bab ii tinjauan pustaka perkembangan adalah perubahan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/700/4/bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan.
Perkembangan menyangkut porses diferensiasi sel tubuh, organ, dan sistem organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi fungsinya, termasuk
juga perkembngan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan perilaku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan
perubahan yang bersifat progresif, terarah, dan terpadu. Progresif mengandung
arti bahwa perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju
kedepan, tidak mundur kebelakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi pada saat ini,
sebelumnya dan berikutnya (Soetjiningsih & Ranuh: 2013).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Tahap ini mencakup
adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system
organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Cakupan tahap ini termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi terhadap lingkungan
(Sulistyawati, Ari. 2017).Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
7
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan
sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia
yang utuh (Kemenkes RI: 2016).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan ( Armini, Sriasih, dan
Marhaeni: 2017). Menurut Marmi & Margiyati tahun 2017 perkembangan adalah
perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu
mulai lahir sampai mati. Perubahan – perubahan yang dialami individu menuju
tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.
Perkembangan motorik merupakan perkembangan kontrol pergerakan
badan melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf tepi dan otot. Perkembangan
motorik dibagi menjadi 2 yaitu: perkembagan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik kasar melibatkan otot- otot besar meliputi perkembangan
gerakan kepala, badan, anggota badan, keseimbangan, dan pergerakan.
Perkembagan motorik halus adalah koordinasi halus yang melibatkan otot- otot
kecil yang dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik, fungsi visual yang akurat,
dan kemampuan itelek nonverbal (Soetjiningsih & Ranuh: 2013).
8
B. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling
berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak
tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa
berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan
fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan
masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan
yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-
9
lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat, dan tinggi badannya
serta bertambah kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu :
a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke
arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan gerak halus (pola proksimodistal)
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat
gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.Proses
tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling
berkaitan.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,
sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan
perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak
memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan
potensi yang dimiliki anak.
10
b) Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan
demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan
berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi
berkesinambungan (Kemenkes RI: 2016).
Ciri-ciri perkembangan fisik-motorik anak usia tiga tahun adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan stabil meskipun lebih lambat dibandingkan dalam dua tahun
pertama.
2. Pertumbuhan kaki lebih cepat daripada lengan.
3. Lingkar kepala dan dada sama, ukuran kepala proporsional.
4. Kemontokan bayi menghilang dan leher terlihat lebih jenjang.
5. Postur lebih tegak, perut menonjol lagi.
6. Bisa melompat dari langkah rendah.
7. Bisa berjalan-jalan berjinjit.
8. Keterampilan motorik kasar: naik sepeda roda tiga, melepas pakaiannya
sendiri.
9. Keterampilan motorik halus: menggambar garis tegak, menggambar lingkaran
(Chomaria, 2015).
11
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
a. Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki
faktor herediter ras/bangsa indonesia atau sebaliknya.
b. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-
laki lebih cepat.
e. Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
12
f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s(Adriana, 2017).
2. Faktor luar (eksternal)
a. Faktor Prenatal
1) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid, dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
4) Endokrin
Diabetes meilitus dapat menyebabkan mekrosomia, kardiomegali, dan
hiperplasia adrenal.
5) Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas
anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo Virus Herpers simpleks) dapat menyebabkan
13
kelainan pada janin ; katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental,
dan kelainan jantung kongenital.
7) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
9) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain (Kemenkes RI: 2016).
b. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia, dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak (Kemenkes RI, 2016).
c. Faktor Pascasalin
1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, dperlukan zat makanan yang adekuat.
2) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan janin.
14
3) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari ,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
4) Psikologis
Hubungan anak dengan prang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
diketahui oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat
pertumbuhan anak.
7) Lingkungan pengasuh
Pada lingkungan pengasuh, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
15
8) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
9) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan.
