bab ii tinjauan pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-zainulfuad... · 1....
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap
obyek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan yang diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmodjo, 2003, p. 121).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan seseorang dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dengan
suatu objek (Notoatmodjo, 2003, p. 123).
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, tidak sekedar menyebutkan, tetapi
dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
6
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat didalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (Syntesis)
Suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian dari suatu
objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau mungkin kriteria-kriteria yang sudah ada.
3. Sumber pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai sumber
misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media
poster, kerabat dekat dan sebagainya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan posyandu Sitem 5 meja.
a. Faktor predisposisi
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar orang pendidikan
tinggi orang akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi
yang akan dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan
mereka peroleh dari gagasan tersebut.
2) Umur Ibu
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, umur
adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Hurlock,
2004, p. 13).
3) Status Pekerjaan Ibu
Aspek sosial ekonomi akan berpengaruh pada partisipasi
masyarakat di Posyandu. Semua ibu yang bekerja baik dirumah maupun luar
rumah, keduanya akan tetap meninggalkan anak-anaknya untuk sebagian
besar waktu (Neil Niven, 2000, p. 21).
4) Sikap
Menurut Notoatmodjo (2005) sikap adalah respon tertutup
seseorang terhadap stimulus atau obyek tertentu, yang melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan.
b. Faktor Pendukung
1) Keterjangkauan Fasilitas
Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-
faktor yang menjadi mata rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya itu
tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku
masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat
merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan
keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, disamping faktor-faktor yang sudah dibawa
sejak lahir sehingga menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi individu,
kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan (Effendy, 1998, p. 281).
2) Jarak Posyandu
Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah dijangkau
oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri, Posyandu dapat
dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk, balai desa,
balai RT, atau di tempat khusus yang di bangun masyarakat (Effendy, 1998,
p. 269).
3) Pendapatan
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak dan kesehatan anak, karena orang tua dapat menyediakan
semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder (Soetjiningsih,
1995, p. 10).
b. Faktor- Faktor Penguat
1) Peran Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang
dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah
kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam
hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan
kesehatan (Meilani, 2009, p. 129).
2) Perilaku Masyarakat
Pada hakikatnya bila suatu program pembangunan kesehatan
dilaksanaka, akan berlangsung suatu proses interaksi antara provider dengan
recepient, yang masing-masing memiliki latar belakang sosial budaya sendiri-
sendiri. Program pembangunan kesehatan, termasuk di dalamnya upaya
peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai tujuan program apabila dari
kedua belah pihak saling berpartisipasi aktif. Namun langkah pertama
aktivitas itu harus lebih banyak datang dari pihak provider. Pihaknya perlu
memahami latar belakang sosial budaya dan psikologi recepient. Prinsip-
prinsip pembangunan masyarakat pedesaan perlu diperhatikan (Mulyono
joyomartono, 2005).
3) Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah menumbuhkan dan meningkatkan
tanggung jawab individu, keluarga, terhadap kesehatan atau kesejahteraan
dirinya, keluarganya dan masyarakat (Depkes RI, 1987).
Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu :
a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena paksaan
b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insentif
c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi atau karena ingin
meniru
d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran
e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan
tanggungjawab (Depkes RI, 1987).
Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam
masyarakat dan pihak provider yang akan mempengaruhi perubahan perilaku
yang merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan (Depkes RI, 1987).
5. Cara memperoleh pengetahuan
Ada 2 cara untuk memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005, p. 11-14)
a. Cara tradisional
1) Cara coba salah
Cara yang terdisional adalah melalui cara coba-coba atau dalam
kata yang mudah dikenal trial and error. Cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan
baik tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli ilmu
pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh kebenaran pengetahuan.
4) Melalui jalan pikiran
Manusia menggunakan penalaran atau jalan pikiran dalam
memperoleh pengetahuanya.
b. Cara modern
Cara modern dapat memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah.
B. Posyandu
1. Definisi posyandu
Posyandu adalah merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang di kelola dan diselenggarakan dari,
oleh, dan untuk bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi (Departemen Kesehatan RI, 2006, p. 11).
