bab iv hasil dan pembahasan -...

28
32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran umum tempat penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perilaku masyarakat pada penderita gangguan jiwa di RW 08 Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang (studi kualitatif di RW 08 Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kabupaten Kota Semarang). Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Maret 2014 di Puskesmas Tlogosari Kulon dengan memperoleh data awal sebagai acuan dalam penelitian. Berdasarkan data di wilayah kerja puskesmas Tlogosari Kulon di dapatkan data penderita gangguan jiwa terbanyak di kelurahan Muktiharjo Kidul yaitu tercatat 10 orang dari 25 RW. Pengambilan data dilakukan di RW 8 karena dari 10 orang yang menderita ganggguan jiwa ada 2 penderita gangguan jiwa yang berada di RW 8. Dengan mengawali memilih partisipan sesuai karakteristik yang diinginkan dan melakukan pengenalan terhadap patisipan. Peneliti melakukan wawancara kepada partisipan sampai memperoleh data yang diinginkan. Peneliti memperoleh data yang diinginkan pada 4 partisipan dan mencapai saturasi atau kejenuhan data. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 April 2014 dengan melakukan observasi dan wawancara mendalam. 2. Karakteristik partisipan Saat pengambilan data dari pagi sampai siang pada saat itu masyarakat sekitar yang peneliti temui adalah ibu rumah tangga. Peneliti memperoleh 4 partisipan, terdiri dari ibu-ibu yang tinggal di sekitar lingkungan penderita gangguan jiwa dengan rentang umur 20-43 tahun. Untuk memperoleh rasa aman seluruh nama partisipan yang disebutkan dalam

Upload: votu

Post on 10-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Gambaran umum tempat penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perilaku masyarakat pada

penderita gangguan jiwa di RW 08 Kelurahan Muktiharjo Kidul

Kecamatan Pedurungan Kota Semarang (studi kualitatif di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kabupaten Kota

Semarang). Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal

25 Maret 2014 di Puskesmas Tlogosari Kulon dengan memperoleh data

awal sebagai acuan dalam penelitian.

Berdasarkan data di wilayah kerja puskesmas Tlogosari Kulon di dapatkan

data penderita gangguan jiwa terbanyak di kelurahan Muktiharjo Kidul

yaitu tercatat 10 orang dari 25 RW. Pengambilan data dilakukan di RW 8

karena dari 10 orang yang menderita ganggguan jiwa ada 2 penderita

gangguan jiwa yang berada di RW 8. Dengan mengawali memilih

partisipan sesuai karakteristik yang diinginkan dan melakukan pengenalan

terhadap patisipan. Peneliti melakukan wawancara kepada partisipan

sampai memperoleh data yang diinginkan. Peneliti memperoleh data yang

diinginkan pada 4 partisipan dan mencapai saturasi atau kejenuhan data.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 April 2014 dengan

melakukan observasi dan wawancara mendalam.

2. Karakteristik partisipan

Saat pengambilan data dari pagi sampai siang pada saat itu masyarakat

sekitar yang peneliti temui adalah ibu rumah tangga. Peneliti memperoleh

4 partisipan, terdiri dari ibu-ibu yang tinggal di sekitar lingkungan

penderita gangguan jiwa dengan rentang umur 20-43 tahun. Untuk

memperoleh rasa aman seluruh nama partisipan yang disebutkan dalam

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

33

penelitian menggunakan inisial nama yang selanjutnya akan diganti

dengan nomor urut partisipan. Berikut karakteristik khusus dari masing-

masing partisipan:

a. Partisipan pertama dengan kode Nn. I berusia 20 tahun pendidikan

terakhir SMP pekerjaan swasta. Partisipan merupakan tetangga

penderita gangguan jiwa.

b. Partisipan kedua dengan kode Ny. D berusia 43 tahun pendidikan

terakhir SD pekerjaan ibu rumah tangga. Partisipan merupakan tetangga

penderita gangguan jiwa.

c. Partisipan ketiga dengan kode Ny.I berusia 38 tahun pendidikan

terakhir SMP pekerjaan ibu rumah tangga. Partisipan merupakan

tetangga penderita gangguan jiwa.

d. Partisipan keempat dengan kode Ny. R berusia 40 tahun pendidikan

terakhir SMA pekerjaan wiraswasta. Partisipan merupakan tetangga

penderita gangguan jiwa.

3. Tema

Data yang telah terkumpul dari partisipan atas pertanyaan-pertanyaan yang

peneliti ajukan di tulis selengkap-lengkapnya sesuai dengan hasil rekaman

dan hasil catatan penelitian terlampir. Adapun hasil penelitian dari empat

partisipan untuk tujuan 1 sampai 3 terdapat 14 tema sebagai berikut:

a. Pengetahuan masyarakat tentang penderita gangguan jiwa

Dalam penelitian ini, tujuan untuk mendapatkan data tentang

pengetahuan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa peneliti

memperoleh 7 tema yaitu gangguan psikologi, sosial budaya,

gangguan pikir, masalah ekonomi, hubungan dalam keluarga,

halusinasi, diam. Ketujuh tema tersebut akan diuraikan di bawah ini:

Tema 1 : gangguan psikologi

Gangguan psikologi terdiri dari beberapa kategori diantaranya

terkekang, stres. Diantaranya pada partisipan:

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

34

Tema 2 : sosial budaya

Tema sosial budaya ini terdiri dari kategori kerasukan ini didukung

dengan ungkapan partisipan sebagai berikut:

Tema 3 : gangguan pikir

Gangguan pikir terdiri dari beberapa kategori diantaranya tidak stabil

pemikirannya, terganggu pikirannya. Ini didukung dengan ungkapan

partisipan sebagai berikut:

Tema 4 : masalah ekonomi

Masalah ekonomi ini terdiri dari beberapa kategori diantaranya tekanan

ekonomi. Ini didukung dengan ungkapan partisipan sebagai berikut:

P1 : Setahu saya gangguan jiwa banyaknya masalah jadikepikiran..

