bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 setting...

45
31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah sakit Tentara Tk II Prof.Dr. J.A LATUMETEN Kota Ambon. Rumah sakit ini sendiri merupakan rumah sakit swasta milik tentara angkatan darat yang berada di kecamatan Nusanive kota Ambon. Letak Geografis Rumah sakit ini strategis yaitu di tengah kota Ambon antara Rumah sakit Umum Daerah dan Rumah sakit GPM Ambon dan merupakan rumah sakit yang sangat dekat untuk dijangkau dengan menggunakan kendaraan umum seperti mobil dan motor. Rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit negeri kelas I yang memiliki jumlah tenaga kerja didalamnya adalah 24 orang dokter dan jumlah perawat yang bekerja adalah 101 orang, dimana tidak semuanya perawat dan dokter yang bekerja disitu merupakan mayoritas masyarakat setempat tetapi ada pula dokter maupun perawat yang berasal dari luar daerah Maluku. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan April hingga Mei 2016. 4.1.2 Proses Penelitian Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh staf rumah sakit untuk mencari responden yang merupakan perawat yang bukan berasal dari Maluku. Hasil dari pencarian responden tersebut adalah peneliti

Upload: lydien

Post on 04-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah sakit Tentara Tk II Prof.Dr. J.A

LATUMETEN Kota Ambon. Rumah sakit ini sendiri merupakan rumah sakit

swasta milik tentara angkatan darat yang berada di kecamatan Nusanive

kota Ambon. Letak Geografis Rumah sakit ini strategis yaitu di tengah kota

Ambon antara Rumah sakit Umum Daerah dan Rumah sakit GPM Ambon

dan merupakan rumah sakit yang sangat dekat untuk dijangkau dengan

menggunakan kendaraan umum seperti mobil dan motor. Rumah sakit ini

juga merupakan rumah sakit negeri kelas I yang memiliki jumlah tenaga

kerja didalamnya adalah 24 orang dokter dan jumlah perawat yang bekerja

adalah 101 orang, dimana tidak semuanya perawat dan dokter yang bekerja

disitu merupakan mayoritas masyarakat setempat tetapi ada pula dokter

maupun perawat yang berasal dari luar daerah Maluku. Penelitian ini

dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan April hingga Mei 2016.

4.1.2 Proses Penelitian

Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh staf rumah sakit untuk

mencari responden yang merupakan perawat yang bukan berasal dari

Maluku. Hasil dari pencarian responden tersebut adalah peneliti

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

32

mendapatkan 7 orang perawat yang merupakan perawat lintas budaya, dan

hanya 4 yang sesuai dengan karakteristik responden dalam penelitian ini.

Namun salah 1 dari 4 perawat tersebut menolak untuk menjadi responden.

Awal penelitian dilakukan pada 18 April 2016, sebelum melakukan

penelitian, peneliti melakukan kontrak waktu kepada responden dan

membuat informed consent. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik wawancara mendalam yang bersifat semi-struktur dengan total

pertanyaan 19 pertanyaan, adapun lamanya proses wawancara pada

masing-masing responden ± 1 jam dalam 1 kali pertemuan. Jumlah

wawancara yang dilakukan dengan responden adalah sebanyak 3 kali.

Pertemuan pertama adalah peneliti membina hubungan saling percaya

terlebih dahulu kemudian dilakukan wawancara awal untuk mengetahui

bahwa perawat ini sesuai dengan karakteristik penelitian atau tidak dan

untuk memastikan kesediaan perawat menjadi responden, sedangkan

pertemuan kedua untuk melakukan wawancara dengan menggunakan

pedoman wawancara yang telah disediakan, pertemuan yang ketiga adalah

untuk melengkapi data yang belum lengkap. Selama wawancara dalam

menjawab pertanyaan, semua responden menjawab dengan baik, dan tidak

ada kebingungan saat melakukan sesi wawancara tersebut dan jawaban

dari para responden adalah menggunakan bahasa Indonesia. Semua

pernyataan responden direkam dengan menggunakan telepon genggam.

Setelah data dikumpulkan dalam rekaman, peneliti mendengarkan

secara berulang-ulang kemudian membuat transkrip kedalam bentuk data

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

33

tertulis secara verbatim. Selanjutnya hasil transkrip dicari statement yang

signifikan dengan memberi warna (bolt) pada kalimat yang bermakna yang

berhubungan dengan fenomena yang diteliti untuk mendapatkan makna

serta gambaran tentang komunikasi lintas budaya perawat.

4.2. Gambaran Umum Partisipan

Responden dalam penelitian ini merupakan perawat yang bukan berasal

dari daerah Maluku yang berjumlah 3 orang yang masuk dalam kriteria yang

telah peneliti tentukan.

4.2.1 Informan 1

RP1 merupakan seorang wanita Ny M lahir di Malang pada tanggal

04 Maret 1984. Ny M sendiri merupakan lulusan D III keperawatan dan telah

berdomisili di kota Ambon selama 5 tahun karena mengikuti suaminya yang

pindah tugas dan tempat tinggalnya di asrama pangdam Skip Ambon. Ny M

sendiri telah bekerja selama 4 tahun di Rumah Sakit Tentara. Selama 4

tahun tersebut Ny M bekerja sebagai seorang perawat lintas budaya di

rumah sakit namun Ny M sendiri belum mampu menggunakan bahasa

setempat yaitu bahasa Ambon untuk berkomunikasi sehingga untuk

komunikasi sehari-harinya Ny M menggunakan bahasa Indonesia dan juga

sering menggunakan bahasa Jawa.

4.2.2 Informan 2

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

34

RP 2 merupakan seorang wanita Nn V, lahir di Yogyakarta 07

November 1990. Nn V merupakan lulusan D III keperawatan dan telah

tinggal di Ambon selama 3 tahun dan berdomisili di desa Tawiri, karena

mengikuti orang tuanya yang dipindah tugaskan ke kota Ambon. Nn V telah

bekerja di rumah sakit Tentara selama 3 tahun semenjak kedatangannya ke

kota Ambon. Selama 3 tahun terakhir telah berdomisili di kota Ambon bukan

berarti Nn V telah mampu menggunakan bahasa Ambon, akan tetapi yang

terjadi adalah Nn V masih belum mampu dan hanya bisa menggunakan

bahasa Indonesia dan bahasa Jawa untuk berkomunikasi.

4.2.3 Informan 3

RP 3 merupakan seorang wanita Ny W, lahir di Majalengka 20 Mei

1980. Ny W juga merupakan seorang perawat lulusan D III Alasan Ny W

pindah ke kota ambon adalah memilih mengikuti suaminya yang pindah

tugas dan kemudian berdomisili di asrama militer Bentas kurang lebih 5

tahun terakhir. Ny W telah bekerja sebagai perawat di rumah sakit selama 5

tahun terakhir. Ny W selama 5 tahun bekerja menjadi perawat namun masih

belum mampu menggunakan bahasa Ambon untuk berkomunikasi namun

Ny W pernah mencoba beberapa kali untuk menggunakan bahasa Ambon

kepada rekan sejawatnya namun tidak mendapat respon yang baik karena

dibilang lucu dan oleh sebab itu Ny W tetap menggunakan bahasa

Indonesia untuk berkomunikasi.

4.3 Analisa Data

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

35

Hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang mencakup deskripsi

hasil yang peneliti susun berdasarkan tema-tema yang di temukan tentang

gambaran komunikasi lintas budaya perawat, dan dari hasil penelitian

terlihat bahwa rata-rata para responden pendidikan terakhirnya adalah D III.

