengan kata lain

    himpunan bilangan rasional adalah gabungan antara himpunan bilangan bulat

    dengan himpunan bilangan pecahan. Ada dua macan pecahan (biasa): yaitu

    pecahan murni (sejati) yaitu pecahan q

    pdengan p < q, q ≠ 0 dan pecahan

  • 26

    b

    a

    = mb

    ma

    atau b

    a

    = 0,:

    :m

    mb

    ma

    2) Membandingkan pecahan (kurang dari atau lebih dari )

    Perhatikan gambar diatas!

    Dari gambar diatas manakah yang lebih besar? 2

    1

    atau 3

    1

    ? ( Benar, 2

    1

    ). Jadi,

    3

    1

    2

    1

    .Bagaimana cara menghitung pecahan lebih dari dan kurang dari ?

    2

    1

    = 32

    31

    = 6

    3

    dan 3

    1

    = 23

    21

    = 6

    2

    . Jadi 2

    1

    > 3

    1

    6

    3

    > 6

    2

    dan 3

    1

    < 2

    1

    6

    2

    < 6

    3

    .

    Atau secara umum dapat disimpulkan :

    Jika a> b, maka c

    b

    c

    a

    dengan c > 0.

    Jika a < b, maka c

    b

    c

    a dengan c < 0

    c. Penjumlahan pecahan

    1) Penjumlahan berpenyebut sama

    Disajikan soal cerita sebagai berikut :

    Ibu telah membagi roti menjadi 8 bagian yang sama, kemudian memberikan 2

    potong roti masing-masing untukku, kakak, ayah dan ibu. Tiba-tiba kakak

  • 27

    memberikan sepotong rotinya untukku. Kalau begitu, berapa besar roti yang aku

    dapatkan?

    Gambar Penjumlahan berpenyebut sama

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan secara umum bahwa untuk menjumlahkan

    dua bilangan yang berpenyebut sama cukup dengan menjumlahkan pembilang-

    pembilangnya saja, maka dapat dirumuskan :

    c

    ba

    c

    b

    c

    a .

    2) Penjumlahan berpenyebut tidak sama

    Disajikan soal cerita sebagai berikut :

  • 28

    ”Aku baru saja diberi 2 buah roti rasa orange dan melon oleh 2 temanku, Koko

    dan Kiki. Koko membagi roti orangenya menjadi 3 bagian dan Kiki membagi roti

    melonnya menjadi 4 bagian yang sama. Jika aku memakan 1 potong roti dari

    Koko dan 1 potong roti dari Kiki, maka berapa besar roti yang telah aku makan?”

  • 29

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjumlahkan pecahan

    berpenyebut tidak sama kita harus menyamakan penyebutnya terlebih dahulu,

    setelah itu kita cukup menjumlahkan pembilangnya saja.

    Atau dapat dirumuskan : bd

    bcad

    d

    c

    b

    a

    d. Pengurangan pecahan

    1) Pengurangan berpenyebut sama

    Disajikan soal cerita sebagai berikut :

    ” Aku punya sebuah roti yang kubagi menjadi 8 bagian, kuberikan 4 potong untuk

    Miky dan 4 potong untukku. Lalu 2 potong rotiku kuberikan pada Bona. Kalau

    begitu berapa besar roti bagianku sekarang?”

