bab ii tinjauan pustaka 2.1. landasan teori 2.1.1. pasar ...repository.untag-sby.ac.id/426/3/bab...

28
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Untuk memecahkan masalah yang ada maka penulis merasa perlu untuk mengemukakan beberapa teori-teori yang menjadi landasan berfikir sehingga memperkuat pendapat maupun kesimpulan yang diberikan. 2.1.1. Pasar Modal 2.1.1.1.Pengertian Pasar Modal Pasar modal seperti pada umumnya adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli, dimana yang diperjualbelikan adalah modal atau dana. Pasar modal efisien diartikan dengan beberapa tujuan yang berbeda. Pasar modal diartikan sebagai pasar yang biasa menyediakan jasa-jasa yang diperlukan oleh para investor dengan biaya minimal. Efisiensi pasar modal atau pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2007). Definisi pasar modal menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan Efek, perusahaan public yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Menurut Widoatmodjo (2012:15), pasar modal adalah pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Sedangkan menurut Husnan (2015:3) menyatakan bahwa secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Berdasarkan pengertian yang telah disampaikan oleh para pakar ekonomi diatas maka disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar yang digunakan sebagai sarana melakukan penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkan oleh

Upload: others

Post on 26-May-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Untuk memecahkan masalah yang ada maka penulis merasa perlu untuk

mengemukakan beberapa teori-teori yang menjadi landasan berfikir sehingga

memperkuat pendapat maupun kesimpulan yang diberikan.

2.1.1. Pasar Modal

2.1.1.1.Pengertian Pasar Modal

Pasar modal seperti pada umumnya adalah tempat bertemunya penjual dan

pembeli, dimana yang diperjualbelikan adalah modal atau dana. Pasar modal

efisien diartikan dengan beberapa tujuan yang berbeda. Pasar modal diartikan

sebagai pasar yang biasa menyediakan jasa-jasa yang diperlukan oleh para investor

dengan biaya minimal. Efisiensi pasar modal atau pasar yang efisien adalah pasar

dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua

informasi yang tersedia (Tandelilin, 2007).

Definisi pasar modal menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun

1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

perdagangan Efek, perusahaan public yang berkaitan dengan Efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.

Menurut Widoatmodjo (2012:15), pasar modal adalah pasar abstrak,

dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun.

Sedangkan menurut Husnan (2015:3) menyatakan bahwa secara formal

pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk instrument keuangan (atau

sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang

ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities,

maupun perusahaan swasta.

Berdasarkan pengertian yang telah disampaikan oleh para pakar ekonomi

diatas maka disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar yang digunakan sebagai

sarana melakukan penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkan oleh

10

perusahaan publik maupun pemerintah serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan efek.

2.1.1.2.Jenis-Jenis Pasar Modal

Sebelum menjual sekuritas-sekuritas yang diperdagangkan dalam pasar

modal, perusahaan harus mengikuti tata cara perdagangan sekuritas yang sudah

diatur sesuai dengan ketentuan, peraturan atau undang-undang yang berlaku.

Peraturan tersebut mengatur dimana perusahaan harus memperdagangkan

sekuritasnya, berdasarkan hal tersebut menurut Samsul (2016:43-44), pasar modal

digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu :

1. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah tempat bagi perusahaan untuk pertama kalinya

menawarkan saham dan obligasi yang mereka terbitkan kepada masyarakat

umum. Penawaran umum ini biasa disebut Initial Public Offering (IPO).

Dengan terjadinya IPO maka perusahaan yang tertutup terhadap laporan

keuangannya atau berstatus perseroan tertutup akan berubah menjadi

perseroan terbuka (Tbk). Masyarakat yang ingin membeli efek dapat

melakukan pesanan beli kepada peminjam efek atau broker.

2. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder adalah pasar dimana efek-efek yang telah tercatat dalam

bursa efek diperjualbelikan. Pasar sekunder memberikan kesempatan

kepada para investor untuk membeli atau menjual efek-efek yang telah

tercatat, setelah terlaksananya penawaran perdana. Di pasar ini, efek-efek

diperdagangkan dari satu investor ke investor yang lain. Terbentuknya

harga pasar akibat proses jual beli para investor ini disebut juga dengan

istilah Order Driven Market.

3. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan sekuritas lain di luar bursa. Di

Indonesia pasar ketiga disebut bursa parallel, bursa paralel merupakan

suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi.

pasar ketiga ini memiliki pasar lokasi perdaganagn yang dinamakan lantai

bursa (floor trading). Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa

pemutusan informasi yang disebut trading information. Informasi yang

diberikan dalam pasar ini meliputi harga saham, jumlah transaksi, dengan

keterangan lainnya mengenai surat berharga yang bersangkutan.

11

Salah satu contoh pasar ketiga di Indonesia adalah BPI (Bursa Paralel

Indonesia) yang didirikan pada 2 Juni 1988. BPI dikelola oleh PPUE

(Persatuan Perdagangan Uang dan Efek), sedangkan organisasinya terdiri

dari broker dan dealer. Pada 22 Juli 1995 BPI diakuisisi oleh Bursa Efek

Surabaya.

4. Pasar Keempat

Merupakan bentuk perdagangan efek antara investor jual dan investor beli

tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam

perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block

sale) karena dapat menghemat biaya transaksi dibandingkan jika dilakukan

di pasar sekunder. Meskipun transaksi pengalihan tersebut terjadi secara

langsung antar investor, mekanisme kerja dalam pasar modal menghendaki

pelapor terhadap transaksi block sale tersebut kepada bursa efek secara

terbuka. Jadi pada akhirnya transaksi antar investor juga harus dicatatkan

pada bursa efek.

2.1.1.3.Fungsi Pasar Modal

Pasar modal memiliki beberapa fungsi yang strategis yang membuat

lembaga ini memiliki daya tarik, tidak saja hanya bagi pihak yang memerlukan

dana (borrowes) dan pihak yang meminjamkan dana (lenders) tetapi juga

pemerintah. Adapun fungsi dari pasar modal menurut Budi Untung (2010:10)

adalah sebagai berikut :

1. Sebagai Sumber Penghimpun Dana

Pasar modal berfungsi sebagai sumber penghimpun dana dikarenakan

untuk memungkinkan perusahaan menerbitkan suratberharga (sekuritas)

baik surat tanda hutang (obligasi dan bonds) maupun surat tanda

kepemilikan (saham). Dengan memanfaatkan sumber dana dari pasar

modal tersebut, perusahaan dapat terhindar dari kondisi debt to ratio yang

terlalu tinggi.

