bab ii tinjauan pustaka - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/40747/3/bab 2.pdfbahasa dalam pandangan...
TRANSCRIPT
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Representasi
Secara singkat, Representasi ialah sesuatu yang mewakili atau
menunjuk sesuatu yang lain. Atau dengan kata lain merujuk pada proses
yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, melalui kata kata,
bunyi, citra atau kombinasinya (John Fiske, 2004 : 282).
Representasi adalah istilah yang secara luas digunakan untuk
menunjukan penggambaran kelompok-kelompok dan institusi sosial.
Penggambaran itu tidak hanya berkenaan dengan tampilan fisik, juga terkait
dengan makna yang ada di balik tampilan fisik. Representasi juga berarti
penghadiran kembali sesuatu bukan dalam gagasan asli atau obyek fisikal
asli, melainkan sebuah versi baru yang dibangun darinya (Burton, 2007:41
- 43).
Istilah representasi menunjuk bagaimana seseorang, satu kelompok,
gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. (Eriyanto,
2011 : 113). Singkatnya, melalui representasi dalam suatu media ada pihak
atau diri yang diunggulkan ataupun sebaliknya. Dalam buku Analisis
wacana, Eriyanto menyebutkan ada dua hal yang penting dalam representasi.
Yang pertama, apakah seseorang atau individu, kelompok, atau gagasan
tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kata semestinya ini mengacu
pada apakah individu atau kelompok itu ditampilkan sebagaimana mestinya
atau dijelekkan. Karena yang ditampilkan bisa jadi penggambaran yang
26
buruk dan memarjinalkan individu atau kelompok tertentu. Yang kedua,
bagaimana representasi itu ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi,
gambar, gagasan, tersebut ditampilkan kepada khalayak.
2.2 Analisis Wacana
2.2.1 Analisis Wacana
Perkembangan serta kemajuan dari informasi dan komunikasi,
berbagai penelitian komunikasi terus dilakukan. Sekarang ini ada
banyak sekali studi tentang bagaimana melihat wacana bukan hanya
sebagai kumpulan atau rangkaian bahasa. Berikut ini beberapa definis
tentang wacana yang dikutip oleh Eriyanto, (2011: 2) dari beberapa
pakar.
Foucault 1972:
“Wacana kadang kala sebagai bidang dari semua pernyataan (statement),
kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan dan
kadang kala sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah
pernyataan.”
Roger Fowler 1977:
“Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik
pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk didalamnya,
kepercayaan disini mewakili pandangan dunia, sebuah organisasi atau
representasi dari pengalaman.”
27
Hawthorn 1992:
“Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah
pertukaran diantara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktifitas
personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya”
Crystal 1987:
“Analisis Wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah
terdapat pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana
seperti percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan ucapan.”
Keberagaman serta luasnya definisi di atas disebabkan oleh
banyaknya berbagai macam disiplin ilmu yang memakai istilah wacana.
Akan tetapi dari luas serta banyaknya definisi wacana ada satu benang
merah yaitu wacana berhungan dengan bahasa atau pemakaian bahasa.
Seperti yang dikutip oleh Eriyanto (2011, 4 - 7), ada 3 paradigma
analisis wacana. Yang pertama, paradigma positivism-empiris yakni
memandang bahwa bahasa merupakan jembatan manusia dengan obyek
di luar dirinya. Pengalaman pengalaman manusia dapat secara langsung
diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa adanya kendala atau
distorsi, sejauh ia dinyatakan dengan memakai pernyataan yang logis,
empiris, sintaksis dan memiliki hubungan dengan pengalaman empris.
Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran
dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana, konsekuensi
logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna
makna subyektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang
28
penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut
kaidah sintaksis dan semantik. Oleh karena itu, tata bahasa, kebenaran
sintaksis adalah bidang utama dari aliran positivisme-empiris tentang
wacana.
