bab ii landasan teori a. tinjauan penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/43670/3/bab 2.pdf · sumber...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Fachmi (2014), melalukan penelitian dengan judul analisis produksi dan
pendapatan usaha mebel di kota Makassar. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah variabel modal, upah, dan lama usaha berpengaruh terhadap
produksi mebel di Kota Makassar. Dari hasil Pengujian Signifikan Simultan (F-
Test), menunjukkan bahwa variabel-variabel independen seperti modal (X1), upah
(X2), dan lama usaha (X3) secara simultan mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap produksi mebel di Kota Makassar.
Penelitian selanjutnya dikemukakan oleh Rahmawan (2014), dengan
menggunakan variabel independen seperti alat perlengkapan sebagai X1, tenaga
kerja sebagai X2, dan bahan baku sebagai X3. Dari pengujian regresi didapatkan
hasil bahwa terdapat hubungan yang kuat antara variabel alat perlengkapan, tenaga
kerja, dan bahan baku dalam mempengaruhi tingkat produksi mebel. Lebih lanjut
berdasarkan analisis koefisien regresi dari masing-masing variabel diperoleh hasil
bahwa bahan baku merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan
terhadap tingkat produksi mebel dibandingkan alat perlengkapan dan tenaga kerja.
Widowati (2007) melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai produksi pada perusahaan industri furniture berskala
besar di provinsi Jawa Tengah tahun 2004. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap produksi
furniture. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja (X1), upah (X2),
8
biaya bahan bakar (X3), biaya listrik (X4), biaya bahan baku (X5), secara simultan
berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap nilai produksi (Y). Besarnya
pengaruh kelima variabel tersebut ditunjukkan oleh : Fhitung 308,403> Ftabel =
2,3063, probability kesalahan sig = 0,000 < 0,05 serta t_hitung = 0.241 < t_tabel =
1.9840.
Penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu
sama-sama melakukan analisis yang mempengaruhi produksi mebel. Beberapa
perbedaan terletak pada variabel bebas yang digunakan. Pada penelitian ini variabel
bebas yang digunakan adalah modal, upah, dan lama usaha dengan menggunakan
regresi linier berganda, uji asumsi klasik, dan perhitungan pendapatan.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Pengertian Industri Kreatif
Menurut Howkins (2001) industri kreatif adalah industri yang mengandalkan
kreativitas dalam menghasilkan barang maupun jasa. Ada 15 subsektor industri
kreatif menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia yaitu periklanan,
kuliner, arsitektur, seni pertunjukan, pasar barang seni, kerajinan, penerbitan dan
percetakan, fesyen, riset dan pengembangan, permainan interaktif, musik, televisi
dan radio, desain, layanan komputer dan piranti lunak serta video,film, dan
fotografi. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan mebel termasuk di dalam industri
kreatif yaitu subsektor kerajinan.
9
2. Pengertian Mebel
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) mebel adalah perabot rumah
tangga seperti meja dan kursi. Menurut bahasa mebel berasal dari kata movable
yang berarti bisa bergerak. Sedangkan menurut Haryanto (2004) mebel adalah
benda-benda yang berada di dalam rumah yang memiliki fungsi untuk menyimpan
pakaian, duduk, berbaring, ataupun menyimpan benda kecil lainnya. Biasanya
produk mebel mengunakan bahan dasar kayu.
3. Teori Produksi
Produksi biasanya dimaknai dengan menghasilkan atau membuat. Kegiatan
produksi bisa terjadi apabila ada bahan yang memungkinkan terjadinya proses
produksi itu sendiri sehingga menghasilkan sesuatu berupa barang atau makanan.
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi terjadinya produksi, yaitu sumber
daya manusia, sumber daya alam yang berupa bahan baku, dan modal.
Pengertian produksi yang dikemukakan oleh Sukirno (2002) menjelaskan
produksi adalah hasil akhir dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan ini dapat kita simpulkan
produksi adalah suatu proses pemanfaatan input menjadi output yang bernilai lebih.
