bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 ......4. ada beberapa siswa yang malu saat bekerja dalam...
TRANSCRIPT
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlogo Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. Jumlah siswa kelas 4 pada SDN Tlogo Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. adalah 39 siswa yang terdiri dari 24 siswa
perempuan dan 15 siswa laki-laki. Siswa yang terlibat dalam penelitian ini 39
siswa.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Kondisi Pra Siklus
Kondisi sebelum tindakan merupakan kondisi awal sebelum di gunakan
model pembelajaran Group Investigation dalam pelajaran IPA materi pokok
Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu. Pada
kondisi sebelum tindakan, diketahui bahwa dari total siswa yaitu 39 siswa, 22
siswa dinyatakan belum lulus KKM (65) yang ditetapkan sekolah, sementara yang
tuntas hanya 17 siswa. Hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus
Skor Kriteria Hasil
Belajar
Pra Siklus
Jumlah Siswa (%)
65 Tuntas 17 44%
≥ 65 Tidak Tuntas 22 56%
Jumlah 39 100%
Berdasarkan tabel 4.1. Ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA materi perubahan wujud benda yang tuntas sebanyak 17 siswa (44%) dan
siswa yang belum tuntas sebanyak 22 siswa (56%). Hasil perolehan dari tabel
tersebut disajikan dalam diagram batang berikut ini:
39
Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus
Berdasarkan data yang diperoleh, maka diperlukan upaya untuk menindak
lanjuti melalui penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini telah
disetujui oleh guru kelas dengan menggunakan model pembelajaran Group
Investigation yang dilaksanakan dalam dua siklus (tiap siklus dua pertemuan).
4.2.2. Siklus I
Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan
Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu. Dalam
siklus I ini dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai
berikut:
A. Perencanaan
Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 27 dan 28
Juli 2016. Sebelum proses pembelajaran siklus 1 dilaksanakan, peneliti telah
melakukan kerja kelompok dengan teman sejawatnya untuk menentukan model
yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran
berlangsung kondusif. Peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran (RPP) siklus
1 untuk mata pelajaran IPA materi. Memahami beragam sifat dan perubahan
wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya. Dalam
melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti menggunakan model
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Tuntas Belum Tuntas
Pra Siklus
Pra Siklus
40
pembelajaran group investigation, adapun langkah-langkah pembelajaran
terlampir.
Kemudian peneliti menyiapkan lembar observasi kinerja guru dalam
pelaksanaan pembelajaran yang diamati oleh observer. Dan untuk mengetahui
sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan, peneliti merancang alat
evaluasi berupa soal tes tertulis yang akan menguji siswa berkaitan dengan materi
tersebut. Perencanaan yang dilakukan tersebut diatas telah mampu menjadi
pedoman yang sistematis dalam proses pembelajaran, artinya susunan program
tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan yang mempermudah
pembelajaran suatu materi, sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan
lancar.
Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan pertemuan pertama ini
adalah mempersiapkan instrumen, alat dan bahan untuk penelitian agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
B. Tindakan
1. Pertemuan pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2016 melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan awal
Sebelum pelajaran dimulai berdo’a terlebih dahulu, kemudian
mengabsen siswa. Untuk mengawali pembelajaran guru bertanya kepada
siswa ”Coba sebutkan benda apa saja yang ada di dalam kelas?”.
Setelah kegiatan itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan
dilakukan.
b. Kegiatan inti
Guru menjelaskan materi wujud benda padat, cair dan gas dengan
menggunakan alat peraga, menjelaskan sifat-sifat benda padat, cair dan
gas, menyebutkan contoh-contoh benda padat, cair dan gas, menentukan
benda sesuai dengan sifatnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dengan jelas, guru menjelaskan materi secara singkat, guru membagi
41
siswa dalam beberapa kelompok, Siswa bersama kelompoknya mulai
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca
materi, Guru bertanya jawab kepada siswa tentang materi sifat-sifat
benda padat, cair dan gas yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari–
hari. Membantu siswa memberi informasi jika diperlukan siswa. Siswa
bersama kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan, agar
menemukan jawaban yang dianggap paling tepat, Guru berkeliling untuk
mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu siswa yang
memerlukan, Guru memberi pengarahan kepada tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil diskusi.
c. Kegiatan akhir
Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan, tanya
jawab, dan tindak lanjut. Guru menjelaskan pada siswa bahwa dalam
pertemuan berikutnya akan menggunakan model pembelajaran group
investigation. Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru mengadakan
refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan
pesan moral.