Yang kedua adalah konstruktivisme. Pandangan ini banyak
dipengaruhi oleh oleh pemikiran femonologi. Berbeda dengan
positivisme yang memisahkan subyek dan obyek bahasa. Dalam
pandangan konstruktivisme bahasa tidak lagi dilihat sebagai alat untuk
memahami realitas obyektif yang dipisahkan dari subyek sebagai
penyampaian pernyataan. Justru menganggap subyek sebagai faktor
sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan hubungan sosialnya.
Yang ketiga adalah pandangan kritis. Pandangan ini mengoreksi
pandangan yang kedua yang kurang sensitif pada proses produksi dan
reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional.
Analisis wacana dalam paradigm ini lebih menekankan pada konstelasi
kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.
Individu tidak dianggap sebagai subyek yang netral. Bahasa disini juga
tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak diluar diri si
pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai
representasi yang membentuk subyek tertentu, tema tema wacana
tertentu, maupun strategi strategi di dalamnya. Wacana dalam
pandangan ini juga disebut sebagai analisis wacana kritis (Critical
Discourse Analysis/CDA). Ini membedakan dengan analisis wacana
dalam kategori pertama dan kedua.
29
2.3 Analisis Wacana Model Sara Mills
Fokus dari analisis wacana Sara Mills pada wacana mengenai
feminisme. Bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, baik dalam
novel, gambar, foto, ataupun dalam berita (Eriyanto, 2011: 199). Titik
perhatian dari perspektif wacana feminis adalah menunjukan bagaimana
teks bias dalam menampilkan wanita. Wanita cenderung ditampilkan
dalam teks sebagai pihak yang salah, marjinal dibandingkan dengan
pihak laki laki. Representasi atau gambaran dan ketidakadilan inilah
yang menjadi sasaran utama dari analisisnya.
Gagasan dari Sara Mills agak berbeda dengan gagasan perspektif
wacana lainnya. Critical Linguistics memusatkan perhatian pada
struktur kebahasaan dan bagaimana pengaruhnya dalam pemaknaan
khalayak, Sara Mills lebih melihat pada bagaimana posisi posisi aktor
ditampilkan dalam teks. Posisi posisi ini dalam arti siapa yang menjadi
subyek penceritaan dan siapa yang menjadi obyek penceritaan akan
menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna
diperlakukan dalam teks secara keseluruhan (Eriyanto, 2011 : 200).
Selain posisi posisi aktor dalam teks, Sara Mills juga memusatkan
perhatian pada bagaimana pembaca dan penulis ditampilkan dalam teks.
Bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam
penceritaan teks. Pada akhirnya cara penceritaan dan posisi posisi yang
ditempatkan dan ditampilkan dalam teks ini membuat satu pihak
menjadi legitimate dan pihak lain illegitimate (Eriyanto, 2011 : 200).
30
a. Posisi: Subyek – Obyek
Sara Mills lebih menekankan pada bagaimana posisi dari
berbagai aktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa itu ditempatkan
dalam teks. Posisi posisi tersebut pada akhirnya menentukan bentuk
teks yang hadir ditengah khalayak. Wacana media bukanlah sarana
yang netral, tetapi cenderung menampilkan aktor tertentu sebagai
subyek yang mendefinisikan peristiwa atau kelompok tertentu.
Setiap aktor pada dasarnya mempunyai kesempatan yang sama
untuk menggambarkan dirinya, tindakannya, dan memandang atau
menilai dunia. Dengan kata lain ia kemungkinan menjadi subyek
atas dirinya sendiri, menceritakan dirinya sendiri, dan mempunyai
kemungkinan atas penggambaran dunia menurut persepsi dan
pendapatnya (Eriyanto, 2011: 201).
b. Posisi Pembaca
Menurut pandangan Sara Mills, dalam suatu teks posisi
pembaca sangatlah penting dan harus diperhitungkan dalam teks.
Teks adalah sebagai hasil negosiasi antara penulis dan pembaca.
Dilihat bagaimana pembaca menempatkan dan mengidentifikasikan
dirinya dalam teks. Pembaca dianggap penting, karna tidak hanya
menerima teks tetapi juga ikut melakukan transaksi sebagaimana
terlihat dalam teks (Eriyanto, 2011: 203 - 204).
