bab iii kemitraan global usaid dengan pemerintah kota
TRANSCRIPT
78
BAB III
Kemitraan Global USAID dengan Pemerintah Kota Malang Melalui
IUWASH PLUS dalam Kerangka Sustainable Development Goals (SDGs)
Dalam mensukseskan Sustainable Development Goals (SDGs), setiap
negara yang terlibat dan telah ikut berkomitmen di dalamnya harus memiliki
upaya penuh untuk mewujudkannya sesuai target yang ditentukan. Sebanyak 17
tujuan dengan target waktu dari tahun 2016 hingga tahun 2030 yang mana semua
tujuan tersebut merupakan permasalahan-permasalahan global yang harus
dihadapi semua negara melalui kemitraan global. Salah satu permasalahan global
yang dihadapi oleh semua negara adalah masalah sanitasi dan air bersih.
Masalah sanitasi dan air bersih memang sudah ada sejak adanya Millenium
Development Goals (MDGs), namun hal tersebut pada akhirnya hanya menjadi
sebuah target yang tidak mencapai angka yang telah ditetapkan. Maka dari itu,
dengan adanya SDGs diharapkan masalah sanitasi dan air bersih dapat
dituntaskan serta tidak hanya sekedar menjadi target, tapi juga memerhatikan
kualitas dalam pelaksanaannya. Dibutuhkan kemitraan global, komitmen dan
partisipasi setiap negara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Kemitraan
global dibutuhkan karena sesuai dengan hasil yang telah didiskusikan ke dalam
sebuah pertemuan KTT Rio yang secara tidak langsung merupakan komitmen
negara-negara di dunia yang tidak mampu melakukan pembangunan maupun
perbaikan lingkungan sendirian sehingga membutuhkan negara atau pihak lain
dalam upaya pelaksanaan pembangunan. Selain itu, kemitraan global yang
79
ditekankan juga digunakan untuk memperkuat agenda pembangunan pasca 2015
yang membawa dunia agar melaksanakan pembangunan berkelanjutan serta
menguatkan hubungan perangkat atau aktor-aktor yang terlibat di dalam
implementasi pembangunan berkelanjutan. Salah satu upaya dari kemitraan global
dalam menuntaskan persoalan sanitasi dan air bersih di Indonesia adalah melalui
program IUWASH PLUS. Program IUWASH PLUS dibentuk oleh USAID yang
bertujuan untuk membantu Pemerintah Indonesia dalam mengatasi masalah
sanitasi dan air bersih di Indonesia serta mendukung program nasional yang
sejalan dengan IUWASH PLUS, yaitu akses universal 100-0-100 (100% air
minum- 0% permukiman kumuh -100% sanitasi layak) yang telah diamanatkan
dalam RPJMN 2015-2019. Dalam bab ini akan dibahas hubungan kerjasama
dalam program IUWASH PLUS, Pemerintahan di Indonesia dengan program
penanganan masalah air bersih dan sanitasi di Indonesia.
3.1 Urgensi SDGs dan Tujuannya dalam Penanganan Masalah Air Bersih
dan Sanitasi serta Hidup Higienis
Berakhirnya Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang merupakan
kesepakatan global kemudian dilanjutkan dengan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) tetap membahas
dalam penanganan kemiskinan, kesenjangan dan perubahan iklim di dunia.
Terdapat 194 negara yang terlibat bersama PBB, civil society, serta para pelaku
ekonomi dari seluruh penjuru dunia..78
78 Sustainable Finance OJK, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, diakses dalam https://www.ojk.go.id/sustainable-finance/id/publikasi/prinsip-dan-kesepakatan-internasional/Pages/Tujuan-Pembangunan-Berkelanjutan.aspx (18/05/2019/, pukul 2:43 WIB)
80
Pada 25 September 2015 ditetapkannya SDGs yang di dalamnya terdiri
dari 17 tujuan global dengan 169 target yang ke depannya menjadi tuntunan
kebijakan serta perihal pendanaan yang diharapkan dapat tercapai pada tahun
2030. Tujuan dan target itu berdasarkan 3 (tiga) pilar pembangunan
berkelanjutan, yakni sosial, ekonomi dan ilingkungan. Sedangkan perbedaan
antara MDGs dengan SDGs adalah jika pada MDGs lebih menekankan pada
target saja tanpa memerhatikan kualitas dalam pelaksanaannya dan tidak
dijabarkan secara jelas serta tidak spesifik tujuan-tujuan dari target yang telah
ditetapkan. Berbeda dengan SDGs yang menjadi kelanjutannya, memiliki
penambahan target dan tujuan-tujuan yang dijabarkan secara jelas dan spesifik
serta dalam pelaksanaannya mengutamakan kualitas hingga benar-benar
pengurangan masalahnya dapat mencapai angka 0 (nol). Ada pun tujuan SDGs
dapat dilihat sebagai berikut:79
79 Sustainable Development Goals Indonesia 2030, Tujuan SDG, diakses dalam https://www.sdg2030indonesia.org/page/1-tujuan-sdg (18/05/2019, 3:46 WIB)
81
Tabel 3.1 Tujuan Sustainable Development Goals
No. Tujuan Strategi
1. Tanpa Kemiskinan Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun
2 Tanpa Kelaparan Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik dan
mendukung pertanian berkelanjutan
3 Kehidupan sehat dan sejahtera
Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk
semua usia
4 Pendidikan berkualitas Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga mendukung
kesempatan belajar seumur hidup bagi semua
5 Kesetaraan gender Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan
anak perempuan
6 Air bersih dan sanitasi layak Memastikan ketersediaan dan manjemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi
semua
7 Energi bersih dan terjangkau Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan
dan modern bagi semua
8 Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi
Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang
layak bagi semua
82
9 Industri, inovasi dan infrastruktur
Membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan membantu perkembangan
inovasi
10 Berkurangnya kesenjangan Mengurangi ketimpangan di dalam dan antar negara
11 Kota dan komunitas berkelanjutan
Membangun kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan
12 Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
13 Penanganan perubahan iklim Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya
14 Ekosistem laut Mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan yang
berkelanjutan
15 Ekosistem darat Melindungi, memulihkan dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap
ekosistem daratan
16 Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh
Mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan
17 Kemitraan global untuk mencapai tujuan
Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk
pembangunan yang berkelanjutan
Semua permasalahan di atas harus diselesaikan oleh setiap negara dan
permasalahan-permasalahan tersebut juga tak lain adalah masalah nasional.
Permasalahan-permasalahan tersebut juga saling berkaitan satu sama lain.
83
Misalnya saja masalah air bersih dan sanitasi berkaitan dengan kemiskinan,
kehidupan sehat dan sejahtera, kesetaraan gender, kota dan komunitas
berkelanjutan dan penanganan perubahan iklim. Maka dari itu, adanya
keterkaitan satu sama lain ialah sebuah satu kesatuan utuh permasalahan yang
umumnya sedang terjadi di setiap negara.
