bab ii tinjauan pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-zainulfuad... · 1....

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan yang diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003, p. 121). 2. Tingkat Pengetahuan Pengukuran pengetahuan seseorang dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dengan suatu objek (Notoatmodjo, 2003, p. 123). a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, tidak sekedar menyebutkan, tetapi dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini 6

Upload: lambao

Post on 22-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap

obyek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan yang diperoleh melalui mata

dan telinga (Notoatmodjo, 2003, p. 121).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan seseorang dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dengan

suatu objek (Notoatmodjo, 2003, p. 123).

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, tidak sekedar menyebutkan, tetapi

dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

6

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat didalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila

orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokan,

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (Syntesis)

Suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian dari suatu

objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau mungkin kriteria-kriteria yang sudah ada.

3. Sumber pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai sumber

misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media

poster, kerabat dekat dan sebagainya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan posyandu Sitem 5 meja.

a. Faktor predisposisi

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam

memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar orang pendidikan

tinggi orang akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi

yang akan dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan

mereka peroleh dari gagasan tersebut.

2) Umur Ibu

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, umur

adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Hurlock,

2004, p. 13).

3) Status Pekerjaan Ibu

Aspek sosial ekonomi akan berpengaruh pada partisipasi

masyarakat di Posyandu. Semua ibu yang bekerja baik dirumah maupun luar

rumah, keduanya akan tetap meninggalkan anak-anaknya untuk sebagian

besar waktu (Neil Niven, 2000, p. 21).

4) Sikap

Menurut Notoatmodjo (2005) sikap adalah respon tertutup

seseorang terhadap stimulus atau obyek tertentu, yang melibatkan faktor

pendapat dan emosi yang bersangkutan.

b. Faktor Pendukung

1) Keterjangkauan Fasilitas

Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-

faktor yang menjadi mata rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya itu

tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku

masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat

merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan

keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat, disamping faktor-faktor yang sudah dibawa

sejak lahir sehingga menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi individu,

kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan (Effendy, 1998, p. 281).

2) Jarak Posyandu

Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah dijangkau

oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri, Posyandu dapat

dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk, balai desa,

balai RT, atau di tempat khusus yang di bangun masyarakat (Effendy, 1998,

p. 269).

3) Pendapatan

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh

kembang anak dan kesehatan anak, karena orang tua dapat menyediakan

semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder (Soetjiningsih,

1995, p. 10).

b. Faktor- Faktor Penguat

1) Peran Kader

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang

dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah

kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam

hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan

kesehatan (Meilani, 2009, p. 129).

2) Perilaku Masyarakat

Pada hakikatnya bila suatu program pembangunan kesehatan

dilaksanaka, akan berlangsung suatu proses interaksi antara provider dengan

recepient, yang masing-masing memiliki latar belakang sosial budaya sendiri-

sendiri. Program pembangunan kesehatan, termasuk di dalamnya upaya

peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai tujuan program apabila dari

kedua belah pihak saling berpartisipasi aktif. Namun langkah pertama

aktivitas itu harus lebih banyak datang dari pihak provider. Pihaknya perlu

memahami latar belakang sosial budaya dan psikologi recepient. Prinsip-

prinsip pembangunan masyarakat pedesaan perlu diperhatikan (Mulyono

joyomartono, 2005).

3) Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah menumbuhkan dan meningkatkan

tanggung jawab individu, keluarga, terhadap kesehatan atau kesejahteraan

dirinya, keluarganya dan masyarakat (Depkes RI, 1987).

Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu :

a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena paksaan

b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insentif

c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi atau karena ingin

meniru

d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran

e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan

tanggungjawab (Depkes RI, 1987).

Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam

masyarakat dan pihak provider yang akan mempengaruhi perubahan perilaku

yang merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat

kesehatan (Depkes RI, 1987).

5. Cara memperoleh pengetahuan

Ada 2 cara untuk memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005, p. 11-14)

a. Cara tradisional

1) Cara coba salah

Cara yang terdisional adalah melalui cara coba-coba atau dalam

kata yang mudah dikenal trial and error. Cara coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan

baik tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli ilmu

pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh kebenaran pengetahuan.