2. Sebagai Alternatif Investasi Para Pemodal atau Investor

Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk

membentuk portofolio investasi (mengkombinasikan dana pada berbagai

kemungkinan investasi) dengan mengharapkan keuntungan yang lebih dan

sanggup menanggung sejumlah resiko tertentu yang mungkin terjadi.

3. Penghimpun Dana Modal Pasar Modal Relatif Rendah

12

Pasar modal sebagai penghimpun dana bagi perusahaan yang

membutuhkan biaya yang relatif kecil dengan melalui penjualan saham

daripada perusahaan harus meminjam ke bank.

4. Pasar Modal Akan Mendorong Perkembangan Investasi

Dengan adanya pasar modal, pemerintah terbantu dalam memobilisasi

dana masyarakat. Para pemodal yang melakukan investasi di pasar modal

dengan sendirinya akan menambah jumlah investasi. Hal ini dikarenakan

perusahaan yang menerima dana dari masyarakat akan meningkatkan

usahanya, baik melalui pembelian mesin baru, penyerapan tenaga kerja,

dan menaikkan volume penjualan dari pendapatan. Dalam skala yang lebih

sempit pasarmodal berfungsi sebagai sumber dana jangka panjang, alat

restrukturisasi modal perusahaan dan alat untuk melakukan divestasi.

2.1.1.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pasar Modal

Pasar modal sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli tentu

memiliki faktor-faktor yang dapat memperngaruhinya. Husnan (2009:8-9)

menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar

modal, Antara lain :

1. Supply Sekuritas

Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan

sekuritas di pasar modal dan mereka harus bersedia memenuhi perasaan full

disclosure (mengungkapkan kondisi perusahaan) sesuai tuntutan pasar.

2. Demand Akan Sekuritas

Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memilliki

dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang

ditawarkan.

3. Kondisi Politik dan Ekonomi

Faktor ini mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik

yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang akhirnya akan

mempengaruhi supply dan demand sekuritas.

4. Masalah Hukum dan Peraturan

Pembeli sekuritas pada dasarnya mengendalikan diri pada informasi yang

disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Oleh

karena itu, kebenaran informasi menjadi sangat penting disamping kecepatan

dan kelengkapan informasi.

13

Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal

dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien.

Kegiatan di pasar modal pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

pemilik dana dan pihak yang memerlukan dana secara langsung (artinya tidak ada

perantara keuangan yang mengambil alih resiko investasi). Dengan demikian maka

peran informasi yang dapat diandalkan kebenarannya dana cepat tersedianya

menjadi sangat penting.

2.1.1.5.Peranan Pasar Modal

Menurut Sunariyah (2011:7) pasar modal mempunyai peranan penting

dalam suatu Negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu Negara

dengan Negara yang lain. Seberapa besar peran pasar modal pada suatu Negara

dapat dilihat dari 5 (lima) segi sebagai berikut :

1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk

menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.

Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan dalam

melakukan transaksi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan

transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan penjual bertemu secara

tidak langsung).

2. Pasar modal memberikan kesempatan kedapa para pemodal menentukan

hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong

perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para pemodal.

3. Pasar modal memberikan kesempatan pada investor untuk menjual kembali

saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya

pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki

tersebut setiap saat. Apabila pasar modal tidak ada, maka investor terpaksa

harus menunggu pencarian surat berharga yang dimilikinya sampai dengan

saat likuidasi perusahaan.

4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk

berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat

berpenghasilan kecil mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan

alternatif cara penggunaan uang mereka. Selain menabung, uang dapat

dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih ke investasi yaitu dengan

membeli sebagian kecil saham perusahaan publik. Apabila sebagian kecil

saham tersebut sedikit berkembang dan meningkat jumlahnya maka ada

kemungkinan bahwa masyarakat dapat memiliki saham mayoritas.

14

5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.

Bagi para pemodal, keputusan investasi harus didasarkan pada tersedianya

informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal dapat

menyediakan kebutuhan terhadap informasi bagi para pemodal secara

lengkap, yang apabila hak tersebut harus dicari sendiri akan memerlukan

biaya yang sangat mahal. Dengan adanya pasar modal tersebut, biaya

memperoleh informasi ditanggung oleh seluruh pelaku pasar bursa, yang

dengan sendirinya akan jauh lebih murah.

2.1.2. Saham

2.1.2.1.Pengertian Saham

Secara sederhana saham adalah tanda pernyataan atau kepemilikan

seseorang atau badan di dalam perusahaanterbatas”(Situmorang, 2008:5). Wujud

saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut

adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

Menurut Fahmi dan Yovi (2011:68) saham adalah tanda bukti penyertaan

kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan, kertas yang tercantum dengan

jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang

dijelaskan kepada setiap pemegangnya, persediaan yang siap untuk dijual.

Menurut E.Tandelilin (2007), saham merupakan bukti kepemilikan atas

asset-aset perusahaan yang menerbitkan saham, dengan memiliki saham suatu

perusahaan, maka investor akan mempunyai hak atas pendapatan dan kekayaan

perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.

Pengertian saham menurut Rusdin (2008) yaitu: “Sertifikat yang

menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki

hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”.

Dari pengertian-pengertian yang telah disebutkan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa saham merupakan bukti tanda kepemilikan modal atas suatu

perusahaan yang dimiliki oleh individu atau lembaga yang nantinya pemilik modal

akan mendapatkan imbalan yang disebut deviden yang nilainya tergantung jumlah

modal yang disetor.

15

2.1.2.2.Jenis-Jenis Saham

Saham yang beredar di masyarakat terdapat berbagai jenis. Adapun

maksud pembagian ini adalah hanya untuk membedakan dari karakteristik saham

itu sendiri. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;367) saham dapat dibedakan

menjadi ;

1. Berdasarkan Cara Pengalihannya

a. Saham atas Unjuk (Bearer Stock)

Diatas sertifikat ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan

pemilikan saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk

mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya

mirip dengan uang. Pemilik sham atas unjuk ini harus berhati-hati

membawa dan menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang,

maka pemilik tidak dapat meminta gantinya.

b. Saham atas Nama (Registered Stock)

Diatas sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan

dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat

dalam buku perusahaan yang khusus membuat daftar nama pemegang

saham. Jika saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya.

