bab ii tinjauan pustaka - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/241/3/6. bab...
TRANSCRIPT
5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan antara status gizi kurang, baik, dan
lebih. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu
untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta
mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh (Dr.soegeng santoso.2004).
Tetapi, sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas, disamping untuk
kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan
dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. Oleh
karena itu, di Indonesia yang sekarang sedang membangun, faktor gizi disamping
faktor-faktor lain dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang
berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia berkualitas (Moeji, 2002).
Status gizi merupakan tanda-tanda penampilan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara pemasukan gizi dan pengeluaran gizi yang terlihat melalui
variable tinggi badan, berat badan dan pertumbuhan. Masalah gizi kurang pada
anak-anak disebabkan oleh berbagai faktor antara lain penyakit infeksi dan asupan
makanan (Ratna Sari Dyah, 2013).
1. Gizi baik
Gizi baik atau nutrisi yang optimal, penting dalam meningkatkan
kesehatan,mencegah penyakit, dan memulihkan kesehatan setelah trauma atau
sakit. Untuk mendapatkan nutrisi yang optimal seseorang harus memakan
6
berbagai makanan yang mengandung kabohidrat, lemak, vitamin, mineral, air,
dan serat dalam jumlah yang cukup (Supariasa.2016).
2. Gizi buruk
Gizi buruk atau malnutrisi, adalah keadaan asupan gizi yang inadekuat atau
berlebihan. Keadaan ini sering terjadi diantara orang-orang yang dalam
keadaan kemiskinan yang membutuhkan nutrisi yang cukup, seperti pasien
manula, ibu hamil, anak-anak, dan bayi (Supariasa.2016).
1. Faktor Yang Dibutuhkan Dalam Pertumbuhan Dan
Perkembangan
a. Asupan Makanan
Asupan makanan dan pengaturan makanan sangatlah penting untuk
dilakukan karena akan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan fisik (berat badan dan tinggi badan). Oleh karena itu,
kebiasaan makan yang baik perlu ditanamkan sejak dini. Pola makan
yang sehat dan bergizi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan motorik pada anak. Pola makan sehat yang dimaksud
meliputi jenis makan yang bergizi, frekuensi makan yang diperhatikan,
serta porsi makan yang dikonsumsi anak. Kebutuhan dan asupan gizi
berasal dari konsumsi makanan sehari–hari. Asupan gizi yang tidak
seimbang akan mempengaruhi status gizi (Virginia A.R.L. dkk, 2015).
b. Zat gizi
Zat gizi merupakan suatu zat dalam makanan yang diperlukan tubuh
untuk proses pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan jaringan
yang langsung digunakan oleh tubuh. Fungsi zat gizi yaitu sebagai
7
sumber tenaga bagi tubuh, Sebagai sumber pembangun, dan sebagai
sumber pengatur yang diperlukan untuk mengatur proses metabolisme
di dalam tubuh. Berdasarkan jumlah zat gizi yang tubuh dalam jumlah
besar dengan satuan gram yang di butuhkan oleh tubuh yaitu
karbohidrat, protein, dan lemak, vitamin dan mineral (Santoso.2004).
a) Karbohidrat
Kimia karbohidrat terdiri dari atom karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O). Rumus kimia untuk karbohidrat adalah ( O)nyang
berkesan karbon diikat dengan air sehingga diberi nama karbohidrat.
Selain itu, ikatan organik yang menyusun karbohidrat berbentuk
polialkohol.
Jenis karbohidrat dalam makanan dikelompokan menjadi
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida dalam ilmu
gizi berarti glukosa, Susunan fruktosa dan galaktosa. Galaktosa adalah
gula khusus yang terdapat pada bahan hewani. Disakarida dalam bahan
makanan yang penting adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa. Laktosa
hanya di temukan pada susu hewan dan air susu ibu (ASI). Dalam
bahan makanan nabati terdapat dua jenis polisakarida yang dapat
dicerna (amilum dan dekstrin) dan tidak dapat dicerna seperti selulosa,
pentosan, dan galaktan (Santoso.2004).