Secara garis besar input dalam sistem produksi yang dimaksud adalah tenaga kerja,
modal, bahan baku, sumber energi, tanah, informasi, dan kemampuan pengelolaan
atau kewirausahaan. Lebih lanjut Sukirno (2004) berpendapat bahwa tenaga kerja
adalah satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya.
10
Setiap faktor produksi dalam sistem perekonomian biasanya dimiliki terpisah
oleh individu maupun perusahaan. Para pemilik menjual atau menawarkan ke
sebuah perusahaan atau produsen. Sebagai imbalannya pemilik memperoleh
pendapatan. Misalnya tenaga kerja memperoleh gaji atau upah, tanah memperoleh
harga sewa, modal memperoleh bunga, dan kewirausahaan yang bagus memperoleh
keuntungan yang bagus pula. Pendapatan yang diperoleh masing-masing jenis
faktor produksi tergantung kepada harga jual hasil produksi tersebut atau output
dan jumlah faktor produksi yang digunakan atau input. Hubungan antara input dan
output dapat diformulasikan secara sistematis oleh sebuah fungsi produksi
Produksi merupakan konsep arus yang artinya produksi merupakan kegiatan
yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit waktu atau periode dengan
kualitas yang konstan. Produksi tidak terlepas dari faktor-faktor yang tidak berubah
sama sekali yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan output. Pemakaian
sumber daya dalam suatu proses produksi juga diukur sebagai arus. Modal dihitung
sebagai ketersediaan jasa, misalnya durasi pemakaian mesin, bukan jumlahnya
(Miler dan Miners, 1999).
4. Fungsi produksi
Fungsi produksi merupakan suatu persamaan yang menunjukkan hubungan
ketergantungan anatara tingkat input dalam proses produksi dan tingkat output yang
dihasilkan. Dari fungsi tersebut dapat diketahui bahwa jika ingin menambah hasil
output maka juga harus menambah hasil input. Jumlah output yang dihasilkan dari
11
suatu proses produksi sangat tergantung pada kombinasi dan jumlah input yang
dimasukkan. Fungsi Produksi dapat ditulis sebagai berikut:
Q = F (K, L, R, T)…………………(2.1)
Dimana :
Q = Output/ Produksi
K = Kapital/modal
L = Labour / tenaga kerja
R = Resources / sumber daya
T = Teknologi
F = Symbol persamaan (Fungsi)
Jadi dari persamaan tersebut bisa disimpulkan bahwa besar kecilnya tingkat
produksi mempunyai kaitan yang erat terhadap modal, tenaga kerja, sumber daya
(alam, manusia), dan teknologi yang digunakan. Namun ada kemungkinan bahwa
jumlah produksi yang tidak sama akan dihasilkan oleh faktor produksi yang
dianggap tetap, biasanya adalah faktor produksi seperti modal, mesin, peralatanya
serta bangunan perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan
adalah tenaga kerja. (Nuraini: 2013).
12
TP = Total Produksi
L = Tenaga Kerja
MPL = Produksi Batas (Marginal
Product Tenaga Kerja )
APL = Produksi rata-rata kerja (Average
Product)
Dimana :
MPL=⍙𝑇𝑃
⍙𝐿 APL=
𝑇𝑃
𝐿
Gambar 4.1 Kurva Produksi Total, Produksi Marginal, dan Produksi
Rata-Rata
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Dalam proses produksi ada elemen-elemen yang digunakan seperti sumber
daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) atau tenaga kerja, modal, dan
kewirausahaan yang didalamnya termasuk pemberian upah kepada karyawan dan
lama usaha berdiri, semuanya disebut faktor produksi. Dalam karya tulis ini penulis
hanya membahas elemen-elemen seperti modal, upah, dan lama usaha.
