bab ii landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teknologi Informasi dan Sistem Informasi
2.1.1 Teknologi Informasi
Menurut Salleh (1999, P1) ada lima komponen sistem informasi yaitu hardware,
programs, data, procedures, dan people. Hubungan kelima komponen sistem informasi
tersebut dapat dilihat pada gambar-1 berikut :
Gambar 2.1 Lima komponen sistem informasi
7
Sedangkan menurut Information Technology Association of America (ITAA)
(Url : www.wikipedia.com), teknologi informasi adalah "the study, design,
development, implementation, support or management of computer-based information
systems, particularly software applications and computer hardware." Menurut
pengertian ini juga mengatakan bahwa teknologi informasi berkaitan dengan
penggunaan computer elektronik dan perangkat lunak untuk mengubah, menyimpan,
melindungi, memproses, mengirimkan, serta mengamankan informasi yang didapat.
Pada saat ini, penggunaan istilah teknologi informasi telah berkembang untuk
mengartikan banyak instilah pada computer dan teknologi. Pengertian dari teknologu
informasi menjadi sangat besar, dan memasuki pada banyak area. Para professional di
bidang TI melakukan banyak variasi tugas mulai dari intall aplikasi sampai mendesain
jaringan computer dan database informasi yang sangat rumit. Beberapa pekerjaan yang
dilakukan oleh para professional TI bisa termasuk manajemen data, jaringan, hardware
engineering, perangkat keras computer, database, desain perangkat lunak, serta
manajemen dan administrasi semua system yang ada.
2.1.2 Sistem Informasi
Penggunaan kata Sistem Informasi mempunyai pengertian yang berbeda :
Pada keamanan computer, system informasi bisa digambarkan dengan tiga objek
(Aceituno, 2004) :
o Structure :
Repositories, yang menahan data secara permanen atau
sementara, serperti buuuffers, RAM, atau hard disk, cache, dsb.
8
Interfaces, yang menukar informasi dengan dunia non-digital
seperti keyboards, speaker, scanner, printer, dsb..
o Channels, yang menghubungkan repositories, seperti buses, kabel,
wireless, dsb.
Sedangkan pandangan yang paling umum mengenai Sistem informasi adalah, sebuah
prose sederhana yang mempunyai rangkaian Input – Proses – Output.
2.2 Peran IT Dalam Proses Bisnis
Kemajuan teknologi informasi yang pesat telah menjadikan teknologi
informasi sebagai salah satu komponen utama dalam format perusahaan baru sebagai
hasil (Richardus Eko Indrajit, 2000). Perkembangan teknologi informasi seperti local
area network, wide area network, multimedia, data warehouse, intranet, dan internet
telah membuat perusahaan mendefinisikan kembali visi dan misi bisnisnya, terutama
yang berkaitan dengan strategi pelaksanaan bisnis.
Ada empat cara improvisasi yang dapat dilakukan terhadap proses-proses dalam
perusahaan yang ditawarkan oleh teknologi informasi (Peppard, 1995) yaitu:
1. Eliminate
Menghilangkan proses-proses yang dianggap tidak perlu lagi dilakukan jika
sistem komputer diimplementasikan, misalnya karena alasan efisiensi.
Proses-proses seperti pengecekan secara manual terhadap kalkulasi-
kalkulasi rumit yang tidak perlu lagi dilakukan setelah program berbasis
spreadsheet dikembangkan merupakan salah satu contoh dari kemudahan
yang ditawarkan teknologi informasi. Demikian pula dalam hal proses
9
pembuatan laporan-laporan beragam, baik yang bersifat periodik maupun
ad hoc yang biasanya memakan waktu berjam-jam jika harus dikerjakan
secara manual, akan hilang dengan sendirinya karena diinstalasinya suatu
laporan generator berbasis komputer.
2. Simplified
Penyederhanaan proses-proses tertentu atau pengurangan rantai proses
untuk tujuan pelaksanaan aktifitas yang lebih cepat dan murah. Kasus
klasik yang paling sering dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
melakukan simplifikasi terhadap formulir-formulir yang biasa
dipergunakan untuk tujuan kontrol internal perusahaan (karena berdasarkan
filosofi lama yang mengatakan bahwa semakin banyak SDM yang terlibat
dalam melakukan kontrol terhadap suatu proses, akan semakin baik karena
memperkecil kemungkinan terjadinya kolusi). Fasilitas komunikasi e-mail
dan workflow yang ditawarkan pada konsep intranet merupakan salah satu
alternatif yang paling efisien dan efektif untuk mempersingkat prosedur
pengajuan dan persetujuan kredit di bank. Apalagi jika teknologi tersebut
dilengkapi oleh sistem keamanan komputer yang canggih.
3. Integrate
Adalah berupa kemungkinan diintegrasikannya beberapa proses yang
biasanya ditangani oleh beberapa karyawan dari berbagai divisi yang
terpisah menjadi sebuah proses yang lebih sederhana. Dengan
diimplementasikannya jaringan komputer berskala WAN, proses
pengecekan barang di gudang yang biasanya harus melalui prosedur pada
bagian logistik dapat dilakukan pula oleh seorang salesman sehingga dapat
10
mencegah terjadinya overcommitted atau shortage terhadap pesanan
pelanggan.
4. Automate
Adalah mengubah hal-hal yang biasanya dilakukan secara manual menjadi
aktivitas mengunakan komputer.
Pada kenyataannya, tidak semua perusahaan secara penuh menggunakan keempat cara
diatas, karena pada akhirnya faktor manusialah yang menjadi faktor penentu
keberhasilan proses implementasi system informasi, dimana kegagalan terbesar
diakibatkan oleh fenomena “people don’t like to change”
2.3 Kegunaan Informasi
Menurut Romney & Steinbart (1999,p15) ada enam karakteristik agar informasi
yang dihasilkan oleh system informasi menjadi lebih berguna dan berarti sehingga
dapa memberikan kepuasan bagi penerima informasi, yaitu :
• Relevan
Informasi harus relevan yaitu mengurangi ketidakpastian, meningkatkan
kemampuan para pengambil keputusan untuk membuat prediksi, atau
konfirmasi atau perbaikan terutama pada apa yang telah diharapkan.
• Reliable
Informasi bersifar reliable artinya bebas dari kesalahan, bias dan secara akurat
menggambarkan kegiatan atau event dari organisasi
• Complete
11
Informasi harus lengkap artinya tidak dapat menghulangkan aspek-aspek
penting atas kegiatan atau event yang sedang diukur
• Timely
Informasi tersedua tepat waktu yang berguna untuk pengambilan keputusan
• Understandable
Informasi harus dapat dimengerti, informasi juga harus berguna untuk
pemakainya
• Verifiable
Isi dari informasi harus dapat memberikan persepsi yang sama bagi para
pengguna informasi
Kegunaan informasi menurut Alter (1999, p132) terdiri dari :
• Information Quality : informasi yang baik berdasarkan pada akurasi, ketepatan,
kelengkapan, tepat waktu dan personal atau organisasi yang membuat
informasi tersebut.
• Information Accessibility : Kemudahan dalam mendapatkan dan memanipulasi
informasi
• Information Presentation : Kesimpulan dan format yang dipresentasikan
kepada pemakai.
• Penggunaan informasi yang dihasilkan oleh system informasi harus sesuai
dengan kebutuhan pengguna, sehingga menimbulkan kepuasan bagi penerima
informasi.