Pendidikan seseorang menjadi tolak ukur dalam pemahaman akan budaya.

Hal ini disebabkan karena pendidikan berkaitan erat dengan kemampuan

perawat untuk memahami kebudayaan yang dimiliki oleh orang lain.

Seorang perawat bukan hanya skillnya saja yang harus diasah akan tetapi

pengetahuan akan budaya juga sangat diperlukan. Oleh sebab itu semakin

tinggi pendidikan yang didapatkan oleh seorang perawat sangat diharapkan

semakin baik pula dia dalam kemampuan beradaptasinya. Hal ini didukung

dalam penelitian (Mareno dan Hart 2014) dengan judul cultural competency

among nurses with undergraduate and graduate degrees: implication for

nursing education dengan sampel 365 perawat yang berpartisipasi dan

hasilnya adalah tidak ada perbedaan yang berarti dari segi kesadaran,

keterampilan, kenyamanan saat bertemu dengan pasien, perawat yang

lulusan pascasarjana memiliki pengetahuan tentang budaya lebih tinggi dari

pada perawat yang lulusan sarjana. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

peneliti ini dilihat bahwa model pengambilan keputusan untuk pindah tempat

tinggal adalah sebagian besar mengikuti suaminya untuk berpindah tugas,

dan hanya seorang yang mengikuti orang tuanya untuk pindah. Kemudian

dari hasil analisis penelitian terdapat 5 tema besar yaitu, Cultural shock

yang dialami perawat lintas budaya, Kurangnya informasi yang dialami

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

36

perawat lintas budaya, Perbedaan dan hambatan komunikasi yang dialami

oleh perawat lintas budaya, serta Proses dan strategi adaptasi perawat

lintas budaya, Refleksi penelitian tentang komunikasi lintas budaya yang

terjadi di Rumah sakit.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Cultural Shock yang dialami perawat lintas budaya

Bagi perawat yang baru pertamakali datang ke Kota Ambon dimana

perawat tersebut memiliki budaya yang berbeda dengan masyarakat yang

di Ambon, maka seorang perawat dapat mengalami culture shock. Hasil

wawancara dan proses analisa data yang dilakukan peneliti mendapati

bahwa banyak perasaan-perasaan yang dimiliki oleh seorang perawat yang

akan menjadi perawat lintas budaya dan terpaksa meninggalkan daerah dia

yang sebelumnya kemudian pindah ke daerah yang baru dengan suasana

yang berbeda pula, dimana perasaan tersebut adalah perasaan di terima

dan ada juga berupa penolakan yang ada dalam diri perawat tersebut

perasaan diterima yaitu merasa senang dan nyaman. Para perawat tersebut

bukan hanya merasakan culture shock diawal mereka datang dan tinggal,

akan tetapi hingga saat peneliti melakukan penelitian mereka juga masih

tetap merasakan culture shock tersebut, dan untuk rentang waktu berapa

lama waktu yang dibutuhkan untuk beradaptasi, para responden

menyatakan mereka masih melakukannya hingga saat ini. Perbedaan yang

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

37

mereka rasakan sangat banyak yaitu mulai dari perbedaan bahasa, dan

budaya membuat mereka merasa harus mencoba untuk beradaptasi.

“menjadi perawat disini sungguh menyenangkan karena seiring waktu terasa nyaman saja. menyenangkan karena disini sesama perawatnya ramah, terus enak saja karena kalau kita menikmati pekerjaan kita kan pasti merasa enak saja” (RP I 44-49)

“senang. Karena namanya tugas harus dinikmati. senang saja karena saya sudah merasa nyaman bekerja di Rumah Sakit ini dengan rekan sejawat saya dan saya juga mulai menyukai bekerja dirumah sakit ini” (RP II 303-308)

Beberapa perasaan yang di miliki oleh para responden yang berupa

penolakan dan disebabkan oleh berbagai alasan seperti tidak menyukai,

ketakutan, kaget, khawatir dan cemas karena tidak mengetahui apapun

tentang daerah yang akan menjadi tempat domisili yang baru dan tempat

bekerja yang baru pula. Alasan-alasan seperti itulah yang merupakan suatu

tantangan tersendiri yang ada dalam diri responden karena mereka harus

merasakan perasaan-perasaan tersebut. Bukan hanya perasaan menolak,

akan tetapi ada juga yang mampu menerima keadaan tersebut juga.

“Bukannya tidak menyukai juga, tapi bagaimana yah, saya bukannya tidak menyukai rumah sakitnya. Tetapi saya awalnya tidak menyukai tempatnya saja. Saya dulu berpikir, kenapa saya harus bekerja jauh dari daerah asal saya. Saya kan masih baru juga jadi masih belajar menyukai daerah ini. saya masih belajar. Jadi saya yakin pasti saya bisa menyukai apa saja yang berhubungan dengan daerah dimana saya bekerja ini. Alasannya karena saya harus belajar menyesuaikan diri lagi, belajar tentang apa yang ada di daerah tersebut. Bagaimana orang-orang di daerah tersebut” (RP II 316-325)

Adapun respon negatif yang dirasakan responden adalah perasaan

yang ada saat pertamakali datang dan tinggal di kota Ambon sendiri

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

38

merupakan perasaan-perasaan dan pendapat yang bervariasi timbul dalam

diri para responden. Perasaan yang timbul dan dinyatakan oleh responden

adalah merupakan perasaan kaget, cemas maupun khawatir karena alasan

yang di miliki masing-masing responden. Bahkan ada responden yang

merasa ketakutan dengan alasan hal-hal yang telah terjadi sebelumnya

yang membuat tercemar nama daerah tersebut, dan juga ada para

responden juga yang merasa terganggu. Terganggunya para responden

bukan karena daerah yang dia tempati tetapi terganggu dengan

kebudayaan yang ada di daerah Maluku seperti cara bicara dan suara

orang Maluku yang begitu besar yang dimaksud peneliti suara orang Ambon

yang besar yaitu volume suara mereka yang keras seakan-akan hendak

berteriak antara satu sama lainnya, dan juga pembicaraan mereka yang

begitu cepat, dalam hal ini adalah orang Ambon saat berbicara tidak

mempedulikan bahwa adanya tanda titik untuk berhenti maupun tanda

koma untuk menahan napas mereka sehingga membuat para pendatang

baru seperti para responden merasa terganggu dengan hal-hal tersebut.

“waktu pertamakali sampai di Ambon yah kaget, dengan orang Ambon, wah mereka kok bicaranya bisa sekeras itu dan juga sangat cepat. Hanya seperti itu saja. dibilang terganggu.Setiap pendatang seperti saya pun pasti merasa terganggu yah. Saya sendiri yang tidak pernah berbicara sekeras dan secepat itu merasa wah, ini mereka berbicara atau berusaha membentak satu sama lain. karena saya sudah hamper 5 tahun tinggal disini, dan 5 tahun itu juga saya mulai belajar dan mulai peka dengan suara mereka dan bicaranya mereka yang cepat” (RP III 576-587)

4.3.2 Kurangnya informasi yang dialami perawat lintas budaya

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

39

Informasi merupakan suatu hal yang sangat penting karena tanpa

informasi kita tidak akan mengetahui apapun. Oleh sebab itu informasi

merupakan satu-satunya kunci supaya kita tidak akan merasa asing

maupun seperti orang yang tersesat didalam kebudayaan yang baru. Dua

dari responden mengatakan bahwa mereka datang ke kota Ambon tanpa

mengetahui tentang kebudayaan yang ada karena tidak ingin mencari tahu

dan juga tidak ingin tahu tentang kebudayaan yang ada di kota Ambon.