4) Melalui jalan pikiran

Manusia menggunakan penalaran atau jalan pikiran dalam

memperoleh pengetahuanya.

b. Cara modern

Cara modern dapat memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah.

B. Posyandu

1. Definisi posyandu

Posyandu adalah merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehehatan

Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang di kelola dan diselenggarakan dari,

oleh, dan untuk bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat

penurunan angka kematian ibu dan bayi (Departemen Kesehatan RI, 2006, p. 11).

Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan

kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategi untuk pengembangan

sumberdaya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu

antara program keluarga berencana dengan keluarga di tingkat desa. Selain itu dapat

pula diartikan bahwa posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya

kesehatan dan keluarga berencana. (Niken Meilani, et al, 2009, p. 142)

UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat yang di bentuk atas

dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat,

dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait

lainnya.

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non

instrukstif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemamapuan masyarakat, agar

mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki

merencanakan dan melakukan pemecahannnya dengan memanfaatkan potensi

setempat.

2. Prinsip dasar Posyandu

Adapun beberapa prinsip dasar Posyandu adalah :

a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan

pelayanan antara pelayanan profesional dan non profesional (oleh masyarakat)

b. Adanya kerjasama lintas sektor program yang baik (kesehatan ibu dan anak

(KIA), Keluarga Berencana (KB), gizi, imunisasi, penanggulangan diare)

maupun lintas sektoral

c. Kelembagaan masyarakat

d. Mempunyai sasaran pendudukan yang sama.

3. Dasar Pelaksanaan Posyandu

Surat Keputusan Bersama : Mendagri/Menkes/BKKBN. Masing-masing

No. 23 tahun 1985. 21/Men. Kes/Ins B. /IV 1985, 112/HK-011/A/1985 tentang

penyelenggaraan posyandu yaitu:

a. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk menyelenggarakan posyandu

dalam lingkup Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa (LKMD) dan

Pemberdayaan dan Kesehatan Keluarga (PKK)

b. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan fungsi posyandu

dalam program-program pembangunan masyarakat desa

c. Meningkatkan fungsi dan peran LKMD, PKK dan mengutamakan peran kader

pembangunan

d. Melaksanakan pembentukan posyandu di wilayah atau di daerah masing-masing

dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Departemen Kesehatan

(Depkes) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

e. Undangan –undangan no. 23 tahun 1992 pasal 66, dana sehat cara

penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara paripurna.

4. Strata posyandu dikelompokan menjadi 4:

a. Posyandu Pratama

Posyandu pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang

ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta

jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak

terlaksananya kegiatan rutin bulanan posyandu, disamping karena jumlah kader

yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang

dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta

menambah jumlah kader.

b. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5

orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu

kurang dari 50 %. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat

adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat

sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan

posyandu

c. Posyandu Purnama

Posyandu purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5

orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50 %, mampu

menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber

pembiayaan dari dana sehat yang di kelola oleh masyarakat yang pesertanya

masih terbatas yakni kurang dari 50 % KK diwilayah kerja Posyandu. Intervensi

yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain:

1) Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan

pemahaman masyarakat tentang dana sehat

2) Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang

kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50 % KK. Peserta pelatihan adalah

para tokoh masyarakat, terutama dana sehat/kelurahan, serta untuk

kepentingan posyandu mengikut sertakan pula pengurus posyandu.

d. Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5

orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50 %, mampu

menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber

pembiayaan dari dana sehat yang di kelola oleh masyarakat yang pesertanya

lebih dari 50 % KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. Intervensi

yang di lakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat,

sehingga terjamin kesinambungannya.

Dari konsep diatas, dapat disimpulkan beberapa indikator sebagai

penentu jenjang antar strata posyandu adalah:

1) Jumlah buka posyandu pertahun

2) Jumlah kader yang bertugas

3) Cakupan kegiatan

4) Program tambahan

5) Dana sehat/Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

Posyandu akan mencapai strata posyandu mandiri sangat tergantung

pada kemampuan, ketrampilan diiringi rasa memiliki tanggung jawab kader

PKK, LPM sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dan pendukung

posyandu.

