bab ii tinjauan pustaka 2.1. landasan teori 2.1.1. pasar ...repository.untag-sby.ac.id/426/3/bab...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Untuk memecahkan masalah yang ada maka penulis merasa perlu untuk
mengemukakan beberapa teori-teori yang menjadi landasan berfikir sehingga
memperkuat pendapat maupun kesimpulan yang diberikan.
2.1.1. Pasar Modal
2.1.1.1.Pengertian Pasar Modal
Pasar modal seperti pada umumnya adalah tempat bertemunya penjual dan
pembeli, dimana yang diperjualbelikan adalah modal atau dana. Pasar modal
efisien diartikan dengan beberapa tujuan yang berbeda. Pasar modal diartikan
sebagai pasar yang biasa menyediakan jasa-jasa yang diperlukan oleh para investor
dengan biaya minimal. Efisiensi pasar modal atau pasar yang efisien adalah pasar
dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua
informasi yang tersedia (Tandelilin, 2007).
Definisi pasar modal menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun
1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan Efek, perusahaan public yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Menurut Widoatmodjo (2012:15), pasar modal adalah pasar abstrak,
dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang
keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun.
Sedangkan menurut Husnan (2015:3) menyatakan bahwa secara formal
pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk instrument keuangan (atau
sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities,
maupun perusahaan swasta.
Berdasarkan pengertian yang telah disampaikan oleh para pakar ekonomi
diatas maka disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar yang digunakan sebagai
sarana melakukan penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkan oleh
10
perusahaan publik maupun pemerintah serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.
2.1.1.2.Jenis-Jenis Pasar Modal
Sebelum menjual sekuritas-sekuritas yang diperdagangkan dalam pasar
modal, perusahaan harus mengikuti tata cara perdagangan sekuritas yang sudah
diatur sesuai dengan ketentuan, peraturan atau undang-undang yang berlaku.
Peraturan tersebut mengatur dimana perusahaan harus memperdagangkan
sekuritasnya, berdasarkan hal tersebut menurut Samsul (2016:43-44), pasar modal
digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah tempat bagi perusahaan untuk pertama kalinya
menawarkan saham dan obligasi yang mereka terbitkan kepada masyarakat
umum. Penawaran umum ini biasa disebut Initial Public Offering (IPO).
Dengan terjadinya IPO maka perusahaan yang tertutup terhadap laporan
keuangannya atau berstatus perseroan tertutup akan berubah menjadi
perseroan terbuka (Tbk). Masyarakat yang ingin membeli efek dapat
melakukan pesanan beli kepada peminjam efek atau broker.
2. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder adalah pasar dimana efek-efek yang telah tercatat dalam
bursa efek diperjualbelikan. Pasar sekunder memberikan kesempatan
kepada para investor untuk membeli atau menjual efek-efek yang telah
tercatat, setelah terlaksananya penawaran perdana. Di pasar ini, efek-efek
diperdagangkan dari satu investor ke investor yang lain. Terbentuknya
harga pasar akibat proses jual beli para investor ini disebut juga dengan
istilah Order Driven Market.
3. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan sekuritas lain di luar bursa. Di
Indonesia pasar ketiga disebut bursa parallel, bursa paralel merupakan
suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi.
pasar ketiga ini memiliki pasar lokasi perdaganagn yang dinamakan lantai
bursa (floor trading). Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa
pemutusan informasi yang disebut trading information. Informasi yang
diberikan dalam pasar ini meliputi harga saham, jumlah transaksi, dengan
keterangan lainnya mengenai surat berharga yang bersangkutan.
11
Salah satu contoh pasar ketiga di Indonesia adalah BPI (Bursa Paralel
Indonesia) yang didirikan pada 2 Juni 1988. BPI dikelola oleh PPUE
(Persatuan Perdagangan Uang dan Efek), sedangkan organisasinya terdiri
dari broker dan dealer. Pada 22 Juli 1995 BPI diakuisisi oleh Bursa Efek
Surabaya.
4. Pasar Keempat
Merupakan bentuk perdagangan efek antara investor jual dan investor beli
tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam
perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block
sale) karena dapat menghemat biaya transaksi dibandingkan jika dilakukan
di pasar sekunder. Meskipun transaksi pengalihan tersebut terjadi secara
langsung antar investor, mekanisme kerja dalam pasar modal menghendaki
pelapor terhadap transaksi block sale tersebut kepada bursa efek secara
terbuka. Jadi pada akhirnya transaksi antar investor juga harus dicatatkan
pada bursa efek.
2.1.1.3.Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memiliki beberapa fungsi yang strategis yang membuat
lembaga ini memiliki daya tarik, tidak saja hanya bagi pihak yang memerlukan
dana (borrowes) dan pihak yang meminjamkan dana (lenders) tetapi juga
pemerintah. Adapun fungsi dari pasar modal menurut Budi Untung (2010:10)
adalah sebagai berikut :
1. Sebagai Sumber Penghimpun Dana
Pasar modal berfungsi sebagai sumber penghimpun dana dikarenakan
untuk memungkinkan perusahaan menerbitkan suratberharga (sekuritas)
baik surat tanda hutang (obligasi dan bonds) maupun surat tanda
kepemilikan (saham). Dengan memanfaatkan sumber dana dari pasar
modal tersebut, perusahaan dapat terhindar dari kondisi debt to ratio yang
terlalu tinggi.
2. Sebagai Alternatif Investasi Para Pemodal atau Investor
Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk
membentuk portofolio investasi (mengkombinasikan dana pada berbagai
kemungkinan investasi) dengan mengharapkan keuntungan yang lebih dan
sanggup menanggung sejumlah resiko tertentu yang mungkin terjadi.
3. Penghimpun Dana Modal Pasar Modal Relatif Rendah
12
Pasar modal sebagai penghimpun dana bagi perusahaan yang
membutuhkan biaya yang relatif kecil dengan melalui penjualan saham
daripada perusahaan harus meminjam ke bank.