2. Pertemuan kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2016 melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan awal
Sebelum masuk pada materi guru bertanya kepada siswa tentang
kegiatan/materi pelajaran sebelumnya. Guru memberikan salam kepada
siswa Guru mengkondisikan kelas Guru mengabsensi siswa, Sebagai
apersepsi guru meminta siswa untuk membangun pandangan awal
tentang perubahan wujud benda “Guru bertanya kepada siswa ” Coba
sebutkan benda apa saja yang ada di dalam kelas? Menyampaikan
tujuan pembelajaran Guru membagi siswa dalam kelompok masing-
masing 4-5 orang sesuai dengan tingkat kemampuan akademik siswa
42
(tinggi, sedang, rendah). Setelah itu guru menjelaskan kegiatan yang
akan dilakukan serta tujuannya.
b. Kegiatan inti
Guru mengajak siswa untuk menggali pengetahuan siswa materi IPA
tentang sifat-sifat benda padat, cair dan gas. Guru bertanya jawab
kepada siswa tentang materi sifat-sifat bangun datar persegi dan
trapesium yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Membantu
siswa memberi informasi jika diperlukan siswa. Siswa diberikan
kesempatan untuk menentukan sifat-sifat benda padat, cair dan gas
melalui media yang telah di siapkan oleh guru. Guru membagikan
lembar kerja kelompok, Siswa bersama kelompok berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan, agar menemukan jawaban yang dianggap paling
tepat. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi
serta membantu siswa yang memerlukan. Masing–masing kelompok
mempresetasikan hasil diskusi. Guru memanggil salah satu nomor
kelompok secara acak. Kelompok yang ditunjuk nomornya mengangkat
tangan dan mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok.
Siswa dari kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari
kelompok yang presentasi. Guru memberikan umpan balik dan
penguatan terhadap kerja siswa.
c. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang
sifat-sifat benda padat, cair dan gas, setelah itu guru bersama siswa
merefleksi proses pembelajaran. Tindak lanjut guru melaksanakan
evaluasi dengan membagi lembar tes formatif untuk dikerjakan secara
individu selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan Salam
penutup.
C. Observasi
Aktivitas guru atau proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas
yang menjadi fokus pengamatannya adalah bagaimana penggunaan model
pembelajaran group investigation dalam pembelajaran IPA, serta implikasi dari
43
model pembelajaran group investigation pada hasil belajar matematika. Selama
mengajar, observer merekam jalanya pembelajaran melalui lembar observasi yang
telah disediakan. Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah
keseluruhan selama proses pembelajaran berlangsung. hal-hal yang menjadi
pengamatan adalah aktivitas guru, maka instrumen pengamatan yang digunakan
adalah lembar observasi dalam penggunaan model pembelajaran group
investigation pada pembelajaran IPA materi Mengidentifikasi wujud benda padat,
cair, dan gas memiliki sifat tertentu.
Dari pengamatan tersebut dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan
kelebihan selama pembelajaran berlangsung. Adapun hasil observasi dari siklus I
adalah pembelajaran berjalan dengan lancar tetapi masih ada sedikit hambatan
yaitu sebagai berikut:
1. Ada beberapa siswa yang masih ramai selama proses pembelajaran
berlangsung sehingga mengganggu teman yang lain.
2. Ada beberapa siswa yang sangat antusias dalam pembelajaran, siswa tersebut
ingin cepat-cepat bekerja dalam kelompok sehingga tidak mendengarkan
petunjuk dan arahan dari guru dan hal ini menyebabkan suasan kelas menjadi
gaduh.
3. Siswa agak kebingungan dalam menerima materi pembelajaran dan kurang
bersemangat.
4. Ada beberapa siswa yang malu saat bekerja dalam kelompok dan menjelaskan
materi kepada anggota kelompok lain.
5. Beberapa siswa juga sering menertawakan anggota kelompok saat
menjelaskan materi, sehingga suasana menjadi gaduh.
6. Guru belum mengkoordinir dengan baik, baik dalam pembentukan kelompok,
diskusi kelompok maupun presentasi tiap-tiap anggota kelompok
7. Waktu pembelajaran yang terbatas, menjadikan proses pembelajaran belum
dilaksanakan maksimal.
