bab ii kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (apd) pada...
TRANSCRIPT
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja
Survey di Ketinggian
1. Pengertian Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Kaplan dan Shadock (2005), kepatuhan (compliance) adalah
derajat dimana seseorang mengikuti anjuran peraturan yang ada. Menurut Tondok
(2013) kepatuhan adalah sikap mau mentaati dan mengikuti suatu spesifikasi,
standar atau aturan yang telah diatur dengan jelas yang diterbitkan oleh organisasi
yang berwenang. Menurut Neufelt (dalam Kusumadewi, 2012) kepatuhan adalah
kemauan mematuhi sesuatu dengan takluk atau tunduk. Prijodarminto (2003)
mengemukakan bahwa kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku uang menunjukkan nilai
ketaatan-ketaatan, kepatuhan kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
Tarwaka, (2008) menyatakan bahwa alat pelindung diri (APD) adalah
seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi
seluruh atau sebagian tubuh dari kemungkinan adanya paparan potensi bahaya
lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Menurut
(Buntarto, 2015) alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri maupun orang lain disekitarnya. Menurut Occupational Safety
and Health Administration (OSHA) alat pelindung diri adalah sebagian alat yang
13
digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan
oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) ditempat kerja, baik yang bersifat
kimia biologis, radiasi, fisik, eletrik, mekanik dan lainnya. Berdasarkan beberapa
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa alat pelindung diri (APD) adalah alat
yang digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya selama bekerja. Absari,
(2006) mengemukakan bahwa penggunaan alat pelindung diri (APD) yang baik
dapat memberikan perlindungan bagi pekerja dari keparahan dampak kecelakaan
kerja dan dapat mendukung kinerja pekerja, sehingga diharapkan akan terjadi
peningkatan produktivitas pekerja maupun perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepatuhan
penggunaan alat pelindung diri (APD) adalah derajat seseorang mau mengikuti
aturan yang telah diatur oleh organisasi dalam menggunakan seperangkat alat
keselamatan untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh dari bahaya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. Aspek-Aspek Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Blass (1999) terdapat 3 dimensi dalam kepatuhan yaitu:
a. Mempercayai (belief)
kepercayaan terhadap tujuan dari kaidah-kaidah bersangkutan, terlepas dari
perasaan atau nilainya terhadap kelompok atau pemegang kekuasaan ataupun
pengawasnya.
b. Menerima (accept)
menerima norma atau nilai-nilai. Seseorang dikatakan patuh apabila yang
bersangkutan menerima baik kehadiran norma-norma ataupun nilai-nilai dari
14
suatu peraturan tertulis maupun tidak tertulis. Dalam kaitannya dalam
penggunaan alat pelindung diri apabila pekerja menerima perintah dari
atasan untuk menggunakan alat pelindung diri adalah untuk menjaga
keselamatan setiap pekerja.
c. Melakukan (act)
Bentuk dari tingkah laku atau tindakan dari kepatuhan. Melakukan (act)
berhubungan dengan penerapan norma-norma atau nilai-nilai itu dalam
kehidupan. Seseorang dikatakan patuh apabila norma-norma atau nilai-nilai
dari suatu peraturan diwujudkan dalam perbuatan. Ketika pekerja mau
menggunakan alat pelindung diri, hal tersebut mengindikasikan bahwa
kepatuhan untuk menjaga keselamatan telah muncul pada sikap pekerja.
Menurut Prijodarminto (1994) kepatuhan memiliki 3 aspek yaitu:
a. Sikap mental (mental attitude)
Seseorang yang memiliki sikap yang taat dalam mematuhi peraturan di
tempat kerja mereka akan tertib terhadap peraturan-peraturan yang ada.
Pekerja juga mampu mengendalikan pikiran bahwa harus bersikap sesuai
dengan peraturan yang ada.
b. Pemahaman yang baik melalui sistem aturan, perilaku, norma, kriteria dan
standar yang sedemikian rupa. Pemahaman yang baik terhadap peraturan
perusahaan menimbulkan pengertian yang mendalam terhadap peraturan
tersebut serta timbulnya kesadaran dalam mematuhi dan melaksanakan
aturan yang ada
15
c. Sikap kelakuan
Seseorang benar-benar menaati segala aturan yang ada dengan sungguh-
sungguh, pekerja tidak melanggar peraturan yang ada karena pekerja punya
kesungguhan dalam mematuhi segala peraturan yang berlaku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Blass kepatuhan mempunyai
aspek mempercayai, menerima dan melakukan. Prijodarminto mendiskripsikan
bahwa kepatuhan terdiri dari aspek sikap mental, pemahaman dan sikap kelakuan.
