bab ii konsep dasar a. pengertian -...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Typus Abdominalis adalah Penyakit infeksi yang menyerang saluran
pencernaan yang disebabkan oleh kuman salmonella typhosa dengan masa
inkubasi 10-14 hari di tandai dengan demam, mual, muntah, sakit kepala,
nyeri perut (Mansjoer Arief,2000)
Demam Enterik adalah sindrom klinis sistematik yang di hasilkan oleh
organisme salmonella tertentu.istilah ini mencakup istilah demam yang di
sebabkan oleh S.Paratyphi A,S.Schott Muelleri,S.Nirschfeldii dan kadang-
kadang serotip salmonella lain(Nelson,2000)
Typus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat
pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu,gangguan pada saluran pencernakan dan gangguan kesadaran (Staf
pengajar ilmu keperawatan anak,2004)
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan typus
abdominalis adalah infeksi penyakit akut yang mengenai pada saluran
pencernaan.Diisebabkan oleh kuman salmonella typhosa.Penyakit ini di
tandai dengan demam lebih dari satu minggu,gangguan pada saluran
pencernakan dan gangguan kesadaran.
6
B. Anatomi
7
Pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan
mempersiapkannya untuk asimilasi oleh tubuh.Saluran pencernaan terdiri atas
bagian-bagian berikut:
1. Mulut
Adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan.Terdiri
atas dua bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi
serta gigi dengan bibir dan pipi,dan bagian dalam yaitu rongga mulut
yang di batasi disisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi dan
disebelah belakang bersambung dengan awal faring
2. Faring
Faring atau tekak terletak dibelakang hidung,mulut dan laring
(tenggorokan)farig berupa saluran berbentuk kerucut dari bahan
membrane berotot (musluko membrannusa)dengan bagian terlebar di
sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai diketinggian
vertebra servikal ke enam,yaitu ketinggian tulang rawan krikoid,temoat
fering bersambung dengan esophagus.
8
3. Esofagus
Adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya 20-25cm,diatas
dimulai dari faring sampai pintu masuk kardiak lambung dibawah.
Terletak di belakang trakea dan didepan tulang punggung.setelah melalui
thorak menyambung dengan lambung.
4. Lambung (gaster)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster lambung,terdiri dari bagian dari
bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esophagus melalui
orifisium pilarik terletak di bawah diafragma didepan pangkreas dan
limpa menempel disebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari:
a. Fundus ventrikuli
Bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum kardium
dan biasanya penuh berisi gas.
b. Korpus fentrilkuli
Korpus fentrikuli setinggi ostium kardium suatu lekukan bawah
kurfatura minor.
c. Antrum vilorus
Antrum vilorus bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot
yang tebal membentuk spinter pylorus.
9
d. Kurvatura minor
Kurvatura minor terdapat disebelah kanan lambung,terbentang dari
osteom kardiak sampai ke pilorus.
e. Kurvatura mayor
Kurvatura mayor lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari
sisi kiri osteom kardium melalui fundus ventrikuli menuju kekanan
sampai ke pylorus inferior. Ligamentum gasro lenalis terbenyang
dari bagian atas kurvatura mayir sampai ke limfa.
f. Osteom kardiakum
Osteom kardiakum merupakan tempat dimana esophagus bagian
abdomen masuk ke lambung pada bagian ini terdapat
orifisiumpilorik.
5. Usus halus (intesinum minor)
Adalah bagian dari system pencernakan makanan yang berpangkal
pada pylorus dan berakhir pada seikum ,panjangnya kurang lebih 6 m
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernakan dan
10
diabsorbsi hasil pencernakan.Usus halus di daerah umbilicus dan
dikelilingi oleh usus besar dibagi dalam beberapa bagian:
a. Duodenum
Disebut juga usus 12 jari panjangnya kurang lrbih 25 cm,berbentuk
seperti sepatu kuda melengkung kekiri pada lengkungan ini terdapat
pangkreas
b. Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar 6m,dua perlima bagian atas
adalah(yeyenum) dengan panjang 2-3m dan ilium dengan panjang 4-
5m.Lekukan yeyenum dan ilium mekekat pada dinding abdomen
posterior yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesentrium.
6. Usus besar
Panjang 1,5m lebarnya 5-6cm, bagian-bagian usus besar:
a. Seikum
Dibawah seikum terdapat apendik vermiformis yang berbentuk
seperti cacing sehingga di sebut juga umbai cacing panjangnya 6cm.