12
2.4 Kualitas Informasi
Informasi merupakan hal yang sangat penting dalam organisasi. Tanpa informasi
maka akan menghambat kemajuan perusahaan. Kualitas informasi dihasilkan dari
suatu system informasi yang berpengaruh penting pada persepsi pengguna system
informasi mengenai kegunaan atau fungsi serta kemudahan dalam memakai system
informasi tersebut. Menurut Webber (1999, p897) ukuran kualitas informasi dapat
dilihat pada :
a. Authentivity, informasi itu harus otentik
b. Accuracy, Berati informasi itu harus benar, tidak ada kesalahan dan tidak
menyesatkan
c. Completeness, Informasi itu harus lengkap.
d. Uniqeness (No Redundancy), artinya informasi itu tidak dijelaskan secara
berulang-ulang
e. Timeliness, artinya informasi itu tidak boleh terlambat diterima oleh penerima.
f. Relevance, informasi itu harus bermanfaat bagi pemakainya.
g. Comperhensibility, Informasi itu harus meliputi banyak hal disegala bidang
secara lengkap
h. Precision, artinya informasi harus tepat memenuhi sasaran sesuai dengan
kebutuhan.
i. Conciseness, informasi itu harus ringkas dan padat isinya
j. Informativeness, berarti informasi harus bersifat informatuf artinya jelas, tidak
mengambang.
Kualitas dari informasi adalah pengukuran terhadap kualitas informasi berpusat
pada hasil keluaran yang dihasilkan oleh suatu system dan nilai, serta bagaimana
penilaian pengguna informasi terhadap fungsi atau tingkat kepentingan relative dari
13
informasi tersebut. Pada umumnya, sebagian besar cara pengukuran diatas
berhubungan dengan persepsi atau cara pandang sesorang atau kelompok.
Menurut Bailey dan Pearson (1980) terdapat sembilan karakteristik kualitas
informasi, adalah sebagai berikut :
a. Accuracy (ketepatan) - berhubungan dengan nilai atau angka – informasi harus
akurat
b. Precision (berhubungan dengan goal atau objectif yang telah di tentukan
sebelumnya) – informasi harus tepat sasaran.
c. Nilai mata uang atau ukuran-ukuran financial – Informasi tidak harus mahal
d. Ketepatan waktu dari dihasilkannya keluaran atau output – Informasi yang
dihasilkan harus tepat waktu
e. Tingkat keandalan dari informasi tersebut – Informasi harus bias diandalkan
f. Kelengkapan dari informasi tersebut – Informasi harus lengkap
g. Ringkas - Informasi haru ringkas tapi padat
h. Bentuk dari informasi tersebut.
i. Tingkat relevansi dari informasi tersebut
Hal tersebut menjadi perhatian dalam riset terhadap pengguna informasi
2.5 User Information Satisfaction (UIS)
Secara umum, tujuan dari pengembangan system informasi adalah memberikan
kontribusi efektif bagi perusahaan, menuju produktivitas yang tinggi, layanan
pelanggan yang semakin baik, kualitas dari kehidupan bekerja pengguna. Menurut
Webber (1999, p893) UIS lebih sering digunakan untuk mengukur keefektifan dan
efisiensi dan system informasi dalam melakukan penelitian system informasi
14
Efektif berhubungan dengan “doing the right thing:. Sedangkan efisiensi
menekankan pada “doing the right way”. Efektivitas mewakili pandangan
eksternal tentang apakah suatu produk yang telah dibuat sesuai dengan
kenginginan pelanggan. Efisiensi menekankan pada pandangan internal mengenai
penggunaan suatu sumber daya pada system kerja yang memproduksi suatu
output/produk (alter, 1999, P52)
a. Model pada efisiensi Sistem Informasi
ada dua alas an dilaukkan efisiensi dalam system informasi, yang terdiri dari :
1. Untuk mengevaluasi megnenai system operasional yang berjalan, untuk
menentukan performance dari system yang perlu ditingkatkan/
2. Untuk menentukan alternative system yang akan dibeli, disewa, atau
dikembangkan
b. Model pada efektivitas system informasi
Berikut ini adalah gambar mengenai efektivitas system informasi.
15
Gambar 2.2 Information System Efectiveness Model
(Sumber : Webber 1999, p894)
Bila dilihat dari model tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa model
menunjukkan suatu set hubungan hipotesa antara factor-faktor yang memiliki
pengaruh pada efektivitas system informasi. Factor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
• System Quality
16
Merupakan kualits dari system. Lebih menekankan pada komponen dari
hardware dan software dari system informasi yang dapat mempengaruhi
persepsi pengguna atas kegunaan dan kemudahan penggunaan dari system
tersebut
• Information Quality
Qualitas informasi yang dihasilkan oleh sisfo tersebut
• Perceived Usefulness
Kegunaan dari system tersebut yang dapat menunjang pekerjaan pengguna
sehingga dapat meningkatkan performance di organisasi.
• Computer Self-efficacy
Kemampuan sesorang dalam mempergunakan computer.
• Easy of Use
Kemudahan dalam menggunakan system, apabila pemakai bersikap negative
terhadap sustem yang digunakan, maka system tersebut tidak akan terpakai.
• Use
Pengguna dapat mengetahui kegunaan dari system dan kemudahann dalam
penggunaannya.
• Organization Impact
Apabila pengguna memperoleh pengaruh positif terhadap system, maka secara
tidak langsung dapat memberikan nilai positif bagi perusahaan.
• Individual Impact
Pengaruh dari system informasi pada pengguna dapat ditunjukkan dengan
beberapa cara. Ada dua hal yang berpengaruh :
17
a. User task accomplishment, pencapaian tugas-tugas yang dikerjakan
oleh pengguna.
b. User Quality of working life, kualitas pengguna dalam kehidupan
bekerjanya.
• User Satisfaction
Definisi dari Remenyi, Money dan Twite (1995, p119) kepuasan pemakai
secara umum dipercaya sebagai hasil dari perbandingan antara harapan (atau
kebutuhan) pemakai terhadap system informasi dengan kinerja sisfo yang
dilihat pada sejumlah aspek dari system informasi.
Secara spesifik, dikatakan bahwa pandangan keseluruhan terhadap fungsi-
fungsi system informasi dipengaruhi oleh besar dan arahan kesenjangan antara
harapan dan kinerja. Kesenjangan positif/negative terjadi pada saat kinerja
melebihi/dibawah harapan. Kesenjangan positif telah disia-siakan, sementara
kesenjagan negarif yang besar mengidentifikasikan suatu kebutuhan akan
peningkatan kinerja.
Kepuasan pelanggan terletak pada kualitas pelayanannya. Pada dasarnya,
dalam meilih produk atau jasa yang dibutuhkannya, seorang pelanggan akan
mencari perusahyaan yang menjual produk atau jasa tersebut. Lebih murah,
lebih baik, dan lebih cepat. Disinal peran system informasi sebagai komponen
utama dalam memberikan keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu
kunci kinerja perusahaan adalah pada proses yang terjadi baik di dalam
perusahaan maupun berlangsung bersingguan dengan pelanggan. Dengan
memfokuskan diri pada penciptaan proses yang efisien, efektif terkontrol
dengan baik sebuah perusahaan akan memiliki kinerja yang andal (Indrajit,
2000, pp13-14)
18
Menurut L.Arunachalam dalam open internet jurnalnya yang berjudul
“Theoritical Framework to measure the user satisfaction in internet banking” (2006)
Konsep user satisfaction sudah digunakan sejak awal tahun 1980 (Bailey & Pearson,
1983; Ives, Olson, & Baroudi, 1983) dan untuk end user computer satisfactions sudah
dipelajari sejak tahun 1980 (Bailey & Pearson, 1983; J. Chin, Diehl, & Norman, 1988;
Ives et al., 1983; Rivard & Huff, 1988; Rushinek & Rushinek, 1986). Bailey et al.
(1983) menyatakan bahwa ada beberapa factor yang mempengaruhi kepuasan
pengguna dan itu besa dilihat sebagai sikap yang dua dimensi. User satisfaction bias
dilihat sebagai penjumlahan dari berbagai persaan pengguna dan sikap terhadap
beberapa factor yang berpengaruh pada sistuasi yang digunakan (Bailey et al., 1983).