(Kemenkes RI, 2012).
d. Faktor adat istiadat meliputi :
1) Pekerjaan dan pendapatan keluaraga
2) Pendidikan ayah dan ibu
3) Jumlah saudara
4) Jenis kelamin dalam keluaraga
5) Stabilitas rumah tangga
6) Kepribadian ayah dan ibu
7) Adat istiadat, norma-norma, dan tabu-tabu
8) Agama
9) Urbanisasi
10) Kehidupan politik dalam masyarakat yang memengaruhi kepentingan
anak, anggaran,dan lain-lain (Sulistyawati:2017).
16
D. Prinsip Perkembangan Motorik
Beberapa penelitian longitudinal dilakukan pada sekelompok bayi dan
anak – anak yang diteliti dalam periode tertentu untuk melihat kapan tepatnya
tingkah laku motorik muncul dan menghilang, apakah tingkah laku tersebut sama
untuk anak lain yang umurnya sama. Dari penelitian tersebut, didapatkan 5 prinsip
penting perkembangan motorik, antara lain:
1. Perkembangan motorik tergantung pada maturasi saraf dan otot.
Perkembangan aktivitas motorik yang berbeda, sejalan dengan perkembangan
area system saraf yang berbeda. Karena pusat saraf perifer yang terletak di
medula spinalis lebih dulu berkembang pada saat lahir, refleks lebih dulu
muncul daripada gerakan volunter.
Refleks tersebut berguna untuk mempertahan kan hidup, seperti refleks
mengisap, menelan, berkedip, refleks tendon patella, dan knee jerk. Serebelum
berfungsi mengontrol keseimbangan, berkembang cepat 17 pada satu tahun
pertama. Serebri khusunya pada lobus frontal berfungsi mengontol gerakan
ketrampilan.
2. Belajar ketrampilan motorik tidak bisa terjadi sampai anak siap secara matang.
Tidak ada gunanya mengajarkan gerakan ketrampilan anak sebelum sistem
saraf dan otot berkembang dengan baik tidak untuk anak.
3. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diprediksi. Perkembangan
motorik mengikuti arah hukum perkembangan. Arah perkembangan anak
berlangsung secara sefalokaudal dan proksimaldistal, perubahan dari gerakan
menyeluruh menuju ke aktivitas yang spesifik.
17
4. Pola perkembangan motorik dapat ditentukan. Anak akan belajar duduk
sebelum berjalan dan tidak mungkin arahnya dibalik.
5. Kecepatan perkembangan motorik berbeda pada setiap individu.
Perkembangan motorik mengikuti suatu pola yang sama tetapi umur untuk
mencapai tahap-tahap perkembangan tersebut berbeda untuk setiap individu.
Misalnya, umur pencapaian anak untuk bisa duduk sendiri, berbeda-beda pada
setiap anak (Soetjiningsih & Ranuh, 2013).
E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak
Perkembangan motorik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
internal maupun eksternal. Beberapa faktor tersebut diantaranya:
1. Sifat dasar genetik
Genetik atau faktor keturunan dapat mempengaruhi perkembangan
fisik motorik anak, termasuk bentuk tubuh, tinggi badan, warna rambut,
warna kulit, kecerdasan dan lainnya. Namun kondisi fisik motorik anak
tidak selalu mirip dengan orang tua saja, tetapi bisa jadi dari nenek kakek
atau nenek moyang sebelumnya. Selain itu, faktor genetik bisa saja tidak
terlihat pada anak karena terdapat faktor lain yang berpengaruh misalnya:
orang tuanya pendek tetapi anaknya tinggi, hal ini bisa jadi karena
stimulasi dan gizi yang lebih baik pada anak.
2. Kondisi dalam masa prenatal
Saat janin dalam kandungan mendapatkan asupan gizi dan
stimulasi yang baik, maka janin akan berkembang dengan baik secara fisik
dan motoriknya akan lebih aktif. Selain itu, emosi ibu saat mengandung
18
bila dalam kondisi stabil dan merasa senang, maka perkembangan motorik
pasca lahir akan berkembang lebih cepat dan optimal.
3. Proses kelahiran
Saat proses kelahiran, bila proses melahirkannya sukar maka bisa
berdampak buruk terhadap kondisi fisik motorik bayi yang dilahirkan,
terutama cendera daerah kepala yang keluar lebih awal dalam persalinan
normal dan bisa berakibat fatal terhdap kondisi otak bayi. Selain itu,
kelahiran sebelum waktunya atau prematur akan dapat memperlambat
perkembangan motoriknya karena kondisinya belum matang dibandingkan
yang lahir tepat waktu.