Fungsi karbohidrat dalam tubuh yaitu:
1) Sebagai sumber energi
2) Memberi volume pada isi usus dan melancarkan gerak
peristaltik usus sehingga memudahkan pembuangan feses
8
3) Bagian struktur sel dalam bentuk glikoprotein yang merupakan
reseptor hormon
4) Simpanan energi dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen
yang mudah dimobilisasi
5) Penghemat protein dan pengatur metabolisme lemak
b) Protein
Kebutuhan protein didefinisikan sebagai kebutuhan secara
biologis protein atau asam amino minimal yang secara individual dapat
digunakan untuk mempertahankan kebutuhan fungsional individu.
Protein merupakan sumber asam amino karna mengandung 20-24 jenis
asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun.
Protein dibutuhkan untuk membangun dan memelihara otot,
darah, kulit, tulang dan jaringan serta organ-organ tubuh lain. Protein
juga digunakan untuk menyediakan energi. Fungsi terpenting protein
pada anak adalah untuk pertumbuhan. Bila kekurangan protein
berakibat pertumbuhan yang lambat dan tidak dapat mencapai
kesehatan dan pertumbuhan yang normal. Kecukupan protein esensial
juga untuk membangun antibodi sebagai pelindung dari penyakit
infeksi. Untuk pertumbuhan yang optimal diperlukan masukan protein
dalam jumlah yang cukup. Konsumsi protein yang melebihi kebutuhan
yang dianjurkanjuga berdampak kurang baik, karena akan
menyebabkan dehidrasi dan suhu badan sering naik (Santoso.2004)
9
c) Lemak
Lemak merupakan zat gizi esensial yang berfungsi untuk sumber
energi, penyerapan bebrapa vitamin dan memberikan rasa enak dan
kepuasan terhadap makanan. Selain itu fungsi lemak juga sangat esensial
untuk pertumbuhan, terutama untuk komponen membran sel dan
komponen sel otak. Lemak esensial untuk pertumbuhan anak disebut
lemak linoleat dan asam lemak alpha linoleat. Lemak merupakan sumber
energi paling besar selain karbohidrat. Disamping itu lemak juga
dibutuhkan dalam penyerapan vitamin A, D, E dan K dan sumber asam
lemak esensial. Kekurangan asam lemak esensial dapat mengakibatkan
hambatan perkembang dan pertumbuhan (Santoso.2004)
d) Kalsium
Kalsium adalah mineral yang berada dalam tubuh ± 2 % dan lebih
dari 99% terdapat dalam tulang.Kadar kalsium darah dipertahankan agak
konstan antara 10-15 mg/100 ml oleh berbagai faktor. Konsumsi yang
dianjurkan untuk anak umur 1-10 tahun 8000 mg, sedangkan anak yang
lebih besar dari 10 tahun memerlukan 1-1,5 g.
Kekurangan kalsium dalam waktu lama akan meningkatkan resiko
osteoporosis. Konsumsi kalsium berlebih dapat menganggu arbsorsi
mineral esensial (Supariasa.2016).
e) Zink
Zink adalah metaloenzim dan bekerja sebagai koenzim pada
berbagai sistem enzim. Tubuh mengandung 1-2 g zink. Tulang, gigi,
rambut, kulit dan testis mengandung banyak zink. Sumber utama seng
10
terdapat pada makanan bersumber dari hewan. Kebutuhan yang dianjurkan
untuk zink bagi anak usia 1-10 tahun yaitu 10 mg (Supariasa.2016).
2. Penilaian Status Gizi
A. Penilaian Antropometri
Penilaian status gizi secara antropometri mengacu kepada kepada
Standar Pertumbuhan Anak, WHO 2005. Indikator pertumbuhan
digunakan untuk menilai pertumbuhan anak dengan
mempertimbangkan faktor umur dan hasil pengukuran tinggi badan dan
berat badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas (Supariasa.2016).
Indeks yang umum digunakan untuk menentukan status gizi adalah
sebagai berikut:
1) Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Berat Badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Berat badan adalah parameter yang sangat
labil.Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan
dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini,
maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah
satu cara pengukuran status gizi (Supariasa.2016).
11
2) Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu
(Supariasa.2016).
3) Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) adalah
indikator untuk menilai massa tubuh yang bermanfaat untuk
menentukan status gizi dan dapat digunakan untuk skrining berat
badan lebih dan kegemukan. Formola untuk menentukan IMT
menurut adalah:
IMT = (Berat badan) dalam kg
TB (Tinggi badan) dalam m
Hasil perhitungan dengan formula ini akan mengindikasikan status
gizi dengan klasifikasi sebagai berikut:
<17.0 :Sangat Kurus
17.0-18.4 : Kurus
18.5-25.0 : Normal
28.1-27.0 : Gemuk
>27.0 :Obesitas
Klasifikasi status gizi pada IMT yang dihitung dengan
menggunakan Z-skor menurut WHO dapat dilihat pada tabel 1
berikut:
12
Tabel 1.Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks IMT/U
Indeks Kategori Status Gizi Ambang batas
Nilai Z-skor
Indeks Massa Tubuh
menurut Umur
(IMT/U) Anak Umur
5- 18 Tahun
Sangat kurus -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan
< -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan
1 SD
Gemuk > 1 SD sampai
dengan 2 SD
Obesitas > 2 SD
Sumber: SK Antopometri 2016.
4) Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U)
Tinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan
tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan
tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensinya
zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif
lama (Supariasa, .2016).
ntuk bayi baru lahir sampai dengan umur 2 tahun digunakan PB
dan pengukuran dilakukan dalam keadaan berbaring, sedangkan TB
digunakan untuk anak umur 2 tahun sampai dengan 18 tahun dan
diukur dalam keadaan berdiri. Bila TB anak diatas 2 tahun diukur
berbaring nilai TB umumnya 1 cm lebih panjang, dari pada tinggi
13
berdiri pada anak yang sama mesti diukur dengan tehnik pengukuran
yang terbaik dan secara cermat (Soetjiningsih.1995)
B. Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi
1. Gigi
Gigi adalah sebuah alat pencernaan mekanik yang terdapat di bagian mulut
dan terdiri dari dua bagian besar,yaitu mahkota dan akar (drg. Donna
pratiwi.2009).
a). Jenis gigi
Empat jenis gigi manusia menurut, drg.donna pratiwi yaitu:
1. Gigi insisif
Disebut juga gigi seri, berfungsi memotong atau mengiris makanan.
2. Gigi kaninus
Disebut juga gigi taring,permukaan gigit berujung tajam dan berfungsi
merobek makanan.
3. Gigi premolar
Disebut juga gigi geraham kecil,berfunsi merobek dan membantu
mengiling makanan.
4. Gigi molar
Disebut juga gigi geraham besar, permukaan gigit lebar dengan tonjolan
yang berfungsi untuk mengunyah dan menggiling makanan.
b). Fungsi gigi
Secara umum gigi memiliki fungsi seperti organ-organ keras tubuh yang
lainnya. Berikut beberapa fungsi gigi susu menurut (Ardyan gilang.2011) yaitu:
14
1. Untuk makan dan berbicara, agar nampak bagus karena gigi susu adalah
pondasi wajah dan tulang rahang.
2. Perangkat gigi susu membantu gigi tetap agar tumbuh sesuai pada
posisinya dan sesuai pada umurnya serta membantu mengantar jalannya
makanan halus.
3. Gigi susu juga melindungi jaringan-jaringan yang halus di sekitar rongga
mulut.
2. Tahap Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi
Setiap gigi mengalami tahap yang berturut-turut dari awal pertumbuhan
atau pembentukan sampai pada perkembangan, yaitu:
1. Tahap pertumbuhan gigi
Tahap pertumbuhan gigi adalah tahap permulaan pembentukan
kuntum gigi dari jaringan epitel mulut, sampai membentuk susunan
dari sel-sel pembentuk dan memulai pergerakan gigi kedalam
rongga mulut (Itjingningsih.1991).
