bab iii faktor-faktor penyebab konversi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2973/4/t2... ·...
TRANSCRIPT
59
BAB III
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KONVERSI AGAMA DI DUSUN BUKITSARI
DAN DAMPAK SOSIALNYA
3. 1 Pendahuluan
Pada bab ini penulis akan memaparkan secara sistematis tentang hasil penelitian yang
diperoleh dari lapangan di Dusun Bukitsari. Pertama, penulis akan memaparkan tentang sekilas
Dusun Bukitsari. Kedua, memaparkan sekilas sejarah masuknya kekristenan di Dusun Bukitsari.
Ketiga, memaparkan faktor-faktor penyebab beberapa kepala keluarga (KK) di Dusun Bukitsari
melakukan konversi. Keempat, memaparkan dampak sosialnya pasca konversi agama terjadi.
Adapun maksud dari pemaparan secara sistematis adalah untuk memudahkan dalam memahami
hasil penelitian yang telah dilakukan.
3.2 Sekilas Tentang Dusun Bukitsari
Dusun Bukitsari secara geografis terletak di Desa Songan, kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli, ibu kota Denpasar. Kecamatan Kintamani merupakan salah satu kecamatan yang terdapat
di kabupaten Bangli. Luas wilayah Kabupaten Bangli sebesar 520,81 Km2 atau 9,25% dari luas
wilayah Propinsi Bali. Ketinggian dari permukaan laut antara 100 – 2.152 m sehingga tanaman
apa saja bisa tumbuh di daerah ini. Secara fisik di bagian selatan merupakan daerah dataran
rendah dan bagian utara merupakan pegunungan. Puncak tertinggi adalah terdapat Gunung Batur
60
dengan kepundannya Danau Batur yang memiliki luas sekitar 1.067,50 Ha. Jarak dari Ibukota
kabupaten ke Ibu Kota Popinsi sekitar 40 Km.1
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Bangli sebanyak
192.681 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk tahun 1990 - 2000 sebesar 0,92% per tahun.
Sedangkan dari hasil registrasi penduduk keadaan akhir tahun 2008 penduduk Kabupaten Bangli
tercatat jumlahnya 213.808 jiwa dengan laju pertumbuhan untuk tahun 2000 – 2008 sebesar
0,41%, dengan kepadatan rata-rata 411 jiwa / km2, sex rationya adalah 99,50. Secara
administratif Kabupaten Bangli terbagi menjadi empat daerah kecamatan yaitu Kecamatan
Kintamani, Kecamatan Tembuku, Kecamatan Susut dan Kecamatan Bangli. Mempunyai 72 Desa
/ kelurahan dengan 332 banjar dinas / lingkungan. Dari 72 desa / kelurahan tersebut sebanyak 48
desa / kelurahan berada di Kecamatan Kintamani Selain desa / kelurahan administratif terdapat
juga desa pekraman sebanyak 159 buah yang merupakan lembaga tradisional yang memiliki hak
otonomi dalam menjalankan pemerintahannya.2
Dusun Bukitsari adalah sebuah tempat yang letaknya tidak jauh dari daerah pegunungan,
dekat dengan Danau Batur dan sebagian besar penduduknya adalah petani. Profesi ini didukung
dengan tanah yang cukup subur sebetulnya, namun karena keterbatasan pengetahuan pengolahan
tanah dan alat pertanian yang tradisional, sulitnya pupuk, sehingga kurang mampu
memaksimalkan lahan dengan baik. Memprihatinkan ketika musim kering tiba, mereka
kekurangan air dan lahan menjadi kering sehingga membuat masyarakat Dusun Bukitsari
mengalami paceklik. Keadaan seperti ini membuat mereka harus mengkonsumsi makanan apa
adanya seperti singkong yang dikeringkan sebagai makanan pokok mereka, karena beras mahal
dan susah didapat.
1 http://www.pn-bangli.go.id/sample-page/ diunduh pada 16 April, 2012.
2 Ibid.,
61
Peta Wilayah3
3 Ibid.,
62
3.3 Sekilas Sejarah Masuknya Kekristenan di Dusun Bukitsari4
Secara geografis, Dusun Bukit Sari terletak di perbukitan. Secara sosiologis penduduk
tersebut merupakan penduduk yang jauh dari keramaian dan terpencil. Dikarenakan akses jalan
yang naik turun bukit, kurang layak, sulit dan berbahaya, dikelilingi jurang yang dalam,
membuat penduduk kurang tersentuh dan terperhatikan oleh sesama karena terisolasi.
