bab iv belum fix
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Dalam Bab ini dibahas tentang hasil penelitian yang memberikan jawaban
atas permasalahan yang diteliti dan membahas mengenai data-data yang diperoleh
dari hasil penelitian lapangan. Bab ini juga akan membicarakan tentang motivasi
mantan keuchik mencalonkan diri menjadi anggota legislatif Kabupaten Bireuen
serta alasan yang melatar belakangi keinginan masyarakat untuk memilih mantan
keuchik menjadi anggota legislatif Kabupaten Bireuen.
4.1.1 Gambaran Umum Penelitian
Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten yang terbentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kabuaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue (Lembar Negara Tahun 2000 Nomor
75, Tambahan Lembar Negara Nomor 3963). Sebelum terjadinya pemekaran
daerah, Kabupaten Bireuen adalah sebuah kecamatan dari Kabupaten Aceh Utara.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.901,21 Km2. Sebelah utara berbatasan
dengan selat malaka, timur Kabupaten Aceh Utara, Selatan Kabupaten Bener
Meriah, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya. Kabupaten
Bireuen terbagi atas 75 mukim serta 609 gampong. Yang tersebar pada 17
kecamatan.
29
30
Jumlah mukim dan gampong dirinci per kecamatan
No Kecamatan Mukim Desa
1 Samalanga 5 46
2 Simpang Mamplang 3 41
3 Pandrah 3 19
4 Jeunib 6 43
5 Peulimbang 3 22
6 Peudada 6 52
7 Juli 4 36
8 Jeumpa 5 42
9 Kota Juang 4 23
10 Kuala 4 20
11 Jangka 5 46
12 Peusangan 9 29
13 Peusangan Selatan 3 21
14 Peusangan Siblah Krueng 3 21
15 Makmur 4 27
16 Gandapura 4 40
17 Kuta Blang 4 41
Sumber: Dinas Arsip dan Kepustakaan Kabupaten Bireuen.
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada 11 kecamatan,
yaitu pada kecamatan para mantan keuchik yang mencalonkan diri menjadi
anggota legislatif berdomisili. Kecamatan tersebut adalah kecamatan Samalanga,
31
Simpang Mamplang, Peudada, Jeumpa, Juli, Juang, Kuala, Peusangan, Pesangan
Siblah Krueng, Kuta Blang dan Gandapura. Di bawah ini peneliti menjabarkan
secara terperinci nama dan asal desa mantan keuchik yang mencalonkan diri
menjadi anggota legislatif Kabupaten Bireuen.
Daftar Nama Keuchik yang Mencalonkan Diri menjadi Anggota Legislatif
No Kecamatan Nama Desa
1 Samalanga Marzuki Daud Geulempang Payong
2 Simpang Mamplam Suhaimi Hamid Meunasah Asan
3 Peudada Marzuki Amtas Dayah Mon Ara
4 Jeumpa
1. Burhanuddin, S.PI
2. Hasanuddin Usman
3. Ghazali Adami
1. Paloh Seulimeng
2. Cot Keutapang3. Blang Cot
Baroh
5 Juli1. Bustami Nyak
Idi2. Mukhtar
M.Thaib
1. Paseh2. Pante
Peusangan
6 Kota Juang Zulfaisal Saleh Gampong Baroe
7 Kuala 1. T. Hanan Ilyas2. M. Amin.AR
1. Ujong Blang2. Lhok Awe
8 Peusangan1. Anwar Hasan2. M. Azhari
Kasem3. Junaidi
1. Pante Gajah2. Sagoe3. Nicah
9 Peusangan Sb.Krueng Akmansyah Pante Baro Buket Panyang
10 Kuta Blang Athailah M. Saleh Cot mee
11 Gandapura M.Nizar Leuping Timu
Sumber: Badan Mukim dan Gampong Kabupaten Bireuen.
32
Dari 17 Keuchik yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif di atas
hanya T. Hanan Ilyas dan Mukhtar M.Thaib yang maju menjadi calon anggota
Legislatif Aceh. Selebihnya keseluruhan Keuchik tersebut di atas mencalonkan
diri menjadi anggota legilsatif Kabupaten Bireuen. Adapun Partai pengusung
mereka bervariasi, dari partai nasional maupun lokal, yakni partai :
1. Nasdem :2 Mantan Keuchik (Ghazali Adami dan Anwar Hasan)
2. Demokrat :3 Mantan Keuchik
(Marzuki Daud, Bustami Nyak Idi dan T.Hanan Ilyas)
3. PKS :2 Mantan Keuchik (Akmansyah dan Hasanuddin Usman)
4. PPP :2 Mantan Keuchik (Athailah M.Saleh dan Marzuki Amtas)
5. PNA :3 Mantan Keuchik (M.Azhari, M.Nizar dan Suhaimi)
6. PA :2 Mantan Keuchik (Burhanuddin, S.PdI dan Junaidi)
7. Gerindra :1 Mantan Keuchik (Zulfaisal Saleh)
8. Golkar :1 Mantan Keuchik (M.Amin AR)
9. PAN :1 Mantan Keuchik (Mukhtar M.Thaib)
Masyarakat yang peneliti wawancarai adalah pemilih calon yang lolos
menjadi anggota Legislatif berada pada desa calon anggota legislatif tersebut,
yaitu pada Desa Cot Keutapang, Menasah Asan, Pante Gajah, Lhok Awe, Cot
Mee dan Leuping Timu. Desa tersebut berada di Kecamatan Simpang Mamplam,
Jeumpa, Kuala, Peusangan, Kuta Blang dan Gandapura.
33
4.1.2 Deskripsi Temuan Penelitian
Dalam bab ini dibahas tentang hasil penelitian yang memberikan jawaban
atas permasalahan yang diteliti dan membahas mengenai data-data yang diperoleh
dari hasil penelitian lapangan. Bab ini juga membicarakan tentang motivasi
mantan keuchik mencalonkan diri mejadi anggota legislatif Kabupaten Bireuen
serta alasan yang melatar belakangi keinginan masyarakat untuk memilih mantan
keuchik menjadi anggota legislatif Kabupaten Bireuen.
4.1.2.1. Motivasi Mantan Keuchik Mencalonkan Diri menjadi Anggota
Legislatif Kabupaten Bireuen
Motivasi mantan keuchik mencalonkan diri menjadi anggota legislatif
sangat variatif, setelah dilakukannya penelitian ada empat faktor yang memotivasi
mantan keuchik mencalonkan diri menjadi anggota legislatif, yang pertama ingin
memperjuangkan aspirasi masyarakat desa. Kedua, Ingin memperjuangkan
kesejahteraan Keuchik. Ketiga, Ingin memperbaiki kinerja DPRK yang tidak pro
rakyat. Dan yang terakhir karena pengalaman berpartispasi dalam pemilu serta
ajakan dari partai pengusung.