11
b. Kolon asenden
Panjangnya 13cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan
membujur keatas dari ilium kebawah hati.
c. Apendik.
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum
memounyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan
dapat di lewati oleh beberapa iai usus.
d. Kolon transfersum
Panjang 38 cm, membujur dari kolon asenden sampai ke kolon
desenden,berada di bawah abdomen,sebelah kanan terdapat flekyura
hepatica dan sebelah kiri terdapat flektura lienalis.
e. Kolon Desenden
Panjangnya 25cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri,membujur
dari atas kebawah dari fleksura lienalis sampai kedelapan ilium kiri
bersambungan dengan kolon sigmoid.
f. Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desenden terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S ujung
bawahnya berhubungan dengan rectum.
12
7. Rektum
Terletak dibawah kolon sigmpid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus. terletak dalam rongga pelvis didepan os sacrum dan
os koksigis.
8. Anus
Adalah bagian dari saluran pencernakan yang menghubungkan
rectum dengan dunia luar terletak didasar pelvis didingnya di perkuat
oleh 3 spinter.
a. Spinter Ani Internus,bekerja tidak menurut kehendak.
b. Spinter Levator Ani,bekerja jaga tidak menurut kehendak.
c. Spinter Ani Eksternus,bekerja menurut kehendak.
13
C. Fisiologi
Makanan masuk ke dalam mulut dan dihancurkan oleh gigi.Penglihatan
,penghinduan dan pengecap makanan mencetuskan saliva oleh reflek saraf.
Saliva melumaskan makanan dan memungkinkan makanan untuk diubah
menjadi massa yang lunak atau bolus.sebagian makanan di hancurkan
kemudian dapat lebih menstimulasi reseptor-reseptor pengecap.selain fungsi
ini saliva juga mengandung enzim petialin yang memulai pemecahan
karbohidrat menjadi gula sederhana .saliva di sekresi 3 oleh kelenjar
utama:kelenjar parotis yang menghasilkan saliva yang banyak mengandung
air.kelenjar sublingual dan submandibular yang menghasilkan saliva berair
dan berlendir.
Menelan di mulai sebagai kerja volunteer yang kemudian bergabung
berlahan menjadi revlek volunteer.menelan terjadi dalam tiga tahapan:
1. Tahap bukal
Makanan dikumpulkan di permukaan atas lidah sebagai bolus yang
lembab,kemudian lidah menekan ke langit-langit keras mendorong bolus
kearah belakang langit-langit lunak terangkat untuk mencegah makanan
masuk ke dalam hidung,dan bolus di dorong ke dalam hidung dan bolus
didorong ke dalam faring.
2. Tahap Faringeal
Laring tertarik ke atas di bawah dasar lidah, inlet laryngeal
berkontraksi dan epiglotis melipat menutupi laring untuk mencegah
makanan memasuki trakea.sfingter krikofaringeal antara faring dan
14
esophagus biasanya tertutup untuk mencegah udara tertarik ke dalam
esophagus selama pernafasan tetapi sfingter ini dengan berelaksasi ketika
bolus mencapai sfingter otot-otot faring kemudian mendorong esophagus
bagian atas .
3. Tahap Esofagus
Gelombang peristaltic membawa bolus makanan terus kebawa ke
dalam lambung.
Absorbsi di dalam lambung sangat terbatas tetapi glukosa dan
alcohol di absorbsi sangat baik.Di dalam lambung makanan di ubah oleh
berbagai bentuk sekresi dari kelenjar lambung menjadi cairan seperti
susu yang di sebut kimus, dan cocok untuk dapat melewati usus halus,
fundus dan korpus lambung mempunyai kelenjar berduktus pendek dan
asini panjang. Kelenjar ini dilapisi oleh sel-sel peptic yang mensekresi
pepsinogen dan dengan demikian dimulailah proses pemecahan protein.
Sel-sel oksintik yang mengsekresi gas hidroklonik dan menghasilkan
gas berkonsentrasi tinggi di dalam lambung. Keasaman yang tinggi dapat
mengubah pepsinogen menjadi pepsin. Mensterilkan makanan membuat
kalsium dan zat besi cocok untuk di serap. Didalam antrum lambung
kelenjar mempunyai duktus yang panjang dan asini pendek berpilin
kelenjar ini menghasilkan mucus bersifat basa dan gastrin.Hormon yang
sangat berguna yang mengontrol sekresi asam.