4. Kecerdasan atau IQ
Kecerdasan atau IQ bisa berpengaruh terhadap kondisi motorik
anak. Anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi, menunjukkan
perkembangan motoriknya akan berkembang lebih cepat dibandingkan
yang kecerdasannya normal ataupun dibawah rata- rata.
5. Lingkungan
Lingkungan yang baik akan bisa membantu anak berkembang
optimal fisik motoriknya. Kondisi lingkungan yang sehat dan kondusif
akan membantu anak untuk lebih mengembangkan keterampilan
motoriknya.
6. Stimulasi
Adanya rangsangan, dorongan dan kesempatan pada anak untuk
menggerakkan semua bagian tubuh akan membantu anak untuk
berkembang kemampuan motoriknya dengan lebih cepat.
19
7. Pola asuh
Pola asuh orang tua yang terlalu melingdungi dan selalu membantu
anak dalam melakukan aktifitas sehari – harinya , maka akan
melumpuhkan kesiapan berkembangnya kemampuan motorik anak.
8. Kesehatan dan cacat fisik
Kesehatan yang baik akan membantu anak untuk tumbuh dengan
pesat secara fisik maupun motoriknya, mengingat pada masa anak terjadi
proses pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat disbanding masa
remaja dan dewasa. Namun bila kesehatan anak tidak baik maka akan
menghambat laju pertumbuhan fisik dan motoriknya, dan bila anak
mengalami cacat fisik dan kondisi kesehatan yang buruk, maka anak akan
kesulitan untuk mempelajari keterampilan motorik yang diperlukan,
sehingga perkembangan motoriknya menjadi tidak optimal (Hapsari:
2017).
F. Aspek-aspek Perkembangan Yang Dipantau
1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis,
dan sebagainya.
20
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain}, berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya (Kemenkes RI: 2016).
G. Penyimpangan/Gangguan Perkembangan Anak
1. Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh
beberapa hal. Salah satu penyebabnya adalah kelainan tonus otot atau
penyakit neuromuskuler. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami
keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis,
ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina
bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik.
Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan
keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya
gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut.
Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat
mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang
tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau
diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam
mencapai kemampuan motorik (Andriana: 2017).
21
a. Gangguan perkembangan motorik terjadi bervariasi dari yang ringan
sampai berat:
1) Bayi atau anak dengan gangguan perkembangan motorik ringan
biasanya menunjukkan gejala-gejala yang sangat samar, misalnya
bayi/anak tumbuh menjadi clumsy child, seorang anak yang selalu
membentur benda disekitarnya, atau apabila diperiksa oleh ahli
neurologi anak, terlihat tanda gangguan neurologis ringan,
misalnya gangguan koordinasi, reflek yang meninggi, dan
sebagainya.
2) Gangguan perkembangan motorik berat yang disebut sebagai
serebral palsy. Serebral Palsy adalah kelainan motorik yang
banyak ditemukan pada anak-anak. Serebral Palsy merupakan
suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif, oleh karena
suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan
syaraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
Hal ini berarti, Serebral Palsy terjadi karena otak mengalami
kerusakan pada perkembangan dini, yaitu antara masa janin sampai
usia 2 tahun. Kerusakan otak tersebut tidak merupakan kelianan
progresif, misalnya bayi yang lahir tidak menangis akan
mengalami kerusakan sebagian otaknya karena kekurangan
iksigen. Proses kerusakan tersebut tidak berlanjut lagi, tetapi bayi
menunjukkan gejala kelumpuhan sebagai menifestasi klinis.
22
b. Identifikasi anak dengan gangguan perkembangan motorik:
1) Bayi yang mempunyai risiko mengalami Serebral Palsy antara
lain: bayi yang lahir premature, bayi yang tidak langusng
menangis, bayi yang mengalami kuning berlebihan, bayi dengan
infeksi pada susunan syaraf pusat.