4.1.2.1.1 Memperjuangkan aspirasi masyarakat desa
Hasil penelitian di Bireuen berdasarkan wawancara yang peneliti tanyakan
kepada para mantan keuchik yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif.
Berdasarkan pengumpulan data di lapangan, maka dalam penelitian ini ditemukan
bahwa para mantan keuchik mencalonkan diri menjadi anggota legislatif di dasari
oleh keinginan untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat desa, dimana ketika
mereka menjabat menjadi keuchik mereka rasa banyak hal yang masih harus
34
diperbuat demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa, karena terbatas nya
wewenang seorang keuchik yang hanya bisa mengusulkan, mereka tidak dapat
mengambil sebuah kebijakan. Oleh sebab itu lah hal yang paling utama
memotivasi para keuchik tersebut mencalonkan diri adalah karena mereka ingin
memperjuangkan hal tersebut.
“Saya telah menduduki jabatan keuchik selama 11 tahun, karena jabatan keuchik yang sangat terbatas kewenangannya yaitu hanya sebatas mengusulkan, kami tidak dapat memutuskan sebuah kebijakan untuk membantu desa-desa yang sangat butuh bantuan, oleh sebab itulah saya mencalokan diri menjadi caleg, karena harus diakui DPR adalah sebuah lembaga yang mempunyai keluasaan yang besar untuk mengambil sebuah untuk masyarakat secara luas. Kita dapat mengimput ataupun dalam kata lain mengaspirasikan keinginan mesyarakat yang akan dimasukkan ke program jangka panjang maupun jangka pendek daerah yang bersifat untuk memberdayakan masyarakat terutama sekali masyarakat menengah ke bawah selanjutnya masyarakat menegah ke atas. Jadi boleh dikatakan yang memotivasi saya mencalonkan diri menjadi anggota legislatif adalah saya ingin memperjuangkan kesejahteraan desa yang ada di Bireuen, terlebih saya sekarang menjadi pimpinan di DPR insyaallah saya akan memperjuangkan hal tersebut, dengan rekan lain nya di DPRK Bireuen, target saya secara pribadi tahun 2017 setiap desa yang ada di bireuen harus mempunyai sebuah progres kedepannya. Hal ini dapat terlaksana jika masyarakat, kami para legilator dan esekutif saling bersinergi dalam tujuan ini. Bila semua bersinergi insya allah hal ini akan terwujud segera”(Athaillah M. Shaleh, MA, wakil ketua DPRK wawancara tanggal 4 februari 2015).
Mantan keuchik yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif tentu
saja memiliki sebuah kekuatan masa di desa mereka sendiri, mereka mendapatkan
dukungan dari banyak kalangan, seperti dukungan dari para tokoh masyarakat.
Seperti yang diutarakan oleh mantan keuchik paloh seulimeng yang mencalonkan
diri menjadi anggota legislatif.
“Selain ingin mengaspirasikan suara masyarakat desa yang memotivasi saya mencalonkan diri menjadi anngota legislatif didasari adanya desakan dari tokoh-tokoh desa, seperti sekdes, tuha lapan, tuha peut dan imum
35
gampong. Mereka mengiginkan saya untuk naik ketngkat lebih tinggi lagi, mereka menganggap bahwa telah saatnya saya memperjuangkan masyarakat kejenjang yang lebih tinggi lagi agar aspirasi masyarakat dapat saya suarakan nantinya ” (Baharuddin, wawancara tanggal 03 Februari 2015).
Dukungan dari para tokoh masyarakat tersebut menjadi sebuah keuntungan
bagi mantan keuchik yang ikut bertarung dalam pemilu legislatif pada 2014 yang
lalu. dukungan tersebut dirasa sangat wajar selain faktor kedekatan emosional, hal
itu terjadi dikarenakan faktor frustasinya para tokoh masyarakat tersebut terhadap
pemerintah yang kurang memperhatikan kesejahteraan masyarakat desa, dan juga
karena sosok keuchik yang dianggap tau apa yang masyarakat butuhkan.
“Pengalaman saya menjadi keuchik dan realitas yang terjadi di masyarakat desa yang kurang diperhatikan pemerintah itu lah yang pertama sekali memotivasi saya. Seandainya saya menjadi anggota DPRK saya sudah tahu apa yang diperlukan oleh masyarakat terlebih saya sudah berpengalaman dalam memimpin desa, harus di akui keuchik adalah orang yang paling mengethui apa-apa yang menjadi keperluan masyarakat. Senlajutnya saya melaju karena menurut saya tingkat elektabilitas saya tinggi. Itu terbukti pada kampanye banyak masyarakat yang sukarela membantu saya. Namun yang terjadi di hari H saya kalah. Saya tidak tahu kenapa sampai begitu. Mungkin sya sudah dikalahkan oleh money politik, jujur saya Cuma habis 80 juta rupiah, itu tergolong masi rendah ada kawan saya malah habis 250 juta rupiah. Saya berkesimpulan sistem pemilu kita hanya cocok di ikuti oleh kalangan yang mempunyai modal besar saja” (Zulfaisal Saleh SE, wawancara, tanggal 03 februari 2015).
Faktor memperjuangkan kesejahteraan masyarakat desa menjadi alasan
utama para mantan keuchik mencalonkan diri menjadi anggota legislatif, hal itu
sangat wajar terjadi dikarenakan mereka telah jenuh untuk menunggu pemerintah
kabupaten begerak, serta harus diakui yang paling mengetahui apa yang
dibutuhkan masyarakat adalah mereka, keuchik telah terbiasa langsung mendengar
keluh kesah masyarakat akar rumput, maka sudah saatnya memang mereka turut
36
andil berpartisipasi di dalam politik, dengan cara mencalonkan diri menjadi
anggota legislatif.