P2 : Gangguan jiwa itu seperti orang yang terlalu terkengkang..tekanan dari orang tua jadi stres..

P4 : Tertekan mungkin karena ekonomi, keluarga yang tidak

harmonis

P2 : ..dia dirumah sendiri jadi mudah dirasuki

P3 : Perilaku seseorang yang diluar pikiran..

P4 : orang yang tidak stabil pemikirannya, pikirannyaterganggu..

P1 : Karena banyak masalah.. Contoh dalam rumah tanggakurang uang bisa menyebabkan gangguan jiwa

P3 : Gangguan jiwa itu bisa dari stres terhadap masalahnya,ekonomi juga bisa mbak,

P4 : Ekonomi, keluarga yang tertekan ekonomi jadi gakharmonis sehingga tertekan dengan masalahnya..

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

35

Tema 5 : hubungan dalam keluarga

Hubungan dalam keluarga terdiri dari kategori kurang kasih sayang

dan kekecewaan terhadap keluarga dan percintaan. Sesuai yang

diungkapkan dengan partisipan

Tema 6 : Halusinasi

Halusinasi ini terdiri dari beberapa kategori diantaranya gejala positif.

Ini didukung dengan ungkapan partisipan sebagai berikut:

Tema 7 : diam

Diam ini terdiri dari beberapa kategori diataranya gejala negatif. Ini

didukung dengan ungkapan partisipan sebagai berikut

P1 : Ngomong dengan sendirinya,. senyum-senyum sendiri

P2 : ..ngomong sendiri, kadang-kadang marah kalo marahsampai mecah kaca

P3 : .. linglung, perilakunya yang aneh-aneh

P4 : .. menghayal

P2 : duduk diam..

P3 : Pandangan kosong..

P4 : Melamun, sering sendiri,.

P2 : Karena kekangan orang tua, mungkin orang tua terlalumengekang jadi gak boleh begini begitu sehingga jadikepikiran..

P3 : ...kekecewaan terhadap percintaan seperti cintanya ditolak..keluarga mbak seperti kurang kasih sayang dari orang tua..tapi yang diserang itu keluarganya sendiri mungkin dia kecewasama keluarganya

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

36

b. Sikap masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa

Sikap masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa peneliti

memperoleh 4 tema yaitu menerima, simpati, takut dan kesabaran.

Ketiga tema tersebut akan diuraikan dibawah ini:

Tema 8 : menerima

Menerima ini terdiri dari beberapa kategori diantaranya menerima,

diam. Ini didukug dengan ungkapan partisipan sebagai berikut:

Tema 9 : Simpati

Pasif ini terdiri dari beberapa kategori yaitu kasihan, ini didukung

dengan ungkapan partisipa sebagai berikut:

P1 : Ya menerima keberadaannya mbak, wong gangguan jiwajuga manusia

P2 : ..terus tak marahin mbak, kok kamu gak kasihan toh mbak mambahe.. tetangga pada datang mbak nolongin mbahnyasama nyadarin mbak N..

P3 : Kalau menurut saya selama tidak mengganggu biarin saja yambak.

P4 : Ya diam aja mbak, dibiarin selama tidak mengganggu tapikalau sudah mengganggu dan membahayakan orang lain yadi tangkap di bawa kerumahnya dan keluarganya membawakerumah sakit jiwa..

P1 : Kasihan mbak, kok bisa kayak gitu

P2 : Kasian mbak, orang tuanya sudah berusaha terusmenyembuhkan mbak N sampai kemana-mana mbak, di rumahsakit, di alternatif, sampai harta orang tuanya habis untukberobat mbak N

P4 : kita kasian malah mbak sama keluarga dan mbaknya, koknasibnya seperti itu gitu

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

37

Tema 10 : Takut

Tema takut ini seperti yang diungkapkan partisipan sebagai berikut:

Tema 11 : kesabaran

Kesabaran terdiri dari beberapa kategori antara lain kesabaran,

komunikasi. Ini didukung dengan ungkapan partisipan sebagai berikut:

c. Tindakan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa

Tindakan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa tergambar

dalam 3 tema yaitu saran, perhatian dan menghindar. Kedua tema

tersebut akan diuraikan dibawah ini:

Tema 12 : saran

Saran ini terdiri dari beberapa kategori yaitu dibawa kerumah sakit.

Seperti diungkapkan pada partisipan:

P1 : Bisa, dengan cara diberitahu yang baik-baik, jangandiberitahu yang buruk-buruk biar tidak kepikiran terhadapucapan

P2 : Insyaallah bisa mbak, dengan kesabaran orang tua untukberkomuikasi sedikit demi sedikit itu bisa mbak. Pokoknyasering-sering diajak komunikasi mbak

P3 : Mungkin bisa ya mbak, asalkan telaten merawatnya, diterapisecara teratur mungkin bisa dengan bantuan orang-orangterdekatnya

P4 : Saya kira bisa ya mbak dengan ketelatenan, kesabaran kita yambak untuk menyembuhkan dia, bagaimana merawat diasaya rasa bisa sembuh mbak

P3 : Biasa mbak, lihat-lihat orangnya juga kalau orange biasa yabiasa tapi kalau orange gak bisa diajak komunikasi lebih baikdiam dan menjauh takute kalau nanti marah-marah terusngamuk kita jadi sasaran

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

38

Tema 13 : perhatian

Perhatian terdiri dari beberapa kategori yaitu sering diajak

komunikasi dan memberi kasih sayang. Seperti yang diungkapka

partisipan

Tema 14 : mengabaikan

Menerima terdapat beberapa kategori antara lain Sering diam,

dibiarkan. Seperti yang diugkapkan partisipan:

P1 : Ya paling di kasih tahu lewat omongan memberitahu yangbaik-baik biar dia rileks, selain itu dibawa ke rumah sakittapi yang membawa keluarga mbak, kita tetangga kadangkasian ikut membawa juga