2) Gejala awal adalah keterlambatan perkembangan motorik
dibandingkan dengan anak seusianya. Seorang ibu biasanya
mengetahui saat bayinya dapat tengkurap, duduk atau berdiri dan
berjalan. Apabila ada keterlambatan ibu dianjurkan segera
memeriksakanke petugas kesehatan (dokter).
2. Gangguan perkembangan mental
Terdapat bermacam-macam gangguan perkembangan mental,
antara lain retardasi mental, autis, hiperaktivitas, disleksia (kesulitan
membaca dan menulis), dan lain-lain.
3. Gangguan berbicara
Telah disebutkan bahwa fungsi yang paling kompleks dalam
perkembangan anak, dan meupakan petunjuk yang paling akurat bagi
perkembangan anak di kemudian hari. Untuk dapat berbicara, anak harus
dapat mendengar, dapat mengartikan apa yang didengar, memerintahkan
mulut untuk berbicara dan mampu menggerakkan alat bicara dengan baik.
Dengan demikian, gangguan bicara dapat disebabkan gangguan
pendengaran, gangguan mental, atau gangguan organ bicara misalnya
mulut, lidah, langit-langit.
23
4. Gangguan perkembangan mata
Fungsi penglihatan adalah fungsi yang vital, maka perlu perhatian
khusus agar bayi/anak tidak mengalami gangguan perkembangan mata.
5. Gangguan pendengaran
Bayi/anak dikatakan mengalami gangguan pendengaran apabila
ambang pendengarannya lebih tinggi dari 30 db (decibel). Gangguan
pendengaran pada masa bayi dan anak, meskipun ringan sekalipun, akan
sangat mengganggu kemampuan berbicara dan berbahasa bayi/anak.
Karena pada dasarnya, fungsi pendengaran sangat penting untuk timbulnya
kemampuan bicara dan bebahasa bayi/anak (Maryunani: 2010).
H. Perkembangan Motorik Kasar Anak Menurut Usia
Tahapan perkembangan motorik kasar anak menurut Soetjiningsih dan
Ranuh tahun 2013 antara lain :
1. Umur 0-3 bulan
a. Kepala terangkat setinggi 450 dan dada ditumpu lengan pada waktu
tengkurap.
b. Kepala bergerak dari kiri/kanan ke tengah.
2. Umur 4 – 6 bulan
a. Gerakan berbalik dari telungkup ke telentang.
b. Kepala terangkat setinggi 900.
c. Kepala tetap tegak dan stabil.
3. Umur 7 – 9 bulan
a. Duduk sendiri (dalam sikap bersila).
b. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.
24
c. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
4. Umur 10 – 12 bulan
a. Badan terangkat ke posisi berdiri.
b. Berdiri selama 30 detik atau berpegangan.
c. Dapat berjalan dengan dituntun
5. Umur 13 – 18 bulan
a. Berdiri sendiri.
b. Memungut mainan kemudian berdiri kembali.
c. Berjalan mundur lima langkah.
6. Umur 19 – 24 bulan
a. Berdiri sendiri tidak berpegangan kurang lebih 30 detik.
b. Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
7. Umur 25 – 36 bulan
a. Jalan naik tangga sendiri.
b. Dapat menendang bola kecil.
8. Umur 37 – 48 bulan
a. Berdiri 1 kaki sebentar (beberapa detik).
b. Melompat dengan dua kaki.
c. Naik sepeda roda tiga.
9. Umur 49 – 60 bulan
a. Sering melompat dengan 1 kaki dan menari.
b. Menggambar, contohnya menggambar tanda silang.
c. Berdiri satu kaki 6 detik.
25
10. Umur 61 – 72 bulan
a. Berjalan lurus.
b. Berdiri dengan satu kaki selama 11 detik.