Masalah sanitasi dan air bersih tak hanya menjadi masalah nasional suatu
negara melainkan sudah menjadi masalah global. Kebutuhan akan sanitasi yang
layak dan dapat menikmati sumber air yang layak dikonsumsi merupakan
dambaan setiap orang. Sanitasi dan air bersih memang merupakan dua unsur yang
saling berkaitan satu sama lain dan menjadi kebutuhan mendasar manusia.
Namun, keberadaan jumlah air di dunia ini kian hari juga kian menipis ditambah
lagi dengan cara pemanfaatan masyarakat yang tidak sesuai. Pembuangan air
sembarangan yang tidak dilengkapi dengan penyaringan atau penampungan juga
memengaruhi kesehatan. Kurang terjaminnya akses sanitasi yang memadai bagi
masyarakat di permukiman kumuh tengah perkotaan. Pemandangan permukiman
yang berada di pinggir sungai, rel kereta api mengakibatkan berkurangnya tanah
resapan air yang ini juga menjadi bagian yang penting.
Kota-kota besar yang menjadi sasaran bagi masyarakat yang melakukan
urbanisasi juga merupakan salah satu faktor dari minimnya akses air bersih. Lahan
untuk tanaman dibabat habis untuk kawasan permukiman illegal yang nantinya
akan berdampak pada potensi kualitas air bersih dan terjangkaunya sanitasi yang
aman. Masyarakat yang belum dibekali pengetahuan yang cukup mengenai
pentingnya sanitasi serta kebutuhan air bersih juga rentan akan menderita penyakit
84
akibat dari lingkungan dan gaya hidup mereka yang kurang bersih atau higienis.
Meskipun di dalam MDGs sudah tercantum untuk menjaga kelestarian
lingkungan yang salah satunya adalah upaya untuk akses sanitasi dan air bersih,
namun hal tersebut masih menyisakan banyak persoalan. Hingga kini, sebagian
masyarakat belum mendapatkan akses air bersih yang terjangkau. Menjadi sebuah
ironi apabila sebuah negara memiliki sumber daya alam yang melimpah,
masyarakatnya belum bisa memperoleh air bersih dengan mudah. Bahkan,
beberapa lokasi yang sulit menjangkau air bersih letaknya berada tidak jauh dari
kota-kota besar.
Tidak semua lapisan masyarakat memiliki akses jamban keluarga yang
sehat. Selain jauh dari kehidupan yang bersih, masalah sanitasi dan air bersih juga
tidak bisa lepas dari masalah kemiskinan dan kesempitan hidup yang mana telah
membuat mereka tidak memiliki waktu untuk memikirkan akses air yang bersih
dengan biaya yang tidak sedikit. Tentunya hal tersebut masih bertolak belakang
dengan tujuan SDGs yang salah satunya adalah mengurangi kemiskinan.
Pelaksanaan SDGs akan berhasil dilaksanakan jika setiap negara berkontribusi
aktif serta memiliki kapabilitas dalam pelaksanannya. Akan tetapi, pada
kenyataannya tidak semua negara memiliki kapabilitas penuh dalam
menyukseskan tujuan-tujuan SDGs tersebut. Dengan adanya kemitraan global,
menjadi titik awal bagi negara-negara untuk dapat mengentaskan berbagai
persoalan global, sehingga negara dapat saling membantu satu sama lain untuk
melaksanakan SDGs secara bersama.
85
3.2 Kemitraan Global dalam Mengatasi Masalah Sanitasi dan Air Bersih di
Indonesia
Mengingat bahwa masalah sanitasi dan air bersih membawa dampak lain
seperti kemiskinan, ketimpangan gender dan masalah kesehatan serta
kesejahteraan, maka akan jauh lebih baik jika negara segera melakukan tindakan
untuk menuntaskan persoalan dasar tersebut. Meskipun itu adalah persoalan
nasional yang mendasar, namun diperlukan upaya yang cukup keras bagi
Pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Terlebih lagi
masalah-masalah tersebut merupakan bagian dari pembangunan di Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah banyak merancang rencana pembangunan yang
dilakukan di tiap-tiap daerah guna mengentas masalah akses sanitasi dan air
bersih yang kemudian ada hubungannya dengan kemiskinan. Masyarakat dan
lingkungan merupakan aspek yang menjadi prioritas paling utama dalam
penanganan masalah tersebut. Selain memberdayakan masyarakat dengan
memberi edukasi dan sosialisasi tentang sanitasi, pembangunan yang dilakukan
juga tetap memerhatikan lingkungan, mengingat pembangunan di tengah
perkotaan juga akan menimbulkan dampak ke depannya apabila lingkungan
menjadi rusak.
Kebutuhan terhadap air menjadi kebutuhan yang mutlak dan harus
dipenuhi. Pertama, dari seberapa banyak tubuh manusia membutuhkan air untuk
memudahkan proses metabolism tubuh. Kedua, dari segi kebutuhan aktivitas
sehari-hari. Dalam sehari-harinya, manusia sangat tidak dapat lepas dari air yang
dimanfaatkan untuk memasak, mandi dan mencuci. Akan tetapi, tidak ada cukup
86
air yang layak dikonsumsi pada kenyataannya. Komponen yang menyusun bumi
meliputi 98 persen air asin dan 2 persen air segar. Sumber air bersih yang dapat
dimanfaatkan oelh manusia di bumi adalah air tanah, sebab air tanah terletak di
bawah daratan dangkal. Ditambah lagi pertambahan populasi yang meningkat tiap
tahunnya dan menjadi penyebab lain tingginya pencemaran air. Akibat dari
pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol, maka dapat berdampak pada
berkurangnya resapan air.
Kemitraan global Indonesia dalam menghadapi masalah kesehatan dan
kebersihan khususnya dalam sanitasi dan air bersih telah dilakukan bersama Bank
Dunia dalam sebuah proyek yang berjalan dalam 10 tahun. Proyek tersebut
membantu masyarakat Indonesia melalui suatu kapasitas teknik untuk
merencanakan, mengelola serta mengajak masyarakat Indonesia menjaga
pentingnya air bersih, sanitsi dan meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat.80 Proyek yang telah berjalan tersebut telah meningkatan
perilaku bersih dan sehat di lingkungan masyarakat serta pengelolaan manajemen
pelayanan kesehatan masyarakat yang juga ternyata dapat diwaspadai jika
terjangkit penyakit yang disebabkan oleh konsumsi air dengan kualitas buruk.
