bab ii tinjauan pustaka a. gizi dan tumbuh kembang bayi

31
6 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. GIZI DAN TUMBUH KEMBANG BAYI Ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan yang di makan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya (Kristiyanasari weni, 2010). Zat gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Sulistiyoningsih Hariyani, 2011). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Sulistyoningsih Hariyani, 2011). Berdasarkan pengertian di atas status gizi adalah keadaan dimana tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Selama kehamilan akan memicu perubahan baik secara anatomis, fisiologis, maupun biokimia. Adanya perubahan tersebut akan sangat mempengaruhi kebutuhan gizi ibu hamil yang betujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan janin (Sulistyoningsih Hariyani, 2011). Status gizi anak baduta (bawah dua tahun) menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dapat diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan panjang badan (PB). Berat badan anak baduta ditimbang menggunakan timbangan digital yang memiliki presisi 0,1 kg, sedangkan panjang badan diukur menggunakan alat ukur panjang badan dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan PB anak baduta disajikan dalam bentuk tiga indeks antropometri, yaitu BB/U, PB/U, dan BB/PB. Untuk menilai status gizi anak baduta, maka angka berat badan dan panjang badan setiap anak baduta dikonversikan dalam nilai terstandar ( Z-score) menggunakan baku antropometri anak balita WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score dari masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi anak baduta dengan batasan sebagai berikut :

Upload: others

Post on 15-Feb-2022

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. GIZI DAN TUMBUH KEMBANG BAYI

Ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari

hubungan antara makanan yang di makan dengan kesehatan tubuh yang

diakibatkan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya (Kristiyanasari weni,

2010). Zat gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan

(Sulistiyoningsih Hariyani, 2011).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi (Sulistyoningsih Hariyani, 2011). Berdasarkan

pengertian di atas status gizi adalah keadaan dimana tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Selama kehamilan akan

memicu perubahan baik secara anatomis, fisiologis, maupun biokimia. Adanya

perubahan tersebut akan sangat mempengaruhi kebutuhan gizi ibu hamil yang

betujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan janin

(Sulistyoningsih Hariyani, 2011).

Status gizi anak baduta (bawah dua tahun) menurut Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dapat diukur berdasarkan umur, berat badan

(BB) dan panjang badan (PB). Berat badan anak baduta ditimbang

menggunakan timbangan digital yang memiliki presisi 0,1 kg, sedangkan

panjang badan diukur menggunakan alat ukur panjang badan dengan presisi

0,1 cm. Variabel BB dan PB anak baduta disajikan dalam bentuk tiga indeks

antropometri, yaitu BB/U, PB/U, dan BB/PB. Untuk menilai status gizi anak

baduta, maka angka berat badan dan panjang badan setiap anak baduta

dikonversikan dalam nilai terstandar (Z-score) menggunakan baku

antropometri anak balita WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score

dari masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi anak baduta

dengan batasan sebagai berikut :

7

1. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U:

Gizi Buruk : Z-score < -3,0

Gizi Kurang : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0

Gizi Baik : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0

Gizi Lebih : Z-score > 2,0

2. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator PB/U:

Sangat pendek : Z-score < -3,0

Pendek : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0

Normal : Z-score ≥ -2,0

3. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/PB:

Sangat kurus : Z-score < -3,0

Kurus : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0

Normal : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0

Gemuk : Z-score > 2,0

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018

didapat hasil prevalensi status gizi berdasarkan BB/U di Provinsi Lampung

pada anak usia 0-23 bulan : gizi buruk 2,7%, gizi kurang 10,2%, gizi baik

84,7%, dan gizi lebih 2,4% dari total jumlah anak tertimbang 1.181 anak.

Hasil prevalensi status gizi berdasarkan PB/U pada anak umur 0-23 bulan :

sangat pendek 12,2%, pendek 15,2%, normal 72,6% dari total jumlah anak

tertimbang 1.144 anak. Sedangkan hasil prevalensi status gizi berdasarkan

BB/PB pada anak umur 0-23 bulan : sangat kurus 4,9%, kurus 6,9%, normal

79,2%, gemuk 8,9% dari total jumlah anak tertimbang 879 anak.

Menurut Nursalam et al. (2009), berat badan dapat diperkirakan

dengan menggunakan rumus Behman : Rumus Perkiraan Berat Badan

Behman

a) Usia 3-12 bulan

(usia dalam bulan + 9) : 2 = BB ideal (dalam kg)

Contoh:

Bayi berusia 4 bulan akan memiliki BB ideal sebagai berikut:

(4 + 9) : 2 = 6.5 kg

8

b) Usia 1-6 tahun

(usia dalam tahun x 2) + 8 = BB ideal (dalam kg)

Contoh:

Anak berusia 3 tahun akan memiliki BB ideal sebagai berikut:

(3 x 2) + 8 = 14 kg

c) Usia 7-12 tahun

(usia dalam tahun x 7 - 5) : 2 = BB ideal (dalam kg)

Contoh:

Anak berusia 9 tahun akan memiliki BB ideal sebagai berikut:

(9 x 7 - 5) : 2 = 29 kg

Bayi-bayi yang lahir dengan berat badan rendah, biasanya akan lebih

cepat bertambah berat badannya seakan mengejar ketinggalannya, dan pada

saat usianya mencapai 5 bulan maka beratnya mencapai 6 kg. Bayi yang besar

pada waktu lahir sering tumbuh lambat, selama 3 bulan pertama berat badan

bayi rata-rata 70 gram/bulan. Pada usia 4-6 bulan berat badannya bertambah

600 gram/bulan. Pada usia 7-9 bulan pertambahan berat badannya hanya 400

gram saja perbulan. Pada usia 10-12 bulan pertambahan berat badannya rata-

rata 300 gram perbulan atau 3 kali berat badan saat lahir. Pertambahan berat

badan pada tahun kedua hanya 200-250 gram/bulan saja. Pertambahan ini akan

sangat dipengaruhi oleh banyaknya makanan dan keaktifan pencernaan, jenis

makanan dan lain-lain (Soetjiningsih, 2001).

Tabel 1

9

1. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Bayi

a. Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

proses tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik yang

terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan

kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan

kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap

rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.

Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan

yang normal dan patologik, jenis kelamin, dan suku (Sinta B, 2019).

b. Faktor Prenatal

1) Gizi ibu pada waktu hamil

Gizi ibu hamil yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun

pada waktu sedang hamil, lebih sering menyebabkan bayi BBLR

(berat badan lahir rendah) atau lahir mati dan jarang menyebabkan

cacat bawaan. Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan

pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, mudah

terkena infeksi, abortus, dan sebagainya.

2) Faktor mekanis

Trauma dan cairan air ketuban yang kurang dapat menyebabkan

kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula pada

posisi janin pada uterus dapat mengakibatkan talipes, dislokasi

panggul, tortikolis congenital, palsi fasialis, atau kranio tabes.

3) Toksin atau zat kimia

Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-

zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin,

methadion, obat-obat anti kanker. Demikian pula dengan ibu hamil

yang perokok berat atau peminum alkohol kronis dapat

menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya.

4) Endokrin

Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin

adalah somamotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin dan

10

peptide-peptida lain dengan aktivitas mirip insulin. Cacat bawaan

sering terjadi pada ibu diabetes yang tidak mendapat pengobatan,

umur ibu kurang dari 18 tahun/lebih dari 35 tahun, defesiensi

yodium pada waktu hamil.

5) Radiasi

Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat

menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau

cacat bawaan lainnya. Sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki

dapat mengakibatkan cacat bawaan pada anaknya.

6) Infeksi

Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah

TORCH (Toxoplasmosis. Rubella, Cytomegalovirus, Herpes

Simplex). Sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat

menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, lues,

HIV, polio, campak, dan virus hepatitis.

7) Stress

Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi

tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan

kejiwaan dan lain-lain.

8) Imunitas

Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus,

hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.

9) Anoksia Embrio

Menurunnya oksigenjanin melalui gangguan pada plasenta atau tali

pusat, menyebabkan berat badan lahir rendah.

c. Faktor Postnatal

1) Lingkungan biologis

a) Ras: Pertumbuhan somatic juga dipengaaruhi oleh ras/suku

bangsa.

b) Jenis kelamin: Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit

dibandingkan anak perempuan tetapi belum diketahui secara

pasti penyebabnya.

11

c) Umur: Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh

karena itu masa itu anak mudah sakit dan mudah terkena

kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar

pembentukan kepribadian anak.

d) Gizi: Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh

kembang anak berebeda dengan orang dewasa karena makanan

bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan dimana

pengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga.

e) Perawatan kesehatan: Perawatan kesehatan yang teratur dan

menimbang anak secara rutin setiap bulan akan menunjang

tumbuh kembang anak.

f) Kepekaan terhadap penyakit: Dengan memberikan imunisasi

maka diharapkan anak terhindar dari penyakit-penyakit yang

sering menyebabkan cacat atau kematian.

g) Penyakit kronis: Anak yang mengalami penyakit menahun

akan terganggu perkembangan, dan pendidikannya, disamping

itu anak menjadi mudah stress akan penyakitnya.

h) Fungsi metabolisme: Karena danya perbedaan yang mendasar

pada proses metabolisme pada berbagai umur maka kebutuhan

akan berbagai nutrien harus didasarkan perhitungan yang tepat.

i) Hormon: Hormone yang berpengaruh pada tumbuh kembang

natara lain adalah somamotropin, tiroid, hormone seks, insulin

dan hormone yang dihasilkan kelenjar adrenal.

2) Faktor fisik

a) Cuaca: Musim kemarau yang panjang dapat berdampak pada

tumbuh kembang anak akibat gagalnya panen banyak anak

menderita kurang gizi.

b) Sanitasi: Sanitasi lingkungan memiliki peran cukup dominan

dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan

anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan diri dan lingkungan

yang kurang akan menyebabkan anak mudah sakit

12

c) Keadaan rumah: Struktur bangunan, ventilasi, cahaya, dan

kepadatan hunian

d) Radiasi: Tumbuh kembang anak dapat terganggu karena danya

radiasi tinggi.

3) Faktor Psikososial

a) Stimulasi: Merupakan hal yang penting dalam tumbuh

kembang anak. Anak yang mendapat stimulus teratur lebih

cepat berkembang dari pada yang kurang/tidak mendapat

stimulus.

b) Motivasi belajar: Motivasi belajar dapat ditumbulkan secaraa

dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk

belajar misalnya lingkungan sekolah yang tidak terlalu jauh,

suasana yang menyenangkan.

c) Ganjaran atau hukuman yang wajar: Ganjaran akan

menimbulkan motivasi yang besar dan kuat bagi anak untuk

mengulangi tingkah lakunya jadi jika anak berbuat benar

berilah ganjaran sepeerti pujian, ciuman, atau tepuk tangan.

d) Kelompok sebaya: Untuk proses sosialisasi dengan

lingkungannya anak memerlukan teman sebaya. Tetapi

perhatian orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan

siapa anak bergaul.

e) Stress: Stress juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak

misalnya akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, dan

nafsu makan menurun

f) Sekolah: Dengan adanya program pemerintah yang

memikirkan perkembangan anak sejak dini dengan mulai

digalakkannya pendidikan anak usia dini maka, diharapkan

generasi penerus akan lebih baik lagi

13

B. PIJAT BAYI

1. Bayi

Masa bayi dibagi menjadi 2 periode, yaitu masa neonatal, umur 0

sampai 28 hari.Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan

terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ.

Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode yaitu masa neonatal dini, umur 0-

7 hari, masa neonatal lanjut, umur 8-28 hari, masa post (pasca) neonatal,

umur 29 hari sampai 11 bulan. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang

pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus menerus terutama

meningkatnya fungsi sistem saraf. (Muchtar, 2016). Menurut Kemenkes

balita adalah anak yang berusia 0 - 59 bulan. Sedangkan batita adalah Anak

yang berusia 0 - 35 bulan.

Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis

pertumbuhan dan perkembangan. Disebut masa keemasan karena masa

bayi berlangsung sangat singkat. Sedangkan disebut masa kritis karena

pada masa ini bayi sangat peka terhadap lingkungan dan membutuhkan

asupan gizi serta stimulasi yang baik untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Stimulasi atau rangsangan yang baik yang umum

dilakukan orang tua untuk bayi adalah stimulasi taktil dalam bentuk pijat

bayi (Andriana, 2013).