I. Kebutuhan Dasar untuk Tumbuh Kembang Balita
Menurut Neherta & Nurdin tahun 2018 kebutuhan dasar untuk tumbuh
kembang balita meliputi:
1. Kebutuhan Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)
Kebutuhan asuh meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti:
nutrisi,imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian,
pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain dan
beristirahat.
a. Nutrisi
Nutrisi harus dipenuhi sejak anak masih di dalam rahim. Ibu perlu
memberikan nutrisi seimbang melalui konsumsi makanan yang bergizi dan menu
seimbang. Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan nutrisi yang paling lengkap dan
seimbang bagi bayi terutama pada 6 bulan pertama (ASI Eksklusif) harus
didapatkannya.
b. Imunisasi
Semua anak perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
c. Kebersihan
Kebersihan mutlak harus didapatkan anak, baik itu kebersihan makanan,
minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah, tempat bermain dan transportasi. Kalau
26
udaranya tidak bersih akan membuat anak menderita suatu penyakit yang akan
mengganggu pada pertumbuhan dan perkembangannya.
d. Bermain, aktivitas fisik, tidur
Setiap anak perlu bermain, melakukan aktivitas fisik dan tidur karena hal
ini dapat merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein merangsang pertumbuhan otot dan
tulang merangsang perkembangan.
e. Pelayanan Kesehatan
Setiap anak perlu dipantau/diperiksa kesehatannya secara teratur.
Penimbangan anak minimal 8 kali setahun dan dilakukan SDIDTK minimal 2 kali
setahun. Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan bulan
Agustus.
Tujuan pemantauan yang teratur untuk mendeteksi secara dini dan
menanggulangi bila ada penyakit dan gangguan tumbuh-kembang, mencegah
penyakit serta memantau pertumbuhan dan perkembangan anak agar selalu
optimal. Setiap orang tua mempunyai pola asuh yang berbeda- beda. Pola asuh
orangtua terhadap perilaku anak memiliki beberapa kriteria yaitu:
1) Pola asuh Authoritarian
Pola asuh orangtua, dimana sikap orangtua yang rendah, namun
kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik dan bersikap komando.
2) Pola asuh Permissive
Pola asuh orangtua, dimana sikap orangtua meningkat namun kontrolnya
rendah, memberikan kebebasan terhadap anak untuk mengatakan dorongan
keinginannya.
27
3) Pola asuh Authoritative — Pola asuh oragtua, dimana sikap yang
Mengingat dan kontrolnya meningkat, bersikap responsif terhadap kebutuhan
anak, mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberikan
penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik atau buruk.
4) Pola asuh Dominan
Pola asuh orangtua yang mendominasi dalam segala hal yang menyangkut remaja
dalam tindakan sehari-hari
5) Pola asuh Submission
Orangtua cenderung senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak
berperilaku semaunya dirumah.
6) Pola asuh Overdisplin
Orangtua senantiasa mudah memberikan hukuman, menanamkan kedisiplinan
secara keras.
2. Kebutuhan Asih (Kebutuhan Kasih Sayang dan Emosi)
Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dapat dimulai sedini
mungkin. Bahkan sejak anak berada dalam kandungan, perlu diupayakankontak
psikologis antara ibu dan anak, misalnya dengan mengajak berbicara atau
mengelusnya. Setelah lahir, upaya tersebut dapat dilakukan dengan mendekapkan
bayi ke dada ibu segera setelah lahir. Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat
antara ibu/orang tua dengan anak sangatlah penting karena berguna untuk
menentukan perilaku anak dikemudian
hari, merangsang perkembangan otak anak serta merangsang perhatian anak
tehadap dunia luar. Oleh karena itu, kebutuhan asih ini meliputi :
28
a. Kasih sayang orang tua
Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan
penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak pernah
memarahi, tetapi bagaimana orang tua menciptakan hubungan yang hangat
dengan anak sehingga anak merasa aman dan senang.
b. Rasa aman
Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan
memberikan rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehariharinya.
c. Harga diri
Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak
diacuhkan, maka hal ini dapat menyebabkan frustasi pada anak.
d. Dukungan atau dorongan
Dalam melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh dukungan dari
lingkungannya. Apabila orang tua sering melarang aktivitas yang dilakukan, maka
hal tersebut dapat menyebabkan anak merasa ragu-ragu dalam melakukan setiap
aktivitasnya. Selain itu, orang tua perlu memberikan dukungan agar anak dapat
mengatasi stressor atau masalah yang dihadapi.
e. Mandiri
Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus
dilatih untuk tidak selalu tergantung pada lingkungannya. Dalam melatih anak
untuk mandiri tentunya harus menyesuaikan dengan kemampuan dan
perkembangan anak.