4. Pasar Modal Akan Mendorong Perkembangan Investasi
Dengan adanya pasar modal, pemerintah terbantu dalam memobilisasi
dana masyarakat. Para pemodal yang melakukan investasi di pasar modal
dengan sendirinya akan menambah jumlah investasi. Hal ini dikarenakan
perusahaan yang menerima dana dari masyarakat akan meningkatkan
usahanya, baik melalui pembelian mesin baru, penyerapan tenaga kerja,
dan menaikkan volume penjualan dari pendapatan. Dalam skala yang lebih
sempit pasarmodal berfungsi sebagai sumber dana jangka panjang, alat
restrukturisasi modal perusahaan dan alat untuk melakukan divestasi.
2.1.1.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pasar Modal
Pasar modal sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli tentu
memiliki faktor-faktor yang dapat memperngaruhinya. Husnan (2009:8-9)
menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar
modal, Antara lain :
1. Supply Sekuritas
Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan
sekuritas di pasar modal dan mereka harus bersedia memenuhi perasaan full
disclosure (mengungkapkan kondisi perusahaan) sesuai tuntutan pasar.
2. Demand Akan Sekuritas
Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memilliki
dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang
ditawarkan.
3. Kondisi Politik dan Ekonomi
Faktor ini mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik
yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang akhirnya akan
mempengaruhi supply dan demand sekuritas.
4. Masalah Hukum dan Peraturan
Pembeli sekuritas pada dasarnya mengendalikan diri pada informasi yang
disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Oleh
karena itu, kebenaran informasi menjadi sangat penting disamping kecepatan
dan kelengkapan informasi.
13
Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal
dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien.
Kegiatan di pasar modal pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pemilik dana dan pihak yang memerlukan dana secara langsung (artinya tidak ada
perantara keuangan yang mengambil alih resiko investasi). Dengan demikian maka
peran informasi yang dapat diandalkan kebenarannya dana cepat tersedianya
menjadi sangat penting.
2.1.1.5.Peranan Pasar Modal
Menurut Sunariyah (2011:7) pasar modal mempunyai peranan penting
dalam suatu Negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu Negara
dengan Negara yang lain. Seberapa besar peran pasar modal pada suatu Negara
dapat dilihat dari 5 (lima) segi sebagai berikut :
1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan dalam
melakukan transaksi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan
transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan penjual bertemu secara
tidak langsung).
2. Pasar modal memberikan kesempatan kedapa para pemodal menentukan
hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong
perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para pemodal.
3. Pasar modal memberikan kesempatan pada investor untuk menjual kembali
saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya
pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki
tersebut setiap saat. Apabila pasar modal tidak ada, maka investor terpaksa
harus menunggu pencarian surat berharga yang dimilikinya sampai dengan
saat likuidasi perusahaan.
4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat
berpenghasilan kecil mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan
alternatif cara penggunaan uang mereka. Selain menabung, uang dapat
dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih ke investasi yaitu dengan
membeli sebagian kecil saham perusahaan publik. Apabila sebagian kecil
saham tersebut sedikit berkembang dan meningkat jumlahnya maka ada
kemungkinan bahwa masyarakat dapat memiliki saham mayoritas.
14
5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Bagi para pemodal, keputusan investasi harus didasarkan pada tersedianya
informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal dapat
menyediakan kebutuhan terhadap informasi bagi para pemodal secara
lengkap, yang apabila hak tersebut harus dicari sendiri akan memerlukan
biaya yang sangat mahal. Dengan adanya pasar modal tersebut, biaya
memperoleh informasi ditanggung oleh seluruh pelaku pasar bursa, yang
dengan sendirinya akan jauh lebih murah.
2.1.2. Saham
2.1.2.1.Pengertian Saham
Secara sederhana saham adalah tanda pernyataan atau kepemilikan
seseorang atau badan di dalam perusahaanterbatas”(Situmorang, 2008:5). Wujud
saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
Menurut Fahmi dan Yovi (2011:68) saham adalah tanda bukti penyertaan
kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan, kertas yang tercantum dengan
jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang
dijelaskan kepada setiap pemegangnya, persediaan yang siap untuk dijual.
Menurut E.Tandelilin (2007), saham merupakan bukti kepemilikan atas
asset-aset perusahaan yang menerbitkan saham, dengan memiliki saham suatu
perusahaan, maka investor akan mempunyai hak atas pendapatan dan kekayaan
perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.
Pengertian saham menurut Rusdin (2008) yaitu: “Sertifikat yang
menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki
hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”.
Dari pengertian-pengertian yang telah disebutkan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa saham merupakan bukti tanda kepemilikan modal atas suatu
perusahaan yang dimiliki oleh individu atau lembaga yang nantinya pemilik modal
akan mendapatkan imbalan yang disebut deviden yang nilainya tergantung jumlah
modal yang disetor.
15
2.1.2.2.Jenis-Jenis Saham
Saham yang beredar di masyarakat terdapat berbagai jenis. Adapun
maksud pembagian ini adalah hanya untuk membedakan dari karakteristik saham
itu sendiri. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;367) saham dapat dibedakan
menjadi ;
1. Berdasarkan Cara Pengalihannya
a. Saham atas Unjuk (Bearer Stock)
Diatas sertifikat ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan
pemilikan saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk
mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya
mirip dengan uang. Pemilik sham atas unjuk ini harus berhati-hati
membawa dan menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang,
maka pemilik tidak dapat meminta gantinya.
b. Saham atas Nama (Registered Stock)
Diatas sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan
dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat
dalam buku perusahaan yang khusus membuat daftar nama pemegang
saham. Jika saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya.
2. Berdasarkan Jenisnya
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasarkan
laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi,
pemegang saham biasalah yang mendapatkan prioritas paling akhir
dalam pembagian dividen dan penjualan asset perusahaan. Kelebihan
saham biasa adalah kemampuannya memberikan keuntungan yang
cukup besar, bergantung kepada perkembangan perusahaan yang
bersangkutan. Adapun karakteristik saham biasa adalah :
1. Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan
pasti. Pendapatan investasi saham dapat berupa dividen kepada
investor bergantung pada kebutuhan manajemen perusahaan
yangmenyangkut kondisi dan rencana perusahaan dimasa yang
akan datang
2. Pemilik saham biasa mempunyai hak untuk mengikuti rapat umum
pemegang saham yang merupakan pemegang kekuasaaan tertinggi
dalam suatu perusahaan. Hak suara yang dimilki pemegang saham
adalah sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya. Dengan
demikian setiap pembelian saham dapat berperan untuk
menentukan masa depan perusahaan.