2. Berdasarkan Jenisnya

a. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasarkan

laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi,

pemegang saham biasalah yang mendapatkan prioritas paling akhir

dalam pembagian dividen dan penjualan asset perusahaan. Kelebihan

saham biasa adalah kemampuannya memberikan keuntungan yang

cukup besar, bergantung kepada perkembangan perusahaan yang

bersangkutan. Adapun karakteristik saham biasa adalah :

1. Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan

pasti. Pendapatan investasi saham dapat berupa dividen kepada

investor bergantung pada kebutuhan manajemen perusahaan

yangmenyangkut kondisi dan rencana perusahaan dimasa yang

akan datang

2. Pemilik saham biasa mempunyai hak untuk mengikuti rapat umum

pemegang saham yang merupakan pemegang kekuasaaan tertinggi

dalam suatu perusahaan. Hak suara yang dimilki pemegang saham

adalah sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya. Dengan

demikian setiap pembelian saham dapat berperan untuk

menentukan masa depan perusahaan.

16

3. Saham biasa tidak memiliki masa jatuh tempo tertentu. Dengan

demikian emiten tidak perlu berkewajiban untuk membayar

kembali harga pembelian saham yang telah diterbitkannya.

Berbeda dengan obligasi, perusahaan memiliki kewajiban untuk

mengembalikan baik itu berupa bunga atau nominalnya.

b. Saham Preferen (Prefered Stock)

Saham preferen adalah saham dengan bagian hasil yang tetap dan

apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham

preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas

penjualan asset.

2.1.2.3.Pengertian Stock Price (Harga Saham)

Menurut Rusdin (2008) harga saham yaitu: “Harga saham ditentukan

menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan tawar-menawar. Makin

banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut cenderung bergerak

naik. Sebaliknya, makin banyak orang yang ingin menjual saham, maka saham

tersebut akan bergerak turun”.

Menurut Jogiyanto (2008), Harga saham merupakan harga yang terjadi

dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan

oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal.

Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan.

Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan bagi

investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan

keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan

sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar

perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga yang terbentuk

dari kesapakatan penjual dan pembeli saham atau harga yang terbentuk dari

kekuatan permintaan dan penawaran saham yang terjadi di pasar bursa pada saat

tertentu. Naik turunnya harga saham ditentukan oleh pasar, dimana adanya

kesepakatan atas permintaan dan penawaran. Ketika terdapat banyak pemintaan,

maka harga yang ditawarkan semakin tinggi, dan ketika permintaan berkurang atau

sedikit maka harga yang ditawarkan akan menurun atau semakin rendah.

17

2.1.2.4.Jenis-Jenis Stock Price (Harga Saham)

Dalam praktik perdagangan saham, harga saham dibedakan menurut cara

pengalihan dan manfaat yang diperoleh bagi pemegang saham. Menurut Rusdin

(2006), harga saham terbagi atas tiga jenis yaitu:

1. Par Value (Harga Nominal)

Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan

yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. Nilai nominal suatu saham harus

ada dan dicantumkan pada surat berharga saham dalam mata uang rupiah,

bukan dalam bentuk mata uang asing.

2. Base Price (Harga Dasar)

Harga dasar suatu saham erat kaitannya dengan harga pasar suatu suatu

saham. Pada prinsip harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat

saham tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah señalan dengan

dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham,

antara lain: Right issue, Stock split, waran, dan lain-lain. Harga dasar

dipergunakan didalam perhitungan indeks harga saham.

3. Market Price (Harga Pasar)

Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga

pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung.

Apabila pasar suatu efek sudah tutup maka harga pasar saham adalah harga

penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan

naik-turunnya suatu saham.

2.1.2.5.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock Price (Harga Saham)

Menurut Marzuki Usman dalam Robin Wiguna (2008:133) berpendapat

bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham dapat dibagi menjadi

tiga kategori, yaitu:

1. Faktor yang bersifat fundamental

Merupakan faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan

seperti laba per saham, deviden per saham, struktur permodalan, potensi

pertumbuhan, dan prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Alat

yang dipakai untuk menilai aspek-aspek fundamental suatu saham

berdasarkan laba dalam bentuk deviden dan prospek usaha perusahaan

disebut analisa fundamental. Sedangkan dasar untuk menilai kerja

perusahaan adalah hasil usaha yang tercantum dalam laporan keuangan dan

18

perkembangan harga saham di bursa. Analisa fundamental bertujuan untuk

menjawab pertanyaan apakah harga suatu saham murah atau mahal,

sehingga kalau harga saham sangat murah maka pemodal dapat mengambil

keputusan untuk membeli saham tersebut. faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhinya meliputi:

a. Kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional.

b. Prospek bisnis perusahaan di masa datang.

c. Prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan.

d. Perkembangan teknologi dalam kegiatan operasi perusahaan.

e. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

2. Faktor yang bersifat teknis

Faktor teknis menyajikan informasi yang menggambarkan pasaran suatu

efek baik secara individu maupun secara kelompok. Dalam menilai harga

saham para analis banyak memperhatikan beberapa hal seperti berikut:

a. Keadaan pasar modal.

b. Perkembangan kurs.

c. Volume dan frekuensi transaksi suku bunga.

d. Kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saharn perusahaan.

3. Faktor sosial politik

Faktor sosial politik suatu negara juga turut mempengaruhi harga saham di

bursa sebagai akibat respon dari kondisi ekternal yang dapatberpengaruh

terhadap kondisi perusahaan. Hal-hal tesebut antara lain sebagai berikut:

a. Tingkat inflasi yang terjadi.

b. Kebijaksanaan moneter yang dilakukan oleh pemerintah.

c. Kondisi perekonomian.

d. Keadaan politik suatu negara.

2.1.3. Analisis Rasio Keuangan

Pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2012:122) menyatakan

bahwa: Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang

ada dalam laporan keuangan. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen

dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada

diantara laporan keuangan. Kemudian, angka yang diperbandingkan dapat berupa

angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Laporan keuangan

melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu dan kegiatan operasinya

selama beberapa periode lalu (Brigham dan Houston, 2010:133)

19

Seorang investor sangat membutuhkan informasi yang berhubungan

dengan pengharapan masa mendatang. Laporan keuangan menjadi sumber

informasi bagi investor dalam menentukan keputusan investasi dan manajemen

dalam mengelola perusahaan maupun pihak yang lainnya.