  • 32

    B .Pendekaran RME

    Freudenthal dan Treffers(1987)adalah tokoh-tokoh yang mengembangkan RME,

    yang pada awalnya terjadi di Belanda ,dan digunakan sebagai pendekatan untuk

    meningkatkan mutu pembelajaran matematika ,melalui kegiatan yang disebut

    pematematikaan. Pematematikaan horizontal dimadsukkan untuk memulai

    pembelajaran matematika secara konstektual yaitu mengaitkan dengan sesuai

    dunia nyata di sekitar siswa atau keadaan kehidupan sehari-hari. Dengan cara

    seperti ini, siswa merasa dekat dan tertarik terhadap materi matematika. Namun

    demikian pematematika secara Horisontal saja belum cukup, mereka perlu

    mendalami dan memahami konsep- konsep matematika dengan benar, melalui

    kegiatan yang disebut pematematika vertikal . Jika pematematika dilambangkan

    H, dan pematematika Vertikal dilambangkan V, serta tekanan yang lebih

    dilambangkan h¯atau v¯maka RME bersifat H⁺ atau V⁺. Pembelajaran

    matematika yang lain dapat dinyatakan sebagai H¯ dan V ¯ dan untuk mekanistik

    ( dril and practice ) H ⁺ dan V¯ untuk empirik , H¯ dan V ⁺ untuk strukturistik.

    1 . Aspek RME

    Dalam pembelajaran Matematika Realistik, siswa yang merupakan komunitas

    belajar atau masyarakat mini agar supaya dalam belajar dapat optimal, terjadi

    umpan balik, tempat siswa mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan

    menerima, belajar dan tumbuh maka perlu mengorkestrasi kesuksesan melalui

    konteks.

    Konteks menata panggung dalam pembelajaran Matematika Realistik mempunyai

    empat aspek:

    a. Suasana

    Dalam suasana kelas anda mencakup bahasa yang anda pilih, cara menjalin rasa

    simpati terhadap siswa dan sikap kita terhadap sekolah serta belajar. Suasana

    pembelajaran penuh ke gembiraan. Hindari suasana matematika kaku, dingin, dan

    menyeramkan.

  • 33

    b. Landasan

    Landasan adalah kerangka kerja, tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan,

    prosedur dan aturan bersama yang memberi kita dan siswa sebuah pedoman untuk

    bekerja dalam komunitas belajar matematika.

    c. Lingkungan

    Lingkungan adalah cara kita atau sekolah menata ruang kelas, pencahayaan,

    warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, hiasan kelas, musik dan semua hal

    yang dapat mendukung proses belajar matematika.

    d. Rancangan

    Rancangan adalah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa

    menumbuhkan minat siswa, mendalami makna dan memperbaiki proses tukar-

    menukar informasi. Dalam arti informasi awal yang diperoleh siswa dalam

    mengenal konsep dan penjelasan pelajaran dari guru tentang konsep yang

    bersangkutan.

    2 . Prinsip-prinsip Matematika Realistik

    Esensi lain pembelajaran matematika realistik adalah tiga prinsip kunci yang

    dapat dijadikan dasar dalam merancang pembelajaran. Gravemeijer (1994: 90)

    menyebutkan tiga prinsip tersebut, yaitu:

    a. Guided reinvention and progressive mathematizing (penemuan

    kembali terbimbing/ pematematikaan progresif).

    Menurut Gravemijer (1994: 90), berdasar prinsip reinvention, para siswa

    semestinya diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama dengan proses

    saat matematika ditemukan. Sejarah matematika dapat dijadikan sebagai sumber

    inspirasi dalam merancang materi pelajaran. Selain itu prinsip reinvention dapat

    pula dikembangkan berdasar prosedur penyelesaian informal. Dalam hal ini

    strategi informal dapat dipahami untuk mengantisipasi prosedur penyelesaian

    formal. Untuk keperluan tersebut maka perlu ditemukan masalah kontekstual yang

    dapat menyediakan beragam prosedur penyelesaian serta mengindikasikan rute

    pembelajaran yang berangkat dari tingkat belajar matematika secara nyata ke

    tingkat belajar matematika secara formal (progressive mathematizing)

    b. Didactical phenomenology (fenomena pembelajaran).