2. Pengertian Pijat Bayi

Pijat bayi merupakan salah satu cara yang menyenangkan untuk

menghilangkan ketegangan dan perasaan gelisah terutama pada bayi.

Pijatan lembut akan membantu mengendurkan otot-ototnya sehingga bayi

menjadi tenang dan tidurnya nyenyak. Bayi yang diberikan pemijatan akan

lebih lelap ketika tidur, sedangkan pada waktu bangun daya konsentrasinya

akan lebih penuh. Pemenuhan kebutuhan tidur bayi yang dilakukan melalui

teknik pemijatan disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi

serotonin yang dihasilkan pada saat pemijatan Sentuhan lembut pada bayi

merupakan sarana ikatan yang indah antara bayi dan orang tuanya (Roesli,

2013).

14

Di Indonesia sendiri bukti sejarah pijat bisa dilihat di relief-relief

candi Borobudur. Tidak hanya di Borobudur, pada abad 8-9 Candi Budha

di Jawa Tengah juga terdapat ukiran yang menggambarkan tentang pijat.

Dilihat dari segi sejarahnya, pijat tradisional Indonesia juga dipengaruhi

oleh seni penyembuhan dan pengobatan dari India dan Cina. Agama Hindu

tiba di Indonesia sekitar 400 tahun SM dengan pendeta Hindu yang

memperkenalkan obat India yang menggunakan minyak wangi untuk pijat

serta obat obatan yang terbuat dari tanaman. Kemudian, perjalanan biksu

Buddha membawa pengetahuan tentang pengobatan Cina. Kemudian

dilanjutkan dari tradisi Kerajaan Majapahit. Selama periode ini pijat

berevolusi demi relaksasi dan kecantikan juga untuk penyembahan. Dari

semua bukti sejarah yang ada menjelaskan kepada kita bahwa pijat

digunakan untuk sarana penyembuhan dengan metode relaksasi untuk

melemaskan otot-otot yang kaku. Pijat berbeda dengan urut, pijat

dimaksudkan hanya untuk melemaskan otot-otot yang kaku saja sedangkan

urut digunakan untuk mengobati cedera yang lebih serius seperti patah

tulang. (Syaukani, Aulia. 2015)

Pijat melibatkan kerja dan gerak pada tubuh dengan tekanan yang

terstruktur, tidak terstruktur, stasoner atau gerakan dengan tekanan,

gerakan dengan getaran, bisa dilakukan secara manual atau dengan

bantukan alat. Pijat dapat dilakukan denga tangan, jari, siku, lutut, lengan,

kaki atau perangkat pemijatan lainnya. Pemijatan dapat memberikan

relaksasi, perasaan tenak, bisa menjadi aktivitas rekreasi, dsb. Dalam

pelaksanannya pijat bisa dilakukan sambil berbaring di meja pijat, duduk

di kursi pijat, berbaring diatas tikar, ditempat tidur ataupun di lantai.

Adapun juga jenis pijat diair, pijat ini biasa dilakukan dengan berendam

atau mengambang dikolam dengan air hangat. Subjek pijat mungkin bisa

sepenuhnya memakan pakian, sebagian berpakaian ataupun tidak

berpakaian. (Wong, Cathy. 2015)

3. Mekanisme Dasar Pijat Bayi

Satu hal yang sangat menarik pada penelitian tentang pemijatan bayi

adalah penelitian tentang mekanika dasar pemijatan. pencatatan

15

mekanisme belum diketahui. Walaupun demikian, beberapa pakar sudah

mempunyai beberapa teori tentang mekanisme ini serta mulai menemukan

jawabannya. Diajukan beberapa mekanisme untuk menerangkan

mekanisme dasar pijat bayi, antara lain sebagai berikut : Beta Endorphin

mempengaruhi mekanisme pertumbuhan, penelitian mengungkapkan

bahwa pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Tahun 1989, Scanberg dari Duke University Medical School

melakukan penelitian pada bayi-bayi tikus. Pakar ini menemukan bahwa

jika hubungan taktil (jilatan-jilatan) ibu tikus ke bayinya terganggu akan

mengakibatkan hal-hal berikut : penurunan enzim ODC (Ornihine

decarboxylase), yaitu suatu enzim yang menjadi petunjuk peka pada

pertumbuhan sel dan jaringan, penurunan dan pengeluaran hormone

pertumbuhan. Aktivitas Nervus Vagus mempengaruhi mekanisme

penyerapan makanan, penelitian Field dan Scanberg (1989) menunjukkan

bahwa bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus Nervus Vegus (saraf

otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan

gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan jadi lebih

baik. Aktivitas Nervus Vagus meningkatkan volume ASI, penyerapan

makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas nervus vagus

menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering menyusu pada

ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak di produksi. Seperti diketahui,

ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin banyak diminta.

4. Manfaat Pijat Bayi

Dewasa ini,para pakar telah dapat membuktikan secara ilmiah

tentang apa yang telah lama dikenal manusia, yaitu terapi sentuh dan pijat

pada bayi mempunyai banyak manfaat. Terapi sentuh, terutama pijat

menghasilkan perubahan fisiologis yang menguntungkan dan dapat diukur

secara ilmiah. Manfaatnya antara lain sebagai berikut :

a. Efek biokimia dan fisik yang positif

Efek biokimia dari pijat, antara lain menurunkan kadar hormon stress

(catecholamine) dan meningkatkan kadar serotin selain efek biokimia,

pijatan memberikan efek fisik/klinis yaitu antara lain meningkatkan

16

jumlah dan sitotoksisitas dari sistem imunitas (sel pembunuh alami),

mengubah gelombang otak secara positif, memperbaiki sirkulasi darah

dan pernapasan, merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan,

meningkatkan kenaikan berat badan, mengurangi depresi dan

ketenangan, meningkatkan kesiagan, membuat tidur lelap, mengurangi

rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik (sakit perut), meningkatkan

hubungan batin antara orang tua dan bayinya (bonding), meningkatkan

volume air susu.