29
f. Rasa memiliki
Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barangbarang
yang dimilikinya, sehingga anak tersebut mempunyai rasa tanggung jawab untuk
memelihara barang-barangnya.
g. Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan dan pengalaman.
Anak perlu diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
kemampuan dan sifat-sifat bawaannya. Tidak pada tempatnya jika orang tua
memaksakan keinginannya untuk dilakukan oleh anak tanpa memperhatikan
kemauan anak.
3. Kebutuhan Asah (Kebutuhan Stimulasi)
Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin
kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian,
kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak. Dasar perlunya stimulasi dini
pada seorang anak adalah karena milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam
kandungan usia 6 bulan dan belum ada hubungan antar sel-sel otak (sinaps) orang
tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak bila ada rangsangan akan
terbentuk hubungan-hubungan baru (sinaps). Semakin sering di rangsang akan
makin kuat hubungan antar sel-sel otak semakin banyak variasi maka hubungan
antar se-sel otak semakin kompleks/luas merangsang otak kiri dan kanan secara
seimbang untuk mengembangkan multipel inteligen dan kecerdasan yang lebih
luas dan tinggi. Stimulasi mental secara dini akan mengembangkan
mentalpsikososial anak seperti: kecerdasan, budi luhur, moral, agama dan etika,
kepribadian, ketrampilan berbahasa, kemandirian, kreativitas, produktifitas, dst.
30
Orang tua perlu menganut pola asuh demokratik, mengembangkan
kecerdasan emosional, kemandirian, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan dan
moral-spiritual anak. Selain distimulasi, anak juga perlu mendapatkan kegiatan
SDIDTK lain yaitu deteksi dini (skrining) adanya kelainan/penyimpangan tumbuh
kembang, intervensi dini dan rujukan dini bila diperlukan. Stimulasi adalah
adanya perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan atau
bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah
akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan
stimulasi. Pemberian stimulasi ini sudah dapat dilakukan sejak masa kehamilan,
dan juga setelah lahir dengan cara menyusui anak sedini mungkin. Asah
merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang dapat
dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.
Stimulasi diberikan berdasarkan kemampuan yang akan dikembangkan,
meliputi 4 macam kepandaian/kemampuan perkembangan :
a. Kemampuan gerakan kasar
b. Kemampuan gerakan halus
c. Kemampan bergaul
d. Kemampuan mandiri
e. Potensi kecerdasan
Tujuan melakukan stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak agar
dapat mencapai tingkat perkembangan yang sebaik-baiknya (optimal) sesuai
dengan kemampuan yang sudah dibawa sejak lahir. Stimulasi diberikan secara
teratur dan berkelanjutan sejak lahir. Stimulasi terbaik diberikan pada saat dimana
31
anak secara fisik maupun mental telah siap menerima latihan sesuai dengan umur
kemampuan perkembangannya. Stimulasi anak balita dilakukan secara:
1) Bertahap dan berkelanjutan mencakup 4 macam aspek perkembangan.
2) Dimulai dari kemampuan perkembangan yang telah dipunyai, kemudian
dilanjutkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai pada usia tersebut.
3) Dilakukan dengan wajar, santai, menyenangkan, bervariasi dan sambil
bermain sebagai ungkapan rasa kasih sayang.
4) Berikan pujian atas keberhasilan yang telah dicapai anak.
5) Bila memerlukan alat bantu, pakailah alat bantu yang tidak berbahaya
misalnya dengan mengunakan APE (Alat Permainan Edukatif), kaset lagu,
buku bacaan, atau acara TV yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
6) Temani anak saat nonton TV dan terangkan tentang apa yang dilihatnya.