  • 34

    Gravemeijer (1994: 90) menyatakan, berdasar prinsip ini penyajian topik-topik

    matematika yang termuat dalam pembelajaran matematika realistik disajikan atas

    dua pertimbangan yaitu (i) memunculkan ragam aplikasi yang harus diantisipasi

    dalam proses pembelajaran dan (ii) kesesuaiannya sebagai hal yang berpengaruh

    dalam proses progressive mathematizing.

    c. Self-developed models (model-model dibangun sendiri),

    Gravemeijer (1994: 91) menjelaskan, berdasar prinsip ini saat mengerjakan

    masalah kontekstual siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model

    mereka sendiri yang berfungsi untuk menjembatani jurang antara pengetahuan

    informal dan matematika formal. Pada tahap awal siswa mengembangkan model

    yang diakrabinya. Selanjutnya melalui generalisasi dan pemformalan akhirnya

    model tersebut menjadi sesuatu yang sungguh-sungguh ada (entity) yang dimiliki

    siswa.

    Matematika Realistik memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap (Bobbi Depoter

    dkk, 2000: 7)

    a. Segalanya berbicara

    b. Segalanya bertujuan

    c. Pengalaman sebelum pemberian nama

    d. Akui setiap usaha

    e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.

    3. Kerangka Rancangan Pembelajaran Matematika Realistik

    Kerangka rancangan pembelajarn Matematika Realistik dikenal dengan istilah

    TANDUR (Bobbi depoter 200: 10)

    a. Tumbuhkan

    Tumbuhkan minat dengan memuaskan “ Apakah manfaat bagiku (AMBAK) dan

    manfaat kehidupan pelajar.

    Dalam hal ini guru memberikan motivasi, semangat, rangsangan supaya belajar,

    yaitu dengan melakukan praktek secara langsung apa yang disampaikan oleh

    guru.

  • 35

    b. Alami

    Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa.

    Siswa mengalami sendiri apa yang dilakukan dengan praktek langsung dalam

    menyelesaikan masalah.

    c. Namai

    Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan.

    Dengan melakukan praktek secara langsung maka siswa benar-benar bisa mencari

    rumus, menghitung, dengan alat bantu (media) siswa mendapat informasi (nama)

    yaitu dengan pengalaman yang dialami sehingga membuat pengetahuan siswa

    akan berarti.

    d. Demontrasikan

    Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukan bahwa mereka tahu. Siswa di

    beri peluang untuk menterjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka dalam

    pelajaran, sehingga siswa bisa menunjukkan dan menyampaikan kemampuannya

    telah di dapat, dialami sendiri oleh siswa. Dengan mendemontrasikan siswa akan

    mendapatkan kesan yang sangat berharga sehingga terpatri dalam hati.

    e. Ulangi

    Tunjukan siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan “ Aku bahwa aku

    memang tahu ini”.

    Mengulang materi pembelajaran akan menguatkan koreksi saraf dan

    menumbuhkan rasa tahu dari materi yang telah dialami siswa secara langsung,

    sehingga siswa akan selalu teringat dari materi pecahan yang telah dialaminya.

    f. Rayakan

    Pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh keterampilan dan

    ilmu pengetahuan.

    Setelah siswa secara langsung bisa menunjukan kebolehan mendemontrasikan

    maka siswa saling memuji antar teman dengan memberikan tepuk tangan. Tepuk

    tangan merupakan penghormatan atas usaha dan kesuksesaan mereka.

    4. Karekteristik RME

    Sebagai operasionalisasi ketiga prinsip utama RME di atas, RME memiliki lima

    karakteristik, yaitu: a) the use of context (menggunakan masalah kontekstual), b)

  • 36

    the use models (menggunakan berbagai model), c) student contributions

    (kontribusi siswa), d) interactivity (interaktivitas) dan e) intertwining

    (terintegrasi). Penjelasan secara singkat dari kelima karakteristik tersebut, secara

    singkat adalah sebagai berikut.

    a). Menggunakan masalah kontekstual.