16
3. Saham biasa tidak memiliki masa jatuh tempo tertentu. Dengan
demikian emiten tidak perlu berkewajiban untuk membayar
kembali harga pembelian saham yang telah diterbitkannya.
Berbeda dengan obligasi, perusahaan memiliki kewajiban untuk
mengembalikan baik itu berupa bunga atau nominalnya.
b. Saham Preferen (Prefered Stock)
Saham preferen adalah saham dengan bagian hasil yang tetap dan
apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham
preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas
penjualan asset.
2.1.2.3.Pengertian Stock Price (Harga Saham)
Menurut Rusdin (2008) harga saham yaitu: “Harga saham ditentukan
menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan tawar-menawar. Makin
banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut cenderung bergerak
naik. Sebaliknya, makin banyak orang yang ingin menjual saham, maka saham
tersebut akan bergerak turun”.
Menurut Jogiyanto (2008), Harga saham merupakan harga yang terjadi
dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan
oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal.
Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan.
Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan bagi
investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan
keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan
sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar
perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga yang terbentuk
dari kesapakatan penjual dan pembeli saham atau harga yang terbentuk dari
kekuatan permintaan dan penawaran saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu. Naik turunnya harga saham ditentukan oleh pasar, dimana adanya
kesepakatan atas permintaan dan penawaran. Ketika terdapat banyak pemintaan,
maka harga yang ditawarkan semakin tinggi, dan ketika permintaan berkurang atau
sedikit maka harga yang ditawarkan akan menurun atau semakin rendah.
17
2.1.2.4.Jenis-Jenis Stock Price (Harga Saham)
Dalam praktik perdagangan saham, harga saham dibedakan menurut cara
pengalihan dan manfaat yang diperoleh bagi pemegang saham. Menurut Rusdin
(2006), harga saham terbagi atas tiga jenis yaitu:
1. Par Value (Harga Nominal)
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan
yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. Nilai nominal suatu saham harus
ada dan dicantumkan pada surat berharga saham dalam mata uang rupiah,
bukan dalam bentuk mata uang asing.
2. Base Price (Harga Dasar)
Harga dasar suatu saham erat kaitannya dengan harga pasar suatu suatu
saham. Pada prinsip harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat
saham tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah señalan dengan
dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham,
antara lain: Right issue, Stock split, waran, dan lain-lain. Harga dasar
dipergunakan didalam perhitungan indeks harga saham.
3. Market Price (Harga Pasar)
Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga
pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung.
Apabila pasar suatu efek sudah tutup maka harga pasar saham adalah harga
penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan
naik-turunnya suatu saham.
2.1.2.5.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock Price (Harga Saham)
Menurut Marzuki Usman dalam Robin Wiguna (2008:133) berpendapat
bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham dapat dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu:
1. Faktor yang bersifat fundamental
Merupakan faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan
seperti laba per saham, deviden per saham, struktur permodalan, potensi
pertumbuhan, dan prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Alat
yang dipakai untuk menilai aspek-aspek fundamental suatu saham
berdasarkan laba dalam bentuk deviden dan prospek usaha perusahaan
disebut analisa fundamental. Sedangkan dasar untuk menilai kerja
perusahaan adalah hasil usaha yang tercantum dalam laporan keuangan dan
18
perkembangan harga saham di bursa. Analisa fundamental bertujuan untuk
menjawab pertanyaan apakah harga suatu saham murah atau mahal,
sehingga kalau harga saham sangat murah maka pemodal dapat mengambil
keputusan untuk membeli saham tersebut. faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhinya meliputi:
a. Kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional.
b. Prospek bisnis perusahaan di masa datang.
c. Prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan.
d. Perkembangan teknologi dalam kegiatan operasi perusahaan.
e. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
2. Faktor yang bersifat teknis
Faktor teknis menyajikan informasi yang menggambarkan pasaran suatu
efek baik secara individu maupun secara kelompok. Dalam menilai harga
saham para analis banyak memperhatikan beberapa hal seperti berikut:
a. Keadaan pasar modal.
b. Perkembangan kurs.
c. Volume dan frekuensi transaksi suku bunga.
d. Kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saharn perusahaan.
3. Faktor sosial politik
Faktor sosial politik suatu negara juga turut mempengaruhi harga saham di
bursa sebagai akibat respon dari kondisi ekternal yang dapatberpengaruh
terhadap kondisi perusahaan. Hal-hal tesebut antara lain sebagai berikut:
a. Tingkat inflasi yang terjadi.
b. Kebijaksanaan moneter yang dilakukan oleh pemerintah.
c. Kondisi perekonomian.
d. Keadaan politik suatu negara.
2.1.3. Analisis Rasio Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2012:122) menyatakan
bahwa: Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen
dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada
diantara laporan keuangan. Kemudian, angka yang diperbandingkan dapat berupa
angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Laporan keuangan
melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu dan kegiatan operasinya
selama beberapa periode lalu (Brigham dan Houston, 2010:133)
19
Seorang investor sangat membutuhkan informasi yang berhubungan
dengan pengharapan masa mendatang. Laporan keuangan menjadi sumber
informasi bagi investor dalam menentukan keputusan investasi dan manajemen
dalam mengelola perusahaan maupun pihak yang lainnya.
Laporan keuangan tersebut berupa neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, catatan dan laporan keuangan lain serta meteri penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan. Pemegang saham juga memerlukan
informasi keuanagn untuk menilai kinerja perusahaan, oleh karena itu peranan
laporan keuanagn bagi investor maupun analisis sangat penting.
Untuk mengetahui kondisi dan kinerja keuangan perusahaan, seorang
analisa memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan adalah
rasio. Yang dimaksud dengan rasio keuangan dalam analisa laporan keuangan
adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antar unsur-unsur dalam laporan
keuangan tersebut. Hubungan antar unsur-unsur keuangan tersebut dinyatakan
dalam bentuk matematis sederhana.
Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen
dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan.
Kemudian juga dapat menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan
sumber daya perusahaan secara efektif.
Dalam praktiknya, analisis rasio keuangan perusahaan dapat digolongkan
sebagai berikut:
a. Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber
dari neraca.
b. Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya
bersumber dari laporan laba rugi.
c. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber
(data campuran), baik yang ada di neraca mapun laporan laba rugi.
Perbandingan dalam rasio keuangan menekankan analisis untuk
mempertimbangkan secara realitis tentang baik buruknya posisi keuangan suatu
perusahaan, terutama angka rasio tersebut dibandingkan angka rasio perbandingan
yang digunakan sebagai acuan, sehingga dapat menetukan strategi finansial yang
akan datang.
Analisis rasio keuangan sebagai alat dalam analisis laporan keuangan dapat
memberikan informasi tentang kondisi dan prestasi keuangan perusahaan. Analisis
rasio keuangan ini bermanfaat untuk pihak-pihak yang memerlukan informasi
20
keuangan perusahaan. Rasio keuangan memberikan indikasi tentang kondisi kas
perusahaan yang cukup rasional, efisien manajemen persediaan, perencanaan
pengeluaran investasi yang baik dan struktur modal yang sehat.
Pada dasarnya analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam empat macam
kategori, yaitu :
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya
(hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan).
Yang dalam rasio ini adalah :
1. Rasio lancar mengukur kemampuan perusahan memenuhi hutang
jangka pendekknya dengan menggunakan aktiva lancarnya :
2. Rasio quick, rasio yang dihitung dengan cara perbandingan Antara
aktiva lancar dikurangi persediaan dan hutang lancar.
b. Rasio Aktivitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan data
yang tersedia dalam perputaran modalnya.
Yang termasuk didalam rasio ini adalah :
1. Rata-rata umur piutang adalah rasio untuk melihat berapa lama yang
diperlukan untuk melunasi piutang.
2. Perputaran persediaan adalah rasio untuk melihat berapa lama dana
tertanam pada persediaan.
3. Perputaran aktiva tetap adalah rasio yang mengukur sejauh mana
kemampuan perusahan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva
tetap yang dimiliki perusahaan.
4. Perputaran total aktiva adalah rasio yang menghitung efektivitas
penggunaan total aktiva.
21
c. Rasio Leverage
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-
kewaiban jangka panjangnya.
Yang termasuk dalam rasio ini adalah :
1. Total debt to equity rasio yaitu rasio untuk menghitung perbandingan
antar hutang lancer dan hutang jangka panjang dengan modal sendiri
2. Debt rasio yaitu pengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
hutang atau modal yang berasal dari kreditur.
3. Total debt to asset rasio yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
jumlah aktiva perusahaan yan dibiayai oleh hutang atau modal yang
berasal dari kreditur.
d. Rasio profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.
Yang termasuk dalam rasio ini adalah :
1. Profit margin adalah rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
2. Return on total asset adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset
yang tertentu.
3. Return on equity adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba berdasarkan moal saham tertentu.
4. Earning per share adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setip
tahunnya.
22
Keempat rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan pada
masa mendatang. Faktor prospek dalam rasio tersebut akan mempengaruhi harapan
investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang.
2.1.4. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar
sahamnya. Berikut adalah definisi Earning Per Share (EPS) menurut para ahli :
Menurut Darmaji dan Fakhruddin (2012:54), EPS adalah rasio yang
menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan prositabilitas
perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham.
Menurut Fahmi (2012:97), Earning Per Share atau laba per lembar saham
adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham
dari setiap lembar saham yang dimiliki.
Menurut Sutrisno (2012:223), Earning Per Share atau laba per lembar
saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
per lembar saham pemilik.
Sedangkan pengertian Earning Per Share (EPS) menurut Kasmir
(2012:207) merupakan “Rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham.” Semakin tinggi nilai EPS tentu saja
menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan
untuk pemegang saham. Rasio laba menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas
serta manajemen aktiva dan kewajiban terhadap kemampuan perusahaan
menghasilkan laba.
Earning Per Share(EPS) adalah alat ukur yang paling sering digunakan.
Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai
performance perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat luas (go public)
karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung
informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per
saham dan tingkat harga saham dikemudian hari, serta EPS juga relevan untuk
menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembayaran dividen.
Menurut Harahap (2007), EPS digunakan untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik perusahaan. Rasio rendah
23
berarti manajemen tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan memperhatikan
pendapatan-pendapatan yang diperoleh. Rasio tinggi berarti perusahaan sudah
mapan (mature).
(Karnadjaja, 2009:215) EPS merupakan salah satu indikator keberhasilan
perusahaan, sehingga EPS yang tinggi akan menarik minat investor. nilai EPS saat
ini akan dibandingkan dengan nilai EPS tahun sebelumnya pada kuartal yang sama
untuk mengetahui pertumbuhan keuntungan perusahaan. Semakin tinggi laba
bersih yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi pula nilai EPS. Nilai EPS
yang lebih besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam
menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai
EPS akan semakin menarik minat investor dalam menanamkan modalnya, karena
EPS menunjukkan laba yang berhak didapatkan oleh pemegang saham atas satu
lembar saham yang dimilikinya.
Informasi peningkatan EPS akan diterima pasar sebagai sinyal baik yang
akan memberikan masukan positif bagi investor dalam pengambilan keputusan
membeli saham. Hal ini tercermin dalam volume transaksi saham yang tinggi.
Begitu pula sebaliknya jika Earning Per Share rendah/turun, investor akan
menganggap ada penurunan kemampuan menghasilkan keuntungan, sehingga tidak
menjadi prospektif lagi, yang menyebabkan harga saham turun.