31
2.4 Feminisme
Adalah sebuah gerakan dan ideologi yang memperjuangkan kesetaraan
bagi perempuan dalam politik, ekonomi, budaya, ruang pribadi dan ruang
publik (https://www.rappler.com/indonesia/data-dan-fakta/163874-sketsatorial-
salah-paham-feminisme , diakses pada 18 oktober 2017)
2.4.1 Jenis jenis Feminisme
Mansour Fakih dalam bukunya Analisis Gender & Transformasi
Sosial, membagi feminisme menjadi dua bagian atau aliran besar dalam
ilmu sosial, yakni aliran status quo atau fungsionalisme dan aliran
konflik (Fakih, 2013: 79). Aliran status qua atau fungsionalisme yang
dalam memperjuangkan masyarakat menuju kesempatan dan hak yang
sama bagi setiap individu termasuk didalamnya perempuan, yang dianut
oleh feminis liberal. Sedangkan aliran konflik dianut oleh feminis
radikal yang menganggap bahwa penindasan terhadap perempuan oleh
laki laki berakar dari laki laki itu sendiri dengan ideologi patriarkinya.
Dalam jurnal yang berjudul Feminisme sebuah model penelitian
kualitatif (2014, volume 10, nomor 1, SAWWA) aliran feminisme
terbagi dalam 5 aliran, yaitu:
1. Feminisme Liberal
Fokus utama feminisme liberal yaitu hak hak yang sama bagi
laki laki dan perempuan dengan adanya kebebasan dan kebahagiaan
manusia perorangan. Aliran ini berakar dari filsafat liberalism yang
memiliki konsep bahwa kebebasan merupakan hak setiap individu
32
sehingga ia harus diberi kebebasan untuk memilih tanpa terkekang
oleh pendapat umum dan hukum. Teori ini bertumpu pada
kebebasan dan kesetaraan rasionalitas.
2. Feminisme Marxis/Sosialis
Perempuan di gambarkan dalam posisi yang rendah dalam
struktur ekonomi, sosial, dan politik dari sistem kapitalis, serta
adanya analisis patriarki. Fokusnya ialah kapitalisme dan patriarki
menempatkan perempuan pada posisi yang tidak istimewa atau
merugikan. Penghapusan sistem kapitalis merupakan cara agar
perempuan mendapat perlakuan yang sama. Aliran ini memandang
masalah perempuan dalam rangka kritik kapitalisme. Feminisme
sosila muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran in
mengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebeum kapitalisme dan
tetap tidak akan pernah berubah meskipun kapitalis runtuh.
Feminisme sosial menggunakan kelas dan gender untuk memahami
penindasan perempuan.
3. Feminisme Radikal
Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan
terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki (Laki laki sebagai
pusat segalanya). Pada intinya, aliran ini berupaya menghancurkan
sistem patriarki yang fokusnya terkait fungsi biologis tubuh
perempuan.
33
4. Feminisme Teologis
Berkembang berdasarkan paham teologi pembebasan yang
menyatakan bahwa sistem masyarakat dibangun berdasarkan
ideologi, agama, dan norma norma masyarakat yang menempatkan
perempuan dibawah laki laki.
5. Feminisme Ekofeminisme
Adalah merupakan jenis feminisme yang menyalahi arus
utama ajaran feminisme, cenderung menerima perbedaan laki laki
dan perempuan. Aliran ini mengkritik pemikiran aliran aliran
sebelumnya yang menggunakan prinsip maskulinitas (ideology
untuk menguasai) dalam usaha mangakhiri penindasan perempuan
akibat sistem patriarki.
Dengan adanya lima aliran tersebut, yang menjadi dasar pada penelitian
ini adalah aliran feminisme liberal. Feniminisme Liberal ialah aliran yang
paling banyak dianut oleh perempuan modern saat ini. Perempuan yang
menjunjung tinggi pemikiran tentang emasipasi yang menganggap bahwa
kedudukan perempuan harus disetarakan dengan kedudukan laki laki.