    Pembelajaran matematika diawali dengan masalah kontekstual, sehingga

    memungkinkan siswa menggunakan pengalaman atau pengetahuan yang telah

    dimiliki sebelumnya secara langsung. Masalah kontekstual tidak hanya berfungsi

    sebagai sumber pematematikaan, tetapi juga sebagai sumber untuk

    mengaplikasikan kembali matematika. Masalah kontekstual yang diangkat sebagai

    topik awal pembelajaran, hendaknya masalah sederhana yang dikenali oleh siswa.

    Masalah kontekstual dalam RME memiliki empat fungsi, yaitu: (1) untuk

    membantu siswa menggunakan konsep matematika, (2) untuk membentuk model

    dasar matematika dalam mendukung pola pikir siswa bermatematika, (3) untuk

    memanfaatkan realitas sebagai sumber aplikasi matematika dan (4) untuk melatih

    kemampuan siswa, khususnya dalam menerapkan matematika pada situasi nyata

    (realitas).

    b). Menggunakan berbagai model.

    Istilah model berkaitan dengan model matematika yang dibangun sendiri oleh

    siswa dalam mengaktualisasikan masalah kontekstual ke dalam bahasa

    matematika, yang merupakan jembatan bagi siswa untuk membuat sendiri model-

    model dari situasi nyata ke abstrak atau dari situasi informal ke formal.

    c). Kontribusi siswa.

    Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan berbagai strategi

    informal yang dapat mengarahkan pada pengkonstruksian berbagai prosedur

    untuk memecahkan masalah. Dengan kata lain, kontribusi yang besar dalam

    proses pembelajaran diharapkan datang dari siswa, bukan dari guru. Artinya

    semua pikiran atau pendapat siswa sangat diperhatikan dan dihargai.

    d).Interaktif.

    Interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan

    perangkat pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam RME. Bentuk-

  • 37

    bentuk interaksi seperti: negosiasi, penjelasan, pembenaran, persetujuan,

    pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk pengetahuan

    matematika formal dari bentuk-bentuk pengetahuan matematika informal yang

    ditemukan sendiri oleh siswa.

    e).Keterkaitan.

    Struktur dan konsep matematika saling berkaitan, biasanya pembahasan suatu

    topik (unit pelajaran) harus dieksplorasi untuk mendukung terjadinya proses

    pembelajaran yang lebih bermakna. Dalam tesis ini karakteristik ini tidak muncul.

    Dari prinsip dan karakteristik pembelajaran matematika realistik di atas maka

    dapat dikatakan bahwa permulaan pembelajaran harus dialami secara nyata oleh

    siswa, pengenalan konsep dan abstraksi melalui hal-hal yang konkret sesuai

    realitas atau lingkungan yang dihadapi siswa dalam kesehariannya yang sudah

    dipahami atau mudah dibayangkan siswa. Sehingga mereka dengan segera tertarik

    secara pribadi terhadap aktivitas matematika yang bermakna. Pembelajaran

    dirancang berawal dari pemecahan masalah yang ada di sekitar siswa dan

    berdasarkan pada pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa

    5. Langkah – Langkah Pendekatan RME

    Langkah-langkah di dalam proses pembelajaran matematika dengan pendekatan

    RME, sebagai berikut:

    a. Langkah pertama: Memahami masalah kontekstual,

    yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan

    meminta siswa untuk memahami masalah tersebut.

    b. Langkah kedua: Menjelaskan masalah kontekstual,

    yaitu jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru

    menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-

    petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari

    permasalahan yang belum dipahami.

    c. Langkah ketiga: Menyelesaikan masalah kontekstual,

    yaitu siswa secara individual menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara

    mereka sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah berbeda lebih diutamakan.

  • 38

    Dengan menggunakan lembar kerja, siswa mengerjakan soal. Guru memotivasi

    siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.

    d. Langkah keempat : Membandingkan dan mendiskusikan jawaban,

    yaitu guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa

    untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban masalah

    secara berkelompok. Siswa dilatih untuk mengeluarkan ide-ide

    yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi siswa

    dalam proses belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran.

    e. Langkah kelima: Menyimpulkan,

    yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik kesimpulan tentang

    suatu konsep atau prosedur.