Tahap-tahap pertumbuhan gigi menurut Itjingningsih (1991) yaitu:
a. Tahap inisiasi
Tahap inisiasi adalah permulaan pembentukan kuntum gigi
dari jaringan epitel mulut yang dikenal sebagaiorgan enamel.
b. Tahap proliferasi
Tahap proliferasi adalah spesialisasi dari sel-sel dan
perluasan dari organ enamel yang lebih besar sehingga berbentuk
cekung seperti topi
15
c. Tahap histodiferensiasi
Tahap histodiferensi adalah spesilisasi dari sel-sel,yang
mengalami perubahan histologist dalam susunannya dari organ
gigi bentuk topi ke bentuk lonceng terjadi karena (sel-sel epitel
bagian dalam dari organ enamel menjadi ameloblas, sel-sel
perifer dari organ denti pulpa menjadi odontoblas) dan
menghasilkan 4 lapisan yaitu:
1. Epitel bagian luar dari organ enamel
2. Stellate retikum (epitel dalam organ enamel)
3. Stratum intermediare
4. Ameloblas
d. Tahap morfodiferensiasi
Tahap morfodiferensiasi adalah Pola morfologi atau bentuk
dasar dan ukuran relative dari gigi yang akan datang, susunan
dari sel-sel pembentuk sepanjang dentino enamel dan dentino
cemental junction yang akan datang, yang member garis luar dari
bentuk dan ukuran korona dan akar yang akan datang.
e. Tahap aposisi
Tahap aposisiadalah pengendapan matriks dari struktur
jaringan keras gigi. Pertumbuhan aposisi dari enamel dan denin
adalah pengendapan yang berlapis-lapis dan beraturan dari bahan
ekstra seluler yang tidak mempunyai kemampuan sendiri untuk
pertumbuhan yang akan dating.
16
f. Tahap kalsifikasi
Tahap kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam
kalsium anorganik selama pengendapan matriks. Gangguan pada
tahap ini akan mengakibatkan kelainan struktur jaringan keras
gigi seperti hipokalsifikasi.
3. Tahap Erupsi
Erupsi ialah ketika terjadinya proses munculnya gigi ke arah rongga mulut,
menembus lapisan epitel yang meliputi selaput lendir dan menyebul kedalam
rongga mulut yang dimulai sejak gigi berada di dalam tulang alveolar dan
merupakan proses yang berbeda pada setiap anak (Sediaoetama.1993).
a. Erupsi dini
Kadang-kadang gigi insisivus susu satu bawah sebuah atau dua
buah telah erupsi pada waktunya bayi dilahirkan. Gigi ini mungkin gigi asli
atau gigi supernumerary. Gigi tersebut kemudian akan lepas sebelum gigi
aslinya erupsi. Gigi ini biasanya mempunyai sifat yang khas yaitu mudah
tanggal, pembentukan akar, struktur dan kalsifikasi yang tidak sempurna.
Jika gigi tersebut menggangu waktu menyusun atau bila membahayakan
aspirasi maka harus dicabut. Erupsi gigi yang dini umum bagi tipe anak
yang kurus dan biasanya bersifat keturunan (Itjiningsih,1991)
b. Erupsi yang terlambat
Dalam batas-batas normal gigi susu pertama mungkin tidak tampak
sampai anak berusia 1 tahun. Selanjutnya erupsi yang terlambat bisa
terjadi bila ada gangguan sistemik dari nutrisi atau endokrin. Mempercepat
pertumbuhan gigi bukan hanya terapi endokrin dan nutrisi saja bisa juga
17
dilakukan pengobatan setelah dilakuakan pemeriksaan karena tidak hanya
pertumbuhan gigi yang terlambat kemungkinan ada kelaianan anadontia
(Itjingningsih,1991).
1. Gigi Susu
Gigi susu disebut juga gigi sulung,gigi primer,gigi bayi atau gigi
sementara. Walaupun bayi tampaknya belum memiliki gigi di
mulutnya, namun sebenarnya telah tesrbentuk benih gigi susu sejak
dari kandungan (drg.donna pratiwi.2009).
a) Gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5 bulan. Makanan yang padat
diterima mulut pada usia 5-6 bulan. Pertumbuhangigi pertama
pada bayi muncul sekitar usia 6-8 bulan.
b) Masa usia balita (1-3 tahun ) dua puluh gigi susu telah ada, di
umur ini anak sudah bisamengunyah makanan dengan sempurna.
Pada usia 6 tahun, gigi balita mulai tanggal dan diganti gigi
permanen.
c) Masa usia prasekolah (3-5 tahun) memasuki masa usia
prasekolah, pertumbuhan gigi primer telat lengkap. Kontrol
motorik halus pada masa ini sudah membaik, tetapi anak masih
membutuhkan bantuan dan pengawasan orang tua dalam menjaga
kesehatan gigi dan pola makannya.
d) Masa usia sekolah (6-12 tahun) Gigi susu diganti dengan gigi
permanen ada pada usia 12 tahun kecuali geraham kedua dan
ketiga.