D. Refleksi
Berdasarkan observasi pada siklus I, hal-hal yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya antara lain dengan cara:
44
a. Untuk mengatasi kekurangan dari tiap pertemuan yang telah dilakukan, maka
peneliti melakukan kegiatan perbaikan pada rencana pembelajaran yang akan
dilakukan pada pertemuan selanjutnya.
b. Untuk mengatasi siswa yang kurang semangat dengan cara memotivasi siswa
dengan memberi pujian misalnya dengan kata-kata: ”kamu pasti bisa, fokus
ayo anak-anak”.
c. Memberi pengarahan pada siswa agar dalam melakukan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan petunjuk guru dan bersikap lebih tegas.
d. Memberi arahan dan motvasi agar siswa tidak malu menjelaskan materi
kepada anggota kelompoknya dan juga memberikan semangat.
e. Memberikan pengertian pada siswa bahwa saat teman berbicara atau
menjelaskan materi harus kita hargai.
f. Dari berbagai kekurangan yang ada pada siklus I maka, untuk itu perlu
dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.
4.2.3. Siklus II
Praktek pembelajaran dilaksanakan dengan pokok bahasan “sifat-sifat
perubahan wujud benda” Menjelaskan perubahan wujud benda yang dapat
kembali ke wujud Semula, menjelaskan faktor yang mempengaruhi perubahan
wujud benda, mendemonstrasikan proses perubahan wujud benda, menyimpulkan
hasil demonstrasi”. Siklus II ini dilakukan melalui dua pertemuan dengan rincian
sebagai berikut:
A. Perencanaan
Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 1 dan 2
Agustus 2016. Sebelum proses pembelajaran siklus II dilaksanakan, peneliti telah
melakukan kerja kelompok dengan teman sejawatnya untuk menentukan model
yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran
berlangsung kondusif. Peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran siklus II
untuk mata pelajaran IPA materi mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud
cair ke padat ke cair; cair ke gas ke cair; padat ke gas.. Dalam melaksanakan
perbaikan pembelajaran, peneliti menggunakan model pembelajaran group
investigation, adapun langkah-langkah pembelajaran terlampir.
45
Kemudian peneliti menyiapkan lembar observasi kinerja guru dalam
pelaksanaan pembelajaran yang diamati oleh observer. Dan untuk mengetahui
sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan, peneliti merancang alat
evaluasi berupa soal tes tertulis yang akan menguji siswa berkaitan dengan mteri
tersebut. Perencanaan yang dilakukan tersebut diatas telah mampu menjadi
pedoman yang sistematis dalam proses pembelajaran, artinya susunan program
tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan yang mempermudah
pembelajaran suatu materi, sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan
lancar.
Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan pertemuan pada
siklus II ini adalah dengan mempersiapkan instrumen, alat dan bahan untuk
penelitian agar efektifitas pembelajaran dapat meningkat dibanding pada siklus I.
B. Tindakan
1. Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2016 melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan awal
Sebelum pelajaran guru mengucapkan salam kemudian dimulai
berdoa terlebih dahulu, kemudian mengabsen siswa. Guru dan siswa
mempersiapkan materi yang akan dipelajari. Untuk mengawali
pemelajaran guru bertanya pada siswa: ”Coba sebutkan contoh benda
padat, cair dan gas?” setelah itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang
akn dilakukan.
b. Kegiatan inti
Pada kegiatan inti: guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
jelas tentang penjelasan materi memahami perubahan wujud benda padat
ke cair ke padat, cair ke gas dan padat ke gas dan menentukan faktor yang
mempengaruhi perubahan wujud benda., guru menjelaskan materi secara
singkat, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, guru membagi
lembar kerja kelompok untuk di pelajari dan di diskusikan dalam anggota
kelompok, guru meminta setiap anggota kelompok membacakan hasil
46
diskusi kelompok yang ditugaskan dan bertanggung jawab atas hasilnya.
Setelah selesai mempresentasikan hasil kerja kelompok, semua anggota
kelompok kembali ke kursi masing-masing.
c. Kegiatan akhir
Kemudian guru melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah
dilakukan.