4.1.2.1.2. Ingin Memperjuangkan Kesejahteraan Keuchik
Kabupaten Bireuen merupakan salah satu Kabupaten di
Aceh yang kurang memperhatiakan tingkat kesejahteraan
keuchik dimana hal ini menjadi sebuah fenomena yang sangat
disayangkan masih terjadi pada dewasa ini, kerja keuchik tidak
sebanding dengan upah yang mereka dapatkan, maka hal ini
menjadi salah satu alasan yang memotivasi mantan keuchik
mencalonkan diri menjadi anggota legislatif, seperti hasil
wawancara dengan mantan keuchik yang mencalonkan diri
menjadi anggota legislatif yang mengatakan bahwa tingkat
kesejahteraan keuchik menjadi alasan utama beliau
mencalonkan diri menjadi anngotta legislatif:
“Yang memotivasi saya mencalonkan diri menjadi anggota legislatif terutama sekali adalah saya ingin meningkatkan atau pun memperbaiki kesejahteraan keuchik yang tidak diperhatikan oleh pemerintah daerah, karena menurut saya sungguh sangat tidak berimbang upah yang diberikan kepada para keuchik jika dibandingkan dengan kinerja mereka yang sangat padat di desa, jam kerja keuchik di desa bisa saya katakan lebih dari 12 jam. Coba kita bayangkan dengan jam kerja keuchik yang dalam sehari lebih dari 12 jam tersebut hanya di gaji dengan 500 ribu. Apakah itu layak? Sungguh tidak layak. Yang makin keterlaluan lagi Sekdes digaji dua juta setengah perbulan sedangkan keuchik hanya 500 ribu, padahal kalau ditinjau melalui tanggung jawab yang diemban tanggung jawab keuchik lebih besar ketimbang sekdes. Hal ini lah yang saya tidak habis pikir kenapa bisa begini. Namun apa boleh buat tuhan belum mengizinkan saya menerima amanah dari masyarakat, namun harapan saya. Saya harap para mantan keuchik yang berada di parlemen sekarang, mereka jangan lupa mereka berasal dari mana, mereka sudah
37
sewajarnya untuk memperjuangkan hal yang ingin saya perjuangkan ini” (Azhari Kasem, wawancara tanggal 10 februari 2015).
Karena kesejahteraan keuchik itulah banyak dari keuchik yang ada di
Kabupaten Bireuen mencari tambahan pemasukan mereka melalui pemungutan-
pemungutan yang dilarang, seperti pemungutan uang jika ada dari masyarakat
mengurus sesuatu yang terkait dengan masalah adminitratif. Pengurusan kartu
keluarga, pembuatan KTP dan lain sebagainya. Maka faktor kesejahteraan yang
tidak memadai juga menjadi alasan dari mereka untuk mencalonkan diri menjadi
anggota legislatif:
“Di Kabupaten Bireuen keuchik di ibaratkan sebagai sebuah Pekerjaan yang penuh resiko tapi tidak dihargai, itu tampak dari upah yang di bayar kepada kami yaitu 500 ribu rupiah itu pun disalurkan per 3 bulan, sungguh tidak layak, malah dibawah rata-rata upah minimum di aceh, oleh sebab itu yang memotivasi saya mencalokan diri menjadi anggota legislatif adalah saya ingin memperjuangkan nasib keuchik yang sangat menyedihkan di Kabupate Bireuen. Serta jujur karena tingkat pendapatan keuchik yang sangat dibawah rata-rata itulah saya mencalonkan diri. Alhamdulillah saya terpilih, sekarang kami kawan-kawan di DPRK sedang gencar-gencarnya memperjuangkan masalah kesejahteraan keuchik ini. Terlebih di Bireuen terdapat 8 orang mantan keuchik. Malah ketua dan wakil pimpinan yang sekarang pun berasal dari kalangan mantan keuchik, oleh sebab itu saya yakin masalah yang sangat urgen tersebut akan ada solusinya selama kami menjabat. Insya allah”(Anwar hasan, wawancara tanggal 9 Februari 2015).
Alasan tingkat pendapatan keuchik memang sebuah dilema yang terjadi
saat ini, jika alasan tersebut yang memotivasi seorang mantan keuchik
mencalonkan diri, maka mereka patut dicurigai kinerjanya ketika terpilih nanti.
Seolah olah mereka tidak memperjuangkan aspirasi masyarakat, akan tetapi
mereka akan memperkaya diri mereka sendiri. Seperti kutipan hasil wawancara
dengan pemilih bapak Anwar Hasan, beliau mengatakan bahwa:
”Kami selaku pemilih Cekwan, merasa sangat bangga kepada beliau, selama menjadi keuchik beliau sangat memperhatikan kami masyarakat
38
gampong, namun jika yang memotivasi beliau naik menjadi anggota dewan adalah masalah uang semata. Maka kami hanya bisa berbaik sangka dan berharap supaya cekwan masih tetap seperti ketika beliau menjadi keuchik dimana beliau sangat memperhatikan kami, dan tentu saja saya rasa beliau juga akan memperjuangkan nasib kesejahteraan keuchik yang saya tahu sangat dibawah kelayakan” (Gilbran, wawancara tanggal 10 Februari 2015).
Peningkatan taraf kesejahteraan keuchik tentu tidak semudah membalikan
telapak tangan, banyak hal yang dipertimbangkan dan dipikirkan. Perjuangan dari
banyak anggota DPRK Bireuen dari kalangan mantan keuchik adalah suatu modal
dan semangat serta bantuan yang sangat beharga bagi percepatan terbentuknya
sebuah kebijakan yang mengatur persoalan taraf kesejahteraan keuchik di
Kabupaten Bireuen.
4.1.2.1.3. Ingin Memperbaiki Kinerja DPRK Yang Tidak Pro Rakyat
Kinerja DPRK Bireuen periode 2009-2014 sangat tidak memuaskan
masyarakat desa pada khusunya, itu nampak dari kebijakan yang dikeluarka
pemerintah bireuen tahun 2014 pengelolaan ADG (Alokasi Dana Gampong)
dilakukan oleh kecamatan berdasarkan Perbup nomor 1 tahun 2014. ini
merupakan kekeliruan besar yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Bireuen. Karena kebijakan tersebut telah mematahkan semangat memandirikan
gampong dan pemerintah kabupaten ragu akan kapasitas pemerintah gampong.
Kebijakan tersebut seolah-olah tidak mempercayai kapasitas para aparatur
gampong. Seharusnya anggota DPRK pada periode tersebut bisa mengoreksi hal
tersebut. Namun mereka tidak melakukan apa-apa. Oleh sebab itulah hal yang
memotivasi mantan keuchik mencalonkan diri menjadi anggota legislatif adalah
39
terkait masalah ini. Seperti kutipan yang di paparkan oleh M.Nizar Celeg terpilih
dari kalangan keuchik:
“Disamping keinginan untuk membantu masyarakat, hal yang memotivasi saya mencalonkan diri menjadi anggota legilatif adalah saya penasaran terkait kinerja DPRK yang lalu, harus diakui DPRK yang lalu tidak berhasil mengaspirasi aspirasi masyarakat desa, oleh sebab itu lah saya berkeinginan untuk mencalonkan diri menjadi calon anggota legislatif, dan alhamdulillah saya lolos, maka saat ini saya ingin membuktikan apa disana tidak ada ruang gerak atau memang tidak ada keinginan untuk membantu. Ternyata ada ruang gerak nya, tetapi sekarang anggota dewan yang terpilih cenderung memperhatikan konstituennya saja atau dalam kata lain politik kaum droe. Untuk masyarakat umum jarang tersentuh, hanya untuk masyarakat - masyarakat tertentu dan untuk kesejahteraan desa bukannya tidak ada, memang terkesan tidak nampak mungkin dikarenakan hal tersebut terjadi banyak bantua sering disalurkan melalui Bansos. Oleh sebab itu lah anggota DPR disini terkesan tidak memperhatikan aspirasi masyarakat luas, terlebih masyarakat Desa” (wawancara taggal 4 Februari).