“saya belum tahu tentang kebudayaan yang ada dan awalnya saya tidak mau tahu. iya. Saya hanya berpasrah karena pada saat itu saya memang tidak mau untuk pindah ke kota ini” (RP II 352-356)

“saya tidak tahu apapun awalnya tentang kebudayaan disini. Kami hanya datang saja, karena berhubung suami saya pindah kerja ke kota ini” (RP III 593)

Salah satu responden memiliki pernyataan yang berbeda dari dua

responden yang lain adalah sebelum datang dia telah mencoba mencari

tahu tentang kebudayaan yang ada di kota Ambon dengan cara

menanyakan temannya, dan hal yang dia dapatkan adalah hal yang sama

dengan yang disampaikan oleh temannya padanya oleh sebab itu informasi

yang didapatkan dari temannya membantunya untuk mengenal sedikit

tentang daerah yang akan ditempatinya tersebut.

“yah saya sempat mencari tahu. yah saya cari tahu lewat teman saya yang sudah duluan pindah ke kota Ambon. Saya Tanya, Ambon itu sepertiapa sih? Kotanya bagaimana dan kebudayaannya bagaimana? Kata teman saya disini daerahnya panas, dan suasananya beda karena orangnya berbeda, serta budayanya jelas jauh berbeda dari tempat asal saya. Hanya seperti itu. Kalau pendapat saya sih hampir sama dengan teman saya. Disini panas, terus disini juga mahal kehidupannya dan yang paling penting disini itu beda bangat sama tempat di daerah saya tinggal dulu.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

40

Kebudayaan yang berbeda dan ciri khas daerah yang berbeda pula. Budaya kami yang halus serta bicara kami yang lembut bertolak belakang dengan yang ada disini” (RP I 77-96)

Setelah ketiga responden datang ke kota Ambon dan mulai

mengenal tentang berbagai kebudayaan yang ada di Kota Ambon maka

pendapat-pendapat dan respon mereka terhadap kebudayaan bervariasi

pula RP I mengatakan bahwa kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat

Maluku bagus dan unik dengan tradisi mereka seperti makan patita.

Adapula yang dikatakan oleh RP II adalah mereka merasa kaget dengan

kebudayaan-kebudayaan yang ada terutama mereka merupakan pendatang

baru dan belum mampu menggunakan bahasa yang lain selain bahasa

Indonesia dan Jawa. RP III pun menyatakan bahwa dia merasa kaget

dengan kebudayaan yang ada karena perbedaan yang berarti seperti

budaya yang berbeda, kota yang berbeda dan penggunaan bahasa yang

berbeda pula.

“kebudayaannya bagus dan unik. ia uniknya itu seperti ada yang disini namanya makan patita. Saya awalnya bingung apa itu makan patita. Tapi setelah saya lihat teman-teman saya pergi, saya juga ingin. Kemudian saya ikut dan melihat sendiri. Ternyata itu untuk mengumpulkan semua orang dan makan bersama” (RP I 96-102)

“iya, saya merasa kaget karena saya kan orang baru, terus saya juga waktu itu hanya bisa berbahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Bahasa Jawa pun mendoknya setengah mati. iya. Itu juga salah satu alasan besar selain yang tadi saya katakan tentang konflik. Saya setelah datang saya takut karena tidak mengerti apa yang mereka katakan kepada saya. Baik teman sejawat maupun pasien” (RP II 362-368)

Ketika mengetahui tentang kebudayaan yang ada maka respon

mereka terhadap setiap perbedaan kebudayaan yang ada di kota Ambon

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

41

dan di daerah asal mereka sangatlah menarik perhatian peneliti karena

respon yang diberikan adalah perbedaan yang menurut peneliti merupakan

hal yang baru bagi mereka perawat lintas budaya. RP I menyatakan bahwa

jelas ada perbedaan kebudayaan yang terjadi seperti orang Ambon yang

memiliki watak yang kasar, suara yang keras dan kulit mereka yang gelap

serta yang sangat penting adalah bahasa yang digunakan sangatlah

berbeda. Kebingungan pun dirasakan oleh responden tersebut karena hal-

hal tersebut tidak pernah dia jumpai di daerah asalnya. RP II pun

menyatakan hal bahwa jelas ada perbedaan seperti di daerahnya yang di

Jogjakarta dia sering melihat banyak andong, namun pada kenyataannya

dia tidak menemukan hal tersebut di kota Ambon. Tidak hanya sampai di

situ perbedaan yang terjadi tetapi RP II menyatakan juga bahwa di

daerahnya dia menggunakan bahasa Jawa tetapi di Ambon dia harus

dituntut paling tidak untuk mengetahui bahasa Ambon. RP III memiliki

gambaran yang sama dengan RP II yaitu dari segi penilaian pada

pembicaraan yaitu di daerah asalnya RP III berbicara dengan suara yang

kecil dan halus tetapi yang dia dapatkan di Ambon adalah mereka berbicara

dengan suara yang keras dan nada yang kasar dan juga sangat cepat.

“yah jelas ada. ya seperti diketahui, orang Ambon sendiri kan berwatak kasar, suaranya yang keras dan kulit mereka yang coklat, dan yang paling penting itu bahasanya itu sangat berbeda. bingung sudah pasti karena perbedaan yang derastis, dan juga pasti merasa kaget karena hal-hal tersebut tidak pernah saya jumpai didaerah asal saya” (RP I 110-115)

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

42

4.3.3 Perbedaan dan hambatan komunikasi yang dialami oleh perawat

lintas budaya

Hasil riset dari ketiga responden ini ditemukan bahwa ada beberapa

hambatan komunikasi yaitu penggunaan bahasa yang berbeda. Setiap

orang yang datang dan mulai tinggal di tempat baru akan merasakan yang

namanya perbedaan kebudayaan. Perbedaan tersebut bisa membuat

mereka menerima dan bisa juga membuat mereka terganggu. Seperti yang

dipaparkan oleh para responden. RP I mengatakan bahwa ada perbedaan

komunikasi yang dialami yaitu kesulitan terutama dengan suara dan bahasa

yang digunakan masyarakat dan sering membuatnya tidak mengerti apa

yang dibicarakan oleh pasien maupun rekan sejawatnya dikarenakan

mereka yang berbicara dengan sangat cepat. RP II dalam masa

penyesuaian diri dikarenakan di daerah asalnya dia tidak pernah

mendengar kata-kata yang sangat kasar, akan tetapi hal tesebut dia dapati

di kota Ambon dan hal itu membuatnya merasa terganggu. RP III

mengatakan bahwa mengalami kesulitan itu pasti karena tidak semua orang

akan mampu menerima kebudayaan yang baru.

“jelas ada. Budayanya yang berbeda pasti menuntut kita untuk menyesuaikan diri. Seperti didaerah saya yang tidak ada namanya budaya makan patita, disini ada. Kemudian suara mereka yang keras, di daerah saya kan orang bicaranya halus, tapi disini kan tidak. Maka pastinya saya harus mau tidak mau mencoba untuk menyesuaikan diri. masih merasa sedikit kesulitan terutama dengan suara dan bahasa yang digunakan. Kadang saya juga sering tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh pasien ataupun teman-teman saya karena mereka bicaranya sangat cepat” (RP I 124-130)

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

43

Ketiga responden menyatakan bahwa sangat perlu untuk

mempelajari setiap kebudayaan baru yang ada di suatu daerah, kerena

setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda dari daerah yang lainnya.