18
1. Gigi Tetap
Gigi tetap muncul untuk menggantikan gigi susu yang tanggal,
kecuali pada geraham besar 3 yang muncul diusia 18-25 tahun, setelah
tanggalnya gigi taring dan geraham susu. Munculnya gigi taring dan
geraham kecil, dan geraham besar 2 kira-kira pada usia 14-15 tahun.
Maka pergantian gigi tetap berjumlah 32 buah bila tumbuh semua
kadanga terjadi kelainan tidak ada benih gigi (drg.donna pratiwi.2009).
a). Waktu erupsi gigi
Waktu erupsi gigi diartikan sebagai waktu munculnya tonjolan
gigi atau tepi insisal dari gigi menembus gingival. Gigi yang bererupsi
pertama kali adalah gigi susu, benih gigi susu atau gigi sulung maupun
gigi tetap telah mulai dibentuk ketika bayi berusia 1 ½-2 bulan, dalam
kandungan. Benih-benih gigi itu masing-masing berada dalam satu
kantongn (follikel). Benih gigi yang berada dalam kantongan itu, baru
mahkotanya saja, akar belum terbentuk. Bila bayi tersebut sudah lahir,
maka perlahan-lahan terbentuklah akar gigi (gigi sulung lebih dulu).
Sambil akar gigi tumbuh ia mendorong mahkota itu kearah
permukaan tulang rahang didalam ruang mulut, sampai akhirnya pada
waktu bayi berumur sekitar 6 bulan, maka gigi akan ada yang mulai
muncul ke dalam ruang mulut. pada umur 21/2 / 3 tahun maka
lengkaplah gigi sulung itu sebanyak 20 buah, dan gigi sulung tersebut
akan bertahan sampai umur 6 tahun kemudian dari situ terjadilah
pergantian-pergantian gigi dari gigi sulung ke gigi tetap. Pergantian
dari gigi sulung ke gigi tetap ini pun tidak berurutan dari gigi seri
19
pertama, kedua, dan seterusnya sampai lengkaplah gigi permanent
dengan jumlah 32 buah.
Pemberian kode-kode ntuk pertumbuhan gigi permanent
1= jika sudah ada gigi permanent
2= jika belum ada gigi permanent
20
Table 2. Pertumbuhan dan perkembangan gigi permanent
Gigi
Tahap awal
pembentukan
jaringan keras
Mahkota
lengkap
(tahun)
Erupsi
(tahun)
Pembentukan
akar lengkap
(tahun)
Rahang
atas
Insisivus
pertama
3 – 4 bulan 4 – 5 7 – 8 10
Insisivus
kedua
10 bulan 4 – 5 8 – 9 11
Kaninus 4 – 5 bulan 6 – 7 11 – 12 13 – 15
Premolar
pertama - tahun 5 – 6 10 – 11 12 – 13
Premolar
kedua 2 - tahun 6 – 7 10 – 11 12 – 14
Molar
pertama
Pada saat lahir 2 – 3 6 – 7 9 – 10
Molar kedua 2 - 3 tahun 7 – 8 12 – 13 14 – 16
Molar
ketiga
8 – 10 tahun 12 – 16 17 – 21 18 – 25
Rahang
bawah
Insisivus
pertama
3 – 4 bulan 4 – 5 6 – 7 9
Insisivus
kedua
3 – 4 bulan 4 – 5 7 – 8 10
Kaninus 4 – 5 bulan 6 – 7 9 – 10 12 – 14
Premolar
pertama 1 - 1 tahun 5 – 6 10 – 12 12 – 13
Premolar
kedua 2 - 2 tahun 6 – 7 11 – 12 13 – 14
Molar
pertama
Pada saat lahir 2 – 3 6 – 7 9 – 10
Molar kedua 2 – 3 tahun 7 – 8 11 – 13 14 – 15
Molar
ketiga
8 – 10 tahun 12 – 16 17 – 21 18 – 25
Sumber : Itjingningsih (S1991)
21
b). Factor-factor yang mempengaruhi erupsi gigi
Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini
dapat terjadi dalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan gigi. Berdasarkan hasil penelitian almonnaitiene di
Lithuania, dikemukakan bahwa kekurangan gizi merupakan salah satu factor
yang mempengaruhi keterlambatan erupsi gigi permanent anak (Virginia
A.R.L, dkk.2015). Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak
faktor (Ratna puspitasari.2014), yaitu:
a. Faktor Genetik (Keturunan)
Faktor genetic dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi.