Dari aspek-aspek kepatuhan penggunaan pelindung diri diatas, peneliti akan
menggunakan aspek-aspek kepatuhan Blass yaitu : mempercayai (belief),
menerima (accept) dan melakukan (act)
3. Jenis-jenis Alat Pelindung diri
Alat pelindung diri yang digunakan pekerja sesuai dengan bagian tubuh
yang dilindungi antara lain (Tarwaka, 2008) :
a. Alat pelindung kepala
Digunakan untuk melindungi kepala terbentur benda tajam atau keras, bahaya
tertimpa benda keras atau tajam, percikan bahan kimia korosif dan panas sinar
matahari.
b. Alat pelindung mata
Alat pelindung ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan
kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang diudara.
c. Alat pelindung tangan
Alat yang digunakan untuk melindungi tangan dari benda tajam atau goresan,
benda panas atau kontak dengan arus listrik.
16
d. Alat pelindung kaki
Alat yang digunakan untuk melindungi bagian kaki dari percikan api, benda
tajam, benda keras, larutan kimia dan benda panas
e. Sabuk pengaman keselamatan
Digunakan untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh dari ketinggian
seperti saat memanjat pada konstruksi bangunan.
Menurut Buntarto (2015) alat pelindung diri dibagi menjadi 7 (tujuh)
macam, yaitu:
a. Apron
Apron dibuat dari karet atau plastik atau kain sebagai suatu pembatas
dibagian depan pekerja. Menutupi bagian tubuh pekerja dari dada hingga
lutut, tebuat dari kain drill, mika sheet, kulit atau plastik tebal.
b. Kap (Penutup Rambut)
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala, tujuan utamanya untuk
melindungi rambut dan kepala dari bahaya.
c. Pelindung mata
Pelindung mata digunakan apabila ada kemungkinan masuknya serat serat
kain ke dalam mata.
d. Sarung tangan
Sarung tangan dipakai untuk melindungi tangan pekerja agar aman dalam
melakukan pekerjaannya.
17
e. Masker
Masker digunakan untuk melindungi pernafasan pekerja agar terhindar dari
masuknya debu dari proses pemintalan kapas, serat-serat kain ke dalam
saluran pernafasan.
f. Sumbat telinga (Ear Plug)
Digunakan untuk mengurangi intensitas suara atau kebisingan yang masuk ke
dalam telinga yang diakibatkan oleh suara mesin produksi.
g. Alas kaki
Alas kaki atau sepatu dipakai untuk melindungi kaki dari benturan oleh benda
tajam atau dari cairan yang jatuh atau menetes ke kaki. Sepatu boots dari
karet atau kulit lebih melindungi, tetapi harus selalu bersih dan bebas dari
kontaminasi cairan yang berbahaya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menurut
Tarwaka (2008) alat pelindung diri terdiri dari alat pelindung kepala, alat
pelindung mata, alat pelindung tangan, alat pelindung kaki dan sabuk pengaman
keselamatan. Sedangkan menurut Buntarto (2015) alat pelindung diri terdiri dari:
apron, kap, pelindung mata, masker, sarung tangan, sumbat telinga dan alas kaki.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penggunaan Alat
Pelindung Diri
Menurut Cooper (2009) terdapat 3 faktor yang mempengaruhi kepatuhan
seseorang dalam menggunakan alat pelindung diri yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi meliputi beberapa faktor, antara lain:
18
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek yang dimilikinya. Pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap proyek. Berdasarkan
penelitian Darmayanti, dkk (2015) terdapat hubungan positif antara
pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD pada petani yang
menggunakan pestisida.
2) Sikap
Sikap dapat dinilai dari segi baik dan buruk maupun positif dan negatif.
Sikap merupakan suatu perasaan yang konstan dan ditujukan kepada
suatu objek, baik orang, tindakan, atau gagasan (Lawrence Green,
1980).
3) Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang diperoleh
dibangku sekolah. Menurut Notoatmojo (1981), pendidikan adalah
setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan
kepada anak didik yang menuju kedewasaan. Pendidikan seseorang
menentukan luasnya pengetahuan seseorang dimana orang yang
berpendidikan rendah sangat sulit menerima sesuatu yang baru. Hal ini
secara tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Program
pendidikan pekerja dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja
dapat memberikan landasan yang mendasar sehingga memerlukan
19
partisipasi secara efektif dalam menemukan sendiri pemecahan masalah
di tempat kerja. Pendidikan yang dimaksud dalam hal ini adalah
pendidikan formal yang diperoleh di bangku sekolah.
4) Masa Kerja
Seorang individu akan melakukan suatu tindakan berdasarkan
pengalamannya. Petugas kesehatan yang berpengalaman akan
melakukan tindakan sesuai kebiasaan yang telah diterapkan setiap
harinya berdasarkan dari pengalaman yang didapat selama bekerja.
5) Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu
proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
indera.
6) Motivasi
Motivasi adalah sebuah rangsangan atau dorongan yang dimiliki oleh
seseorang atau sekelompok masyarakat yang ingin bekerjasama secara
maksimal dalam melakukan sesuatu yang sudah direncanakan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.Dalam lingkup keselamatan kerja,
motivasi pekerja menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri. Sedangkan
suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan,
dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja
adalah motivasi kerja (Mangkunegara, 2011). Dalam lingkup
keselamatan kerja, motivasi pekerja menjadi salah satu faktor yang
20
mempengaruhi kepatuhan pekerja dalam menggunakan alat pelindung
diri. Penelitian Brito 2015 menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki
motivasi kerja yang baik sebagian besar (57,99%) memiliki perilaku
yang baik dalam menggunakan alat pelindung diri (APD).
b. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Faktor pemungkin adalah keahlian dan sumber daya yang diperlukan
untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya yang dimaksud mencakup
fasilitaspelayanan kesehatan, tenaga atau sumber daya yang serupa. Faktor
pemungkin juga menyinggung aksesbilitas dari berbagai macam sumber daya
tersebut. Biaya, jarak, transportasi yang tersedia dan sebagainya, dalam hal ini
juga merupakan faktor pemungkin.
1) Ketersediaan Fasilitas
Ketersediaan sumber daya kesehatan, yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana. Untuk mewujudkan sikap
menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung, atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas faktor ini terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana
yang merupakan sumber daya untuk menunjang perilaku.
2) Sarana Kerja
Pekerjaan seseorang dalam menjalankan tugasnya tingkat kualitas hasilnya
sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana, yang disertai pedoman akan
banyak berpengaruh terhadap produktifitas kerja dan kualitas kerja yang baik.
c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
21
Faktor penguat merupakan faktor yang menentukan apakah tindakan
kesehatan didukung atau tidak. Dalam program pendidikan kesehatan kerja,
penguat dapat diberikan oleh rekan kerja, atasan, kepala unit dan keluarga. Positif
atau negatif penguatan bergantung pada sikap dan perilaku orang yang
bersangkutan. Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku dari orang lain, seperti
orang tua, petugas kesehatan, teman dan tetangga (Lawrence Green, 1980).
Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan
terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan dan hasil yang dikehendaki. Agar
pengawasan berhasil maka manajer harus melakukan kegiatan pemeriksaan,
pengecekan, pengcocokan, inspeksi, pengendalian dan berbagai tindakan yang
sejenis (Sarwoto, 1991). Perilaku pekerja terhadap penggunaan APD sangat
dipengaruhi oleh perilaku dari manajemen. Pengawas harus menjadi contoh yang
pertama dalam menggunakan APD. Harus ada program pelatihan dan pendidikan
ke pekerja dalam hal menggunakan dan merawat APD dengan benar (Wentz,
1998).
