bab iv analisis data a. menapaki peta dakwah di kampung ...digilib.uinsby.ac.id/14284/7/bab 4.pdfa....

51
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1 BAB IV ANALISIS DATA A. Menapaki Peta Dakwah di Kampung Ugar dan Perkembangannya Kota Fakfak dijuluki sebagai ―Serambi Mekkahnya Papua‖ nilai-nilai filosofi dari julukan ini diharapkan Islam bisa berkembang pesat dan bukan hanya sebatas simbol Islam namun benar-benar menjadi mercusuar perkembangan Islam di Bumi Cenderawasih (Fakfak) dan Pulau Papua pada umumnya. Berpijak pada gambaran umum kabupaten Fakfak pada pembahasan sebelumnya. Pembahasan pada bab ini terkait poin-poin penting yang hendaknya diketahui bagi para pendakwah sebelum melakukan dakwahnya di pedalaman Fakfak khususnya di kampung Ugar. Dakwah merupakan suatu upaya dan proses sosial yang berkelanjutan, konseptual serta adanya interaksional di antara elemen masyarakat bertujuan mengantarkan dan membimbing masyarakat kepada tatanan ideal sesuai dengan pesan-pesan ilahi dalam Al Qur‘an ataupun sabda Rasulullah. Eksistensi aktivitas dakwah merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa bersentuhan dan berinteraksi dengan masyarakat, oleh karenanya aktivitas dakwah sedikit banyaknya akan melibatkan setiap elemen tersebut bila dihadapkan dengan berbagai problematika dakwah. Aktivitas dakwah di Kabupaten Fakfak pada umumnya memiliki keistimewaan dan keunikan tersendiri, setidaknya terdapat tiga elemen yang saling mendukung dan berkaitan erat, tak mungkin dipisahkan satu sama lainnya. Ketiga elemen ini adalah: Pertama: Kekuasaan. kekuasaan yang dimaksudkan antaralain para pemangku

Upload: dangtuyen

Post on 25-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Menapaki Peta Dakwah di Kampung Ugar dan Perkembangannya

Kota Fakfak dijuluki sebagai ―Serambi Mekkahnya Papua‖ nilai-nilai

filosofi dari julukan ini diharapkan Islam bisa berkembang pesat dan bukan hanya

sebatas simbol Islam namun benar-benar menjadi mercusuar perkembangan Islam

di Bumi Cenderawasih (Fakfak) dan Pulau Papua pada umumnya. Berpijak pada

gambaran umum kabupaten Fakfak pada pembahasan sebelumnya. Pembahasan

pada bab ini terkait poin-poin penting yang hendaknya diketahui bagi para

pendakwah sebelum melakukan dakwahnya di pedalaman Fakfak khususnya di

kampung Ugar. Dakwah merupakan suatu upaya dan proses sosial yang

berkelanjutan, konseptual serta adanya interaksional di antara elemen masyarakat

bertujuan mengantarkan dan membimbing masyarakat kepada tatanan ideal sesuai

dengan pesan-pesan ilahi dalam Al Qur‘an ataupun sabda Rasulullah.

Eksistensi aktivitas dakwah merupakan bagian yang tak terpisahkan dan

senantiasa bersentuhan dan berinteraksi dengan masyarakat, oleh karenanya

aktivitas dakwah sedikit banyaknya akan melibatkan setiap elemen tersebut bila

dihadapkan dengan berbagai problematika dakwah. Aktivitas dakwah di

Kabupaten Fakfak pada umumnya memiliki keistimewaan dan keunikan

tersendiri, setidaknya terdapat tiga elemen yang saling mendukung dan berkaitan

erat, tak mungkin dipisahkan satu sama lainnya. Ketiga elemen ini adalah:

Pertama: Kekuasaan. kekuasaan yang dimaksudkan antaralain para pemangku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

kekuasaan di Kabupaten Fakfak adalah Bupati selaku Pemerintah Daerah dan

Raja-raja dari setiap pertuanan di Fakfak. Saat ini setiap pertuanan di kabupaten

Fakfak telah di lembagakan dalam sebuah Dewan Adat Mbaham Matta1, serta

Para tokoh Agama. Kedua: Tradisi dan Budaya, yakni tradisi dan budaya pribumi

dan akulturasi antara tradisi lokal dengan tradisi dan budaya dari berbagai suku

lain dari dalam dan luar Papua. Ketiga: Agama, yakni Islam, Kristen dan Katolik,

yang saat ini tersebar dan berkembang di kabupaten Fakfak dan kemudian ketiga

agama ini dijadikan sebagai agama keluarga.

Ketiga unsur dan elemen diatas tercermin dalam sebuah semboyan ―Satu

Tungku Tiga Batu‖2 sebagai perwujudan kearifan lokal dan kekeluargaan

masyarakat Fakfak baik di perkotaan maupun pedalaman. Oleh karenanya dengan

adanya istilah atau simbol kekeluargaan inilah yang menjadikan berbagai bentuk

perbedaan, baik perbedaan suku, bahasa, tradisi, budaya, warna kulit, bentuk

rambut bahkan agama sekalipun merupakan satu kesatuan yang harus dijunjung

tinggi dan saling menghormati. Safar Biaruma selaku kepala suku kampung Ugar

memaknai istilah ―Satu Tungku Tiga Batu‖ bahwa: Kami berasal dan terlahir dari

1Dewan Adat Mbaham-Matta didirikan di Fakfak tahun 2007 berfungsi sebagai wadah penyalur

aspirasi dari setiap suku-suku dan berperan mengendalikan konflik social melalui jembatan

aspirasi dengan pemerintah, selain itu dewan ini juga bertindak sebagai penengah atau penasehat

apabila terjadi persoalan-persoalan di antara suku ataupun persolan terjadi antara berbagai suku

dengan pemerintah. Sutran Pattawara, Wawancara, Fakfak, 20 Maret 2016. Lihat juga: Saidin

Ernas dkk, ―Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial: Belajar dari Masyarakat Fakfak di

Propinsi Papua Barat‖, Jurnal Harmoni, Vol. 13, No.1 (Januari- April 2014), 31 2Terdapat beberapa penafsiran terhadap konsep atau symbol ―Satu Tungku Tiga Batu‖, ada yang

memaknai satu tungku sebagai tiga Batu ibarat Kekuasaan (Pemerintah), Tradsi dan Budaya.

Penafsiran lainnya satu tungku ibarat satu Rumah dan Tiga batu yakni Islam, Kristen dan Katolik.

Lihat: Suparto iribaram,‖Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivitas Masyarakat di Teluk

Patipi Fakfak Papua‖, (Bangka Belitung: Kumpulan Makalah Yang di Presentasekan pada The 11

th Annual Conference On Islamic Studies, 2011),hlm. 148

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

satu leluhur, meiliki satu kebudayaan dan tradisi, perbedaan keyakinan dan

kepercayaan jangan dijadikan sebagai penyebab perpecahan dan permusuhan,

namun saling menghormati dan menyayangi antar sesama.3Sementara itu Kepala

Seksi Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Islam Kabupaten Fakfak memandang

konsep “Satu Tungku Tiga Batu” memiliki dua sisi penafsiran, bila ditinjau

dengan kacamata toleransi dan sosial budaya dan kemasyarakatan, konsep ini

sangat bagus untuk diterapkan di Fakfak yang multikultural memiliki tujuan

menjaga kerukunan antar budaya dan perdamaian namun, konsep ini hendaknya

dibarengi dengan pemahaman dan praktek yang benar, ajaran Islam sangat

menganjurkan hidup tasamauh (toleransi dan tenggang rasa), namun prakteknya

terkadang mencampur adukkan pada hal-hal yang sifatnya prinsip, pokok dan

mendasar (usul keimanan), inilah praktek yang tidak benar serta pemahaman yang

salah.4Faktor inilah yang hendaknya dijadikan tonggak terpenting, sebagai

loncatan dan langkah awal bagi seorang pendakwah sebelum merumuskan strategi

dan konsep dakwahnya di pedalaman Fakfak. Acep aripuddin menekankan dalam

bukunya ―Dakwah antar Budaya‖, bahwa aktivitas dakwah di era ini dituntut

untuk melakukan berbagai pendekatan-pendekatan dakwah dan lebih bisa

mengayomi dan mempertimbangkan budaya-budaya masyarakat tertentu5. Senada

dengan apa yang disampaikan oleh Kepala BIMAS Islam Fakfak, tatkala

mengomentari tentang perkembangan dakwah di perkotaan maupun pedalaman

Fakfak, menurut beliau bahwa dakwah di kabupaten Fakfak sebaiknya bersinergi

3 Safar Biaruma, Wawancara, Ugar, 6 April 2016.

4 Jumroni, Wawancara, Fakfak, 12 April 2016

5 Acep Aripudin, Dakwah Antar Budaya”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

diantara elemen-elemen terkait yaitu pemerintah, tokoh adat dan tokoh agama

bekerjasama dan bersatupadu dengan memanfaatkan para da‘i non PNS, guru-

guru ngaji (TPA/TPQ) ataupun menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai

lembaga dakwah serta melakukan controling secara continue dan mengarahkan

setiap da‘i yang didatangkan atau dikirim ke Fakfak untuk berdakwah sehingga

pemerintah dapat membantu mengarahkan para da‘i tersebut ke pedalaman-

pedalaman Fakfak yang sekiranya membutuhkan juru dakwah.6 Menambahkan

dari penelitian yang tertuang dalam skripsi Zaeni Ulumuddin,7bahwa sebatas

peran tokoh agama dalam mengembangkan dakwah Islam dan komunitas muslim

di kabupaten Fakfak tidak begitu membawa pengaruh yang besar bila tanpa

adanya dukungan dari berbagai elemen terkait, dan dakwah tidak hanya terdiri

dari peran subjek dakwah namun semua unsur dalam dakwah memiliki peran

penting, saling terkait dan saling menopang sehingga bagi seorang pendakwah

hendaknya mempertimbangkan semua unsur terkait sebelum melakukan

dakwahnya.

B. Kekuasaan, Tradisi dan Agama serta Pengaruhnya terhadap Dakwah

di Kampung Ugar

Keberadaan Islam di Semenanjung Onin khususnya wilayah Kokas melalui

proses yang sangat panjang, seiring dengan masuknya Islam maka seiring pula

dakwah Islam berangsur-angsur kian berkembang. Telah disebutkan bahwa

6Jumroni, Wawancara, Fakfak 12 April 2016.