Niat mereka untuk merubah kinerja DPRK terhalang oleh sangat banyak
persoalan selain masalah yang diutarakan Nizar diatas, masalah sistem Voting pun
menjadi persoalan saat ini. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang mantan
keuchik yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. dimana hal yang
memotivasi beliau adalah faktor memperbaiki kinerja DPRK.
“Yang memotivasi saya mencalonkan diri menjadi anggota legislatif adalah saya ingin memperbaiki lembaga DPR tersebut. Namun ketika saya masuk ke lembaga tersebut tidak seperti yang saya bayangkan, karena disana kita tidak dapat hanya bersuara sendiri, suara yang banyak mengalahkan suara yang sedikit. Maka keinginan saya untuk memperbaiki cara kerja anggota DPR sekarang ini masih sangat terganjal oleh hal tersebut, mungkin juga karena fraksi saya yang tidak berkoalisi dengan pemerintah, maka kami tetap kalah kalau sistem voting diberlakukan. Jumlah kami kalah banyak maka suara kami tidak di gubris, tapi yakinlah kami pada dasarnya di sana tetap akan pro kerakyat, namun apa boleh buat kami di DPR tetap membawa kepentingan-kepentingan tertentu. Kebanyakan kami tetap membawa kepentingan partai kami. Oleh sebab itu lah menurut saya legislatif bukan lah tempat untuk merubah sebuah sistem yang hancur. Kalau anda ingin merubah
40
sebuah sistem dalam pemerintahan yang telah bobrok maka eksekutif lah tempatnnya” (M.Amin AR, wawancara tanggal 20 Februari 2015).
Harus diakui memperbaiki sebuah lembaga adalah sebuah misi yang
boleh dikatakan hampir mustahil di lakukan terlebih dinegara kita ini. Dan para
anggota legislatif yang terpilih tersebut memiliki banyak tuntutan dimana seperti
yang peneliti tulis diatas. Temuan dilapangan memperlihatkan bahwa selain
mereka memiliki sebuah deal-deal tertentu serta sistem voting pun sangat
mempengaruhi pula. Oleh sebab itulah niat yang mulia mereka bawa sebelum
menjadi anggota legislatif pelan-pelan akan hilang oleh beberapa faktor,
diantaranya temuan lapangan yang peneliti tulis diatas penyebabnya.
4.1.2.1.4. Pengalaman Berpartisipasi dalam Pemilu Serta Ajakan Dari Partai
Pengusung
Selanjutnya faktor yang memotivasi para mantan keuchik mencalonkan
diri menjadi anggota legislatif adalah faktor pengalaman berpartisipasi dalam
pemilu mereka yang pernah berpartisipasi di pemilu legislatif tahun 2009 serta
ajakan / rangkulan oleh partai politik. Seperti hal nya bapak T. Hanan Ilyas
dimana beliau pernah mencalonkan diri menjadi anggota legislatif di tahun 2009:
“Yang memotivasi saya mencalonkan diri adalah lebih karena faktor pengalaman saya yang pernah mencalonkan diri menjadi caleg di pileg 2009 dan faktor ajakan serta rangkulan dari demokrar kepada saya, Pada tahun 2009 saya maju menjadi caleg DPRK dari partai demokrat. Pada Pileg 2014 yang lalu saya dipercaya untuk maju ke DPRA. Garis besarnya saya mencalonkan diri menjadi anggota legislatif pada Pileg 2014 yang lalu lebih dikarenakan rasa penasaran saya ketika belum beruntung memenangkan pemilu serupa di tahun 2009, sehingga saya mencoba peruntungan kembali di agenda yang sama. Yakni pileg di tahun 2014 tapi kehendak allah berkata lain saya kembali tidak terpilih”(wawancara tanggal 03 Februari 2015).
41
Bercermin dari pengalaman telah membuat sebagian besar mantan keuchik
mencalonkan diri sebagai anggota parlemen, mereka merasa mampu untuk
bekerja dengan pengalaman mereka mengikuti pileg sebelumnya. Seharusnya juga
mereka menimbang-nimbang pengetahuan tentang tupoksi legislatif agar mereka
benar-benar bertanggung jawab saat memegang amanah menjadi anggota DPRK.
Selanjutnya faktor ajakan / rangkulan partai selanjutnya menjadi alasan mereka
mencalonkan diri. Seperti yang di tuturkan Bapak Hasanuddin Usman mantan
keuchik yang terpilih menjadi anggota legislatif. beliau mengatakan bahwa:
“Saya tidak pernah membayangkang untuk mencalonkan diri menjadi anggota dewan, tawaran menjadi caleg telah ditawarkan semenjak 2009 oleh beberapa PARLOK maupun PARNAS, ketika itu saya menolaknya dengan beberapa alasan, diantaranya idelogi yang diusung partai tersebut tidak sesuai dengan ideologi saya. pileg Tahun 20014 kemarin saya kembali mendapat tawaran dari partai yaitu dari PA, PNA, GOLKAR, NASDEM dan PKS, saya meminta waktu kepada mereka untuk memutuskan nya. Akhirya saya memilih PKS. PKS telah berhasil untuk membujuk saya. Ideologi PKS sesuai dengan cita-cita saya untuk membenah gampong yang ada di bireuen. Jadi yang memotivasi saya mencalonkan diri menjadi anggogata legislatif adalah lebih karena faktor rangkulan dari partai yang sesuai dengan cita-cita saya. Saya ulangi lagi sebelumnya Jujur tidak pernah ada dalam pikiran saya bergabung ke legislatif” (wawancara tanggal 25 Februari 2015).
Ajakan / rangkulan dari partai menjadi sebuah alasan yang peneliti banyak
temukan dilapangan, banyak dari mantan keuchik termotivasi oleh hal tersebut.
Seperti yang di tuturkan caleg PKS lainnya:
“Saya secara pribadi tidak ingin berpolitik, namun dikarenakan saya mempunyai kenalan anggota DPR-RI dari partai PKS yaitu pak Raihan Iskandar yang meminta saya untuk maju, maka saya menyanggupinya, namun ketika itu saya mengingatkan mereka bahwa saya tidak mempunyai modal banyak untuk nyaleg, namun mereka tetap yakin akan kedibilitas saya. Maka saya maju dari kecamatan siblah krueng” (Akmansyah, wawancara tanggal 15 Februari 2015).