Sebagai langkah awal bagi Indonesia dalam upaya pemberian akses sanitasi lebih
baik, masyakarat Indonesia juga mendapatkan bantuan teknis dari proyek tersebut
yang di dalamnya merupakan edukasi mengenai betapa pentingnya mengelola
sanitasi dan air untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu, proyek global ini telah
80
The World Bank, Indonesia: Proyek Kedua Air Bersih dan Sanitasi untuk Masyarakat Berpendapatan Rendah, diakses dalam https://www.worldbank.org/in/results/2011/07/26/indonesia-second-water-and-sanitation-for-low-income-communities-project (30/10/2019, 9:07 WIB)
87
berhasil mendorong Indonesia dalam peningkatan usahanya untuk memberikan
pelayanan akses kesehatan sanitasi di 2.294 desa, 37 kabupaten, 8 provinsi untuk
mencapai kualitas hidup dengan taraf yang lebih baik serta berkelanjutan.
Proyek dari Bank Dunia terkait masalah kesehatan dan kebersihan ini
berjalan sebagai upaya dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs).
Indonesia terlibat dalam proyek selama 10 tahun tersebut disebabkan Indonesia
sebagai negara dengan penghasilan menengah dan negara berkembang perlu
adanya penigkatan dalam kualitas pelayanan sanitasi untuk masyarakat miskin.
Indonesia juga menderita kerugian besar tiap tahunnya yang disebabkan oleh
buruknya kualitas sanitasi yang kemudian merambah pada masalah-masalah lain.
Dengan faktor tersebut maka dengan adanya kemitraan global melalui proyek
bersama dapat berpotensi meningkatkan kualitas sanitasi di Indonesia. Proyek
Bank Dunia bekerja sama dengan masyarakat lokal, institusi pendidikan, LSM
dan pusat-pusat kesehatan dalam kegiatan peningkatan perilaku bersih dan sehat
dan pengelolaan manajemen terhadap masyarakat untuk lebih waspada
terjangkitnya penyakit yang disebarkan melalui air. Selain itu, proyek tersebut
juga menjadi alternatif yang baik dalam pengelolaan pembuangan limbah yang
sering menjadi permasalahan serius apabila tidak diterapkan dengan benar
penerapannya oleh masyarakat. Bantuan teknis yang diberikan langsung kepada
masyarakat menjadikan suatu dorongan untuk masyarakat untuk membangun dan
mengelola sendiri fasilitas air dan sanitasi dan juga pengetahuan yang didapat
tidak hanya dimanfaatkan untuk lingkungan yang terbatas saja, melainkan
disebarkan pada lingkungan yang lebih luas lagi baik melalui pendidikan atau
88
informasi publik mengenai pentingnya meningkatkan kualitas sanitasi dan air
bersih yang dapat menjamin keberlangsungan hidup generasi berikutnya di masa
yang akan datang.
Dalam kurun waktu 10 tahun tersebut tidak mudah menjadikan proses
berjalannya proyek ini. Namun, sejalan dengan MDGs proyek ini ditunjang oleh
dana yang diperoleh melalui International Development Association (IDA)
sebesar USD 77,4 juta, lalu mendapat hibah dari AusAID dengan jumlah USD 6,5
juta serta pendanaan dari penerima manfaat lokal proyek ini USD 10,6 juta.81
Melihat dari kemitraan global yang memberikan banyak bantuan kepada
Indonesia serta mendukung pemerintah Indonesia untuk terus memperkuat sistem
kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat dan untuk sektor kesehatan dari
berbagai macam lembaga menjadi sebuah aspek yang dapat didukung terus
mengenai pengelolaan air dan sanitasi rumah tangga bagi masyarakat Indonesia
yang lebih membutuhkan akses tersebut.
Kekeringan menjadi akibat dari musim kemarau yang terjadi di Indonesia
dan mengurangi persediaan sumber air bersih. Tidak hanya mengurangi sumber
air bersih, namun hal tersebut dapat berpengaruh langung terhadap industri dan
kualitas lingkungan. Pada industri, hal ini dimanfaatkan untuk menyaring
makanan dan minuman dengan air yang tidak layak konsumsi. Maka dari itu,
dalam menghadapi masalah air bersih diperlukan peran aktif dari pemerintah,
sektor swasta dan keterlibatan masyarakat umum. Diharapkan ada kolaborasi
antara pihak-pihak tersebut untuk dapat mengatasi masalah air bersih. Tidak
81
Ibid.
89
hanya air bersih saja tapi juga sanitasi yang dapat dengan segera dituntaskan
permasalahannya. Keberadaan USAID menjadi hal yang sangat membantu
pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan persoalan sanitasi dan air bersih.
USAID memberikan bantuan pembangunan yang berfokus pada peningkatan
partisipasi masyarakat yang turut serta dalam perbaikan hidup yang sehat dan
bersih. USAID juga mendukung penuh tercapainya program nasional Pemerintah
Indonesia terkait terpenuhinya sanitasi dan air minum yang layak dan
pengurangan permukiman kumuh di perkotaan. Program tersebut sebagaimana
telah diamanatkan ke dalam RPJMN 2015-2019 menjadi tanggung jawab bagi
pemerintah untuk segera mewujudkannya. Program IUWASH PLUS menjadi
program yang sejalan dengan SDGs 2030 maupun universal access 100-0-100
serta melibatkan berbagai sektor pemerintahan dari berbagai bidang hingga
masyarakat.
Melalui USAID IUWASH PLUS, secara tidak langsung membantu
meningkatkan kapasitas kelembagaan, pemerintah dan masyarakat di Indonesia
untuk memahami betapa pentingnya hidup bersih dan sehat dengan melakukan
perbaikan terhadap sanitasi dan air bersih yang layak dikonsumsi bagi semua
lapisan masyarakat. USAID IUWASH PLUS tidak memberikan bantuan secara
fisik dalam bentuk uang, namun berkat adanya IUWASH PLUS ini pengetahuan
masyarakat tentang sanitasi dan air bersih menjadi bertambah serta menyadarkan
masyarakat bahwa hidup bersih dan sehat itu sangat penting dan menjadi
kebutuhan baik generasi sekarang untuk generasi yang akan datang. USAID
IUWASH PLUS dalam kinerjanya melakukan pendampingan kepada masyarakat
90
yang sekaligus dapat memberdayakan masyarakat dan menghubungkan aspirasi-
aspirasi mereka kepada pemerintah daerah mengenai masalah yang dihadapi,
seperti air bersih dan sanitasi hingga permukiman kumuh.