Besarnya laba per lembar saham (EPS) suatu perusahaan bisa diketahui
dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak
mencantumkan besarnya EPS perusahaan yang bersangkutan dalam laporan
keuangannya, tapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan
informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan.Berikut rumus dalam
menghitung EPS menurut Kasmir (2012:207):
Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio ini mencerminkan laba per lembar
saham biasa yang diperoleh perusahaan dalam periode waktu tertentu. Rasio
keuangan ini merupakan rasio yang paling sering dianalisis dan dikutip. Alasan
utama Earning Per Share menjadi fokus utama dibandingkan laba adalah karena
tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Nilai
EPS yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor. Semakin tinggi nilai EPS,
maka kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang
sahamnya semakin tinggi. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kenaikan dan penurunan Earning Per Share, antara lain :
24
- Faktor penyebab Kenaikan Earning Per Share yaitu :
1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
4. Presentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada presentase kenaikan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Presentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar
daripada presentase penurunan laba bersih.
- Faktor Penyebab Penurunan Earning Per Share yaitu :
1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang berdar naik.
2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
4. Presentase penurunan laba bersih lebih besar deripada presentase
penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Presentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar
daripada presentase kenaikan laba bersih.
2.1.4.1.Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Stock Price
Menurut Widoatmodjo dalam Priatina (2012:54), EPS sangat berpengaruh
terhadap harga saham. Karena semakin tinggi EPS maka akan semakin mahal suatu
saham, karena EPS merupakan salah satu bentuk rasio keuangan untuk menilai
kinerja perusahaan.
EPS dapat digunakan untuk menilai baik atau tidaknya kinerja perusahaan,
sehingga semakin tinggi EPS akan semakin mahal suatu saham. Hal tersebut
didukung oleh teori Syamsuddin (2011:66), bahwa investor tertarik dengan nilai
EPS yang besar, sehingga meningkatnya nilai EPS akan meningkatkan harga
saham.
Dalam perdagangan saham, laba per saham sangat berpengaruh pada harga
pasar saham. Jadi semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap
lembar saham yang beredar (EPS) maka semakin efektif perusahaan tersebut dan
semkin tinggi EPS maka semakin mahal harga suatu saham, dengan semakin
mahalnya harga suatu saham maka akan meningkatkan return saham perusahaan
yang bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan teori Tandelilin (2007), yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara earning dengan perubahan
harga saham.
25
Teori sinyal memiliki anggapan bahwa suatu informasi dapat menjadi
sinyal positif atau negatif. Sinyal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi
pergerakan harga saham. Jika EPS menunjukkan trend yang positif, maka harga
saham akan meningkat.
Semakin tinggi nilai EPS maka hal ini mengidentifikasikan bahwa
perusahaan telah mampu mensejahterahkan para pemegang sahamnya dan apabila
rasio ini rendah, maka perusahaan belum bisa memberikan keuntungan yang
maksimal (Kasmir, 2015:207). Hal ini mendorong investor untuk menambah modal
yang ditanamkan pada saham perusahaan tersebut.
Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Seorang
investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan
akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar
penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham dimasa mendatang. Oleh
karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang
dilaporkan perusahaan.
Jumlah EPS tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada pemegang
saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada
kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. EPS yang besar menandakan
kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih
dari setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS akan menggembirakan
pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang
saham . Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham
cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga
menurun..
Dengan demikian Earning Per Share (EPS) dan harga saham mempunyai
hubungan yang positif karena jika EPS mengalami kenaikan maka harga saham
mengalami kenaikan, sebaliknya jika EPS menurun maka harga saham mengalami
penurunan. Hal tersebut sejalan Jones dalam Husnan (2009:328), yang menyatakan
terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba (earning per share) dengan
pertumbuhan harga saham.
Karena EPS adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan, maka investor
sangat membutuhkan informasi EPS suatu perusahaan yang menunjukkan besarnya
laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham
perusahaan. semakin tinggi angka rasio ini menggambarkan jumlah rupiah yang
diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek earning
26
perusahaan di masa depan. Sehingga investor tertarik untuk berinvestasi di
perusahaan yang nilai EPS-nya tinggi. besarnya permintaan akan saham inilah
yang nantinya akan mempengaruhi kenaikan maupun penurunan harga saham
perusahaan.
2.1.5 Price Earning Ratio (PER)
Menurut Brigham dan Houston (2010:150), Price earning ratio (PER)
merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara harga per lembar saham
dengan laba per lembar saham. Kegunaan PER ini adalah untuk melihat bagaimana
pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan yang dicerminkan oleh EPS-nya,
serta digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian modal yangdiinvestasikan
pada suatu saham (Tryfino, 2009:12).
Safitri (2013), menyatakan bahwa price earning ratio (PER) merupakan
rasio yang menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Oleh karena itu, price earning ratio (PER) merupakan rasio
yang digunakan oleh investor untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba di masa yang akan datang. PER juga mengindikasikan besarnya
rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah laba
perusahaan (Tandelilin, 2010:320).
Price Earing Ratio (PER) perlu dipertimbangkan karena rasio tersebut
merupakan ukuran kepercayaan investor terhadap nilai saham. Price Earing Ratio
(PER) umumnya digunakan sebagai proksi atas ekspektasi pertumbuhan laba
dimana ekspektasi investor terhadap perusahaan dengan prospek pertumbuhan di
masa mendatang akan meningkat apabila Price Earing Ratio (PER) perusahaan
tersebut tinggi (Bodie, et al, 2009:245).
Perusahaan yang memungkinkan pertumbuhan yang lebih tinggi biasanya
mempunyai PER yang besar, demikian pula sebaliknya, perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai price earning ratio yang rendah
pula. Price earning ratio menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham
cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan
(Prasetyorini, 2013).
Price earning ratio juga diakui sebagai metode penilaian yang baik serta
mencakup keseluruhan perusahaan termasuk dalam memperkirakan nilai atau pun
harga saham perusahaan (Arisona, 2013). Keinginan investor melakukan analisis
27
saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan
investor atau calon investor akan hasil yang layak dari suatu investasi saham.