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan
kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategi untuk pengembangan
sumberdaya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu
antara program keluarga berencana dengan keluarga di tingkat desa. Selain itu dapat
pula diartikan bahwa posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
kesehatan dan keluarga berencana. (Niken Meilani, et al, 2009, p. 142)
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat yang di bentuk atas
dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat,
dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait
lainnya.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non
instrukstif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemamapuan masyarakat, agar
mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki
merencanakan dan melakukan pemecahannnya dengan memanfaatkan potensi
setempat.
2. Prinsip dasar Posyandu
Adapun beberapa prinsip dasar Posyandu adalah :
a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan
pelayanan antara pelayanan profesional dan non profesional (oleh masyarakat)
b. Adanya kerjasama lintas sektor program yang baik (kesehatan ibu dan anak
(KIA), Keluarga Berencana (KB), gizi, imunisasi, penanggulangan diare)
maupun lintas sektoral
c. Kelembagaan masyarakat
d. Mempunyai sasaran pendudukan yang sama.
3. Dasar Pelaksanaan Posyandu
Surat Keputusan Bersama : Mendagri/Menkes/BKKBN. Masing-masing
No. 23 tahun 1985. 21/Men. Kes/Ins B. /IV 1985, 112/HK-011/A/1985 tentang
penyelenggaraan posyandu yaitu:
a. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk menyelenggarakan posyandu
dalam lingkup Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa (LKMD) dan
Pemberdayaan dan Kesehatan Keluarga (PKK)
b. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan fungsi posyandu
dalam program-program pembangunan masyarakat desa
c. Meningkatkan fungsi dan peran LKMD, PKK dan mengutamakan peran kader
pembangunan
d. Melaksanakan pembentukan posyandu di wilayah atau di daerah masing-masing
dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Departemen Kesehatan
(Depkes) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
e. Undangan –undangan no. 23 tahun 1992 pasal 66, dana sehat cara
penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara paripurna.
4. Strata posyandu dikelompokan menjadi 4:
a. Posyandu Pratama
Posyandu pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang
ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta
jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak
terlaksananya kegiatan rutin bulanan posyandu, disamping karena jumlah kader
yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang
dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta
menambah jumlah kader.
b. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5
orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu
kurang dari 50 %. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat
adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat
sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan
posyandu
c. Posyandu Purnama
Posyandu purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5
orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50 %, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang di kelola oleh masyarakat yang pesertanya
masih terbatas yakni kurang dari 50 % KK diwilayah kerja Posyandu. Intervensi
yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain:
1) Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan
pemahaman masyarakat tentang dana sehat
2) Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang
kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50 % KK. Peserta pelatihan adalah
para tokoh masyarakat, terutama dana sehat/kelurahan, serta untuk
kepentingan posyandu mengikut sertakan pula pengurus posyandu.
d. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5
orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50 %, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang di kelola oleh masyarakat yang pesertanya
lebih dari 50 % KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. Intervensi
yang di lakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat,
sehingga terjamin kesinambungannya.
Dari konsep diatas, dapat disimpulkan beberapa indikator sebagai
penentu jenjang antar strata posyandu adalah:
1) Jumlah buka posyandu pertahun
2) Jumlah kader yang bertugas
3) Cakupan kegiatan
4) Program tambahan
5) Dana sehat/Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Posyandu akan mencapai strata posyandu mandiri sangat tergantung
pada kemampuan, ketrampilan diiringi rasa memiliki tanggung jawab kader
PKK, LPM sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dan pendukung
posyandu.
5. Tujuan penyelenggaraan posyandu
Penyelenggaraan posyandu mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
b. Meningkatkan angka pelayanan kesehatan ibu
c. Mempercepat penerimaan normal keluarga kecil bahagia sejahtera
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
masyarakat dalam usaha peningkatan kemampuan hidup sehat
e. Peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan
letak geografi
f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
dan swakelola usaha kesehatan masyarakat.