7Lihat. Zaeni Ulumuddin,―Peran Tokoh Agama Bagi Perkembangan Komunitas Muslim Di Fakfak

Papua Barat‖ (Skripsi—Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

dakwah di Kampung Ugar setidaknya sangat dipengaruhi oleh tiga elemen penting

berikut:

1. Kekuasaan (Pemerintahan)

Kampung Ugar adalah kampung yang berada di wilayah pesisir Selatan

Teluk Berau pertuanan (kerjaan) Sekar – Distrik Kokas atau sebelah Utara Kota

Fakfak. Kerjaan Sekar sendiri dikelilingi oleh kerjaan Islam lainnya antara lain

kerjaan Arguni di Pulau Arguni dan Kerajaan Wertuar di Kokas. Ketiga kerajaan

ini terletak di Pesisir Teluk Berau-Kokas. Sistem kerajaan turun temurun yang tak

lain adalah warisan dari kerajaan kesultanan Bacan-Tidore masih terus berjalan

sampai detik ini. Proses dakwah di kampung Ugar sangat tergantung pada peran

aktif dan kerjasama para pemangku kekuasaan atau pemerintahan di daerah ini

(Ugar) yakni kepala Distrik Kokas dan Raja Sekar. Namun Raja memiliki otoritas

yang lebih bila dibandingkan dengan seorang kepala Distrik. Sistem kerajaan yang

ada pada kerjaan Sekar tak ada perbedaan dengan keenam pertuanan lainnya.

namun disini terdapat keunikan pada sistem kerajaan yang terdapat pada ketujuh

pertuanan di Fakfak antara lain:

a. Ruang lingkup kekuasaannya lebih luas maksudnya bahwa ruang lingkup

kekuasaan pemerintahan kerajaan meliputi wilayah yang cukup luas

mencakup sejumlah kampung yang jarak letaknya berjauhan satu sama

lainnya serta memiliki latar belakang asal usul dan bahasa yang berbeda.

b. Sistem kerajaan merupakan hasil proses akulturasi antara kebudayaan dan

tradisi di Papua disatu pihak dan kebudayaan-kebudayaan Maluku dipihak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

lainnya. Akulturasi dari dua kebudayaan besar ini dapat terlihat pada

masyarakat yang mendiami sepanjang pesisir sebelah barat dan pulau-

pulau sekitar Kepala Burung dan daerah pesisir selatan papua mulai dari

Semenanjung Onin di sebelah barat sampai dengan daerah Kapia di

Mimika Barat sebeleh Timur.

c. Keunikan Sistem kekuasaan di kerjaan-kerajaan semenanjung Onin

menganut dua sistem yaitu sistem kerajaan dan sistem Ondoafi yaitu sama-

sama mengenal sistem pewarisan kekuasaan namun sistem kerajaan

berorientasi pada perdagangan sementara sistem Ondoafi pusat

orientasinya adalah agama.

Seorang Raja memiliki otoritas yang lebih bila dibandingkan otoritas

seorang Kepala Distrik, disebabkan Raja yang dipilih berasal dari satu keturunan

dan satu keluarga secara turun menurun sehingga menambah erat dan kuatnya

otoritas seorang Raja di masyarakat bila dibandingkan dengan otoritas seorang

kepala kampung, kepala distrik atau kepala daerah yang hanya menjabat pada

jangka waktu yang terbatas. Kendati demikian seorang Kepala Daerah memiliki

peran penting dan sangat dihormati oleh para Raja dan masyarakat yang

dipimpinya oleh karenanya dalam proses dakwah khususnya di Kampung Ugar

sangat dibutuhkan peran aktif dan kerjasama di antara pemangku kekuasaan yaitu

Raja dan Pemerintahan Daerah (Bupati maupun kepala Distrik). Berdasarkan pada

pemaparan umum tentang profil masyarakat Ugar pada bab sebelumnya bahwa

dalam sistem Ondoafi seorang Imam masjid memiliki otoritas penuh dalam hal

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

keagamaan (Ibadah), seorang Imam membantu Raja dalam menjalankan dan

bertanggung jawab terhadap berbagai aktivitas keagamaan dan menjaga kemanan

dan kestabilan masyarakat dalam mematuhi adat istiadat yang berlaku, gelar

jabatan kepemimpinan di kampung Ugar disebut dengan Kapitan yaitu gelar yang

diberikan oleh kesultanan Bacan dan Tidore. Jabatan dan fungsinya tersebut tak

dapat diwakilkan kepada selain Imam yang telah dipilih secara turun temurun ini8,

sistem pertuanan inilah yang dianut oleh mayoritas kerajaan-kerajaan di

semenanjung Onin termasuk Kampung Ugar. Relasi dan hubungan kerjasama

antara Raja Sekar dan Kepala Distrik sangat membantu memudahkan proses

dakwah di kampung Ugar, para da‘i melalui rencana dakwah yang terhimpun

dalam sebuah organisasi dakwah, kemudian dimediasi pemerintah dan bekerja

sama dengan pemangku adat setempat yang merekomendasikan da‘i tersebut

kepada Imam setempat guna membantu melakukan aktivitas dakwah dikampung

atau suku yang merupakan target dakwahnya. Langkah demi langkah ini yang

ditempuh oleh para da‘i dari yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) tatkala

merintis dakwah di berbagai perkampungan dan pedalaman di Fakfak yang pada

puncaknya sukses melakukan Jambore Dakwah Internasional yang berlokasi di

Kampung Ugar-Kokas pada akhir tahun 2014 M. Rio Siregar selaku panitia

pelaksana menceritakan bagaimana perjuangannya bersama teman-temannya

meyakinkan masyarakat Ugar dalam menyukseskan kegiatan tersebut. Ia

mengakui bahwa kerjasama dan peran aktiv pemerintah dan para pemangku adat

8 Bonefasius Bao, (Kuatnya kekuasaan Ondoafi Di Tengah Masyarakat Urban: Studi Tentang

kekuasaan Ondoafi di Kota Jayapura Papua).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

(Raja) sangat membantu dan berkonstribusi dalam proses dakwah di Ugar. Tahap-

tahap ini pula yang ditempuh oleh Fadlan Garamatan selaku Ketua dan pendiri

Yayasan AFKN dalam melakukan dakwahnya di pedalaman Papua khususnya di

Pulau Ugar yang tak jauh dari Kota kelahirannya (Kepulauan Arguni) yakni

diawali dengan mempelajari latar belakang masyarakat Ugar, melakukan

pendekatan terhadap kepala suku atau pemangku adat setempat secara mendalam,

dan sudah tentu membutuhkan kesabaran dan waktu yang lama untuk mencapai

hasil yang di inginkan9. Masyarakat Ugar pada umumnya memiliki karakteristik

tersembunyi dan tertutup menurut kacamata para da‘i yang pernah bertugas, Ugar

merupakan tantangan yang unik bagi da‘i lainnya seperti yang dilakukan oleh

Fadlan Garamatan beliau memulainya dengan berpikir, mengonsep dan

berinteraksi secara continue dengan objek dakwah sehingga mengetahui formula

yang tepat bertujuan agar objek dakwahpun dapat mencerna apa yang

disampaikan dan menerima apa yang dinginkan oleh da‘i. Pola dakwah seperti ini

sangat sejalan dengan apa yang diutarakan oleh George Ritzer bahwa: ―Sosialisasi

bukanlah semata-mata proses satu arah di mana aktor menerima informasi, tetapi

merupakan proses dinamis dimana aktor menyusun dan menyesuaikan informasi

itu dengan kebutuhan mereka sendiri‖10

. Melalui Interaksi dan sosialisasi yang

mendalam diharapkan dari seorang da‘i mampu memperhatikan objek dakwahnya

dan pada akhirnya mampu menentukan kapan dan bagaimana cara ia

menyesuaikan aktivitasnya yaitu menyampaikan pesan-pesan dakwah terhadap

9 Rio Saragi, Wawancara, Fakfak, Maret 2016

10 George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2014), 274.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

orang lain tanpa adanya unsur paksaan.11

Dengan demikian karakter yang dimiliki

masyarakat Ugar bukanlah sebagai tantangan bagi seorang da‘i yang tidak

menjadikannya tergantung terhadap masyarakat Ugar tersebut namun melalui

proses interaksi yang mendalam seorang da‘i mampu melihat dan mengubah

kebiasaan atau tradisi masyarakat dengan berinteraksi baik melalui perbuatan

ataupun ucapan yang diinginkan dalam Islam yang terwujud pada aktivitas

kesehariannya. Tahapan demi tahapan dakwah para da‘i asal AFKN ini sejalan

dengan teori George H. Mead, yaitu seorang da‘i hendaknya memiliki sifat

Impuls, Persepsi, Manipulasi dan Konsumasi yaitu seorang da‘i sebaiknya

mengambil langkah awal dengan mengamati kemudian menyelidiki, meikirkan

dan menilai objek dakwah, memahami dirinya dan objek dakwah yakni tindakan

yang diambil oleh seorang aktor dakwah dengan atau telah melalui berbagai

hipotesis dan yang terkahir yaitu mengambil tindakan atau memutuskan sebuah

tindakan apa yang dilakukan seorang aktor terhadap objek dakwahnya12

.

Blummer dalam Teori Sosiologi Modern menyatakan bahwa objek dakwah

memiliki arti yang berbeda bagi masing-masing da‘i sesuai dengan kacamata dan

disipilin ilmunya, kemudian ia menggambarkan objek (dakwah) bagai batang

pohon akan menjadi objek yang berbeda bagi seorang pakar botani, penebang

pohon, penyair dan tukang kebun rumah tangga‖.13

2. Tradisi dan Budaya Masyarakat Ugar

11

Ibid., 275. 12

Ritzer, Teori Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2014), 257-261 13

Ibid., 275

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Tradisi dan budaya masyarakat Ugar pada umumnya tidak jauh berbeda

dengan masyarakat yang berada di perkampungan sekitarnya maupun kampung-

kampung lainnya yang berbada di pedalaman Kabupaten Fakfak. Tradisi yang

dimaksud antara lain ritual keagamaan seperti perkawinan, khitanan, acara

kematian, perayaan maulud Nabi dan yang lainnya. Tradisi-tradisi tersebut

sebagian besarnya merupakan akulturasi antara kebudayaan-kebudayaan

kepualauan Maluku dan Papua. Perwujudan akulturasi tersebut terlihat dari

beberapa kesamaan makanan, tarian atau alat musik yang digunakan masyarakat

Ugar khususnya atau masyarakat di pertuanan lainnya di Kabupaten Fakfak

dengan masyarakat di Kepulauan Maluku. Kesamaan tersebut dibuktikan dengan

kondisi alam (georafis) Papua yang memiliki kedekatan etnik dan kebudayaan

dengan Maluku. Fakfak memiliki kedekatan dengan Maluku Tengah, Maluku

Tenggara dan Maluku Selatan sehingga keberadaan kerajaan-kerajaan di Maluku

(yakni Bacan, Tidore dan Ternate) sangat mempengaruhi perkembangan dakwah

Islam di Semenanjung Onin yaitu sebagian besar pantai selatan daerah kepala

burung. Kesamaan dan akulturasi tradisi masyarakat Ugar dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Aneka jenis makanan khas:

1) ―Asida‖ adalah campuran adonan tepung dan gula dan ditambah

sedikit mentega dan kayu manis yang konon menurut sejarah lisan

dan cerita dari mulut kemulut masyarakat adalah makanan khas

pendatang dari arab;

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

2) ―Tagas-tagas‖ adalah jenis masakan sayur dari aneka campuran

sayur yaitu daun Kasbi, daun pepaya muda, daun patatas terkadang

dicampur bunga pepaya, ‗Tagas-tagas‖ ini juga banyak terdapat di

daerah Maluku;

3) ―Papeda‖ adalah makanan khas Fakfak yang terbuat dari sagu,

sebelum disajikan disaring terlebih dahulu kemudian dipanasi atau

hanya cukup dituang dengan air panas diaduk-aduk sampai

bentuknya benar-benar cair dan tercampur rata dengan air, papeda

biasanya dimakan dengan ikan atau sayur yang berkuah;

4) ―Lontar‖ adalah jenis kue yang terbuat dari campuran telur dan susu

yang konon menurut cerita rakyat bahwa lontar ini adalah resep

peninggalan Belanda kemudian dilestarikan oleh penduduk di

Maluku dan Papua pada umumnya.