2. Pertemuan kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2016 melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut :
a. Kegiatan awal
Untuk mengawali pembelajaran guru bertanya kepada siswa tentang
kegiatan/materi sebelumnya. Setelah itu guru menjelaskan tentang
kegiatan yang akan dilakukan. Guru meminta siswa untuk
mendemonstrasikan proses perubahan wujud benda serta menyimpulkan
hasil demonstrasi.
b. Kegiatan inti
Guru menjelaskan secara singkat materi perubahan wujud cair ke
padat ke cair; cair ke gas ke cair; padat ke gas. Guru menjelaskan tahap-
tahap dari kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran group investigation. Kemudian setelah siswa paham
dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan, Guru membagi kelas
menjadi 4-5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Masing-
masing anggota kelompok di beri media alat peraga untuk
mendemonstrasikan proses terjadinya perubahan wujud benda padat
menjadi cair (gelas berisi air dan es batu) yang telah di sediakan oleh
guru. Kemudian setiap anggota kelompok harus memperhatikan setiap
proses yang terjadi dalam perubahan wujud benda tersebut dan membuat
kesimpulan dari hasil pengamatan peristiwa tersebut. Setelah selesai
perwakilan dari masing-masing anggota kelompok mempresentasikan
hasil yang telah di simpulkan.
47
c. Kegiatan akhir
Guru bersama siswa membahas soal yang belum bisa dikerjakan oleh
siswa dalam permainan dan bersama-sama membuat kesimpulan dari
semua hasil kesimpulan kelompok terhadap peristiwa pengamatan
perubahan wujud benda padat menjadi cair. Untuk mengukur
keberhasilan pembelajaran guru memberikan sola evaluasi kepada siswa.
C. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan proses
berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Pada siklus II pertemuan pertama dan
kedua yang diamati adalah keseluruhan aktivitas guru atau proses pembelajaran
yang berlangsung di dalam kelas. Fokus pengamatannya adalah bagaimana
penggunaan model pembelajaran group investigation dalam pembelajaran IPA,
serta implikasi dari model pembelajaran group investigation pada hasil belajar
IPA. Berkenaan dengan penelitian ini, maka hal-hal yang menjadi pengamatan
selama kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu mengamati aktivitas guru, maka
instrumen pengamatan yang digunakan adalah lembar observasi dalam
penggunaan model pembelajaran Group Investigation pada pembelajaran IPA
materi perubahan wujud cair ke padat ke cair; cair ke gas ke cair; padat ke gas.
Dalam penelitian ini guru kelas 5 bertindak sebagai observer jalannya
kegiatan pembelajaran. Adapun hasil dari observasi guru kelas selama siklus II
berlangsung adalah sebagai berikut:
1. Sebagian siswa sudah aktif dalam kegiatan pemahaman materi, siswa
sudah mulai terbiasa bekerjasama untuk memecahkan masalah.
2. Di dalam pertemuan kedua ini dalam diri siswa telah tumbuh semangat
dan kebernian untuk mengajarkan materi kepada taman. Sebagian besar
siswa juga terlihat tidak ragu lagi untuk mengajukan pertanyaan untuk
temannya.
3. Guru sudah mengkoordinir dengan baik, baik dalam pembentukan
kelompok, diskusi kelompok maupun presentasi tiap-tiap anggota
kelompok.
4. Proses pembelajaran sudah dilaksanakan maksimal.
48
5. Ketuntasan belajar siswa sudah mencapai kriteria yang ditetapkan sekolah
(minimal 85% dari total siswa tuntas KKM).
D. Refleksi
Berdasarkan observasi siklus II dengan menggunakan model pembelajaran
Group Investigation maka dilakukan refleksi yaitu berdiskusi dengan guru kelas,
observer, atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran hasil refleksi diambil
dari lembar observasi dan tes. Setelah tindakan pada siklus II dilaksanakan, perlu
dilakukan refleksi tentang keseluruhan proses belajar mengajar. Refleksi
didasarkan atas temuan baik temuan observer maupun temuan guru selama proses
pembelajaran dilaksanakan. Hasil refleksi setelah proses perbaikan pembelajaran
siklus II adalah sebagai berikut :
Hasil refleksi tersebut adalah pembelajaran dalam menggunakan model
pembelajaran group investigation pada siklus II pertemuan pertama sudah baik
sekali, untuk pertemuan berikutnya guru harus mengoptimalkan seluruh kegiatan
yang direncanakan agar hasilnya lebih baik lagi. Pada pertemuan pertama siklus II
siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran group investigation sehingga pembelajaran dilakukan dengan aktif
dan siswa tidak ramai sendiri.