Perempuan memililki hak kebebasan yang sama dalam melakukan apapun yang
perempuan inginkan namun tetap tidak melewati batas koridor yang ada.
2.5 Komik
Menurut Ajidarma dalam disertasinya (2011: 20) yang di kutip oleh
Whisnu Prabowo dalam skripsinya. Uraian tentang komik sebaiknya dari
34
perbincangan Will Eisner dan Scott McCloud sebab sejauh ini teori mereka
berdua yang beredar dan dikenal secara luas. Will Eisner dikenal dengan
bukunya yang berjudul Comics and Sequential Arts (1985) dan Graphic
Strorytelling (1996). Sementara Scott McCloud dikenal dengan
Understanding Comics (1993), Reinventing Comics (2000), dan Making
Comics (2006).
Will Eisner dan Scott McCloud dianggap mewakili dunia komik di
Amerika Serikat. Mengiringi keduanya, adalah uraian tentang manga,
komik jepang yang begitu fenomenal dan merontokan hegemoni wacana
komik Amerika dan di berbagai belahan bumi (Ajidarma, 2011 : 20).
2.5.1 Will Eisner : Komik sebagai cara bertutur
Menurutnya komik adalah suatu bentuk naratif, cara bertutur yang
menjadi suatu bentuk visual bacaan. Dalam artian yang lebih luas komik
dibaca karena komik merupakan peleburan antara gambar dan kata kata.
Dalam komik yang disebut gambar dan kata kata tidak dapat dipisahkan
karna menjadi suatu keutuhan dalam cara berbahasa. Komik adalah seni
bertutur secara berurutan (Sequential Art). Komik berbicara secara
verbal dan visual secara bersamaan, sebagai suatu permainan antara
gambar dan kata kata yang kemudian menjadi suatu bahasa visual.
Sebagai bahasa, komik memiliki tata bahasanya sendiri, tempat
gagasan yang diterjemahkan dalam bentuk penuturan. Komik memiliki
perangkat seperti halaman sebagai bidang gambar, panel, gambar
manusia dan lingkungannya, gambar benda, dan kata yang hurufnya
35
digambar, kesemuanya dihadirkan sebagai bagian yang dikenal dari
pengalaman pembaca.
Ruang dan waktu dalam penggambaran komik adalah unik hanya
dapat dicapai oleh media komik. Penggunaan perspektif, sudut pandang,
panel, balon, dan narasi sebagai suatu gestalt mampu mengungkapkan
dunia manusia dalam realitas yang dapat dikenali maupun imajinasi
yang menyentak kesadaran. Telah tersedia perangkat perangkat bahasa
komik yang dalam kreatifitas seorang penggubah komik, akan menjadi
sebuah tuturan memikat dan menyakinkan untuk menyampaikan suatu
gagasan. Segenap perangkat itu dilahirkan oleh pengenalan terhadap
pertumbuhan komunikasi visual dalam sejarah manusia sehingga
memungkinkan untuk dimengerti (Eisner, 1958 : 7 -15 dalam Ajidarma
2011 - 21).
2.5.2 Scott McCloud : Komik
Scott dalam bukunya Understanding Comics (2001) mendefinisikan
komik adalah gambar gambar serta lambang lambang yang
terjukstaposisi (saling berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu.
Selain itu menurutnya setiap urutan gambar pada film yang
diproyeksikan secara tepat pada ruang yang sama yaitu layar, sedangkan
setiap gambar dalam komik harus menempati ruang yang berbeda.
Ruang dalam komik memiliki fungsi yang sama dengan waktu dalam
film. Hanya saja sebelum diproyeksikan film hanya berupa komik yang
sangat sangat sangat lambat.
36
2.6 Unsur-unsur Komik
Di dalam komik terdapat beberapa unsur unsur atau komponen,
beberapa diantaranya (Toni Masdiono, (2001)) :
a. Panel
Merupakan bidang atau garis pembatas pada bagian bagian komik.