Gambar 7. Kue Lontar Khas Fakfak

Sumber: https://www.google.co.id/kue+lontar

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Gambar 8. Papeda dengan Ikan kuah kuning khas Fakfak

Sumber; https://www.google.co.id/makanan+Papeda+fakfak

Gambar 9. Sagu (Tumang) bahan dasar membuat Papeda

Sumber: https://www.google.co.id/Sagu+Tumang

b. Tarian-tarian dan Alat Musik

1) ―Tikam Dabus‖ adalah tarian yang diiringi dengan tabuhan tifa dan

dimainkan oleh tujuh sampai delapan orang, sementara penarinya

menggunakan semacam besi tajam yang disebut ―Dabbus atau

Debbus‖. Debbus tersebut ditusukkan ke dada hingga berdarah,

namun dengan adanya iringan tabuhan rebana atau tifa tadi tusukkan

besi atau debbus tersebut tidak dapat menembus tubuh para penari

diyakini bahwa semakin ditusuk dabbus ke tubuh atau dada mereka

semakin kebal. Tarian ini hanya diperuntukkan kepada kaum lelaki,

dan biasanya dilakukan pada acara-acara pernikahan, memperingati

Maulid Nabi, atau pada acara Khitanan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

2) ―Tifa Hadarat‖ dan ―Tifa Sawat/Tari Sawat‖: Tifa hadarat

dimainkan paling sedikit oleh enam orang, sepuluh orang hingga dua

belas orang, tifa hadrat bentuknya kecil dan tidak terlalu besar.

Sementara Tifa Sawat berukuran besar, juga dilengkapi dengan

Gong, dan Suling. Kedua tifa ini mengiringi para penari dan

biasanya dimainkan pada acara-acara pernikahan, Khitanan,

menaikkan/mengganti kepala masjid atau memperingati acara-acara

besar Islam dan ceremonial lainnya seperti Maulud Nabi.

Gambar 10. Tifa Hadrat dan Tifa Sawat

Sumber: https://www.google.co.id/tifa+hadarat+fakfak&imgrc

https://www.google.co.id/searchtifa+sawat+fakfak&imgrc

3. Agama Masyarakat Ugar

Islam adalah agama yang dianut oleh seluruh penduduk Ugar. Tiga

pertuanan yang berada di Teluk Berau-Kokas yakni Pertuanan Sekar, Pertuanan

Wertuar dan Pertuanan Arguni, masyarakatnya 100% memeluk agama Islam.

Islam masuk ke Ugar dan diterima sebagai agama awal mulanya melalui jalur atau

hubungan perdagangan. Ketatan seorang muslim terhadap agamanya dipengaruhi

sejauh mana ia mengenal agamanya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Ketiga elemen ini yakni kekuasaan, Tradisi dan Agama sangat berkaitan erat

dalam proses penyebaran (Dakwah) Islam di Ugar. Islam dapat tersiar dan

diterima oleh masyarakat Ugar karena adanya proses interaksi yang dilakukan

oleh para Raja dari kesultanan Maluku (Bacan, Ternate dan Tidore) secara

mendalam dan perdagangan adalah salah satu media aktivitas dakwah yang

ditempuh kala itu. Dengan adanya komunikasi, interaksi dan sosialisasi yang

dilakukan secara continue terwujudlah berbagai jalur dan pendekatan aktivitas

dakwah yaitu dakwah melalui jalur atau pendekatan perdagangan, kekuasaan,

perkawinan, cultur budaya, dan pendidikan.

a) Dakwah melalui jalur perdagangan

Pulau Papua telah lama dikenal oleh pedagang lokal maupun Asing dengan

sebutan Golden Isle (Pulau Emas). Kekayaan alam yang dimiliki papua inilah

sehingga tejalin hubungan politik dan perdagangan antara kepulauan Raja Ampat

dan Fakfak dengan pusat kerajaan di Maluku (Kerajaan Bacan, Ternate dan

Tidore) kala itu yang merupakan pintu gerbang masuknya para pendatang ke

pulau paling Timur Indoseia (Papua). Jalur perdagangan merupakan metode yang

sangat efektif dalam memulai proses dakwah (penyebaran Islam) setelah

melakukan interkasi dan sosialisasi oleh Raja-Raja Maluku. Penyebaran Islam

(dakwah Islam) kala itu masih relatif sederhana dan terbatas di sekitar kota-kota

pelabuhan, para pedagang maupun muballigh menjadi peran utama dalam

memulai dakwahnya, sehingga dari kota-kota pelabuhan ini dakwah Islam mulai

tersebar ke beberapa kota dan kampung-kampung lainnya yang dilakukan oleh

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

pribumi sendiri. Kota-kota pelabuhan menjadi pusat dakwah pertama kali

terutama di Kabupaten Fakfak, Kokas dan Kaimana. Proses dakwah melalui

pendekatan perdagangan ini para pemeluknya hanya terbatas pada kelompok-

kelompok yang terlibat dalam perdagangan itu saja. Selain itu para Raja Maluku

yang menguasai jalur perdagangan kala itu sebelum masuknya kolonial Belanda

adalah memeluk agama Islam sehingga dengan menggunakan kekuasaan yang

dimilikinya dengan mudah dapat berdakwah dan meyebarkan agama Islam, gelar-

gelar yang diberikan Raja Bacan maupun Tidore kepada para Raja lokal seperti

gelar Kapitan, Mayor, Fun dan yang lainnya menambah keeratan dan keakraban

diantara keduanya. Kesamaan agama para penguasa di kedua pulau besar ini

menyebabkan agama Islam menjadi simbol kekuasaan. Melalui perdagangan ini

pula masyarakat Ugar mengenal Islam yang notabene aktivitas masyarakat Ugar

adalah nelayan yang seringkali menjual hasil tangkapannya ke kota-kota

pelabuhan terdekat yaitu pelabuhan Kokas. Aktivitas dakwah melalui jalur

perdagangan di wilayah Ugar- Kokas diperkirakan antara tahun 1600 - 1800-an

ditandai dengan terdapatnya masjid tua di kampung Patimburak atau yang lebih

dikenal dengan masjid Patimburak yang diperkirakan dibangun pada tahun 1870

M.14

14

lih. Ya‘cub Ibnu Musa‘ad, Menelusuri Jejak Historis Masuknya Islam di Tanah Papua,

Makalah: disampaikan dalam Sejarah Masuknya Islam di Fakfak dan MTQ II Papua Barat, 23

April 2008, hlm. 25-26. Lihat juga, BPNB Jayapura, Kerajaan Fatagar, 16. Lihat juga. Rosmaida

Sinaga, Masa Kuasa Belanda di Papua 1898-1962, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2013), hal. 120-

121.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Gambar 4. Pelabuhan Laut Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak

Gambar 5. Dermaga Ugar, Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak

b) Dakwah Melalui Jalur Perkawinan

Mengutip apa yang tertuang dalam ―Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di

Tanah Papua‖ oleh Wanggai, menghimpun beberapa informasi dari Zendeling

Bout dan J.F. Onim bahwa hubungan perkawinan (darah campuran) yaitu

perkawinan antara pemudi lokal dengan pemuda (pedagang), bertujuan

mempermudah melakukan aktivitas perdagangan, banyak pemuda Kokas yang

menikah dengan wanita yang berasal dari kepulauan Maluku (Seram, Gorom,

Banda, Tual, bacan, Ternate, dan lain-lain) selain itu ada juga yang menikah

dengan wanita-wanita yang berasal dari Buthon, Jawa, Bugis. Demikian pula

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

sebaliknya wanita-wanita Kokas dinikahkan dengan pemuda-pemuda pendatang

dari kepulauan Maluku, Bugis-makassar, Buthon, Jawa atau dari etnis China dan

Arab. Perkawinan campuran ini terjadi karena adanya hubungan erat dan

keakraban yang telah lama dibangun sebelumnya melalui pendekatan

perdagangan. Dengan adanaya interkasi, hubungan dan komunikasi yang

berlangsung terus menerus sehingga terjadi akulturasi dari berbagai lini kehidupan

sebagaimana yang telah disebutkan antara lain: adanya perkawinan campur dari

berbagai etnis dan budaya, kemudian dengan adanya perkawinan tersebut

terjadilah asimilasi dan akulturasi antara kebudayaan dan tradisi yang berbeda-

beda dan sangat memberikan dampak positif pada pola hidup, cara berpikir dan

ikatan keagamaan yang semakin erat. Masyarakat Ugar saat ini sebagian besar

penduduknya adalah berasal dari kampung-kampung yang berada di sekitar

kampung Ugar. perkawinan campur penduduk Ugar-Kokas ini diperkirakan

sejalan dengan adanya dakwah dengan menggunakan pendekatan perdagangan

yaitu diperkirakan pada tahun 1606 M sampai tahun 1870-an M telah ada para

pedagang dari buthon, Cina dan juga Arab. Sedangkan Kokas sebagai jalur dan

pintu pelabuhan utama perdagangan maka tak menutup kemungkinan awal mula

perkawinan dan tersebarnya Islam melalui jalur perkawinan pada masyarakat

Ugar terjadi pada tahun 1800-an M.15

4. Bukti-bukti Penyebaran Dakwah Islam di Ugar

15

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

a) Proses Penyebaran dakwah Islam di kampung Ugar ditandai dengan

adanaya warisan sistem kerajaan Kesultanan Maluku (Bacan, Tidore dan

Ternate) yang hingga kini dilestarikan oleh masyarakat di Semenanjung

Onin.16

b) Bukti fisik peninggalan sejarah menunjukkan bahwa proses dakwah dan

penyebaran Islam telah lama ada di kampung Ugar-Kokas antara lain:

1) Masjid Tua Patimburak dikenal sebagai masjid tertua di Kabupaten

Fakfak. Masjid Patimburak berada di tepi teluk Kokas, distrik

Kokas, kabupaten Fakfak dibangun oleh Raja Wertuar VII, masjid

ini diperkirakan pembangunannya sejak tahun 1870 M17

Gambar 9. Masjid Patimburak, Kokas

2) Dokumen Silsilah Raja-raja Ugar, dokumen yang menggunakan

bahasa Belanda dan Melayu, terdapat cap Kesultanan Tidore di

atasnya bertuliskan sebuah Surat Keputusan tanggal 5 November

1929 M yang diberikan Sultan Tidore kepada Moi Damar Ugar

sebagai kepala kampung dengan gelar Kapitan. Moi Damar Ugar

16

Lihat. Bab III, hlm 10-11. 17

Wanggai, Rekonstruksi Sejarah, hlm. 94

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

sendiri merupakan generasi V turunan Raja-raja Ugar. Raja Ugar I

yang bernama Rabana yang diperkirakan telah memeluk Islam

pada abad XVI.18

3) Makam Tua dan Sumur Peninggalan Raja Namatota Kabupaten

Kaimana

Gambar 10. Makam Tua dan Sumur Raja Namatota Bukti Peninggalan Sejarah Tokoh Islam di

Ugar

Catatan sejarah lisan menyatakan bahwa Islam pertama kali dibawa ke

kampung Ugar oleh Afuan Saimima, lewat kokoda dan kemudian ke Ugar. Di

kampung ini terdapat satu buah masjid yang di beri nama Rabbul Alam,

18

Lukman Rahanwarat, Islam di Kabupaten Fakfak: Suatu Tinjauan Historis, Makalah

disampaikan Dalam Sarasehan Sejarah Islam di Irian Jaya, Merauke: Juni 2000. Lihat juga:

Wanggai, Rekonstruksi Sejarah, hlm 94.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

diperkirakan telah berdiri sejak tahun 1958 M kemudian mengalami beberapa kali

renovasi, adapun masjid yang saat ini di gunakan oleh warga merupakan renovasi

yang ke empat oleh Yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) pada tahun 2014

M.19

Keberadaan makam Islam Tua dan Sumur Peninggalan Raja Namatota

Kaimana menjadi bukti dan saksi bisu akan keberadaan Islam yang lebih dulu

berproses di Kampung Ugar. Bukti peninggalan bersejarah ini tidak diketahui

pada Tahun berapa keberadaannya namun berdasarkan cerita lisan para pendudk

Ugar bahwa sumur itu telah lama dibangun oleh Raja Namatota yang berasal dari

keluarga Ombair dan seorang utusan Raja Tidore yang berasal dari keluarga

Saimima dan sebelum mereka berdua meninggalkan kampung ini yang katanya

terjadi setelah perang Hongi pada tahun 500 SM menitipkan pesan untuk menjaga

kampung ini kepada Biaruma dengan mengatakan ―Bai sudah‖ yang dalam bahasa

diartikan ‗Ugar‖ yaitu nama dari kampung ini.20

Gambar 11. Masjid Robbul Alam setelah di Renovasi oleh Yayasan AFKN bulan 2014

5. Perkembangan Dakwah Islam dan Penyebarannya

19

Elpera Papua dan BPM, Buku Induk Penduduk Kampung Ugar, hlm 1. 20

Safar Biaruma, Wawancara, Ugar 10 April 2016

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Peningkatan populasi penduduk di Kabupaten Fakfak berjalan seiring

dengan peningkatan populasi Umat Islam yang tercatat pada tahun 2011 adalah

53.8%. Peningkatan jumlah umat Islam Fakfak dari tahun ke tahun sangat

berdampak dan mempengaruhi aktivitas dakwah terutama pada jumlah da‘I atau

juru dakwah. Hasil survey Kantor Kementerian Agama Kabupaten Fakfak tahun

2012 tercatat 123 rohaniawan, sementara survey yang dilakukan Provinsi Papua

Barat tahun 2013 mencatat ± 207 rohaniawan yang tersebar di Kabupaten Fakfak,

sedangkan survey terakhir yang dilakukan Kementerian Agama Kabupaten Fakfak

pada tahun 2016 tercatat jumlah pendakwah yang tersebar di Kabupaten Fakfak

menurun yakni sebanyak 70 orang. Pendakwah yang dimaksudkan antara lain:

para ustad, ulama, imam masjid, guru ngaji, da‘i dan da‘iyah PNS maupun non

PNS. Adapun hasil survey tahun 2012 jumlah masjid yang tersebar di sembilan

distrik sebanyak 87 masjid dan 7 Muṣalla sementara hasil survey tahun 2015

jumlah masjid dan Muṣalla yang tersebar di sembilan distrik Fakfak meningkat

sebanyak 101 masjid. Adapun total penyuluh dari setiap agama berdasarkan

catatan Kantor Departemen Agama tahun 2012 sebanyak 146 penyuluh Agama

yang tersebar di sembilan Distrik di Kabupaten Fakfak21

.

Hasil Survey Rohaniawan 2012 2013 2015 2016

Rohaniawan 123 207 - 70

Masjid dan Mushalla 94 - 101 -

Penyuluh Agama Islam 37 - - -

21

BPS Kabupaten Fakfak, ―Kabupaten Fakfak, Hlm. 184

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Bedasarkan data Kantor Kementerian Agama Kabupaten Fakfak Papua

Barat, jumlah masjid dan pendakwah yang tersebar di Kabupaten Fakfak dapat

dilihat pada gambar berikut:

Banyaknya Rohaniawan Menurut Distrik

Tahun 2012

Distrik Islam Kristen Katholik Hindu Budha Jumlah

Fakfak Barat 5 4 - - - 9

Fakfak Timur 7 2 - - - 9

Fakfak 74 24 11 7 1 117

Kokas 10 3 1 - - 14

Karas 3 - - - - 3

Fakfak Tengah 16 1 4 3 - 24

Kromongmongga - 3 - - - 3

Teluk Patipi 2 2 - - - 4

Bomberay 6 1 - - - 7

Total 123 40 16 10 1 190

Sumber. Departemen Agama Kabupaten Fakfak & Fakfak Dalam Angka 2014. Hlm. 183

Tabel. Jumlah Rohaniawan Se-Propinsi Papua Barat Tahun 2013

Kabupaten/ Kota Ulama Imam Ustadz Khatib Jumlah

Manokwari 5 158 24 245 432

Sorong 15 92 25 460 592

Kota Sorong 15 70 203 189 477

Sorong Selatan 3 16 33 0 52

Fakfak 2 102 10 93 207

Kaimana 12 58 36 48 154

Raja Ampat 0 28 0 140 168

Teluk Wondama 0 3 0 15 18

Teluk Bintuni 0 77 158 79 314

Maybrat 0 0 0 0 0

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Tambraw 0 0 0 0 0

Jumlah 52 604 489 1269 2414

Sumber. Departemen Agama Kabupaten Fakfak & Fakfak Dalam Angka 2014

Banyaknya Tempat Peribadatan Menurut Distrik

Tahun 2012

Distrik Masjid Muṣalla Gereja

Kristen

Gereja

Katholik Pura Vihara Juimlah

Fakfak Barat 8 - 6 3 - - 17

Fakfak Timur 4 - 5 5 - - 14

Fakfak 29 4 23 4 1 - 61

Kokas 14 - 5 5 - - 24

Karas 9 1 2 1 - - 13

Fakfak Tengah 8 2 4 4 1 1 20

Kromongmongga 2 - 6 5 - - 13

Teluk Patipi 6 - 7 4 - - 17

Bomberay 7 - 7 2 - - 16

Total 87 7 65 33 2 1

Sumber. Departemen Agama Kabupaten Fakfak & Fakfak Dalam Angka 2014. Hlm. 181-182