3.3 Hubungan IUWASH PLUS, Pemerintah dan Sustainable Development
Goals
Negara-negara yang telah terlibat dalam agenda global SDGs diharapkan
dapat memberi kontribusi nyata untuk mencapai tujuan-tujuan SDGs. Begitu juga
Indonesia, yang merupakan negara aktif dalam upaya pembangunan melalui
tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam SDGs. Untuk mencapai tujuan
pembangunan global tersebut, Pemerintah Indonesia juga melibatkan
kementerian/lembaga yang terkait, Filantropis, akademisi, pebisnis hingga LSM.82
Sesuai dengan pembahasan ini bahwa mengenai pencapaian SDGs di bidang
sanitasi dan air bersih, kolaborasi antar pemangku kepentingan tidak dapat
dipisahkan dengan kemitraan yang sebelumnya telah mendapat persetujuan
terlebih dulu dari Kementerian Perencanaan Pembangunan atau Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). BAPPENAS atau
Kementerian PPN merupakan langkah utama untuk melaksanakan kemitraan
dalam bidang pembangunan.
Sesuai dengan tujuan dalam SDGs yaitu tujuan ke-17 tentang kemitraan
global untuk pembangunan yang berkelanjutan bahwa pemerintah tidak bekerja
sendiri. Terdapat pula Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(Pokja AMPL) yang merupakan sebuah lembaga yang dibentuk dengan tujuan
82 Badan Pusat Statistik, 3BPS Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
91
sebagai wadah komunikasi dan koordinasi agar pembangunan air minum dan
sanitasi berjalan lebih baik. Pokja AMPL Nasional terdiri atas kementerian-
kementerian, meliputi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, dan Badan Pusat Statistik. Tidak hanya masalah air
minum saja, namun kemitraan tersebut juga ikut menangani permasalahan sanitasi
dan permukiman kumuh perkotaan yang juga selaras dengan tujuan SDGs, yaitu
tujuan 6 memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan
dan sanitasi bagi semua serta tujuan ke-11 membangun kota dan permukiman
yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan.
Keberadaan IUWASH PLUS juga telah disetujui oleh Pemerintah Pusat
yaitu Bappenas dan selanjutnya ditindaklanjuti ke pemerintah provinsi hingga ke
pemerintah daerah. Sama halnya dengan Pokja AMPL, baik IUWASH maupun
IUWASH PLUS menggandeng mitra dengan Bappenas, PUPR, Kemenkes,
Kemendagri, Kemenkeu dan KemenLH. Kemudian, tentu saja ada kelompok-
kelompok masyarakat yang dibutuhkan dalam kemitraan tersebut. Kelompok
masyarakat tersebut menjadi jembatan antara aspirasi masyarakat dari berbagai
kalangan dengan pemerintah untuk menyuarakan hak akan penutasan masalah
sanitasi dan air bersih yang sejalan dengan pelaksanaan SDGs di Indonesia.
92
3.3.1 Kesepakatan Kemitraan antara Pemerintah Kota Malang dengan
USAID IUWASH PLUS
USAID IUWASH PLUS melakukan kemitraan dalam bidang sanitasi dan
air bersih di Kota Malang yang mana Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang
dilibatkan adalah dengan bidang yang terkait, seperti
BAPPEDA/BARENLITBANG Kota Malang, Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang (DPUPR), Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
(DISPERKIM), Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, PDAM Kota Malang
dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian
Penduduk dan KB. Setelah mendapatkan persetujuan dari BAPPENAS, USAID
melakukan kesepakatan kemitraan antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada
tanggal 07 Oktober 2016 tentang Implementasi Program Indonesia Urban Water,
Sanitation and Hygiene, Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (IUWASH PLUS)
di Provinsi Jawa Timur. Setelah itu, Pemerintah Kota Malang dan USAID
IUWASH PLUS menandatangani Partnership Agreement yang diwakili oleh H.
Moch. Anton selaku Walikota Malang dan Louis O’Brien selaku Chief of Party
IUWASH PLUS. Sesuai dengan pasal 1 dan pasal 2 dalam perjanjian tersebut,
tujuan dari program IUWASH PLUS adalah untuk meningkatkan akses air minum
dan sanitasi di Kota Malang sebagai bagian dalam upaya mencapai target
Universal Access untuk air minum dan sanitasi.83
83 Kesepakatan Kemitraan antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan IUWASH PLUS tentang Implementasi Program IUWASH PLUS di Provinsi Jawa Timur, Oktober 2016, Hal. 2
93
Pasal 1
Tujuan
Tujuan Kesepakatan Kemitraan ini adalah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi di Kota Malang sebagai bagian dalam upaya mencapai target
Universal Akses untuk air minum dan sanitasi.Para Pihak akan memfasilitasi upaya penguatan kapasitas Pemerintah Kota Malang untuk peningkatan
kinerjanya.
Pasal 2
Ruang Lingkup
Para Pihak sepakat bahwa ruang lingkup Kesepakatan Kemitraan ini, adalah peningkatan akses air minum dan sanitasi bagi kelompok masyarakat miskin dan
rentan perkotaan di Kota Malang yang meliputi:
a. Peningkatan akses untuk air minum yang aman bagi masyarakat;
b. Peningkatan akses untuk sarana sanitasi yang layak bagi masyarakat;
c. Perbaikan kinerja pengelola layanan air minum, sanitasi dan higiene di tingkat kota.
Kesepakatan Kemitraan tersebut juga sebagai bentuk dukungan USAID
IUWASH PLUS terhadap Program Pemerintah terkait Akses Universal 2019 dan
menuju visi SDGs 2030 dalam pencapaian layanan air minum dan air limbah
domestik, yang mana Pemerintah Kota Malang menyatakan: 1) Berkomitmen
tinggi untuk pencapaiannya; 2) Berkomitmen tinggi untuk menjalin kemitraan
dengan program USAID IUWASH PLUS guna percepatan pencapaian target
tersebut.
Mengenai konsep bantuan luar negeri, jenis bantuan luar negeri yang
diberikan oleh IUWASH PLUS adalah bantuan hibah dengan jenis bantuan teknisi
94
atau tenaga ahli. Dalam kinerjanya, IUWASH PLUS hanya melakukan
pendampingan dan pemberian edukasi kepada masyarakat. Masing-masing daerah
di Indonesia terdapat tenaga ahli dengan personalia pendamping di tiap jalannya
program. USAID IUWASH PLUS memiliki 6 (enam) tenaga ahli di tiap-tiap
regional yang meliputi Urban Water Specialist, Urban Sanitation Specialist,
Wash Finance Specialist, Behavior Change and Marketing Specialist, Behavior
Change and Marketing Assistant dan Governance Specialist. Dengan adanya
bantuan dari IUWASH PLUS, maka Pemerintah Indonesia terutama pemerintah
daerah telah terbantu dalam pelaksanaan SDGs 2030 dalam bidang sanitasi dan air
bersih.