Mata pecaharian penduduk tersebut adalah bertani. Dengan etos dan semangat kerja yang
tinggi mereka tetap dapat bertahan walaupun kesulitan dalam menggarap lahan karena hanya
bermodal tenaga dan alat yang sangat sederhana. Hal yang memprihatinkan adalah ketika musim
kering tiba berdampak pada paceklik. Situasi tersebut membuat mereka harus makan apa adanya
untuk bertahan. Cara mereka bertahan adalah dengan makan singkong hasil kebun, yang telah
dikeringkan dan disimpan sebagai cadangan makanan di musim kering karena mereka tidak
memiliki uang untuk membeli beras. Ketika musim hujan tiba, mereka menanam sayuran hanya
untuk di kosumsi sendiri, kalau lebih baru dijual. Kehidupan ekonomi mereka terbilang miskin
dan memprihatinkan pada saat itu. Mereka tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
Beberapa kondisi di atas mendorong mereka untuk mencari pekerjaan keluar dari dusun
mereka yaitu Dusun Bukitsari. Tujuannya adalah agar mendapat uang guna memenuhi kebutuhan
keluarga dan mencari komunitas yang dapat menolong mereka. Akhirnya mereka keluar dari
dusun (para kepala keluarga) untuk mencari pekerjaan, dan sampailah mereka di desa Katung.
Disana mereka mendapat pekerjaan sebagai buruh. Perjalanan awal ini terjadi kira-kira tahun
1992.
4 Hasil wawancara dengan Krisna (nama samaran) salah seorang tokoh yang pada saat itu melayani awal-
awal. Wawancara dilakukan pada tanggal 10 Februari, 2012. Ceirta/informasi ini dibenarkan oleh jemaat/pelaku
konversi bernama Arjuna dan Rama (nama samaran), diwawancarai pada tanggal 11 Februari, 2012. Sumber ini
didukung data dari penggalan Sejarah GKPB hal 301, 2012.
63
Di tempat mereka bekerja inilah pertama kali kekristenan (Agama Kristen) didengar dan
dikenal sebelumnya mereka tidak pernah mendengar tentang kekristenan. Menurut Krisna5 yang
dienarkan Arjuna dan Rama6 pelaku konversi yang dulunya beragama Hindu dan sekarang
menjadi Kristen, pertama-tama mereka heran dengan sikap dan perilaku orang kristen. Mereka
(pelaku konversi) diperlakukan oleh orang Kristen seperti saudara, bukan seperti buruh dimana
ada kesenjangan antara buruh dan pemilik tanah/tuan tanah/majikan. Mereka diperlakukan
dengan baik, diberi tempat tidur yang layak, berbeda dengan ditempat lain ketika mereka bekerja
menjadi buruh.
Mereka melihat orang Kristen sebelum tidur bernyanyi-nyanyi (pujian), berdoa dan
membaca alkitab (kitab suci orang Kristen), kemudian dilihatnya orang Kristen bisa bersukacita,
dan senang. Fenomena inilah yang membuat mereka mulai tertarik dan mulai bertanya, mengapa
orang Kristen dapat bersikap baik dan selalu bersukacita setiap hari. Saat itulah orang Kristen
yang kebetulan adalah tuan tanahnya (Anggota Jemaat GKPB di Katung) yang bersama-sama
dengan mereka mulai bercerita. Bercerita tentang yang mereka lakukan tersebut adalah yang
diajarkan dan diperintahkan Tuhan Yesus. Ajaran untuk hidup dalam kasih, saling mengasihi dan
saling menolong sesama tanpa membeda-bedakan status sosialnya. Kemudian mereka semakin
penasarann dan ingin mengenal siapa Tuhan Yesus tersebut.
Sejak saat itu cerita tentang pengenalan Tuhan Yesus dan ajarannya terus berlanjut antara
orang Hindu dari Bukitsari dengan orang Kristen di Katung. Karena permintaan beberapa orang
dari Bukitsari yang katanya mau semakin mengenal Tuhan Yesus, maka pemberitaan atau
5 Hasil wawancara dengan Krisna (nama samaran) salah seorang tokoh yang pada saat itu melayani awal-
awal. Wawancara dilakukan di Denpasar pada pada tanggal 10 Februari, 2012. 6 Hasil wawancara dengan Arjuna dan Rama (nama samaran) dua kepala keluarga pelaku konversi.
Wawancara dilakukan di Bukitsari, Jumat 10 Februari 2012.