Kementerian Agama Fakfak

Data Masjid dan Musholla Tahun 2015

No Nama Tempat Ibadah Distrik Kelurahan.Kampung

1 Masjid Al Munawwarah Fakfak Fakfak Utara

2 Masjid Al Hidayah Fakfak Fakfak Utara

3 Mushollah As Salam Fakfak Fakfak Utara

4 Masjid Jami‘ Fakfak Fakfak Selatan

5 Masjid Al Ikhlas

POLRES

Fakfak Fakfak Selatan

6 Masjid Al Ikhlas KODIM Fakfak Fakfak Selatan

7 Masjid Al Ikhlas

Tambaruni

Fakfak Fakfak Selatan

8 Masjid Baitul Makmur Fakfak Kelurahan Wagom

9 Musholla Istiqomah Fakfak Kelurahan Wagom

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

10 Masjid At Tarbiyyah Fakfak Kelurahan Wagom

11 Masjid Al Hilal Fakfak Kelurahan Wagom

12 Masjid Al Munir Fakfak Kelurahan Wagom

13 Masjid Ar Rahman Fakfak Kelurahan Wagom

14 Masjid Nurul Taqwa Fakfak Kelurahan Wagom

15 Masjid Nurul Bahri Fakfak Kelurahan Wagom

16 Masjid Pulau Panjang Fakfak Kelurahan Wagom

17 Masjid Jami‘ Quba Fakfak Tanama

18 Masjid Lailatul Qadar Fakfak Dulan Pokpok

19 Masjid Al Muwahidin Fakfak Dulan Pokpok

20 Masjid Nurul Huda Fakfak Sekban

21 Masjid Al Mukmin Fakfak Kampumg Sekban

22 Masjid Baiturrahman Fakfak Kayu Merah

23 Masjid Al Aqsha Fakfak Tengah Bakeko

24 Masjid At Takwa Fakfa Tengah Katemba

25 Masjid Al Baqiyah Fakfak Tengah Danaweria

26 Masjid An Nur Merapi Fakfak Tengah Danaweria

27 Masjid Al Hikmah MIN Fakfak Tengah Kampung Kayu Merah

28 Masjid Al Muttaqin Fakfak Tengah Kampung Pasir Putih

29 Mushallah Al Fallah Fakfak Tengah Kampung Pasir Putih

30 Masjid At Takwa Fakfak Tengah Danaweria

31 Masjid Firma Fakfak Tengah Kampung Firma

32 Masjid Al Kautsar Fakfak Tengah Kampung Kayu Besi

33 Masjid Al Ikhlas Fakfak Barat Kampung Kiat I

34 Masjid Ar Rahman Fakfak Barat Kampung Kiat II

35 Masjid Nurul Iman Werba Fakfak Barat Werba

36 Masjid Al Ikhlas

Perwasak I

Fakfak Barat Perwasak

37 Masjid Nurul Islam

Perwasak II

Fakfak Barat Perwasak

38 Masjid Werpigan Fakfak Barat Werpigan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

39 Masjid Nabawiyyah Kokas Kampung Sisir

40 Masjid Al Ikhlas Kokas Kampung Sekar

41 Masjid Ar Rahman Kokas Kampung Baru

42 Masjid Robbul Alam Kokas Kampung Ugar

43 Masjid Nurul Islam Kokas Kampung Kinam

44 Masjid Ar Rahman Kokas Kampung Batufiafas

45 Masjid Al Ainun Kokas Kampung Mandoni

46 Masjid Al Jahidin Kokas Kampung Andamata

47 Masjid Quba Kokas Kampung Arguni

48 Masjid Ar Rahman Kokas Kampung Fior

49 Masjid Al Yasin Kokas Kampung Furir

50 Masjid Al Muhajirin Kokas Kampung Darembang

51 Masjid Mazro‘atul Jannah Kokas Kampung Goras

52 Masjid Aqimissalah Kokas Kampung Rumbati

53 Masjid Al Amin Kokas Kampung Kokas Kota

54 Masjid An Nur Kokas -

55 Masjid Hidayatullah Kokas Kampung Timar

56 Masjid An Nuur Kokas Kampung Offie

57 Musholla As Sholihin Kokas Kampung Kaburbur

58 Masjid Quba Kokas Kampung Ubadari

59 Masjid Al Ikhsan Kokas Kampung Tawar

60 Masjid Al Azhar Kokas Kampung Salakiti

61 Mushollah Sabilillah Bomberay Mbima Jaya SP 1

62 Masjid Al Ikhlas Bomberay Warisa Mulya SP 2

63 Masjid Nabawi Bomberay Onim Sari SP 3

64 Masjid An Naba‘ Bomberay Mekar Sari SP 4

65 Masjid Ar Rahman Bomberay Pinang Agung SP 5

66 Masjid Mazro‘atul Jannah Bomberay Mbumi Muroh SP 6

67 Masjid Ar Rahman Bomberay Wonodadi SP 7

68 Masjid At Takwa Bomberay Kampung Onim Sari

69 Masjid Al Ikhlas Bomberay Kampung Otowery

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

70 Masjid Al Khlis Bomberay Kampung Onim Sari RT. 1

71 Masjid Al Istiqomah Bomberay Warisa Mulya

72 Masjid At Taubah Bomberay Onim Sari

73 Masjid Darussalam Bomberay Onim Sari

74 Masjid Al Muhajirin Bomberay Onim Sari

75 Masjid Otowery Bomberay Onim Sari Jalur 4

76 Mushollah Jabal Nur Bomberay Onim Sari Jalur 5

77 Masjid At Taqiya Bomberay Warisa Mulya

78 Mushollah Al Barokah Bomberay Onim Sari

79 Mushollah An Nuur Bomberay Onim Sari

80 Mushollah Nur Sholihin Bomberay Wonodady

81 Mushollah Al Hidayah Bomberay Onim Sari

82 Masjid Al Muhajirin Bomberay Onim Sari SP 3

83 Masjid Nurul Islamiyyah Fakfak Timur Kampung Wambar

84 Masjid Al Muhajirin Fakfak Timur Kampung Kotam

85 Masjid Al Musyarraf Fakfak Timur Kampung Tunas Gain

86 Masjid Al Falah Fakfak Timur Kampung Urat

87 Jabal Nur Fakfak Jabal Nur

88 Masjid Al Anshar Fakfak Kelurahan Fakfak Selatan

89 Masjid Nurul Ikhlas Karas Tanjung Purkadi

90 Masjid Al Aqsha Karas Tanjung Purkadi

91 Masjid Baitul Bahar

Karas Darat

Karas Tanjung Purkadi

92 Masjid Al ‗Ain Karas Kampung Tuber Wasak

93 Masjid Darussalam Karas Kampung Maas

94 Masjid Nurul Ma‘wa Karas Kampung Malakull

95 Masjid Nurul Ihsan Karas Kampung Malakull

96 Masjid Madinatul

Munawwarah

Karas Kampung Kiaba

97 Masjid An Nuur Karas Kampung Maas

98 Masjid Al Mukrah Karas Kampung Kampung Tuber Wasak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

99 Masjid Safinatul Hijaz Karas Kampung Faur

100 Masjid At Takwa Antalisa Karas Kampung Antalisa

Sumber Kantor kementerian Agama Kabupaten Fakfak Tahun 2015

Kementerian Agama Fakfak

Data Imam Khatib dan Guru TPA Tahun 2015

No Nama Jabatan Sasaran Pembinaan Alamat

1 Hanafi Kadmas Imam Masjid Al

Munawwarah

Fakfak Utara

2 Sutran Pattawara Imam Masjid Jabal Nur Fakfak Utara

3 Afifi Kadmas Imam Masjid Agung

Baitul Makmur

Wagom

4 Muhammad Biarpruga Imam Masjid Abu Bakar

As Shiddiq

Sekru

5 Suhartono Imam Masjid Nurul

Hidayah Torea

Bandara Torea

6 Arif Kilkulat Imam Musholla PEMDA

Lama

Fakfak Selatan

7 Abas Fakaubun Imam Masjid Al Munir

Piahar

Piahar

8 L Arsadi Imam Masjid

Baiturrahman

Kayu Merah

9 Ali Rumalolas Imam Masjid Ar Rahman

Nemewikarya

Danaweria

10 Abuhari Karoror Imam Masjid Al Aqsha

Bakeko

Danaweria

11 Muhammad

Temongmere

Imam Masjid Al Baqia Danaweria

12 Musa Rumbati Imam Masjid Al Kautsar

Kayu Besi

Danaweria

13 Arobi Rumalolas Imam Masjid

Baiturrahman Pasir

Putih

Pasir Putih

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

14 Abdul Gafur Tela Imam Masjid Al Anshar Fakfak Selatan

15 Abdul Rahman

Rumatiga

Imam Masjid Al Muhajirin Kamp. Kotam

16 Bahar Kwaras Imam Masjid Islamiyyah Kamp. Wambar

17 Arsad Heremba Imam Masjid Al Yasin Kamp.

Patimburak

18 Tarawe Sasim Imam Masjid Kampung

Furir

Kamp. Furir

19 Usman Patiran Imam Masjid Fior Kamp. Fior

20 Umar Heremba Imam Masjid Kampung

Sisir

Kamp. Sisir

21 Johari Patiran Imam Masjid Kampung

Baru

Kamp. Baru

22 Usman Iha Imam Masjid Ubadari Kamp. Ubadari

23 Mustafa Iha Imam Masjid Kaburbur Kamp. Kaburbur

24 Amir Mahmud Imam Masjid Al Kholis SP 4 Bomberay

25 Mastur Imam Masjid Al Ikhlas Sp 3 Bomberay

26 Idris Manubay Imam Masjid Abu Bakar

As Siddiq

Kamp.Otowery

27 Abdul Haris Imam Masjid Ar Rahman SP 1 Bomberay

28 Muchsin Imam Masjid At Takwa SP 2 Bomberay

29 Kabul Ericson Imam Masjid Istiqomah Bumi Moro

Indah

30 Royani Imam Masjid At Taubah Kamp.Pinang

Agung

31 Nazharuddin Imam Masjid Darussalam Moro Dadi

Mulyo

32 Aziz Heremba Imam Masjid Al Muhajirin Kmp. Onim Sar

33 Ali Rumbay Imam Masjid Al Ikhlas

Werba

Kamp. Werba

34 Mudij Patiran Imam Masjid Ar Rahman Kamp. Kiat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

35 Ismail S.Q Imam Masjid Al Ikhlas Thumburuni

36 Siti Masruroh Da‘iyyah Fakfak Fakfak Utara

37 Abdul Fatah Buatan Khatib Fakfak Wagom

38 Wahyu Hidayat Khatib Fakfak Fakfak Selatan

39 Abas Fakaubun Imam Masjid An Nuur Kamp.Piahar

40 Rasyid Renhoat Khatib Fakfak Fakfak

41 Jahra Rumodar Guru Ngaji TPQ Wagom

42 Lailatussa‘dah Guru Ngaji TPQ Wagom

43 Muhammad Saifuddin

Jufri

Guru Ngaji TPQ Fakfak Utara

44 Majida Syaban Ketua

Majelis

Taklim

MT. Khoirunnisa‘ Fakfak Utara

45 Pahlawan Renhoat Guru Ngaji TPQ Al Mahdi Tanjung Purkadi

46 Majid Rumadan Imam Masjid Maas Kamp. Maas

47 Gambir Patur Imam Masjid Kamp. Tarak Kamp. Tarak

48 Abdul Rasyid Bay P3N Membantu di

Bidang Urusan

Agama Islam

Kamp. Faur

49 Jen Bauw P3N Membantu di

Bidang Urusan

Agama Islam

Kamp.

Tuberwasak

50 Muhammad Sholeh P3N Membantu di

Bidang Urusan

Agama Islam

Tanjung Purkadi

51 Suhardi Keledar Imam Masjid Malakul Kamp. Malakul

52 Iswadi Bay Imam Musholla Pasar

Malakull

Tanjung Purkadi

53 Baharudin Rumain Guru Ngaji TPQ At Takwa Kamp. Antalisa

54 Abdul Rahman

Yarkuran

Guru Ngaji TPQ Darussalam Kamp. Maas

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

55 Zainab Buntuan Guru Ngaji TPQ Munawwarah Kamp. Kiaba

56 Ahmad Rumatumia Guru Ngaji TPQ Nadrul Wagom

57 Karas Namudat Guru Ngaji

dan Imam

Masjid Wagom Wagom

58 Kamaloen Hoeda P3N Membantu di

Bidang Urusan

Agama Islam

Sekban

59 Muhammad Tahir

Mauw

Guru Ngaji TPQ Al Falaq Fakfak Selatan

60 Jabaruddin Lahamundu Khatib Fakfak Wagom

Sumber Kantor kementerian Agama Kabupaten Fakfak Tahun 2106

Berdasarkan pada data tempat ibadah di kabupaten Fakfak yakni masjid dan

muṣalla serta jumlah Pendakwah bila dibandingkan dengan kondisi geografis

Kabupaten Fakfak yang terdiri dari 9 Distrik dan 123 kampung dengan jumlah

penduduk ± 70.902 jiwa22

sudah sangat tentu betapa minimnya juru dakwah dan

betapa hausnya masyarakat akan ilmu agama, bahkan bila mengacu pada hasil

survey diatas beberapa kampung tidak kebagian imam masjid bahkan tak ada

seorang juru dakwah yang ditugaskan atau di tempatkan di sekian banyak

kampung. Distrik Kokas yang terdiri dari 22 kampung, jumlah masjid yang

terdata berjumlah 14 masjid dan 10 orang rohaniawan Muslim. Dalam artian ada

delapan (8) kampung yang tidak terdapat masjid dan dua belas (12) masjid yang

kosong tanpa adanya seorang Imam di masjid tersebut dan tak ada pula seorang

guru agama. Dakwah di pedalaman Fakfak khususnya sangat membutuhkan

pengorbanan, banyak tantangan dan rintangan sehingga aktivitas dakwah Islam

22

Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak, ―Kabupaten Fakfak Dalam Angka 2014”, (Fakfak:

BPS, 2014). Hlm. 8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

hampir sebagian besar berpusat di Kota kabupaten (Fakfak) dan sangat sedikit

atau bahkan tidak terdapat aktivitas dakwah yang semisal dilakukan di setiap

kampung-kampung yang ada di pedalaman Fakfak termasuk kampung Ugar

Distrik Kokas. Satu bulan lebih sepuluh hari, Ugar seakan–akan kampung yang

tak berpenghuni di siang harinya, yang telihat hanyalah anka-anak kecil

berpakaian putih merah (SD) menyiapkan diri mereka menuntut ilmu di SD

INPRES yang tak jauh dari pemukiman. Sejak subuh atau bahkan sebelum

masuknya waktu subuh warga berbondong-bondong menuju tepi pantai

mendorong sampan (Perahu) ke tengah laut dan mendayuhnya hingga

tersembunyi dibalik banyaknya pulau yang berjejer tepat di depan kampung ini.

perahu tersebut akan kembali terlihat setalah zuhur pukul 13.00-14.00 WIT.