Akhir-akhir ini, telah berkembang keingintahuan kepada User Experience
(Hiltunen et al., 2002; Lindgaard & Dudek, 2003; Wilson & Sasse, 2004), yang bisa
dilihat sebagai konsep yang lebih besar daripada sekedar user satisfaction. User
experience telah menjadi sesuatu yang sangat penting pada factor e-business karena
end user seringkali membayar produk dan jasa yang paling banyak, yang dapat di
indikasikan bahwa karakteristik produk seperti Usability, Usefulness, Appeal, dan
Value of Money haruslah sesuai dengan ekspektasi user terhadap suatu produk.
(Wilson & Sasse, 2004). Dari persepektif ini, mengukur user experience sangatlah
perlu untuk berbagai produk dan jasa teknologi (Wilson & Sasse, 2004).
Lindgaard & Dudek (2003) menyatakan bahwa user experience mengandung
beberapa rasa “kepuasan”. Mereka mendefinisikan bahwa “kepuasan” user adalah
sebuah kumpulan subjectif dari pengalaman yang saling berinteraksi. Akhir-akhir ini,
Tractinsky, Katz, & Ikar (2000) menunjukkan bahwa estetika dan anggapan pengguna
berkaitan kuat satu dengan yang lainnya. Mereka menyatakan bahwa "kecantikan"
atau "banding" adalah terkait dengan persepsi kegunaan, dan akibatnya apa yang
19
dianggap indah juga dianggap bermanfaat. Namun, Lindgaard & Dudek (2003)
menyatakan bahwa usaha mereka untuk konsumen situs web (B2C) mendapat nilai
tinggi tetapi dianggap rendah dari nilai kegunaan dibanding pengguna yang
dihasilkannya sangat tinggi kepuasan, tetapi dianggap rendah nilai kegunaan,
menunjukkan bahwa apa yang dianggap perlu indah tidak juga dapat dirasakan
bermanfaat.
Lindgaard & Dudek (2003) menekankan bahwa estetika, emosi, harapan, dan
kegunaan likeability semua mempengaruhi pengalaman interaktif, tetapi mereka
tergantung pada situasi saat ini. Selain itu, mereka menyatakan bahwa kegunaan
adalah faktor penting dalam mengalami situs interaktif B2C, tetapi tidak dikenal
adalah interaksi pengguna dengan situs B2C apakah kegunaan atau didorong
kepuasan. Mereka menyarankan hasil yang web designer harus memperhatikan baik
visual banding dan kegunaan. Bailey dkk., (1983) melaporkan bahwa HCI kebutuhan
penelitian yang jelas definisi kepuasan pengguna, termasuk yang lengkap dan valid
mengatur faktor dan instrumen yang mengukur fenomena ini. Lindgaard & Dudek
(2003) menambahkan bahwa HCI peneliti harus merumuskan yang jelas pengalaman
pengguna gagasan, dimana hubungan antara kepuasan, banding, dan dirasakan
kegunaan sebenarnya akan ditentukan. Kepuasan pengguna dan kegunaan pengukuran
berikutnya akan jelas.
Secara umum, antarmuka pengguna dapat dievaluasi dengan berbagai cara
(Chin J. dkk., 1988). Selain itu, ia telah menyatakan bahwa setiap komponen dari
kegunaan seperti efektifitas, efisiensi dan kepuasan dapat diperiksa dengan
menggunakan salah satu tujuan atau langkah-langkah subyektif (Nielsen, 1993; ISO
9241-11, 1998). Pengguna kepuasan terutama yang telah diperiksa dengan ukuran-
ukuran subyektif seperti beberapa item-pengguna kuesioner (Chin J. dkk., 1988;
20
Lewis, 2002; Lindgaard & Dudek, 2003). Selain itu, subjek kepuasan, yang diukur
dalam tes pengguna, juga telah digunakan sebagai indikator kepuasan pengguna,
namun dengan hasil yang kontradiktif (Catatan & Swan, 2003). Baru-baru ini,
pendekatan lain seperti tujuan pengukuran dari pengalaman pengguna telah
diperkenalkan (Sasse & Wilson, 2004).
Wilson & Sasse (2004) menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus tujuan
fisiologis, langkah-langkah seperti kulit yang dpt menyalurkan arus listrik, detak
jantung berdebar-debar dan volume darah dapat mengungkapkan pengguna 'tanggapan
terhadap produk yang mereka tidak menyadari baik, atau tidak dapat di ingatan
penilaian subyektif setelah sesi tes . Namun, ada beberapa masalah dalam
menggunakan fisiologis langkah-langkah untuk menganalisa kepuasan pengguna dan
pengalaman pengguna. Misalnya, analisis data dan belajar untuk menggunakan
peralatan yang memakan waktu lama, peralatan dan finansial dan sensor mahal (Sasse
& Wilson, 2004). Selain itu, interpretasi pengguna, proses mental dan pengalaman
yang berisi masalah sulit, bahkan di tempat studi yang jelas dan menimbulkan efek
hubungan telah diturunkan (Ward & Marsden, 2004). Karena ini masalah fisiologis,
penelitian ini terkonsentrasi pada memeriksa bagaimana pengalaman pengguna
internet perbankan dapat dievaluasi dengan menggunakan langkah-langkah subyektif.
Banyak penelitian telah terkonsentrasi pada pengembangan alat untuk mengukur
kepuasan pengguna (Chin J. dkk., 1988; Rivard 1988), kepuasan pengguna informasi
(W. Chin & Lee, 2000; Ives dkk., 1983) dan kegunaan ( Lin, Choong, & Salvendy,
1997). Secara umum, pengukuran kepuasan pengguna telah digunakan skala likert atau
skala diferensial dengan baik.
Menurut jurnal yang ditulis oleh Chun-Hoon Park, Young-Gul Kim “The
Effect of Information Satisfaction and Relational Benefit on Consumers' Online
21
Shopping Site Commitments” (2006). Information Satisfaction merujuk pada
kepuasaan atau ketidakpuasan dengan keseluruhan menghadapi layanan informasi
(Crosby & Stephens, 1987), yang berarti navigasi melalui halaman Web dan isi dalam
konteks sebuah layanan online. Hal ini berbeda dari keseluruhan kepuasan yang
merujuk kepada konsumen secara keseluruhan evaluasi dari sebuah organisasi
berdasarkan semua mendapatkan pengalaman dan dengan organisasi yang khusus
(Jones & Suh, 2000). Information satisfaction juga dapat diartikan sebagai
konsepsualisasi informasi kepuasan emosional sebagai reaksi atas pengalaman yang
diberikan oleh keseluruhan informasi layanan (Westbrook, 1983).
Kualitas informasi dan kualitas antarmuka pengguna yang diyakini
mempengaruhi kepuasan pengguna informasi (DeLone & Hani, 2004; Wang & Kuat,
1996). Informasi yang disediakan oleh toko online yang dibagi ke dalam informasi
produk dan layanan informasi. Informasi produk termasuk produk atribut informasi,
rekomendasi konsumen, laporan evaluasi, dan sebagainya. Layanan informasi yang
paling toko online termasuk memberikan informasi keanggotaan, FAQ, pemesanan
dan pemberian informasi, promosi, dan sebagainya.
Untuk mengevaluasi informasi produk dan layanan, kami mengadopsi enam
komponen informasi kualitas dari penelitian kepuasan pengguna informasi. Mereka
adalah relevansi, kebaruan, kecukupan, playfulness, konsistensi, dan understandability
(DeLone & Hani, 2004; Moon & Kim, 2001; Wang & Kuat, 1996). Informasi yang
disampaikan oleh toko online harus mendukung layanan pelanggan produk dan
pencarian. Informasi tersebut harus berguna dan relevan untuk Memprediksikan
kualitas dan utilitas dari sebuah produk atau layanan (Wolfinbarger & Gilly, 2001).