Price earning ratio (PER) juga dapat dipakai untuk membandingkan
kinerja antar saham atau antar sektor bahkan antar pasar dalam skala regional
ataupun global. Price earning ratio (PER) adalah fungsi dari perubahan
kemampuan laba yang diharapkan di masa mendatang. Semakin besar Price
earning ratio (PER), maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk
tumbuh sehingga dapat meningkatkan harga saham.Price Earning Ratio yang
tinggi dapat menujukkan bahwa :
1. Investor mengharapkan pertumbuhan deviden yang tinggi. Dengan
pertumbuhan deviden yang tinggi, maka menarik minat investor untuk
membeli saham, sehingga permintaan saham akan meningkat. Peningkatan
permintaan saham akan menyebabkan harga saham akan meningkat.
2. Investor lebih menyukai saham dengan risiko rendah, mereka di dalam
menginvestasikan dananya akan memilih saham beresiko rendah. Dengan
demikian permintaan saham yang berisiko rendah akan meningkat yang
akan mengakibatkan harga saham rendah tersebut naik.
3. Perusahaan diharapkan mampu mencapai pertumbuhan rata-rata sementara
di lain pihak mampu membagikan laba dalam proporsi yang besar.
Menurut Gitman dalam Safitri (2013) rasio ini mengindikasikan derajat
kepercayaan investor pada kinerja masa depan perusahaan. dengan adanya PER,
perusahaan mampu menunjukkan perbandingan harga saham yang dibeli dengan
earning yang akan diperoleh dikemudian hari sehingga hal tersebut menunjukan
bahwa investor yakin terhadap besarnya earning yang diberikan perusahaan. Rasio
ini dihitung dengan :
2.1.5.1 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Stock Price
Dalam hubungannya dengan perubahan harga saham, maka Price Earning
Ratio akan turut mempengaruhi perubahan harga saham. Hubungan yang terjadi
antara Price Earning Ratio terhadap harga saham adalah hubungan positif atau
searah, karena rasio PER merupakan indikator kepercayaan pasar terhadap prospek
pertumbuhan perusahaan sehingga banyak pelaku pasar modal yang menaruh
perhatian terhadap pendekatan PER. Tingginya Price Earning Ratio berarti
28
tingginya harga saham yang mengakibatkan harga saham akan meningkat dan
begitu pula sebaliknya apabila semakin rendah Price Earning Ratio berarti rendah
pula prospek harga saham tersebut sehingga mengakibatkan penurunan terhadap
harga saham. Selain itu PER memberikan standar yang baik dalam
membandingkan harga saham untuk laba per lembar saham yang berbeda dan
kemudahan dalam membuat estimasi yang digunakan dalam input PER.
Saham dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi umumnya memiliki PER
yang tinggi (Hanafi, 2010:43). Semakin tinggi price earning ratio berarti semakin
tinggi harga saham atau semakin besar investor menghargai saham tersebut. Harga
saham yang tinggi menandakan bahwa saham tersebut sedang digemari oleh
para investor.
Investor percaya bahwa suatu perusahaan akan memiliki masa depan yang
menjanjikan apabila memiliki price earning ratio (PER) yang tinggi. Oleh sebab
itu, price earning ratio (PER) yang tinggi menjadi sinyal positif yang dapat
menarik para investor untuk membeli saham sehingga dapat mempengaruhi harga
saham. Hal tersebut sesuai dengan teori Sudana (2011:23), bahwa semakin tinggi
PER menandakan bahwa investor memiliki harapan yang baik tentang
perkembangan perusahaan, sehingga investor bersedia membayar mahal untuk
pendapatan per saham tertentu.
Price Earning Ratio juga merupakan indikator yang dapat dipergunakan
untuk menentukan apakah harga saham tertentu dinilai terlalu tinggi (overvalued)
atau terlalu rendah (undervalued). PER juga menunjukkan rasio dari harga saham
terhadap earning dan menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham
terhadap kelipatan dari earning. Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini
menunjukkan bahwa harga saham merupakan kelipatan dari 5 kali earning
perusahaan. investor akan menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin
dalam harga saham (Tandelilin, 2010:320). Dengan kata lain, apabila Price
Earning Ratio sebagai penggali (multiplier), maka Price Earning Ratio akan
memberikangambaran tentang pertumbuhan earning relatif terhadap harga saham.
Multiplier merupakan harga saham yang tersedia dibayarkan investor untuk setiap
rupiah EPS. Semakin besar Price Earning Ratio berarti semakin besar
kemungkinan harga saham terlalu tinggi penilainnya.
Ada dua logika yang dapat ditarik dari price earning ratio, logika pertama
menurut Zuliarni (2012:40), semakin tinggi PER semakin tinggi pula minat
investor dalam menanamkan modal di suatu perusahaan sehingga harga saham
perusahaan tersebut akan meningkat. Jika PER tinggi maka investor meyakini
29
harga saham di kemudian hari juga masih akan tetap tinggi, maka dari itu banyak
investor yang membeli saham, sehingga harga saham akan menjadi tinggi juga
karena banyak permintaan.
Logika kedua semakin rendah PER suatu saham maka semakin murah
harga saham dan semakin baik pula kinerja perlembar saham dalam menghasilkan
laba bersih perusahaan (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:156). semakin baik kinerja
perlembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham
tersebut pada suatu periode tertentu, karena investor akan berkeyakinan potensi
penurunan harga dan penurunan pendapatan di masa mendatang relatif lebih kecil,
dengan banyaknya permintaan investor tersebut, otomatis harga saham akan naik di
kemudian hari.
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan pembagian laba yang tinggi
akan menumbuhkan minat para investor untuk membeli saham tersebut sehingga
akan meningkatkan pemintaan saham dan akhirnya akan menaikkan harga saham.
2.1.6 Return On Equity (ROE)
Seorang investor selalu mengharapkan profit dalam investasinya, maka
dari itu rasio pertumbuhan profitabilitas perusahaan juga menjadi hal yang
diperhatikan investor. Salah satu rasio profitabilitas yang terdapat dalam laporan
keuangan adalah Return On Equity. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:158)
Return on Equity adalah rasio untuk mengukur kemampuan laba atas modal sendiri
yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini mengukur berapa persen laba bersih yang diperoleh bila diukur
dari modal pemilik. Nurmalasari dalam Hutami (2012:110) menyatakan bahwa
ROE merupakan salah satu alat utama investor yang paling sering digunakan dalam
menilai suatu saham. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya
semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam
menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.