3.4 Deskripsi Keterkaitan Program IUWASH PLUS dengan Sustainable
Development Goals
IUWASH PLUS adalah program yang lebih berfokus pada kualitas
layanan air minum yang aman dan peningkatan akses untuk layanan sanitasi yang
layak bagi penduduk perkotaan. Meskipun sebelumnya telah ada pendahulunya,
yaitu IUWASH yang berfokus pada drainase, sampah, air limbah domestik,84
namun hal tersebut kemudian disempurnakan menjadi IUWASH PLUS
(Penyehatan Lingkungan untuk Semua) yang berfokus pada air dan sanitasi.
IUWASH pertama kali dibentuk sebelum IUWASH PLUS yang pada saat itu
memang bertugas untuk membantu Pemerintah Indonesia dalam upaya
pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) di bidang peningkatan
layanan sanitasi dan air bersih. Target yang harus dicapai oleh Pemerintah
84 Wawancara penulis dengan WASH Facilitator IUWASH PLUS Kota Malang, Eko Purnomo, Malang, 13 Mei 2019
95
Indonesia di bidang sanitasi dan air bersih dalam MDGs meliputi angka 68,87%
untuk akses air bersih sementara 62,41% untuk sanitasi.85 Angka-angka yang
ditentukan tersebut sedikit sulit bagi Indonesia untuk mencapainya sebelum tahun
2015. Melihat pada angka pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus
meningkat setiap tahunnya ditambah dengan adanya kesenjangan sosial antara
penduduk pedesaan dan perkotaan yang turut memengaruhi terhambatnya upaya
untuk pemenuhan target dari segi perilaku mereka, seperti kebiasaan Buang Air
Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka. Target MDGs untuk akses sanitasi
dan air bersih perkotaan telah tercapai dengan sanitasi mencapai angka 63 persen
dan air bersih dengan angka 70,97 persen. Meskipun angka tersebut menandakan
bahwa target sanitasi dan air bersih berhasil, namun tetap ada peningkatan
berkelanjutan, sebab dari angka tersebut belum sepenuhnya lapisan masyarakat
mendapatkan akses sanitasi layak dan air bersih yang juga disebabkan oleh
pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang kian meningkat pesat.
Maka dari itu, dengan adanya penyempurnaan menjadi IUWASH PLUS
adalah untuk meneruskan kembali dengan angka capaian yang berbeda setelah
tahun 2015 sekaligus mengupayakan untuk memastikan kembali bahwa semua
lapisan masyarakat tanpa terkecuali mendapatkan akses sanitasi dan air bersih
yang layak. Ada pun keterkaitan dalam pelaksanaan program IUWASH PLUS
dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Global yang sesuai dengan indikator-
indikator pada tujuan nomor 6 yang meliputi:86
85
Draft Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2011, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS),hal 9-13 86 Strategi Pencapaian Target dan Indikator SDGs 2030
96
1. Proporsi rumah tangga yang memiliki akses air minum layak
2. Proporsi rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak
3. Persentase total sumber air yang digunakan
Indikator-indikator tersebut harus dipenuhi semua negara dalam
pemenuhan kebutuhan mendasar masyarakatnya. Negara memiliki program
nasional yang bergerak di bidang sanitasi dan air bersih dan dalam
pelaksanaannya tidak luput peran dari pihak-pihak lain yang pada akhirnya
membentuk sebuah kemitraan. Kolaborasi dalam sebuah kemitraan tersebut
diharapkan dapat menjadi modal dasar pembangunan manusia yang berkualitas
melalui fokus pembangunan infrastruktur sanitasi dan air minum yang berkualitas
dan terjamin.
Sebelumnya, dalam era Millenium Development Goals (MDGs)
Pemerintah Indonesia sudah memiliki kemitraan dengan USAID IUWASH.
USAID IUWASH sudah berjalan di Indonesia sejak tahun 2011-2016 yang
kemudian dilanjutkan dengan IUWASH PLUS dan sejalan dengan Sustainable
Development Goals (SDGs). Sementara itu, tujuan utama IUWASH yaitu untuk
membantu Pemerintah Indonesia dalam mencapai target Millenium Development
Goals (MDGs). IUWASH dalam proyeknya menyelenggarakan berbagai program
yang mencakup empat komponen, yaitu:
1. Peningkatan kebutuhan
2. Peningkatan kapasitas
3. Lingkungan pendukung, dan
97
4. Hibah
Komponen lain seperti hal pendanaan yang disebut dengan hibah juga
dibutuhkan untuk menjadi penunjang meratanya pembangunan sektor sanitasi dan
air bersih yang bersumber atau dikelola oleh LSM setempat. Upaya-upaya lain
yang dilakukan IUWASH juga meliputi program PPSP (Program Percepatan
Sanitasi Perkotaan) dan STBM (Sanitasi Total Basis Masyarakat) di perkotaan.
Selain itu, IUWASH juga memiliki fokus untuk meningkatkan kapasitas PDAM
di Indonesia.
Misalnya di Jawa Timur, USAID IUWASH begitu tertarik untuk terus
meningkatkan perannya dalam kemitraan di antara keduanya, dikarenakan
tingginya apresiasi dan minat masyarakat Jawa Timur terhadap pentingnya
kesadaran Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sebelumnya, program
serupa juga dilakukan di 12 kabupaten/kota di Jawa Timur. Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat atau STBM memiliki definisi sebagai sebuah pendekatan
yang digunakan untuk merubah perilaku masyarakat yang sebelumnya kurang
memerhatikan kesehatan dan kebersihan lingkungan menjadi peduli akan gaya
hidup yang higienis serta mampu meningkatkan kualitas sanitasi yang dilakukan
melalui pemberdayaan masyarakat.87 STBM merupakan sebuah program
kesehatan yang memiliki indikator outcome dan output. Indikator outcome STBM
yakni menurunnya kejadian penyakit diare serta penyakit berbasis lingkungan
lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku masyarakat. Sementara untuk
indikator output STBM adalah :
87 STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), diakses dalam http://stbm.kemkes.go.id/app/about/1/about (29/08/2019, 10:13 WIB)
98
1. Setiap individu dan komunitas memiliki akses sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).
2. Setiap rumah tangga menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang terjamin keamanannya di rumah tangga.
3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas, seperti kantor, puskesmas, sekolah, terminal, pasar dan rumah makan harus menyediakan fasilitas yang mendukung nilai kesehatan dan kebersihan seperti fasilitas cuci tangan yang meliputi air sabun, sarana cuci tangan) sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