Kimus memasuki duodenum melaalui pylorus di campur oleh sekresi
dinding duodenum, empedu dan getah pancreas. Sekresi duodenum dari
15
kelenjar mukosa dan submukosa bruners yang mengandung bikarbonat
dan bersifat basa, sehingga membantu menetralkan kimus yang asam.
Empedu 1600ml per hari di sekrsi oleh sel-sel hepar dan disimpan dan
dipekatkan di dalam kandung empedu. Adanya makanan dalam
duodenum menyebabkan kandung empedu berkontraksi dan
mengeluarkan empedu ke duktus sistikus dan duktus empedu melalui
ampula oada duodenum dan jejunum,mukosa terbenam di dalam lipatan-
lipatan dan fili panjang dan sangat rapat. Mengarah ke ilium, lapisan
mukosa lebih sedikit lipatannya dan dindingnya lebih tipis dan vilinya
lebih pendek.
Pada sel-sel yang melapisi vili terjadi hal-hal berikut:
1. Protease
Memecahkan peptide menjadi asam amino yang di serap melalui
kapiler-kapiker aliran darah
2. Lactase
Laktase sucrose, memecahkan disakarida menjadi monosakarida
(terutama glukosa) yang di serap melalui kapiler-kapiler ke dalam
aliran darah.
3. Lipase
Bekerja pada pemecahan lemak untuk membentuk :
a) Asam-asam lemak sederhana dan gliserol yang di serap melalui
kapiler-kapiler aliran darah.
16
b) Asam-asam lemak rantai panjang dan gliseral yang bergabung
kembali untuk membentuk lemak trigliserida dan melewati ke
dalam lacteral limfatik sebagai droplet yang sangat halus
bersama dengan Vit A dan D yang larut dalam lemak.
4. Garam –garam empedu yang direabsorbsi dalam ilium bagian bawah
5. Vitamin-vitamin yang larut dalam air diserap langsung dalam aliran
darah.
6. Zat besi diserap terutama dalad duodenum bagian atas.
7. Vitamin B12 (berikatan dengan faktor-faktor intrinsik) diserap pada
ilium bagian bawah.
Semua pencernakan dan penyerapan yang penting terjadi di dalam
usus halus baik lambung maupun usus besar dapat diangkat sepenuhnya
tanpa menyebabkan dampak yang serius kira-kira sampai sepertiga usus
halus dapat diangkat tanpa memberikan efek pada pencernakan dan daya
tahan hidup dapat dimungkinkan dengan kira-kira 1 meter usus halus
kedalam keadaan utuh.
Kimus bergerak dan ilium menuju sekum katup ileo-sekal, lipatan
mukosa dalam cekum yang cenderung mencegah aliran balik kimus 5
cm terakhir leum bekerja sebagai sfingter sfingter ini buasanya
berkontraksi pengisian lambung membuat sfingter ini relaksasi dan isi
ilium masuk ke dalam sekum. Reflek gastrokolik ini sering berkaitan
dengan gerakan masa. Gerakan masa adalah gerakan cepat tiba-tiba dari
peristaltic di mulai dari kolon tengah.Gerakan ini menggerakkan isi usus
17
besar ke dalam kolon bawah atau bahkan ke rectum. Gerakan mencampur
sekmental juga terjadi dalam usus besar.
Rektum normalnya kosong dari feses tetapi ketika feses melewati
rectum akibat distensi dari dinding rectum membangkitkan sebsasu
kesadaran. Keputusan colunter kemudian di buat apakah untuk
membiakan reflek defekasi dengan merelaksasi sfingter ani ekternal.
D. Etiologi
Penyakit ini di sebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa,
Eberhella Typhosa yang merupakan kuman negative, motif dan tidak
menghasilkan spora.Kuman ini dapat hidub baik sekali pada suhu tubuh
manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70 0
maupun antiseptic. Sampai saat ini diketahui bahwa kuman ini hanya
menyerang manusia.
Salmonella Typhosa mempunyai sekurang- kurangnya tiga macam
antigen yaitu Antigen O (Ohne Hauch) yaitu somatic antigen (tidak
menyebar), terdiri dari zat kompleks lipopoli sakarida, Antigen H (Hauch/
menyebar) terdapat padda flagella, Antigen Vi merupakan polisakarida kapsul
verilen. Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan
menimbulkan pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut
aglatinin.