Pada pertemuan kedua yang dilakukan guru sudah dapat dikatakan berhasil,
yang dapat ditunjukan dari meningktanya hasil ketuntasan belajar siswa yaitu 39
siswa atau 92% siswa tuntas. Dapat disimpulkan pembelajaran yang dilakukan
dalam penggunaan model pembelajaran group investigation pada siklus II.
Dari uraian diatas peneliti dan guru kelas 4 SD Negeri Tlogo menyimpulkan
hasil refleksi pada siklus II, bahwa pembelajaran IPA. dengan menggunakan
model pembelajaran group investigation pada siklus II sudah terlaksana secara
optimal. Penggunaan model pembelajaran group investigation dapat menigkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran . Berdasarkan hasil dari refleksi siklus II
ini, maka peneliti dan guru yang bersangkutan membuat kesepatan untuk
menghentikan tindakan pada siklus II.
49
4.3 Hasil Analisis Data
Dalam bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang hasil
belajar siswa.
4.3.1 Analisis Hasil Belajar Siklus I
A. Analisis Deskriftif Hasil Penelitian
Dalam bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang hasil
belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari temuan hasil penelitian diperoleh
hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus I.
Hasil tes siklus I mengalami peningkatan dari hasil tes pada data awal pra siklus.
Berdasarkan hasil tes siswa data awal pra siklus, diketahui nilai rata-rata yang
diperoleh siswa secara keseluruhan sebesar 62% meningkat menjadi 71% pada
siklus I. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tebel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I
Skor Kriteria Hasil
Belajar
Sebelum Tindakan
Jumlah Siswa (%)
65 Tidak Tuntas 14 36%
≥ 65 Tuntas 25 64%
Jumlah 39 100%
Berdasarkan tabel 4.2 Ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA materi perubahan wujud benda yang tuntas sebanyak 25 siswa (64%) dan
siswa yang belum tuntas sebanyak 14 siswa (36%). Hasil perolehan dari tabel
tersebut disajikan dalam diagram batang berikut ini:
50
Gambar 4.2 Diagram Batang Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan Tabel 4.2, Gambar 4.2 diketahui bahwa jumlah siswa yang
tuntas belajar dengan perolehan nilai ≥65 pada siklus I adalah 25 siswa (64%),
dan siswa yang belum tuntas belajar dengan perolehan nilai <65 pada siklus I
adalah 14 siswa (36%).
4.3.2 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan Dengan
Siklus I
Membandingkan ketuntasan belajar sebelum tindakan dengan setelah
tindakan pada siklus I dimaksudkan untuk melihat apakah penggunaan model
pembelajaran group investigation, memberikan pengaruh dalam meningkatkan
ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan wujud benda
padat,cair dan gas.
Berikut ini disajikan dalam Tabel 4.3 perbandingan ketuntasan belajar siswa
sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I.
Tabel 4.3
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus dengan Siklus I
No Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I
Jumlah siswa % Jumlah siswa %
1 Belum Tuntas 22 56 14 36
2 Tuntas 17 44 25 64
Total 39 100 35 100
0%
20%
40%
60%
80%
Tuntas Belum Tuntas
Siklus I
Siklus I
51
Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.3 perbandingan jumlah ketuntasan
belajar siswa sebelum tindakan dan setelah diberikan tindakan pada siklus I.
Gambar 4.3 Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus dengan Siklus I
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 diketahui bahwa terjadi peningkatan
jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika sebelum tindakan, siswa
yang tuntas belajar adalah 17 siswa (44%) dari total jumlah siswa, terjadi
peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas
menjadi 25 siswa (64%) dari total jumlah siswa. Jumlah siswa yang belum tuntas
sebelum tindakan adalah 22 siswa (56%) dan berkurang setelah diberikan
tindakan pada siklus I menjadi 14 siswa (36%).
Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan
tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum memberikan
hasil yang diharapkan yaitu minimal 85% dari total siswa tuntas belajar atau
tuntas KKM yang ditetapkan sekolah =65. Dengan kata lain, dengan hasil ini
diperlukan lagi tindakan yang harus dilaksanakan pada siklus II.