Terutama mereka sebagai pendatang hal tersebut sangat diperlukan karena

pekerjaan mereka sebagai perawat menuntut mereka untuk berkomunikasi

dan hal tersebut mendorong mereka untuk mengetahui hal apapun yang

berhubungan dengan pekerjaan mereka terutama tentang bahasa dan

kebudayaan yang dimiliki masyarakat. Terutama daerah baru yang mereka

tempati sekarang ini karena masing-masing daerah memiliki keunikannya

masing-masing dalam penggunaan bahasa maupun cara mereka berbicara.

“sangat perlu. Apalagi bagi kami yang sebagai pendatang. Hal itu sangat diperlukan. karena pekerjaan saya menuntut saya untuk banyak berkomunikasi. Jadi saya harus professional dengan pekerjaan saya. Saya harus mendorong diri saya untuk perlu mengetahui apa saja dengan daerah tempat saya bekerja dan bahasa serta kebudayaan mereka. Sehingga saya bisa menolong dengan tepat tanpa membuat kerugian antara saya dan pihak manapun” (RP II 503-511)

Berbagai hal responden lakukan untuk berupaya beradaptasi

dengan kebudayaan yang ada di kota Ambon, karena jika tidak mencoba

untuk menyukai kebudayaan yang ada maka akan kesulitan untuk mulai

beradaptasi dengan kebudayaan yang ada pula. RP I mengatakan bahwa

dia mencoba beradaptasi dengan cara mengikuti kebudayaan yang

menurutnya pantas untuk di ikuti. Beda dengan RP II menyatakan bahwa

dia mulai mencoba beradaptasi dimulai dari lingkungannya bekerja dengan

cara mendengarkan setiap pembicaraan teman-temannya yang berasal dari

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

44

Ambon dan diapun mulai terbiasa dengan hal-hal tersebut. Sama seperti RP

III menyatakan bahwa dia harus mulai belajar menyukai dan menerima

setiap kebudayaan yang ada supaya dia mampu beradptasi. Semua strategi

yang dilakukuan oleh ketiga responden sedikit berbeda tetapi tujuan mereka

adalah mereka mencoba beradaptasi dengan kebudayaan yang ada

menggunakan cara mereka masing-masing.

“saya mencoba untuk mengikuti kebudayaan yang ada yang memang bisa saya ikuti dan memang kebudayaan yang pantas saya ikuti” (RP I 135)

“yah saya mulai dari lingkungan saya bekerja. Teman-teman saya kan banyak tuh yang orang Ambon, yah saya sering mendengar mereka berbicara dan saya mencoba untuk terbiasa dengan hal-hal tersebut” (RP II 401)

“yang pasti saya harus belajar menyukai dan menerima kebudayaan yang ada supaya saya bisa beradaptasi” (RP III 619)

Bukan hanya perbedaan kebudayaan saja yang sangat

mempengaruhi bagi seorang perawat lintas budaya, akan tetapi perbedaan

komunikasi pun sangat berpengaruh besar dalam hal ini, karena seorang

perawat lintas budaya bukan hanya diharuskan untuk mengetahui

kebudayaan yang ada, akan tetapi untuk mengetahui bahasa yang

digunakan oleh masyarakat setempat untuk berkomunikasi. Oleh sebab itu

responden mengatakan bahwa ada perbedaan komunikasi yang berarti

antara daerah asalnya dan daerah baru yang di tempatinya yaitu kota

Ambon. RP I mengatakan bahwa ada perbedaan komunikasi yang berarti

karena di tempat asalanya dia sering berbicara dengan menggunakan

bahasa Jawa namun ketika di Ambon mereka menggunakan bahasa

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

45

Ambon untuk berkomunikasi hal tersebut membuatnya tidak mengerti

pembicaraan yang terjadi. RP II pun mendukung pendapat yang

disampaikan oleh RP I dengan statement bahwa ada perbedaan komunikasi

yang terjadi karena di daerah asalnya mereka hampir tidak pernah

menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi karena mereka

sering menggunakan bahasa Jawa setiap harinya dan sama dengan

masyarakat di Ambon yang hampir tidak pernah menggunakan bahasa

Indonesia dan hanya berkomunikasi sehari-harinya menggunakan bahasa

mereka yaitu bahasa Ambon.

“jelas ada. Karena ditempat asal saya, bicaranya kebanyakan menggunakan bahasa Jawa. Kalau disini kan bicaranya pakai bahasa Ambon. Yah jelas aku ora mudeng toh” (RP I 152)

“jelas ada ya, mulai dari intonasinya yang beda, bahasa yang digunakan beda, dan yang pastinya punya tingkat kesulitan yang berbeda” (RP III 661)

Ketika komunikasi yang berbeda membuat perawat lintas budaya

menjadi kesulitan dalam menghadapinya maka menurut para responden

bahwa sangat penting untuk mempelajari bahasa daerah yang ada di

daerah yang di tempati sekarang karena akan sangat membantu untuk

memperlancar tugas dan tanggung jawab sebagai seorang perawat. Seperti

yang dikatakan oleh RP I dan RP III bahwa sangat perlu mempelajari

bahasa Ambon karena sebagian besar dari pasien dan perawat yang ada di

rumah sakit tersebut mayoritasnya menggunakan bahasa Ambon untuk

berkomunikasi dan juga banyak pasien yang datang kerumah sakit tersebut

dengan latar belakang yang berbeda-beda. Oleh sebab itu mengetahui

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

46

bahasa Ambon beberapa kalimat saja akan sangat membantu mereka. RP

II mengatakan bahwa sangat penting mempelajari bahasa yang ada karena

masing-masing daerah memiliki bahasa yang berbeda dan belum tentu

semua orang mampu untuk berbicara dan mengerti bahasa Indonesia yang

baik dan benar.

“menurut saya perlu, karena hampir sebagian besar pasien dan karyawan di rumah sakit ini menggunakan bahasa Ambon. Jadi menurut saya mempelajari bahasa Ambon itu juga merupakan salah satu hal yang menurut saya penting” (RP I 157)

“ya pasti sangat penting, karena masing-masing daerah memiliki bahasanya masing-masing, dan belum tentu semua orang itu bisa mengerti bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh sebab itu menurut saya sangat penting untuk mempelajari setiap bahasa yang ada di daerah yang kita tempati” (RP II 451)

4.3.4 Proses dan strategi adaptasi perawat lintas budaya

Proses yang peneliti paparkan disini adalah bagaimana proses

komunikasi yang dilakukan oleh perawat lintas budaya saat melakukan

komunikasi baik dengan perawat maupun pasien yang ada di rumah sakit

tentara Ambon, mulai dari penggunaan bahasa yang digunakan saat

berinteraksi. Karena menurut RP III komunikasi yang baik itu komunikasi

yang bisa membuat orang yang sedang melakukan komunikasi dan lawan

bicaranya itu mengerti apa yang dibicarakan tanpa menyinggung satu sama

lainnya. Rata-rata responden menggunakan bahasa Indonesia untuk

berkomunikasi baik dengan pasien maupun rekan sejawat karena tidak

mengerti bahasa Ambon.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

47

“saya saat pertama kali bertugas saya menggunakan bahasa Indonesia. Kadang saya suka keceplosan menggunakan bahasa Jawa” (RP I 141)

“saya menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa” (RP II 405)