Laporan keuangan tersebut berupa neraca, laporan laba rugi, laporan arus

kas, catatan dan laporan keuangan lain serta meteri penjelasan yang merupakan

bagian integral dari laporan keuangan. Pemegang saham juga memerlukan

informasi keuanagn untuk menilai kinerja perusahaan, oleh karena itu peranan

laporan keuanagn bagi investor maupun analisis sangat penting.

Untuk mengetahui kondisi dan kinerja keuangan perusahaan, seorang

analisa memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan adalah

rasio. Yang dimaksud dengan rasio keuangan dalam analisa laporan keuangan

adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antar unsur-unsur dalam laporan

keuangan tersebut. Hubungan antar unsur-unsur keuangan tersebut dinyatakan

dalam bentuk matematis sederhana.

Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen

dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan.

Kemudian juga dapat menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan

sumber daya perusahaan secara efektif.

Dalam praktiknya, analisis rasio keuangan perusahaan dapat digolongkan

sebagai berikut:

a. Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber

dari neraca.

b. Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya

bersumber dari laporan laba rugi.

c. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber

(data campuran), baik yang ada di neraca mapun laporan laba rugi.

Perbandingan dalam rasio keuangan menekankan analisis untuk

mempertimbangkan secara realitis tentang baik buruknya posisi keuangan suatu

perusahaan, terutama angka rasio tersebut dibandingkan angka rasio perbandingan

yang digunakan sebagai acuan, sehingga dapat menetukan strategi finansial yang

akan datang.

Analisis rasio keuangan sebagai alat dalam analisis laporan keuangan dapat

memberikan informasi tentang kondisi dan prestasi keuangan perusahaan. Analisis

rasio keuangan ini bermanfaat untuk pihak-pihak yang memerlukan informasi

20

keuangan perusahaan. Rasio keuangan memberikan indikasi tentang kondisi kas

perusahaan yang cukup rasional, efisien manajemen persediaan, perencanaan

pengeluaran investasi yang baik dan struktur modal yang sehat.

Pada dasarnya analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam empat macam

kategori, yaitu :

a. Rasio Likuiditas

Rasio ini mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan

dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya

(hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan).

Yang dalam rasio ini adalah :

1. Rasio lancar mengukur kemampuan perusahan memenuhi hutang

jangka pendekknya dengan menggunakan aktiva lancarnya :

2. Rasio quick, rasio yang dihitung dengan cara perbandingan Antara

aktiva lancar dikurangi persediaan dan hutang lancar.

b. Rasio Aktivitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan data

yang tersedia dalam perputaran modalnya.

Yang termasuk didalam rasio ini adalah :

1. Rata-rata umur piutang adalah rasio untuk melihat berapa lama yang

diperlukan untuk melunasi piutang.

2. Perputaran persediaan adalah rasio untuk melihat berapa lama dana

tertanam pada persediaan.

3. Perputaran aktiva tetap adalah rasio yang mengukur sejauh mana

kemampuan perusahan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva

tetap yang dimiliki perusahaan.

4. Perputaran total aktiva adalah rasio yang menghitung efektivitas

penggunaan total aktiva.

21

c. Rasio Leverage

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-

kewaiban jangka panjangnya.

Yang termasuk dalam rasio ini adalah :

1. Total debt to equity rasio yaitu rasio untuk menghitung perbandingan

antar hutang lancer dan hutang jangka panjang dengan modal sendiri

2. Debt rasio yaitu pengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh

hutang atau modal yang berasal dari kreditur.

3. Total debt to asset rasio yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur

jumlah aktiva perusahaan yan dibiayai oleh hutang atau modal yang

berasal dari kreditur.

d. Rasio profitabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan

pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.

Yang termasuk dalam rasio ini adalah :

1. Profit margin adalah rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan

perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

2. Return on total asset adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset

yang tertentu.

3. Return on equity adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba berdasarkan moal saham tertentu.

4. Earning per share adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setip

tahunnya.

22

Keempat rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan pada

masa mendatang. Faktor prospek dalam rasio tersebut akan mempengaruhi harapan

investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang.

2.1.4. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar

keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar

sahamnya. Berikut adalah definisi Earning Per Share (EPS) menurut para ahli :

Menurut Darmaji dan Fakhruddin (2012:54), EPS adalah rasio yang

menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan prositabilitas

perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham.

Menurut Fahmi (2012:97), Earning Per Share atau laba per lembar saham

adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham

dari setiap lembar saham yang dimiliki.

Menurut Sutrisno (2012:223), Earning Per Share atau laba per lembar

saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan

per lembar saham pemilik.

Sedangkan pengertian Earning Per Share (EPS) menurut Kasmir

(2012:207) merupakan “Rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam

mencapai keuntungan bagi pemegang saham.” Semakin tinggi nilai EPS tentu saja

menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan

untuk pemegang saham. Rasio laba menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas

serta manajemen aktiva dan kewajiban terhadap kemampuan perusahaan

menghasilkan laba.

Earning Per Share(EPS) adalah alat ukur yang paling sering digunakan.

Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai

performance perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat luas (go public)

karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung

informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per

saham dan tingkat harga saham dikemudian hari, serta EPS juga relevan untuk

menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembayaran dividen.

Menurut Harahap (2007), EPS digunakan untuk mengukur keberhasilan

manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik perusahaan. Rasio rendah

23

berarti manajemen tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan memperhatikan

pendapatan-pendapatan yang diperoleh. Rasio tinggi berarti perusahaan sudah

mapan (mature).

(Karnadjaja, 2009:215) EPS merupakan salah satu indikator keberhasilan

perusahaan, sehingga EPS yang tinggi akan menarik minat investor. nilai EPS saat

ini akan dibandingkan dengan nilai EPS tahun sebelumnya pada kuartal yang sama

untuk mengetahui pertumbuhan keuntungan perusahaan. Semakin tinggi laba

bersih yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi pula nilai EPS. Nilai EPS

yang lebih besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam

menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai

EPS akan semakin menarik minat investor dalam menanamkan modalnya, karena

EPS menunjukkan laba yang berhak didapatkan oleh pemegang saham atas satu

lembar saham yang dimilikinya.

Informasi peningkatan EPS akan diterima pasar sebagai sinyal baik yang

akan memberikan masukan positif bagi investor dalam pengambilan keputusan

membeli saham. Hal ini tercermin dalam volume transaksi saham yang tinggi.