Candra dan Ruhyandi (2008) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan penggunaan alat pelindung diri antara lain:
a. Faktor internal
1) Pengetahuan
Pengetahuan tentang APD yang kurang pada pekerja sehingga menyebabkan
ketidakpatuhan dalam penggunaan APD disebabkan karena banyak pekerja
yang tidak mengikuti ataupun menyimak penyuluhan-penyuluhan yang
diberikan oleh petugas P2K3 yang ada diperusahaan
22
2) Sikap
Sikap sesorang akan timbul karena dipengaruhi oleh bantuan fisik dan
bantuan mental. Bantuan mental seperti perintah harus berangsur-angsur
dikurangi dan ditukar dengan pengarahan berarti atau dukungan. Sedangkan
bantuan fisik harus diberikan terus menerus. Pekerja yang bekerja di daerah
high riskmemerlukan APD untuk mengurangi terpaparnya suatu penyakit
atau mencegah kecelakaan kerja yang mungkin terjadi, hal ini diperlukan
karena merupakan suatu kebutuhan. Demikian juga lingkungan kerja juga
harus sesuai dengan batas kemampuan mental dan fisik pekerja.
b. Faktor Eksternal
1) Penyuluhan
Penyuluhan tentang APD merupakan salah satu faktor yang mendorong
terbentuknya perilaku dan faktor penguat (reinforcing), oleh karena itu
penyuluhan APD sangat penting peranannya untuk meningkatkan
penggunaan APD saat bekerja. Media yang dilakukan untuk penyuluhan
dapat berupa leaflet, poster atau bisa dilakukan pelatihan khusus untuk
pekerja di bagian produksi yang memang sangat membutuhkan
pengetahuan tersebut.
2) Pengawasan
Pengawsan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara
berdaya guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Begitu pula yang diharapkan dalam kepatuhan penggunaan
23
APD, walaupun pengawasan telah dilakukan namun tidak menggunakan
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pekerja.
3) Kelengkapan APD
Pada dasarnya perusahaan telah menyediakan APD untuk pekerja namun
APD yang disediakan tiak dipergunakan secara maksimal.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan
penggunaan APD menurut Cooper (2003) dipengaruhi oleh faktor predisposisi
yang meliputi pengetahuan, sikap, persepsi dan motivasi kerja, faktor penguat
yang meliputi pengawasan pekerja dan faktor pemungkin yang meliputi
ketersediaan fasilitas dan sarana kerja sedangkan menurut Candra dan Ruhyandi
(2008) kepatuhan penggunaan APD dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri
atas pengetahuan dan sikap, dan faktor eksternal yang terdiri atas penyuluhan,
pengawasan dan kelengkapan APD.
Adapun faktor yang dipilih dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
dikemukakan Cooper yaitu faktor predisposisi yang salah satunya adalah motivasi
kerja, sehingga peneliti menggunakan motivasi kerja sebagai variable bebas,
ketika seseorang mendapatkan achievment dari perusahaan maka motivasinya
untuk meningkatkan kinerjanya akan meningkat, dalam lingkup kerja hal ini
disebut motivasi kerja. Berkaitan dengan pekerjaan motivasi kerja mempengaruhi
kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD. Hal ini berdasarkan dari hasil
penelitian Brito (2015), diketahui bahwa pekerja yang memiliki motivasi kerja
yang baik sebagian besar (57,99%) memiliki perilaku yang baik dalam
menggunakan alat pelindung diri (APD). Penelitian lain dari Sukardjo (2012)
24
dalam Sumarna (2013), menunjukkan bahwa tingkat motivasi pekerja dalam
menggunakan APD berhubungan signifikan dengan perilaku penggunaan APD.
Pekerja yang memiliki motivasi kerja yang tinggi maka memiliki perilaku yang
baik dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) saat melakukan pekerjaan.