4. Setiap rumah tangga dapat mengelola limbahnya dengan benar.
5. Setiap rumah tangga juga dapat mengelola sampahnya dengan benar.88
Dalam penyelenggaraan STBM tersebut memiliki 3 (tiga) komponen yang
saling mendukung satu sama lain yang sebelumnya telah diatur ke dalam
PERMENKES Nomor 3 Tahun 2014, meliputi: 1) Penciptaan lingkungan yang
kondusif (enabling environment), 2) Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand
creation), 3) Peningkatan penyediaan akses sanitasi (supply improvement).89 Tiga
strategi tersebut disebut Komponen Sanitasi Total. Tiga komponen tersebut harus
sampai pada proses pencapaian, sebab jika tidak itu akan berpengaruh terhadap
ketidakmaksimalan dari 5 (lima) pilar STBM. Ada pun 5 (lima) pilar STBM
sebagai berikut:
1.) Stop BAB sembarangan
2.) Cuci tangan pakai sabun
88 Ibid. 89 Ibid.
99
3.) Pengelolaan air minum dan makanan
4.) Pengelolaan sampah, dan
5.) Pengelolaan limbah cair
Sebanyak 5 (lima) pilar penting STBM di atas menjadi acuan penting di
dalam pelaksanaan program STBM yang memiliki tujuan khusus yang tak lain
adalah untuk mengarahkan masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat
serta lebih meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mewujudkan kelestarian
lingkungan. Manfaat yang diperoleh pun juga akan didapatkan oleh masyarakat
apabila telah menerapkan hidup sehat yang ideal sesuai dengan kelima pilar
STBM. Namun, tentunya masih dibutuhkan upaya-upaya yang keras dan
berkelanjutan mengingat masalah-masalah yang ditimbulkan dari akses sanitasi
yang buruk juga menyebabkan anak-anak di Indonesia mengalami penyakit
seperti stunting.
Dalam lima tahun terakhir program IUWASH difokuskan pada
pendampingan instansi pemerintah dan lembaga kemasyarakatan. Pendampingan
tersebut memiliki maksud agar pemerintah ikut memiliki kepedulian khusus
terhadap masalah sanitasi dengan mengeluarkan sejumlah peraturan baik itu
biasanya berupa SK Bupati/Walikota atau Peraturan Daerah (Perda). Bahkan,
menurut IUWASH, seperti di Kota Malang sudah sangat baik dalam penanganan
air bersih, khususnya untuk kinerja PDAM yang juga telah menjadi contoh
terbaik di Indonesia. IUWASH memiliki harapan bahwa untuk menangani
masalah sanitasi di Indonesia tidak dapat berhenti begitu saja dan hanya
dilaksanakan pada periode tertentu atau sementara. Bukan berarti apabila
100
kemitraan sudah selesai, penanganan terhadap sanitasi juga ikut selesai. Sanitasi
merupakan masalah tanggung jawab bersama sepanjang masa demi kebutuhan
generasi yang akan datang.
Capaian tersebut juga tidak terlepas dengan penerapan pendekatan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang cukup konsisten dilakukan di
beberapa Kabupaten/Kota dalam melaksanakan strategi tiga komponen Sanitasi
Total; Demand Creation, Supply Improvement dan Enabling Environment.
Sementara itu, dampak yang terlihat dari strategi IUWASH tersebut adalah seperti
adanya dukungan Bupati/Walikota yang sangat kuat dan konkrit, adanya surat
edaran atau instruksi atau Peraturan Bupati yang dapat menguatkan dukungan
anggaran serta program kerja yang baik sehingga membuat utuh komitmen
menjadikan Kabupaten/Kota menjadi wilayah yang Open Defecation Free (ODF).
Tahun 2016 menjadi awal bagi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk
meneruskan capaian dari MDGs. USAID IUWASH kemudian berganti menjadi
USAID IUWASH PLUS yang berfokus pada sanitasi dan air bersih, karena
sebelumnya dalam IUWASH juga ikut menangani permasalahan sanitasi dan air
limbah domestik. Sebelumnya dalam IUWASH, area yang menjadi fokus di Jawa
Timur yang semula 12 Kabupaten/Kota kemudian berkurang menjadi 7
Kabupaten/Kota dalam IUWASH PLUS yang pelaksanaannya dari tahun 2016-
2021.. Untuk mencapai upaya tersebut, USAID IUWASH PLUS sendiri
101
melakukan kegiatan yang bertumpu pada empat komponen yang saling terkait,
seperti:90
1. Dalam tingkat rumah tangga dilakukan upayapeningkatan kualits air minum, sanitasi dan menumbuhkan kesadaran pentingnya perilaku higiene
2. Dalam tingkat kota/kabupaten dibutuhkan kinerja institusi yang berada pada sektor air minum, sanitasi dan perilaku higiene
3. Penguatan aspek pembiayaan yang dalam hal ini termasuk hibah
4. Memajukan advokasi, koordinasi dan komunikasi sektor Air Minum, Sanitasi dan Perilaku Higiene
Selain itu, terdapat empat komponen program USAID IUWASH
PLUS, sorotan selama periode pelaksanaan proyek yang meliputi:91
1. Perubahan Perilaku dan Pemasaran (Komponen 1)
Bekerjasama dengan dinas kesehatan, melaksanakan mobilisasi
masyarakat komprehensif di 102 kelurahan sasaran (hotspot) di
seluruh lokasi proyek USAID IUWASH PLUS yang fokusnya
adalah pemantauan dan evaluasi partisipatif yang dilakukan
oleh warga masyarakat (Tim Pemantauan dan Evaluasi).
Berpartisipasi aktif dalam kampanye Hari Cuci Tangan Pakai
Sabun Sedunia untuk mendukung STBM Kementerian
Kesehatan dalam mempromosikan praktik perilaku higiene di 9
90 USAID, Program USAID Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan untuk Semua (IUWASH PLUS), diakses dalam https://www.iuwashplus.or.id/what-we-do (20/05/2019, 9:10 WIB) 91 USAID IUWASH PLUS, Quarterly Progress Report 10 October-December 2018
102
kota dan kabupaten. Empat kegiatan di antaranya dilakukan di
tingkat sekolah dan melibatkan 894 siswa dari 11 sekolah
Mendukung Kementerian Kesehatan dalam merevisi kebijakan
nasional STBM untuk memastikan indikator target dan kriteria
sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di bidang
air minum dan sanitasi yang dikelola dengan aman.
2. Penguatan Kelembagaan WASH (Komponen 2)
Melanjutkan pelaksanaan program-program utama yang
mendukung penguatan kinerja PDAM melalui pengembangan
Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk mengurangi
kerugian komersial dan Pra-Kelayakan persiapan program Air
Tak Berekening
3. Memperkuat Lingkungan Pembiayaan Sektor WASH (Komponen
3)
4. Advokasi, Koordinasi, dan Komunikasi WASH Nasional
(Komponen 4)
Membantu Kementerian Kesehatan dan Sekretariat STBM
dalam melaksanakan pemberian penghargaan STBM nasional
berkelanjutan untuk mendorong upaya Pemerintah Daerah
dalam menjaga kesinambungan status Bebas BABS serta
menaiki tangga sanitasi untuk mencapai akses sanitasi aman.
