bab ii sepsis

Upload: isti-yanuari

Post on 03-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sepsiss

TRANSCRIPT

BAB II

KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).

Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000)

Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, 2009).

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga seringkali tidak terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48jam.

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau tanpa pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal dalam waktu 24 sampai 48 hari. (Surasmi, 2003)

Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)

B. ETIOLOGIMayoritas dari kasus-kasus sepsis disebabkan oleh infeksi-infeksi bakteri gram negatif (-) dengan persentase 60-70% kasus, beberapa disebabkan oleh infeksi-infeksi jamur, dan sangat jarang disebabkan oleh penyebab-penyebab lain dari infeksi atau agen-agen yang mungkin menyebabkan SIRS. Agen-agen infeksius, biasanya bakteri-bakteri, mulai menginfeksi hampir segala lokasi organ atau alat-alat yang ditanam (contohnya, kulit, paru, saluran pencernaan, tempat operasi, kateter intravena, dll.). Agen-agen yang menginfeksi atau racun-racun mereka (atau kedua-duanya) kemudian menyebar secara langsung atau tidak langsung kedalam aliran darah. Ini mengizinkan mereka untuk menyebar ke hampir segala sistim organ lain. Kriteria SIRS berakibat ketika tubuh mencoba untuk melawan kerusakan yang dilakukan oleh agen-agen yang dilahirkan darah ini.Sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi bakteri aerobik, anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus (Linda D.U, 2006)1. Bakteri gram negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli, Klebsiella Sp. Pseudomonas Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp. Bakteri gram negative mengandung liposakarida pada dinding selnya yang disebut endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk ke dalam aliran darah, endotoksin dapat menyebabkan bergabagi perubahan biokimia yang merugikan dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang menunjang timbulnya shock sepsis.2. Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah staphilococus, streptococcus dan pneumococcus. Organime gram positif melepaskan eksotoksin yang berkemampuan menggerakkan mediator imun dengan cara yang sama dengan endotoksin

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :Perdarahan atau infeksi pada ibu, Demam yang terjadi pada ibu, Infeksi pada uterus atau plasenta, Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan), Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan), Proses kelahiran yang lama dan sulit dan Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran. Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas. Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas - dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun

C. PATOFISIOLOGI & PATOFLOW

1. PATOFISIOLOGI

Neonatus sangat rentan terhadap infeksi sebagai akibat rendahnya imunitas non spesifik (inflamasi) dan spesifik (humoral), seperti rendahnya fagositosis, keterlambatan respon kemotaksis, minimal atau tidak adanya imunoglobulin A dan imunoglobulin M (IgA dan IgM), dan rendahnya kadar komplemen. Sepsis pada periode neonatal dapat diperoleh sebelum kelahiran melalui plasenta dari aliran darah maternal atau selama persalinan karena ingesti atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi. Sepsis awal (kurang dari 3 hari) didapat dalam periode perinatal, infeksi dapat terjadi dari kontak langsung dengan organisme dari saluran gastrointestinal atau genitourinaria maternal. Organisme yang paling sering menginfeksi adalah streptokokus group B (GBS) dan escherichia coli, yang terdapat di vagina. GBS muncul sebagai mikroorganisme yang sangat virulen pada neonatus, dengan angka kematian tinggi (50%) pada bayi yang terkena Haemophilus influenzae dan stafilokoki koagulasi negatif juga sering terlihat pada awitan awal sepsis pada bayi BBLSR.

Sepsis lanjut (1 sampai 3 minggu setelah lahir) utamanya nosokomial, dan organisme yang menyerang biasanya stafilokoki, klebsiella, enterokoki, dan pseudomonas. Stafilokokus koagulasi negatif, baiasa ditemukan sebagai penyebab septikemia pada bayi BBLR dan BBLSR. Invasi bakterial dapat terjadi melalui tampatseperti puntung tali pusat, kulit, membran mukosa mata, hidung, faring, dan telinga, dan sistem internal seperti sistem respirasi, saraf, perkemihan, dan gastrointestinal. Infeksi pascanatal didapat dari kontaminasi silang dengan bayi lain, personel, atau benda benda dilingkungan. Bakteri sering ditemukan dalam sumber air, alat pelembab, pipa wastafel, mesin penghisap, kebanyakan peralatan respirasi, dan kateter vena dan arteri terpasang yang digunakan untuk infus, pengambilan sampel darah, pemantauan tanda vital. (Donna L. Wong, 2009).

perubahan ambilan dan penggunaan oksigen terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complemen cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskular coagulation (DIC) dan kematian.( Bobak, 2004).