b. Meningkatkan berat badan

Pijat bayi yang beberapa tahun terakhir mulai diteliti pengaruh dan

manfaatnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi ternyata

telah dipraktikkan di Indonesia sejak lama. Pijat bayi merupakan terapi

dalam bentuk stimulasi sentuh yang mempengaruhi fungsi fisiologis

dan biokimia tubuh bayi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Field

pada tahun 2011 dan 2012 membuktikan bahwa terdapat peningkatan

berat badan sebanyak 20% pada bayi yang dilakukan pemijatan

dibandingkan dengan yang tidak diberi perlakuan. Mekanisme yang

mendasarinya adalah pijat bayi meningkatkan aktivitas nervus vagus

serta menstimulasi aktivitas hormon IGF-1, gastrin, dan insulin yang

berpengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi. Penelitian yang

dilakukan di Indonesia oleh Sukarja tahun 2012 juga membuktikan

bahwa terdapat peningkatan berat badan bayi yang signifikan setelah

dilakukan pijat bayi. Mekanisme yang mendasarinya adalah konsep

neuroendokrin, yakni pijatan menstimulasi saraf parasimpatis dan saraf

otonom yang berfungsi merangsang motilitas usus dan pengeluaran

hormon-hormon penyerapan seperti gastrin dan insulin.

c. Meningkatkan pertumbuhan

Scanberg (1989) melakukan penelitian pada tikus dan menemukan

bahwa tanpa dilakukan rangsangan raba/taktil pada tikus telah terjadi

penurunan hormon pertumbuhan.

d. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap

17

Penelitian Lilik M, dkk 2014 mengatakan bahwa pijat bayi berpengaruh

pada kuatitas tidur bayi, tidur bayi merupakan bagian penting untuk

perkembangan bayi karena pada saat inilah terjadi repair neural-brain

dan terjadi pertumbuhan hormon kurang lebih 75%. Kebutuhan tidur

bayi harus terpenuhi agar tidak berpengaruh terhadap

perkembangannya, salah satu cara untuk membantu bayi tetap sehat

adalah dengan melakukan pijat bayi. Terjadinya penigkatan tidur bayi

karna pemijatan dipengaruhi karna hormon serotonim. Serotonim

merupakan zat tansmittter utama yang serta merta ada ketika

pembentukan tidur yang menekan otak.

e. Membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak (bonding)

Pijatan pada bayi akan merangsang hormon oksitosin. Hormon ini bisa

menimbulkan rasa nyaman dan kasih saying sehingga tercipta ikatan

tali psikologis yang kuat antara bayi dengan ibunya. Oleh karena itu,

setiap sentuhan yang bayi rasakan akan ditangkap sebagai bentuk kasih

sayang dari ibunya (Galenia, 2019).

f. Meningkatkan produksi ASI

Berdasarkan penelitian Cyntia Mersmann (2000), ibu yang memijat

bayinya mampu memproduksi ASI perah lebih banyak dibandingkan

kelompok kontrol. Pada saat menyusui bayinya, mereka merasa

kewalahan karena ASI terus menerus menetes dari payudara yang tidak

disusukan. Selain itu, pijat bayi akan membuat bayi cepat lapar.

Semakin banyak bayi menyusui, maka produksi ASI semakin

meningkat. Ini karena proses produksi ASI berlaku hukum supply and

demand. Artinya, semakin banyak ASI dikeluarkan, semakin banyak

pula yang diproduksi. Begitupula sebaliknya (Roesli, 2008)

g. Sentuhan ibu akan membuat bayi merasa nyaman

Sentuhan dan pijat bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan

adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan

perasaan aman bagi bayi. Laporan tertua tentang seni pijat untuk

pengobatan tercatat di papyrus Ebes, yaitu catatan kedokteran pada

masa mesir kuno. Di India juga ditemukan Ayurveda, buku kedokteran

18

tertua (sekitar 1800 sebelum masehi) yang menuliskan tentang pijat,

diet, dan olahraga, sebagai cara penyembuhan utama masa itu. Selain

itu, sekitar 5000 tahun yang lalu para dokter di Cina dari Dinasti Tang

meyakini bahwa pijat adalah salah satu dari empat teknik pengobatan

yang penting.

h. Sentuhan akan merangsang peredaran darah dan menambah energi

Pijat bayi akan memperlancar peredaran darah dan membantu

menguatkan otot-otot bayi. Sebuah penelitian membuktikan bahwa bayi

premature yang diberi pijatan mengalami kenaikan berat badan dua kali

lipat dari pada bayi yang tidak diberi pijatan. Selain itu, mereka juga

telah terbukti lebih aktif dan tanggap sehingga mampu bebas dari

perawatan rumah sakit lebih cepat pula (Galenia, 2019).

5. Pelaksanaan Pemijatan Bayi

Pijat bayi dapat dilakukan sedini mungkin setelah bayi dilahirkan,

sehingga bayi segera mendapatkan manfaat yang besar dari terapi tersebut.

Pijat bayi dapat dilakukan di pagi hari atau malam sebelum tidur, sehingga

efek relaksasi yang dihasilkan dapat membantu bayi tidur lebih nyenyak.

Pakailah minyak zaitun atau baby oil sebagai pelicin. Awali pemijatan

dengan sentuhan kemudian secara bertahap tambahkan tekanan yang

disesuaikan dengan usia di bayi. Pemijatan dimulai dari kaki, ini akan

memberikan kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat sebelum

bagian lain dari tubuhnya disentuh. Karena itu, urutan pijat bayi dianjurkan

dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka dan diakhiri pada

bagian punggung. Bila bayi menangis cobalah untuk menennagkan dulu

sebelum pemijatan dilanjutkan. Jika bayi menangis makin keras pemijatan

sebaiknya ditunda atau dihentikan dulu. (Roesli, 2001)

Sebelum melakukan pemijatan perhatikanlah hal-hal berikut, antara

lain : tangan harus bersih dan hangat, hindari agar kuku dan perhiasan tidak

mengakibatkan goresan pada kulit bayi, ruang untuk memijat diupayakan

hangat dan tidak pengap, bayi tidak selesai makan atau sedang tidak lapar,

secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu minum selama 15

menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijatan, duduklah pada

19

posisi yang nyaman dan tenang, baringkan bayi diatas permukaan kain

yang lembut, rata dan bersih, siapkanlah handuk, popok, baju ganti, dan

minyak bayi (baby oil), serta mintalah izin pada bayi sebelum melakukan

pemijatan dengan cara membelai wajah dan kepala bayi sambil

mengajaknya bicara (Wicak, 2008).