103
Terus ikut membantu Pemerintah Indonesia dalam
mengembangkan kerangka kerja nasional untuk Rencana
Pengamanan Air Minum dengan memfasilitasi serangkaian
diskusi untuk memfinalisasi peta jalan, instrument dan sistem
pemantauan dengan melibatkan kementerian dan donor seperti
Bappenas, Kementerian PUPR, Kementerian Kesehatan, WHO
dan UNICEF.
3.4.1 Keterkaitan IUWASH PLUS dengan Universal Access 100-0-100 di
Kota Malang
Dalam kinerjanya di Kota Malang, USAID IUWASH PLUS selain
bermitra dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Malang
terkait dengan bidang sanitasi dan air bersih , juga mendapat bantuan dari Swiss
melalui SECO (Swiss State Secretariat for Economic Affairs) dan Jepang melalui
JICA (Japan International Cooperation Agency). 92 Swiss dan Jepang ikut
membantu Pemerintah Kota Malang dalam peningkatan infrastruktur sanitasi dan
air bersih dalam sektor pendanaan. Sedangkan dalam hal penguatan pemerhatian
terhadap kualitas air dalam tanah yang ada hubungannya dengan ketahanan tanah,
IUWASH PLUS juga berkolaborasi dengan APIK dan lebih banyak berjalan di
daerah hulu dan hilir sungai.93 Kualitas air dalam upaya untuk meningkatkan
hingga mempertahankannya ,. juga dibutuhkan adanya pengeboran sumber mata
92Wawancara penulis dengan WASH Facilitator IUWASH PLUS Kota Malang, Eko Purnomo, Malang, 13 Mei 2019 93 Wawancara penulis dengan Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan PDAM Kota Malang, M. Fauzan, 14 Mei 2019
104
air yang di sisi lain harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Sehingga,
ketika masyarakat mendapatkan pemenuhan hak penuh akan air bersih, namun
lingkungan juga tetap terjaga dan tidak rusak. Mengenai akses air minum Kota
Malang saat ini sudah mencapai 97%, namun perlu terus ada upaya untuk tetap
mempertahankannya. Dalam hal sanitasi, Kota Malang masih mencapai pada
angka 85% yang mana septic tank masih banyak mencemari lingkungan dan tidak
semua masyarakat Kota Malang memiliki septic tank di rumahnya. Ini juga
menunjukkan bahwa hanya sekedar memiliki septic tank di rumah tanpa
menggantinya selama bertahun-tahun ikut menyumbang masalah higienitas
lingkungan.
Sesuai dengan Kesepakatan Kemitraan antara USAID IUWASH PLUS
dengan Pemerintah Kota Malang, USAID IUWASH PLUS mendukung penuh
upaya Pemerintah dalam peningkatan sanitasi layak, pengurangan kawasan kumuh
perkotaan dan peningkatan kapasitas air bersih yang aman dan layak dalam
Universal Access 100-0-100 yang juga diamanatkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2015-2019.
3.4.2 Alasan Kota Malang Terpilih Dalam Proyek USAID IUWASH PLUS
Kota Malang menjadi salah satu kota di Indonesia yang termasuk ke
dalam proyek USAID IUWASH PLUS terkait peningkatan kualitas air bersih dan
sanitasi perkotaan. Kota Malang merupakan kota padat penduduk kedua setelah
Surabaya di Provinsi Jawa Timur. Luas wilayah Kota Malang yakni 110,06 km2
yang di dalamnya terbagi 5 (lima) kecamatan ; Kecamatan Kedungkandang,
Kecamatan Sukun, Kecamatan Blimbing, Kecamatan Lowokwaru dan Kecamatan
105
Klojen.94 Tingkat urbanisasi di Kota Malang tergolong tinggi, hal ini disebabkan
Kota Malang merupakan kota pendidikan yang memiliki banyak perguruan tinggi
negeri maupun swasta, sehingga banyak pendatang baru terutama mahasiswa
dari luar kota Malang. Hal ini pula yang memicu pertambahan kebutuhan lahan
yang meningkat untuk tempat tinggal di tengah perkotaan. Terutama mulai
meningkatnya aktivitas pembangunan di tengah perkotaan Malang, seperti
pembangunan apartemen dan perumahan-perumahan baru. Selain menjadi kota
pendidikan, Kota Malang juga dijuluki sebagai kota wisata yang tentunya
memiliki beragam destinasi wisata yang cukup menarik bagi para wisatawan
baik dalam negeri maupun luar negeri. Daya tarik masyarakat luar kota Malang
pun sangat tinggi, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berkeinginan untuk
tinggal menetap di Malang.
Dengan adanya kondisi seperti itu, maka ke depannya juga memengaruhi
pertambahan jumlah dan tingkat kepadatan penduduk kota Malang. Pertambahan
penduduk di Kota Malang meningkat sekitar 1,58% setiap tahunnya.95
Pertambahan penduduk tersebut disebabkan karena adanya pendatang baru dari
luar kota Malang. Dalam tulisan ini, penulis menyajikan data terkait pertambahan
serta tingkat kepadatan penduduk Kota Malang sesuai dengan rentang waktu
penelitian yakni tahun 2016-2018. Jumlah penduduk Kota Malang per 31
Desember 2016 ialah 895.387 yang tersebar di 5 Kecamatan.96 Dari 5 kecamatan
94 Kota Malang Dalam Angka 2016, hal.3 95 Sany Eka Putri, Penduduk Kota Malang Bertambah 1,58 Persen Tiap Tahun, diakses dalam https://suryamalang.tribunnews.com/amp/2016/05/30/penduduk-kota-malang-bertambah-158-persen-tiap-tahun?page=2 (26/07/2019, 10:18 WIB) 96 Peraturan Walikota Malang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018, hal. 25
106
di Kota Malang, jumlah penduduk terbanyak berada pada kecamatan
Kedungkandang dengan 208.979 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit adalah
Kecamatan Klojen dengan 110.136 jiwa ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Kota Malang Berdasarkan Kecamatan Per 31 Desember 2016
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Persentase
Terhadap
Jumlah
Penduduk
Kota (%)
Jumlah KK
1. Kedungkandang 208.979 23 63.580
2. Sukun 206.612 23 64.154
3. Klojen 110.136 12 35.739
4. Blimbing 196.847 22 61.278
5. Lowokwaru 172.813 19 53.676
Total 895.387 100 278.427
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Diolah)
Sedangkan dari segi kepadatan penduduk, Kecamatan Klojen merupakan
wilayah yang paling padat penduduknya, sementara Kecamatan Kedungkandang
merupakan wilayah yang paling rendah penduduk yang ditunjukkan pada tabel
sebagai berikut :
107
Tabel 3.3
Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Malang Berdasarkan Kecamatan
Per 31 Desember 2016
No
Kecamatan
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
Luas Wilayah
(Km2)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km2)
1. Kedungkandang 208.979 39,89 5.239
2. Sukun 206.612 20,97 9.853
3. Klojen 110.136 8,83 12.473
4. Blimbing 196.847 17,77 11,077
5. Lowokwaru 172.813 22,60 7.647
Total 895.387 110,06 8.135
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Diolah)
Dari data-data yang telah disajikan seperti di atas, untuk tahun-tahun
berikutnya terus terjadi kenaikan tiap tahunnya baik itu dari segi kepadatan dan
jumlah penduduk yang diolah setiap akhir tahunnya. Keterkaitan dua hal tersebut
sangat erat dengan kepadatan bangunan-bangunan di Kota Malang yang ke
depannya juga berakibat pada meningkatnya kawasan permukiman kumuh,
masalah sanitasi dan air bersih.