B. Motivasi Kerja
1. Pengertian Motivasi Kerja
Umar (2003) mengemukakan motivasi kerja adalah dorongan dan
keinginan yang ada di dalam diri manusia untuk melaksanakan tugas-tugas
pekerjaannya dengan baik. Herzberg (dalam Robbins, 1996) mendefinisikan
motivasi kerja sebagai sikap seseorang terhadap pekerjaannya agar memunculkan
rasa puas pada kinerjanya. Menurut Anoraga (2001), motivasi kerja adalah
kemauan kerja karyawan yang timbulnya karena adanya dorongan dari dalam
pribadi karyawan yang bersangkutan sebagai hasil integrasi dari kebutuhan
pribadi, lingkungan fisik, pengaruh lingkungan sosial di mana kekuatannya
tergantung pada proses pengintegrasian tersebut. Hasibuan (2010)
mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah suatu modal dalam menggerakkan
dan mengarahkan karyawan atau pekerja agar dapat melaksanakan tugasnya
masing-masing dalam mencapai sasaran dengan penuh kesadaran, kegairahan dan
bertanggung jawab. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja
adalah dorongan dan sikap seseorang untuk melaksanakan tugasnya dengan baik
agar tujuannya tercapai yang merupakan hasil integrasi dari kebutuhan pribadi,
25
lingkungan fisik, pengaruh lingkungan sosial di mana kekuatannya tergantung
pada proses pengintegrasian tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Umar
(2003) motivasi kerja adalah dorongan dan keinginan untuk melakukan tugasnya
dengan baik, sedangkan Herzberg (dalam Robins, 1996) motivasi kerja adalah
sikap sesorang terhadap pekerjaannya agar mucul rasa puas. Anoraga (2001)
mengemukakan motivasi kerja adalah kemauan kerja yang timbul dari integrasi
dari beberapa faktor yang mempengaruhi. Motivasi kerja dalam penelitian ini
adalah dorongan dan sikap seseorang dalam bekerja agar dapat dapat melakukan
tugas dengan baik yang timbul dari integrasi beberapa faktor yang
mempengaruhi.
2. Aspek-Aspek Motivasi Kerja
Anoraga (2009) menjelaskan apsek-aspek motivasi kerja terdiri dari :
a. Adanya kedisiplinan dari karyawan.
Sikap, tingkah laku atau perbuatan pada karyawan untuk melakukan aktivitas-
aktivitas kerja yang sesuai dengan pola-pola tertentu, keputusan-keputusan,
peraturan-peraturan dan norma-norma yang telah ditetapkan dan disetujui
bersama baik secara tertulis maupun lisan antara karyawan dengan
perusahaan, serta sanggup menerima sanksi bila melanggar peraturan, tugas
dan wewenang yang diberikan.
b. Imajinasi yang tinggi dan daya kombinasi
26
Membuat hasil kerja dari kombinasi ide-ide atau gambaran. Disusun secara
lebih teliti, atau inisiatif sendiri, bukan ditiru dan bersifat konstruktif sehingga
membentuk suatu hasil atau produk yang mendukung kualitas kerja yang
lebih baik
c. Kepercayaan diri
Perasaan yakin yang dimiliki karyawan terhadap kemampuan dirinya,
memiliki kemandirian dapat berpikir secara positif dalam menghadapi
kenyataan yangterjadi serta bertanggung jawab atas keputusan yang diambil
sehingga dapat menyelesaikan masalahnya dengan tenang.
d. Daya tahan terhadap tekanan
Reaksi karyawan terhadap pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
yang dirasakan sebagai ancaman atau sebab adanya ketidak seimbangan
antara tuntutan dan kemauan yang dimiliki, dan tekanan tersebut diselesaikan
dengan cara tersendiri yang khas bagi masing-masing individu.
e. Tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan
Suatu kesadaran pada individu untuk melakukan kewajiban atau pekerjaan,
diiringi rasa keberanian menerima segala resiko, inisiatif yang besar dalam
menghadapi kesulitan terhadap pekerjaan dan dorongan yang besar untuk
berbuat dan menyesuaikan apa yang harus dan patut diselesaikan.
27
Menurut Greenberg dan Baron (2003) aspek-aspek dalam motivasi kerja
yaitu:
a. Arousal yaitu aspek yang berkaitan dengan dorongan, energi yang mendasari
perilaku bekerja. Ketertarikan untuk memenuhi dorongan ini membawa
pekerja terikat dalam suatu perilaku untuk memenuhi dorongan tersebut.
b. Direct behavior yaitu aspek yang berkaitan dengan pilihan cara yang akan
ditempuh sebagai jalan untuk mencapai tujuan yang ingin diraih. Aspek ini
ditunjukkan dengan perilaku secara langsung maupun tidak langsung
mengarah pada tujuan yang ingin diraih.
c. Maintaining behavior yaitu seberapa lama individu mampu mempertahankan
perilakunya dalam bekerja sehingga tujuannya dapat tercapai. Ketika pekerja
mudah menyerah dan tidak konsisten dalam berusaha maka tujuannya akan
sulit dicapai.