Atau menurut Toni Masdiono dalam bukunya jurus membuat komik
(2001) adalah kotak yang membatasi gambar adegan. Ada dua macam
panel yaitu :
Panel Tertutup
Memiliki garis pembatas panel. Garis garis ini biasa disebut dengan
frame.
Panel Terbuka
Tidak memiliki garis pembatas. Saat ini cukup banyak digunakan
sebagai variasi dalam tampilan komik. Komik Amerika dan Jepang
banyak menggunakannya.
Scot McCould dalam bukunya Understanding Comics
(2001), menyebutkan satu unsur yang berkaitan dengan rangkaian
panel ialah closure. Closure adalah fenomena yang mengamati
bagian bagian tetapi juga memandangnya sebagai keseluruhan.
Unsur ini menghubungkan setiap panel yang dipisahkan oleh ruang
diantara panel, yang disebut dengan “Parit” (Gutter). Closure juga
memungkinkan untuk kita menggabungkan peristiwa peristiwa
tersebut dan menyusunnya menjadi suatu peristiwa yang utuh.
37
Closure hanya dapat terjadi jika partisipasi dari pembaca sebagai
sarana utama dalam komik untuk menstimulasikan waktu dan
adegan.
Scott juga menjelaskan jenis jenis closure dalam komik, ia
membaginya ke dalam 6 bagian yaitu :
1. Waktu ke waktu
Bagian ini memerlukan closure yang sangat sedikit.
Gambar 2.1 Waktu ke waktu
2. Aksi ke aksi
Subyek dalam proses aksi ke aksi
Gambar 2.2 Aksi ke aksi
38
3. Subyek ke subyek
Bagian ini masih dalam satu adegan, lokasi, atau gagasan.
Tingkat keikutsertaan pembaca diperlukan agar peralihan
tersebut bermakna.
Gambar 2.3 Subjek ke subjek
4. Adegan ke adegan
Bagian ini membawa kita melintasi ruang dan waktu. Sering
diperlunya pemikiran deduktif untuk membaca jenis komik ini.
Gambar 2. 4 Adegan ke adegan
5. Aspek ke aspek
39
Kebanyakan peralihan ini tidak memandang atau mengenal
waktu dan mengatur pandangan yang mengembara terhadap
aspek tempat, gagasan, dan suasana hati yang berbeda.
Gambar 2.5 Aspek ke aspek
6. Non Sequitur
Jenis peralihan ini tidak menunjukan hubungan yang logis antara
panelnya.
Gambar 2.6 Non Sequitur
b. Speech Bubbles atau Balon Kata
Bentuk Visual yang didalamnya terdapat dialog dari karakter. Balon
kata bermacam-macam jenisnya disesuaikan dengan fungsinya,
misalnya ketika saat berbicara, berbisik, berteriak, dll.
40
c. Narasi
Adalah keterangan untuk membantu pembaca dalam memahami
adegan atau alur cerita, kotak dialog yang menerangkan situasi, waktu
dan tempat.
d. Icon
Gambar yang merepresentasikan seseorang, tempat, benda, ekspresi,
atau ide
e. Sound Effect
Efek suara yang menerangkan suatu situasi misalnya “Ring ring”
pada suara telepon atau “DHUAR!!!” pada suara ledakan.
Toni Masdiono dalam bukunya Jurus membuat komik (2011)
mengistilahkan komik sebagai “Gambar Bercerita” bukan “Cerita
Bergambar” karena semua unsur saat diletakkan ke dalam sebuah komik
berubah menjadi unsur visual. Satu panel sebuah komik bisa menjelaskan
banyak hal seperti dalam satu halaman novel, ditambah dengan style, model
gambar yang menjadi ciri khas komikus membuat gambar menjadi menarik
untuk dibaca.
2.7 LINE Webtoon
2.7.1 Pengertian Webtoon
41
Sederhananya webtoon adalah komik yang di publis secara online
dan umumnya gratis. Pengertian menurut Naver.com, Webtoon gabungan
dari kata “web” dan “cartoon”. Webtoon berisi komik atau cerita bergambar
yang dipublikasi melalui media internet.