P3 : ..kalau sudah mengganggu ya minta orang terdekatnya ataukeluarganya dibawa kerumah sakit atau di terapi. Selamatidak mengganggu gak papa mbak

P4 : Ya paling kita tengok ke rumahnya kalau dia sudah keluardari rumah sakit mbak, ya kita bilangin yang baik-baik mbak,diajak komunikasi responya juga baik

P1 : Memberikan nasihat dengan cara memberikan kasih sayang,diajak komunikasi

P2 : Diam aja mbak, tapi kalau pas saya lihat dia duduk didepanrumah sendirian senyum-senyum sendiri ya tak sapa mbak,dia hanya senyum aja mbak

P4 : Kalau dia kumat gak ada yang berani mendekat mbak takutkalau diamuk, dia kalau kumat marah-marah mbak, ya kitabiarin aja mbak, karena sudah tahu seperti itu ya kita nyadariaja mbak

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

39

B. Pembahasan

Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai tema-tema yang muncul

dari fenomena yang diperoleh selama penelitian yaitu gangguan psikologi,

faktor sosial budaya, ganguan pikir, masalah keluarga, halusinasi, diam,

menerima, perasaa bingung, kesabaran, saran, perhatian, menghindar.

1. Pengetahuan masyarakat kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan

Pedurungan tentang gangguan jiwa.

Pengetahun masyarakat di RW 08 Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan

Pedurungan Kota Semarag tergambar dalam 7 tema yaitu : gangguan

psikologi, sosial budaya, gangguan pikir, masalah ekonomi, hubungan

dalam keluarga, halusinasi, dan diam. Ketujuh tema akan diuraikan

dibawah ini.

a. Tema gangguan psikologi

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

tentang gangguan psikologi ditemukan 3 partisipan yang

mengemukakan gangguan psikologi.

Dalam penelitian ini partisipan yang tinggal disekitar penderita

gangguan jiwa menilai bahwa gangguan psikologi pada gangguan jiwa

didasarkan pada penilaian partisipan pada keadaan tertekan, terkekang

hingga menimbulkan stres. Seperti yang diungkapkan partisipan berikut

ini :

P1 : Setahu saya gangguan jiwa banyaknya masalah jadikepikiran..

P2 : Gangguan jiwa itu seperti orang yang terlalu terkengkang..tekanan dari orang tua jadi stres.. dia dirumah sendiri jadimudah dirasuki

P4 : Tertekan mungkin karena ekonomi, keluarga yang tidakharmonis

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

40

Sesuai dengan teori menyebutkan bahwa stres dapat timbul dari awal

mula tubuh mampu menyesuaikan diri. Kebutuhan dan dorongan

seseorang merupakan dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.

Manusia mampu dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya maka

diperlukan dorongan. Makin besar keterlibatan manusia dalam suatu

usaha maka semakin besar pula dorongannya. Akan tetapi tidak jarang

dengan susah payah untuk mencapai tujuan sering ada penghalang,

kesukaran yang menuntut untuk mampu menyesuaikan diri yang

mampu menimbulkan stres. Jadi stres adalah segala masalah atau

tuntutan penyesuaian diri dan karena itu ssuatu yang menganggu

keseimbangan, bila tidak mampu mengatasinya dengan baik, maka akan

timbul gangguan badan atau gangguan jiwa (Maslow dalam Maramis,

1990).

Stres yang dipersepsikan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa

karena penderita tidak mampu mengatasi segala masalah yang timbul

dalam dirinya. Sehingga segala tingkah laku penderita gangguan jiwa

dapat bermula dari stres ini. Masyarakat menganggap penderita

gangguan jiwa stres karena tekanan dan kekangan sehingga gejala yang

ditimbulkan oleh fisik maupun badaniah yang dirasakan oleh

masyarakat. Manusia itu bereaksi secara holistik dimana seluruh

manusia itu terlibat dalam timbulnya stres ini hingga menyebabkan

pikiran yang terganggu.

b. Sosial budaya

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang tentang

sosial budaya ini ditemukan 1 partisipan yang mengemukakan sosial

budaya. Seperti yang diungkapkan partisipan sebagai berikut:

P2 : ..dia dirumah sendiri jadi mudah dirasuki

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

41

Dalam penelitian ini masyarakat di RW 08 Kelurahan Muktiharjo Kidul

Kecamatan Pedurungan Semarang ada yang mempersepsikan bahwa

gangguan jiwa itu merupakan kerasukan mahkluk halus. Gangguan

jiwa merupakan suatu kondisi yang mengalami gangguan pada

kesehatan psikologis seseorang sehingga mempengaruhi perilaku

seseorang dalam bertindak dan berpikir. Penyebabnya dapat disebabkan

oleh faktor internal seperti fisik, kepribadian, psikologis, genetik.

Sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan, sosial budaya,

pendidikan, agama.

Stigma di Indonesia dapat dijumpai seperti pada orang Jawa yang

percaya bahwa psikosis (gangguan jiwa berat) dapat disebabkan oleh

hal-hal sebagai berikut: 1) pengaruh setan atau kekuatan supranatural

lainnya; 2) mencoba 'ilmu' yang belum sempurna dikuasai; 3) korban

ilmu hitam; 4) hukum karma; 5) tidak melakukan ruwatan; 6)

melanggar pantangan; dan 7) ketularan penderita psikosis lain (Mubin,

2008). Menurut Idwar (2009) bahwa masyarakat mempersepsikan

gangguan jiwa terjadi karena guna-guna. Persepsi yang timbul di

masyarakat disebabkan oleh gejala-gejala yang dianggap aneh dan

berbeda dengan orang normal. Adanya persepsi ini juga berkaitan

dengan faktor tradisi atau kebudayaan dalam masyarakat yang masih

percaya takhayul dan tindakan-tindakan irrasional warisan nenek

moyang. Selain itu, persepsi tersebut muncul karena penyebab

gangguan jiwa itu sendiri dirasa sulit ditemukan. Bahkan, para ahli jiwa

masih sering berdebat tentang etiologi gangguan jiwa (Mubin, 2008).

c. Gangguan pikir

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

tentang gangguan pikir ditemukan 2 partisipan yang mengemukakan

gangguan pikir.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

42

Dalam penelitian ini partisipan yang tinggal disekitar penderita

gangguan jiwa menilai bahwa gangguan jiwa merupakan gangguan

dalam berpikir, pemikiranya yang tidak stabil sehingga tidak

nyambung ketika diajak berbicara. Seperti yang diungkapkan partisipan

berikut ini:

Gangguan pikir erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan

pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak. Respon

kognitif maladaptif meliputi ketidakmampuan untuk membuat

keputusan, kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah

persepsi, penurunan rentang perhatian, dan kesulitan berfikir logis.