Sumber: Nuraini (2013)
13
6. Pendapatan
Dyckman (2002) berpendapat bahwa pendapatan adalah arus masuk atau
peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau sebuah penyelesaian kewajiban
selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyedia jasa, atau
aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang
berlangsung. Teori pendapatan dapat juga dipandang secara luas dan sempit.
Pendapatan secara luas lebih mencakup keseluruhan kegiatan perusahaan yang
menghasilkan kenaikan aktiva atau berkurangnya hutang dan dapat merubah modal
pemiliknya. Sedangkan secara sempit kegiatan perusahaan hanya difokuskan pada
kegiatan utama.
7. Hubungan antar variabel
a. Hubungan Modal dan Produksi
Modal mempunyai peranan yang sangat penting dalam berhasil tidaknya suatu
usaha produksi yang didirikan. Peranan modal membuat perusahaan lebih
produktif karena bertambahnya keterampilan dan kecakapan tenaga kerja. Riyanto
(1991) membagi modal menjadi 2 jenis yaitu modal aktif dan modal pasif. Modal
aktif adalah modal yang tertera disebelah debet dari neraca yang menggambarkan
bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan diutamakan.
Sedangkan modal pasif adalah modal yang tertera disebelah kredit dari neraca yang
menggambarkan sumber-sumber dimana dana yang diperoleh.
Menurut Daniel (2004) modal adalah setiap hasil produk atau kekayaan yang
digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya. Sebagian kekayaan itu digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk
14
memproduksi barang-barang baru. Hasil produksi dapat meningkat dengan adanya
permodalan yang baik. Misalnya peningkatan produktivitas terjadi karena
digunakannya alat-alat mesin produksi yang efisien. Modal pribadi maupun modal
pinjaman tidak mempunyai perbedaan dalam sistem produksi.
Apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan
tujuan memperbesar output dan pendapatan di masa mendatang maka terjadi
akumulasi modal. Meningkatnya produktivitas produksi tidak terlepas dari
pentingnya peranan modal yang dapat menambah keterampilan dan kecakapan
pekerja. Selain itu faktor modal tidak kalah penting dalam berhasil atau tidaknya
suatu usaha yang didirikan.
b. Hubugan Upah dan Produksi
Sumarsono (2004) mengemukakan bahwa upah adalah suatu penerimaan
sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa
yang telah dilakukan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar
suatu persetujuan atau peraturan undang-undang serta dibayar atas suatu perjanjian
kerja antara pengusaha dan karyawan. Pemberian upah oleh pengusaha terhadap
tenaga kerja sangat menentukan tinggi rendahnya produksi suatu perusahaan.
Biasanya upah merupakan penghasilan utama bagi karyawan, yang artinya upah
haruslah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga dengan wajar.
Kewajaran tersebut dapat diukur dengan kebutuhan hidup minimum (Simanjuntak,
1998:132).
Dalam perekonomian modern terdapat banyak serikat-serikat pekerja yang
selalu berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Mereka hadir untuk
15
menjaga agar para pekerja mendapatkan upah yang sewajarnya. Sukirno (2000)
menyatakan keberaan serikat-serikat pekerja menyebabkan tingkat upah tidak
mudah diturunkan.
Di Indonesia sendiri kebijakan penetapan upah juga diatur oleh pemerintah.
Pemerintah menetapkan Upah Minimum Regional (UMR). Hal ini sejalan dengan
pendapat Wirakarthausumah (1999) yang mengatakan jika mekanisme pasar
dibiarkan bekerja dengan sendirinya tanpa intervensi atau campur tangan
pemerintah yang menyebabkan kekakuan upah sehingga tidak dapat memberikan
peningkatan kesejahteraan hidup pekerja. Selain peraturan pemerintah ada beberapa
faktor lain yang berpengaruh dalam penetapan kebijakan struktur dan tingkat upah
oleh perusahaan kepada karyawannya. Faktor-faktor tersebut yaitu kondisi pasar
kerja dan kesempatan kerja (Isyandi, 2004: 108).