18
E. Patofisiologi
Penyakit tipoid disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi, Salmonella
Parattyphi A, Salmonella Parattyphi B, Salmonella Parattyphi C, yang
maasuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan terjadi
peningkatan produksi asam lambung yang menimbulkan perasan yang tidak
enak di perut mual, muntah, anoreksia, dan mengakibatkan terjadi iritasi
mukosa lambung sebagian lagi masuk kedalam usus halus sehingga terjadi
infeksi yang merangsang peristaltic usus sehinggga menimbulkan diare atau
konstipasi selain itu kuman mencapai jaringan limfoid plaque penyeri
diellium terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini terjadi
komplikasi perdarahann dan perforasi intestinal dapat terjadi, kuman
Salmonella kemudian menembus ke larina propia, masuk kealiran linfe dan
mencapai kelennjar linfe mesentrial, yang juga mengalami hipertropi.
Selanjutnya kuman Salmonella Typhi lain mencapai hati, dan bagian- bagian
lain system retikuloendotelia.
Endotokssi Salmonella Typhi membantu terjadinya proses inflamasi local
pada jaringan tempat Salmonella Typhi berkembang biak. Demam pada
Typhi disebabkan karena Salmonella Typhi dan endotoksinnya merangsang
sistesis dan pelepasan zat pirogenoleh leukosit pada jaringan yang meradang,
dalam perkembang biakan kuman dapat mengakibatkan hipertropi splomegali
terjadi penekanan pada usus sehingga menyebabkan nyeri.
19
F. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik demam Typhoid pada anak biasanya lebih ringan dari
pada orang dewasa. Masa tunas 10- 20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang
terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin di temukan gejala prodormal,
yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, tidak bersemangat
dan nafsu makan berkurang.
Adapun manifestasi klinik yang bisa ditemukan antara lain :
1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, sifatnya febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selam minggu pertama, suhu tubuh
berangsur- angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat bau nafas tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah, lidah tertutup selaput putih kotor (Coafet tongue), ujung dan
tepinya kemerahan, jarang di sertai tremor. Pada abdomen ditemukan
keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limfa membesar disertai
nyeri perabaan.Biasanya terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau
normal.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak teraba demam,
yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah
20
(kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
Disamping gejala- gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada
punggung dan anggota gerakk dapat ditemukan reseda, yaitu bintik-
bintik kemerahan karena emboli basil dalam kulit, yang dapat ditemukan
pada minggu pertama demam kadang- kadang ditemukan pula
bradikardia dan epitaksis pada anak besar.
G. Penatalaksanaan Klinis
Pengobatan demam tipoid terdiri atas 3 bagian, yaitu :
1. Perawatan
Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi.
Observassi dan pengobatan pasien harus tirah baring absolute sampai
minimal 7 hari bebas demam atau kuurang lebih selama 14 hari. Maksud
tirah baring adalah untuk menccegah terjadinya komplikasi pendarahan
usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap
sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus di ubah-
ubah pada waktu tertentu untuk menghindari komplikasi
peneumonihiipostatik dan dikubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu
di perhatikan, karna kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.
2. Diit
Pada pentakit typus abdominalis harus cukup cair,kebutuhan cairan
harus memenuhi kebutuhan antara 1000-2000 ml/hari dan makanan cair
21
standar mengandung 1000kilo kalori tiap 1000ml.Bila nafsu makan
membaik dapat juga di berikan makanan lunak yang mengandung 900-
1000 kilo kalori/hari.Selain itu makanan juga harus mengandung kalori
dan tinggi protein.Bahan makanan tidak boleh banyak mengandung
banyak serat,tidak merangsang dan menimbulkan gas.Bila kesadaran
menurun dapat diberikan makanan cair melalui sonde.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa pemberian makan padat dini
yaitu nasi, dengan lauk- pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan
serat kasar) dapat diberikan dengan aman.
3. Obat
Obat-obat anti mikroba yang sering digunakan ialah :
a) Kloramfenikol
Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan lebih
cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang
dewasa 4x 500 mg/ hari oral atau intravena sampai 7 hari bebas
demam. Dengan menggunakan kloramfenikol, demam pada demam
tifoid turun rata- rata 5 hari.
b) Triamfenikol
Dosis dan efektifitas triamfenikol pada demam tipoid sama
dengan kloramfenikol komplikasi pada hematologist pada
penggunaan triamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol.