42
Mantan Keuchik bergabung kedalam politik dari hasil temuan yang
peneliti temukan dilapangan tidak lepas dari partai politik pengusung mereka, ada
dari kalagan mantan keuchik yang memang sudah tertarik untuk berpartisipasi
pada pileg yang lalu didasari oleh ketetarikan mereka terhadap partai tertentu,
seperti yang di utarakan oleh caleg terpilih dari Partai Nasional Aceh:
“Yang memotivasi saya menjadi Caleg lebih didasari oleh ketertarikan saya terhadap PARLOK baru pengusung saya, seandainya bila ada tawaran dari partai lain, maka saya akan mempertimbangkannya terlebih dahulu, dan faktor kejenuhan saya melihat kinerja partai yang sedang berkuasa di bireuen. Yang menurut saya pribadi mereka telah gagal membangun bireuen pada umumnya dan kecamatan kami kususnya. Dari 17 kecamatan yang ada dibireun simpang mamplang tergolong dalam kecamatan yang masih tertinggal, dan terkesan tidak diperhatikan oleh esekutif, banyak pembangunan - pembangunan trategis untuk menunjang kehidupan masyarakat tidak di alokasikan kepada kecamatan kami, seolah-olah kami dilupakan. Oleh sebab itu lah ketika ada tawaran dari PNA saya lansung menyanggupi nya. Saya sangat optimis lolos ketika itu. Selain faktor saya yang sangat dikenal oleh masyarakat sebagai tokoh dikecamatan. Faktor PNA yang tergolong Parlok pemberi warna baru di perpolitikan Aceh. Alhamdulillah masyarakat mempercayai saya untuk mengemban amanat mereka selama 5 tahun kedepan” (Suhaimi Hamid, wawancara 26 Februari 2015).
Partai politik dewasa ini telah mulai melirik caleg – caleg yang memiliki
kapabilitas dan tentu saja memiliki elektabilitas yang tinggi. Seperti merekrut para
mantan keuchik. Yang otomatis secara langsung dapat meningkatkan suara
mereka ketika pemilu, seperti PKS contohnya. Pada pemilu 2004 dan 2009
mereka paling banyak hanya menguasai sebanyak 2 kursi saja pada periode 2004
dan 1 kursi pada periode 2009. Namun pada pemilu 2014 yang lalu mereka
mendapatkan 4 kursi. Yang tergolong mereka sudah berhasil meningkatkan
kepercayaan masyarakat bireuen terhadap partai mereka. Pada dasarnya Caleg dan
43
Partai mereka akan saling membuhtukan. Tinggal esekusinya terhadap
kepentingan masyarakat lah yang menjadi penentu berhasil atau tidaknya mereka.
4.1.2.2.Alasan Masyarakat Memilih Mantan Keuchik Yang Terpilih Menjadi
Anggota Legislatif Kabupaten Bireuen
Keikutsertaan masyarakat dalam pemilihan umum merupakan serangkaian
kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau pun tidak memilih, kalau
memutuskan memilih, apakah memilih karena kandidat A atau partai B? Dalam
konteks alasan pemilih memilih mantan keuchik yang terpilih menjadi anggota
legislatif Kabupaten Bireuen alasan yang peneliti temukan dilapangan bermacam-
macam yaitu dikarenakan merasa dekat dengan mantan keuchik, memilih karena
partai pengusung mantan keuchik, memilih karena kinerja mantan keuchik selama
menjabat dan memilih karena adanya kesepakatan dan pemberian sesuatu.
4.1.2.2.1.Memilih Karena Merasa Dekat Dengan Mantan Keuchik
Dalam hal memilih, setiap individu memiliki kedekatan-kedekatan dengan
setiap calon legislatif yang diusung oleh partai politik yang notabennya dapat
menampung aspirasi masyarakat. Tentu kedekatan ekologis antara seorang
kandidat dengan pemilih menjadi faktor penentu, contohnya pemilih memilih
keuchik tersebut dikarenakan keuchik tersebut putra daerah mereka.
“Alasan saya memilih keuchik Nizar sangat sederhana, dikarenakan beliau adalah putra daerah desa saya, ketika itu saya berpikir bahwa jika beliau terpilih maka bila ada dari masyarakat desa kami ingin berkeluh kesah, mereka sudah tahu untuk mengadu kemana” (Mustafa, wawancara tanggal 4 februari 2015).
44
Dalam hal ini para pemilih memilih keuchik tersebut lebih dikarenakan
alasan kedekatan emosional mereka dengan keuchik tersebut, kedekatan tersebut
selain dikarenakan para keuchik tersebut memang putra daerah mereka, faktor
jabatannya juga sangat mempengaruhi seseorang pemilih memilih seorang keuchik
tersebut. Seperti yang diutarakan oleh Arie Rifky pemilih bapak M.Amin AR.
“Saya memilih keuchik Min dikarenakan beliau adalah warga gampong saya, selain hal itu faktor beliau sudah lama menjabat menjadi kepala desa juga menjadi sebuah pertimbangan saya memilih beliau, dan saya rasa banyak dari warga gampong Lhok Awe memilih beliau dikarenakan hal tersebut, kami di desa lhok awe boleh dikatakan saling bersaudara antara satu dengan yang lain. Bila dipresentasikan sebanyak 75% warga kami telah menganggap bahwa mereka saling bersaudara antara satu dengan lainnya” (wawancara tanggal 18 Februari 2015).
Dalam hal ini peneliti rasa faktor ini adalah sebuah faktor yang sangat
mempengaruhi seorang pemilih memutuskan untuk memilih setiap mantan keuchik
tersebut faktor warga desa yang masih awam dalam memilih juga menjadi alasan
kenapa kriteria calon yang akan mereka pilih tidak menjadi acuan utama mereka
dalam memilih, seperti yang di paparkan oleh seorang psikolog bahwa:
“Kejiwaan masyarakat gampong yang bersikap kekeluargaan bisa menjadi sebuah keuntungan bagi seorang caleg yang berasal dari gampong tempat pemilih tersebut berdomisili, terutama lagi dikarenakan faktor jabatan yang pernah di emban seorang caleg tersebut di tengah masyarakat, saya rasa jika kedua hal tersebut sudah di hadapkan didepan pemilih awam terutama dalam kasus ini warga gampong, maka mereka tidak memperdulikan lagi masalah kriteria caleg yang akan mereka pilih” (Jamillah Akbar, wawancara tanggal 2 Maret 2015).