Untuk memuaskan konsumen, informasi tersebut harus up-to-date dalam presentasi
produk dan layanan, mencukupi untuk membantu konsumen membuat pilihan, yang
22
konsisten dalam mewakili format dan konten, dan mudah untuk dipahami (McKinney
dkk., 2002; Wang & Kuat, 1996; Zhang dkk., 2000). Kenikmatan, hiburan, dan humor
adalah faktor penting untuk membentuk konsumen revisiting intensi ke situs Web
(Childers dkk., 2001; Koufaris, 2002; Moon & Kim, 2001; O'Cass & Fenech, 2003).
Oleh karena itu, playfulness merupakan faktor penting dalam Web berbasis presentasi
informasi.
User interface adalah kualitas yang berkaitan dengan sistem tata letak, navigasi
urutan, dan kenyamanan untuk mencari produk atau informasi atau hanya untuk
mencari (Hong dkk., 2004; McKinney dkk., 2002; Molla & Licker, 2001; Szymanski
& Hise, 2000). Karena sebuah transaksi pembelian dapat adversely dipengaruhi oleh
masyarakat miskin toko online desain, adalah penting untuk memahami efek dari
berbagai organisasi dan tata letak, browsing, dan fitur navigasi pada konsumen
perilaku intensi (Hong dkk., 2004; Kehilangan & Spiller, 1998). Toko online
memudahkan navigasi konsumen dengan menyediakan fitur-fitur seperti fungsi
pencarian, petunjuk navigasi, dan peta situs. Jadi dalam penelitian ini, kami
dikembangkan item yang sesuai untuk kemudahan navigasi dan kenyamanan untuk
mencari dan memesan produk sebagai user interface kualitas tindakan.
Satu lagi faktor penting yang mempengaruhi kepuasan informasi di Web
adalah keamanan lingkungan. Konsumen adalah bersangkutan tentang keamanan
pembayaran online, kehandalan, dan kebijakan privasi dari toko online (Gefen, 2000).
Jadi keamanan merupakan faktor penting dalam mendapatkan dan mempertahankan
konsumen sebagai pengguna layanan belanja online. Pada dasarnya, keamanan e-
commerce dapat dibagi menjadi keprihatinan tentang otentikasi pengguna dan
keprihatinan tentang keamanan data dan transaksi (Elliot & Fowell, 2000; Gauzente,
2004; Liu dkk., 2004; Szymanski & Hise, 2000). Menurut penelitian sebelumnya,
23
seperti persepsi risiko keamanan menurun, kepuasan dengan layanan informasi dari
toko online diharapkan meningkat.
Instrumen UIS telah berhasil digunakan untuk mengukur kepuasan di
lingkungan IS . UIS adalah yang paling banyak digunakan adalah kepuasan dalam
instrumen. "Hasil menyarankan potensi manfaat dalam mengukur kepuasan pengguna
dalam lingkungan yang tradisional, dimana internal departemen TI dalam suatu
organisasi dan menyediakan layanan memonitor semua". Dukungan bahkan telah
ditemukan untuk UIS instrumen yang di outsourcing, di mana telah ditemukan baik
yang handal dan ukuran yang berlaku adalah kepuasan. Singkat perkembangan sejarah
instrumen berikut.
Penelitian Battery dan Pearson
Instrument UIS asli dikembangkan pada tahun 1983. Penulis memulai dengan
review dari 22 komputer dan studi kepuasan pengguna. Mereka mengumpulkan daftar
36 faktor yang berbeda. Setelah kompilasi dari 36 faktor, tiga pengolah data
profesional diminta untuk meninjau daftar. Profesional yang menyarankan dua faktor
tambahan akan ditambahkan. Selanjutnya, juga dilakukan wawancara dengan 32
manajer menengah di delapan organisasi. Para manajer diminta untuk berpikir tentang
hubungan dengan masa lalu dan saat ini tentang produk computer dan layanan.
Wawancara direkam dan kemudian dianalisa untuk menentukan faktor yang
disebutkan dalam wawancara. Faktor dari setiap responden telah dihantar kepada
mereka dan mereka diminta untuk membuat peringkat pentingnya masing-masing.
Sebanyak 13 faktor yang disebutkan tidak termasuk dalam daftar 38 faktor. Dari
jumlah tersebut 13, satu disebutkan empat kali dan itu ditambahkan ke dalam daftar
untuk total 39 faktor.
24
Langkah tersebut untuk mengembangkan suatu instrumen yang diukur
pengguna terhadap reaksi faktor yang sudah diambil. Penulis memutuskan untuk
mengukur faktor menggunakan skala dua dimensi yang digunakan teknik diferensial
untuk mengukur makna konsep. Teknik menggunakan adjectives untuk menjelaskan
bagaimana seorang responden merasa tentang konsep. Sebanyak empat pasangan kata
sifat bipolar yang digunakan untuk setiap item (dan satu puas / tdk puas pasangan
ditambahkan untuk kemudian berlaku pengujian), dengan tujuh poin skala likert
menggunakan pengajaran qualifiers berikut: sangat, cukup, sedikit, tidak / sama,
sedikit , Cukup, dan sangat ekstrim.
25
Tabel 2.1 Major Research at UIS
Sumber : www.proquest.com (2007)
Ajektiva tanggapan pasangan yang telah ditetapkan nilai-nilai-3, -2, -1, 0, 1, 2,
dan 3 untuk masing-masing suku dua pasangan respon, dengan -3 yang berlabuh di
"sangat" sisi negatif dari skala. Jenis kepuasan kemudian dihitung dengan rata-rata
empat ajektiva nilai per item. Summing individu objek yang menjadi nilai keseluruhan
skor untuk kepuasan pengguna.
Analisis berbeda digunakan dalam pengujian kehandalan untuk memperkirakan
pengukuran kesalahan. Total tentangnya adalah terdiri dari komponen pasangan
karena perbedaan, perbedaan antara masing-masing subjek, dan pengukuran
kesalahan. Kehandalan untuk instrumen dihitung untuk setiap faktor, dengan 32 lebih
26
besar dari 39 koefisien ,90. Koefisien rata-rata adalah ,93, sehingga hanya sedikit
berbeda dari respons terjadi karena kesalahan pengukuran. Kemapanan adalah
instrumen sehingga didukung.
Konten, input, dan dibagi validitas tes tersebut dilakukan. Konten berlaku jika
dikaji semua aspek atribut yang diukur. Bailey dan Pearson komentar bahwa
metodologi yang digunakan untuk mendapatkan dan memodifikasi daftar faktor
menyarankan konten berlaku. Selain itu, produk saat koefisien korelasi dihitung untuk
setiap kombinasi kata sifat pasangan. Skala yang bermaksud untuk mengukur atribut
yang sama harus positif. Siswa t-distribusi yang digunakan untuk menguji signifikan
koefisien yang dihasilkan. Semua kecuali 1 dari 234 koefisien adalah signifikan pada
tingkat 0,05.
Input berlaku adalah kemampuan sebuah alat untuk memprediksi di luar
perbatasan dari penelitian saat ini. Input berlaku biasanya dengan administrasi yang
sama, didirikan instrumen instrumen dan membandingkan hasil. Para peneliti kesulitan
mencari suatu instrumen yang diuji konsep serupa. Dalam ketiadaan, responden
diminta untuk menilai kepuasan mereka keseluruhan. Korelasi antara keseluruhan
kepuasan dan instrumen hasil adalah 0,79, yang "tinggi mempertimbangkan fakta
bahwa self-penilaian skor hanya dapat mengambil salah satu dari tujuh nilai" Hasil tes
ini menunjukkan instrumen tidak memprediksi sendiri dinilai kepuasan.
Pembangunan menggunakan diuji berlaku adalah self-peringkat dinilai dari
faktor. Dalam rangka penelitian ini, faktor kepuasan seperti yang ditunjukkan oleh
responden akan menjadi faktor penting dalam instrumen juga untuk mencapai dibagi
berlaku. Peringkat Spearman yang Koefisien Korelasi dihitung di 0,743. Daftar faktor
dan mereka pentingnya peringkat bertepatan dengan masa lalu adalah kepuasan
penelitian, oleh karena itu memberikan dukungan untuk menggagas berlaku.