Dengan triamfenikol demam pada demam tipoid turun setelah rata-
rata 5-6 hari.
22
c) Ko-trimokazol (kombinasi dan sulfamitoksason)
Dosis untuk orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan
sampai 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung 80 mg trimitropin
dan 400 mg sulfametoksazol).Dengan obat ini demam turun rata-
rata setelah 5-6 hari.
d) Ampicillin dan Amoksisilin
Indikasi mutlak penggunaanya adalah pasien demam tipoid
dengan leakopeni. Dosis yang dianjurkan ber4kisar antara 75-150
mg/ kg berat badab sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam.
Dengan menggunakan obat ini deman tipoit turun rata- rata setelah
7-9 hari.
e) Sefalosforin generasi ketiga
Beberapa uji klinis menunjukan sefalosforin generasi ketiga
antara lain semiferazon, seftriakson, dan cefotaxin efektif untuk
demam tipoid
f) Fluorokinolon
Fluorokinolon Efektif untuk demam tipoid. Tetapi dosis untuk
lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.
23
H. Komplikasi
1. Pada usus halus
a) Pendaarahan usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Jika perdarahan banyak dapat terjadi melena, dapat
disertai nyeri perut perut dengan tanda- tanda rejatan.
b) Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ke tiga atau setelahnya dan terjadi
pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis
hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum,
yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan
diagfraghma pada foto roentgen abdomen yang dibuat dalam
keadaan tegak.
c) Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perrut yang hebat,
dinding abdomen tegang (defence musculair) dan nyeri tekan.
2. Di luar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu
meningitis, kolesitis, ensefaloppati, daan lain-lain. Terjadi karena infeksi
sekunder, yaitu bronkopneumoni.
24
I. Pengkajian Fokus
1. Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, kelelahan, malaise, insomnia, merasa gelisah dan
ansietas
2. Sirkulasi
Tanda: Takhikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses
inflamasi, dan nyeri)
TD : Hipotensi, Kulit /membrane mukosa:turgor buruk.kering,lidah
kotor,pecah-pecah(dehidrasi/malnutrsi)
3. Eliminasi
Gejala: Tekstur feses berfariasi dari bentuk lunak sampai bau atau
berair episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang
timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20-30kali/hari)
bila sudah terjadi ulkus ada perasaan dorongan/kram
(tenesmus), defekasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa
keluar feses.
Tanda: Menurunya bising usus,tidak ada peristaltic atau adanya
peristaltic yang dapat di lihat.
4. Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia,mual/muntah
Penurunan berat badan
Tanda: Penurunan lemak subkutan/massa otot dan turgor kulit buruk
Membran mukosa pucat,luka inflamasi di mulut.
25
5. Higiene
Tanda: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
Mengalami bau badan.
6. Nyeri
Gejala: Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah
Titik nyeri berpindah,nyeri tekan.
Tanda: Nyeri tekan abdomen/distensi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Komposmentis kadang dapat terjadi apatis sampai
somnolen
Tanda-tanda vital: Tekanan darah:Hipotensi.
Suhu:Meningkat 39-40C
Nadi:Bradikardi
Kepala : Bentuk mesosepal
Rambut : Tidak ada kelainan biasanya terjadi devisit perawatan dari
karena kelemahan fisik
Mata : Konjungtiva anemis,sclera tidak ikterik
Hidung : Kadang terjadi epitaksis
Mulut : Lidah kotor,membran mukosa kering dan pecah-pecah
Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran
26
Dada :
Inspeksi : Tidak ada retraksi otot bantu pernafasan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Tidak ada bunyi whazing
Perkusi : Pekak
Abdomen:
Inspeksi : Bentuk cembung
Palpasi : Hepatomegali,splenomegali,nyeri tekan kuadran kanan atas
Auskultasi : Peningkatan atau penurunan peristaltic usus
Perkusi : Kembung(meteorismus)
Eketremitas: Turgor kulit ke
Pemeriksaan Penunjang
1. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara anti gen dan antibody
(agglutinin).Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat pada
serum pasien demam tifoid,juga pada orang yang pernah tertular
salmonella dan pada orang yang pernah difaksinasi terhadap demam
tipoid.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella
yang sudah dimatikan dan diolah dalam laboratorium.maksud uji widal
27
adalah untuk mengetahui adanya agutinin dalam serum pasien yang di
sangka menderita tifoid.