Maka dari paparan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa alaasan
kekeluargaan lah yang mendasari pemilih memilih mantab keuchik, temuan
lapangan yang peneliti dapatkan sangat berimbang dengan pendapat dari
akademisi diatas, dalam hal ini peneliti mewawancarai akademisi dalam bidang
45
psikologi, dikarenakan peneliti rasa faktor seseorang memilih seorang kandidat
dalam pemilu tidak dapat dipisahkan dengan faktor psikologi seorang pemilih
tersebut.
4.1.2.2.2. Memilih Karena Partai Pengusung Mantan Keuchik
Fanatisme terhadap partai pengusung mantan keuchik menjadi sebuah
alasan seseorang memilih mantan keuchik tersebut, malah faktor keluarga tidak
lagi menjadi sebuah alasan mereka dalam memilih, seperti yang dipaparkan oleh
pemilih pak Hasanuddin yang mana beliau adalah anak dari bapak Hasanuddin:
“Saya memilih beliau bukan dikarenakan beliau adalah orang tua saya, akan tetapi lebih karena saya adalah kader PKS, jika pada pemilu yang lalu beliau naik dari partai yang lain, kemungkinan saya tidak akan memilih beliau, dikarenakan menurut saya partai yang lain tidak mementingkan kemaslahatan umat. Saya berpendapat bahwa partai sangat berperan aktif dalam mengubah watak seorang caleg, takutnya orang tua saya akan mengikuti kehendak partai pengusungnya” (Fitri, wawancara tanggal 24 Februari 2015).
Dari keterangan diatas nampak jelas sumber daya kader sebuah partai
mempunyai andil yang sangat besar dalam memilih seorang kandidat, mereka
tidak lagi melihat sosok yang maju dalam pemilu, akan tetapi mereka melihat
partai apa yang mengusung seorang kandidat. Senada dengan fitri pemilih bapak
Athailah juga berpendapat demikian
“Saya secara personal memilih pak keuchik di sebabkan karena saya menyukai partai pengusung beliau, disaat saya mengetahui beliau di usung PPP saya sangat bersemangat menyokong beliau, jujur saya telah menjadi simpatisan PPP sudah dari pemilu 2009 dan sekarang saya juga aktif di dalam pengurusan PPP di tingkat Kecamatan” (Imroni, wawancara 16 Februari 2013).
Temuan ini menjadi sebuah alasan yang sangat menarik dimana seseorang
memilih dikarenakan alasan eksternal mereka. Dimana mereka tidak menimbang
46
persoalan kedekatan-kedekatan emosional mereka dengan kandidat tertentu.
Mereka lebih menimbang faktor fanatisme mereka terhadap partai tertentu.
4.1.2.2.3. Memilih Dikarenakan Kinerja Mantan Keuchik Selama Menjabat
Prestasi para mantan keuchik selama menjabat, menjadi alasan pemilih
memilih mereka, kinerja mantan keuchik yang berhasil maupun tidak berhasil
dalam menjabat menjadi penentu mereka akan dipilih ataupun tidak. Dalam kasus
pemilih memilih para mantan keuchik yang lolos menjadi anggota legislatif para
pemilih menimbang persoalan kinerja mantan keuchik yang mempuni menjadi
alasan mereka memilih.
“Bapak Hasanuddin selama beliau menjabat, beliau bisa membawa nama kecamatan ketingkat kabupaten. Selanjutnya hal-hal yang beliau ajukan ke tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten dapat di dengar, serta ketika beliau menyuarakan persoalan gampong di forum kecamatan selalu di dengar, dan saya lihat gampong semenjak beliau menjabat sangat maju banyak pekerjaan rumah yang ditinggalkan oleh keuchik yang lama bisa beliau perbaiki. Maka saya memilih beliau lebih dokarenakan prestasi beliau semasa menjabat” (Nurlaili, wawancara 3 Februari 2015).
Rasionalisme pemilih dalam memilih mulai terlihat, para pemilih telah
mulai memilih dikarenakan prestasi dan keilmuan seorang kandidat, hal senada
dengan nurleili juga dipaparkan oleh pemilih bapak M.Amin AR. Pemilih pak
Amin memaparkan bahwa faktor prestasi dan sikap beliau yang dermawan
terhadap masyarakat menjadi alasan para pemilih memilih beliau.
“Saya memilih beliau lebih dikarenakan faktor prestasi beliau menjabat menjadi keuchik lebih kurang 10 tahun dimana saya lihat beliau sangat gencar mengaspirasikan kepentingan desa ke kecamatan, banyak pembangunan fisik telah dilakukan di desa kami. Selanjutnya beliau juga terkenal sangat dermawan terhadap masyarakat, oleh sebab itu lah saya beliau. Menurut saya dengan cara beliau menjadi anggota DPR, beliau akan gencar menyuarakan suara masyarakat” (Faisal, wawancara 17 Februari 2015).
47
Sumber daya politik yang dimiliki oleh mantan keuchik selama menjabat
menjadi keuchik telah memberikan hasil positif bagi diri mereka, hal tersebut
terindikasi dikarenakan para pemilih telah mengetahui bagaimana sosok yang
seharusnya menepati gedung parlemen, kinerja mereka yang mempuni selama
menjabat dapat mereka berbuah dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat
kepada mereka ketika pemilu 2014 yang lalu.
4.1.2.2.4. Memilih Karena Adanya Kesepakatan dan Pemberian Sesuatu
Janji-janji seorang caleg ketika pemilu menjadi sesuatu yang telah
dianggap lumrah terjadi di dalam pemilu, dan adakala hal ini bisa memotivasi
sesorang untuk memilih kandidat tertentu, dalam hal ini peneliti menemukan
bahwa alasan seseorang memilih mantan keuchik dikarenakan seorang pemilih
tersebut mempunyai sebuah kesepakatan dengan seorang kandidat yang ingin di
pilih nya.
“Kalau saya orangnya sebenarnya sangat tidak tertarik untuk datang ke TPS untuk memilih, di sini ketika pemilu 2014 yang lalu bapak Suhaimi berjanji akan merenovasi rumah saya jika saya mendukung beliau, maka tampa pikir panjang saya mekampanyekan beliau terhadap keluarga saya, dikarenkan janji tersebut lah saya membantu beliau, dan Alhamdulillah beliau menepati janjinya rumah saya sekarang telah di perbaiki, sehingga layak huni seperti sekarang ini” (Zuriah, wawancara 20 Februari 2015).
Dukungan para pemilih terhadap mantan keuchik di dasari oleh sebuah
deal-deal. Menjadi sebuah fenomena yang sebenarnya sangat memilukan, kita
tidak bisa menyalahkan sikap mereka itu sepenuhnya, faktor perekonomian dan
faktor kecerdasan mereka yang masih kurang menjadi alasannya. Selanjutnya
48
masalah money politic juga menjadi alasan seorang pemilih memilih mantan
keuchik.