6. Kontra Indikasi Pijat

Kontra indikasi pijat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kontra

indikasi lokal (local contraindication) dan kontra indikasi mutlak (absolute

contraindication) dan sementara. Kontra indikasi lokal berarti pasien hanya

mendapatkan terapi pijat di area-area tubuh tertentu diluar area bermasalah,

seperti pada kasus infeksi jamur kronis, lepuh, memar, kolitis, crohn’s

disease, cystitis, ulkus dekubitus, hernia, dan lain-lain. Sedangkan kontra

indikasi mutlak merupakan kondisi dimana pasien tidak boleh menerima

pijatan. Kondisi ini meliputi deep vein thrombosis (DVT), sirosis hati,

hipertensi tak terkendali, obstruksi usus, gagal ginjal, limfangitis,

miokarditis, perikarditis, embolisme pulmoner, SARS, sinkope dan TBC.

Sedangkan kontra indikasi sementara adalah cacar air, dermatitis kontak

(jika luas), demam, campak jerman, gout (selama fase akut), hepatitis,

hipertensi (kecuali dikendalikan oleh obat, diet atau olahraga) influenza

(flu), kutu, lupus, campak, mononucleosis, gondongan, pneumonia, cedera

atau operasi baru, scabies, dan tonsilitis (Brownell, 2008). Brownell,

Daniel J. (2008). Massage contra indication.

Sedangkan Menurut Julianti (2017) ada beberapa kondisi bayi yang

tidak boleh untuk dilakukan pemijatan, yaitu: Bayi demam, Kelainan

jantung bawaan, dan ada luka terbuka.

7. Syarat-Syarat Diperbolehkan Melakukan Pijat Bayi

a. Bayi dalam keadaan sehat, tidak sakit.

b. Bayi tidak dalam keadaan lapar.

c. Bayi yang sudah selesai minum susu sekitar satu jam yang lalu.

d. Jangan sekali-kali memaksa bayi bila terlihat ia sedang tidak ingin

dipijat.

e. Buka seluruh baju bayi.

20

f. Gunakan baby oil untuk memudahkan pijat bayi.

8. Waktu yang Dianjurkan untuk Memijat

a. Pagi hari sebelum memulai aktivitas

Melakukan pemijatan pada pagi hari menjelang mandi adalah karena

alasan kepaktrisan. Sebab, sisa-sisa minyak pijat akan lebih mudah

dibersihkan. Selain itu, pemijatan pada pagi hari memberikan nuansa

ceria bagi bayi. Hal ini dapat dijadikan pendidikan bagi si kecil untuk

menyambut hari dengan optimis dan penuh syukur.

b. Pemijatan dilakukan 15 menit setelah bayi makan

Pemijatan segera setelah makan dapat menyebabkan gangguan

perncernaan, bahkan muntah. Hal ini terjadi karena lambung masih

belum siap digoncang dan gerak peristaltik masih berlangsung untuk

mengantar makanan ke saluran pencernaan.

c. Malam hari

Pemilihan waktu menjelang tidur sangat baik. Sebab, setelah

pemijatan, biasanya bayi akan santai dan mengantuk. Tidurnya pun

akan menjadi sangat efektif.

9. Persiapan Sebelum Memijat

a. Tangan harus dalam keadaan bersih.

b. Jangan gunakan perhiasan diarea tangan dan pergelangan tangan atau

daerah yang terkena kontak saat pemijatan.

c. Potonglah kuku agar tidak terjadi goresan ketika memijat.

d. Bayi dalam keadaan tenang

e. Luangkan waktu 15 menit, jangan diganggu oleh aktivitas yang lain.

f. Cari dan sediakan posisi serta tempat yang nyaman dan amakn untuk

melakukan pijat bayi.

g. Siapkan peralatan yang dibutuhkan, antara lain : babi oil, handuk, baju

ganti, dsb.

h. Baringkan bayi di atas kasur atau matras yang rata dan bersih.

i. Siapkan handuk, popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby oil).

j. Mintalah izin kepada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara

membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara.

21

10. Yang Harus Dilakukan selama Pemijatan

a. Memandang mata bayi yang dipijat

b. Bernyanyi atau memutarkan musik yang dapat menenangkan bayi

c. Awali dengan sentuhan lembut , kemudian secara bertahap tambahkan

tekanan pada sentuhan yang dilakukan khususnya apabila anda sudah

merasa yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan pijatan yang dilakukan.

d. Sebelum dilakukan pemijatan, lumurkan baby oil atau lotion yang

lembut sesering mungkin.

e. Sebaiknya pemijatan dimulai dari kaki bayi karena umumnya bayi lebih

menerima apabila dipijat pada daerah kaki, dengan demikian akan

memberikan kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat

sebelum bagian lain dari badannya disentuh.

f. Tanggaplah pada isyarat yang diberikan oleh bayi anda. Jika bayi

menangis, cobalah untuk menenangkan sebelum melanjutkan

pemijatan. Jika bayi menangis lebih keras, hentikan pemijatan karena

mungkin bayi mengharapkan untuk digendong, disusui, atau sudah

mengantuk dan sangat ingin tidur.

g. Mandikan bayi segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa

segar dan bersih setelah terlumuri minyak bayi (baby oil). Namun,

kalau pemijatan dilakukan pada malam hari, bayi cukup diseka dengan

air hangat agar bersih dari minyak bayi.