Penderita dengan gangguan imun mempunyai peningkatan resiko untuk mendapatkan sepsis nosokomial yang serius. Manifestasi kardiopulmonal pada sepsis gram negatif dapat ditiru dengan injeksi endotoksin atau faktor nekrosis tumor (FNT). Hambatan kerja FNT oleh antibodi monoklonal anti-FNT sangat memperlemah manifestasi syok septik. Bila komponen dinding sel bakteri dilepaskan dalam aliran darah, sitokin teraktivasi, dan selanjutnya dapat menyebabkan kekacauan fisiologis lebih lanjut.Baik sendirian ataupun dalam kombinasi, produk-produk bakteri dan sitokin

Syok didefinisikan dengan tekanan sistolik dibawah persentil ke-5 menurut umur atau didefinisikan dengan ekstremitas dingin. Pengisian kembali kapiler yanng terlambat (>2 detik) dipandang sebagai indikator yang dapat dipercaya pada penurunan perfusi perifer. Tekanan vaskuler perifer pada syok septik (panas) tetapi menjadi sangat naik pada syok yang lebih lanjut (dingin). Pada syok septik pemakaian oksigen jaringan melebihi pasokan oksigen. Ketidakseimbangan ini diakibatkan oleh vasodilatasi perifer pada awalnya, vasokonstriksi pada masa lanjut, depresi miokardium, hipotensi, insufisiensi ventilator, anemia. (Nelson, 1999).

Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme secara cepat atau zat-zat racunnya, yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat besar. Zat-zat patogen dapat berupa bakteri, jamur, virus, maupun riketsia. Penyebab yang paling umum dari septisemia adalah organisme gram negatif. Jika perlindungan tubuh tidak efektif dalam mengontrol invasi mikroorganisme, mungkin dapat terjadi syok septik, yang dikarakteristikkan dengan perubahan hemodinamik, ketidakseimbangan fungsi seluler, dan kegagalan sistem multipel. (Marilynn E. Doenges, 1999).

2. PATOFLOW

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pertanda diagnostik yang ideal memiliki kriteria yaitu nilai cut off tepat yang optimal, nilai diagnostik yang baik yaitu sesitivitas mendekati 100%, spesifisitas lebih dari 85%, Positive Probable Value (PPV) lebih dari 85%, Negative Probable Value (NPV) mendekati 100%, dan dapat mendeteksi infeksi pada tahap awal. Kegunaan klinis dari pertanda diagnostik yang ideal adalah untuk membedakan antara infeksi bakteri dan virus, petunjuk untuk penggunaan antibiotik, memantau kemajuan pengobatan, dan untuk menentukan prognosis.

Pertanda hematologik yang digunakan adalah hitung sel darah putih total, hitung neutrofil, neutrofil imatur, rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total (I:T), mikro Erytrocyte Sedimentation Rate (ESR), dan hitung trombosit. Tes laboratorium yang dikerjakan adalah CRP, prokalsitonin, sitokin IL-6, GCSF, tes cepat (rapid test) untuk deteksi antigen, dan panel skrining sepsis.

Saat ini, kombinasi petanda terbaik untuk mendiagnosis sepsis adalah sebagai berikut: IL6, dan IL1-ra untuk 1-2 hari setelah munculnya gejala; IL6 (atau IL1-ra 0, IL8, G-CSF, TNF, CRP, dan hematological indices pada hari ke-0); CRP, IL6 (atau GCSF dan hematological indices pada hari ke-1); dan CRP pada hari-hari berikutnya untuk memonitor respons terhadap terapi.

Pemeriksaan penunjang atau laboraturium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut:1. Skrining sepsis yang rutin.Hitung jenis darah lengkap, Kultur darah, Apusan bahan dari bagian yang mengalami inflamasi, Apusan dari telinga dan tenggorokan (pada early -onset infeksi), Urine secara mikroskopis dan kultur, Rontgen thoraks, C-reaktif protein.2. Tes rutin tambahan,dari indikasi klinis yang didapatkan.Lumbal pungsi, Kultur dan gram dari aspirasi lambung, Kultur dan gram dari apusan vagina yang lebih tinggi dari ibu, Kultur dari endotrakeal tube atau aspirasi dari trakeal, Kultur dari drainase dada, Kultur dari kateter vaskular, Kultur darah kwantitatif atau kultur darah multipel, IgG konsentrasi serial untuk spesifik organisme, IgM konsentrasi untuk organisme spesifik, Buffy coat secara mikroskopik.3. Tes tidak rutin atau tes baruLateks aglutinasi tes, Serum interleukin dan TNFa, Immunoelektroforesis, Acridin orange leukosit cystopin test.E. PENATALAKSANAAN1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian sampai 1 jam pelan-pelan).