Begitu pula sebaliknya jika Earning Per Share rendah/turun, investor akan

menganggap ada penurunan kemampuan menghasilkan keuntungan, sehingga tidak

menjadi prospektif lagi, yang menyebabkan harga saham turun.

Besarnya laba per lembar saham (EPS) suatu perusahaan bisa diketahui

dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak

mencantumkan besarnya EPS perusahaan yang bersangkutan dalam laporan

keuangannya, tapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan

informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan.Berikut rumus dalam

menghitung EPS menurut Kasmir (2012:207):

Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio ini mencerminkan laba per lembar

saham biasa yang diperoleh perusahaan dalam periode waktu tertentu. Rasio

keuangan ini merupakan rasio yang paling sering dianalisis dan dikutip. Alasan

utama Earning Per Share menjadi fokus utama dibandingkan laba adalah karena

tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Nilai

EPS yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor. Semakin tinggi nilai EPS,

maka kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang

sahamnya semakin tinggi. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

kenaikan dan penurunan Earning Per Share, antara lain :

24

- Faktor penyebab Kenaikan Earning Per Share yaitu :

1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.

2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

4. Presentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada presentase kenaikan

jumlah lembar saham biasa yang beredar.

5. Presentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar

daripada presentase penurunan laba bersih.

- Faktor Penyebab Penurunan Earning Per Share yaitu :

1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang berdar naik.

2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.

3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.

4. Presentase penurunan laba bersih lebih besar deripada presentase

penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

5. Presentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar

daripada presentase kenaikan laba bersih.

2.1.4.1.Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Stock Price

Menurut Widoatmodjo dalam Priatina (2012:54), EPS sangat berpengaruh

terhadap harga saham. Karena semakin tinggi EPS maka akan semakin mahal suatu

saham, karena EPS merupakan salah satu bentuk rasio keuangan untuk menilai

kinerja perusahaan.

EPS dapat digunakan untuk menilai baik atau tidaknya kinerja perusahaan,

sehingga semakin tinggi EPS akan semakin mahal suatu saham. Hal tersebut

didukung oleh teori Syamsuddin (2011:66), bahwa investor tertarik dengan nilai

EPS yang besar, sehingga meningkatnya nilai EPS akan meningkatkan harga

saham.

Dalam perdagangan saham, laba per saham sangat berpengaruh pada harga

pasar saham. Jadi semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap

lembar saham yang beredar (EPS) maka semakin efektif perusahaan tersebut dan

semkin tinggi EPS maka semakin mahal harga suatu saham, dengan semakin

mahalnya harga suatu saham maka akan meningkatkan return saham perusahaan

yang bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan teori Tandelilin (2007), yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara earning dengan perubahan

harga saham.

25

Teori sinyal memiliki anggapan bahwa suatu informasi dapat menjadi

sinyal positif atau negatif. Sinyal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi

pergerakan harga saham. Jika EPS menunjukkan trend yang positif, maka harga

saham akan meningkat.

Semakin tinggi nilai EPS maka hal ini mengidentifikasikan bahwa

perusahaan telah mampu mensejahterahkan para pemegang sahamnya dan apabila

rasio ini rendah, maka perusahaan belum bisa memberikan keuntungan yang

maksimal (Kasmir, 2015:207). Hal ini mendorong investor untuk menambah modal

yang ditanamkan pada saham perusahaan tersebut.

Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih

perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Seorang

investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan

akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar

penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham dimasa mendatang. Oleh

karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang

dilaporkan perusahaan.

Jumlah EPS tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada pemegang

saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada

kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. EPS yang besar menandakan

kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih

dari setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS akan menggembirakan

pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang

saham . Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham

cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga

menurun..

Dengan demikian Earning Per Share (EPS) dan harga saham mempunyai

hubungan yang positif karena jika EPS mengalami kenaikan maka harga saham

mengalami kenaikan, sebaliknya jika EPS menurun maka harga saham mengalami

penurunan. Hal tersebut sejalan Jones dalam Husnan (2009:328), yang menyatakan

terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba (earning per share) dengan

pertumbuhan harga saham.

Karena EPS adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan, maka investor

sangat membutuhkan informasi EPS suatu perusahaan yang menunjukkan besarnya

laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham

perusahaan. semakin tinggi angka rasio ini menggambarkan jumlah rupiah yang

diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek earning

26

perusahaan di masa depan. Sehingga investor tertarik untuk berinvestasi di

perusahaan yang nilai EPS-nya tinggi. besarnya permintaan akan saham inilah

yang nantinya akan mempengaruhi kenaikan maupun penurunan harga saham

perusahaan.

2.1.5 Price Earning Ratio (PER)

Menurut Brigham dan Houston (2010:150), Price earning ratio (PER)

merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara harga per lembar saham

dengan laba per lembar saham. Kegunaan PER ini adalah untuk melihat bagaimana

pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan yang dicerminkan oleh EPS-nya,

serta digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian modal yangdiinvestasikan

pada suatu saham (Tryfino, 2009:12).

Safitri (2013), menyatakan bahwa price earning ratio (PER) merupakan

rasio yang menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba. Oleh karena itu, price earning ratio (PER) merupakan rasio

yang digunakan oleh investor untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba di masa yang akan datang. PER juga mengindikasikan besarnya

rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah laba

perusahaan (Tandelilin, 2010:320).

Price Earing Ratio (PER) perlu dipertimbangkan karena rasio tersebut

merupakan ukuran kepercayaan investor terhadap nilai saham. Price Earing Ratio

(PER) umumnya digunakan sebagai proksi atas ekspektasi pertumbuhan laba

dimana ekspektasi investor terhadap perusahaan dengan prospek pertumbuhan di

masa mendatang akan meningkat apabila Price Earing Ratio (PER) perusahaan

tersebut tinggi (Bodie, et al, 2009:245).

Perusahaan yang memungkinkan pertumbuhan yang lebih tinggi biasanya

mempunyai PER yang besar, demikian pula sebaliknya, perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai price earning ratio yang rendah

pula. Price earning ratio menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham

cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan

(Prasetyorini, 2013).

Price earning ratio juga diakui sebagai metode penilaian yang baik serta

mencakup keseluruhan perusahaan termasuk dalam memperkirakan nilai atau pun

harga saham perusahaan (Arisona, 2013). Keinginan investor melakukan analisis

27

saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan

investor atau calon investor akan hasil yang layak dari suatu investasi saham.