Akibat infeksi salmonella typhi pasien membuat antibody
(aglutinin),yaitu:
a. Aglutinin O yang di buat karena rangsang antigen O (berasal dari
tubuh kuman)
b. Aglutinin H karena rangsangan antigen H(berasal dari flagella
kuman)
c. Aglutinin Vi karena rangsangan antigen Vi(berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O danH yang di
temukan titernya untuk diagnosis.makin tinggi titernya ,makin besar
kemungkinan pasien menderita demam tifoid.pada infeksi yang aktif,titer
uji widal akan meningkat.pada pemeriksaan ulang yang di lakukan
selang paling sedikit 5 hari.
2. Sering kali meningkat tetapi kembali setelah pemeriksaan SGOT dan
SGPT sembuhnya normal demam tipoid ..kenaikan SGOT dan SGPT ini
tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
3. Biakan darah(biakan empedu)
Biakan darah positif memastikan demam tipoid,tetapi biakan darah
negative tidak mengingkarkan demam tipoid.Biakan empedu basil
salmonella typhosa dapat di temukan dalam darah pasien pada minggu
pertama sakit.
28
4. Contoh feses
Pemeriksaan di gunakan dalam diagnosa awal dan selama kemajuan
penyakit)terutama yang mengandung mukosa, darah, pus dan organisme.
5. Darah lengkap dapat menunjukan anemia hiperkronik (penyakit aktif
umum terjadi sehubungan dengan kehilangan darah dan kekurangan
besi.Leukositosis dapat terjadi khususnya ada kasus berat atau
komplikasi dan pada pasien dengan terapi pada pasien dengan terapi
steroid.
J. Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda
tetapi saling berkaitkan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dn
perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan
mengenai pertumbuhan dan perkembangan perdefinisi adalah sebagai berikut
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
jumlah besar, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun indifidu,
yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilo gram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolic (refensi,
kalsium, dan nitrogen tubuh.
2. Perkembangan (defelopment) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan. Sebai hasil dari proses sebagai hasil
pematangan, disini menyangkut adanya proses diferensial dari sel- sel
29
tubuh, jaringan tubuh, organ- organ dan sistim organ yang berkembang
sedemikian pula sehingga masing- masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil dari intraksi dengan lingkungan.
30
K. Pathways
Sumber : Sylvia A. Price 1992
Supriyadi & Yuliani Rita 2006
Etiologi : Makanan dan minuman yang
mengandung bakteri salmonelela typhi
Masuk melalui mulut
Masuk saluran pencernaan
Bakteri mengadakan multipikasi di usus besar
Bakteri mengadakan multipikasi di usus besar
Melalui duktus toraktus Nafsu makan turun: mual, muntah
Peredaran darah Suplai nutrisi kurang/tidak adekuat
Proses infeksi Kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kelemahan fisik Merangsang peristaltic usus Kuman berkembang biak
Diare/konstipasi
Gg. Eliminasi BAB
Hepatomegali/hati membesar
Gn. Rasa Nyaman Neri
Keterbatasan gerak
Intoleransi Aktivitas
Peradangan
Pelepasan zat pirigen dan sirkulasi
Endotoksin hitpotalamus oleh leukosi
Pada pusat fermogenegulasi tubuh resiko kerusakan
Demam
Kurangnya intake cairan
Hipertermi
Tirah baring yang lama
Penekanan pada daerah kulit
Ggn.Integritas kulit
Bibir kering dan pecah
Gn. Volume Cairan
31
L. Fokus Intervensi
1. Gangguan volume cairan berhubungan dengan tanda- tanda dehidrasi:
Mulut kering dan bibir pecah.
a. Tujuan :
Cairan dan elektrolit terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh
b. Kriteria hasi :
a) Mempertahankan volume sirkulasi adekuat.
b) Tanda Vital dalam batas normal.
c) Nadi perifer teraba.
d) Produksi urine terhambat
c. Interfensi :
a) Kaji produksi urine dan berat jenis
b) Observasi tannda- tanda Vital : suhu,, nadi, pernafasan
c) Anjurkan untuk banyak minum (1000- 1500 cc/hari)
d) Kaji membrane mukosa, turgor kulit, edema, dependen / perifer
pada sacrum, punggung dan kaki
e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan IV
(kristaloid: DSW,NS) dan (Koloid: Albumin)
(Dongues, 2000)
2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi dalam tubuh tidak adekuat
a. Tujuan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi selama perawatan
32
b. Kriteria hasil :
a) Pasien dapat menghabiskan porsi makan yang sudah disediakan
b) Tidak mengalami lemah, lesu, dan rasa mual dapat berkurang
c) Berat badan bertambah sesuai dengan berat badan ideal.