Respon tersebut dapat terjadi secara episodik atau terjadi terus-menerus.

Suatu kondisi dapat reversibel atau ditandai dengan penurunan fungsi

secara progresif tergantung stressor (Stuart, 2006).

d. Masalah ekonomi

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

tentang masalah ekonomi ditemukan 3 partisipan yang mengemukakan

masalah ekonomi.

Dalam penelitian ini partisipan yang tinggal disekitar penderita

gangguan jiwa menilai bahwa karena banyak masalah salah satunya

ekonomi menyebabkan gangguan jiwa. Kebutuhan seseorang yang

tinggi dalam kehidupan sehari-hari tidak diimbangi dengan pendapatan

yang cukup dapat mengakibatkan tekanan dalam masalah ekonomi.

P3 : Perilaku seseorang yang diluar pikiran..

P4 : orang yang tidak stabil pemikirannya, pikirannya terganggu..

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

43

Penilaian ini didasarkan pada tekanan ekonomi yang sesuai dengan

pernyataan partisipan sebagai berikut:

Salah satu penyebab gangguan jiwa masalah ekonomi. Status ekonomi

rendah sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Erlina dkk. (2010) yang menunjukkan bahwa

kelompok ekonomi rendah kemungkinan mempunyai risiko 7,48 kali

lebih besar mengalami kejadian Schizoprenia dibandingkan kelompok

ekonomi tinggi. Menurut Werner et al (2007 dalam Erlina dkk 2010)

yang melakukan penelitian di Israel mengatakan orang yang dilahirkan

mempunyai orangtua yang berstatus sosial ekonomi rendah dan di

daerah miskin berhubungan dengan peningkatan risiko Schizoprenia.

Graham (1989 dalam Erlina dkk 2010) menyatakan bahwa keluarga

adalah faktor perantara yang paling penting. Ketika kehidupan keluarga

dipengaruhi oleh penyebab lingkungan (rumah yang kecil, tidak adanya

waktu dan rasa aman) maka hal ini merupakan beban bagi orangtua

yang akibatnya akan mempengaruhi kesehatan anak. Kemiskinan

ditandai dengan oleh sedikitnya dukungan, sedikitnya keselamatan,

tidak adanya ruang sehingga terlalu sesak, tidak adanya kebebasan

pribadi, ketidakpastian dalam masalah ekonomi yang akhirnya mungkin

menimbulkan risiko kesehatan bagi keluarga.

P1 : Karena banyak masalah.. Contoh dalam rumah tanggakurang uang bisa menyebabkan gangguan jiwa

P3 : Gangguan jiwa itu bisa dari stres terhadap masalahnya,ekonomi juga bisa mbak,

P4 : Ekonomi, keluarga yang tertekan ekonomi jadi gak harmonissehingga tertekan dengan masalahnya..

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

44

e. Hubungan dalam keluarga

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

tentang hubungan dalam keluarga ditemukan 2 partisipan yang

mengemukakan hubungan dalam keluarga merupakan penyebab

gangguan jiwa.

Dalam penelitian ini partisipan yang tinggal disekitar penderita

gangguan jiwa menilai bahwa penyebab gangguan jiwa itu hubungan

dalam keluarga. Kurang kasih sayang dan kekecewaan anak terhadap

orang tuanya dalam memperlakukan anak. Sesuai yang dingkapkan

partisipan sebagai berikut:

Menurut hasil penelitian (Amelia&Anwar, 2013) bahwa hubungan

dalam keluarga yang tidak harmonis serta perlakuan keluarga yang

kurang baik menyebabkan pasien mengalami kekambuhan. Menurut

Tomb (2004 dalam Amelia&Anwar) bahwa kekacauan dan dinamika

dalam keluarga memegang peranan penting dalam menimulkan relaps

dan mempertahankan remisi. Pasien yang paling beresiko adalah

penderita yang berasal dari keluarga dengan suasana penuh

permusuhan, keluarga yang memperlihatkan kecemasan yang

berlebihan, terlalu protektif terhadap pasien atau pasien yang sering

dikekang oleh keluarganya.

P2 : Karena kekangan orang tua, mungkin orang tua terlalumengekang jadi gak boleh begini begitu sehingga jadikepikiran..

P3 : ...kekecewaan terhadap percintaan seperti cintanya ditolak..keluarga mbak seperti kurang kasih sayang dari orang tua..tapi yang diserang itu keluarganya sendiri mungkin dia kecewasama keluarganya

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

45

f. Halusinasi

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang tentang

halusinasi ditemukan 4 partisipan yang mengemukakan halusinasi

merupakan tanda dan gejala penderita gangguan jiwa.

Dalam penelitian ini partisipan yang tinggal disekitar penderita

gangguan jiwa menilai bahwa halusinasi merupakan tanda dan gejala

gangguan jiwa. Penilaian ini didasarkan pada gejala positif yang

meliputi ngomong sendiri, marah, melamun, mengkhayal, senyum

sendiri, linglung dan perilaku aneh. Seperti pernyataan partisipan

sebagai berikut:

Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi

yang tidak terjadi dalam realitas (Videbeck, 2008). Karakteristik

perilaku yang dapat ditunjukkan klien dengan kondisi halusinasi berupa

: berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan kadang

tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata,

menarik diri dan menghindar dari orang lain, disorientasi, perasaan

curiga, takut, gelisah, bingung, ekspresi wajah tegang dan mudah

tersinggung, menunjukkan perilaku merusak (diri sendiri, orang lain

dan lingkungan) (Townsend, 1998).