J. Stimulasi Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuhdan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terusmenerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah –
yangmerupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak,
anggota keluarga lain dan kelompokmasyarakat di lingkungan rumah tangga
masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasidapat
menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang
menetap.Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah
kemampuan gerak kasar,kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa
32
serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.Dalam melakukan stimulasi tumbuh
kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan,yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orangyang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi, bervariasi,
menyenangkan, tanpapaksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke 4 aspekkemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya
(Kemenkes RI: 2016).
Berikut ini stimulasi yang bisa diberikan untuk mengoptimalkan
perkembangan motorik anak yang telah memiliki dasar perkembangan fisik yang
cukup pada usia 1-3 tahun di antaranya:
a. Dasar – dasar keterampilan untuk menulis berbagai jenis huruf sesuai dengan
kebudayaan(huruf kanji, arab, dan latin) dan menggambar.
b. Keterampilan berolahraga (seperti senam, menari, olah tubuh) atau
menggunakan alat – alat olahraga.
c. Gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat, dan berlari.
33
d. Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan
dan ketertiban.
e. Menggunakan gerakan ibadah misalnya gerakan solat (Indrijati: 2017).
Stimulasi pada anak usia 36-48 bulan antara lain sebagai berikut:
1. Kemampuan gerak kasar
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain:
Dorong anak untuk melompat, berdiri di atas satu kaki, memanjat, bermain
bola, dan mengendarai sepeda roda tiga.
a. Menangkap bola
Ajari anak menangkap bola menggunakan bola sebesar bola tenis. Sesekali
bola dilempar kearah anak lalu minta anak menangkapnya, kemudian
melempar kembali.
b. Berjalan mengikuti garis lurus
Letakkan sebuah papan yang sempit, buat garis lurus menggunakan kaour
tulis/tali raffia, atau susun batu bata memanjang di halaman rumah.
Tunjukkan kepada anak cara berjalan lurus di atas garis/papan dengan
merentangkan kedua tangan ke samping untuk menjaga keseimbangan
tubuh.
c. Melompat
Tunjukkan kepada anak cara melompat dengan satu kaki. Bila anak sudah
bisa melompat dengan satu kaki, tunjukkan cara melompat melintasi
ruangan, mula-mula dengan satu kaki, kemudian bergantian dengan kaki
yang lain.
d. Melempar benda-benda kecil keatas
34
Ajari anak melempar benda kecil ke atas atau menjatuhkan kerikil ke
dalam kaleng. Gunakan benda-benda yang tidak berbahaya.
e. Menirukan binatang berjalan
Tunjukkan kepada anak cara binatang berjalan, misalnya anjing berjalan
dengan kedua kaki dan tangan. Ajak anak ke kebun binatang dan tirukan
gerak-gerik binatang yang dilihatnya.
f. Lampu hijau-merah
Minta anak berdiri di hadapan kita. Ketika kita katakana “lampu hijau”
minta anak berjalan jinjit kearah kita dan berhenti ketika kita katakan
“lampu merah”. Lanjutkan mengatakan “lampu hijau” dan “lampu merah”
secara bergantian sampai anak tiba di tempat kita berdiri. Selanjutnya
giliran anak untuk mengatakan “lampu hijau” dan “lampu merah” secara
bergantian dan kita berjalan berjinjit ke arah depan (Sulistyawati: 2017).
Stimulasi pada balita pada tahap 3-4 tahun adalah sebagai berikut:
1. Beri kesempatan agar anak dapat melakukan hal yang kira – kira mampu dia
kerjakan, misalnya melompat dengan satu kaki
2. Latih anak cara memotong, menggunting gambar – gambar, mulai gambar
besar
3. Latih anak mengancingkan baju
4. Latih anak dalam sopan santun, misalnya berterimakasih, menerima tangan,
dan sebagainya (Armini, Sriasih, dan Marhaeni:2017).
35
K. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan
daya dengar.Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua
tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah
sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel berikut(Kemenkes RI: 2016).
1. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
a. Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan alat menggunakan KPSP
adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
b. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12,
15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum
mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur
skrining terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya, bayi umur 7 bulan
maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan. Apabila anak ini kemudian
sudah berumur 9 bulan, yang diberikan adalah KPSP 9 bulan.
c. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan
petugas PADU terlatih.
d. Alat/instrumen yang digunakan sebagai berikut.
Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9–10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran
KPSP anak umur 0–72 bulan.
alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis
36
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5–1 cm.
e. Cara menggunakan KPSP
1) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahunanak
lahir. Apabila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1bulan.
Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4
bulan.Apabila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.
3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai denganumur
anak.
4) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu pertama, pertanyaanyang
dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh: ”Dapatkah bayimakan kue
sendiri?” Kedua, perintah kepada ibu/pengasuh anak ataupetugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh:”Pada posisi
bayi Anda telentang, tariklah bayi pada pergelangantangannya secara
perlahan-lahan ke posisi duduk.”
5) Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab.Karena itu, pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang
ditanyakankepadanya.
6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu per satu.
Setiappertanyaan hanya ada 1 jawaban, ”Ya” atau ”Tidak”. Catat
jawabantersebut pada formulir.
7) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh
anakmenjawab pertanyaan terdahulu.
37
8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
f. Interpretasi hasil KPSP
1) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
- Jawaban ”Ya”, apabila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
- Jawaban ”Tidak”, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak
tahu.
2) Jumlah jawaban ”Ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
tahap perkembangannya (S).
3) Jumlah jawaban ”Ya” = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
4) Jumlah jawaban ”Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
5) Untuk jawaban ”Tidak”, perlu diperinci jumlah jawaban ”Tidak”
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
g. Intervensi
1) Apabila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakanberikut:
a) Beri pujian karena telah mengasuh anaknya denganbaik.
b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangananak.
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin,sesuai dengan kepada ibu umur dan kesiapan anak.
d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan
di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiapada kegiatan
38
Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudahmemasuki usia
prasekolah (36–72 bulan), anak dapat diikutkanpada kegiatan di
Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),Kelompok Bermain dan
Taman Kanak-kanak.
e) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap3
bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6bulan
pada anak umur 24 sampai 72 bulan.
2) Apabila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakanberikut.
a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya.
d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
e) Jika hasil KPSP ulang jawaban ”Ya” tetap 7 atau 8, kemungkinan
ada penyimpangan (P).
3) Apabila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan
tindakan rujukan ke rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian) (Kemenkes RI: 2016).
39
2. Tes Daya Dengar (TDD)
a. Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan
kemampuan daya dengar dan bicara anak.
b. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12
bulandan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan ke atas. Tes ini
dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PADU dan petugas terlatih
lainnya.
c. Alat/sarana yang diperlukan adalah
1) Instrumen TDD menurut umur anak;
2) Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia;
3) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola).
d. Cara melakukan TDD
1) Tanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak lahir, kemudian hitung umur
anak dalam bulan.
2) Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak.
3) Pada anak umur kurang dari 24 bulan
a) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak.
Tidak usah ragu-ragu atau takut menjawab, karena tidak
untukmencari siapa yang salah.
b) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu,
berurutan.
c) Tunggu jawaban dari orangtua/pengasuh anak.
40
d) Jawaban ”Ya” jika menurut orang tua/pengasuh, anak
dapatmelakukannya dalam satu bulan terakhir.
e) Jawaban ”Tidak” jika menurut orang tua/pengasuh anak
tidakpernah, tidak tahu atau tak dapat melakukannya dalam satu
bulanterakhir.
Pada anak umur 24 bulan atau lebih
f) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/pengasuh
untuk dikerjakan oleh anak.
g) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah
orangtua/pengasuh.
h) Jawaban ”Ya” jika anak dapat melakukan perintah pengasuh.
i) Jawaban ”Tidak” jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukanperintah orangtua/pengasuh.
4) Interpretasi
a) Apabila ada satu atau lebih jawaban ”Tidak”, kemungkinan
anakmengalami gangguan pendengaran.
b) Catat dalam Buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau
status/catatan medik anak, jenis kelainan.
5) Intervensi
(1) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
(2) Rujuk ke rumah sakit apabila tidak dapat ditanggulangi (Kemenkes
RI: 2016).