“komunikasi yang baik itu, yang bisa membuat orang yang sedang melakukan komunikasi dan lawan bicaranya itu mengerti apa yang mereka bicarakan. Tanpa menyinggung orang lain. saya menggunakan Bahasa Indonesia. Baik kepada pasien maupun kepada rekan sejawat saya. kalau pertamakali itu saya coba gunakan kepada rekan sejawat saya,itu juga mereka mengatakan, “ ih mbak lucu bangat sih kalau ngomongnya pakai bahasa Ambon”. Saya masih merasa ragu untuk menggunakan bahasa Ambon ke pasien takutnya pasien tidak mengerti apa yang saya maksudkan” (RP III 624-636)

Kesulitan yang dialami oleh seorang perawat lintas budaya yang di

paparkan oleh responden termasuk juga kesulitan dalam berkomunikasi hal

ini terlihat karena responden mengatakan bahwa mereka sangat kesulitan

menanggapi komunikasi yang terjadi karena cara berbicara orang Ambon

yang bergitu cepat. RP I mengatakan bahwa dia pernah megalami kesulitan

berkomunikasi saat pertamakali datang bertugas dan mendengar

pembicaraan orang Ambon dengan bicaranya mereka yang cepat serta

kata-kata yang digunakan serba baru didengarkan itu membuatnya bingung.

Hal tersebut bukan hanya dialami oleh RP I namun dialami juga oleh RP II

dan RP III dengan alasan mereka kesulitan dalam berkomunikasi

diakibatkan bahasa yang digunakan adalah bahasa Ambon.

“kesulitan jelas ada. Karena saya harus mulai belajar untuk mengerti perkataan pasien yang menggunakan bahasa Ambon, dan saya sendiri belum mampu menggunakan bahasa Ambon” (RP II 456) merasa kesulitan, iya. Tetapi saya akan terus mencoba” (RP II 467)

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

48

“kesulitan sih iya, tapi lama kelamaan juga enjoy. Saya kesulitan itu jika pasien mengeluh atau berbicara secara cepat dengan menggunakan bahasa Ambon” (RP III 676) merasa kesulitan sih iya, karena kalau kita tidak merasa sulit, pastinya kita tidak mau berusaha untuk tahu” (RP III 687)

Strategi adaptasi adalah cara-cara yang dilakukan oleh responden

untuk beradaptasi dengan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi

saat mereka tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh keluarga maupun

pasien yang berasal dari Ambon yaitu responden akan mulai menanyakan

artinya, responden kadang meminta pasien menggunakan bahasa tubuh,

dan juga meminta penerjemah. Hal tersebut bukan hanya di lakukan oleh

seorang responden saja tetapi ketiga responden menggunakan hal yang

sama. RP I, II III mengatakan bahwa jika mereka mengalami kesulitan

dalam berkomunikasi dengan pasien maupun keluarganya, maka mereka

akan meminta bantuan temannya untuk menerjemahkan maksud mereka

maupun sebaliknya, dan jika tidak mereka akan menanyakan artinya

tersebut kepada keluarga pasien yang sedang menjaga. Jika tidak ada

alternatif yang lain maka mereka akan menggunakan bahasa tubuh jika itu

sangat diperlukan dan jika itu satu-satunya cara.

“karena itu gunanya rekan sejawat yang bertugas bersama hari itu. Saya akan memintanya menjadi penerjemah bagi saya, karena seperti diketahui orang ambon kan bicaranya cepat, bisa-bisa saya jadi kebingungan dan tidak memahami maksud mereka. Jadi saya akan meminta penerjemah. saya akan meminta keluarga pasien untuk menjelaskan secara perlahan. Jika saya masih belum mengerti, saya akan meminta keluarga untuk menjelaskan di ruangan saya dan pastinya dengan bantuan translate dari teman saya. Nah itulah gunanya bahasa tubuh, saya akan menggunakan atau meminta keluarga menggunakan bahasa tubuh. Karena saya tidak memiliki alternative lainnya” (RP III 624-650)

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

49

Pernyataan para responden tentang mereka adalah seorang

perawat lintas budaya dan hal-hal yang termasuk sulit bagi seorang perawat

lintas budaya adalah mereka harus kembali beradaptasi dengan lingkungan

budaya dan bahasa yang ada di daerah tersebut. Ketiga responden

mengatakan bahwa mereka merupakan seorang perawat lintas budaya

dikarenakan mereka yang berasal dari luar daerah dan datang bekerja di

rumah sakit di Ambon. RP I, II III mengatakan bahwa hal yang sulit bagi

seorang perawat lintas budaya adalah dia harus beradaptasi dengan

lingkungan yang baru, budaya yang baru suasana yang baru serta bahasa

yang baru pula.

“menurut saya iya, karena saya memang bukan berasal dari daerah sini. Tetapi dari daerah lain, jadi saya memang masuk kategori perawat lintas budaya. Hal yang tersulit adalah, saya harus berpindah daerah, saya harus belajar beradaptasi lagi, saya harus belajar bahasa mereka juga, cara bicara mereka, budaya mereka” (RP II 472-477)

“Menurut saya, iya saya merupakan seorang perawat lintas budaya, karena saya bukan berasal dari Maluku, tetapi saya bekerja di Rumah sakit di Maluku. Saya yang masuk kategori sulit adalah, sulit untuk beradaptasi dengan bahasa masyarakat setempat” (RP III 692-696)

Bukan hanya merasa kebingungan saat berkomunikasi dengan

pasien, tetapi para responden juga merasa kebingungan saat melakukan

komunikasi dengan rekan sejawatnya, karena menurut mereka rata-rata

rekan sejawatnya saat berkomunikasi menggunakan bahasa Ambon dan itu

membuat mereka merasa kesulitan. Namun mereka tidak mengalami

kesulitan saat berkomunikasi dengan dokter yang bekerja di rumah sakit

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

50

tersebut sebab dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut ada pula yang

berasal dari Jawa dan rata-rata mereka berkomunikasi dengan dokter

menggunakan bahasa Indonesia. RP I II III mengatakan bahwa mereka

akan mengalami kebingungan berkomunikasi dengan rekan sejawatnya

ketika mereka melakukan operan karena mereka akan menggunakan

bahasa Ambon untuk berkomunikasi, akan tetapi responden tersebut tidak

memahami pembicaraan tersebut dikarenakan pembicaraan mereka juga

yang begitu cepat.

“iya. Pernah beberapa kali merasa kebingungan dan salah pengertian juga dengan apa yang dimaksud oleh pasien. Contohnya pada saat pasien merasa kesakitan dan mengeluh dengan bahasa Ambon, saya akan mulai kebingungan. Oleh sebab itu saya selalu membawa teman saya yang berasal dari Ambon saat menuju ke ruangan pasien dan dia akan menjadi seorang penerjemah bagi saya. Kalau dokter sih jarang yah, karena kebanyakan disini kan dokternya juga berasal dari Jawa. Kalau sama rekan perawat, jelas selalu bingung. Bingungnya itu waktu mereka melakukan operan. Ampun itu sampai saya kadang hanya melihat saja bingung apa yang mereka bicarakan. Karena mereka akan menggunakan bahasa Ambon saat berbicara, dan hampir 100% itu orang Ambon semua” (RP I 219-233)

“awalnya itu sering sekali bingung. Tapi sekarang sudah lumayan. kalau dari yang dulunya 100% bingung, sekarang sudah turun jadi 85%. kalau dengan dokter tidak, karena ada juga dokter yang bisa berbahasa Jawa tetapi rata-rata kan kita bicara sama dokter menggunakan bahasa Indonesia. Tetapi dengan perawat bingung. Karena mereka juga berasal dari Ambon dan bicaranya mereka juga cepat” (RP II 483-490)

Berbagai macam strategi yang dilakukan oleh para responden saat

mereka tidak mengerti apa yang dikatakan oleh rekan sejawat mereka

adalah mereka mulai menanyakan maksud pembicaraan dari lawan bicara

mereka, meminta berbicara secara perlahan, dan ada juga yang akan

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

51

bertanya kembali apa yang dikatakan oleh perawat yang berasal dari

Ambon.