Halusinasi merupakan salah satu gejala positif pada pasien skizofrenia

yang dapat terjadi pada sistem pengindraan dimana terjadi pada saat

kesadaran individu itu penuh dan baik, maksudnya rangsangan tersebut

P1 : Ngomong dengan sendirinya,. senyum-senyum sendiri

P2 : ..ngomong sendiri, kadang-kadang marah kalo marahsampai mecah kaca

P3 : .. linglung, perilakunya yang aneh-aneh

P4 : .. menghayal

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

46

terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam

diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang

tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan

(Nasution,2003). Menurut penelitian Boro (2008) bahwa tanda dan gejala

yang ditimbulkan penderita halusinasi adalah suka bicara sendiri, tertawa

sendiri, kadang marah-marah, disuruh membanting barang dan jalan-jalan.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan partisipan bahwa tanda dan gejala

penderita gangguan jiwa yaitu ngomong sendiri, marah, melamun,

senyum sendiri, linglung dan perilaku aneh.

g. Diam

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

tentang diam ditemukan 3 partisipan yang mengemukakan diam

merupakan tanda dan gejala penderita gangguan jiwa.

Dalam penelitian ini partisipan yang tinggal disekitar penderita

gangguan jiwa menilai bahwa diam merupakan tanda dan gejala

gangguan jiwa. Penilaian partisipan tentang gejala negatif ini meliputi

diam, melamun, sering sendiri, pandangan yang kosong. Sebab

kebanyakan dimasyarakat orang yang menderita gangguan jiwa terlihat

diam, tidak mau berkomunikasi atau bersosialisasi. Gejala negatif

seringkali tidak disadari atau kurang diperhatikan oleh pihak keluarga

dan masyarakat karena dianggap tidak mengganggu sehingga

penanganan terhadap penderita gangguan jiwa terlambat. Hal ini sesuai

dengan pernyataan partisipan sebagai berikut:

P2 : duduk diam..

P3 : Pandangan kosong..

P4 : Melamun, sering sendiri,.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

47

Kejadian yang seringkali di masyarakat hingga saat ini adalah adanya

keterlambatan dalam pengenalan masalah kesehatan jiwa dan

keterlambatan dalam membawa pasien gangguan jiwa berobat ke

fasilitas kesehatan. Kebanyakan tidak disadari oleh masyarakat itu

sendiri. Masyarakat akan datang meminta pertolongan kepada petugas

kesehatan atau orang lain bila dalam dirinya terjadi adanya gangguan

fisik, sedangkan bila masyarakat mengalami gangguan jiwa, yang

bersifat ringan biasanya dianggap kejadian normal sedangkan yang

sudah berat biasanya ditutupi dan mencari pengobatan alternatif dan

tidak perlu mencari pertolongan kepada petugas kesehatan maupun

orang. Sikap masyarakat kita yang mengucilkan serta

mendiskriminasikan penderita gangguan jiwa dan juga budaya kita yang

merasa malu bila anggota keluarga kita mengalami gangguan kesehatan

jiwa turut memperparah upaya peningkatan kesehatan jiwa. Oleh karena

itu masyarakat perlu diberdayakan melalui berbagai cara untuk

membantu dan berperan aktif dalam pencegahan dan penaggulangan

masalah kesehatan jiwa (Dirjen Bina Kesmas, 2005).

Berdasarkan tujuh tema diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa didapatkan tujuh tema

yaitu gangguan psikologi, sosial budaya, gangguan pikir, masalah

ekonomi, hubungan dalam keluarga, halusinasi dan diam. Pengetahuan

masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa bahwa gangguan jiwa itu

gangguan psikologi, gangguan pikir yang dipengaruhi oleh sosial

budaya yang disebabkan oleh masalah ekonomi, hubungan dalam

keluarga yang ditandai dengan halusinasi dan diam. Ketujuh tema

tersebut merupakan gangguan psikologi negatif yang ada pada penderita

gangguan jiwa.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa 3 dari 4 partisipan

mempunyai pengetahuan terhadap penderita gangguan jiwa sudah baik

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

48

dan sesuai dengan teori Yosep (2007) bahwa gangguan jiwa adalah

gangguan cara berpikir (Cognitif), kemauan (Volition), emosi

(affective), tindakan (psychomotor). Gangguan jiwa merupakan

kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang

berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan

tersebut dibagi ke dalam dua golongan yaitu : gangguan jiwa (neurosa)

dan sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam

gejala yang terpenting diantaranya adalah: ketegangan (tension), rasa

putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang

terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai

tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.

2. Sikap masyarakat di RW 08 Kelurahan Muktiharjo Kidul

Kecamatan Pedurungan Kota Semarang terhadap penderita

gangguan jiwa.

Sikap masyarakat di RW 08 Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan

Pedurungan tergambar dalam 4 tema yaitu menerima, simpati, takut,

kesabaran. Keempat tema akan diuraikan dibawah ini:

a. Menerima

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di RW

08 Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota

Semarang tentang menerima ditemukan 4 partisipan yang

mengemukakan menerima merupakan sikap masyarakat terhadap

penderita gangguan jiwa. Penerimaan masyarakat terhadap penderita

gangguan jiwa meliputi menerima, membiarkan, dan diam. Seperti

yang diungkapkan partisipan sebagai berikut:

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

49

Partisipan menganggap bahwa orang yang menderita gagguan jiwa

adalah orang yang sedang sakit batin dan tertekan maka kita perlu

untuk bersikap arif dan mengusahakan kesembuhannya dengan jalan

memeriksakan kerumah sakit jiwa yang dapat menangani penyakit

tersebut.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada masyarakat yang sudah

tahu bagaimana harus bersikap terhadap penderita gangguan jiwa,

hal ini dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo (2007) menyatakan

bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Allport

(1954) dalam Notoatmodjo (2007) juga menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai tiga komponen pokok yaitu kepercayaan (keyakinan),

ide dan konsep terhadap suatu obyek, kehidupan emosional evaluasi

terhadap suatu obyek, dan kecenderungan untuk bertindak.

Sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara

tertentu terhadap objek sikap. Sikap menentukan apakah seseorang

akan pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai,

diharapkan dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak

P1 : Ya menerima keberadaannya mbak, wong gangguan jiwajuga manusia

P2 : ..terus tak marahin mbak, kok kamu gak kasihan toh mbakma mbahe.. tetangga pada datang mbak nolonginmbahnya sama nyadarin mbak N..

P3 : Kalau menurut saya selama tidak mengganggu biarin sajaya mbak.

P4 : Ya diam aja mbak, dibiarin selama tidak mengganggu tapikalau sudah mengganggu dan membahayakan orang lainya di tangkap di bawa kerumahnya dan keluarganyamembawa kerumah sakit jiwa..

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

50

diinginkan, apa yang harus dihindari. Dalam hal ini masyarakat

berarti mengetahui bahwa penyakit jiwa merupakan penyakit batin

sehingga masyarakat berperilaku menerima bahkan berusaha

membantu kesembuhan seorang yang menderita gangguan jiwa

dengan bersikap arif dan tidak mengucilkan sang penderita gangguan

jiwa.

b. Simpati

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di

Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang

tentang kasian ditemukan 3 partisipan yang mengemukakan kasian

terhadap penderita gangguan jiwa. Seperti yang diungkapkan

partisipan sebagai berikut:

Rasa kasian masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa karena

masyarakat empati dan simpati pada penderita gngguan jiwa

bagaimana orang gangguan jiwa bisa sembuh dan pulih kembali.

Namun keterbatasan masyarakat dalam menangani penderita

gangguan jiwa maka masyarakat hanya bisa merasa kasian.

Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang

terhadap orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi

berdasarkan penilaian perasaaan sebagaimana proses identifikasi. Orang

tiba–tiba merasa dirinya tertarik kepada orang lain seakan–akan dengan

sendirinya, dan tertariknya itu bukan karena salah satu ciri tertentu

P1 : Kasihan mbak, kok bisa kayak gitu

P2 : Kasian mbak, orang tuanya sudah berusaha terusmenyembuhkan mbak N sampai kemana-mana mbak, dirumah sakit, di alternatif, sampai harta orang tuanya habisuntuk berobat mbak N

P4 : kita kasian malah mbak sama keluarga dan mbaknya, koknasibnya seperti itu gitu

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

51

melainkan karena keseluruhan cara bertingkah laku orang

tersebut.Timbulnya simpati itu merupakan proses yang sadar bagi diri

manusia yang merasa simpati terhadap orang lain. Simpati

menghubungkan seseorang dengan orang lain (Gerungan 2004).

c. Takut

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

tentang takut ditemukan 1 partisipan yang mengemukakan takut

terhadap penderita gangguan jiwa. Ketakutan masyarakat terhadap

penderita gangguan jiwa dikarenakan takut menjadi sasaran amukan

penderita gangguan jiwa. Seperti yang diungkapkan partisipan

sebagai berikut:

Takut merupakan emosi yang timbul terhadap suatu bahaya. Takut

adalah perasaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu

dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu

(Wade&Travis, 2008). Masyarakat takut kepada pasien dengan

gangguan jiwa karena adanya kekhawatiran terhadap perilaku pasien

dengan gangguan jiwa, salah satunya adalah perilaku mengamuk.

Namun ada juga keluarga yang menyatakan apabila memiliki anggota

keluarga dengan gangguan jiwa akan segera membawa keluarganya ke

rumah sakit jiwa agar penyakitnya tidak bertambah parah (Kusumawati

dkk, 2012).

d. Kesabaran

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

P3 : Biasa mbak, lihat-lihat orangnya juga kalau orange biasa yabiasa tapi kalau orange gak bisa diajak komunikasi lebih baikdiam dan menjauh takute kalau nanti marah-marah terusngamuk kita jadi sasaran

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

52

tentang kesabaran ditemukan 3 partisipan yang mengemukakan

bahwa dengan kesabaran penderita gangguan jiwa dapat

disembuhkan. Kesabaran masyarakat terhadap penderita gangguan

jiwa dalam membantu menyembuhkan penderita gangguan jiwa

meliputi kesabaran, ketelatenan dan komunikasi. Seperti yang

diungkapkan partisipan sebagai berikut:

Masyarakat berpendapat bahwa dengan dengan seringnya mengajak

komunikasi dan sabar merawat penderita gangguan jiwa maka akan

membantu menyembuhkan penderita sehingga tidak bertambah

parahnya penderita gangguan jiwa. Seseorang yang telaten atau

disiplin dalam merawat penderita gangguan jiwa akan menimbulkan

pulihnya kesehatan jiwa pada penderita sehingga banyak masyarakat

yang sudah menyadari bahwa gangguan jiwa bukan yang

membahayakan namun harus dibantu untuk memulihkan kesehatan

jiwanya dengan cara yang sederhana seperti mengajak berbicara atau

sharing kemauan merawat agar tidak kambuh lagi.