“Saya melihat disini tidak ada calon yang bisa menarik saya untuk memilih mereka, saya putuskan caleg yang bisa memberikan sesuatu untuk saya, saya akan memilih nya, di hari H saya diajak oleh seseorang tim sukses bapak keuchik untuk memilih, saya diberikan uang minum sebanyak 50 ribu rupiah, maka oleh sebab itu lah saya langsung ke TPS untuk memilih bapak Nizar. Saya mencoba bersikap tidak munafik disini saya memilih beliau dikarenakan pemberian beliau ini” (Farid, wawancara tanggal 16 Februari 2015).
Kepentingan ekonomi masyarakat pemilih menjadi sebuah fenomena pada
pemilu yang lalu, sehingga memaksa para kandidat melakukan berbagai deal-deal
tertentu, malah memaksa mereka untuk curang, dalam bahasan ini mereka
melakukan money politic, jasa-jasa finansial telah menjadi kekuatan pemilih untuk
memberikan hak suara mereka terhadap seorang kandidat, mereka menimbang
masalah untung ruginya bagi mereka dalam memilih.
4.2. Pembahasan
Pada bagian pembahasan, menguraikan tentang teori-teori yang menjadi
dasar pembahasan yang ada dalam penelitian ini, juga membicarakan tentang
motivasi mantan keuchik mencalonkan diri menjadi anggota legislatif Kabupaten
Bireuen dan Apa saja alasan yang melatar belakangi keinginan masyarakat untuk
memilih mantan keuchik menjadi anggota legislatif Kabupaten Bireuen.
4.2.1. Motivasi Mantan Keuchik Mencalonkan Diri Menjadi Anggota
Legislatif Kabupaten Bireuen
49
Rudolf Herbele mengemukakan adanya tiga masalah yang menyulitkan
studi tentang motif yang mendorong tingkah laku sosial dan perilaku politik.
Pertama, motif yang sebenarnya sengaja di sembunyikan oleh individu, dan si
pengamat secara konsekuen disesatkan oleh hal-hal yang tampak sebagai
informasi cermat. Kedua, motif yang sebenarnya tidak jelas bagi individu, dan
mungkin dia merasionalisir tindakan sendiri sebelumnya, sesudah atau selama
berlangsungnya peristiwa. Ketiga, motif yang sebenarnya mungkin tidak jelas,
tidak hanya bagi individu yang tindakannya tengah diselidiki akan tetapi juga bagi
orang lain yang telah dipengaruhi tindakannya. Akhirnya, motif itu tanpa kecuali
selalu kompleks dan sulit di ukur secara cermat (Rush dan Althoff, 2005: 178).
Kesulitan dalam meneliti motivasi itu tentunya tidak menutup usaha untuk
kemungkinan ada beberapa motif beraksi, seperti yang peneliti temukan
dilapangan banyak dari mantan keuchik disini sangat terbuka dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan, sehinggah dapat mempermudah
peneliti dalam meneliti karya ilmiah ini. Keterbukaan mereka (mantan keuchik)
membuat peneliti dapat menarik beberapa motif yang beraksi terkait pencalonan
diri para mantan keuchik menjadi anggota legislatif.
Pemilu legislatif April tahun 2014 yang lalu, Setiap calon anggota
legislatif dari kalangan mantan keuchik yang maju memiliki motivasi yang
berbeda di mana motivasi tersebut berdasarkan pada ketertarikan atau keinginan
para calon untuk mencalonkan diri menjadi anggota legislatif di mana ketertarikan
tersebut juga disertakan dengan tujuan yang ingin diwujudkannya. Seperti tujuan
50
mereka ingin merubah sistem pemerintah (eksekutif ataupun legislatif) Kabupaten
Bireuen yang tidak pro terhadap masyarakat secara umumnya.
Paparan di atas diperkuatkan oleh asumsi para mantan keuchik yang
peneliti wawancarai. mereka berpendapat bahwa pemerintahan dewasa ini
cenderung belum dapat memiliki dampak bagi masyarakat luas khususnya di
Bireuen. Fenomena sosial politik ini menjadikan seorang keuchik memiliki
semangat untuk terlibat dalam kepengurusan Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten Bireuen agar dapat ikut meringankan beban rakyat yang sulit.
Pendapat umum lainnya yang disampaikan oleh mantan keuchik untuk ikut
serta pada politik di daerah Bireuen ialah bahwa mereka (keuchik) ingin
menyuarakan aspirasi masyarakat secara langsung. Artinya seorang anggota
legislatif yang berlatar belakang seorang pemimpin Gampong dapat
mengaspirasikan kehendak masyarakat atau konstituen di daerah pemilihannya
secara khusus di aspek perdesaann.
Anggota legislatif Kabupaten Bireuen pada periode 2009-2014 dipandang
belum dapat fokus pada pembangunan desa. Asumsi tersebut diasumsikan oleh
manta keuchik untuk maju mencalonkan diri menjadi anggota DPRK Bireuen
periode 2014-2019. Mereka melihat bahwa sudah seharusnya Desa atau Gampong
dijadikan model atau sasaran pembangunan di Kabupaten Bireuen, sebab
pemerintah eksekutif di Kabupaten Bireuen perlu diawasi agar pro terhadap
pembangunan gampong.
Pendapat lain yang muncul dari seorang mantan keuchik maju ke Pemilu
Legislatif 2014 ialah ingin meningkatkan kesejahteraan keuchik di Kabupeten
51
Bireuen yang selama ini masih sangat memperihatinkan. Kondisi di lapangan
tepatnya di Kabupaten Bireuen memperlihatkan suatu keadaan yang tidak
berimbang pada profesi seorang keuchik. Durasi kinerja keuchik di gampong tidak
seimbang dengan upah atau gaji yang diterima seorang aparatur gampong
setingkat keuchik. Oleh karena itu, nasib keuchik yang belum mencukupi
membuat seorang keuchik ingin menjadi anggota legislatif daerah agar bisa
memperjuangkan nasib keuchik agar dapat lebih diperhatikan lagi.
Selanjutnya persoalaan kinerja anggota legislatif Kabuapaten Bireuen
periode 2009-2014 boleh dikatakan tidak lagi berpihak kepada masyarakat,
mereka telah lupa pada tugas pokok dan fungsi mereka. Sehingga berimbas pada
hadirnya kecewaan dari masyarakat terhadap mereka, oleh sebab itu Maka
menjadi sebuah hal yang lumrah bila seorang pejabat gampong (keuchik)
mencalonkan diri menjadi anggota legislatif.