Perahu-perahu kecil ini akan kembali mengarungi lautan menuju kota distrik

menjajakan hasil tangkapannya. Ya, nelayan adalah mata pencaharian warga Ugar

namun bukanlah mata pencaharian utama mereka, sebagian warga tidak memiliki

perahu untuk mencari ikan, perkebunan sebagai alternatif lain demi

mempertahankan kehidupan keluarga atau membeli hasil tangkapan nelayan

lainnya, perkebunan di kampung ini tidak terlalu mendukung perekonomian

masyarakat, bila musim kemarau tiba kampung ini sangat kesulitan air, air

diperoleh dari kota distrik (Kokas) diangkut dengan menggunakan perahu atau

sampan. Demikian sebaliknya bila musim penghujan tiba, cuaca dan kondisi laut

sangat tidak bersahabat sehingga menjadi kendala bagi para nelayan. Tak ada

pasar di kampung ini, perekonomian terpusat di kota Distrik (Kokas). Untuk

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

mempertahankan hidupnya mereka menfaatkan fasilitas alam yang bisa

terjangkau. Ugar telihat berpenghuni di sore hari, lapangan tepi pantai diramaikan

oleh anak-anak bermain bola, sepanjang pesisir pantai dekat dermaga, terlihat ibu-

ibu menunggu datangnya sang kepala keluarga yang telah mengais rezeki di

Kokas sepanjang hari. Kampung Ugar dimalam harinya ramai dengan warga

kampung, bercanda dan ketawa tak berujung, berbagi cerita dengan para keluarga

atau dengan sesama pemuda melepaskan penat dan capek seharian berjuang

ditengah-tengah lautan diterjang ombak demi menghidupi keluarga yang

menunggu di rumah. Demikianlah warga Ugar dengan segenap aktivitasnya

tersebut melalui hari-hari mereka. Tak terlihat tanda-tanda aktivitas dakwah,

saling berbagi ilmu agama atau mempelajarinya, masjid tak berpenghuni tak

terdengar di dalamnya suara azan. Masjid hanya diramaikan sekali dalam

seminggu (di hari Jum‘at). Satu hal yang membuat sedih, bila Imam masjid tak

ada di kampung, shalat jum‘at pun tidak di laksanakan demikian juga diwaktu-

waktu shalat lainnya tidak didirikan lantaran tidak adanya Imam Masjid. Tak ada

seorangpun yang berani tuk menggantikan posisi imam, hal ini karena tradisi

turun-temurun bahwa Imamlah yang memegang otoritas masjid serta bertanggung

jawab atas segala urusan yang berkaitan dengan aktivitas keagamaan. Pada sore

harinya dari pojok kampung ini terdengar sayup-sayup bibir-bibir mungil anak-

anak Ugar melantunkan huruf demi huruf dalam Al Qur‘an, sayangnya lantunan

suara merdu tak setiap sore terdengar. Muhammad Bauw selaku guru TPA yang

bukan pegawai PNS, seperti warga lainnya juga berkewajiban memenuhi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

kebutuhan keluarga sehingga harus meninggalkan kampung tuk menjemput

rezekinya. Ahmad Fatagar seorang guru PNS yang belum lama ini bertugas di SD

INPRES Ugar menceritakan keadaan kampung yang sangat minim bahkan tak ada

sentuhan dakwah Islam di kampung ini, masjid yang kosong tak seorangpun yang

perduli mengurusinya. Melalui TPA dan Sekolah Dasar inilah pendidikan agama

dan sentuhan rohani dapat tersampaikan walau hanya sedikit selain itu melalui

media Posyandu dan kumpulan ibu-ibu PKK juga sebenarnya bisa dijadikan ajang

untuk berdakwah namun sangat disayangkan belum tersentuh oleh juru dakwah

(da‘i). 23

Hasil survey yang peneliti lakukan selama satu bulan sepuluh hari di

kampung Ugar bahwa pendakwah yang pernah diutus dan bertugas ke kampung

Ugar antara lain: satu orang pendakwah asal Makassar utusan dari yayasan

AMCF, menurut keterangan da‘I tersebut hanya bertahan selama satu sampai dua

bulan karena faktor geografis dan tidak adanya dukungan fasilitas yang

menjadikan da‘I ini terpaksa meminta dipindah tugaskan24

. Selain itu terdapat

juga pendakwah utusan Yayasan AFKN namun hanya sebatas mengunjungi dan

tidak lama mendiami kampung Ugar.25

Dari sekian organisasi Islam yang ada di

kabupaten Fakfak, AFKN termasuk salah satu yayasan yang berkonsentrasi

terhadap perkembangan dan kemajuan umat Islam di pedalaman Papua, mengutip

23

Ahmad Fatagar, Wawancara, Fakfak, 20 Maret 2016 24

Dawar, Wawancara, Fakfak, 20 Maret 2016 25

Nuraini, Wawancara, Fakfak, 27 Maret 2016

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

program kerja AFKN sebagaimana termaktub pada situs resminya26

terdapat

empat (4) program kerja AFKN antara lain: pertama, Program Dakwah yaitu

melalui pengutusan da‘I, memfasilitasi da‘I berupa pendanaan sarpras dan

pembekalan keilmuan da‘I, serta ikut serta pembangunan masjid. Kedua, Program

pendidikan dan pengembangan SDM yaitu melalui pemberian beasiswa kepada

anak-anak pedalaman dan disekolahkan di luar Fakfak (Papua), bekerjasama

dengan berbagai elemen terkait atau organisasi Islam lainnya guna mewujudkan

program-program kerjanya. Ketiga, Program pemberdayaan ekonomi masyarakat

pedalaman yaitu dengan memberikan fasilitas dana maupun tempat guna

memasarkan hasil bumi Fakfak dan olahan tangan-tangan kreatif ibu-ibu Fakfak.

Keempat, Program sosial kemasyarakatan yaitu pengadaan fasilitas-fasilitas

umum yang belum diatasi oleh pemerintah berupa pengadaan air bersih, listrik

dan membantu menfasilitasi pembangunan rumah yang layak. Melihat dari apa

yang dilakukan yayasan AFKN dua tahun silam merupakan gebrakan awal yang

sangat membekas sepanjang aktivitas dakwah di pedalaman Fakfak. 20 Desember

2014- 1 Januari 2015 berkat kerjasama dari berbagai elemen terkait “Jambore

Dakwah Internasional-AFKN”. dapat terlaksana dan berjalan dengan baik di

kampung Ugar Distrik Kokas. Jambore Dakwah melibatkan peserta dari seluruh

lapisan masyarakat muslim dari berbagai suku dan daerah muslim di Kabupaten

Fakfak, diikuti juga perwakilan luar Papua perwakilan peserta dari Malaysia juga

turut hadir. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan pada tujuan awal yayasan ini

26

Sumber: AFKN, dalam http://afkn-nuuwaar.com/tengtang-kami/program-kerja-afkn/

(Jember,Senin 20 Juni 2016), pukul 11.29 WIB

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

didirikan yaitu menciptakan masyarakat pedalaman yang Islami, Ugar dipilih

sebagai tuan rumah pelaksanaan Jambore Dakwah selain memiliki kekayaan alam,

Ugar termasuk kampung yang sangat minim pengetahuan agamanya sehingga

melalui Jambore Dakwah ini diharapkan memberikan motivasi kepada warga

Ugar dalam beribadah dan mempelajari pengetahuan agamanya.27

Suksesnya

pelaksanaan Jambore Dakwah AFKN Desember 2014-1 Januari 2015 tak lepas

dari proses panjang. Perjuangan dan pengorbanan para aktivis dakwah AFKN

dalam meyakinkan warga untuk melakukan kegiatan tersebut. Dimulai dengan

hubungan komunikasi yang telah lama dibangun oleh ketua Yayasan AFKN

Fadlan Garamatan kemudian dilanjutkan dua bulan bahkan tiga bulan sebelum

kegiatan Jambore, tim survey memulai aktivitasnya dengan melakukan berbagai

kunjungan. Kunjungan tersebut ditemani oleh beberapa tokoh-tokoh yang

memiliki pengaruh bagi masyarakat Ugar yaitu dengan melibatkan: Mantan

Bupati Fakfak Wahidin Puarada, M.Si yang merupakan orang asli Fakfak dan

pernah menjabat sebagai Bupati dua periode (2000-2010), Maryam Sully selaku

Ketua Tim Pelaksana kegiatan Jambore yang menghembuskan nafas terakhirnya

sertelah kegiatan ini selesai, beliau juga termasuk tokoh masyarakat yang sangat

dikenal baik oleh warga kampung Ugar. Setelah melakukan berbagai kunjungan

dan diterima oleh masyarakat setempat, tahap kedua yang dilakukan adalah

merenovasi dan membangun semua fasilitas kampung yang dibutuhkan warga

maupun peserta jambore nantinya. Diawali dengan merenovasi bangunan masjid,

27

Pihir,Wawancara, Fakfak, 21 Maret 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

MCK, pengadaan air bersih dan mesin atau motor listrik, rekonstruksi jalan-jalan

dalam kampung dan dermaga Perahu/Kapal Kayu di Ugar.