6. Sasaran pelayanan posyandu
Yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan di posyandu adalah:
1) Bayi yang kurang dari 1 tahun
2) Anak usia 1 sampai 5 tahun atau bawah lima tahun (Balita)
3) Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas
4) Wanita usia subur (WUS).
7. Kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan di posyandu diantaranya terdiri dari 5 kegiatan
posyandu (Panca Krida Posyandu) antara lain:
a. Kesehatan ibu dan anak
b. Keluarga berencana
c. Imunisasi
d. Peningkatan gizi
e. Penanggulangan diare.
Lima kegiatan posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh
kegiatan (Sapta Krida Posyandu), antara lain:
1) Kesehatan ibu dan anak
2) Keluarga berencana
3) Imunisasi
4) Peningkatan gizi
5) Penanggulangan diare
6) Sanitasi dasar
7) Penyediaan obat esensial.
8. Pelayanan kesehatan yang dijalankan posyandu:
a. Pemeliharaan Kesehatan bayi dan balita
1) Penimbangan bulanan
2) Pemberian tambahan makanan bagi bayi yang berat badanya kurang
3) Imunisasi bayi 3-14 bulan
4) Pemberian oralit untuk mengurangi diare
5) Pengobatan penyakit sebagai petolongan pertama.
b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur
1. Pemeliharaan kesehatan umum
2. Pemeriksaan kehamilan dan nifas
3. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah
darah
4. Imunisasi TT untuk ibu hamil
5. Penyuluhan kesehatan dan KB
6. Pemberian alat kontrasepsi KB
7. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
8. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
9. Pertolongan pertama pada kecelakaan.
9. Sistem 5 Meja Posyandu
Pelayanan masyarakat dilakukan dengan sistem 5 meja yaitu:
Meja I:
a. Pendaftaran
b. Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia
subur.
Meja II : Penimbangan bayi, balita dan ibu hamil.
Meja III: Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS).
Meja IV:
a. Diketahui berat badan anak naik atau tidak, ibu hamil dengan risiko
tinggi dan faktor risiko tinggi, Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum
mengikuti KB
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan pemberian makanan tambahan, oralit, vitamin A, tablet besi,
pil
d. Ulangan dan kondom.
Meja V:
a. Pemberian imunisasi
b. Pemerikasaan kehamilan
c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d. Pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) dan suntikan.
Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4 Meja 5
identifikasi naik/ tidak naik
Penyu
Luhan
Pelaya
nan PMT,
Oralit,
Vita
min A dosis tinggi
Identifikasi risiko tinggi
Penyu
Luhan
Tablet besi
Identifikasi PUS yang belu
m ber KB
Penyu
Luhan
Pil ulangan, kon
dom,
tablet busa
Tabel 1 Bagan Sistem Pelayanan 5 Meja
(Sumber : Budioro, 2002, p. 148)
Pe
nyu
l
uh
a
n
k
e
l ompok
Pe
n
d
a
f
t
a
r
a
n
Bayi, Anak Balita,
Ibu Menyu
sui
Pe nim Ba
nga
n
Pengi sian
KMS
Ibu Hamil
PUS
P
E
N
G
O
B
A
T
A
N
K
I
A
I
M
U
N
I
S
A
S
I
Pada saat ini dikenal beberapa kegiatan tambahan posyandu yang telah
diselenggarakan antara lain:
a. Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB), misalnya: ISPA, demam berdarah, gizi buruk, polio, campak, difteri,
pertusis, tetanus neonatorum
d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)
e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)
f. Penyediaan air bersih dan penyehatan pemukiman lingkungan (PAB-PLP)
g. Program diversifikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui
Tanaman Obat Kelurga (TOGA)
h. Desa Siaga
i. Pos Malaria Desa (Polmades).
Kegiatan ekonomi produktif, seperti Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.
j. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).
10. Pembentukan posyandu.
Langkah-langkah pembentukan:
a. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan
b. Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah bimbingan
teknis unsur kesehatan dan KB
c. Musyawarah Masyarakat Desa membicarakan hasil survey mawas diri, sarana
dan prasarana posyandu, biaya posyandu
d. Pemilihan kader posyandu
e. Pelatihan kader posyandu
f. Pembinaan.