Garis besarnya motivasi setiap para calon berbeda-beda di mana motivasi
tersebut dimiliki baik secara intrinsik yaitu dorongan dari dalam diri pribadi para
calon ataupun secara ekstrinsik yaitu dorongan dari luar misalnya dukungan dari
warga desa. Dengan motivasi tersebut, para calon mulai merencanakan apa saja
yang akan dilakukan jika terpilih sebagai anggota legislatif. Perencanaan tersebut
dituangkan dalam program kerja ataupun visi dan misi yang telah dibuat agar bisa
diketahui oleh warga desa.
Secara teori dengan adanya motivasi, seorang mantan keuchik yang
mencalonkan diri sebagai anggota legislatif pasti mempunyai tujuan yang ingin di
capainya. Tujuan tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan
52
pribadi ataupun bersama (masyarakat), di mana teori motivasi yang banyak dianut
orang adalah teori kebutuhan (Gibson, Ivancevich & Donnelly, 2010: 97).
4.2.2. Alasan Yang Melatar Belakangi Keinginan Masyarakat Untuk
Memilih Mantan Keuchik Menjadi Anggota Legislatif Kabupaten
Bireuen
Alasan masyarakat memilih mantan keuchik yang lolos menjadi anggota
legislatif pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kedekatan para mantan
keuchik dengan pemilih mereka serta kinerja mereka semasa menjabat menjadi
keuchik. Kedua faktor tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi pemilih
dalam memilih maupun tidak memilih para mantan keuchik tersebut.
Faktor partai yang memiliki simpatisan ataupun kader yang solid pun
menjadi penentu disini. Dimana pemilih yang notabennya adalah simpatisan/kader
sebuah partai politik ini memilih para mantan keuchik tersebut bukan dikarenakan
perseolan individu yang mereka pilih, namun lebih dikarenakan sikap loyal
mereka terhadap partai. Maka partai juga sangat berperan penting dalam
keputusan seorang pemilih dalam memutuskan pilihannya.
Selanjutnya, program kerja serta janji-janji yang diberikan para mantan
keuchik yang terpilih menjadi anggota legislatif Kabupaten Bireuen sangat
berperan dalam keputusan pemilih untuk memilih mereka. Biasanya pemilih yang
memilih dikarenakan program kerja maupun janji-janji politis para mantan
53
keuchik mereka memilih dikarenakan sikap rasionalitas mereka. Pemilih yang
rasional ini telah meningkatkan ilmu politik menjadi suatu ilmu yang benar-benar
science. Mereka telah menuju ke arah manusia yang ekonomi karena melihat
adanya kaitan erat antara faktor ekonomi dan politik (Budiardjo, 2008: 92).
Tingkat ekonomi masyarakat pemilih kita yang masih tergolong rendah
menjadi sebuah momok dalam menciptakan pemilu yang bersih. Di antaranya
adanya politik uang didalam pemilu disebabkan oleh karenakan faktor ini,
selanjutnya faktor minimnya kesadaran pemilih dalam menimbang seorang sosok
kandidat yang mempuni juga mempengaruhi sitem pemilu kita tidak berjalan
dengan semestinya. Hal tersebut dikuatkan oleh beberapa temuan yang peneliti
temukan di lapangan.
Perilaku memilih pada dewasa ini juga bukan hanya ditentukan oleh
pemilih, tetapi banyak hal justru ditentukan oleh tekanan kelompok, intimidasi
dan paksaan dari kelompok atau pemimpin tertentu. Hal tersebut rutin terjadi di
perpolitikan Aceh pada khususnya. Banyak dari partai berkuasa mencoba
menggiring pemilih keluar dari kehendak para pemilih sendiri. Patut disyukuri
dalam hal ini pemilih mantan keuchik yang terpilih menjadi anggota legislatif
tidak meresakan hal yang di atas tersebut.
Terdapat berbagai alasan masyarakat dalam memilih mantan keuchik yang
terpilih menjadi anggota legislatif, pada dasarnya menurut teori mereka memilih
dikarenakan faktor sosiologis, ekologis, psikologis serta faktor rasionalitas
mereka. Keempat faktor tersebut sangat berperan dalam pertimbangan masyarakat
54
ketika memilih. Di mana seperti yang telah peneliti paparkan pada sub bab temuan
lapangan yang secara langsung dapat memperkuat asumsi peneliti ini.
4.2.3. Hubungan Teori Dengan Hasil Penelitian
Salah seorang pelopor yang mendalami teori motivasi adalah Abraham H.
Maslow, keseluruhan teori motivasi yang dikembangkan oleh maslow berintikan
pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan
pada lima hirarki kebutuhan, yaitu : kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan
sosiologis, harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Dalam riset peneliti ini, isu
yang peneliti angkat adalah masalah motivasi seseorang berpartisipasi dalam
politik . partisipasi politik memiliki beberapa fungsi. Menurut Robert Lane
partisipasi politik memiliki empat fungsi yaitu: Sebagai sarana untuk mengejar
kebutuhan ekonomis, Sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan
penyesuaian sosial, Sebagai sarana untuk mengejar nilai-nilai khusus dan Sebagai
sarana untuk memenuhi kebutuhan bawah sadar dan psikologis tertentu.
Buah fikir Maslow dan Lane di atas sangat membantu peneliti dalam
melakukan riset mengenai motivasi mantan keuchik mencalonkan diri menjadi
anggota legislatif. Temuan yang peneliti dapatkan di lapangan menunjukkan
bahwa adanya relevansi teori dan fakta yang tampak pada beberapa alasan para
mantan keuchik mencalonkan diri menjadi anggota legislatif.
55
Selanjutnya, alasan seorang pemilih memilih mantan keuchik yang lolos
menjadi anggota legislatif juga memiliki relevansi dengan fakta yang peneliti
temukan dilapangan. Fakta-fakta tersebut sangat sejalan dengan teori yang peneliti
gunakan untuk membantu peneliti dalam melakukan riset ini. Dalam teori yang
peneliti gunakan mengatakan bahwa Secara umum analisa-analisa mengenai
“voting behavior” atau perilaku pemilih didasarkan pada empat pendekatan atau
model yaitu: pendekatan sosiologis, ekologis, psikologis serta rasional.
Pemilih mantan keuchik yang lolos menjadi anggota legislatif memilih
para mantan keuchik dikarenakan persoalan, Memilih Karena Merasa Dekat
Dengan Mantan Keuchik, Memilih Karena Partai Pengusung Keuchik, memilih
dikarenakan kinerja mantan Keuchik selama menjabat dan memilih dikarenakan
Adanya Kesepakatan dan Pemberian Sesuatu, keempat alasan pemilih ini
memiliki korelasi nya dengan teori. Dimana dalam kata lain mereka memilih
dikarenakan faktor ekologis, psikologis dan rasional.
.
56
.