Di tempat asalnya yaitu korea selatan, sebutan webcomics bukan
istilah umum yang dipakai. Sebaliknya korsel menggunakan istilah webtoon
untuk sebutan webcomics. Webtoon sangat popular di negara-nya karna
beberapa alasan diantaranya adalah secara tradisional, komikus atau
seniman komik menciptakan karya pertamanya melalui media cetak atau
versi cetak. Hal ini sudah menjadi cara komikus dalam memproduksi komik
mereka. Paling tidak, mereka bisa menggambar komiknya dengan bantuan
monitor dan tablet akan tetapi tidak mempublisnya secara online sebelum
menyerahkannnya kepada penerbit.
(http://koreanwebtoons.wikia.com/wiki/Webtoon)
2.7.2 Sejarah Perkembangan Webtoon
Webtoon pertama kalinya berkembang di Negara korea selatan
sekitar tahun 1900an. Dimulai saat menurunya tingkat minat baca komik
tradisional generasi muda. Era webtoon di korsel dibedakan menjadi 2
generasi, yang pertama diwakili oleh “Snow Cat” dan yang kedua oleh
“Moss” karya Yoon Tae-ho. Yang pertama dimulai sebagai catatan harian
bergambar di homepage pribadi komikus yang asalnya iseng lalu menjadi
sangat populer sampai pengunjung situsnya meniggalkan komentar dan
pesan di homepagenya. Sejak saat itu webtoon mulai diminati. Lalu yang
42
kedua webtoon berkembang dan lebih komersial, tidak sedikit penulis
webtoon mengunggah karyanya di situs portal besar semacam Naver dan
Daum (Dalam penelitian Analisis Wacana Kritis Humor Line Webtoon Si
Udin karya Nurussalamah Min Ummil Qura, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Naver was established in June 2, 1999 with a goal of offering
Korean and other Internet users the widest possible selection of
online services. (NAVER, “NAVER Annual Report 2015” dalam
https://www.NAVERcorp.com/en/ir/annualReport.nhn).
Naver didirikan pada 2 Juni 1999 dengan tujuan menawarkan
pengguna Internet Korea dan lainnya pilihan seluas mungkin secara online
jasa.
Gambar 2.7 Homepage NAVER
Sebagai salah satu portal online, NAVER yang mendukung
perkembangan Webtoon sampai Internasional. NAVER merupakan situs
pencarian terkenal di Korsel, mirip dengan Google. Pertama kali
diluncurkan pada Juni, 1999 oleh Lee Hae Jin yang merupakan mantan
karyawan dari Samsung.
43
(Biografi Pengusaha, “Penemu LINE Orang Terkaya Korea yang digilai
Jepang” dalam http://www.pengusaha.us/2015/03/siapa-pendiri-LINE-
aplikasi.html).
Dalam skripsi Nurssalamah Min Ummil Qura, Lee Hae Jin bersama
karyawannya terus mengembangkan NAVER dengan menyediakan
berbagai macam fitur yang dibutuhkan serta digemari oleh masyarakat
korsel saat itu. NAVER mulai bergabung di salah satu perusahaan game
online pertama di korsel yang bernama hangame pada September 2011.
Gabungan dari perusahaan ini bernamakan NHN Corporation.
Perkembangan NAVER sampai ke jepang hingga pada suatu saat NAVER
membuat aplikasi LINE messenger. NHN Corporation bernama NHN
Entertaiment. Produknya portal NAVER, Hangame dan Line. Line sendiri
telah mengembangkan dan telah memiliki banyak bisnis lain termasuk
didalamnya Webtoon.
Sajian dalam webtoon diberikan dalam satu halaman panjang (Scroll
Down untuk setiap chapter/strip), colourfull dan gampang diakses melalui
PC maupun Handphone yang terkoneksi Internet. Webtoon sendiri terbagi
menjadi 2 yaitu Webtoon NAVER dan LINE Webtoon (Dalam skripsi
analisis wacana kritis humor line webtoon si udin).