27
The Bailey dan Pearson (1983) UIS instrumen kepuasan membuat kontribusi
signifikan bagi literature kepuasan. Sumbangan pertama adalah definisi kepuasan
pengguna komputer. Sumbangan kedua adalah pembangunan yang handal dan
kepuasan instrumen yang berlaku.
Penelitian Ives, Olson, dan Baroudi
Ives, Olson, dan Baroudi (1983) mengevaluasi 39 item Bailey Pearson-
instrumen dengan sampel 800 manajer produksi di organisasi manufaktur US. Surat
pertama meliputi Instrumen Bailey-Pearson. Surat kedua yang digunakan adalah dari
empat item mengukur kepuasan.
Empat tujuan yang ditetapkan oleh Ives dkk termasuk:
1. Menguji teori Bailey -Pearson termasuk hasil validitas instrumen
2. memperkuat keabsahan lebih lanjut melalui pengujian instrumen
3. mengurangi keseluruhan panjang instrumen sambil mempertahankan
kehandalan dan struktur skala yang ada
4. mengembangkan "bentuk singkat" yang merupakan ukuran global kepuasan
Masing-masing dari 39 item untuk dianalisa keandalan, konten berlaku, input
berlaku, dan bangunan yang berlaku. Sehubungan dengan kehandalan, Cronbach's
alpha digunakan pada antar-item dan nilai keseluruhan. Individu kehandalan nilai
berkisar dari 0,82 ke 0,97. Keseluruhan instrumen mengukur kehandalan dari 0,97
dihitung juga. Hasil yang serupa dengan yang dilaporkan oleh Bailey dan Pearson
(1980).
28
Semua korelasi antar-item yang positif dan signifikan pada tingkat 0,001.
Korelasi antara 39 dan empat item-item instrumen menunjukkan signifikan pada
tingkat 0,001. Korelasi yang terbatas hanya memberikan dukungan untuk konten
berlaku dengan sendirinya. Ketika mempertimbangkan korelasi dan metodologi yang
Bailey dan Pearson digunakan dalam pengembangan 39 faktor, dukungan yang kuat
untuk konten berlaku disediakan.
Untuk tes untuk input berlaku, Ives dkk mengambil keseluruhan nilai dari
empat-instrumen dan item tersebut berkorelasi terhadap keseluruhan nilai yang
diperoleh dari Bailey dan Pearson instrumen. 0,55 korelasi yang telah diperoleh, yang
signifikan pada tingkat 0,001. Similar results oleh Bailey dan Pearson menunjukkan
input validitas instrumen.
Pembangunan berlaku telah diuji dengan menggunakan analisis faktor dan nilai
korelasi. Faktor analisis yang disediakan di 22 item memuat lebih besar dari 0.50.
Faktor-faktor termasuk EDP (pengolahan data elektronik) dan staf layanan, informasi
produk, dukungan vendor, informasi produk, dan pengetahuan atau keterlibatan.
Meskipun tidak memperoleh faktor loadings disediakan, faktor analisis mendukung
keberadaan skala struktur yang logis. Kedua ini dibagi validitas tes berkorelasi total
nilai barang dan nilai. Semua 39 korelasi yang signifikan pada tingkat 0,001. Dengan
demikian, kedua tes memberikan dukungan positif untuk menggagas berlaku.
Setelah pengujian untuk kehandalan dan validitas dari 39-item instrumen, Ives
dkk. berikutnya berusaha untuk meningkatkan kualitas instrumen. Pendekatan yang
pertama adalah untuk peringkat item oleh kehandalan, konten validitas, dan validitas
konsepsi nilai. Sepuluh item dengan nilai terendah dalam setiap kategori yang diuji.
Sebanyak enam entri telah dihapus. Dukungan dari Bailey dan Pearson (1980) telah
29
digunakan dalam proses penghapusan dengan mempertimbangkan pentingnya
peringkat diajukan oleh manajer menengah.
Jumlah total item telah dievaluasi dan langkah-langkah yang diambil untuk
mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk melengkapi alat dari 20-30 menit
diperlukan dari formulir panjang. Inter-item korelasi yang dihitung dengan
menggunakan empat kata sifat pasangan untuk setiap item. Kedua nilai terendah dari
pasangan yang jatuh setiap item. Setelah mengeluarkan item, korelasi yang lagi
dihitung menggunakan data yang ada tanggapan yang diperoleh dari sebelumnya.
Dukungan diberikan untuk direvisi instrumen direvisi berdasarkan nilai validitas dan
kehandalan.
Untuk kembali penurunan jumlah waktu yang diperlukan untuk melengkapi
instrumen, dan untuk menyediakan secara ukuran adalah kepuasan, sebuah "bentuk
singkat" instrumen telah dibangun. Langkah pertama adalah untuk menghapus item
yang terkandung yang "tidak diingini psychometric karakteristik" Selanjutnya, mereka
hanya item yang memuat faktor sedikitnya skor 0,50 dianggap. Ketiga, yang tersisa
hanya item yang dibangun dengan dua kata sifat pasangan sisa dari proses sebelumnya
penghapusan. Hasil singkat bentuk instrumen diikuti oleh 13 item dan kemudian diuji
secara empiris. Total kepuasan jangka pendek dari formulir item berkorelasi terhadap
item yang tidak termasuk dalam bentuk singkat, sehingga dalam korelasi dari 0,90
(signifikan pada tingkat 0,001). Pendek formulir total juga berhubungan dengan
empat-item mengukur kepuasan, memberikan korelasi dari 0,54 (signifikan pada
tingkat 0,001). Korelasi dari nilai 0,90 dan 0,54 memberikan bukti pendek bahwa
menyediakan formulir yang memadai keterwakilan asli Bailey dan instrument Pearson
(1980).
30
Sebagai hasil dari analisis faktor dilakukan selama singkat-bentuk pembangunan,
tiga faktor yang ditemukan. Setiap faktor yang dijelaskan di bawah ini.
1. Staf EDP dan Jasa. Faktor ini adalah responden sendiri dilaporkan penilaian
dari sikap dan respon dari staf EDP serta kualitas hubungan mereka dengan
staf EDP.
2. Informasi Produk. Faktor ini adalah responden sendiri dilaporkan penilaian
kualitas output yang diberikan oleh sistem informasi.
3. Pengetahuan dan keterlibatan. Faktor ini adalah responden sendiri dilaporkan
penilaian kualitas pelatihan yang diberikan, mereka pemahaman tentang
sistem, dan partisipasi mereka dalam pembangunan.
User Information Satisfaction menurut Omar dan Lascu (1993). adalah
operationalized sebagai rangkuman dari bobot penilaian kinerja di seluruh sistem
informasi atribut, di mana bobot kinerja dihitung dengan mengalikan atribut kinerja
dengan dinormalkan pentingnya berat, sebagai berikut: UIS = SUM (*
PENTINGNYA KINERJA). Omar dan Lascu (1993) menunjukkan bahwa
operationalizing UIS sebagai mengukur bobot daripada perbedaan skor yang
dihasilkan item yang berhubungan dengan global yang lebih tinggi kepuasan
pertanyaan. Selain kinerja dan pentingnya item, kuesioner yang terdapat demografis
dan pekerjaan yang berhubungan dengan pertanyaan, serta global kepuasan
pertanyaan, menanyakan mata pelajaran untuk menilai pada skala tujuh titik mereka
keseluruhan kepuasan dengan komputer berbasis sistem dalam organisasi mereka.
31
2.6 Pengukuran kepuasan pengguna
Banyak penelitian yang dilakukan untuk menemukan cara mengukur tingkat
kepuasan pengguna. Seperti Delone dan Mclean (1992) melakukan pengkajian
terhadap berbagai factor untuk mengukur keberhasilan sebuah system informasi.