Selain itu disarankan untuk terapi religius yang ternyata membawa

manfaat. Kegiatan terapi keagamaan seperti sembahyang, berdoa,

P1 : Bisa, dengan cara diberitahu yang baik-baik, jangandiberitahu yang buruk-buruk biar tidak kepikiran terhadapucapan

P2 : Insyaallah bisa mbak, dengan kesabaran orang tua untukberkomuikasi sedikit demi sedikit itu bisa mbak. Pokoknyasering-sering diajak komunikasi mbak

P3 : Mungkin bisa ya mbak, asalkan telaten merawatnya,diterapi secara teratur mungkin bisa dengan bantuanorang-orang terdekatnya

P4 : Saya kira bisa ya mbak dengan ketelatenan, kesabaran kitaya mbak untuk menyembuhkan dia, bagaimana merawat diasaya rasa bisa sembuh mbak

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

53

menajatkan puji-pujian kepada tuhan. Pemahaman dan penafsiran

yang salah terhadap agama dapat mencetuskan terjadinya gangguan

jiwa yang dapat diamati dengan gejala-gejala waham atau jalan

pikiran yang patologis dengan pola sentral keagamaan. Dengan

terapi psikoreligius ini gejala patologis dengan pola sentral

keagamaan tadi dapat diluruskan, dengan demikian keyakinan atau

keimanan penderita dapat dipulihkan kembali dijalan yang benar. Di

dalam ajaran islam adanya penykit itu dianggap sebagai suatu

cobaan dan ujian keimanan seseorang, oleh karenanya orang harus

bersabar dan tidak boleh berputus asa berusaha untuk berdoa

memohon pertolongan allah (Hawari, 2001).

Berdasarkan empat tema diatas dapat disimpulkan bahwa sikap

masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa didapatkan empat

tema yaitu menerima, simpati, takut dan kesabaran. Sikap yang

diberikan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa dengan

menerima penderita gangguan jiwa. Perasaan yang ditimbulkan

masyarakat yaitu simpati dan takut. Penderita gangguan jiwa dapat

disembuhkan dengan kesabaran dalam merawat penderita gangguan

jiwa. Dari empat tema tersebut sikap positif yang ditunjukkan

masyarakat yaitu simpati, menerima, kesabaran menyembuhkan

penderita gangguan jiwa. Sedangkan yang negatif ditunjukan

masyarakat dengan perasaan takut terhadap penderita gangguan jiwa.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa 3 dari 4

partisipan bersikap baik terhadap penderita gangguan jiwa dengan

menerima keberadaannya yang ditunjukan dengan menerima,

simpati, dan sabar merawatnya. Namun ada partisipan yang takut

terhadap keberadaan penderita gangguan jiwa. Hal ini sesuai dengan

teori bahwa sikap adalah adalah sikap respon tertutup seseorang

terhadap stimulus atau obyek tertentu, yang sudah melibatkan faktor

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

54

pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-

tidak setuju, baik-tidak baik) (Notoatmodjo, 2005). Menurut

Campbel (1950 dalam Notoatmodjo, 2005) bahwa sikap itu suatu

sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek,

sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan

gejala kejiwaan yang lain.

3. Tindakan masyarakat di RW 08 Kelurahan Muktiharjo Kidul

Kecamatan Pedurunga Kota Semarang terhadap penderita

gangguan jiwa.

Tindakan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa tergambar

dalam 3 tema yaitu saran, perhatian dan menghindar. Ketiga tema

akan diuraikan dibawah ini:

a. Saran

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota

Semarang tentang saran ditemukan 3 partisipan yang

mengemukakan saran merupakan. Saran masyarakat terhadap

penderita gangguan jiwa meliputi dibawa kerumah sakit dan

menjenguk. Dengan memberikan saran untuk dibawa kerumah

sakit maka penderita ganguan jiwa akan mendapat perawatan yang

lebih intensif sehingga penderita gangguan jiwa dapat sembuh dan

bisa beraktifitas dilingkungan masyarakat. Hal ini sesuai yang

diungkapkan partisipan sebagai berikut:

P1 : Ya paling di kasih tahu lewat omongan memberitahu yangbaik-baik biar dia rileks, selain itu dibawa ke rumahsakit tapi yang membawa keluarga mbak, kita tetanggakadang kasian ikut membawa juga

P3 : ..kalau sudah mengganggu ya minta orang terdekatnyaatau keluarganya dibawa kerumah sakit atau di terapi.Selama tidak mengganggu gak papa mbak

P4 : Ya paling kita tengok ke rumahnya kalau dia sudahkeluar dari rumah sakit mbak, ya kita bilangin yang baik-baik mbak, diajak komunikasi responya juga baik

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

55

Masyarakat juga mempunyai peran penting dalam penanganan

penderita gangguan jiwa, yang paling penting persepsi yang harus

dipahami masyarakat adalah penderita gangguan jiwa merupakan

manusia biasa seperti halnya penderita penyakit lain adalah

manusia biasa yang menghadapi masalah dan memerlukan

bantuan (Juliansyah, 2010).

Penanganan gangguan jiwa harus dilakukan dengan tepat dan

tepat serta terencana. Salah satu titik penting untuk memulai

pengobatan adalah keberanian masyarakat dan keluarga untuk

menerima kenyataan. Mereka juga harus menyadari bahwa

gangguan jiwa itu memerlukan pengobatan sehingga tidak perlu

dihubungkan kepercayaan yang macam-macam. Terapi bagi

penderita gangguan jiwa bukan hanya pemberian obat dan

rehabilitasi medik, namun diperlukan peran keluarga dan

masyarakat dibutuhkan guna resosialisasi dan pencegahan

kekambuhan. Bentuk terapi dalam penangan gangguan jiwa

antara lain: psikofarma, psikoterapi, psikoreligius, psikososial,

dan rehabilitasi (Sasanto, 2005).

b. Perhatian

Berdasarkan penelitian hasil wawancara pada masyarakat di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kota

Semarang tentang perhatian ditemukan 1 partisipan yang

mengemukakan bahwa dengan memberikan perhatian kepada

penderita ganguan jiwa maka kemungkinan kecil untuk kambuh.