“saya akan menanyakan kalau dalam bahasa Indonesia artinya apa? dan mereka akan menjawabnya dalam bahasa Indonesia”(RP I 238)

“saya sering meminta mereka berbicara perlahan, atau paling tidak sering menggunakan bahasa indonesia. Adakalanya juga saya sering menanyakan itu artinya apa ? seperti itu” (RP II 496)

“saya akan bertanya kembali apa maksud mereka, dan meminta mereka menjelaskan dalam menggunakan bahasa Indonesia” (RP III 714)

4.3.5 Refleksi Penelitian Tentang Komunikasi Lintas Budaya yang

Terjadi Di Rumah Sakit

Hasil riset dari ketiga responden, yang peneliti angkat sebagai

penarikan kesimpulan kecil, dimana ditemukan proses adaptasi komunikasi

lintas budaya yang terjadi dimulai dari para responden dari kebudayaan

yang berbeda yaitu budaya Jawa datang dan tinggal di kota Ambon dengan

kebudayaan yang berbeda maka mereka akan mengalami shock culture

misalnya terjadinya perasaan penolakan dalam bentuk tidak menyukai,

khawatir, ketakutan, kaget, khawatir dan cemas.

Kekurangan informasi pun sangat berpengaruh karena seseorang

yang kurang informasi tentang daerah baru akan mengalami shock culture

maka akan dibutuhkan informasi tentang budaya dan bahasa yang

digunakan di daerah yang baru tersebut. Kekurangan informasi yang

dimaksud adalah mereka tidak berusaha untuk mencari tahu bagaimana

kebudayaan dan bahasa yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

52

Perbedaan akan menyebabkan berbagai jenis hambatan.

Perbedaan yang terjadi adalah perbedaan kebudayaan dan juga perbedaan

bahasa. Kedua hal tersebut menyebabkan berbagai hambatan yang dialami

oleh perawat lintas budaya yaitu hambatan dalam hal berkomunikasi yang

membuat mereka harus mencoba untuk beradaptasi guna mengurangi

culture shock.

Oleh sebab itu strategi-strategi adaptasi yang dilakukan adalah

semata-mata menyelamatkan mereka agar tidak melakukan kesalahan

dalam berkomunikasi di lingkungan baru tempat bekerja. Strategi yang

dilakukan adalah mereka mulai menanyakan maksud pembicaraan dari

lawan bicara mereka, meminta berbicara secara perlahan, dan ada juga

yang meminta penerjemah.

4.3.6 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan didalamnya,

yaitu tempat penelitian yang jauh, karena peneliti harus meneliti di Rumah

sakit Tentara yang berada di kota Ambon, kesibukan para responden yang

mengakibatkan harus melakukan wawancara sambil melakukan tugasnya

pada saat itu karena waktu tugasnya. Bukan tempat dan kondisi saat

melakukan wawancara saja yang menjadi hambatan dalam penelitian ini,

namun bahan refrensi mengenai Gambaran komunikasi lintas budaya

perawat sangat terbatas dan bahkan sangat sulit untuk didapatkan peneliti.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

53

Komunikasi antara peneliti dengan partisipan saat penelitian dan

wawancara berlangsung juga menjadi kendala dalam penelitian ini,

terkadang beberapa pertanyaan peneliti memiliki jawaban yang berbeda

dari apa yang peneliti targetkan dengan apa yang para responden katakan,

sehingga peneliti berusaha untuk mencari bahasa atau cara lain agar

partisipan mengerti maksud dari pertanyaan tersebut dan menjawab sesuai

dengan jawaban yang ditargetkan peneliti. Dalam penelitian ini juga

terdapat keterbatasan lain yaitu peneliti tidak melakukan studi lapangan dan

hanya melakukan studi pustaka pada saat menyiapkan penelitian ini.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Cultural Shock yang dialami perawat lintas budaya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tiga partisipan

perawat lintas budaya yang bekerja di RST Ambon tentang perasaan-

perasaan yang muncul saat menjadi seorang perawat lintas budaya di

Rumah sakit Tentara dalam pembahasan ini berupa perasaan di terima

maupun tidak. Perasaan diterima seperti mereka mulai merasa senang dan

nyaman karena mulai menikmati tugas dan tanggung jawab mereka di

Rumah Sakit, tetapi dibalik perasaan menerima tersebut ada penolakan-

penolakan yang dilakukan yaitu adanya perasaan negatif seperti merasa

khawatir, tidak menyukai, merasa sunyi, kaget, cemas, khawatir, terganggu

serta menakutkan. sehingga mengakibatkan seorang perawat lintas budaya

mengalami culture shock. Meskipun masing-masing responden

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

54

berpengalaman bergerak dari satu budaya ke budaya lain sebagai individu,

ada kesamaan dalam pengalaman mereka. Misalnya, gagasan maupun

perasaan aneh yang datang berulang kali.

Penelitian yang dilakukan oleh Ruddock & Turner (2007) dengan

judul Developing cultural sensitivity: nursing students’ experiences of a

study abroad programme mengatakan bahwa mengembangkan sensitivitas

budaya merupakan interaksi yang rumit antara rasa nyaman yang tumbuh

secara pribadi dari pengalaman transisi dengan budaya lain, dan

menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Inti dari proses ini adalah

pengalaman siswa belajar dalam lingkungan yang tidak diketahui, adanya

stress dan variasi kejutan budaya, serta mengambil keputusan tentang

menerima budaya. Sehingga hal ini diperlukan semua wawasan terbuka

dan dinamis yang sensitif terhadap budaya yang berbeda.

Tak hanya itu adanya penelitian yang di lakukan oleh Hoye &

Severrinson (2010) dengan judul penelitian Professional and cultural

conflicts for intensive care nurses menyatakan bahwa perawat perlu

bernegoisasi dengan anggota keluarga yang berbeda budaya mengenai

permasalahan cara bicara. Dalam pertemuan antara keluarga dengan

perawat, perawat harus mampu menyeimbangkan antara etnosentrisme

dan kepekaan budaya, yang implikasinya untuk praktek adalah, guna

meningkatkan kompetensi perawat dalam penilaian keanekaragaman

budaya.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

55

Salah satu hal yang bisa membantu kita memahami wilayah planet

atau ruang yang kita tempati ialah budaya. Bila seseorang memasuki

budaya asing, maka tempat tersebut menjadi asing bagi mereka orang-

orang asing, sehingga hampir semua petunjuk yang mereka ketahui itu

lenyap. Ia bagaikan ikan yang keluar dari air. Walaupun orang tersebut

memiliki wawasan yang luas dan berperilaku baik, dia akan merasa

kehilangan pegangan. Kemudian anda akan mengalami kecemasan dan

frustasi. Orang-orang biasanya menghadapi frustasi dengan cara yang

hampir sama. mereka petama-tama akan menolak lingkungan yang

membuat mereka merasa tidak nyaman (Mulyana&Rahmat,2001;174).