64
pengajaran tentang injil pun berlanjut dari tempat mereka berburuh di Katung menuju ke
Bukitsari.
Perkunjungan dan pelayanan terus dilakukan oleh orang-orang gereja GKPB karena orang-
orang di Dusun Bikitsari antusias mendengarkan injil. Hingga seiring berjalannya waktu, ada
beberapa orang menyerahkan dan merelakan dirinya untuk mau di baptis menjadi Kristen
(melakukan konversi agama dari Hindu ke Kristen Protestan) sekitar tahun 1994. Tidak berhenti
sebatas itu, seiring berjalannya waktu pula semakin bertambahnya orang yang mau dibaptis dan
menjadi Kristen. Melihat pertumbuhan yang terjadi dan banyaknya orang yang menjadi Kristen
(sempat mencapai 18 Kepala Keluarga walau sekarang hanya tinggal 4 Kepala Keluarga) maka
dibelilah sebidang tanah dan didirikan geraja dan tempat pemakaman. Gereja tersebut diresmikan
tahun 1996 dan diberi nama Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat “MRIKIJE”
DUSUN BUKITSARI DESA SONGAN, KINTAMANI-BANGLI. Banyak tokoh yang berperan
serta dalam pelayanan, kunjungan dan pemberitaan injil di daerah tersebut. Peran mereka
mengukir sejarah terbentuknya jemaat Mrikije Bukitsari.
3.4 Faktor-faktor Penyebab Beberapa Kepala Keluarga di Dusun Bukitsari
Melakukan Konversi Agama
Konversi agama tidaklah terjadi begitu saja dengan sendirinya, namun ada faktor
penyebab yang menyebabkan seseorang berani mengambil keputusan tersebut konversi
agama. Berikut adalah faktor-faktor penyebab beberapa kepala keluarga (KK) di Dusun
Bukitsari, dari yang pindah agama Hindu menjadi Kristen Protestan.
65
3.4.1 Faktor ilahi
Berdasarkan hasil penelitian didapati dari delapan belas Kepala Keluarga (18 KK)
yang melakukan konversi agama dari Hindu ke Kristen, menurun menjadi enam kepala
keluarga (6 KK). Sekarang di daerah tersebut hanya tinggal 4 KK karena 2 KK sudah
pindah ke daerah lain namun tetap menjadi kristen. Jadi sekitar 12 KK yang tadinya pindah
ke kristen berbalik kembali ke agama semula.
Kembalinya mereka ke agama semula tentu ada sebabnya. Menurut informasi yang
didapatkan, alasan yang lebih dominan adalah karena mendapat tekanan oleh masyarakat
adat setempat. Tekanan tersebut berupa diskriminasi dan mendapat perlakuan tidak adil,
misalnya tidak diberikannya beras kepada mereka ketika ada bantuan dari pemerintah.7
Ditengah kesulitan yang ada, tertekanannya batin, perasaan sedih dan kecewa, hal
tersebut tidak menyebabkan iman dan spiritualitas 4 KK yang tetap bertahan. Secara
psikogis hal tersebut akan sulit diterima, namun mereka mampu menjalaninya hingga
sekarang. Mereka mengungkapkan nyakin dan percaya kepada Tuhan Yesus yang akan
menolong. Mereka pun tidak membalas atas perlakuan dari masyarakat setempat, tetapi
dapat menerima semuanya dan bersabar.
Mereka tetap kosisten dengan identitas gama dan iman barunya, dibuktikan dengan
bertekun dalam pengajaran dan peribadahan. Mereka menjaga hal tersebut dari kira-kira
tahun 1993-1994 setelah dibaptis, hingga sekarang tahun 2012.8
7 Hasil wawancara dengan Gareng dan Petruk (nama samaran) tokoh yang pernah melayani di Bukitsari
terutama saat kasus pembongkaran kuburan di bawah periode pelayanan mereka. Wawancara dilakukan di
Abianbase, pada tanggal 11 Februari, 2012. Hasil wawancara tersebut dibenarkan Arjuna dan Rama (nama
samaran) dua kepala keluarga pelaku konversi. Wawancara dilakukan di Bukitsari, Jumat 10 Februari, 2012. 8 Hasil wawancara dengan Arjuna dan Rama (nama samaran) dua kepala keluarga pelaku konversi.
Wawancara dilakukan di Bukitsari, Jumat 10 Februari 2012.