11. Hal-Hal yang Tidak Dianjurkan

a. Memijat bayi langsung setelah selesai makan

b. Membangunkan bayi yang sedang tidur untuk melakukan pemijatan

c. Memijat pada saat bayi menangis atau dalam keadaan tidak mau

dipijat

d. Memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi. (Roesli, 2008)

12. Perhatikan Cara Memijat Sesuai Usia Bayi

a. Usia 0-1 bulan, bayi yang baru saja lahir dapat langsung dipijat, namun

gerakan memijat hanya dengan gerakan-gerakan halus, jangan lakukan

pemijatan didaerah perut sebelum tali pusar lepas.

22

b. Usia 1-3 bulan, lakukan pemijatan dengan gerakan yang halus disertai

dengan tekanan ringan dengan waktu yang singkat.

c. Usia 3 bulan-3 tahun, lakukan pemijatan dengan seluruh gerakan

disertai dengan tekanan, dan waktu pemijatan yang semakin meningkat.

13. Urutan Teknik Pijat Bayi

a. Pemijatan Pada Kaki

1) Pijatlah jari-jarinya satu persatu dengan gerakan memutar

menjauhi telapak kaki, diakhiri dengan tarikan yang lembut pada

ujung jari.

Gambar 1

2) Pijat telapak kaki dengan kedua ibu jari secara bergantian, dimulai

dari tumit kaki menuju jari-jari.

Gambar 2

3) Tekan-tekanlah jari menggunakan kedua ibu jari secara bersamaan

di seluruh permukaan telapak kaki (Pressure Point).

23

Gambar 3

4) Pijat punggung kaki dari pergelangan kaki kearah jari-jari

menggunakan kedua ibu jari.

Gambar 4

5) Memeras pergelangan kaki bayi dengan menggunakan jari-jari

(Ankle Circles).

6) Peganglah kaki bayi pada pergelangan kaki, gerakkan tangan

secara bergantian dari pergelangan kaki ke pangkal paha (Perahan

Swedia).

Gambar 5

7) Setelah semua dilakukan, rapatkan kedua kaki bayi dan letakkan

tangan pada pantat dan pangkal paha kemudian usap dengan

tekanan lembut kedua kaki bayi dari paha kearah pergelangan kaki.

24

Gambar 6

b. Pemijatan pada Perut

1) Lakukan gerakan dari atas ke bawah pertu bergantian dengan

tangan kanan dan kiri seperti mengayuh sepeda.

Gambar 7

2) Letakkan kedua ibu jari di samping kanan kiri pusar, gerakkan ibu

jari kearah tepi perut kanan kiri.

3) Buat lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri mulai dari

perut sebelah kanan bawah., keatas, kemudian kembali kedaerah

kanan bawah. Kemudian gunakan tangan kanan untuk membuat

gerakan setengah lingkaran mulai dari bagian kanan bawah perut

bayi sampai bagian kiri perut bayi. Kedua gerakan ini dilakukan,

secara bersama-sama. Saat tangan kiri di atas tangan kanan

membuat gerakan setengah lingkaran diatasnya. Tangan kiri selalu

membuat bulatan penuh sedangkan tangan kanan membuat

gerakan setengah lingkaran.

25

Gambar 8

4) Pijat perut bayi mulai bagian kiri atas ke bawah dengan

menggunakan jari-jari tangan kanan memberntuk huruf I.

kemudian pijatlah dari kanan atas pertu bayi ke kiri atas kemudian

ke kiri bawah seperti membentuk huruf L terbalik. Setelah itu mulai

dari kanan bawah ke atas kemudian ke kiri, dilanjutkan ke bawah

dan berakhir kiri bawah, gerakan ini membentuk huruf U.

Gambar 9

5) Letakkan ujung jari-jari satu tangan pada perut bayi bagian kanan

ke bagian kiri perut bayi dengan gerakan seperti berjalan.

Gambar 10

c. Pemijatan pada Dada

1) Buat gerakan yang menggambarkan jantung, letakkan ujung jari

kedua telapak tangan anda ditengah dada bayi, lalu buat gerakan ke

26

atas sampai ke bawah leher, kemudian disamping di atas tulang

selangka kemudian ke bawah membuat bentuk jantung dan

kembali ke ulu hati.

Gambar 11

2) Buatlah gerakan diagonal seperti gambar kupu-kupu yaitu mulai

dengan tanga kanan membuat gerakan memijat menyilang dari

tangah dada kearah bahu kanan dan kembali ke ulu hati, kemudian

dengan tangan kiri ke bahu kiri dan kembali ke ulu hati.

Gambar 12

d. Pemijatan pada Tangan

1) Pijat pada daerah ketiak dari atas ke bawah.

Gambar 13

2) Pijat lembut jari bayi satu-persatu menuju arah ujung dengan

gerakan memutar akhiri dengan tarikan lembut pada ujung jari.

27

3) Telapak tangan dipijat dengan menggunakan kedua ibu jari, dari

pergelangan tangan ke daerah ibu jari.

4) Letakkan tangan bayi diantar kedua tangan kita, kemudian dengan

lembut usap punggung tangannya dari pergelangan tangan kearah

ketiak.

Gambar 14

5) Peras sekeliling pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari

telunjuk.

6) Gerakan tangan kanan dan kiri secara bergantian mulai dari

pergelangan tangan ke arah pundak.

Gambar 15

7) Menggunakan kedua tangan peras dan putar secara bersamaan

lengan bayi dengan lembut mulai dari pundak ke pergelangan

tangan.

8) Pegang lengan bayi bagian bahu dengan kedua telapak tangan

bentuklah gerakan menggulung dari pangkal lengan menuju kea

rah pergelangan tangan/ jari-jari.

28

Gambar 16

e. Pemijatan pada Wajah

1) Pijat pada derah dahi terlebih dahulu, tengah dahi keluar

kesamping kanan dan kiri seolah menyetrika dahi atau membuka

buku, lalu gerakan ke bawah ke daerah pelipis dan buatlah

lingkaran-lingkaran kecil kemudian gerakkan ke dalam melalui

daerah pipi di bawah mata.

2) Pijat daerah sekitar mulut, gerakan seolah-olah membuat bayi

tersenyum.

Gambar 17

3) Kemudian ke dagu, setelah itu dengan jari-jari kedua tangan buat

lingkaran kecil didaerah rahang.