Price earning ratio (PER) juga dapat dipakai untuk membandingkan

kinerja antar saham atau antar sektor bahkan antar pasar dalam skala regional

ataupun global. Price earning ratio (PER) adalah fungsi dari perubahan

kemampuan laba yang diharapkan di masa mendatang. Semakin besar Price

earning ratio (PER), maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk

tumbuh sehingga dapat meningkatkan harga saham.Price Earning Ratio yang

tinggi dapat menujukkan bahwa :

1. Investor mengharapkan pertumbuhan deviden yang tinggi. Dengan

pertumbuhan deviden yang tinggi, maka menarik minat investor untuk

membeli saham, sehingga permintaan saham akan meningkat. Peningkatan

permintaan saham akan menyebabkan harga saham akan meningkat.

2. Investor lebih menyukai saham dengan risiko rendah, mereka di dalam

menginvestasikan dananya akan memilih saham beresiko rendah. Dengan

demikian permintaan saham yang berisiko rendah akan meningkat yang

akan mengakibatkan harga saham rendah tersebut naik.

3. Perusahaan diharapkan mampu mencapai pertumbuhan rata-rata sementara

di lain pihak mampu membagikan laba dalam proporsi yang besar.

Menurut Gitman dalam Safitri (2013) rasio ini mengindikasikan derajat

kepercayaan investor pada kinerja masa depan perusahaan. dengan adanya PER,

perusahaan mampu menunjukkan perbandingan harga saham yang dibeli dengan

earning yang akan diperoleh dikemudian hari sehingga hal tersebut menunjukan

bahwa investor yakin terhadap besarnya earning yang diberikan perusahaan. Rasio

ini dihitung dengan :

2.1.5.1 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Stock Price

Dalam hubungannya dengan perubahan harga saham, maka Price Earning

Ratio akan turut mempengaruhi perubahan harga saham. Hubungan yang terjadi

antara Price Earning Ratio terhadap harga saham adalah hubungan positif atau

searah, karena rasio PER merupakan indikator kepercayaan pasar terhadap prospek

pertumbuhan perusahaan sehingga banyak pelaku pasar modal yang menaruh

perhatian terhadap pendekatan PER. Tingginya Price Earning Ratio berarti

28

tingginya harga saham yang mengakibatkan harga saham akan meningkat dan

begitu pula sebaliknya apabila semakin rendah Price Earning Ratio berarti rendah

pula prospek harga saham tersebut sehingga mengakibatkan penurunan terhadap

harga saham. Selain itu PER memberikan standar yang baik dalam

membandingkan harga saham untuk laba per lembar saham yang berbeda dan

kemudahan dalam membuat estimasi yang digunakan dalam input PER.

Saham dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi umumnya memiliki PER

yang tinggi (Hanafi, 2010:43). Semakin tinggi price earning ratio berarti semakin

tinggi harga saham atau semakin besar investor menghargai saham tersebut. Harga

saham yang tinggi menandakan bahwa saham tersebut sedang digemari oleh

para investor.

Investor percaya bahwa suatu perusahaan akan memiliki masa depan yang

menjanjikan apabila memiliki price earning ratio (PER) yang tinggi. Oleh sebab

itu, price earning ratio (PER) yang tinggi menjadi sinyal positif yang dapat

menarik para investor untuk membeli saham sehingga dapat mempengaruhi harga

saham. Hal tersebut sesuai dengan teori Sudana (2011:23), bahwa semakin tinggi

PER menandakan bahwa investor memiliki harapan yang baik tentang

perkembangan perusahaan, sehingga investor bersedia membayar mahal untuk

pendapatan per saham tertentu.

Price Earning Ratio juga merupakan indikator yang dapat dipergunakan

untuk menentukan apakah harga saham tertentu dinilai terlalu tinggi (overvalued)

atau terlalu rendah (undervalued). PER juga menunjukkan rasio dari harga saham

terhadap earning dan menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham

terhadap kelipatan dari earning. Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini

menunjukkan bahwa harga saham merupakan kelipatan dari 5 kali earning

perusahaan. investor akan menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin

dalam harga saham (Tandelilin, 2010:320). Dengan kata lain, apabila Price

Earning Ratio sebagai penggali (multiplier), maka Price Earning Ratio akan

memberikangambaran tentang pertumbuhan earning relatif terhadap harga saham.

Multiplier merupakan harga saham yang tersedia dibayarkan investor untuk setiap

rupiah EPS. Semakin besar Price Earning Ratio berarti semakin besar

kemungkinan harga saham terlalu tinggi penilainnya.

Ada dua logika yang dapat ditarik dari price earning ratio, logika pertama

menurut Zuliarni (2012:40), semakin tinggi PER semakin tinggi pula minat

investor dalam menanamkan modal di suatu perusahaan sehingga harga saham

perusahaan tersebut akan meningkat. Jika PER tinggi maka investor meyakini

29

harga saham di kemudian hari juga masih akan tetap tinggi, maka dari itu banyak

investor yang membeli saham, sehingga harga saham akan menjadi tinggi juga

karena banyak permintaan.

Logika kedua semakin rendah PER suatu saham maka semakin murah

harga saham dan semakin baik pula kinerja perlembar saham dalam menghasilkan

laba bersih perusahaan (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:156). semakin baik kinerja

perlembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham

tersebut pada suatu periode tertentu, karena investor akan berkeyakinan potensi

penurunan harga dan penurunan pendapatan di masa mendatang relatif lebih kecil,

dengan banyaknya permintaan investor tersebut, otomatis harga saham akan naik di

kemudian hari.

Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan pembagian laba yang tinggi

akan menumbuhkan minat para investor untuk membeli saham tersebut sehingga

akan meningkatkan pemintaan saham dan akhirnya akan menaikkan harga saham.

2.1.6 Return On Equity (ROE)

Seorang investor selalu mengharapkan profit dalam investasinya, maka

dari itu rasio pertumbuhan profitabilitas perusahaan juga menjadi hal yang

diperhatikan investor. Salah satu rasio profitabilitas yang terdapat dalam laporan

keuangan adalah Return On Equity. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:158)

Return on Equity adalah rasio untuk mengukur kemampuan laba atas modal sendiri

yang dimiliki perusahaan.