Gambar. 4 Kunjungan dan Pertemuan bersama Masyarakat Ugar sebelum Pelaksanaan Jambore

Internasional. Foto Mantan Bupati Fakfak Wahidin Puarada berkacamata

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

Gambar 5. Kerjabakti bersama panitia dan warga Ugar membersihkan Lokasi Perkemahan

Gambar 6. Lokasi Perkemahan Jambore Internasional Kampung Ugar Desember 2014

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

Gambar 7. Renovasi Masjid dan Bantuan MCK Gratis untuk setiap Rumah di Ugar

Gambar 8. Renovasi Dermaga Pelabuhan Ugar

Dakwah adalah sebuah upaya dan proses yang berkelanjutan, dan dakwah di

Kampung Ugar tidak hanya terhenti dengan sebuah kegiatan yang mega nan besar

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

namun dibutuhkan adanya follow up dan tindak lanjut yang berkesinambungan

demi mencapai masyarakat yang benar-benar Rabbani dan Kaffah keimanannya.28

C. Problematika Dakwah Di Kampung Ugar

Fenomena dakwah yang terjadi di Kampung Ugar adalah kewajiban dan

amanat besar bagi setiap elemen terkait di Kabupaten Fakfak. Kampung Ugar

yang dikelilingi oleh perkampungan Islam bahkan mayoritas penduduknya 100%

memeluk Islam, kendati demikian berbagai keluhan dan pengakuan dari para

pendakwah betapa sulitnya merubah kebiasaan dan mengajak masyarakat Ugar

mempelajari dan mengetahui ajaran Islam. Nuraini selaku HUMAS AFKN cabang

Fakfak tatkala dimintai komentarnya terkait karakter warga Ugar pada bulan

Maret 2016, mengatakan bahwa seorang da‘I yang berdakwah di Ugar butuh

kesabaran dan pengorbanan, sulit untuk menggambarkan seperti apa warga Ugar,

misalnya di minta untuk membaca doa sholat, enggan. Setelah diberikan hadiah

dan meminta untuk sholat tidak mau juga.29

senada dengan nuraini, Sutran

Pattawara mantan da‘I Yayasan Assalam dan sekarang sebagai Imam masjid jabal

Nur Fakfak dan juga termasuk pribumi berdarah campuran Bugis Kokas

mengisahkan bahwa kendala dakwah di kampung-kampung pedalaman Fakfak

hampir sama, kewajiban agama dianggap sebagai kebiasaan yang bukan sebuah

perintah Rabbnya, dikerjakan semaunya, kalau senang, ya dikerjakan dan bila

capek ya ditinggalkan tak merasa bersalah atau berdosa, selain itu masyarakat di

pedalaman menganggap bahwa mereka berasal dari leluhur muslim sehingga tidak

28

Jumroni Wawancara, Fakfak 12 April 2016 29

Nuraini, Wawancara, Fakfak 27 Maret 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

perlu berbicara mengenai Islam atau mengajak orang lain untuk beribadah,

aktivitas yang dilakukan siang dan malam hanyalah memikirkan kehidupan dunia,

apa yang akan dicari esok sampai-sampai tak ada waktu untuk melakukan perintah

agama walau sedetik.30

Sepakat dengan apa yang diteliti oleh Wanggai bahwa pada

umumnya Raja memiliki pengaruh sangat besar dalam proses penyebaran dakwah

Islam di pedalaman Fakfak selain itu yang nampak pada sebagian besar penduduk

pengamalan ajaran Agama yang masih kurang mendalam sehingga terjadi

kontradiktif.31

Bedasarkan pada pembahasan sebelumnya, problematika Dakwah di

kampung Ugar dapat diidentifikasi beberapa faktor berikut:

1) Kurangnya Juru dakwah

Minimnya Juru dakwah (da‘i) adalah kendala utama berjalannya sebuah

proses dakwah. Populasi umat Islam Fakfak yang kian bertambah setiap tahunnya,

demikian pula media dakwah dari berbagai organisasi dan lembaga dakwah dan

kegiatan-kegiatan dakwah semakin menjamur, namun sayangnya tanpa adanya

subjek dakwah tak akan berjalan lancar. Berdasarkan survey Kantor Departemen

Agama menunjukkan jumlah penyuluh agama yang tidak sebanding dengan

bertambahnya populasi muslim di Fakfak, total penyuluh dari setiap agama

berdasarkan catatan Kantor Departemen Agama tahun 2012 sebanyak 146

penyuluh Agama yang tersebar di sembilan Distrik di Kabupaten Fakfak.32

30

Sutran Pattawara, Wawancara, Fakfak, 27 Maret 2016. 31

Wanggai, Rekonstruksi Sejarah, Hlm. 104 32

BPS Kabupaten Fakfak, ―Kabupaten Fakfak, Hlm. 184

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

Hasil Survey Rohaniawan 2012 2013 2015 2016

Rohaniawan:Ulama, Ustad,

guru TPA/TPQ, Khatib dan

Imam Masjid.

123 207 - 70

Masjid dan Mushalla 94 - 101 -

Penyuluh Agama Islam 37

2) Kurangnya lembaga pendidikan Islam

Kendati Fakfak adalah kota dengan julukan ―Serambi Mekkahnya Papua‖

namun perhatian pemerintah terhadap perkembangan pengetahuan dan

pengamalan masyarakat Islam terhadap ajaran agama belum merata dan masih

sangat minim, hal ini ditandai dan dapat dilihat betapa minimnya wadah

(lembaga-lembaga) pendidikan Islam didaerah pedalaman. Kondisi ini ditandai

kurangnya minat menuntut ilmu agama para pemuda dan pemudi Fakfak. Di

kampung Ugar hanya terdapat satu SD INPRES, kampung yang 100%

penduduknya memeluk Islam setidaknya Pemerintah setempat sangat berpeluang

Hindu dan

Budha, 0.25

18%

28%54%

Persentase Pemeluk Agama Menurut Golongan Agama dan Distrik Tahun

2011

Hindu dan Budha

Katholik

Karisten

Islam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

dan memiliki kekuasaan dan kedekatan untuk mendirikan satu lembaga

pendidikan Islam. Bahkan di Kota Distrik (Kokas) sekalipun, tidak ditemukan

lembaga Pendidikan Islam ataupun organisasi-organisasi Islam yang berperan

aktiv dalam dakwah .

3) Kurangnya pendanaan

Minimnya Dana adalah salah satu Faktor penghambat disegala lini aktivitas

dakwah, Kepala Seksi Bimbingan Islam Fakfak menyadari akan faktor ini dan

menekankan bahwa BIMAS Islam Fakfak memiliki banyak program dakwah

namun terkendala karena kurangnya SDM dan juga pendanaan. Pendanaan yang

diajukan daerah kepada pusat tidak semuanya di Acc, dana yang terbatas sehingga

untuk merealisasikan berbagai program kerja terpaksa dilakukan pengiritan

pengeluaran dan menunda pelaksanaan program kerja33

. Selain itu masalah

pendanaan khususnya di kabupaten Fakfak terpusat pada satu pintu dalam artian

semua proposal pelaksanaan kegiatan baik negeri maupun swasta melalui

Pemerintah Daerah (Bupati) atau Kantor Kementerian Agama Fakfak, berbeda

kondisinya dengan Kota Sorong-Papua Barat atau di Pulau lainnya di luar Papua,

banyak ditemukan masyarakat yang peka, perhatian dan perduli akan kemajuan

dan perkembangan dakwah sehingga banyak donatur (Muhsinun) atau pengusaha

muslim yang saling berbagai rezeki terkait kegiatan-kegiatan dakwah. Pendanaan

juga berdampak pada minimnya jumlah da‘I dan kesejahteraannya. Pak Ahmad

SKM, Ketua yayasan Assalam Fakfak selaku perintis Sekolah Dasar Islam

33

Jumroni, Wawancara, Fakfak, 12 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

Terpadu (SDIT) Fakfak yang saat ini bertugas di Kantor Departemen Kesehatan

Surabaya tatkala peneliti menemuinya satu tahun silam (tahun 2015), ia

mengisahkan betapa beratnya pengorbanan dan perjuangan sewaktu ia pertama

kali berdakwah di kabupaten Fakfak, nasehat yang disampaikannya kepada

penulis, bahwa profesi sebagai seorang da‘I di Jawa berbeda dengan da‘I di

pedalaman Papua atau di Fakfak. Khususnya di kabupaten Fakfak profesi dakwah

bukanlah ajang menjadi kaya atau memiliki harta yang banyak, dakwah di Fakfak

bahkan di pedalaman Fakfak mengorbankan segala hal, keikhlasan sangat dituntut

dan dimiliki oleh soerang da‘I, seorang da‘I dan ilmu yang dimilikinya serta apa

yang disampaikannya kurang dihargai dan dihormati, sehingga karena kendala

dana dan perekonomian juru dakwah yang hidup di Fakfak menjadi kendala yang

sangat mendasar dalam proses dakwah. Penyebab berkurangnya jumlah da‘I baik

diperkotaan maupun di pedalaman bahkan tak adanya da‘I yang bertugas di

kampung Ugar salah satu faktornya nya adalah karena faktor dana. Sehingga yang

terjadi kebanyakan masyarakat atau katakanlah mahasiswa lulusan STAI Al

Mahdi Fakfak lebih memilih dan mengutamakan profesi sebagai Pegawai Umum

di kantoran yang lebih menjanjikan masa depannya dan demi membantu

perekonomian keluarga.

4) Fasilitas (SARPRAS) dakwah dan Kondisi Geografis yang tidak

mendukung

Fakfak adalah wilayah kepulauan dan pegunungan, pulau-pulau yang

dipisahkan oleh lautan dan lembah yang curam menjadi tantangan tersendiri bagi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

juru dakwah, selain pendanaan yang kurang disisi lainnya faktor alam menjadi

tantangan dakwah bila sarana prasarana dakwah yang tidak memadai. Seperti

halnya keadaan alam di kampung Ugar, di bulan Januari dan Februari, september

sampai bulan Desember adalah musim angin Barat dengan curah hujan yang

relatif tinggi, mengakibatkan keadaan laut yang ekstrim dan tidak bersahabat

untuk melakukan perjalanan laut34

. Fasilitas dakwah sangat terbatas dan bahkan

sangat tidak mendukung proses dakwah di daerah pedalaman. Setidaknya di

distrik Kokas yang terdiri dari 22 kampung hampir 100% adalah perkampungan

Islam, hendaknya memfasilitasi keperluan dan kebutuhan dakwah,

mengembangkan dakwah dari waktu ke waktu, menyediakan transportasi berupa

kapal atau speedboat sehingga mempermudah perjalanan ketempat dakwahnya.

5) Dakwah yang tidak terorganisir

Faktor-faktor penghambat proses dakwah yang telah tersebut sebelumnya

baik di perkotaan dan terutama di pedalaman khususnya kampung Ugar

menunjukkan bahwa aktivitas dakwah di kabupaten Fakfak masih belum

terorganisir dan tidak terkoordinir dengan baik, dalam artian kurang adanya

kerjasama yang maksimal antara ketiga elemen pokok yang telah disebutkan pada

awal penelitian ini yaitu pemangku kekuasaan: Pemerintah, Tokoh adat dan

Tokoh Agama. Kurangnya perhatian dan dukungan pemerintah selaku pusat

pemerintahan terhadap perkembangan dakwah Islam khususnya di daerah

pedalaman berdampak pada elemen dakwah lainnya oleh karnanya peran tokoh

34

Elpera Fakfak dan Badan Pembedayaan Kampung Fakfak, ―Profil Kampung Ugar‖, (Fakfak,

Desember 2006), hlm.19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

agama saja belum cukup bila tanpa adanya dukungan dari tokoh adat maupun

pemerintah. kepentingan individulistis menjadikan ketimpangan proses dakwah

itu sendiri dan akhirnya terciptanya dakwah yang tidak terorganisir dan tak

terkoordinir sehingga aktivitas dakwah dari waktu ke waktu hanya berputar di

wilayah perkotaan sementara dakwah di pedalaman khusunya seperti kampung

Ugar tidak tersentuh. Dapat disaksikan apa yang terjadi saat ini, keyakinan

terhadap ajaran agamanya masih sangat minim sehingga merasa cukup dengan

pengetahuan Islam yang dimilikinya secara turun temurun. Islam dapat diterima

sebagai agama dan pedoman serta jalan hidup masyarakat di Papua maka akan

mewarnai pranata-pranata kehidupan sosial dan budaya, Selain itu tidak

terstruktur dan terorganisirnya dakwah menjadikan masyarakat masih berpegang

teguh terhadap tradisi dan budaya leluhur, mengiyakan apa yang dirangkum oleh

Wanggai bahwa: ―Keadaan ini terjadi karena penerimaaan mereka kepada Islam

sebagai agama tidak terlalu banyak mengubah nilai-nilai, kaidah-kaidah

kemasyarkatan dan kebudayaan yang telah ada sebelumnya. dan tidak mengubah

lembaga lembaga dalam kehidupan masyarakat yang ada (wanggai, 104)35

.