Gambar 18

29

4) Dengan menggunakan ujung-ujung jari berikan pijatan lembut

pada daerah telinga dan pipi kemudian gerakan ke arah

pertengahan dagu ke bawah dagu.

f. Pemijatan pada Punggung

1) Tengkurapkan bayi melintang di depan anda dengan kepada

disebelah kiri dan tangan disebelah kanan anda. Pijatlah dengan

gerakan maju mundur dengan kedua telapak tangan disepanjang

punggung bayi, dari bawah leher sampai ke pantat bayi, kemudian

kembali lagi ke leher.

Gambar 19

2) Dengan jari-jari kedua tangan anda, buatlah gerakan melingkar

kecil-kecil mulai dari batas tengkuk turun ke bawah sebelah tangan

dan kiri tulang punggung sampai ke pantat. Mulai dengan

lingkaran-lingkaran kecil hingga makin besar.

Gambar 20

3) Tekankan dengan lembut kelima jari tangan kanan pada punggung

bayi anda, gerakkan ke arah bawah.

g. Gerakan Peregangan

1) Silangkan tangan dikedua dada kemudian luruskan kembali kedua

tangan ulangi 4-5 kali.

30

2) Silangkan kedua kaki keatas sehingga mata kaki kanan dan kiri

bertemu, kemudian kembalikan ke posisi semula ulangi 4-5 kali.

3) Tekuk lutut kaki menuju arah perut, ulangi 4-5 kali.

14. Menurut Gichara (2006) ada dua aspek dalam tubuh bayi yang dipengaruhi ketika

pemijatan berlangsung, yaitu :

a. Aspek emosional yang meliputi:

1) Menanamkan rasa percaya diri, bebas dan aman, serta seimbang

2) Menanamkan kepercayaan antara orang tua dan anak

3) Mengurangi hormon Kortisol (pemicu stres) dalam aliran darah atau

menjaga kestabilannya selama pemijatan

4) Merangsang produksi hormon Endokrin (pereda rasa sakit) sehingga

menimbulkan rasa nyaman pada bayi

5) Menjaga kedekatan antara orang tua dan bayi lewat kontak fisik, seperti

kontak mata, mencium, membelai lembut, mengusap, dan mengajaknya

berbicara.

b. Aspek fisik yang meliputi :

1) Melancarkan pencernaan dan pembuangan sehingga bayi terangsang

untuk menyusui dengan baik

2) Menghindari sembelit, kolik dan diare

3) Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi

4) Meningkatkan hormon-hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh

kelenjar Pituitari

5) Melancarkan aliran darah dalam tubuh sehingga timbul rasa hangat pada

tangan dan kaki

6) Merileksasikan otot-otot dan melenturkan persendian terutama saat bayi

meregangkan tubuh untuk memulai lebih banyak gerakan fisiknya

7) Membantu menghilangkan sel-sel mati dan membuang racun-racun tubuh

melalui kulit

8) Melancarkan pernafasan seperti: mengurangi lendir, mengatasi batuk, flu,

infeksi pada telinga, dan gangguan pada hidung.

C. KEWENANGAN BIDAN TERHADAP KASUS TERSEBUT

Wewenang bidan dalam pelayanan kesehatan terdapat dalam Undang-

Undang No. 4 Tentang Kebidanan Tahun 2019 pada pasal 46 yaitu :

31

2. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan

pelayanan yang meliputi:

a. pelayanan kesehatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak;

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana;

d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau

e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

3. Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan

secara bersama atau sendiri.

4. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

secara bertanggung jawab dan akuntabel.

Sedangkan tugas bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan

terhadap anak di atur dalam Undang-Undang No.4 Tentang Kebidanan Tahun

2019 pada pasal 50 yang berbunyi “Dalam menjalankan tugas memberikan

pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1)

huruf b, Bidan berwenang:

a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak

prasekolah;

b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;

c. melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak

prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang,

dan rujukan; dan

d. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir

dilanjutkan dengan rujukan.”

Pelimpahan kewenangan bidan diatur dalam PMK No. 28 Tentang Izin

dan Penyelenggaraan Praktik Bidan pada pasal 22 yang berbunyi : “Bidan

memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:

a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau

b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara

mandat dari dokter.”

32

Sedangkan yang dimaksud dalam penugasan dari pemerintah tersebut

telah diatur dalam pasal 25 ayat (1) dalam PMK No. 28 Tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan yang berbunyi : “Kewenangan berdasarkan

program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a,

meliputi:

a. pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi

bawah kulit;

b. asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu;

c. penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang

ditetapkan;

d. pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah;

e. melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu

dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan;

f. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan

anak sekolah;

g. melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan

terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,

dan penyakit lainnya;

h. pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi; dan

i. melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;”

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.23

tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi menyebutkan bahwa salah satu

sasaran dari strategi Kementerian Kesehatan adalah seluruh Keluarga Sadar

Gizi (KADARZI), sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengembangan Desa Siaga. KADARZI adalah suatu keluarga yang mampu

mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu

keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik secara

terus menerus. Perilaku sadar gizi yang diharapkan terwujud minimal adalah:

1. Menimbang berat badan secara teratur.

33

2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur

enam bulan (ASI eksklusif).

3. Makan beraneka ragam.

4. Menggunakan garam beryodium.

5. Minum suplemen gizi sesuai anjuran.

Masih banyaknya kasus gizi kurang menunjukkan bahwa asuhan gizi di

tingkat keluarga belum memadai. Oleh sebab itu diperlukan upaya

pemberdayaan melalui pendampingan. Pendampingan keluarga KADARZI

adalah proses mendorong, menyemangati, membimbing dan memberikan

kemudahan oleh kader pendamping kepada keluarga guna mengatasi masalah

gizi yang dialami. Mendampingi keluarga sasaran bertujuan agar:

a. Membawa balitanya datang ke posyandu secara teratur setiap bulan.

b. Membawa balita yang menderita gizi buruk, Bawah Garis Merah (BGM)

pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau yang tidak naik berat badannya 2

kali berturut-turut (2T) serta balita sakit ke Poskesdes/Puskesmas untuk

dirujuk.

c. Memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 (enam) bulan.

d. Makan aneka ragam makanan.

e. Menggunakan garam beryodium.

f. Minum suplemen gizi bagi balita, ibu hamil dan ibu nifas sesuai anjuran.