    Berdasarkan prinsip dan karakteristik RME serta dengan memperhatikan

    pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah disusun suatu langkah-

    langkah pembelajaran dengan pendekatan RME yang digunakan dalam penelitian

    ini, yaitu sebagai berikut:

    a. Langkah 1 : Memahami masalah kontekstual

    Siswa diberi masalah/soal kontekstual, guru meminta siswa memahami masalah

    tersebut secara individual. Guru memberi kesempatan kepada siswa menanyakan

    masalah/soal yang belum dipahami, dan guru hanya memberikan petunjuk

    seperlunya terhadap bagian-bagian situasi dan kondisi masalah/soal yang belum

    dipahami siswa. Karakteristik RME yang muncul pada langkah ini adalah

    karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak

    dalam pembelajaran, dan karakteristik keempat yaitu interaksi.

    b. Langkah 2 : Menyelesaikan masalah

    Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek

    matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi

    pemecahan masalah. Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan

    caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga

    dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang

    lainnya. Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga

    siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut. Karakteristik

  • 39

    RME yang muncul pada langkah ini yaitu karakteristik kedua menggunakan

    model.

    c. Langkah 3 : Membandingkan jawaban

    Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan teman

    sebangkunya, bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang

    telah diselesaikan secara individu (negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi).

    Guru mengamati kegiatan yang dilakukan siswa, dan memberi bantuan jika

    dibutuhkan.

    Dipilih kelompok berpasangan, dengan pertimbangan efisiensi waktu. Karena di

    sekolah tempat pelaksanaan ujicoba, menggunakan bangku panjang. Sehingga

    kelompok dengan jumlah anggota yang lebih banyak, membutuhkan waktu yang

    lebih lama dalam pembentukannya. Sedangkan kelompok berpasangan tidak

    membutuhkan waktu, karena siswa telah duduk dalam tatanan kelompok

    berpasangan.

    Setelah diskusi berpasangan dilakukan, guru menunjuk wakil-wakil kelompok

    untuk menuliskan masing-masing ide penyelesaian dan alasan dari jawabannya,

    kemudian guru sebagai fasilitator dan modarator mengarahkan siswa berdiskusi,

    membimbing siswa mengambil kesimpulan sampai pada rumusan konsep/prinsip

    berdasarkan matematika formal (idealisasi, abstraksi). Karakteristik RME yang

    muncul yaitu interaksi.

    d. Langkah 4 : Menyimpulkan

    Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu

    rumusan konsep/prinsip dari topik yang dipelajari. Karakteristik RME yang

    muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi antar siswa dengan guru.

    6. Kelebihan dan Kerumitan Penerapan Pendekatan RME

    Beberapa kelebihan dari Pembelajaran Matematika Realistik (RME) antara lain

    sebagai berikut.

    1. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada

    siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan

  • 40

    sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan kegunaan matematika pada

    umumnya bagi manusia.

    2. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada

    siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang

    dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh

    mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut.

    3. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada

    siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus

    tunggal dan tidak harus sama antara orang yang satu dengan yang

    lain. Setiap orang bisa menemukan atau menggunakan cara sendiri,

    asalkan orang itu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal

    atau masalah tersebut. Selanjutnya dengan membandingkan cara

    penyelesaian yang satu dengan cara penyelesaian yang lain, akan

    bisa diperoleh cara penyelesaian yang paling tepat, sesuai dengan

    proses penyelesaian soal atau masalah tersebut.

    4. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada

    siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran

    merupakan sesuatu yang utama dan untuk mempelajari matematika

    orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan

    sendiri konsep-konsep matematika, dengan bantuan pihak lain yang

    sudah lebih tahu (misalnya guru). Tanpa kemauan untuk menjalani

    sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan

    terjadi.