Faktor genetic mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu
dan urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi. Menurut Stewart,
pengaruh factor genetic terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78%.
b. Faktor Ras
Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi
gigi permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika
dengan Eropa lebih lambat dari pada waktu erupsi orang Amerika
berkulit hitam dan Amerika Indian. Orang Amerika, Swiss, Prancis,
Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu Kaukasoid dan
tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar. Erupsi
lebih cepat pada ras Afrika hitam dibandingkan dengan ras Kaukasoid,
orang Korea (Mongoloid) sedikit lebih cepat dari pada ras Kaukasia,
dan pada orang Australia pribumi lebih lambat dari pada Kaukasoid
(Soetjiningsih.1995).
22
c. Jenis Kelamin
Waktu erupsi gigi permanen mandibula dan maksila terjadi
bervariasi pada setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi
anak perempuan lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki
(Itjingningsih.1991)
d. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh factor
lingkungan tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah
ditentukan oleh factor keturunan, pengaruh factor lingkungan
terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20%.
Faktor-faktor yang termasuk kedalam factor lingkungan,antara lain:
1. Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi,
kesehatan seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan. Anak dengan
tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang
lebih lambat dibandingkan dengan anak yang tingkat ekonomi menengah
(Sukma .2012)
2. Nutrisi
Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan
perkembangan rahang. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat
mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi
gigi dapat dipengaruhi oleh factor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D
dan gangguan kelenjar endokrin, kekurangan protein atau yang biasa
disebut defisiensi protein juga dapat mempengaruhi dimensi panjang
23
mandibula. Meskipun data pengaruh gizi terhadap pertumbuhan gigi
permanent kurang, tetapi terdapat bukti bahwa kekurangan gizi kronis
pada anak-anak dalam waktu yang lama dapat menyebabkan erupsi gigi
tertunda.
e. Faktor Lokal
Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah
jarak gigi ketempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi yang
berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa gusi yang menebal, dan gigi
sulung yang tanggal sebelum waktunya (Itjingningsih.1991).
a. Kelainan-kelainan akibat kekurangan gizi yang berhubungan dengan
gigi.
Meunurut itjiningsih (1991), gigi yang terpendam adalah gigi yang gagal
tumbuh keluar menembus mukosa untuk menepati posisinya terhadap gigi-
gigi disebelahnya pada geligi pada gigi yang sedang berkembang dan berada
dibawah permukaan oklusal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya protein
biasanya terjadi pada usia anak 9 bulan hingga 2 tahun, dan mengalami
kelainan pada tahap erupsi. Selanjutnya, menurut santoso (2004) gigi yang
terpendam adalah gigi yang memiliki benih, tetaoikekurangan daya erupsi
sebagai akibat dari kekurangan vitamin A, biasanya terjadi pada anak usia 4-6
bulan, kelainan tersebut terjadi pada tahap inisiasi.
Enamel dyplasma adalah perkembangan email yang abnormal,
disebabkan oleh gangguan sistemik yaitu dari minuman, infeksi dari
kekurangan vitamin C. Biasanya terjadi pada anak usia 2 tahun kebawah,
kelainan tersebut terjadi pada tahap proliferansi (itjiningsih, 1991).
24
Hipoplasia adalah perkembangan dibawah abnormal suatu organ atau
jaringan gigi. Menurut itjiningsih (1991) hipoplasia diakibatkan kekurangan
vitamin A atau bisa kelebihan flour, terjadi pada tahap aposisi, dan bisa
terdapat pada anakusia 1-2 tahun.