Sasaran pendampingan adalah keluarga yang bermasalah gizi

diutamakan keluarga yang mempunyai balita dan ibu hamil dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Balita yang mengalami gizi buruk.

2. Balita gizi buruk pasca rawat inap.

3. Balita BGM.

4. Balita yang tidak naik berat badannya 2 kali berturut-turut.

5. Ibu hamil yang sangat kurus atau Kurang Energi Kronis (KEK).

6. Ibu hamil yang mengalami gejala kurang darah (anemia) yaitu pucat,

lesu, cepat lelah dan mudah mengantuk.

7. Ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan.

34

Adapun tenaga yang terlibat dalam persiapan pendampingan keluarga

adalah Tim Puskesmas yang terdiri dari pimpinan Puskesmas, Bidan

koordinator dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG); Penyuluh kesehatan, Bidan

Poskesdes; Kader Poskesdes; dan Kepala Desa/Lurah. Dalam kegiatan

persiapan tingkat Puskesmas, peran TPG adalah:

1. Menyelenggarakan pertemuan dengan bidan Poskesdes untuk persiapan

penyelenggaraan pendampingan meliputi : pendataan sasaran, penetapan

jumlah kader pendamping, tata cara pemilihan kader pendamping.

2. Merencanakan dan menyiapkan pelatihan kader pendamping (peserta,

tempat dan peralatan/perlengkapan pelatihan, dll). Pelatihan akan

dilaksanakan setelah kegiatan persiapan tingkat desa selesai.

D. HASIL PENELITIAN TERKAIT

Penelitian yang telah dilakukan oleh Field pada tahun 2011 dan 2012

membuktikan bahwa terdapat peningkatan berat badan sebanyak 20% pada

bayi yang dilakukan pemijatan dibandingkan dengan yang tidak diberi

perlakuan. Mekanisme yang mendasarinya adalah pijat bayi meningkatkan

aktivitas nervus vagus serta menstimulasi aktivitas hormon IGF-1, gastrin, dan

insulin yang berpengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi. Penelitian

yang dilakukan di Indonesia oleh Sukarja tahun 2012 juga membuktikan bahwa

terdapat peningkatan berat badan bayi yang signifikan setelah dilakukan pijat

bayi. Mekanisme yang mendasarinya adalah konsep neuroendokrin, yakni

pijatan menstimulasi saraf parasimpatis dan saraf otonom yang berfungsi

merangsang motilitas usus dan pengeluaran hormon-hormon penyerapan

seperti gastrin dan insulin.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Touch Research Institute di

Miami, Amerika Serikat, juga menguatkan hal tersebut dengan hasil penelitian

yang mengungkapkan bahwa bayi yang dipijat sejak lahir akan meningkat berat

badannya sebesar 47%. Pijat mempengaruhi system saraf dari tepi sampai

pusat. Tekanan pada reseptor saraf dikulit akan menyebabkan pelebaran vena,

arteri dan kapiler sehingga akan menghambat penyempitan, melemaskan

keteganganotot, melambatkan detak jantung dan meningkatkan gerakan usus

35

disaluran cerna. Menurut Rosalina (2015) pijat juga memberi dampak

pemacuan saraf vagus yang berhubungan dengan system perut besar dan me-

rangsang pengeluaran hormon penyerapan sehingga makanan dalam hal ini

ASI lebih cepat terserap dan bayi akan merasa cepat lapar sehingga akan lebih

banyak masukan nutrisi dan akhirnya akan menambah berat badan.

Dieter pada tahun 2003 meneliti efek dari 5 hari terapi pijat pada berat

badan dan perilaku bangun dari bayi dirumah sakit dan menyimpulkan bahwa

bahkan 5 hari terapi pijat yang efektif dalam meningkatkan berat badan. Hal

ini telah menunjukkan bahwa neonates yang memperoleh berat badan lebih,

menghabiskan lebih banyak waktu tidur, yang mungkin telah memungkinkan

mereka lebih banyak waktu untuk mencerna. Menanggapi temuan ini, Diego

pada tahun 2008 mengeksplorasi teori bahwa tekanan sedang pada pijat

merangsang aktivitas vagal (aktivasi saraf vagal merupakan indeks

parasimpatis aktivasi sistem saraf), yang mengarah ke peningkatan pelepasan

hormone pencernaan dan peningkatan motalitias lambung. Hormon gastrin

akan merangsang pengeluaran insulin, asam khidroklorida, pepsinogen, enzim

pankreas, mukus, peningkatan aliran empedu hati dan merangsang motilitas

lambung. Hormon gastrin juga mempermudah relaksasi reseptif lambung

(relaksasi sementara) sehingga lambung dapat menambah volumenya dengan

sangat mudah tanpa peningkatan tekanan. Pengeluaran insulin akan

mempermudah untuk memetabolisme glukosa. Sekresi asam hidroklorida,

pepsinogen, enzim pankreas, peningkatan aliran empedu hati akan

mempermudah pencernaan makanan. Saat makanan sampai pada duodenum

maka akan merangsang pengeluaran cholecystokinin, hal ini akan merangsang

motilitas usus. Sehingga dengan adanya peningkatan motilitas lambung dan

usus akan mempermudah pencampuran, pendorongan makanan dan

penyerapan nutrisi menjadi lebih baik (Rangey,PY., Megha Sheth, 2014 ).

36

KERANGKA TEORI

BAYI

Perkembangan Pertumbuhan

TB BB LILA Lingkar

Stimulasi/Rangsang Vitamin/Suple

PIJAT BAYI

Peningkatan

Tonus Nervus

Vagus

Beta

Endorpin

Aktivitas

Nervus

Vagus

Gelombang Teori

Peningkatan

Kadar Enzim

Peristaltik

Meningkat

Peningkatan

Penyerapan

Gastrin

dan Insulin

Pengosongan

Lambung cepat

Cepat Lapar

Frekuensi

Konsumsi

Meningkat

Penyerapan

zat nutrient

lebih baik

Peningkatan Berat Badan

Sumber : Anggun Primanta (2016)