66
3.4.2 Faktor psikologi
Tekanan batin yang dialami oleh beberapa kepala keluarga (KK) karena kemiskinan,
hidup jauh dari keramaian, terpencil, terisolasi, tersebut membuat mereka mencari jalan
keluar untuk mengatasi hal tersebut. Yang dilakukan adalah mencari komunitas baru
dengan harapan mampu menolong, dan mengubah hidup mereka.
Ketika mereka berjumpa dengan komunitas orang Kristen, mendapatkan semangat
hidup dan harapan. Karena orang Kristen saat itu hidupnya kebanyakan berhasil, selalu
terlihat senang, bahagia dan sukacita dalam menjalani hidup setiap hari. Maka
bergabunglah mereka dengan komunitas Kristen.
Ketika menjadi Kristen mereka merasa senang walaupun secara ekonomi masih
berkekurangan. Melihat situasi tersebut gereja tergerak untuk membantu memberdayaan
SDM dan member bantuan bahan pokok. Dalam hal tersebut jemaat saat selain merasa
senang secara batiniah, nyaman dengan komunitas baru juga merasa diterima. Mereka juga
mulai mendapat perhatian dan pengakuan dari masyarakat sekitar karena hidup mereka
sudah mulai mapan secara ekonomi.9
3.4.3 Faktor pengajaran dan pelayanan
Beberapa Kepala Keluarga yang melakukan konversi agama mengakui bahwa mereka
menjadi Kristen tidak terlepas dari pengajaran dan pelayanan yang dilakukan oleh orang-
orang Kristen dari GKPB. Pengajaran dan pelayanan tersebut dalam bentuk persekutuan-
9 Hasil wawancara dengan Krisna (nama samaran) salah seorang tokoh yang pada saat itu melayani awal-
awal. Wawancara dilakukan di Denpasar, pada tanggal 10 Februari, 2012. Ceirta/informasi ini dibenarkan oleh
jemaat/pelaku konversi bernama Arjuna dan Rama (nama samaran), wawancara dilakukan di Bukitsari, pada tanggal
11 Februari, 2012.
67
persekutuan, doa-doa, Pemahaman Alkitab (PA), bahkan sampai pada pelayanan bantuan
pemenuhan kebutuhkan pokok dan perbaikan kehidupan ekonomi.
Dari pengajaran dan pelayanan tersebut pelaku konversi mengakui bahwa agama
Kristen memiliki keunggulan dibanding dengan agama yang sebelumnya. Dalam Agama
Kristen ada sebuah jaminan keselamatan atau masuk surga sedangkan di agama semula
tidak, di agama Kristen tidak mengenal denda sosial tetapi di agama semula ada, di agama
Kristen kalau ada ritual keagamaan tidak perlu mengeluarkan dana banyak tetapi di agama
semula banyak menghabiskan uang. Mereka juga berani berkata bahwa di agama Kristen
menyembah Tuhan yang hidup tetapi di agama semula menyembah patung yang sama
dengan berhala.10
Hingga sekarang pengajaran dan pelayanan masih tetap berjalan walau memang
kurang intensif lagi. Mengingat jarak yang jauh, kurangnya tenaga pelayan, maka sekarang
Pendeta yang melayani ke daerah tersebut hanya satu bulan satu kali. Selain itu beberapa
KK di tempat tersebut sudah mulai mandiri, sehingga mampu menjadi pelayan baik dalam
Khotbah maupun PA.11
3.4.4 Faktor Ekonomi
Masyarakat Bukitsari umumnya bermatapencaharian petani dan tidak memiliki
penghasilan tetap setiap bulannya. Masyarakat tergolong miskin dan tinggal di daerah yang
terisolasi. Berdasarkan hasil wawancara ketika dikunjungi dan dilayani, mereka bertanya
10
Hasil wawancara dengan Arjuna dan Rama (nama samaran), wawancara dilakukan di Bukitsari, pada
tanggal 11 Februari, 2012. 11
Hasil wawancara dengan Bagong (nama samaran), pendeta jemaat sekarang yang melayani di Bukitsari.
Wawancara dilakukan Denpasar, pada tanggal 10 Februari, 2012.
68
begini: pak apa yang akan saya dapat kalau ikut Tuhan Yesus?12
. Kalau kami masuk
Kristen dapat bantuan apa, dana apa, tunjangan apa? Apa akan dapat beras, sapi, karena
kami sangat memerlukan. Kalau saya masuk Kristen anak-anak saya makan apa?13
Untuk menjawab hal tersbut maka orang Kristen yang memberikan pelayanan dan
kunjungan berkata: bahwa mereka (beberapa KK di Bukitsari) tidak akan mendapatkan
apa-apa dalam hal materi. Namun Tuhan Yesus yang akan menolong dan mencukupkan
semua kebutuhan kita14
. Akan dapat salib. Artinya hidup kita akan diselamatkan, hidup
akan menjadi baik, dan apa yang dibutuhkan akan Tuhan berikan seperti hujan bisa turun.15
Hal ini mungkin dilakukan agar mejaga kemurnian mereka masuk Kristen. Hingga
beberapa lama kemudian mereka menjadi Kristen.