Return On Equity (ROE) secara eksplisit memperhitungkan bunga dan
dividen saham preferen. Semakin tinggi tingkat pengembaliannya, maka
semakin baik kedudukan pemegang saham. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri,
apakah efektif dan efisien jika perusahaan tersebut menggunakan modal sendiri dan
menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor (Tandelilin,
2010:372).
30
Dapat disimpulkan bahwa ROE mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan income berdasarkan modal tertentu. Kenaikan ROE menandakan
meningkatnya kinerja manajemen dalam mengelola sumber dana yang ada untuk
menghasilkan laba. Dengan adanya peningkatan laba bersih maka nilai ROE akan
meningkat pula.
2.1.6.1.Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Stock Price
Menurut Brigham dan Houston (2010:133) rasio yang paling penting
adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity).ROE merupakan tolok ukur
profitabilitas, dimana para pemegang saham pada umumnya ingin mengetahui
tingkat profitabilitas modal saham dan keuntungan yang telah mereka tanam
kembali dalam bentuk laba yang ditanam.
Return On Equity menunjukkan kemampuan perusahaan dengan modal
sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba bersih. Return On
Equitymempunyai hubunganpositif searah terhadap harga saham. Dimana seperti
yang dikemukakan oleh Kasmir (2015:204), tinggi rendahnya ROE akan
mempengaruhi tingkat permintaan saham dan harga saham tersebut. Jika nilai
Return On Equity meningkat artinya perusahaan mampu menghasilkan laba yang
besar dari kepemilikan modal perusahaan pada para pemegang saham. Tetapi
sebaliknya, bila Return On Equity menurun artinya laba yang dihasilkan rendah.
Sehingga dapat diketahui bahwa jika Return on equity (ROE) mengalami
kenaikan maka diikuti oleh kenaikan Harga Saham. Hal tersebut sesuai dengan
teori Harahap (2009:305), semakin besar ROE maka semakin bagus karena
dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya
untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi laba maka dapat menghasilkan
keuntungan yang baik pula untuk investor. Dengan adanya peningkatan laba bersih
maka nilai ROE akan meningkat pula, sehingga para investor tertarik untuk
membeli saham tersebut yang akhirnya harga saham perusahaan tersebut
mengalami kenaikan.
Informasi peningkatan ROE akan diterima pasar sebagai sinyal baik yang
akan memberikan masukan positif bagi investor dalam pengambilan keputusan
31
membeli saham. Seperti diketahui pemegang saham mempunyai klaim residual
(sisa) atas keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang diperoleh perusahaan
pertama akan dipakai untuk membayar hutang, kemudian saham preferen baru
kemudian (kalau sisa) diberikan kepada pemegang saham.Semakin tinggi rasio ini
akan semakin baik karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar
kepada pemegang saham.
Ukuran utama profitabilitas suatu perusahaan juga adalah pengambilan atas
ekuitas pemegang saham yang disingkat dengan ROE. Hal ini berarti semakin
besar laba yang diperoleh perusahaan, semakin banyak dana yang tersedia untuk
membayar deviden dan investasi asset baru untuk mendapatkan profit yang
akhirnya dapat menarik investor untuk membeli saham, yang berkaitan pada
kenaikan harga saham.
2.2 Penelitian Terdahulu
1. Abied Lutfi Safitri. 2013. Pengaruh Earning Per Share, Price Earning
Ratio, Return On Asset, Debt To Equity Ratio, dan Market Value Added
Terhadap Harga Saham Dalam Kelompok Jakarta Islamic Index.
Menyimpulkan bahwa secara simultan EPS, PER, ROA, DER, MVA
berpengaruh terhadap harga saham dalam kelompok JII tahun 2008-2011.
Dan secara parsial hanya EPS, PER, dan MVA yang berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham. Sedangkan ROA, DER tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham dalam JII tahun 2008-2011.
2. Sri Zuliarni. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Mining dan Mining Service di Bursa Efek Indonesia
Periode 2008-2010. Variable independen yang digunakan dalam
penelitihan ini adalah kinerja keuangan, yang terdiri dari Return On Asset
(ROA), Price Earning Ratio (PER), dan Devidend Payout Ratio (DPR),
sedangkan variable terikatnya adalah harga saham. Hasil penelitihan
menunjukkan bahwa secara parsial hanya dua variable ROA dan PER yang
mempengaruhi harga saham, sedangkan DPR tidak berpengaruh terhadap
harga saham. Sedangkan secara simultan menunjukkan bahwa ROA, PER
dan DPR berpengaruh secara simultan terhadap harga saham.
3. Bhekti Fitri Prasetyorini. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,
Price Earning Ratio dan Profabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Industri
Dasar dan Kimia yang Listing di BEI Periode 2008-2011. Menyimpulkan
bahwa variable ukuran perusahaan Price Earning Ratio dan Profitabilitas
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Variable Leverage tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
32
4. Vivian Firsera Arisona. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price
Earning Ratio Pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-
2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variable Devidend Payout
Ratio dan Return on Equity berpengaruh terhadap Price Earning Ratio.
Sedangkan Earning Growth, Debt to Equity Ratio, dan ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio.
5. Stella. 2009. Pengaruh Price to Earning Ratio, Debt to Equity Ratio,
Return on Asset, dan Price to Book Value Terhadap Harga Pasar Saham
pada Perusahaan LQ45 Periode 2002-2006. Menyimpulkan bahwa PER
positif signifikan terhadap harga pasar saham, DERberpengaruh negatif
terhadap harga pasar saham, ROA tidak berpengaruh terhadap harga pasar
saham, PBV berpengaruh negatif terhadap harga pasar saham.
6. Dwiatma Patriawan. 2011. Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS),
Retrun On Equty (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Wholesale and Reatail Trade Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia BEI tahun 2006-2008. Disimpulkan bahwa EPS
berpengaruh positif dan signifikan, DER memiliki pengaruh negatif dan
signifikan, sedangkan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham.