    Sedangkan beberapa kerumitan dalam penerapan pendekatan RME antara lain

    sebagai berikut:

    1. Upaya mengimplementasikan RME membutuhkan perubahan

    pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak

    mudah untuk dipraktekkan, misalnya mengenai siswa, guru dan

    peranan soal kontekstual. Di dalam RME siswa tidak lagi

    dipandang sebagai pihak yang mempelajari segala sesuatu yang

    sudah “jadi”, tetapi sebagai pihak yang aktif mengkonstruksi

  • 41

    konsep-konsep matematika. Guru dipandang lebih sebagai

    pendamping bagi siswa.

    2. Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang

    dituntut RME tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika

    yang perlu dipelajari siswa, terlebih lagi karena soal-soal tersebut

    harus bisa diselesaikan dengan bermacam-macam cara

    3. Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara untuk

    menyelesaikan soal, juga bukanlah hal yang mudah bagi seorang

    guru.

    4. Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui soal-soal

    kontekstual, proses pematematikaan horisontal dan proses

    pematematikaan vertikal juga bukan merupakan sesuatu yang

    sederhana, karena proses dan mekanisme, berpikir siswa harus

    diikuti dengan cermat, agar guru bisa membantu siswa dalam

    melakukan penemuan kembali terhadap konsep-konsep matematika

    tertentu.

    Walaupun pada pendekatan RME terdapat kendala-kendala dalam upaya

    penerapannya, menurut peneliti kendala-kendala yang dimaksud hanya bersifat

    sementara (temporer). Kendala-kendala itu akan dapat teratasi jika pendekatan

    RME sering diterapkan. Hal ini sangat tergantung pada upaya dan kemauan guru,

    siswa dan personal pendidikan lainnya untuk mengatasinya. Menerapkan suatu

    pendekatan pembelajaran yang baru, tentu akan terdapat kendala- kendala yang

    dihadapi di awal penerapannya. Kemudian sedikit demi sedikit, kendala itu akan

    terasi jika sudah terbiasa menggunakannya.

    7. Media CD (compact disk)

    Kata media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium

    yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. ”Media adalah perantara atau

    pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan” (Sudiman, 1990: 6). Media

    dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

  • 42

    dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa

    sehingga proses belajar terjadi.

    Bruner (dalam Arsyad, 2002 : 7-8) menyatakan ada tiga tingkatan utama modus

    belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial atau gambar

    (inocnic) dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah

    mengerjakan, misalnya arti kata ”simpul” dipahami langsung membuat simpul.

    Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic (artinya gambar atau image), kata

    simpul dipelajari dari gambar, lukisan,foto atau film. Selanjutnya pada tingkatan

    simbol, siswa membaca (atau mendengar) kata simpul dan mencoba

    mencocokkannya dengan pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkat

    pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman

    (pengetahuan, ketrampilan atau sikap) yang baru.

    Menurut Allen (dalam Sadiman, 1990:92), media pembelajaran tertentu

    mempunyai kelebihan-kelebiahan terhadap media pembelajaran yang lain untuk

    tujuan pembelajaran tertentu. Media audio visual, misalnya: film, televisi, ataupun

    video tape recorder mempunyai kelebihan untuk materi pelajaran dengan tujuan

    memberikan informasi faktual, pengenalan visual, penanaman prinsip, konsep dan

    penggambaran prosedur. Akan tetapi, penggunaan media pembelajaran ini

    memberikan ketrampilan proses yang rendah bagi siswa.

    Disamping memiliki beberapa kelebihan, ada juga kelemahan dari metode

    pembelajaran dengan menggunakan media video ini. Kelemahan terebut salah

    satunya yakni sifat komunikasinya yang hanya satu arah sehingga harus diimbangi

    dengan umpan balik yang lain.