2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).

6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar Sepsis Neonatorum1) Pilihan pertama : Ceftazidim 50 mg/kgBB/hari, iv, dibagi 2 dosis.2) Bila tidak ada perbaikan klunis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin memburuk, pertimbangkan pindah ke antibiotika lain yang lebih paten, misalnya : 20 mg/kg/BB iv, tiap 8jam, atau sesuai dengan hasil resistensi test. Lama pemberian 7-10 hari.F. KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN a. . Pertumbuhan dan Perkembangan1. Pengertian PertumbuhanPertumbuhan (growth)merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian.Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.b. Pengertian PerkembanganPerkembangan (development),adalahperubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. (Wong, 2000).Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambant laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan tambah jelas dalam rangka keseluruhan. 3. Tahap Tumbuh Kembang Usia 0-6 Tahuna. Masa PranatalMasa pranatal(saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam waktu Iebih kurang sembilan bulan. Masa pranatal terdiri atas dua fase yaitu :

1) Fase Embrio2) Fase Fetusb. Masa PascanatalTumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam beberapa fase berikut:1. Masa Neonatus (0-28 hari)Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa neonatus, yaitu dimana terjadinya kehidupan yang baru. Pada masa ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai dari aktifitas pernafasan, pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali permenit, perubahan ukuran jantung menjadi lebih besar di bandingkan dengan rongga dada, kemudian gerakan bayi mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi2. Masa Bayi (29 hari 1 tahun)Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu:a) Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan perubahan berat badan. Bila gizi anak baik, maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 g/bulan. Pertumbuhan tinggi badan agak stabil, tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badanb) Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan perubahan berat benda pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan berat benda adalah 500-600 g/bulan, apabila mendapatkan gizi yang baik. Sedangkan pertumbuhan tinggi badan tidak mengalamikecepatan dan stabil berdasarkan pertambahan umurc) Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat mencapai tiga kali berat badan lahir, pertambahan berat badan perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan, 250-350 gram pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1 tahun, pertambahan tinggi badan masih stabil dan diperkirakan mencapai 75 cm3. Masa Anak (1-2 tahun)Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik. Pada tahun kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 2,5 kg dan penambahan tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan, kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi susu, termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun, pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x berat badan lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50 persen tinggi badan orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan lingkar kepala menjadi sekitar 50 cm.

4. Masa Prasekolah (3-6 tahun)Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan rata-rata 2kg/tahun. Tubuh anak terlihat kurus, akan tetapi aktivitas motorik tinggi dan sistem tubuh mencapai kematangan dalam hal berjalan, melompat, dan lain-lain. Tinggi badan bertambah rata-rata 6,75 7,5 cm setiap tahun.

Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola bakan, umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Anak juga mulai menunjukkan kemandirian pada proses eliminasi.

G. KOSEP HOSPITALISASI

lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.

Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.

Stressor yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari dampak perpisahan, kehilangan kontrol ( pembatasan aktivitas ), perlukaan tubuh dan nyeri, dimana stressor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan segala rutinitas dan ketidakadekuatan mekanisme koping untuk menyelesaikan masalah sehingga timbul prilaku maladaptifdari anak.

Dampak Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara fisiklogis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan (Marks, 1998). Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert Ader (1885) bahwa pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akanmudah terserang penyakit, karena pada kondisi stress akan terjadi penekanan sistem imun (Subowo, 1992). Pasien anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan.Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat dalam usahanya meminimalkan stress akibat hospitalisasi, perlu adanya pengetahuan sebelumnya tentang stress hospitalisasi, karena keberhasilan suatu asuhan keperawatan sangat tergantung dari pemahaman dan kesadaran mengenai makna yang terkandung dalam konsep-konsep keperawatan serta harus memiliki pengetahuan , sikap dan keterampilan dalam menjalankan tugas sesuai dengan perannya. Untuk itu, penelitian ini dibuat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah Apabila anak stress selama dalam perawatan,orang tua menjadi sress pula, dan streess orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin miningkat. Sehingga asuhan kep tidak bisa hanya berfokus pada anak , tetapi juga pada orangtuanya. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anaka. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan diawali oleh situasi yang asing.binatang buas b. Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkanc. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakitd. Prosedur yang menyakitkanH. PENGKAJIAN NYERI

1. PengkajianPengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya pelaksanaan nyeri yang efektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri seperti factor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua kompenen utama yaitu :

a) Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien.

b) Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien.

Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif.

Mnemonic untuk pengkajian nyeri. Penilaian nyeri berdasarkan PQRST :

P : Provokatif / paliatif

Q: Qualitas / quantitas

R : Region / radiasi

S : Skala seviritas.

T: TimeFaces Rating Scale dari Wong BakerInstrumen dengan menggunakan Faces Rating Scale terdiri dari 6 gambar skala wajah yang bertingkat dari wajah yang tersenyum untuk no pain sampai wajah yang berlinang air mata. Penjelasan Faces Rating Sacle yaitu:(a) Nilai 0; nyeri tidak dirasakan oleh anak(b) Nilai 1: nyeri dirasakan sedikit saja(c) Nilai 2: nyeri agak dirasakan oleh anak(d) Nilai 3: nyeri yang dirasakan anak lebih banyak(e) Nilai 4: nyeri yang dirasakan anak secara keseluruhan(f) Nilai 5; nyeri sekali dan anak menjadi menangisKelebihan dari skala wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri yang baru dialaminya sesuai dengan gambar yang telah ada dan skala wajah ini baik digunakan pada anak usia prasekolah.

Faces Pain Scale (FPS)historis, FPS yang terdiri dari serangkaian enam sampai sampai tujuh wajah yang dimulai dari wajah tersenyum bahagia sampai sedih berlinang air mata digunakan untuk menilai nyeri tampilan ekspresi wajah menunjukan hubungan dengan nyeri yang dirasakan, termasuk alis turun kebawah, bibir diketatkan/pipi dinaikkan, kerutan hidung/bibir dinaikkan, dan mata tertutup. Tingkatan skala menurut Wong-Baker FACES merupakan alat pengukuran intensitas nyeri yang diakui dan umumnya digunakan dalam pasien pediatrik.

Versi paling terbaru dari FPS adalah Faces Pain Scale-Revised (FPS-R). FPS-R menampilkan gambar enam wajah bergaris disajikan dalam orientasi horizontal. Pasien diinstruksikan untuk menunjuk ke wajah yang paling mencerminkan intensitas nyeri yang mereka rasakan. Ekspresi wajah diwakili oleh FPS-R tampak kurang kekanak-kanakan dibandingkan dengan FPS lain. Tidak adanya air mata menghindari bias budaya tentang ekspresi rasa nyeri. Tingkat tidak nyeri diwakili oleh wajah netral bahkan wajah gembira yang ada pada ujung kiri skala. Ekspresi wajah menunjukan lebih nyeri jika skala digeser ke kanan,dan wajah yang berada pada ujung sebelah kanan adalah nyeri hebat.

Meskipun FPS dirancang untuk digunakan terhadap pasien pediatrik, peneliitian yang terbaru telah dievalusi untuk digunakan pada pasien dewasa khususnya pada pasien dengan gangguan nonverbal, gangguan kognitif, beberapa diantaranya pasien dengan gangguan kognitif yang berat, para penyedia layanan kesehatan membutuhkan ekspresi wajah yang sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan pasien. FPS juga berguna untuk penilaian pasien dengan hambatan bahasa.

Pada pasien pediatrik. Beberapa versi dari FPS telah digunakan dipraktek klinis. FPS dimaksudkan untuk mengukur bagaimana tingkat nyeri pasien yang mereka rasakan. Setiap cemas karbiasanyaI. PENGKAJIAN