Dentisiotarda adalah munculnya gigi sulung 6 bulan lebih lambat dari
rata-rata yang disebabkan oleh kekurangan vitamin D. Biasanya terjadi pada
anak usia 6 bulansampai 2 atau 3 tahun dan mengalami kelainan pada tahap
histodiferensiasi (Suryo,1993)
Dentisiopraecok adalah pemunculan gigi sulung yang terlalu awal akibat
kekurangan vitamin D. Biasanya terjadi pada anak usia 11 bulan dan
mengalami kelainan pada tahap histodiferensiasi (Suryo,1993)
Kalsium merupakan bahan utama untuk pembentukan dentin dan email
gigi. Asupan kalsium yang kurang dalam perkembangan dan pertumbuhan
tulang dan gigi dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tulang
dan gigi. Hal ini juga berkaitan dengan asupan fozfor. Magnesium juga
mempunyai fungdi untuk mencegah kerusakan gigi dengan cara menahan
kalsium di email gigi. Sedangkan flor berperan dalam proses mineralisasi dan
pengerasan email gigi. Pembentukan struktur gigi yang sehat dan sempurna
didukung oleh gizi yang cukup khususnya protein, kalsium, fosfat, dan
vitamin C, serta vitamin D. Pertumbuhan dan perkembangan gigi dan mulut
dipengaruhi zat gizi baik secara sistemik, maupun secara lokal. Zat-zat gizi
diperlukan oleh gigi dan jaringan periodonsium pada tahap ini pertumbuhan
gigi, proses ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu Ca, P, F, dan vitamin
dalam diet (amelia,2001)
25
D. Kerangka Teori
Keterangan :
: Ada hubungan /ada pengaruh (tidak diteliti)
: Dimensi tingkat pengetahuan yang diteliti
: Yang di teliti
Bagan 1 Kerangka Teori
Berdasarkan rangkuman materi (Itjingningsih.1991), (Drg,donna pratiwi.2009),
(Soegeng.2004), (Soetjiningsih.1995), (Supariasa.2016)
1. Asupan makanan
2. Zat gizi
3. Penilaian status gizi
1. Tahap pertumbuhan gigi
2. Waktu erupsi gigi
permanent
3. Factor erupsi
Status gizi
Erupsi gigi
permanent
26
E. Kerangka Konsep
Keragka konsep adalah suatu uraian dan visualisai hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu
dengan lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 2012).
Berdasarkan kerangka teori yang ada maka langkah konsep yang
digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Bagan 2 Kerangka Konsep
Status gizi
Pertumbuhan gigi permanent
pada siswa/I SDN 02 Rejosari
Kecamatan Kotabumi Lampung
Utara
27
F. Definisi oprasional
Variable Definisi
oprasional
Cara
ukur Alat ukur Hasil ukur skala
Status
gizi
anak
Penilaian
yang
dilakukan
berdasarkan
hasil
penimbangan
Berat Badan
dan
Pengukuran
Tinggi Badan
serta
perhitungan
umur, untuk
menentukan
IMT/U sesuai
dengan
standar
Antropometri
WHO.
Penimba
ngan
Berat
Badan
(BB) dan
pengkura
n Tinggi
Badan
(TB)
serta
menghitu
ng Umur
dan
mengitun
g IMT
Berat
Badan:
Timbangan
injak
dengan
ketelitian
0,1 kg.
Tinggi
Badan:
Microtoise
dengan
ketelitian
0,1 cm.
Dikategorikan
menjadi:
1 = Sangat
Kurus < -3 SD
2 = Kurus -3 SD
s.d <-2 SD
3= Normal -2
SD s.d 1 SD
4= Gemuk .1SD
s.d 2 SD
5= Obesitas > 2
SD
(SK
Antropometri
WHO, 2010)
ordin
al
Pertumb
uhan
gigi
permane
nt
Pertumbuhan
gigi
merupakan
munculnya
gigi dari
dalam
jaringan
lunak rahang
atau gusi
kearah
rongga mulut
dari posisi
pertumbuhan
nya dalam
tulang
alveolar.
Melakuk
an
pemeriks
aan dan
melihat
adanya
gigi
permane
nt
didalam
rongga
mulut.
Alat OD
dan kartu
pemeriksaa
n
Dikatogarikan
menjadi:
1= jika sudah
ada gigi
permanent
2= jika belum
ada gigi
permanent
1. 1
Nom
inal