5. Tujuan penyelenggaraan posyandu

Penyelenggaraan posyandu mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak

b. Meningkatkan angka pelayanan kesehatan ibu

c. Mempercepat penerimaan normal keluarga kecil bahagia sejahtera

d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

masyarakat dalam usaha peningkatan kemampuan hidup sehat

e. Peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam

usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan

letak geografi

f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi

dan swakelola usaha kesehatan masyarakat.

6. Sasaran pelayanan posyandu

Yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan di posyandu adalah:

1) Bayi yang kurang dari 1 tahun

2) Anak usia 1 sampai 5 tahun atau bawah lima tahun (Balita)

3) Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas

4) Wanita usia subur (WUS).

7. Kegiatan Posyandu

Beberapa kegiatan di posyandu diantaranya terdiri dari 5 kegiatan

posyandu (Panca Krida Posyandu) antara lain:

a. Kesehatan ibu dan anak

b. Keluarga berencana

c. Imunisasi

d. Peningkatan gizi

e. Penanggulangan diare.

Lima kegiatan posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh

kegiatan (Sapta Krida Posyandu), antara lain:

1) Kesehatan ibu dan anak

2) Keluarga berencana

3) Imunisasi

4) Peningkatan gizi

5) Penanggulangan diare

6) Sanitasi dasar

7) Penyediaan obat esensial.

8. Pelayanan kesehatan yang dijalankan posyandu:

a. Pemeliharaan Kesehatan bayi dan balita

1) Penimbangan bulanan

2) Pemberian tambahan makanan bagi bayi yang berat badanya kurang

3) Imunisasi bayi 3-14 bulan

4) Pemberian oralit untuk mengurangi diare

5) Pengobatan penyakit sebagai petolongan pertama.

b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur

1. Pemeliharaan kesehatan umum

2. Pemeriksaan kehamilan dan nifas

3. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah

darah

4. Imunisasi TT untuk ibu hamil

5. Penyuluhan kesehatan dan KB

6. Pemberian alat kontrasepsi KB

7. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare

8. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama

9. Pertolongan pertama pada kecelakaan.

9. Sistem 5 Meja Posyandu

Pelayanan masyarakat dilakukan dengan sistem 5 meja yaitu:

Meja I:

a. Pendaftaran

b. Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia

subur.

Meja II : Penimbangan bayi, balita dan ibu hamil.

Meja III: Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS).

Meja IV:

a. Diketahui berat badan anak naik atau tidak, ibu hamil dengan risiko

tinggi dan faktor risiko tinggi, Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum

mengikuti KB

b. Penyuluhan kesehatan

c. Pelayanan pemberian makanan tambahan, oralit, vitamin A, tablet besi,

pil

d. Ulangan dan kondom.

Meja V:

a. Pemberian imunisasi

b. Pemerikasaan kehamilan

c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

d. Pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) dan suntikan.

Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4 Meja 5

identifikasi naik/ tidak naik

Penyu

Luhan

Pelaya

nan PMT,

Oralit,

Vita

min A dosis tinggi

Identifikasi risiko tinggi

Penyu

Luhan

Tablet besi

Identifikasi PUS yang belu

m ber KB

Penyu

Luhan

Pil ulangan, kon

dom,

tablet busa

Tabel 1 Bagan Sistem Pelayanan 5 Meja

(Sumber : Budioro, 2002, p. 148)

Pe

nyu

l

uh

a

n

k

e

l ompok

Pe

n

d

a

f

t

a

r

a

n

Bayi, Anak Balita,

Ibu Menyu

sui

Pe nim Ba

nga

n

Pengi sian

KMS

Ibu Hamil

PUS

P

E

N

G

O

B

A

T

A

N

K

I

A

I

M

U

N

I

S

A

S

I

Pada saat ini dikenal beberapa kegiatan tambahan posyandu yang telah

diselenggarakan antara lain:

a. Bina Keluarga Balita (BKB)

b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)

c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa

(KLB), misalnya: ISPA, demam berdarah, gizi buruk, polio, campak, difteri,

pertusis, tetanus neonatorum

d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)

e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)

f. Penyediaan air bersih dan penyehatan pemukiman lingkungan (PAB-PLP)

g. Program diversifikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui

Tanaman Obat Kelurga (TOGA)

h. Desa Siaga

i. Pos Malaria Desa (Polmades).