4.3.3 Analisis Hasil Belajar Siklus II
A. Analisis Deskriftif Hasil Penelitian
Dari temuan hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang
telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus II. Hasil tes siklus II mengalami
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Tuntas Belum Tuntas
Pra Siklus
Siklus I
52
peningkatan dari hasil tes pada data awal pra siklus. Berdasarkan hasil tes siswa
data awal pra siklus, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara
keseluruhan sebesar 62% meningkat menjadi 83% pada siklus II. Hasil analisis
pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang telah dilakukan
diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus II
Skor Kriteria Hasil
Belajar
Siklus II
Jumlah Siswa (%)
65 Tidak Tuntas 3 8
≥ 65 Tuntas 36 92
Jumlah 39 100%
Berdasarkan tabel 4.4 Ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA materi perubahan wujud benda yang tuntas sebanyak 36 siswa (92%) dan
siswa yang belum tuntas sebanyak 3 siswa (8%). Hasil perolehan dari tabel
tersebut disajikan dalam diagram batang berikut ini:
Gambar 4.4 Diagram Batang Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan Tabel 4.4 Gambar 4.4 Ketuntasan jumlah siswa yang tuntas
belajar dengan perolehan nilai ≥65 pada siklus II adalah 36 siswa (92%), dan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tuntas Belum Tuntas
Siklus II
Siklus II
53
Membandingkan ketuntasan belajar sebelum tindakan dengan setelah
tindakan pada siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penggunaan model
group investigation, memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan
belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan wujud benda.
Berikut ini disajikan dalam Tabel 4.5 perbandingan ketuntasan belajar siswa
sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus II.
siswa yang belum tuntas belajar dengan perolehan nilai <65 pada siklus II
adalah 3 siswa (8%).
Tabel 4.1
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II
Ketuntasan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Tuntas 17 44 25 64 36 92
Belum Tuntas 22 56 14 36 3 8
Jumlah 39 100 39 100 39 100
Nilai Tertinggi 90 100 100
Nilai Terendah 40 50 60
Rata-Rata 60 66 81
Dari Tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari
pra siklus sampai ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang
tuntas belajar adalah 17 siswa (44%), pada siklus I menjadi 25 siswa (64%) dan
pada siklus II menjadi 36 siswa (92%). Sedangkan siswa yang belum tuntas
jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 22 siswa (56%) belum tuntas,
pada siklus I masih 14 siswa (36%) yang belum tuntas dan pada siklus II masih 3
siswa (8%). Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 90, siklus I nilai
tertinggi yaitu 100 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu 100. Nilai terendah pra
siklus 40, siklus I 50 dan siklus II nilai terendah 60. Rata-rata nilai siswa dari pra
siklus ke siklus II juga mengalami peningkatan dari pra siklus 62% menjadi 71%
ke siklus I atau naik sebesar 9% dan pada siklus II menjadi 83 atau naik sebesar
12%. Selanjutnya untuk memperjelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan
belajar siswa dari pra siklus sampai dengan Siklus II. Berikut ini disajikan dalam
54
Gambar 4.5 perbandingan jumlah ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dan
setelah diberikan tindakan pada siklus II.
Gambar 4.5 Perbandingan Nilai Tertinggi, Terendah dan Nilai Rata Rata
Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II
Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.6 perbandingan jumlah ketuntasan
belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus II.
Gambar 4.6 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1 dan
Siklus II
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Gambar 4.6 diketahui bahwa terjadi peningkatan
jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. dapat dilihat adanya
peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPA terbukti untuk
Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata
90
40
62
100
50
71
100
60
83
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tuntas Tidak Tuntas Nilai rata-rata
17 22
62
25 14
71
36
3
83
Pra Siklus Siklus I Siklus II
55
klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 17 siswa atau
44% Jika siklus I, siswa yang tuntas belajar adalah 25 siswa (64%) dari total
jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus II,
dimana siswa yang tuntas menjadi 36 siswa (92%) dari total jumlah siswa. Hasil
ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar
siswa yaitu 8 siswa (21%). Jumlah siswa yang belum tuntas siklus I adalah 14
siswa (36%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus II menjadi 3
siswa (8%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah
siswa yang belum tuntas yaitu 11 siswa (28%).
Peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus
II, diketahui bahwa ketuntasan belajar sudah memberikan hasil yang diharapkan
yaitu minimal 85% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang
ditetapkan sekolah =65.