Seiring berjalannya waktu dari pihak sinode gereja GKPB, memberikan bantuan
karena memang kondisi penduduk saat itu membutuhkan. Pihak gereja memberi suport
dalam usaha pengolahan tanah, memberi bibit tanaman seperti bawang dan jagung, diberi
sapi untuk dipelihara dan perhatian lainnya. Dengan demikian kondisi ekonomi penduduk
yang menjadi Kristen mulai membaik dan kebanyakan berhasil dalam pemenuhan
kebutuhannya.16
12
Hasil wawancara dengan Krisna (nama samaran) salah seorang tokoh yang pada saat itu melayani awal-
awal. Wawancara dilakukan di Denpasar pada pada tanggal 10 Februari, 2012. 13
Hasil wawancara dengan Arjuna dan Rama (nama samaran) dua kepala keluarga yang dahulu melakukan
konversi agama. Wawancara dilakukan di Bukitsari, pada tanggal 10 Februari, 2012. 14
Hasil wawancara dengan Arjuna membicarakan Sailendra (nama samaran). Sailendra adalah salah
seorang tokoh yang pada saat itu juga melayani awal-awal. Namun sekarang sudah meninngal. Arjuna adalah salah
satu kepala keluarga yang melakukan konversi. Wawancara dilakukan di Bukitsari, pada tanggal 10 Februari, 2012. 15
Hasil wawancara dengan Krisna (nama samaran) salah seorang tokoh yang pada saat itu melayani awal-
awal. Wawancara dilakukan di Denpasar pada tanggal 10 Februari, 2012. 16
Ibid.,
69
3.4.5 Faktor Sosial
Berdasarkan hasil penelitian, ketika beberapa Kepala Keluarga (KK) dari Bukitsari
bersosial, berjumpa dan berinteraksi secara intensif dengan beberapa orang kristen di
Katung, membuat mereka berani mengambil keputusan untuk melakukan konversi. Karena
dalam proses perjumpaan dan interaksi tersebut terjadi saling mempengaruhi satu dengan
yang lain.
Seperti yang dipaparkan dalam “Sekilas Sejarah Masuknya Kekristenan di Bukitsari”
jelas nampak bagaimana beberapa KK tersebut tertarik dengan kekristenan, hingga ajakan
untuk ikut beribadah atau bersekutu (berdoa, bernyanyi, belajar Alkitab), dan pelayanan
perkunjungan yang intensif.
Karena mereka antusias dan ingin belajar lebih dalam lagi tentang kekristenan,
dikenalkanlah mereka pada pemimpin agama dalam hal ini seorang majelis dan hamba
Tuhan. Kemudian dilakukanlah pelayanan dan penginjilan lanjutan ke Bukitsari, hingga
akhirnya melalu proses yang cukup panjang mereka memberikan diri untuk dibaptis dan
masuk Kristen.17
3.4.6 Faktor Politik
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan terhadap para
pelaku konversi agama, mereka memiliki kepentingan politik ketika pindah agama. Hal ini
tercermin ketika menjadi Kristen karena alasan ekonomi, agar anak-anak mereka dapat
masuk ke panti asuhan dengan gratis, agar mendapat perhatian/pengakuan dari masyarakat
sekitar bahwa keluarga mereka mengalami kemajuan dibanding yang lainnya.
17
Hasil wawancara dengan Krisna (nama samaran) salah seorang tokoh yang pada saat itu melayani awal-
awal. Wawancara dilakukan di Denpasar, pada tanggal 10 Februari, 2012. Ceirta/informasi ini dibenarkan Arjuna
dan Rama (nama samaran) pelaku konversi. Wawancara dilakukan di Bukitsari, pada tanggal 10 Februari, 2012.
70
Sebagai contoh ada salah jemaat dulunya adalah seorang Pemangku, secara status
sosialnya cukup terpandang namun tetap melakukan konversi agama. Konversi ia lakukan
karena banyak faktornya, bahkan ia mengakui pertama kali yang diharapkan adalah
masalah bantuan ekonomi.18
Karena kondisi keluarga dirasa hidup dalam kemiskinan.