Kegiatan ekonomi produktif, seperti Usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.

j. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).

10. Pembentukan posyandu.

Langkah-langkah pembentukan:

a. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan

b. Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah bimbingan

teknis unsur kesehatan dan KB

c. Musyawarah Masyarakat Desa membicarakan hasil survey mawas diri, sarana

dan prasarana posyandu, biaya posyandu

d. Pemilihan kader posyandu

e. Pelatihan kader posyandu

f. Pembinaan.

Pengelolaan posyandu

a. Penanggung jawab umum: Kades/Lurah

b. Penanggung jawab operasional: Tokoh Mayarakat

c. Ketua pelaksana: Ketu Tim Penggerak PKK

d. Sekretaris: Ketua Pokja IV Kelurahan/Desa

e. Pelakasana: Kader PKK, yang dibantu petugas KB-Kes (Puskesmas).

11. Sistim Informasi Posyandu

Sistim informasi Posyandu adalah rangkaian kegiatan untuk

menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat guna dan

tepat waktu bagi pengelola posyandu. Oleh sebab itu Sistem Informasi Posyandu

merupakan bagian penting dari pembinaan posyandu secara keseluruhan.

Konkritnya, pembinaan akan lebih terarah apabila didasarkan pada informasi yang

lengkap, akurat dan aktual. Dengan kata lain pembinaan merupakan jalan keluar

dari permasalahan yang dihadapi karena didasarkan pada informasi yang tepat,

baik dalam lingkup terbatas maupun lingkup yang lebih luas. Mekanisme

operasional SIP:

a. Pemerintah Desa/Kelurahan bertanggung jawab atas tersedianya data dan

informasi posyandu

b. Pengumpulan data dan informasi adalah Tim Penggerak PKK dengan

menggunakan instrumen:

1) Catatan ibu hamil, kelahiran/kematian dan nifas oleh ketua Kelompok

Dasa Wisma (kader PKK)

2) Register bayi dalam wilayah kerja posyandu bulan Januari s/d Desember

3) Register ibu hamil dalam wilayah kerja posyandu bulan Januari s/d

Desember

4) Data pengunjung petugas posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan

kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas

5) Data hasil kegiatan posyandu.

C. Kader

1. Pengertian kader

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang di pilih

oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan

perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat

dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (Meilani, N, 2009, P.

129).

2. Tugas Kader

Tugas kader adalah hal-hal yang perlu dilaksanakan kader dalam

memberikan pelayanan kesehatan di posyandu. Tugas-tugas kader dalam

melaksanakan di posyandu di bagi dalam 2 kelompok yaitu:

a. Tugas kader pada saat persiapan hari buka posyandu, meliputi:

1) Menyiapkanan alat dan bahan yaitu alat penimbangan bayi, KMG, alat

pengukur, obat-obat yang di butuhkan (tablet FE, Vitamin A oralit), bahan

atau materi penyuluhan

2) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu untuk memberi tahu ibu

datang ke posyandu

3) Menghubungi Kelompok Kerja (Pokja) posyandu, yaitu menyampaikan

rencana kegiatan kepada komite desa dan meminta mereka untuk

memastikan apakah petugas sektor bisa bisa hadir pada hari buka posyandu

4) Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas diantara

kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.

b. Tugas kader pada hari buka Posyadu

1) Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana posyandu

termasuk menyiapkan makanan tambahan (PMT)

2) Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu

3) Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke

posyandu

4) Mencatat hasil penimbangan KMS atau buku KIA dan mengisi buku register

Posyandu

5) Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil

penimbangan serta memberikan PMT

6) Memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai kewenangannya, misalnya

memberikan Vitamin A, pemberian Tablet Besi (Fe), oralit, pil KB, kondom.

Apabila pada hari buka tenaga kesehatan puskesmas datang berkunjung

(sebulan sekali), pelayanan kesehatan dan KB ini di selenggarakan bersama

petugas puskesmas

7) Setelah pelayanan posyandu selesai, kader bersama petugas melengkapi

pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.

c. Diluar hari buka posyandu, antara lain:

1) Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu: bayi, anak balita, ibu

hamil dan ibu menyusui

2) Membuat grafik SKDN, yaitu: jumlah semua balita yang bertempat tinggal di

wilayah kerja posyandu (S), jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju

Sehat atau KIA (K), jumlah balita yang datang pada hari buka posyandu (D)

dan jumlah yang timbangan berat badanya naik (N)

3) Melakukan tindak lanjut terhadap:

a) Sasaran yang tidak datang

b) Sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan

c) Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke posyandu

saat hari buka

d) Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri

pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.