108
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk Kota Malang Berdasarkan Kecamatan Per 31 Desember 201797
No.
Kecamatan
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Persentase Terhadap Jumlah
Penduduk Kota (%)
Jumlah KK
1. Kedungkandang 212.459 24 65.582
2. Sukun 209.053 23 65.999
3. Klojen 110.073 12 36.396
4. Blimbing 198.428 22 62.638
5. Lowokwaru 174.152 19 54.919
Total 904.165 100 285.534
Sumber: Sistem Informasi Pembangunan Daerah
Kecamatan Klojen menjadi daerah paling padat penduduk dilihat dari
tingkat kepadatan penduduk dan Kecamatan Kedungkandang merupakan daerah
dengan tingkat kepadatan penduduk paling rendah yang ditunjukkan ke dalam
tabel berikut:
97 Demografi Kota Malang dalam Peraturan Walikota Malang Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Malang Tahun 2019
109
Tabel 3.5
Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Malang Berdasarkan Kecamatan
Per 31 Desember 201798
No.
Kecamatan
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Luas Wilayah (Km2)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km2)
1. Kedungkandang 212.459 39,89 5.236
2. Sukun 209.053 20,97 9.969
3. Klojen 110.073 8,83 12.465
4. Blimbing 198.428 17,77 11.166
5. Lowokwaru 174,152 22,60 7.706
Total 904,165 110,06 8.215
Sumber: Sistem Informasi Pembangunan Daerah
Selain kepadatan penduduk seperti yang sudah ditunjukkan di atas, ada
pun hal tersebut juga diikuti dengan naiknya tingkat pertumbuhan bangunan-
bangunan atau gedung, seperti mall, ruko, hotel atau villa hingga apartemen yang
kini sedang gencar-gencarnya dalam proses pembangunan yang kemudian ini
juga tidak dapat dipisahkan dengan bisnis. Semakin berkembangnya
pembangunan perkotaan yang terletak di pusat kota juga ikut memengaruhi
pemenuhan kebutuhan masyarakat disertai dengan pertumbuhan ekonomi yang
98 Ibid.
110
tinggi pula. Secara tidak langsung membuktikan bahwa Kota Malang adalah kota
di Indonesia yang cukup strategis dari berbagai aspek dan tepat dijadikan untuk
pembangunan yang melibatkan berbagai sektor terutama sektor asing dari luar
Indonesia, seperti USAID.
Namun, pernyataan di atas dalam kenyataannya menimbulkan masalah
yang cukup serius. Bertambahnya penduduk berarti bertambah pula tingkat
permukiman atau perumahan yang ada di perkotaan. Lahan terbuka begitu
penting untuk upaya pembangunan terus-menerus dan dampaknya juga merugikan
lingkungan. Misalnya, mulai berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
seharusnya masyarakat perkotaan tetap memiliki hak akan fasilitas RTH tersebut.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) begitu penting bagi masyarakat dan harus
disediakan minimal 30% dari luas wilayah kota.99 Padahal, Ruang Terbuka
Hijau memiliki berbagai manfaat, seperti:
1. Fungsi Ekologi: RTH dijadikan sebagai paru-paru kota atau wilayah. Tumbuhan hijau dapat menyerap kadar karbondioksida (CO2), menambah oksigen, menurunkan suhu dengan kesejukan tanaman, menjadi area resapan air dan dapat meredam kebisingan kota.
2. RTH dapat menjadi ruang tempat warga dapat bersilaturahmi dan berekreasi
3. Fungsi Estetis: RTH dapat memperindah permukiman, kompleks perumahan, perkantoran, mall, sekolah.
4. Fungsi planologi: RTH juga dapat menjadi pembatas antara satu ruang dengan ruang lainnya yang memiliki perbedaan dalam peruntukannya.
5. Fungsi pendidikan: terdapat satwa dan tanaman yang ada di RTH yang tentunya dapat menjadi sarana pembelajaran. Anak-anak sekolah secara
99 Pendampingan Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Kota Malang, hal 2-67
111
tidak langsung juga mendapatkan pelajaran soft skill yang tidak mereka dapatkan di sekolah.
6. Fungsi ekonomis: Jenis-jenis tanaman yang tumbuh di area RTH dapat memiliki nilai jual dan nilai konsumsi yang ekonomis. 100
Selain bergesernya RTH, kepadatan penduduk dan bangunan juga memicu
masalah dalam aspek kebutuhan air bersih dan sanitasi. Seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk tiap tahunnya, maka ini juga akan
berpengaruh terhadap pembangunan lahan untuk kawasan perumahan dan
pemukiman di perkotaan. Pembangunan tersebut juga harus memperhatikan
aspek lingkungan baik itu air bersih, drainase, jalan lingkungan, sanitasi serta
persampahan. Beberapa permasalahan mendasar yang dihadapi dalam urusan
perumahan:
1. Belum disusunnya mengenai Rencana tata bangunan dan lingkungan
2. Sungai masih menjadi tempat bagi masyarakat untuk MCK/BABs
3. Masih ditemui permukiman kumuh di beberapa wilayah tengah kota,
4. Minimnya akses air bersih untuk masyarakat permukiman perkotaan
5. Belum maksimalnya penataan drainase permukiman
6. Pelayanan sanitasi belum menjangkau seluruh wilayah Kota Malang101
100 6 Manfaat Ruang Terbuka Hijau, diakses dalam http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/knowledge/detail/6-manfaat-ruang-hijau-terbuka (pukul 12:35 WIB, 21/06/2019) 101 Pemerintah Daerah Kota Malang, Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Malang Tahun 2013-2018, hal IV-20