Rasio ini mengukur berapa persen laba bersih yang diperoleh bila diukur

dari modal pemilik. Nurmalasari dalam Hutami (2012:110) menyatakan bahwa

ROE merupakan salah satu alat utama investor yang paling sering digunakan dalam

menilai suatu saham. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya

semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam

menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.

Return On Equity (ROE) secara eksplisit memperhitungkan bunga dan

dividen saham preferen. Semakin tinggi tingkat pengembaliannya, maka

semakin baik kedudukan pemegang saham. Rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri,

apakah efektif dan efisien jika perusahaan tersebut menggunakan modal sendiri dan

menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor (Tandelilin,

2010:372).

30

Dapat disimpulkan bahwa ROE mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan income berdasarkan modal tertentu. Kenaikan ROE menandakan

meningkatnya kinerja manajemen dalam mengelola sumber dana yang ada untuk

menghasilkan laba. Dengan adanya peningkatan laba bersih maka nilai ROE akan

meningkat pula.

2.1.6.1.Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Stock Price

Menurut Brigham dan Houston (2010:133) rasio yang paling penting

adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity).ROE merupakan tolok ukur

profitabilitas, dimana para pemegang saham pada umumnya ingin mengetahui

tingkat profitabilitas modal saham dan keuntungan yang telah mereka tanam

kembali dalam bentuk laba yang ditanam.

Return On Equity menunjukkan kemampuan perusahaan dengan modal

sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba bersih. Return On

Equitymempunyai hubunganpositif searah terhadap harga saham. Dimana seperti

yang dikemukakan oleh Kasmir (2015:204), tinggi rendahnya ROE akan

mempengaruhi tingkat permintaan saham dan harga saham tersebut. Jika nilai

Return On Equity meningkat artinya perusahaan mampu menghasilkan laba yang

besar dari kepemilikan modal perusahaan pada para pemegang saham. Tetapi

sebaliknya, bila Return On Equity menurun artinya laba yang dihasilkan rendah.

Sehingga dapat diketahui bahwa jika Return on equity (ROE) mengalami

kenaikan maka diikuti oleh kenaikan Harga Saham. Hal tersebut sesuai dengan

teori Harahap (2009:305), semakin besar ROE maka semakin bagus karena

dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya

untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi laba maka dapat menghasilkan

keuntungan yang baik pula untuk investor. Dengan adanya peningkatan laba bersih

maka nilai ROE akan meningkat pula, sehingga para investor tertarik untuk

membeli saham tersebut yang akhirnya harga saham perusahaan tersebut

mengalami kenaikan.

Informasi peningkatan ROE akan diterima pasar sebagai sinyal baik yang

akan memberikan masukan positif bagi investor dalam pengambilan keputusan

31

membeli saham. Seperti diketahui pemegang saham mempunyai klaim residual

(sisa) atas keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang diperoleh perusahaan

pertama akan dipakai untuk membayar hutang, kemudian saham preferen baru

kemudian (kalau sisa) diberikan kepada pemegang saham.Semakin tinggi rasio ini

akan semakin baik karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar

kepada pemegang saham.

Ukuran utama profitabilitas suatu perusahaan juga adalah pengambilan atas

ekuitas pemegang saham yang disingkat dengan ROE. Hal ini berarti semakin

besar laba yang diperoleh perusahaan, semakin banyak dana yang tersedia untuk

membayar deviden dan investasi asset baru untuk mendapatkan profit yang

akhirnya dapat menarik investor untuk membeli saham, yang berkaitan pada

kenaikan harga saham.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Abied Lutfi Safitri. 2013. Pengaruh Earning Per Share, Price Earning

Ratio, Return On Asset, Debt To Equity Ratio, dan Market Value Added

Terhadap Harga Saham Dalam Kelompok Jakarta Islamic Index.

Menyimpulkan bahwa secara simultan EPS, PER, ROA, DER, MVA

berpengaruh terhadap harga saham dalam kelompok JII tahun 2008-2011.

Dan secara parsial hanya EPS, PER, dan MVA yang berpengaruh positif

signifikan terhadap harga saham. Sedangkan ROA, DER tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham dalam JII tahun 2008-2011.

2. Sri Zuliarni. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham

Pada Perusahaan Mining dan Mining Service di Bursa Efek Indonesia

Periode 2008-2010. Variable independen yang digunakan dalam

penelitihan ini adalah kinerja keuangan, yang terdiri dari Return On Asset

(ROA), Price Earning Ratio (PER), dan Devidend Payout Ratio (DPR),

sedangkan variable terikatnya adalah harga saham. Hasil penelitihan

menunjukkan bahwa secara parsial hanya dua variable ROA dan PER yang

mempengaruhi harga saham, sedangkan DPR tidak berpengaruh terhadap

harga saham. Sedangkan secara simultan menunjukkan bahwa ROA, PER

dan DPR berpengaruh secara simultan terhadap harga saham.

3. Bhekti Fitri Prasetyorini. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,

Price Earning Ratio dan Profabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Industri

Dasar dan Kimia yang Listing di BEI Periode 2008-2011. Menyimpulkan

bahwa variable ukuran perusahaan Price Earning Ratio dan Profitabilitas

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Variable Leverage tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

32

4. Vivian Firsera Arisona. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price

Earning Ratio Pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-

2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variable Devidend Payout

Ratio dan Return on Equity berpengaruh terhadap Price Earning Ratio.

Sedangkan Earning Growth, Debt to Equity Ratio, dan ukuran perusahaan

tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio.

5. Stella. 2009. Pengaruh Price to Earning Ratio, Debt to Equity Ratio,

Return on Asset, dan Price to Book Value Terhadap Harga Pasar Saham

pada Perusahaan LQ45 Periode 2002-2006. Menyimpulkan bahwa PER

positif signifikan terhadap harga pasar saham, DERberpengaruh negatif

terhadap harga pasar saham, ROA tidak berpengaruh terhadap harga pasar

saham, PBV berpengaruh negatif terhadap harga pasar saham.

6. Dwiatma Patriawan. 2011. Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS),

Retrun On Equty (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga

Saham Pada Perusahaan Wholesale and Reatail Trade Yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia BEI tahun 2006-2008. Disimpulkan bahwa EPS

berpengaruh positif dan signifikan, DER memiliki pengaruh negatif dan

signifikan, sedangkan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham.

7. Rescyana Putri Hutami. 2012. Pengaruh Devidend Per Share, Return On

Equity, dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaan Industri

Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun secara

simultan variabel DPS, ROE, dan NPM berpengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham perusahaan Industri Manufaktur.

- Persamaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah:

1. Uji yang digunakan sama-sama menggunakan analisis regresi berganda,

koefisien kolerasi, uji F, dan uji t.

2. Teknik pengambilan sampel yang digunakan sama, yaitu menggunakan

proposive sampling.

3. Ada beberapa variabel yang ada pada penelitian sebelumnya, yang sama

dengan penelitian sekarang yaitu Earning Per Share, Price Earning Ratio,

dan Return On Equity.

4. Menggunakan teknik analisis yang sama yaitu uji statistic dengan bantuan

SPSS.

33

- Perbedaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah:

1. Obyek penelitian, yaitu pada penelitian terdahulu obyek penelitian

terdahulu adalah Kelompok Jakarta Islamic Index, Perusahaan Mining dan

Mining Service,Wholesale and Reatail Trade, dan Manufaktur. sedangkan

pada penelitian ini subyek yang digunakan pada kelompok perusahaan

kosmetik dan barang keperluan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

2. Periode penelitian terdahulu Abied Lutfi Safitri (2008-2011), Sri Zuliarni

(2008-2010), Bhekti Fitri Prasetyorini (2008-2011), Vivian Firsera

Arisona (2008-2010), Stella (2002-2006), Dwiatma Patriawan (2006-

2008), Rescyana Putri Hutami (2006-2010). sedangkan pada penelitian ini

periodenya tahun 2011-2016.

3. Terdapat variabel lain yaitu Return On Asset, Debt To Equity Ratio,

Market Value Added ,Devidend Payout Ratio, Ukuran Perusahaan,

Leverage, Profabilitas, Earning Growth,Price to Book Value. Devidend

Per Share, Net Profit Margin, sedangkan penelitian sekarang tidak

memakai variabel tersebut.

2.3 Kerangka Konseptual

Earning Per Share (EPS) dan harga saham mempunyai hubungan yang

positif. Karena EPS adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan. semakin tinggi

angka rasio ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar

saham biasa dan menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan.

Sehingga investor tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang nilai EPS-nya

tinggi. besarnya permintaan akan saham inilah yang nantinya akan mempengaruhi

kenaikan maupun penurunan harga saham perusahaan.

Semakin tinggi nilai Earning Per Share (EPS) tentu saja menggembirakan

pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan pemegang saham.

Earning Per Share (EPS) dalam laporan keuangan sering digunakan oleh

manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga Earning Per Share

(EPS) tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk

mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu.

Dalam hubungannya dengan perubahan harga saham, maka Price Earning

Ratio akan turut mempengaruhi perubahan harga saham. Hubungan yang terjadi

antara Price Earning Ratio terhadap harga saham adalah hubungan positif atau

searah, karena pada rasio PER merupakan indikator kepercayaan pasar terhadap

prospek pertumbuhan perusahaan sehingga banyak pelaku pasar modal yang

34

menaruh perhatian terhadap pendekatan PER.Indikator PER untuk mengevaluasi

apakah saham overvalued atau undervalued. Para investor akan membeli saham

ketika saham tersebut adalah undervalued, yaitu harga sebenarnya lebih besar dari

pada harga pasarnya. Sebaliknya, para investor akan menjual saham ketika saham

tersebut overvalued, yaitu harga pasarnya lebih besar dari pada harga sebenarnya.

Tingginya Price Earning Ratio berarti tingginya harga saham yang

mengakibatkan harga saham akan meningkat dan begitu pula sebaliknya apabila

semakin rendah Price Earning Ratio berarti rendah pula prospek harga saham

tersebut sehingga mengakibatkan penurunan terhadap harga saham. Selain itu PER

memberikan standar yang baik dalam membandingkan harga saham untuk laba per

lembar saham yang berbeda dan kemudahan dalam membuat estimasi yang

digunakan dalam input PER.

Pengaruh Price Earning Ratio terhadap Harga Saham Price Earning Ratio

(PER) atau biasa disebut P/E Ratio merupakan rasio pasar yang digunakan untuk

melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap

kinerja perusahan yang dicerminkan oleh EPS (Earning Per Share)-nya. Jika

dikatakan saham mempunyai PER 5 kali, berarti harga saham tersebut 5 kali lipat

terhadap EPS-nya (pendapatan bersih per lembar saham). Saham yang mempunyai

PER semakin kecil akan semakin bagus, yang berarti saham tersebut semakin

murah.

Return On Equity menunjukkan kemampuan perusahaan dengan modal

sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba bersih. Return On

Equity mempunyai hubungan positif searah terhadap harga saham. Dimana seperti

yang dikemukakan oleh Kasmir (2015:204), tinggi rendahnya ROE akan

mempengaruhi tingkat permintaan saham dan harga saham tersebut. Jika nilai

Return On Equity meningkat artinya perusahaan mampu menghasilkan laba yang

besar dari kepemilikan modal perusahaan pada para pemegang saham. Tetapi

sebaliknya, bila Return On Equity menurun artinya laba yang dihasilkan rendah.

Return On Equity (ROE) yang mengukur efektivitas perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan modal yang dimiliki perusahaan.

Rasio ini juga menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat

pengembalian pada pemegang saham, Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik

karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar kepada pemegang

saham. Informasi peningkatan ROE akan diterima pasar sebagai sinyal baik yang

akan memberikan masukan positif bagi investor dalam pengambilan keputusan

35

membeli saham. Hal ini membuat permintaan akan saham meningkat sehingga

harganya pun akan naik

Berdasarkan beberapa teori dan temuan dari penelitian terdahulu di atas,

maka model kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Return

On Equity secara simultan terhadap stock price pada perusahaan Sub sektor

kosmetik dan barang keperluan rumah tangga yang go public di Bursa Efek

Indonesia.

2. Terdapat pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Return

On Equity secara parsial terhadap stock price pada perusahaan Sub sektor

kosmetik dan barang keperluan rumah tangga yang go public di Bursa Efek

Indonesia.

Price Earning

Ratio (PER)

Earning Per

Share (EPS)

Return On

Equity (ROE)

Stock Price

36

3. Terdapat variabel Earning Per Share (EPS), Price earning Ratio (PER),

dan Return On Equity (ROE), yang lebih dominan berpengaruh terhadap

stock price pada perusahaan Sub sektor kosmetik dan barang keperluan

rumah tangga yang go public di Bursa Efek Indonesia.