Emosi dari salah satu aspek kebutuhan individu dan muncul dalam

theori Maslow tentang hirarki kebutuhan seperti perasaan harga diri.

keyakinan, prestasi, kemandirian, pengakuan dan perhatian. dengan tidak

semua yang penting yang sama bagi semua karyawan. selain emosi positif,

pekerja juga mungkin mengalami perasaan lebih negatif sehubungan pada

pekerjaan mereka, seperti stres yang dipercaya merasa bosan atau gelisah.

Oleh karena itu berbagai emosi dapat dialami dalam kaitannya untuk

bekerja. kebahagiaan adalah perasaan positif mengekspresikan

kesenangan, kepuasan serta perasaan bahagia bisa berhubungan dengan

harga diri dan kepercayaan diri yang positif sehingga merasa di kontrol atau

diberdayakan (oxford Dictionary 1974)

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

56

Manusia berkomunikasi tidak hanya dengan menggunakan kata-

kata. Nada suaranya, ekspresi wajahnya, gerak-geriknya semua itu

mengundang makna yang diperhitungkan. Oleh sebab itu tidak hanya

bahasa yang bisa membingungkan tetapi juga perilaku nonverbal dari isyrat-

isyarat kultural. Anggukan seseorang bisa menjadi hal negatif bagi orang

lainnya. Disebabkan karena setiap kebudayaan memiliki kekayaannya

sendiri dari tanda-tanda bermakna, lambang-lambang, gerak gerik, konotasi

emosi, respons tradisional yang juga yang tidak kalah penting adalah diam

sekalipun mengandung makna. Hal ini didukung oleh teori Bennett (1998)

yang menyatakan bahwa pengamatan ini, mengidentifikasi kepekaan

budaya sebagai kesadaran akan pentingnya perbedaan budaya dan

menghormati pandangan orang tentang budaya lain. (Hansen 2001)

menyatakan seni bertemu orang-orang dari budaya lain terdiri dari

kemampuan untuk pindah ke dunia lain tanpa kehilangan diri sendiri,

sementara menjaga pikiran terbuka dan merangkul perbedaan dalam

masyarakat multikultural.

Chenoweth (2002) menyatakan bahwa, bagi perawat untuk

mendapatkan pengetahuan transkultural yang relevan keterampilan dan

sikap dalam memberikan perawatan yang sejalan dengan kebutuhan dan

pengalaman konsumen kesehatan, mereka harus menghormati sistem

budaya masyarakat dan kiat sukses. Dengan demikian, mereka harus

menyadari praduga mereka sendiri untuk menghindari stereotip, pelabelan

dan kategorisasi. Ini termasuk pertimbangan variasi antar dan dalam

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

57

kelompok, ras, usia dan jenis kelamin, sementara pada saat yang sama

menjadi peka terhadap kebutuhan mereka didefinisikan secara kultural.

Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa menelaah dan

mengkonfirmasikan nilai-nilai budaya sendiri dan prasangka yang penting

untuk meningkatkan kesadaran dan kepekaan budaya terhadap orang lain

(Riley 2000). Sementara Sutardy (2007)menyatakan bahwa, untuk

meningkatkan kepekaan terhadap budaya dan mendorong hubungan yang

baik dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda, perlu

untuk memahami praduga sendiri, nilai-nilai seseorang dan kepentingan,

serta budaya sendiri.

McMurray (2000) setuju bahwa sensitivitas budaya membutuhkan

keterbukaan dan menghormati perbedaan budaya. Meskipun ia juga

menekankan bahwa sensitivitas budaya mencakup lebih dari bersikap

terbuka dan menghormati perbedaan budaya, hal itu juga memerlukan

pemahaman dinamika budaya lain, hanya dengan demikian perawat dapat

mulai menilai pola perilaku pada pasien dari latar belakang budaya yang

berbeda yang dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap pengelolaan

masalah kesehatan.

Culley (2008) juga berpendapat bahwa keperawatan transkultural

harus mengenali sifat cair budaya. Perawat harus melakukan lebih dari

mengubah sikap pribadi mereka dan meningkatkan pengetahuan mereka

tentang pandangan dunia yang berbeda. Guna untuk mengatasi

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

58

kesenjangan-kesenjangan dalam akses keperawatan kesehatan,

menunjukkan bahwa pertimbangan hubungan kekuasaan, status sosial-

ekonomi, jenis kelamin, perbedaan usia, struktur organisasi dan subjektif

pengalaman orang-orang dari kelompok budaya lain harus diperhitungkan.

Dengan cara individu melintasi budaya dapat digambarkan sebagai

mengalami tingkat kewaspadaan eksistensial. Banyak orang berjuang untuk

mengatasi perasaan tidak mampu dan frustrasi dalam mengubah

lingkungan mereka, beberapa menolak perubahan dan berjuang untuk cara-

cara lama mereka, sedangkan yang lain putus asa mencoba untuk "jadi

penduduk asli" dan hidup dengan rasa takut pada gagal dan putus asa.

Sejauh mana orang menjalani tantangan lintas-budaya seperti itu bervariasi,

tergantung pada situasi mereka melibatkan diri dan motif mereka untuk

pindah di dalam budaya lain. Alasan yang berbeda untuk melintasi budaya

mendampingi derajat yang berbeda dari komitmen bahwa individu merasa

menuju lingkungan baru mereka. Seperti para responden, yang datang ke

kota Ambon rata-rata karena mengikuti suaminya dipindah tugaskan dan

biasanya mengalami pergerakan tiba-tiba dan tidak disengaja. Karena sifat

tiba-tiba keberangkatan mereka dari daerah asal mereka, sebagian besar

responden memiliki sedikit kesempatan untuk mempersiapkan diri untuk

hidup di daerah baru yang mereka tuju. setidaknya selama fase awal

perubahan, mereka cenderung mengalami kecemasan yang parah dan rasa

kehilangan (Campinha 1998).

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

59

Bagi para responden, pengembangan kepekaan budaya adalah

proses melingkar. Mengalami stres di lingkungan yang asing, mengambil

cara-cara budaya tuan rumah, dan membandingkan budaya mereka sendiri.

Ada didalam lingkungan yang mendukung memungkinkan responden untuk

merefleksikan secara kritis perbedaan yang menantang nilai-nilai pribadi

dan profesional mereka dan keyakinan. Hal ini menyebabkan pemahaman

yang lebih besar bahwa menjadi sensitif terhadap budaya lain yang terlibat

menjadi terbuka dengan konteks baru, termasuk struktur sosial dan politik,

serta keyakinan masyarakat tentang kesehatan dan penyakit. Pengamatan

ini konsisten dengan Campinha-Bacote (2002), yang mengklaim bahwa

menjadi peka budaya adalah proses yang berkelanjutan yang meliputi

elemen penting dari kompetensi budaya.

4.4.2 Kurangnya informasi yang dialami perawat lintas budaya

Bukanlah tugas yang mudah untuk menjadi seorang perawat.

Tantangan-tantangan yang dialami oleh perawat seperti perubahan-

perubahan yang ada, dimana perubahan tersebut dimulai dari

lingkungannya maupun klien. Dilihat dari segi lingkungan, perawat

dipertemukan selalu dengan globalisasi. Globalisasi sangatlah

mempengaruhi perubahan dunia terutama dalam bidang kesehatan.