1. Pengkajiana. Pengakjian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang perlu dikaji adalah :Sosial ekonomi, Riwayat perawatan antenatal, Ada/tidaknya ketuban pecah dini, Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus), Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain, Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll), Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis)b. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama), Tidak mau minum/reflek menghisap lemah, Regurgitasi, Pucat, Hipotoni, Hiporefleksi, Gerakan putar mata, BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis, Sianosis, Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare), Hipotermi, Pernapasan mendengkur bardipnea atau apenau, Kulit lembab dan dingin, Pucat, Pengisian kembali kapiler lambar, Hipotensi, Dehidrasi, Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.c. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :Bilirubin, Kadar gular darah serum, Protein aktif C, Imunogloblin IgM, Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus, telinga, pus dari lesi, feces dan urine, Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi dan jumlah leukosit.J. DIAGNOSA KEPERAWATANa. hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan metabolismb. Resiko tinggi terhadap infeksi (progesi dari sepsis ke syok sepsis) berdasarkan prosedur invasif, pemajanan lingkungan (nasokomial)c. Kekurangan volume cairan berdasaarkan peningkataaan jelas padaa vasodilatif maatif/ kompurtmen vaskuler dan permeabilitas kapiler/kebocvoran cairan kedalam lokasi interstisial (ruang ketiga)

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.

e. Koping individu efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan-kecemasan infeksi pada bayi dan konsekuensi yang serius dari infeksi.

K. RENCANA KEPERAWATAN

1. hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan metabolismTujuan : Suhu tubuh dalam keadaan normal ( 36,5-37 )Intervensi :

a. pantau suhu pasienRasional : suhu 38,9 -41,1 derajad celcius menunjukkkan proses penyakit infeksius akutb. pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen sesuai indikasiRasional : suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normalc. berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcoholRasional : membantu mengurangi dememd. kolaborasi dalam pemberian antipiretik, misalnya aspirin, asetaminofenRasional : mengurangi demem dengan aksi sentral pada hipotalamus2. Resiko tinggi terhadap infeksi (progesi dari sepsis ke syok sepsis) berdasarkan prosedur invasif, pemajanan lingkungan (nasokomial).Intervensi :a. Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasib. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukaan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril.c. Dorong penggantian posisi , nafas dalama/ batuk.d. Batasi penggunaan alat/prosedur invasif jika memungkinkane. Pantau kecendrungan suhuRasional :

a. Isolasi luka linen dan mencuci tangan adalah yang dibutuhkan untuk mengalirkan luka, sementar pengunjung untuk menguranagi kemungkinan infeksi.

b. Mengurangi kontaminasi ulang.

c. Bersihkan paru yang baaik untuk mencegah pnemoniaa

d. Mencegah penyebaran infeksi melalui proplet udaraa.

e. Demam ( 38,5OC- 40OC) disebabkan oleh efek dari endotoksinhipotalkus dan endofrin yang melepaskan pirog

3. Kekurangan volume cairan berdasaarkan peningkataaan jelas padaa vasodilatif maatif/ kompurtmen vaskuler dan permeabilitas kapiler/kebocvoran cairan kedalam lokasi interstisial (ruang ketiga)

Intervensi :

a. Ukur / kadar urine dan berat jenis datat ketidaak seimbangan masukan dan keluaraan kumulatif dihubungkan dengan berat badan setiapa hari, dorong masukan cairan oral sesuai toleransi.

b. Palpasi denyut peripher

c. Kaji membran mukosaa kering, turgor kulit yang kurang baik, dan rasa haus.

d. Amat odema dependem/ periper pada skrotum, punggung kaki.

Rasional :

a. Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan darah.

b. Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia.

c. Hipovomelemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda tanda dehidrasi.

d. Kehilangan cairan dari komparlemen vaskuler kedalam ruangaan intersilikal akan menyebabkan edema jaringan.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.

Tujuan : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan, menunjukkan kenaikan berat badan.

Intervensi :

a. Kaji intoleran terhadap minumanb. Hitung kebutuhan minum bayic. Ukur masukan dan keluarand. Timbang berat badan setiap harie. Catat perilaku makan dan aktivitas secara kurat

f. Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan

g. Ukur berat jenis urineh. Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisii. Pantai distensi abdomen (residu lambang)

5. Koping individu efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan-kecemasan infeksi pada bayi dan konsekuensi yang serius dari infeksi.

Tujuan : meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping saat krisis.

Intervensi :a. Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme kopingb. Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi, penyebab infeksi, lama perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.c. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai, perawatan selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi.d. Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat bayi

K. EVALUASI KEPERAWATAN.

Keperawatan Merupakan hasil perkembangan anak/bayi dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari rencana keperawatan dengan cara membandingkan hasil pengukuran dengan kriteria evaluasi pada tujuan untuk mengetahui terpenuhinya kebutuhan klien pada hari pertama melakukan implementasi dan untuk hari-hari selanjutnya dalam catatan perkembangan, (Nursalam, 2001).