Mereka menemukan saling keterkaitan diantara ke enam factor yaitu : kualitas
informasi, kualitas system, penggunaan, kepuasan pengguna, pengaruh pada individual
serta pengaruh organisasi seperti pada gamabr 2.2 berikut ini :
Gambar 2.3 DeLone and McLeans’s Model of IS Success
(Sumber : DeLone and Mclean, 1992. p87)
Seddon dan Kiew (1996) mencoba menggambarkan ulang model
DeLone dan Mclean tersebut dalam suatu path model (gambar 2.4) yang menunjukkan
hubungan yang lebih jelas. Setelah melakukan pengujian sebagian terhadap model
tersebut mereka menyetujui adanya pengaruh dari Information Quality, System
Quality, dan Usefullness terhadap kepuasan pengguna. Model yang digunakan Seddon
dan Kiew adalah seperti terlihat dalam gambar 2.4 berikut ini :
32
Gambar 2.4, Model Kepuasan Seddon & Kiew
(Sumber : Seddon & Kiew, 1996)
Menurut Seddon & Kiew (1996), Jika factor usefulness digunakan untuk
mengukur kepuasan, maka perlu diperhatikan factor tingkat kepentingan dari system
bagi pengguna. Factor information quality berhubungan dengan hal-hal seperti
timeliness, accuracy, relevance, dan format dari informasi yang disajikan oleh sebuah
system informasi. System quality meliputi hal-hal seperti ada tidakya bugs dalam
system, konsistensi dari user interface, response rate pada system interaktif,
dokumentasi dan terkadang dari source code serta maintanibility daru source code
tersebut (Seddon & Kiew, 1996, P4)
33
Menurut Remenyi, Money dan Twite (1995, p119-121) ada dua
pendekatan yang dipergunakan untuk mengukur kesenjangan kepuasan pemakai sisfo
yang terdiri dari :
A. The Kim Model
Merumuskan kepuasan pengguna dipengaruhi oleh kesenjangan antara
harapan penggunaan sebelum implementasi dan pengalaman pengguna
dalam menggunakan system, serta dipengaruhi oleh berbagai factor dalam
organisasi.
B. The Miller-Doyle Approach
Mencoba merumuskan kepuasan pengguna dengan berusaha
mengidentifikasi kebutuhan pengguna melalui derajat kepentingan yang
ditentukan pengguna pada berbagai factor dari system informasi dengan
menggunakan kuesioner. Selain itu model tersebut juga menilai
kemampuan dan kinerja system informasi dari mata penggunanya.
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan Miller-Doyle. Dimana kusioner
dibagi menjadi 4 bagian (Remenyi, Twite, Money, 1995, p124) dimana bagian I berisi
pertanyaan mengenai informasi karyawan seperti jenis kelamin dan jabatan. Bagian II
berisi 31 pertanyaan mengenai berapa baik kinerja yang selama ini di dapat dengan
skala pengukuran 1 = sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju. Bagian III berisi
seberapa besar harapan pemakai pada system yang ditawarkan dengan skala 1 = sangat
tidak puas dan 5 = sangat puas. Dan bagian akhir, yaitu bagian IV berisi 5 pertanyaan
yang mengukur kepuasan karyawan terhadap system informasi secara keseluruhan.
34
2.7 Sistem Perkoperasian
2.7.1 Pengertian koperasi
Menurut pandangan DR. Wirjono Prodjodikoro, SH, Koperasi adalah bersifat
suatu kerjasama antara orang-orang yang termasuk golongan kurang mampu, yang
ingin bersama untuk meringankan beban hidup atau beban kerja. (R.T Sutantya
R.Hadikusua, S.H dan Dr. Sumantoro, hal 127 ).
Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Koperasi adalah badan usaha
yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan
anggotanya.
Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu:
a. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi;
b. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota
koperasi yang memiliki lingkup lebih luas.
Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998),
disebutkan bahwa karateristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha
lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya
anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.
Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, di
mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang
35
diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut Sisa Hasil Usaha
atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi,
misalnya dengan melakukan pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau
penjualan yang dilakukan oleh si anggota.
2.7.2 Sejarah dan Gerakan Koperasi
Gerakan koperasi digagas oleh Robert Owen (1771–1858), yang menerapkannya
pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Gerakan
koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William King (1786 -1865) – dengan
mendirikan toko koperasi di BrightonU, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan
publikasi bulanan yang bernama The Cooperator, yang berisi berbagai gagasan dan
saran-saran praktis tentang mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi.
Koperasi akhirnya berkembang di negara-negara leinnya. Di Jerman, juga besdiri
koperasi yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan koperasi buatan
Inggris. koperasi-koperasi di Inggris didirikan oleh Charles Foirer, Raffeinsen, dan
Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc mendirikan koperasi produksi yang
mengutamakan kualitas barang. Di Denmark Pastor Christiansone mendirikan koperasi
pertanian.
Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto,
Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan
membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. Koperasi tersebut lalu
berkembang pesat dan akhirnya ditiru oleh Boedi Oetomo dan SDI. Belanda yang
36
khawatir koperasi akan dijadikan tempat pusat perlawanan, mengeluarkan UU no. 431
tahun 19 yang isinya yaitu :
• Harus membayar minimal 50 gulden untuk mendirikan koperasi
• Sistem usaha harus menyerupai sistem di Eropa
• Harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral
• Proposal pengajuan harus berbahasa Belanda
Hal ini menyebabkan koperasi yang ada saat itu berjatuhan karena tidak
mendapatkan izin Koperasi dari Belanda. Namun setelah para tokoh Indonesia
mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan UU no. 91 pada tahun 1927, yang
isinya lebih ringan dari UU no. 431 seperti :
• Hanya membayar 3 gulden untuk materai
• Bisa menggunakan bahasa daerah
• Hukum dagang sesuai daerah masing-masing
• Perizinan bisa didaerah setempat
Koperasi menjamur kembali hingga pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU
no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun
1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai.
Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis dan menjadi
alat jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat.
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di
Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini
kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.
37
2.7.3 Fungsi dan Peran Koperasi
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan
peran koperasi sebagai berikut:
• Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
• Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat
• Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya
• Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional,
yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi
2.7.4 Prinsip Koperasi
Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi, yaitu:
• Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
• Pengelolaan dilakukan secara demokratis
• Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota (andil anggota tersebut dalam
koperasi)
38
• Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
• Kemandirian
• Pendidikan perkoprasian
• kerjasama antar koperasi
2.7.5 Jenis-jenis koperasi
Menurut UU No.25 tahun 1992, Koperasi secara umum dapat dikelompokkan
menjadi koperasi konsumen, koperasi produsen dan koperasi kredit (jasa keuangan).
Koperasi dapat pula dikelompokkan berdasarkan sektor usahanya.
• Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi Simpan Pinjam Adalah koperasi yang bergerak di bidang simpanan
dan pinjaman
• Koperasi Konsumen
Koperasi Konsumen Adalah koperasi beranggotakan para konsumen dengan
menjalankan kegiatannya jual beli menjual barang konsumsi
• Koperasi Produsen
Koperasi Produsen Adalah koperasi beranggotakan para pengusaha kecil
(UKM) dengan menjalankan kegiatan pengadaan bahan baku dan penolong
untuk anggotanya.
• Koperasi Pemasaran
39
Koperasi Pemasaran Koperasi yang menjalankan kegiatan penjualan
produk/jasa koperasinya atau anggotanya
• Koperasi Jasa
Koperasi Jasa Koperasi yang bergerak di bidang usaha jasa lainnya.
2.7.6 Sumber modal koperasi
Menurut UU No.25 tahun 1992 , Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain,
untuk menjalankan kegiatan usahanya koperasi memerlukan modal. Adapun modal
koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman.
Modal sendiri meliputi sumber modal sebagai berikut:
• Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota
kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak
dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota
koperasi. Simpanan pokok jumlahnya sama untuk setiap anggota.
• Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh
anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, misalnya tiap
bulan dengan jumlah simpanan yang sama untuk setiap bulannya. Simpanan
40
wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi
anggota koperasi.
• Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa
Hasil usaha, yang dimaksudkan untuk pemupukan modal sendiri, pembagian
kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi, dan untuk menutup
kerugian koperasi bila diperlukan.
• Hibah
Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang
yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak
mengikat.
adapun modal pinjaman koperasi berasal dari pihak-pihak sebagai berikut:
‐ Anggota dan calon anggota
‐ Koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian
kerjasama antarkoperasi
‐ Bank dan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan perudang-undangan yang berlaku
‐ Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya yang dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
‐ Sumber lain yang sah
41
2.8 Internet Based Services
2.8.1 Internet
Definisi Internet menurut Allan Afuah dan Christoper L.Tucci dalam buku
“internet Business Model and Strategies (2003)” adalah sebagai berikut :
“the internet is a low cost standart with fast interactivity that exhibit network
externalities, moderate time, has a universal reach, acts as distribution channels and
reduce information asymetrics between transacting parties”
Secara tradisional pertukaran informasi menggunakan telepon dan fax dengan
mempergunakan infrastruktur komunikasi. Namun pada saat ini internet telah
mengambil alih cara pengiriman data. Dengan mempergunakan internet melalui
jaringan telekomunikasi elektronik pengiriman data dapat dilakukan tanpa memikirkan
jarak dan waktu. Proses pertukaran data tidak saja hanya dapat dilakukan melalui
jaringan lokal tetapi dengan itnernet proses pertukaran data dapat dilaksanakan dengan
cepat walaupun jarak berjauhan.
2.8.2 Electronic Data Interchange
Pengiriman data atau yang dikenal Electronic Data Interchange (EDI)
merupakan salah satu pilihan untuk melaksanakan komunikasi elektronik. Menurut
Seann, James dalam “Expanding the reach of electronic commerce : the internet EDI
alternative (2000)”, definisi dari EDI adalah :
42
“is a computer to computer communication method wherby trading partners in two or
more organizations exchange business transaction. the transcation consist of
documents in structure formats that can be processed by the recepient’s application
software”.
Dengan mempergunakan EDI maka cara berkomunikasi dalam suatu proses
dapat dirubah dari tradisional (berbentuk kertas) menjadi komunikasi elektronik.
Komunikasi EDI dibantu dengan bantuan jaringan private melalui third party yang
menyediakan jasa layanan Value Added Network (VAN). Melalui third party VAN
keamanan jaringan private terjamin dan biasanya third party bersangkutan juga
menyediakan perangkat lunak yang mendukung EDI.
2.8.3 Value Added Network
Definisi Value Added Network (VAN) menurut Van Wright Martin, Carol
Brown, dan De Hayes dalam buku “Managing Information Technology (2002)” adalah
sebagai berikut :
“is a data only, private, non-regulated telecommunication network. Some VAN serve a
limited audience, while others are available to any organizations that wishes to buy
the networking services”.
VAN merupakan salah satu bagian dari Wide Are Network, yang merupakan
suatu jaringan yang tidak dibatasi oleh ruang atau waktu dan transfer data tetap dapat
dilaksanakan. Dengan demikian misalnya suatu perusahaan memiliki beberapa counter
43
di tiga propinsi di Indonesia, maka melalui VAN data tetap dapat dikumpulkan secara
serentak dari tempat yang terjauh sekalipun.
2.9 Gambaran Umum KPWN
Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan lembaga
usaha berbentuk koperasi yang didirikan pada tahun 1989, dengan maksud untuk
meningkatkan kesejahteraan pegawai Departemen Kehutanan (DEPHUT) khususnya
di bidang perumahaan dan kendaraan roda dua. Sampai saat ini, jumlah debitur telah
mencapai sekitar 15.000 orang atau kurang lebih 36% pegawai negeri sipil DEPHUT
telah menikmati fasilitas dari KPWN. Kebijakan penghentian pembangunan rumah
dinas di tengah pesatnya pembangunan ekonomi dan terus bertambahnya jumlah
pegawai memang menjadi masalah tersendiri. Padahal, rumah adalah kebutuhan
primer yang paling sulit dipenuhi oleh PNS dibandingkan kebutuhan lainnya, sandang
dan pangan. Itu sebabnya tak jarang terdengar kasus-kasus menyedihkan yang menima
PNS yang telah purna tugas tapi tidak bisa memiliki rumah.
Departemen kehutanan sendiri sedikit beruntung karena ada Yayasan Sarana
Wana Jaya (SWJ). Yayasan yang di dirikan mantan menteri kehutanan DR Suedjarwo
ini berusaha membantu meringankan beban dengan menyediakan rumah bagi
karyawan kehutanan. Departemen Kehutanan. Dari sini, mereka mengikat kerjasama
dengan Bank BTN untuk membangun perumahan melalui kredit konstruksi.Tahun
1986, yayasan SWJ juga membantu perumahan karyawan Dephut di Kompleks
perumahan Selakopi, Bogor. Berbeda dengan perumahan Cileduk Jakarta, dimana
kredit dilakukan antara karyawan Bank BTN, kali ini ayaysan SWJ sendiri yang
44
membangun rumah. Dengan demikian, perkankian kredit pun dilakukan antara
karyawan Departemen Kehutanan dengan yayasan SWJ.
Selain di JABOTABEK, aktivitas bantuan pembangunan perumahan dilakukan
yayasan SWJ di sejumlah daerah. Aktivitas itu antara lain tercatat di Nusa Tenggara
Barat, Irian Jaya dan Timor-Timur. Namun kemampuan yayasan ini memang terbatas,
sehingga sebagian besar karyawan di daerah lain belum dapat memiliki rumah tinggal.
Apalagi yayasan SWJ juga tidak hanya berfokus pada pengadaan rumah, melainkan
memiliki kegiatan lain juga yang harus dipikirkan.
Kondisi ini yang dilihat dan ditangkap dengan empati oleh Menteri Kehutanan
Hasjrul Harahap saat itu. Sebagai pimpinan, dia merasakan masih ada yang kurang.
PNS sebagai “Prajurit Lapangan” ternyata masih jauh dari kesejahteraan. Tolak ukur
paling sederhana adalah soal kepemilikan rumah yang jadi kebutuhan primer, terutama
untuk golongan I dan II.
Bahkan, untuk petugas penyuluh yang harus aktif menjadi juru penerang ke
pelosok, ternyata banyak yang tidak memiliki sarana dasar transportasi. Jangankan
obil, sepeda motor pun banyak yang tidak punya. Padahal, dari tangan mereka seluruh
kebijakan di pusat harus bisa sampai dan terwujud dalam praktik di lapangan.
Dalam konteks itu, Hasjrul Harahap juga melihat konsep rumah dinas punya
kelemahan, terutama kerelaan para penghuninya. Sebagai rumah dinas, yang terkait
dengan jabatan, harusnya fasilitas itu dimiliki bergulir. Namun dalam praktik selama
ini, ternyata sulit untuk mengeluarkan karyawan yang sudah terlanjur menempati
rumah tersebut kendati sudah pensiun atau bukan lagi PNS.
Keperihatinan Hasjrul Harahap ini kemudian disampaikan dalam sebuah
kesempatan makan siang yang biasa dilakukan bersama pejabat eselon I Departemen
Kehutanan di lantai IV samping ruang kerjanya. Intinya, bagaimana membantu
45
memberikan kesejahteraan bagi golongan I dan II PNS Departemen Kehutanan untuk
memiliki fasilitas dasar perumahan dan sepeda motor.