7. Rescyana Putri Hutami. 2012. Pengaruh Devidend Per Share, Return On
Equity, dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaan Industri
Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun secara
simultan variabel DPS, ROE, dan NPM berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham perusahaan Industri Manufaktur.
- Persamaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah:
1. Uji yang digunakan sama-sama menggunakan analisis regresi berganda,
koefisien kolerasi, uji F, dan uji t.
2. Teknik pengambilan sampel yang digunakan sama, yaitu menggunakan
proposive sampling.
3. Ada beberapa variabel yang ada pada penelitian sebelumnya, yang sama
dengan penelitian sekarang yaitu Earning Per Share, Price Earning Ratio,
dan Return On Equity.
4. Menggunakan teknik analisis yang sama yaitu uji statistic dengan bantuan
SPSS.
33
- Perbedaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah:
1. Obyek penelitian, yaitu pada penelitian terdahulu obyek penelitian
terdahulu adalah Kelompok Jakarta Islamic Index, Perusahaan Mining dan
Mining Service,Wholesale and Reatail Trade, dan Manufaktur. sedangkan
pada penelitian ini subyek yang digunakan pada kelompok perusahaan
kosmetik dan barang keperluan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Periode penelitian terdahulu Abied Lutfi Safitri (2008-2011), Sri Zuliarni
(2008-2010), Bhekti Fitri Prasetyorini (2008-2011), Vivian Firsera
Arisona (2008-2010), Stella (2002-2006), Dwiatma Patriawan (2006-
2008), Rescyana Putri Hutami (2006-2010). sedangkan pada penelitian ini
periodenya tahun 2011-2016.
3. Terdapat variabel lain yaitu Return On Asset, Debt To Equity Ratio,
Market Value Added ,Devidend Payout Ratio, Ukuran Perusahaan,
Leverage, Profabilitas, Earning Growth,Price to Book Value. Devidend
Per Share, Net Profit Margin, sedangkan penelitian sekarang tidak
memakai variabel tersebut.
2.3 Kerangka Konseptual
Earning Per Share (EPS) dan harga saham mempunyai hubungan yang
positif. Karena EPS adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan. semakin tinggi
angka rasio ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar
saham biasa dan menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan.
Sehingga investor tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang nilai EPS-nya
tinggi. besarnya permintaan akan saham inilah yang nantinya akan mempengaruhi
kenaikan maupun penurunan harga saham perusahaan.
Semakin tinggi nilai Earning Per Share (EPS) tentu saja menggembirakan
pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan pemegang saham.
Earning Per Share (EPS) dalam laporan keuangan sering digunakan oleh
manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga Earning Per Share
(EPS) tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk
mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu.
Dalam hubungannya dengan perubahan harga saham, maka Price Earning
Ratio akan turut mempengaruhi perubahan harga saham. Hubungan yang terjadi
antara Price Earning Ratio terhadap harga saham adalah hubungan positif atau
searah, karena pada rasio PER merupakan indikator kepercayaan pasar terhadap
prospek pertumbuhan perusahaan sehingga banyak pelaku pasar modal yang
34
menaruh perhatian terhadap pendekatan PER.Indikator PER untuk mengevaluasi
apakah saham overvalued atau undervalued. Para investor akan membeli saham
ketika saham tersebut adalah undervalued, yaitu harga sebenarnya lebih besar dari
pada harga pasarnya. Sebaliknya, para investor akan menjual saham ketika saham
tersebut overvalued, yaitu harga pasarnya lebih besar dari pada harga sebenarnya.
Tingginya Price Earning Ratio berarti tingginya harga saham yang
mengakibatkan harga saham akan meningkat dan begitu pula sebaliknya apabila
semakin rendah Price Earning Ratio berarti rendah pula prospek harga saham
tersebut sehingga mengakibatkan penurunan terhadap harga saham. Selain itu PER
memberikan standar yang baik dalam membandingkan harga saham untuk laba per
lembar saham yang berbeda dan kemudahan dalam membuat estimasi yang
digunakan dalam input PER.
Pengaruh Price Earning Ratio terhadap Harga Saham Price Earning Ratio
(PER) atau biasa disebut P/E Ratio merupakan rasio pasar yang digunakan untuk
melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap
kinerja perusahan yang dicerminkan oleh EPS (Earning Per Share)-nya. Jika
dikatakan saham mempunyai PER 5 kali, berarti harga saham tersebut 5 kali lipat
terhadap EPS-nya (pendapatan bersih per lembar saham). Saham yang mempunyai
PER semakin kecil akan semakin bagus, yang berarti saham tersebut semakin
murah.
Return On Equity menunjukkan kemampuan perusahaan dengan modal
sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba bersih. Return On
Equity mempunyai hubungan positif searah terhadap harga saham. Dimana seperti
yang dikemukakan oleh Kasmir (2015:204), tinggi rendahnya ROE akan
mempengaruhi tingkat permintaan saham dan harga saham tersebut. Jika nilai
Return On Equity meningkat artinya perusahaan mampu menghasilkan laba yang
besar dari kepemilikan modal perusahaan pada para pemegang saham. Tetapi
sebaliknya, bila Return On Equity menurun artinya laba yang dihasilkan rendah.
Return On Equity (ROE) yang mengukur efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan modal yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini juga menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat
pengembalian pada pemegang saham, Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik
karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar kepada pemegang
saham. Informasi peningkatan ROE akan diterima pasar sebagai sinyal baik yang
akan memberikan masukan positif bagi investor dalam pengambilan keputusan
35
membeli saham. Hal ini membuat permintaan akan saham meningkat sehingga
harganya pun akan naik
Berdasarkan beberapa teori dan temuan dari penelitian terdahulu di atas,
maka model kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Return
On Equity secara simultan terhadap stock price pada perusahaan Sub sektor
kosmetik dan barang keperluan rumah tangga yang go public di Bursa Efek
Indonesia.
2. Terdapat pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Return
On Equity secara parsial terhadap stock price pada perusahaan Sub sektor
kosmetik dan barang keperluan rumah tangga yang go public di Bursa Efek
Indonesia.
Price Earning
Ratio (PER)
Earning Per
Share (EPS)
Return On
Equity (ROE)
Stock Price