Belum lagi ketika harus melakukan ritual keagamaan yang membutuhkan biaya tidak
sedikit. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari sudah dirasa sulit, ditambah harus
mengeluarkan biaya untuk kepentingan ritual-ritual keagamaan.
Kondisi yang demikian, tentu membuat batin tertekan. Dengan melakukan konversi
agama berharap mendapat bantuan guna memenuhi kebutuhan ekonominya. Berharap
anak-anaknya masuk ke panti dan mendapat pendidikan secara cuma-uma, dan
meringankan beban keluarga. Katika ia menjadi Kristen, kemudian memasukan anaknya ke
panti asuhan milik GKPB, kemudian dapat sekolah bahkan sampai menjadi sarjana, hal
tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat. Walaupun tidak mendapat bantuan dana
100% dari panti ketika sekolah dan kuliah.19
Secara otomatis mereka dipandang dan
dikagumi banyak orang karena keberhasilan yang telah dicapai dan tidak semua penduduk
dapat melakukan hal tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan kepentingan politik membuat orang berani
melakukan konversi agama. Karena ketika melakukan konversi ada sesuatu yang akan
mereka dapatkan dan harapkan membuat hidupnya menjadi lebih baik, dalam status sosial
maupun ekonominya.
18
Hasil wawancara dengan Arjuna dan Rama (nama samaran) dua kepala keluarga pelaku konversi.
Wawancara dilakukan di Bukitsari, pada tanggal 10 Februari, 2012. 19
Ibid.,
71
3.5 Dampak Sosialnya
Konversi agama yang dilakukan oleh beberapa kepala keluarga di Dusun Bukitsari ternyata
menimbulkan sebuah dampak atau konsekuensi yang harus mereka tanggung. Berdampak bagi
kehidupan mereka pribadi maupun kehidupan sosial di Bukitsari. Berdasarkan hasil penelitian
dampak-dampak tersebut dapat paparkan sebagai berikut:
3.5.1 Lunturnya harmonisasi dan solidaritas masyarakat di Dusun Bukitsari
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan penulis, harmonisasi dan solidaritas
sosial di masyarakat tersebut meluntur. Karena hubungan pelaku konversi dengan
masyarakat setempat terjadi jurang pemisah. Terlihat dari sikap dan perilaku masyarakat
yang mulai berubah, tercermin dulunya ramah satu dengan lain, tidak saling curiga, dan
saling tegur sapa, namun sekarang insitas hal tersebut berkurang drastis.
Kemudian lunturnya rasa solidaritas satu dengan lain sebagai satu kesatuan
masyarakat Dusun Bukitsari. Ada pemisahan antara orang Kristen dengan orang Hindu,
bukan lagi orang Bukitsari. Hal tersebut tercermin juga melalui kurangnya kepedulian
masyarakat sekitar terhadap kebutuhan para pelaku konversi agama. Misalnya saja soal
pemberian bantuan dari pemerintah seperti aliran air, jatah beras, yang tidak diberikan
kepada mereka.20
Selain hal tersebut mulai lunturnya hubungan yang harmonis dan solidaritas dalam
internal keluarga pelaku konversi. Sikap pertentangan dalam keluarga dari pihak konversi
20
Hasil wawancara dengan Arjuna dan Rama (semua nama samaran) dua kepala keluarga yang dahulu
melakukan konversi agama. Wawancara dilakukan di Bukitsari pada tanggal 10 Februari, 2012.
72
dengan pihak saudara yang beragama Hindu . Bahkan berujung pada sebuah konflik seperti
percecokan, ancaman, bahkan perusakan rumah.21
3.5.2 Diperlakukan tidak adil dan diskriminasi
Berdasarkan hasil penelitian, pelaku konversi agama diperlakukan tidak adil dan
didiskriminasikan oleh masyarakata adat setempat. Perlakuan tersebut diantaranya: Pertama,
ketika pemerintah memberi bantuan aliran irigasi ke lahan dan rumah supaya mendapatkan
air bersih, dan untuk pemenuhan kebutuhan air, masyarakat yang beragama Hindu
mendapatkannya, sedangkan bagi pemeluk agama Kristen tidak mendapat bantuan tersebut.
Kedua, ketika pemerintah memberikan bantuan beras bagi masyarakat di dusun
tersebut, masyarakat yang beragama Hindu mendapatkannya namun bagi orang yang
beragama Kristen (pelaku konversi) tidak mendapatkannya. Ketiga, mereka juga tidak
mendapatkan aliran listrik sebagai alat penerang pada saat itu, awal-awal ketika melakukan
konversi agama.