Asumsi dasarnya, bagaimana PNS golongan I dan II sebagai ujung tombak di
lapangan bisa bekerja dengan tenang dan cepat tiba di kantr jika tidak punya rumah
dan kendaraan? Kondisi ini bisa berpengaruh lebih lanjut ke kinerja karyawan. Untuk
membeli rumah, juga bukan perkara mudah. Jangankan untuk mencicil, untuk
membayar uang muka saja mereka sudah tidak sanggup mengingat kecilnya
pendapatan dari gaji mereka.
Berangkat dari “diskusi makan siang” itulah kemudian lahir gagasan
membentuk lembaga yang bisa memberi bantuan kredit perumahan golongan I dan II.
Gagasan ini terinspirasi ketika Hasjrul Harahap diundang menyaksikan peresmian
rumah sederhana bagi prajurit ABRI yang dibangun oleh koperasi mereka. Pemikiran
sederhananya, jika ABRI mampu, mengapa Departemen Kehutanan tidak ?
Apalagi Departemen Kehutanan memiliki Dana Reboisasi (DR). Setidaknya,
karena ini untuk kesejahteraan pegawai, bisa saja lembaga yang akan dibentuk itu
memperoleh pinjaman yang diambil dari bunganya DR untuk modal
pengembangannya ke depan.
Gagasan itulah yang kemudian dicoba dibahas lebih mendalam dan serius.
Pada hari Rabu, tanggal 14 Januari 1989 di VIP room lantai 4 Gedung Manggala
Wanabakti akhirnya digelar rapat yang dipimpin oleh Staff Ahli Menteri (SAM), Ir
Triyono.
Rapat dihadiri langsung oleh Menteri Kehutanan Hasjrul Harahap dan pejabat
eselon I dan II. Dalam kesempatan itu, Hasjrul memberi pengarahan tentang peluang
memberi pinjaman pembelian rumah dan sepeda motor yang dananya dari “cucunya”
DR demi kesejahteraan pegawai golongan I dan II. Istilah “cucu” DR muncul karena
46
yang dipinjam adalah penerimaan bunga dari bunga jasa giro DR yang disimpan di
perbankan nasional.
Dalam rapat ini berkembang berbagai hal. Namun, yang paling krusial adalah
mencari bentuk badan hukum yang pas untuk menyalurkan bantuan pinjaman serta
memperoleh permodalan. Rapat kemudian membahas satu persatu tawaran bentuk
badan hukum, mulai dari yayasan, kopereasi sampai preseroan.
Ketika membahas badan hukum berbentuk yayasan, rapat menilai kurang pas
karena sudah ada yayasan SWJ yang dipimpin oleh mantan Menteri Kehutanan
Soedjarwo. Apalagi, yayasan SWJ sudah lebih dulu dibentuk dan telah membangun
Gedung Manggala Wanabakti, bahkan juga sudah membangun perumahan bagi
pejabat Departemen Kehutanan serta karyawan di banyak daerah.
Untuk menghindari tumpang tindih antara yayasan SWJ dengan lembaga baru
yang digagas oleh Menteri Kehutanan Hasjrul Harahap, maka rapat menimbang perlu
dibentuk badan hukum yang berbeda.
Di sisi lain, ketika membahas badan hukum berbentuk perseroan rapat
mengakui akan sulit dipertanggungjawabkan. Alasannya, Departemen Kehutanan tidak
boleh memiliki Perseroan Terbatas (PT). Itu sebabnya, rapat menolak jika badan
hukum lembaga yang akan dibentuk adalah perseroan karena akan sulit
dipertanggungjawabkan. Apalagi, lembaga itu akan mengusahakan perumahan dan
motor, sehingga jauh dari kepentingan Departemen Kehutanan.
Itu sebabnya, peserta rapatpun lebih banyak memilih badan hukum koperasi
seperti yang diinginkan oleh Hasjrul Harahap. Koperasi memang sedang menjadi tren
sebagai bentuk ekonomi kerakyatan dan berkembang dimana-mana. Tak hanya di
instansi pemerintah, bahkan di perusahaan dan pabrik-pabrik swastapun banyak yang
mendirikan koperasi.
47
Salah satu yang paling menonjol saat itu, baik di instansi pemerintahan
maupun swasta, adalah lahirnya koperasi karyawan (KOPKAR). Sebut saja Koperasi
Karyawan Dephut (KOPKARHUT), Koperasi Pegawai Negeri Silva Lestari
Kehutanan Sumatera Selatan, Koperasi Mitra Karsa badan Litbang Kehutanan Bogor,
Koperasi Pegawai Negeri Bina Silva Sejahtera Kanwil Dephut Jawa Tengah, dan
Koperasi Pegawai Kanwil Dephut Jabar Wana Mekar dan sebagainya.
Yang paling menarik, dengan berbadan hukum koperasi, banyak kemudahan
untuk mendapatkan beragam fasilitas, apakah dari pemerintah atau perusahaan swasta.
Bahkan, pemerintah pun sampai mengeluarkan kebijakan agar BUMN dan swasta
besar menyisihkan minimal 5% dari keuntungannya untuk koperasi.
Jadi, tidak heran jika masyarakat berbondong-bondong membentuk koperasi.
Apalagi, syarat mendirikan koperasi juga tidak sulit. Dengan 20 orang yang
mempunyai tujuan samam, mereka boleh mendirikan badan hukum dari departemen
koperasi. Contohnya, suatu desa yang terdiri dari petani jika mempunyai anggota 20
orang bisa membentuk Koperasi unit Desa (KUD). Begitu juga KANWIL Kehutanan
Propinsi Jawa Tengah di Semarang. Dengan 20 Karyawannya lalu mendirikan
koperasi primer.
Tidak heran dengan kemudahaan itu mengakibatkan dalam suatu instansi,
hanya berbeda direktorat pun, muncul sejumlah koperasi primer. Ini juga terjadi di
Departemen Kehutanan, banyak koperasi primer yang dilindungi Undang-Undang
No.12/1967 tentang pokok-pokok koperasi.
Berdasarkan UU tersebut, koperasi terdiri dari koperasi primer, sekunder dan
induk koperasi. Jika koperasi primer bisa dibentuk hanya oleh 20 orang dengan tujuan
yang sama, maka koperasi sekunder adalah gabungan sejumlah koperasi primer yang
48
lazim disebut koperasi skunder. Yang membedakan kopearsi sekunder dan koperasi
primer adalah cakupan wilayah kerja. Wilayah kerja koperasi sekunder minimal di
tingkat kabupaten atau tingkat propinsi bahkan seluruh Indonesia.
Syarat untuk membentuk pusat koperasi (Koperasi Sekunder) minimal harus
memilki 5 koperasi primer sebagai anggota, contoh koperasi sekunder adalah Pusat
Koperasi Unit Desa (PUSKUD), Pusat Koperasi Pedagang Pasar (PUSKOPPAS),
Pusat Koperasi Pegawai Negeri (PKPN).
Sedangkan koperasi di tingkat nasional adalah induk koperasi. Syarat
membentuk induk koperasi minimal harus mempunyai anggota tiga koperasi sekunder
(pusat). Contoh induk koperasi Unit Desa (InKUD), Induk Koperasi Pegawai Negeri
(IKPN).
Setelah seluruh peserta rapat setuju dengan badan hukum koperasi, maka rapat
pada hari rabu itu membuat keputusan penting dalam sejarah lahirnya Koperasi
Perumahan Wanabakti Nusantara atau disingkat KPWN. Pemilihan nama ini
didasarkan pada keinginan pimpinan Departemen Kehutanan untuk mensejahterakan
karyawan dengan memiliki rumah.
Dari hasil pemufakatan, rapat tanggal 14 Januari 1989 itu juga memutuskan
menunjuk tiga orang menjadi formatur untuk menyusun kepengurusan Koperasi
Perumahan Wanabakti Nusantara. Selain menyusun kepengurusan, formatur bertugas
menyiapkan Badan Hukum (BH), Anggaran Dasar (AD), dan Anggaran Rumah
Tangga (ART) sesuai dengan amanat UU Koperasi No.12/1967.