Pengelolaan posyandu
a. Penanggung jawab umum: Kades/Lurah
b. Penanggung jawab operasional: Tokoh Mayarakat
c. Ketua pelaksana: Ketu Tim Penggerak PKK
d. Sekretaris: Ketua Pokja IV Kelurahan/Desa
e. Pelakasana: Kader PKK, yang dibantu petugas KB-Kes (Puskesmas).
11. Sistim Informasi Posyandu
Sistim informasi Posyandu adalah rangkaian kegiatan untuk
menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat guna dan
tepat waktu bagi pengelola posyandu. Oleh sebab itu Sistem Informasi Posyandu
merupakan bagian penting dari pembinaan posyandu secara keseluruhan.
Konkritnya, pembinaan akan lebih terarah apabila didasarkan pada informasi yang
lengkap, akurat dan aktual. Dengan kata lain pembinaan merupakan jalan keluar
dari permasalahan yang dihadapi karena didasarkan pada informasi yang tepat,
baik dalam lingkup terbatas maupun lingkup yang lebih luas. Mekanisme
operasional SIP:
a. Pemerintah Desa/Kelurahan bertanggung jawab atas tersedianya data dan
informasi posyandu
b. Pengumpulan data dan informasi adalah Tim Penggerak PKK dengan
menggunakan instrumen:
1) Catatan ibu hamil, kelahiran/kematian dan nifas oleh ketua Kelompok
Dasa Wisma (kader PKK)
2) Register bayi dalam wilayah kerja posyandu bulan Januari s/d Desember
3) Register ibu hamil dalam wilayah kerja posyandu bulan Januari s/d
Desember
4) Data pengunjung petugas posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan
kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas
5) Data hasil kegiatan posyandu.
C. Kader
1. Pengertian kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang di pilih
oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat
dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (Meilani, N, 2009, P.
129).
2. Tugas Kader
Tugas kader adalah hal-hal yang perlu dilaksanakan kader dalam
memberikan pelayanan kesehatan di posyandu. Tugas-tugas kader dalam
melaksanakan di posyandu di bagi dalam 2 kelompok yaitu:
a. Tugas kader pada saat persiapan hari buka posyandu, meliputi:
1) Menyiapkanan alat dan bahan yaitu alat penimbangan bayi, KMG, alat
pengukur, obat-obat yang di butuhkan (tablet FE, Vitamin A oralit), bahan
atau materi penyuluhan
2) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu untuk memberi tahu ibu
datang ke posyandu
3) Menghubungi Kelompok Kerja (Pokja) posyandu, yaitu menyampaikan
rencana kegiatan kepada komite desa dan meminta mereka untuk
memastikan apakah petugas sektor bisa bisa hadir pada hari buka posyandu
4) Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas diantara
kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.
b. Tugas kader pada hari buka Posyadu
1) Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana posyandu
termasuk menyiapkan makanan tambahan (PMT)
2) Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu
3) Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke
posyandu
4) Mencatat hasil penimbangan KMS atau buku KIA dan mengisi buku register
Posyandu
5) Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil
penimbangan serta memberikan PMT
6) Memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai kewenangannya, misalnya
memberikan Vitamin A, pemberian Tablet Besi (Fe), oralit, pil KB, kondom.
Apabila pada hari buka tenaga kesehatan puskesmas datang berkunjung
(sebulan sekali), pelayanan kesehatan dan KB ini di selenggarakan bersama
petugas puskesmas
7) Setelah pelayanan posyandu selesai, kader bersama petugas melengkapi
pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.
c. Diluar hari buka posyandu, antara lain:
1) Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu: bayi, anak balita, ibu
hamil dan ibu menyusui
2) Membuat grafik SKDN, yaitu: jumlah semua balita yang bertempat tinggal di
wilayah kerja posyandu (S), jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju
Sehat atau KIA (K), jumlah balita yang datang pada hari buka posyandu (D)
dan jumlah yang timbangan berat badanya naik (N)
3) Melakukan tindak lanjut terhadap:
a) Sasaran yang tidak datang
b) Sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan
c) Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke posyandu
saat hari buka
d) Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri
pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.