Keempat, terjadinya pembongkaran kuburan umat Kristen. Berdasarkan hasil
penelitian, pembongkaran kuburan terjadi ketika umat Kristen mendirikan kuburan sendiri
di tanah yang dibeli gereja dan dekat dengan gereja. Awalnya hal tersebut tidak menjadi
masalah karena tanah/tempat tersebut milik gereja dan jauh dari keramaian. Ada siktar 5-6
mayat yang sudah dimakamkan di tempat tersebut, semua adalah umat Kristen. Seiring
berjalannya waktu, hal tersebut dipermasalahkan oleh masyarakat adat setempat. Sehingga
timbulah suatu pertentangan antara masyarakat adat dengan orang Kristen pada waktu itu.
Dari pihak adat menginginkan mayat-mayat tersebut dibongkar dan dipindahkan ke
21
Ibid.,
73
pemakaman Hindu. Dengan sebuah dalih tidak boleh ada dua pemakaman di Dusun
Bukitsari.
Dalam peristiwa ini umat Kristen terutama pihak keluarga tidak setuju begitu saja.
Sehingga pada saat itu terjadi perdebatan dan hampir berujung pada konflik fisik kedua
umat bergama. Untuk menengahi hal tersebut maka datanglah Bupati, orang DPR,
Kepolisian dari Polda setempat, Bishop (ketua sinode GKPB) untuk menyelesaikan masalah
tersebut agar tidak berujung konflik fisik. Singkat kata pihak Kristen mengalah dan akhirnya
pembongkaran dilakukan oleh masyarakat setempat dan dimakamkan di pemakaman Hindu.
Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, menurut para pelaku konversi bahwa
dalih tidak boleh adanya dua pemakaman di daerah tersebut kuranglah beralasan. Mereka
beranggapan bahwa hal tersebut dilakukan untuk menekan orang Kristen agar murtad dari
Kristen dan kembali ke Hindu. Menurut mereka bahwa jikalau orang Kristen tidak memiliki
tanah kuburan sendiri maka mereka dengan sendirinya kembali ke Hindu. Hal itu terbukti
sejak peristiwa tersebut banyak orang Kristen yang kembali ke agama semula.22
3.5.3 Kecemburuan Sosial
Konversi agama yang dilakukan oleh beberapa KK di Dusun Bukitsari menimbulkan
kecemburuan sosial. Kecemburuan sosial bermula ketika beberapa masyarakat di daerah
tersebut melihat kehidupan orang Kristen lebih baik dan mulai mapan dalam hal ekonomi.
22
Hasil wawancara dengan Gareng dan Petruk (nama samaran) mereka adalah dua tokoh yang saat itu
cukup lama melayani di Bukitsari, terlebih saat kasus pembongkaran kuburan dibawah periode pelayanan mereka.
Wawancara dilakukan di Abianbase, pada tanggal 11 Februari, 2012. Informasi tersebut didukung oleh data yang
diperoleh melalui wawancara kepada Arjuna dan Rama (nama samaran) sebabagai pelaku konversi. Wawancara di
Bukitsari, pada tanggal 10 Februari, 2012.
74
Karena orang Kristen mendapatkan perhatian dan bantuan dari Sinode GKPB, baik dalam
pembibitan tanaman, pemeliharaan sapi, pengolahan tanah, sampai bahan pokok.
Kecemburuan sosial nampak ketika tanaman orang Kristen di kebun lebih baik dan
subur serta menghasilkan, dibandingkan dengan masyarakat sekitar. Pada saat itu tanaman
orang Kristen di rusak oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Mereka menduga ini
adalah perbuatan beberapa masyarakat setempat yang tidak dapat melihat orang Kristen
lebih berhasil.