c. Interfensi :
a) Kaji status nutrisi pasien
b) Pantau masukan makanan dan berat badan setiap hari
c) Sajikan makanan dalam bentuk yang menarik dan dalam
keadaan hangat
d) Kaji berapa banyak porsi makanan yang dihabiskan
e) Beri pengertian pada pasien/ orang tua tentang pentingnya
nutrisi dalam penyembuhan penyakitnya
f) Kolaborasi gizi untuk memberikan minuman yang berfariasi dan
sesuai diit porsi kecil tetapi sering
g) Kolaborasi dokter untuk pemberian vitamin
(Dongues, 2000)
3. Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi pada
dinding perut.
a. Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi nyeri berkurang selama dalam perawatan
b. Kriteria hasil :
a) Tidak kesakitan
b) pasien mengatakan nyeri berkurang, perut tidak sakit /tegang.
33
c) Ekspresi wajah tenang
c. Interfensi :
a) Kaji tingkat nyeri dengan sekala nyeri (ekspresi raut muka)
b) Beri posisi yang nyaman pada pasien
c) Kompres dingin pada bagian perut
d) Ciptakaan suasana yang nyaman dan tenang
e) Alihkan perhatian pasien (misal dengan memberikan mainan,
menonton TV)
f) Kolaborasi dokter untuk pemberian analgesic
(Dongues, 2000)
4. Gangguan Eliminasi BAB (Diare) berhubungan dengan penurunan
asorbsi dinding usus.
a. Tujuan tidak terjadi gangguan pada eliminasi (BAB) selama dalam
perawatan
b. Kriteria hasil :
a) Pasien BAB 1X sehari
b) Konsistensi lunak, tidak cair
c) Pasien tidak kembung/ kembung berkurang
d) Pasien menyatakan tidak kesulitan seelama BAB
c. Intervensi :
a) Pantau dan catat BAB iap hari
b) Timbang berat badan 1 hari sekali
34
c) Kolabborasi denngan ahli gizi inuk memberikan diit rendah
serat (TKTP), Rendah lemak
d) Sediakan pispot dan jaga agar mudah dicapai
e) Pertahankan ruangan tetap rapi agar mudah dengan cepat
kekamar mandi.
(Carpenito Lynda Juall 1998)
5. Intolerannsi aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak.
a. Tujuan :
Kebutuhan akan aktifitas terpenuhi selama dalam perawatan
b. Kriteria hasil :
a) Pasien dapat melakukan aktifitas
b) Pasien dapat melakukan gerakan-gerakan kecil
c. Intervensi :
a) Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas terutama
perawatan diri
b) Bantu pasien untuk mandi
c) Bantu pasien memakai pakaian
d) Bantu pasien dalam BAB atau BAK
e) Libatkan orang tua dalam perawatan
(Carpenito Lynda Juall 1998)
35
6. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endo
toksin pada hipotallamus, perubahan pada regulasi temperature
a. Tujuan :
a) Rasa nyaman terpenuhi setelah suhu tubuh sampai dengan
normal (36- 37 )
b. Kriteria hasil:
a) Pasien merasa nyaman
b) Kulit tidak terasa kering
c) Muka tidak merah
c. Intervensi :
a) Kaji peningkatan suhu tubuh
b) Anjurkan untuk tidak memakai slimut/ pakaian tebal
c) Anjurkan banyak minum (1000- 1500 CC)
d) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic
(Dongues, 2000)
7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubbungan dengan penekanan yang
terlalu lama/ berbaring yang lama
a. Tujuan :
Tidak terjadi gangguan integritas kulit selama dalam masa perawatan
b. Kriteria hasil :
Tidak ditemukan tanda- tanda gangguan integritas kulit
c. Intervensi :
a) Kaji integritas kulit (Kemerahan, lecet, panas)
36
b) Inspeksi kulit terhadapadanyya kemerahan, panas, dan sianosis
c) Jaga kulit tetap bersih dan kering setelah dibersihkan
d) Beri bedak/ Talk/ krim kulit setelah mandi
e) Ganti alat tenun dan rapikan setegang mungkin stiap hari
f) Ganti posisi pasien setiap 2 jam sekali
(Tucker, 1998)