Menurut Dewan Penelitian Pengupahan ada beberapa sistem yang digunakan
untuk mendistribusikan upah. Salah satunya sistem upah menurut banyaknya
produksi. Upah yang diberikan dengan sistem ini mampu mendorong karyawan
untuk bekerja lebih giat dan berproduksi lebih banyak. Produksi yang dihasilkan
dapat dihargai dengan perhitungan ongkosnya. Upah sebenarnya dapat dicari
dengan menggunakan standar normal yang membandingkan kebutuhan pokok
dengan hasil produksi. Secara teoritis sistem upah menurut produksi ini akan diisi
tenaga-tenaga ahli yang berbakat dan berpengalaman.
16
c. Hubungan Lama Usaha dan Produksi
Lama usaha menjadi ukuran suatu pengalaman. Pengalaman dapat
mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku (Poniwati, 2008).
Senada dengan Gumanti (2000) yang menyatakan bahwa perusahaan yang sudah
lama berdiri, kemungkinan sudah banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin
lama umur perusahaan, semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat
tentang perusahaan tersebut. Hal ini biasanya menimbulkan kepercayaan konsumen
terhadap produk-produk yang dihasilkan. Selain itu usaha yang telah lama berjalan
membuat matang atau tidaknya strategi perusahaan dalam meningkatkan
produktivitasnya.
Foster (2001) mengatakan ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam
menentukan bepengalaman atau tidaknya seorang pengusaha yaitu:
1. Lama waktu atau masa kerja.
Apabila masa kerja tebilang lama, maka seseorang dapat memahami tugas-
tugas suatu pekerjaan dan menjalankannya dengan baik.
2. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Pengetahuan dilihat dari konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi
lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan
untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan.
Sedangkan keterampilan dilihat dari kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk
menjalankan pekerjaan.
17
8. Efisiensi Biaya.
Sugian (2006:76) menyatakan efisisensi biaya adalah hubungan antara
anggaran biaya produksi (input) dengan realisasi biaya produksi (output). Dalam
kaitannya dengan industri yang melakukan produksi dapat saja menghasilkan
barang dengan jumlah banyak namun mutu atau nilai barang yang dihasilkan relatif
rendah degan input tertentu yang telah digunakan. Biaya total yang dikeluarkan
oleh suatu industri dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
R/C Ratio = TR/TC
Keterangan:
R/C Ratio = Efiisiensi Biaya
TR = Total Revenue
TC = Total Cost (biaya)
18
9. Kerangka Pemikiran
10.
11.
Gambar 8.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat dijelaskan bahwa produksi
mebel sebagai variabel (Y) dan diduga dipengaruhi oleh modal kerja (X1), upah
(X2), lama usaha (X3). Selanjutnya dari proses produksi akan diketahui bagaimana
keterkaitan antara variabel-variabel bebas (X) terhadap jumlah produksi mebel (Y).
Selain itu, dari data yang sama akan diperoleh pula besaran biaya yang dibutuhkan
dalam produksi mebel
Besaran biaya produksi selanjunya dapat digunakan dalam menentukan tingkat
pendapatan sekaligus memungkinkan dilakukannya analisis pada pendapatan yang
diperoleh menggunakan rumusan (TR – TC) untuk mengetahui berapa banyak
pendapatan bersih dan pendapatan kotor yang diperoleh pengusaha mebel selama
periode tersebut.
Modal
kerja (X1)
Upah (X2)
Lama
usaha (X3)
produksi pendapatan
19
C. Hipotesis
H0 = diduga variabel upah, tenaga kerja dan lama usaha berpengaruh signifikan
terhadap produksi mebel di Kota Malang.
H1 = diduga variabel upah, tenaga kerja, dan lama usaha tidak berpengaruh
signifikan terhadap produksi mebel di Kota Malang.