3. Syarat Kader

Persyaratan bagi seorang kader antara lain:

a) Berasal dari masyarakat setempat

b) Tinggal di desa tersebut dan tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu lama

c) Diterima oleh masyarakat setempat

d) Bersedia bekerja untuk masyarakat dilingkunganya

e) Masih cukup mempunyai waktu bekerja untuk masyarakat disamping usahanya

mencari nafkah

f) Sebaiknya yang bisa baca tulis latin.

Ini adalah persyaratan yang bisa ditambah sesuai situasi dan kondisi

setempat.

4. Pelatihan Kader

a) Pelatihan kader merupakan kegiatan dalam rangka mempersiapkan kader agar

mampu berperan serta dalam mengembangkan desa siaga dan poskesdes.

Pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan kader harus di sesuaikan dengan

tugas mereka dalam rangka mengembangkan program kesehatan di desanya

tersebut. Sedangkan tugas kader perlu di sesuaikan pula dengan permasalahan

yang perlu di tanggulangi, tindakan kader yang diperlukan dalam rangka

mengatasi masalah kesehatan yang berlangsung di wilayahnya.

b) Peran Kader

1) Memotivasi penggerak kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka

pengembangan desa siaga dan Pos Kesehatan Desa dan berperan aktif dalam

mewujudkan desa siaga

2) Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan poskesdes dan berperan aktif

dalam mewujudkan desa siaga

3) Bersama masyarakat merencanakan kegiatan pemecahan masalah kesehatan di

tingkat desa

4) Melaksanakan penyuluhan sesuai masalah kesehatan prioritas

5) Membantu bidan di desa menyelenggarakan pertemuan bulanan dalam forum

desa bersama masyarakat tentang perkembangan program desa siaga

6) Melakukan kunjungan rumah pada keluarga binaan

7) Membina kemampuan diri melalui pertukaran pengalaman antar kader.

c) Tujuan latihan kader

Agar kader mengerti, mau dan mampu berperan dalam pelaksanaan

desa siaga dan poskesdes.

d) Peserta latihan dalah kader-kader kesehatan yang dipilih oleh masyarakat dengan

ketentuan:

1) Diterima dan dipilih oleh masyarakat

2) Bersedia dan sanggup jadi kader

3) Sebaiknya dapat membaca, menulis dan berbahasa Indonesia

4) Penyelenggaraan latihan adalah bidan di desa di bantu fasilitator di desa

dengan melibatkan sektor lain dan bimbingan puskesmas

5) Dalam proses pelatihan digunakan metode yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang diharapkan seperti: Ceramah, Demonstrasi, Studi kasus,

Pemecahan masalah, Role playing, Praktek lapangan, Latihan di kelas,

Simulasi atau permainan.

e) Alat peraga pelatihan di sesuaikan dengan tujuan dan sasaran latihan serta

keadaaan setempat

f) Dalam menyelenggarakan pelatihan kader dapat di pergunakan buku pegangan

yang sudah ada

g) Penyelenggaraan pelatihan perlu di evaluasi meliputi proses belajar mengajar,

penyelenggaraan, dan penerapan hasil pelatihan di masyarakat.

D. Kerangka Teori

Berdasarkan teori di atas disusun kerangka teori sebagai berikut

Sumber : Modifikasi Notoadmojo 2003, Niken Meilani, Depkes RI 2006.

E. Kerangka Konsep

Pengetahuan kader tentang

pelaksanaan posyandu sistem 5

meja

Umur

Pendidikan

Status pekerjaan

Faktor predisposisi: a. Pengetahuan b. Pendidikan c. Umur d. Sikap e. Status pekerjaan

Faktor pemungkin: Tempat Alat Buku-buku petunjuk

Faktor penguat: a. Peran kader b. Perilaku petugas c. Partisipasi

masyarakat

Pengetahuan kader tentang posyandu sistem 5 meja