Berdasarkan aspek-aspek motivasi kerja yang telah dikemukakan di atas,
maka peneliti akan menggunakan aspek-aspek dari Anoraga (2009) yaitu adanya
kedisiplinan dari karyawan, Imajinasi yang tinggi dan daya kombinasi,
kepercayaan diri, daya tahan terhadap tekanan, tanggung jawab dalam
melaksanakan pekerjaan dengan alasan bahwa teori-teori tersebut dirasa cukup
mengungkap dan menggali fungsi motivasi kerja pada pekerja survey di
ketinggian (Djamarah, 2002). Peneliti menggunakan aspek-aspek motivasi kerja
dari Anoraga (2009) sebagai alat ukur penelitian.
28
C. Hubungan Antara Motivasi Kerja dengan Kepatuhan Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Survey di Ketinggian.
Geller (2001) dalam teori The Safety Triad mengungkapkan motivasi
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi budaya keselamatan. Menurut
Schein dalam Leka dan Houdmont (2010), perilaku patuh adalah contoh dari
artefak yang merupakan lapisan terluar suatu budaya. Interaksi antar komponen
pada teori safety triad menjelaskan bahwa motivasi dalam komponen person
akan mempengaruhi kepatuhan pada komponen behavior. Menurut Bisen dan
Priya (2010) motivasi adalah faktor yang menyebabkan individu melakukan
tindakan dalam hidupnya untuk mencapai suatu tujuan, termasuk mematuhi
penggunaan APD dalam bekerja. Menurut Kaplan dan Shadock (2005),
kepatuhan (compliance) adalah derajat dimana seseorang mengikuti anjuran
peraturan yang ada. Tarwaka, (2008) menyatakan bahwa alat pelindung diri
(APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari kemungkinan adanya paparan
potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Dalam lingkup dunia kerja, hal-hal yang mendorong seseorang untuk mencapai
tujuan tertentu didasari motivasi kerja. Herzberg (dalam Robbins, 1996)
mendefinisikan motivasi kerja sebagai sikap seseorang terhadap pekerjaannya
agar memunculkan rasa puas pada kinerjanya. Motivasi kerja adalah sikap dan
dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melaksanakan tugasnya dengan
baik agar tujuannya tercapai.
29
Menurut Anoraga (2009) aspek dalam motivasi kerja terdiri dari lima
aspek yaitu adanya kedisiplinan dari karyawan, imajinasi yang tinggi dan daya
kombinasi, kepercayaan diri, daya tahan terhadap tekanan, dan tanggung jawab
dalam melakukan pekerjaan. Aspek kedisiplinan dari karyawan yaitu sikap,
tingkah laku atau perbuatan pada karyawan untuk melakukan aktivitas-aktivitas
kerja yang sesuai dengan pola-pola tertentu, keputusan-keputusan, peraturan-
peraturan dan norma-norma yang telah ditetapkan dan disetujui bersama baik
secara tertulis maupun lisan antara karyawan dengan perusahaan, serta sanggup
menerima sanksi bila melanggar peraturan, tugas dan wewenang yang diberikan
Menurut Notoatmodjo (dalam Dyah, 2014) kebijakan suatu perusahaan dapat
mendorong atau memperkuat terjadinya suatu sikap atau perilaku. Geller (2001)
menyatakan bahwa salah satu faktor dalam komponen environment yang
mempengaruhi perilaku kepatuhan penggunaan APD pada safety triad.
Karyawan yang memiliki kedisiplinan yang tinggi akan berusaha mengikuti dan
mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaan, sedangkan karyawan yang
memiliki kedisiplinan yang rendah akan melakukan pengabaian terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku. Penelitian Dyah dan Denny (2014)
menjelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kedisiplinan dengan
perilaku patuh karyawan, semakin tegas kebijakan yang dibuat perusahaan
semakin disiplin pekerja mematuhi peraturan penggunaan alat pelindung diri,
begitu juga sebaliknya apabila kedisiplinan dalam mengikuti peraturan rendah,
maka kepatuhan dalam penggunaan APD juga rendah.