4.4 Pembahasan
Penelitian tindakan ini difokuskan pada upaya untuk meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas 4 SDN Tlogo dengan menggunakan model pembelajaran
group investigation. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk mengembangkan
kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara
mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari
semua materi sendirian sehingga mengajak siswa untuk bekerja sama dalam
kelompok dan mengembangkan sikap rasa percaya diri siswa untuk menjawab
pertanyaan. Sehingga Tugas guru dalam pembelajaran ini bukan sebagai
pentransfer pengetahuan tetapi hanya sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran
pembelajaran ini siswa belajar secara berkelompok sehingga akan dapat
mengoptimalkan kerjasama siswa dalam kelompok kecil. Setelah itu, siswa juga
diminta untuk mempresentasikan hasil penyelesaiannya di depan kelas dan
kelompok lain memberikan komentar atau tanggapan. Dominasi guru dalam
penggunaan model pembelajaran group investigation menjadi kurang sehingga
siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru selalu berusaha mengoptimalkan
56
interaksi. Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa siswa yang tuntas pra siklus
adalah 17 siswa (44%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi
peningkatan jumlah ketuntasan siswa menjadi 25 siswa (64%). Setelah diberikan
tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 36
siswa (92%). Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 2 siswa
(56%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, berkurang menjadi 14 siswa
(36%). Setelah dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II, menjadi 3 siswa (8%)
yang belum tuntas.
Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika
pembelajaran maka dapat diketahui bahwa tiga siswa tersebut dalam pembelajaran
sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami dan
menguasai materi pembelajaran dibandingkan dengan teman-temannya. Terhadap
3 siswa yang nilai ulangannya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
disebabkan karena anak tersebut kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal
maupun tugas yang diberikan oleh guru rendah sekali, Siswa tersebut diminta
untuk mengerjakan soal yang sama dengan soal tes untuk dikerjakan dirumah
dengan bimbingan orang tua, teman, ataupun orang yang dianggap dapat
memberikan bimbingan. Nilai hasil soal yang dikerjakan di rumah tersebut
digunakan untuk memperbaiki Nilai tes formatif setara dengan standar Nilai
kriteria ketuntasan minimal.
Dengan kata lain, bahwa upaya peningkatan hasil belajar IPA melalui model
pembelajaran group investigation materi perubahan wujud benda pada siswa kelas
4 SDN Tlogo, berhasil dilakukan. Selain meningkatkan ketuntasan belajar,
menggunakan model pembelajaran group investigation dalam pembelajaran IPA
materi perubahan wujud benda, juga meningkatkan kinerja guru dan aktivitas
siswa. Pada siklus I, kinerja guru masuk dalam kategori cukup baik. Setelah
dilaksanakan perbaikan pada siklus II, kinerja guru meningkat menjadi baik
sekali. Setelah dilaksanakan perbaikan tindakan pada siklus II, aktivitas siswa
57
dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran group investigation
masuk dalam kategori baik sekali.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Vera
Sandria (2012) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 147 Palembang”.
Subjek Penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri 147 Palembang semester
genap tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 40 orang siswa, terdiri dari
19 siswa laki-laki dan 21 siswi perempuan. Setelah melaksanakan penelitian
tindakan kelas, disimpulkan bahwa Model Pembelajaran group investigation,
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 147
Palembang.
Selain itu, penelitian tindakan yang dilakukan oleh Sutanto (2012) yang
berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran
group investigation (GI) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Gejayan Kecamatan
Pakis Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar dari tiap siklus
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan model
group investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
Semester II SD Negeri Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Selain mendukung dua hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga
mendukung pernyataan teoritis tentang model pembelajaran menurut Menurut
Isjoni (2013:68) model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks
karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang
berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi. Model ini dapat
melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan
siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam
58
gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah
sehingga guru dapat memperbaiki kesalahan siswa materi perubahan wujud
benda pada siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang, Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.
Keunggulan dari penelitian yang telah dilaksanakan di SD Negeri Tlogo
Kecamatan Tuntang Kabupaten semarang ini yaitu dalam penelitian ini siswa
lebih aktif dan semangat dalam mengikuti pembelajaran, siswa lebih
mendominasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa pada penelitian ini
mengalami peningkatan, selain dari proses pembelajaran keunggulan penelitian
ini dapat dilihat dari hubungan interpersonal dan komunikasi antar siswa, model
pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk aktif berkomunikasi antara siswa dan
siswa guru dan gurunya.