    C. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan

    Berdasarkan laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang pernah dilakukan oleh

    Momoy Dandelion di SDN 03 Getan Kabupaten Purbalingga berjudul

    ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran

    Kooperatif Tipe Realistic Mathematics Experience (RME) pada Siswa Kelas V

    SD Negeri 03 Gentan.” Disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran dengan

    menggunakan pendekatan RME dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas

  • 43

    V untuk Standar Kompetensi pecahan. Perbedaan utama dengan penelitian ini

    adalah subjek penelitiannya, yaitu siswa SD kelas V untuk penelitian sebelumnya

    dan siswa SD kelas IV untuk penelitian ini.

    D. Kerangka Berfikir

    Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang menjadi serangkaian

    perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

    dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan pembelajaran

    merupakan hal utama yang didambakan dalam pelaksanaan pendidikan. Untuk

    mencapai keberhasilan itu guru harus dapat memilih model pembelajaran yang

    tepat untuk dapat diterapkan dalam pelajaran. Salah satu caranya adalah dengan

    pembelajaran matematika realistik . Matematika realistik adalah suatu metode

    pembelajaran yang menyenangkan dengan interaksi antara guru dan siswa yang

    terjalin dengan baik. Metode matematika realistik membantu dalam menciptakan

    lingkungan belajar yang efektif dengan cara memanfaatkan unsur-unsur yang ada

    pada siswa, misalnya rasa ingin tahu siswa dan lingkungan belajarnya melalui

    interaksi- interaksi yang terjadi di dalam kelas.

    Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika di

    sekolah, perlu adanya penelitian yang sifatnya lebih inovatif agar pembelajaran

    matematika lebih bisa dinikmati siswa dengan penuh semangat dan gairah, agar

    siswa lebih punya motivasi untuk lebih giat belajar. Model pembelajaran yang

    sesuai adalah Matematika realistik. Penggunaan CD Pembelajaran dalam

    pembelajaran merupakan alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam

    berkomunikasi dengan para siswa dan juga sangat baik digunakan untuk

    menggalakkan keterlibatan siswa dalam belajar sehingga belajar akan menjadi

    lebih bermakna.

    Dari uraian di atas diharapkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran

    Matematika realistik dengan memanfaatkan CD Pembelajaran lebih efektif

    daripada pembelajaran konvensional pada pokok bahasan penjumlahan dan

    pengurangan pecahan.

  • 44

    Berdasarkan kajian teori dan dkerangka berpikir di atas, diduga implementasi

    pendekatan RME dapat meningkatkan hasil belajar Standar Kompetensi

    menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dari siswa kelas IV SDN 03

    Karangjati Kecamatan Blora Kabupaten Blora

    KONDISI

    AWAL

    TINDAKA

    N

    KONDISI AKHIR

    Guru/ peneliti :

    belum mengim-

    plementasikan

    Pendekatan RME

    Siswa/Subjek

    Penelitian:

    Hasil Belajar SK

    menggunakan

    pecahan dalam

    pemecahan masalah

    rendah

    SIKLUS I

    Implementasi

    Pembelajaran

    menggunakan

    pendekatan RME

    SIKLUS II

    Perbaikan

    implementasi

    Pembelajaran

    menggunakan

    pendekatan RME

    Guru/ peneliti :

    Mengimplementasi-

    kan pendekatan

    RME dalam maple

    Matematika SK

    menggunakan

    pecahan dalam

    pemecahan masalah

    Dengan implementasi

    pembelajaran dengan

    menggunakan

    pendekatan RME

    dapat meningkatkan

    hasil belajar SK

    menggunakan

    pecahan dalam

    pemecahan masalah

  • 45

    E. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian

    ini adalah “Melalui pembelajaran Matematika realistik hasil belajar siswa kelas IV

    SD Karangjati 3 Blora pada pokok bahasan pecahan dapat ditingkatkan.