3. Syarat Kader
Persyaratan bagi seorang kader antara lain:
a) Berasal dari masyarakat setempat
b) Tinggal di desa tersebut dan tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu lama
c) Diterima oleh masyarakat setempat
d) Bersedia bekerja untuk masyarakat dilingkunganya
e) Masih cukup mempunyai waktu bekerja untuk masyarakat disamping usahanya
mencari nafkah
f) Sebaiknya yang bisa baca tulis latin.
Ini adalah persyaratan yang bisa ditambah sesuai situasi dan kondisi
setempat.
4. Pelatihan Kader
a) Pelatihan kader merupakan kegiatan dalam rangka mempersiapkan kader agar
mampu berperan serta dalam mengembangkan desa siaga dan poskesdes.
Pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan kader harus di sesuaikan dengan
tugas mereka dalam rangka mengembangkan program kesehatan di desanya
tersebut. Sedangkan tugas kader perlu di sesuaikan pula dengan permasalahan
yang perlu di tanggulangi, tindakan kader yang diperlukan dalam rangka
mengatasi masalah kesehatan yang berlangsung di wilayahnya.
b) Peran Kader
1) Memotivasi penggerak kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka
pengembangan desa siaga dan Pos Kesehatan Desa dan berperan aktif dalam
mewujudkan desa siaga
2) Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan poskesdes dan berperan aktif
dalam mewujudkan desa siaga
3) Bersama masyarakat merencanakan kegiatan pemecahan masalah kesehatan di
tingkat desa
4) Melaksanakan penyuluhan sesuai masalah kesehatan prioritas
5) Membantu bidan di desa menyelenggarakan pertemuan bulanan dalam forum
desa bersama masyarakat tentang perkembangan program desa siaga
6) Melakukan kunjungan rumah pada keluarga binaan
7) Membina kemampuan diri melalui pertukaran pengalaman antar kader.
c) Tujuan latihan kader
Agar kader mengerti, mau dan mampu berperan dalam pelaksanaan
desa siaga dan poskesdes.
d) Peserta latihan dalah kader-kader kesehatan yang dipilih oleh masyarakat dengan
ketentuan:
1) Diterima dan dipilih oleh masyarakat
2) Bersedia dan sanggup jadi kader
3) Sebaiknya dapat membaca, menulis dan berbahasa Indonesia
4) Penyelenggaraan latihan adalah bidan di desa di bantu fasilitator di desa
dengan melibatkan sektor lain dan bimbingan puskesmas
5) Dalam proses pelatihan digunakan metode yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan seperti: Ceramah, Demonstrasi, Studi kasus,
Pemecahan masalah, Role playing, Praktek lapangan, Latihan di kelas,
Simulasi atau permainan.
e) Alat peraga pelatihan di sesuaikan dengan tujuan dan sasaran latihan serta
keadaaan setempat
f) Dalam menyelenggarakan pelatihan kader dapat di pergunakan buku pegangan
yang sudah ada
g) Penyelenggaraan pelatihan perlu di evaluasi meliputi proses belajar mengajar,
penyelenggaraan, dan penerapan hasil pelatihan di masyarakat.
D. Kerangka Teori
Berdasarkan teori di atas disusun kerangka teori sebagai berikut
Sumber : Modifikasi Notoadmojo 2003, Niken Meilani, Depkes RI 2006.
E. Kerangka Konsep
Pengetahuan kader tentang
pelaksanaan posyandu sistem 5
meja
Umur
Pendidikan
Status pekerjaan
Faktor predisposisi: a. Pengetahuan b. Pendidikan c. Umur d. Sikap e. Status pekerjaan
Faktor pemungkin: Tempat Alat Buku-buku petunjuk
Faktor penguat: a. Peran kader b. Perilaku petugas c. Partisipasi
masyarakat
Pengetahuan kader tentang posyandu sistem 5 meja