Perhatian yang diberikan seperti kasih sayang, diajak

komunkasi. Seperti yang diungkapkan partisipan sebagai berikut:

P1 : Memberikan nasihat dengan cara memberikan kasihsayang, diajak komunikasi

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

56

Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah

berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang

dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan

mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki

dukungan. Penderita gangguan jiwa yang ketidakmampuannya

melakukan fungsi sosial tentunya sangat memerlukan adanya

dukungan untuk menjadi individu yang lebih kuat dan menghargai diri

sendiri sehingga dapat mencapai taraf kesembuhan yang lebih baik

dan meningkatkan keberfungsian sosialnya. Tanpa adanya dukungan

pasien akan sulit sembuh, mengalami perburukan dan sulit untuk

bersosialisasi dalam lingkungan yang penuh dengan tekanan (Ambari,

2010).

Mengingat penderita gangguan jiwa tidak bisa dibiarkan begitu saja

tanpa perhatian dari masyarakat dan keluarga. Penderita gangguan

jiwa memerlukan dorongan, motivasi dalam menjalankan

aktivitasnya sehingga dapat mengurangi beban pikirannya atau

jiwanya yang sedang mengalami gangguan. Penderita gangguan

jiwa yang mendapat dukungan seperti perhatian, kasih sayang dari

keluarga maupun masyarakat akan merasa dihargai, dicintai,

dirawat sehingga dapat meningkatkan keinginan untuk sembuh dan

memperkecil kekambuhan penderita gangguan jiwa.

c. Mengabaikan

Kategori yang muncul dari tema mengabaikan adalah sebagai

berikut : diam, dan dibiarkan yang ditujukan oleh 2 partisipan.

Partisipan bertindak seperti itu karena takut kalau jadi sasaran

kemarahan penderita gangguan jiwa ketika sedang kambuh. Disisi

lain partisipan melakukan pembiaran kepada penderita gangguan

jiwa karena sudah lama dan sudah terbiasa terhadap keberadaaan

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

57

penderita gangguan jiwa. Hal ini seperti yang diungkapkan

partisipan sebagai berikut:

Menurut Suarni (2013) Banyak orang yang menganggap atau

berpikir negatif terhadap orang yang mengidap gangguan jiwa.

Mereka menganggap bahwa gangguan jiwa itu menakutkan.

Adanya pikiran negatif terhadap penderita gangguan jiwa sehingga

masyarakat mengabaikan keberadaan penderita gangguan jiwa,

bahkan menjauhi. Padahal orang yang memiliki gangguan jiwa

juga memiliki akal dan hidup normal, sebelum mereka akhirnya

terkena gangguan jiwa. Menurut penelitian Nimah (2009) bahwa

pendapat masyarakat tentang gangguan jiwa adalah gangguan

perilaku dan mudah tersinggung, dengan sikap pasrah, menerima

dan menolak dengan perilaku pembiaran dan berusaha menghindar

kepada penderita gangguan jiwa.

Tindakan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa didapatkan

tiga tema yaitu saran, perhatian dan mengabaikan. Peran

masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa dengan memberikan

saran kepada keluarga untuk dibawa kerumah sakit, ketika

penderita gangguan jiwa mengalami kekambuhan yang dilakukan

masyarakat memberikan perhatian, namun ada pula yang

mengabaikan. Tindakan masyarakat yang positif pada gangguan

jiwa dengan memberikan saran dan perhatian kepada penderita

gangguan jiwa sehingga penderita tidak mengalami kekambuhan.

P2 : Diam aja mbak, tapi kalau pas saya lihat dia dudukdidepan rumah sendirian senyum-senyum sendiri ya taksapa mbak, dia hanya senyum aja mbak.

P4 : Kalau dia kumat gak ada yang berani mendekat mbak takutkalau diamuk, dia kalau kumat marah-marah mbak, ya kitabiarin aja mbak, karena sudah tahu seperti itu ya kitanyadari aja mbak

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

58

Sedangkan tindakan yang negatif dengan mengabaikan penderita

gangguan jiwa.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan

masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa baik sesuai dengan

teori bahwa tindakan merupakan suatu perbuatan nyata yang dapat

diamati atau dilihat. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

bentuk tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap

menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas

(Notoatmodjo, 2007). Seperti dalam penelitian ini bahwa

masyarakat menyarankan dibawa kerumah sakit dan menjenguk

penderita gangguan jiwa ketika sudah pulang dari rumah sakit

dengan memberikan perhatian kepada penderita gangguan jiwa.

Mengingat penderita gangguan jiwa tidak bisa dibiarkan begitu saja

tanpa perhatian dari masyarakat dan keluarga. Penderita gangguan

jiwa memerlukan dorongan, motivasi dalam menjalankan

aktivitasnya sehingga dapat mengurangi beban pikirannya atau

jiwanya yang sedang mengalami gangguan. Penderita gangguan

jiwa yang mendapat dukungan seperti perhatian, kasih sayang dari

keluarga maupun masyarakat akan merasa dihargai, dicintai,

dirawat sehingga dapat meningkatkan keinginan untuk sembuh dan

memperkecil kekambuhan penderita gangguan jiwa.

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismiatunni-7621-5-babiv.pdf · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kecamatan Pedurungan Kota

59

C. Keterbatasan Penelitian

1. Pemilihan partisipan mengalami kesulitan. Karena masyarakat di RW 08

Kelurahan Muktiharjo Kidul terutama yang tinggal disekitar penderita

gangguan jiwa banyak yang bekerja dan ada yang menolak menjadi

partisipan. Penolakan tersebut karena kurang mampu memberikan

tanggapan kepada peneliti.

2. Setting lingkungan pada saat wawancara terhadap masing-masing

partisipan tidak peneliti menjabarkan karena keterbatasan waktu

penelitian.

3. Kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara mendalam dan catatan

lapangan yang belum maksimal. Peneliti merasa perlu untuk melatih diri

dalam memperlancar wawancara mendalam. Melatih diri dan menambah

pengalaman menjadi sangat penting untuk mampu menggali pengalaman

mendalam informan.