30
Imajinasi yang tinggi dan daya kombinasi yaitu membuat hasil kerja dari
kombinasi ide-ide atau gambaran. Disusun secara lebih teliti, atau inisiatif sendiri,
bukan ditiru dan bersifat konstruktif sehingga membentuk suatu hasil atau produk
yang mendukung kualitas kerja yang lebih baik. Pekerja yang memiliki imajinasi
dan kreatifitas yang tinggi biasanya memiliki prduktivitas yang lebih tinggi dari
pada pekerja yang memilki kreatifitas yang rendah. Untuk mendukung tingkat
produktivitas yang tinggi perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai. Salah satu sarana dan prasarana yang diperlukan adalah alat-alat
penunjang keselamatan kerja. Menurut Trefifinger dalam (Munandar, 2004)
pribadi kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan. Rencana inofatif serta
produk orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang terlebih dahulu, dengan
mempertimbangkan masalah yang akan timbul dari implikasinya. Sedangkan
karyawan yang memiliki kreatifitas yang rendah biasanya memiliki selera humor
yang rendah, kurang dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan
kurang memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep atau
kemungkinan yang dikhayalkan. Untuk mendapatkan kualitas kerja yang baik
diperlukan adanya kedisplinan dari karyawan untuk mengikuti aturan-aturan yang
berlaku diperusahaan.
Kepercayaan diri yaitu perasaan yakin yang dimiliki karyawan terhadap
kemampuan dirinya, memiliki kemandirian dapat berpikir secara positif dalam
menghadapi kenyataan yang terjadi serta bertanggung jawab atas keputusan yang
diambil sehingga dapat menyelesaikan masalahnya dengan tenang. Setiap
individu memiliki keyakinan yang berbeda-beda sesuai dengan tugas-tugas yang
31
bermacam-macam. Karyawan yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi
ketika dihadapkan pada tugas pekerjaan tertentu memiliki keyakinan mampu
mencapai sebuah tujuan dan mengatasi suatu hambatan, keyakinan tersebut dapat
mendorong seseorang untuk tekun dan gigih dalam menyelesaikan tugas
pekerjaannya, sedangkan karyawan yang memilki kepercayaan diri yang rendah
akan muncul perasaan pesimis untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya (Baron
& Byrne dalam Sari, 2015). Karyawan yang memiliki kepercayaan diri yang
tinggi dapat berpikir positif dan memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaannya,
salah satunya adalah memahami aspek keselamatan bekerja dengan menggunakan
APD, karyawan akan memahami keselamatan dirinya maupun teman kerjanya.
Daya tahan terhadap tekanan yaitu reaksi karyawan terhadap pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan yang dirasakan sebagai ancaman atau sebab
adanya ketidak seimbangan antara tuntutan dan kemauan yang dimiliki, dan
tekanan tersebut diselesaikan dengan cara tersendiri yang khas bagi masing-
masing individu. Karyawan yang tidak mampu menghadapi tekanan akan
menunjukkan perilaku counterproductive (Yuwono, 2005). Sedangkan karyawan
yang memiliki daya tahan yang tinggi akan memberikan ide-ide bagi organisasi
dan mematuhi peraturan perusahaan.
Tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan yaitu suatu kesadaran
pada individu untuk melakukan kewajiban atau pekerjaan, diiringi rasa
keberanian menerima segala resiko, inisiatif yang besar dalam menghadapi
kesulitan terhadap pekerjaan dan dorongan yang besar untuk berbuat dan
menyesuaikan apa yang harus dan patut diselesaikan. Karyawan yang memiliki
32
tanggung jawab yang tinggi akan berusaha menghadapi hambatan, kesulitan, dan
berusaha maksimal agar mampu bertahan lebih lama dan mampu mencapai tujuan
kinerja yang ditetapkan, hal tersebut mendorong pekerja mencurahkan semua
perhatian pada pekerjaanya, sedangkan karyawan yang memiliki tanggung jawab
yang rendah akan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan dan kesulitan
(dalam Rahmi, 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
motivasi kerja yaitu: adanya kedisiplinan dari karyawan, imajinasi yang tinggi
dan daya kombinasi, kepercayaan diri, daya tahan terhadap tekanan, dan
tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan mempengaruhi aspek-aspek
kepatuhan penggunaan APD. Hal ini sejalan dengan penelitian Puspaningrum
(2016) bahwa motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi
kepatuhan penggunaan APD.
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara motivasi
kerja dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja
survey di ketinggian. Semakin tinggi motivasi kerja pekerja maka semakin tinggi
pula kepatuhan seseorang dalam menggunakan alat pelindung diri (APD). Begitu
juga sebaliknya semakin rendah motivasi kerja maka kepatuhan pekerja dalam
menggunakan alat pelindung diri (APD) juga rendah.