Kemudian bagi masyarakat yang sudah Kristen, anak-anak mereka dititipkan di panti
asuhan. Sebuah yayasan dari sinode GPKB untuk memberikan pendidikan secara umum,
mendidik karakter, melatih mandiri, bahkan membantu mencarikan sponsor menyekolahkan
mereka sampai ke perguruan tinggi. Kecemburruan terjadi ketika ada orang Kristen
memiliki anak lebih dari 5 bisa sekolah dan hidup anak-anak mereka berhasil bahkan ada
yang menjadi sarjana, sedangkan ada masyarakat yang beranggapan memiliki anak 1 atau 2
kurang berhasil dan kurang dalam pendidikan. Dari hal tersebut membuat kecemburuan bagi
masyarakat setempat karena orang yang menjadi Kristen kebanyakan hidupnya lebih mapan
dan berhasil, baik dalam hal ekonomi maupun pendidikan.23
23
Hasil wawancara dengan Krisna (nama samaran) salah seorang tokoh yang pada saat itu melayani awal-
awal. Wawancara dilakukan Denpasar, pada tanggal 10 Februari, 2012. Ceirta/informasi ini dibenarkan oleh
jemaat/pelaku konversi bernama Arjuna dan Rama (nama samaraa) yang diwawancarai di Bukitsari, pada tanggal 11
Februari, 2012.
75
3.5.4 Tekanan psikologi
Keputusan beberapa kepala keluarga di Dusun Bukitsari melakukan konversi sangat
berdampak bagi kehidupan mereka yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Bagi
pelaku konversi merasa tertekan batinnya karena sikap-sikap masyarakat yang
memperlakukan mereka dengan tidak adil dan diskriminatif. Perlakuan tersebut sepertii:
tidak disalurkannya bantuan kepada mereka baik dalam pembagian beras, air, listrik, sampai
pada kasus pembongkaran kuburan. Bukan hanya itu saja, bahkan melakukan perusakan
tanaman.
Hal tersebut di rasa sangat berat dan secara psikologis batin mereka tertekan.
Awalnya kurang nyaman walau tinggal ditempat mereka sendiri, tempat dimana mereka
sudah sekian lama hidup dan tinggal di daerah tersebut. Ditambah lagi tekanan dari dalam
yaitu dari pihak keluarga dan saudara yang terkesan tidak suka dan terkesan mengajak
bermusuhan, karena kata-kata dan teguran yang keras dan memojokan. Namun sekarang
mereka sudah mulai belajar terbiasa dengan sikap dan perlakuan masyarakat setempat dan
dapat menerimanya. Menarik bahwa mereka mengatakan biar Tuhan yang membelas
perbuatan orang-orang yang memperlakukan mereka tidak adil dan diskriminasi.24
3.6 Kesimpulan
Dari pemaparan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa keadaan masyarakat
Dusun Bukitsari dulunya adalah miskin, terpencil, terisolasi, sudah tentu kekurangan sandang,
pangan dan papan. Kondisi kehidupan semacam inilah yang menyebabkan krisis dalam keluarga
mereka, sehingga mendorong mereka merantau mencari pekerjaan dan komunitas yang dapat
24
Hasil wawancara dengan Arjuna dan Rama ( nama samaran) dua kepala keluarga yang dahulu melakukan
konversi agama. Wawancara dilakukan di Bukitsari, pada tanggal 10 Februari, 2012.
76
menolong, dan akhirnya bekerja di Katung. Di tempat kerja inilah mereka mulai berjumpa dan
berinteraksi dengan orang Kristen. Perjumaan dan interaksi ini membawa sebuah perubahan
dalam hidup beberapa kepala keluarga dari Dusun Bukitsari. Perubahan tersebut berupa
semangat hidup, harapan untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka, harapan untuk maju,
termasuk berubahnya agama mereka. Hingga akhirnya melalui proses yang panjang dan didasari
berbagai faktor penyebab, mereka mengambil komiten untuk menjadi Kristen.
Keputusan beberapa kepala keluarga di dusun Bukitsari membawa konsekuensi atau
dampak bagi mereka secara pribadi maupun lingkungan sosial. Bagaimana mereka diperlakukan
tidak adil oleh masyarakat setempat, didiskriminasi, retaknya hubungan kekeluargaan baik
kekeluargaan dalam masyarakat adat maupun keluarga masing-masing pribadi, lunturnya
keharmonisan dan solidaritas masyarakat setempat terhadap mereka, mereka dicemburui oleh
masyarakat setempat karena kehidupan ekonomi sudah mulai tertata dengan baik, dan
tertekannya batin mereka.
Dari dampak sosial di atas menunjukan bahwa ada suatu tindakan-tindakan dari masyarakat
setempat yang kurang pas, kurang baik dan kurang tepat. Hal tersebut juga berdampak pada
kembali beberapa diantara mereka ke agama semula yaitu Hindu. Terlihat dari 18 Kepala
Keluarga (KK) yang Kristen, kini hanya tinggal 6 KK yang bertahan, dan 4 KK yang masih
menetap di Bukitsari, karena 2 KK lainya pindah ke daerah lain, tetapi tetap menjadi Kristen.