Ketidak organisirnya dakwah disebabkan apa yang telah diwariskan pada pola

pikir sebagian pemangku jabatan bahwa urusan agama adalah tanggung jawabnya

tokoh agama atau para Imam Masjid saja dan bukan menjadi tanggung jawab

setiap muslim.

6) Kurangnya SDM Yang Dimiliki Da‘i

35

Wanggai, Rekonstruksi Sejarah, Hlm. 104

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

Penguasaan medan dakwah yang minim akan mempengaruhi terhadap

kinerja da‘i sebagai aktor dalam sebuah proses dakwah. Da‘i bukan hanya dituntut

bisa membaca al Qur‘an atau membaca kitab arab gundul semata, namun sebagai

aktor utama dalam kancah dakwah hendaknya memiliki ketrampilan dalam

berkomunikasi dengan baik, kemampuan beretorika dalam berdakwah mampu

beriteraksi dan menjadikan dirinya bagian dari masyarakat atau objek dakwah

tersebut, mampu membaca dan mengartikan simbol-simbol dan ciri-ciri khusus

lainnya yang ia temui dalam interaksi dengan masyarakat. Da‘i yang tidak

memahami objek dakwahnya dan tidak memiliki kemampuan membaca dan

memperhatikan masyarakat akan menjadikannya sebagai suatu beban dan pada

akhirnya akan memilih untuk meninggalkan pekerjaan dakwahnya karena ia tak

mampu untuk melakukan aktivitas dan mensosialisasikan dakwahnya dalam

bentuk hubungan timbal balik dengan objek dakwahnya. Bila diperhatikan dari

keluhan beberapa da‘i yang telah dikemukakan pada awal poin ini bahwa kondisi

real masyarakat Ugar dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Ugar yakni pendidikan Agama

maupun pendidikan umum lainnya. Sebagaimana telah dipaparkan bahwa

mayoritas penduduk Ugar pendidikan tertinggi hanya sebatas pada

Sekolah Dasar.

b) Kurangnya tenaga didik, baik Guru Agama maupun Guru umum lainnya

hal ini sangat berdampak pada kurangnya bimbingan dan arahan yang baik

pada pola kehidupan mereka.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

c) Pemahaman Agama yang sangat minim, poin ke tiga ini adalah dampak

dari poin satu dan dua, karena tidak adanya siraman agama dan pengajaran

atau pemahaman agama yang cukup sehingga berdampak pula pada

kebiasaan dan tradisi masyarakat yang pada awalnya telah menyerahkan

semua urusan agama adalah tanggung jawab Imam Masjid sehingga acuh

tak acuh dengan kewajiban agama yang selanjutnya masyarakat akan lebih

meyakini kekuatan-kekuatan ghaib yang lebih real mereka rasakan

(Kepercayaan Animisme) manfaatnya.

d) Sikap egoisme, faktor ini ada karena adanya perasaan tidak diperhatikan

dan tidak dilayani oleh pemerintah setempat yang seakan-akan di kucilkan

dan jauh dari keramaian lalulintas. Sehingga sifat untuk mempertahankan

kebiasaan dan tradisi leluhur dan fanatik kesukuan sangat terasa di

kampung ini.

Secara garis besar keempat poin ini adalah tantangan dan problematika

dakwah di Kampung Ugar bagi seorang da‘i, dan keunikan tersendiri bagi da‘i

lainnya sebagaimana yang dilakukan oleh Fadlam Garamatan selaku perintis

yayasan AFKN, memulainya dengan kunjungan yang rutin, berinteraksi dan

mempelajari simbol-simbol yang ada pada masyarakat sehingga mampu

menemukan pola dan pada akhirnya mampu memberikan apa yang diinginkan

masyarakat dengan mengadakan Jambore Internasional Perdana di Papua Barat

yang berlokasi di Kampung Ugar-Kokas pada bulan Desember 2014 silam.

Sejalan dengan apa yang di pikirkan oleh Mead bahwa seorang aktor atau da‘I

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

selama melakukan dakwahnya akan senantiasa berinteraksi dengan masyarakat,

da‘i dituntut untuk dapat berpikir, mempelajari karakter masyarakat, memahami

lingkungan melalui simbol-simbol maupun arti yang mengidentifikasikan ciri

masyarakat tersebut pada tindakan dan aktivitas keseharian mereka. Dan pada

akhirnya membayangkan solusi dan tindakan apa yang akan dilakukannya dalam

interaksinya terhadap masyarakat dakwah. Sebagaimana keluhan-keluhan yang

diutarakan para da‘I akan kebiasaan masyarakat Ugar yang inklusif, egois, atau

fanatik dan cuek, ini sebenarnya ciri khusus dan simbol-simbol tertentu yang

hendaknya dipelajari lebih mendalam dengan melakukan ekstra pendekatan36

.

D. Strategi dan Solusi Dakwah di Kampung Ugar

Islam memang lebih awal masuk di Papua dibandingkan Kristen dan

Katholik, namun penyebaran Islam di Papua kalah cepat bila dibandingkan

dengan penyebaran Kristen dan Katholik. Terlebih pada masa Pemerintah Hindia

Belanda, posisi umat Islam di Papua sangat terjepit oleh persaingan misi. Apa

yang telah dan tengah terjadi di Kabupaten Fakfak dari berbagai kekurangan dan

hambatan dakwah bukanlah sebab untuk berhenti berdakwah. Keikhlasan dari

seorang da‘I dalam berdakwah akan terlihat bagaimana ia menyikapi berbagai

persoalan dan tantangan dakwah. Untuk mengatasi polemik dan problematika

dakwah di pedalaman Fakfak terutama di kampung Ugar diakhir bab ini peneliti

mengetengahkan solusi yang terangkum dari cerita dan apa yang dirasakan dan

36

Ritzer, Teori Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2014), 278.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

dialami oleh para da‘i yang sekiranya dapat membantu meminimalisir

problematika dakwah di Kampung Ugar-Distrik Kokas.

a) Niat Ikhlas dalam berdakwah sangat dituntut untuk dimiliki bagi seorang

da‘i, dengan terus berusaha dan berdoa tanpa berputus asa.

b) Mengenali dan mempelajari medan dakwah lebih dekat, mengonsep

danmemetakan tahap demi tahapan yang akan ditempuh dan apa yang

akan dilakukan

c) Kerjasama dengan pihak terkait sebelum melakukan dakwah seperti

lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi dakwah setempat atau melalui

media kantor kementerian Agama seperti BIMAS Islam, DMI dan yang

lainnya. Dengan melakukan kerjasama dengan pihak terkait yang telah

mengenal segala kekurangan hambatan dan kendala di medan dakwah

dapat tersampaikan kepada da‘i sehingga memiliki waktu untuk

mempersiapkan dirinya.

d) Melakukan kunjungan dan pendekatan-pendekatan terhadap kepala suku

atau orang-orang yang terpandang dan dihormati atau disegani oleh

masyarakat Ugar sebagaimana yang dilakukan oleh Yayasan AFKN

kunjungan yang dilakukan bukan hanya sehari atau sekali namun berkali-

kali dengan ditemani oleh mantan Bupati atau tokoh adat maupun tokoh

masyarakat. demikian juga yang peneliti lakukan sebelum mencari data

dan tinggal di kampung Ugar telebih dahulu mengenal karakter warga

Ugar lebih dekat dan kemudian bersama kepala Distrik Kokas

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

mengunjungi kampung Ugar. Kunjungan atau silaturahim yang

berkelanjutan dan saling memberikan hadiah akan melahirkan rasa cinta

serta menumbuhkan rasa persaudaraan.

e) Manajemen dakwah. Yaitu dengan menyusun konsep dan memenej

dengan baik setiap materi atau pesan dakwah, sehingga melalui

perencanaan dan manajemen dakwah yang terkoordinir dengan rapi,

maksud dan tujuan dakwah akan tersampaikan. Manajemen dakwah yang

dimasksudkan disini antara lain manajemen waktu, pesan atau materi

dakwah sehingga apa yang dilakukan dan disampaikan oleh da‘I tidak

tergesa-gesa dan seakan-akan memaksa, memulai dari pesan yang paling

terpenting dan disesuaikan dengan kebutuhan mad’u

f) Membangun komunikasi yang baik. Komunikasi merupakan alat

terpenting dalam penyampaian pesan-pesan kepada objek dakwah.

Komunikasi yang dimaksudkan peneliti adalah dengan menggunakan

bahasa daerah setempat, atau komunikasi dengan masyarakat melalui

tindakan dan perlakukan (akhlak) yang baik. Komunikasi dan interaksi

sosial dan komunikasi antar budaya sangat perlu diperhatikan oleh seorang

da‘i.

g) Evaluasi dan follow Up secara berkesinambungan dan continue terhadap

setiap aktivitas dakwah yang telah dilakukan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

Berdasarkan teori tentang wujud Interaksi Simbolik antara Da’I dan Mad’u

oleh Acep Aripuddin37

menyebutkan empat (4) teori antara lain: 1) Teori

Resistensi (teori penolakan), 2) Teori akulturasi atau teori pencampuran, 3) Ketiga

Teori resepsi, dan 4) Teori Komplementer. Secara umum keempat teori ini

berbicara mengenai dakwah antara dua kebudayaan yang berbeda dan

kemungkinan-kemungkinan diterima dan tidaknya, bersatu atau meleburnya

menjadi warna (kebudayaan) baru. Dakwah di kampung Ugar dengan sederet

tradisi dan kepercayaannya menjadi tantangan bagi da‘I. Pada umumnya

masyarakat Ugar sangat menerima budaya atau warna baru (ajaran Islam yang

benar) apabila pesan-pesan dakwah dapat dikomunikasikan dengan baik kepada

masyarakat Ugar dan dapat memberikan manfaat bagi kebutuhan rohani dan

jasmani mereka. Sebagaimana suksesnya Jambore Dakwah yang diadakan oleh

AFKN tahun 2014 silam. Kerjasama dari berbagai elemen dakwah serta adanya

interaksi timbal balik diantara aktor dakwah sangat membantu dan memberikan

konstribusi yang pada akhirnya memberikan perubahan dan pengaruh positif dan

perubahan kepada perkembangan objek dakwah kearah yang lebih baik.

37

Aripuddin, Dakwah, hlm. 20-22