Gambar 2.8 Homepage NAVER Webtoon Korea
44
Gambar 2.9 Homepage LINE Webtoon Indonesian Version
2.7.3 Webtoon
Webtoon mulai memasuki pasar internasional yang disebabkan
karna popularitas yang berawal di korsel (korea selatan). Line Webtoon
pertama kali diluncurkan oleh NAVER pada Juli 2014 dan di tahun 2015
NAVER mengadakan berbagai acara dengan tujuan untuk memperluas
secara global. Di tahun 2015 Line Webtoon mulai memasuki pasar
Indonesia, Line menyebutkan official account LINE Webtoon
(@idWebtoon) mendapatkan 2 juta pengikut dalam 2 minggu sejak pertama
kali diluncurkan
(https://www.antaranews.com/berita/495706/line-hadirkan-webtoon-
platform-digital-bagi-pecinta-komik).
Gambar 2.10 Logo Aplikasi LINE Webtoon
Sumber:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/archive/2/22/20171230175958%21Line_Webt
oon_logo.png
45
Setiap hari ada banyak judul komik yang bisa di akses dan dinikmati
di LINE Webtoon. Judul-judul itu lalu di kelompokkan ke dalam beberapa
genre. Berikut adalah genre yang ada di Line Webtoon versi Indonesia :
1. Genre Drama
Dalam LINE Webtoon ber-genre drama ini menampilkan cerita
konflik emosi dengan tujuan membuat pembaca terhanyut di dalamnya.
Gambar 2.11 LINE Webtoon Indonesia genre drama
2. Genre Fantasi
Dalam LINE Webtoon ber-genre fantasi ini author atau komikus
sebutan untuk pembuat komik ini menampilkan cerita-cerita dari
fantasia tau khayalan dari pembuatnya. Misalnya yang berbau sihir,
legenda, dan lain-lain.
46
Gambar 2.12 LINE Webtoon Indonesia genre fantasi
3. Genre Humor
Dalam LINE Webtoon ber-genre humor ini menampilkan cerita-
cerita lucu, biasanya banyak membuat pembaca tertawa.
Gambar 2.13 LINE Webtoon Indonesia genre humor
4. Genre Slice of Life
Genre ini menampilkan cerita-cerita mengenai kisah nyata dari
kehidupan sehari-hari tokoh atau aktor komik.
Gambar 2.14 LINE Webtoon Indonesia genre Slice of life
47
5. Genre Romantis
Genre ini menampilkan kisah-kisah atau cerita-cerita percintaan,
dan kebanyakan menampilkan unsur-unsur cinta dan romantic.
Gambar 2.15 LINE Webtoon Indonesia gendre Romantis
6. Genre Triller
Genre ini menampilkan kisah-kisah atau cerita-cerita seru dan
mengerikan.
Gambar 2.16 LINE Webtoon Indonesia genre Triller
7. Genre Horor
Genre ini menampilkan kisah-kisah atau cerita-cerita yang
menyeramkan. Misalnya kisah-kisah hantu dan sejenisnya.
48
Gambar 2.17 LINE Webtoon Indonesia genre Horor
Selain jenis genre yang sudah disebutkan diatas, LINE Webtoon
juga memiliki tool atau alat yang memberikan informasi jadwal harian.
Jadwal harian ini berfungsi bagi pembaca untuk memudahkan pembaca
dalam memilih judul komik pilihan setiap harinya.
Gambar 2.18 Jadwal Harian LINE Webtoon Indonesia
Selain itu pembaca juga dimanjakan dengan tool komentar, yang
selain berfungsi memberi komentar, tanggapan mengenai judul komik yang
dibacanya juga dapat dilihat langsung oleh komikus. Selain itu juga terdapat
tool atau alat untuk meng-share ke dalam beberapa pilihan social media tool
pembaca dan tombol “Favorit” yang berguna untuk menambah atau
memberikan rating pada judul komik tersebut.