Terjadinya perpindahan penduduk memaksa perawat untuk mampu

menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Oleh sebab itu semakin

banyak perpindahan penduduk, maka semakin beragam pula budaya dalam

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

60

suatu negara. Hal tersebut yang menjadikan perawat harus dapat

melakukan asuhan keperawatan yang bersifat tidak kaku di lingkungan yang

tepat. Pentingnya informasi tentang suatu kebudayaan baru akan

mengurangi dampak stress terhadap seorang perawat lintas budaya.

Sehingga hasil penelitian ini menunjukan bahwa dua dari responden datang

untuk bekerja di Rumah sakit di kota Ambon tanpa mengetahui tentang

kebudayaan yang ada karena tidak ingin mencari tahu, sedangkan salah

satu responden menyatakan sempat mencari tahu tentang informasi yang

ada mengenai kebudayaan yang dimiliki. Akan tetapi salah satu responden

yang mencari tahu tentang kebudayaan yang ada menyatakan bahwa

walaupun dia telah mencari tahu tentang kebudayaan yang ada hal tersebut

hanya tentang gambaran umum dari orang Ambon saja oleh sebab itu tetap

saja ada perbedaan yang berarti antara kebudayaan mereka dan

kebudayaan yang ada. Hal tersebut mengakibatkan munculnya perasaan

kaget, bingung, takut dan bisa mengakibatkan banyak perasaan aneh lain

yang muncul.

Padahal ketika seseorang memiliki kesadaran dan keinginan

memasuki budaya baru, berarti sudah melakukan persiapan yang matang

dan membekali dirinya dengan informasi-informasi yang mungkin akan

diperlukan. Akan menjadi hal berbeda ketika seseorang memasuki suatu

budaya baru dengan keterpaksaan, maka akan menimbulkan penolakan

dan rasa curiga terhadap kebiasaan, pola pikir dari budaya baru tersebut.

Sehingga menimbulkan kecemasan komunikasi yang mungkin akan muncul

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

61

diawal-awal proses adaptasi saat memasuki budaya baru adalah hal yang

wajar (Kim 1995).

(Turner 2005) Menyatakan bahwa budaya mempunyai pengaruh

luas terhadap kehidupan individu. Sebab itu perawat diharuskan untuk

mengenal latar belakang pasiennya. Misalnya bahasa dan kebudayaan,

kebiasaan hidup sehari-harinya, cara mengekspresikan perasaan, dan

praktik kesehatan sehari-hari. Adapun kultur juga terbagi dalam beberapa

sub-kultur. Sub-kultur merupakan kelompok dalam suatu kultur yang tidak

semuanya memiliki pandangan yang sama seperti sebuah kelompok kultur

yang lebih besar atau memiliki makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga

memiliki kaitan dengan kebiasaan cultural. Seperti nilai-nilai dari

kebudayaan timur, terkhususnya di Ambon yang menyebabkan persepsi

yang negatif dikarenakan kebiasaan orang Ambon yang bicaranya dengan

suara keras dan kasar serta cepat. Hal itu menyebabkan para pendatang

melabelkan orang Ambon sangat kasar dan jahat, tanpa mencoba menggali

informasi lebih dalam lagi tentang kebiasaan orang Ambon.

Tradisi atau kebiasaan juga merupakan suatu budaya, seperti yang

dikatakan responden bahwa kebudayaan orang Ambon unik. Tentang tradisi

orang Ambon yaitu salah satunya makan patita. Hal ini di dukung oleh (Hall

1966) yang menyatakan bahwa tradisi bisa mengekspersikan suatu budaya,

memberikan masyarakat didalamnya mempunya rasa memiliki dan

keunikan. Oleh sebab itu kita harus menghargai keunikan yang dimiliki

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

62

masyarakat dan berusaha untuk berkomunikasi dengan masyarakat dari

kelompok budaya tersebut.

(Manstead dan Hewstone, 1996) dalam menyatakan bahwa

stereotip mengenai orang lain sudah ada pada orang yang berprasangka

sebelum dia berusaha untuk bergaul sewajarnya dengan orang-orang lain

yang dikenai prasangka tersebut. Hal tersebut di karenakan keterangan-

keterangan yang kurang lengkap dan subjektif yang menyebabkan

terbentuknya sterotip.

Jika kita tidak berusaha menggali informasi tentang suatu

kebudayaan yang baru yang hendak kita masuki maka akan timbul

prasangka sosial. Prasangka sosial ini bergandengan pula dengan

stereotipe. Istilah ini mengacu pada suatu gambaran atau tanggapan

tertentu mengenai watak dan sifat pribadi orang golongan lain yang

bercorak negatif. Menurut (Manstead dan Hewstone, 1996) stereotipe

didefinisikan sebagai keyakinan-keyakinan tentang karakteristik seseorang

(perilaku, cirri kepribadian, nilai pribadi) yang diterima sebagai suatu

kebenaran kelompok sosial. Sebagai contoh, watak dan sifat semua orang

Negro adalah kurang ajar, bodoh, dan tidak sopan. Atau, banyak orang

yang menganggap bahwa orang Ambon memiliki temperamen keras dan

kasar dalam berinteraksi secara sosial dengan orang lain, cenderung tidak

peduli dengan orang lain, dan sebagainya.

Sebagaimana di Denmark perawat menjadi lebih beragam, perawat

harus mengembangkan pemahaman tentang budaya dan hubungannya

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

63

dengan penyakit dan kesehatan. Oleh karena itu penting kurikulum yang

mengekspos mahasiswa keperawatan dengan masalah budaya, membantu

mereka memperoleh pemahaman tentang pengaruh budaya terhadap

kesehatan, dan kesadaran tentang bagaimana latar belakang budaya

mereka sendiri mempengaruhi budaya lain. Perubahan yang dibuat untuk

Perawat Denmark. (Chegini 2010). Prinsip-prinsip yang diakui dan

ditetapkan oleh Dunia Organisasi Kesehatan, yang menentukan bahwa

orang memiliki hak dan kewajiban untuk berpartisipasi secara individual dan

kolektif merencanakan dan melaksanakan perawatan kesehatan mereka .

Perawat professional sangat membutuhkan pengetahuan khusus

tentang beragam budaya individu, keluarga, dan komunitas yang mereka

layani, namun tidak terbatas pada spesifik praktek budaya tentang

kesehatan, definisi, dan keyakinan tentang, kesehatan dan penyakit, variasi

biologis, pandangan dunia lintas budaya, pengalaman akulturasi, dan

kehidupan, seperti pengungsi dan status imigrasi, serta sejarah penindasan,

kekerasan, dan trauma yang diderita (Bukti Kesehatan Jaringan, 2006; ICN,

2006a; Asosiasi Nasional Pekerja Sosial, 2001).

4.4.3 Perbedaan dan hambatan komunikasi yang dialami oleh perawat

lintas budaya

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

64

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tiga partisipan

perawat lintas budaya yang bekerja di RST Ambon berbagai pendapat

mereka utarakan terutama pada perbedaan kebudayaan yang ada, yang

menyebabkan mereka harus berusaha untuk kembali menyesuaikan diri.

Bukan hanya perbedaan kebudayaan saja yang menjadi hambatan terbesar

mereka, namun perbedaan komunikasi juga sangatlah berpengaruh besar

terutama bagi para responden yang berbeda budaya dan bahasa ini, karena

setiap kelompok etnik pendatang memiliki kebudayaan, nilai, norma, tata

cara bahasa, dan pola tingkah laku tersendiri yang belum tentu sama

dengan penduduk lokal. Dimana perbedaan-perbedaan tersebut

mengakibatkan hambatan yang timbul dalam proses komunikasi yang

dilakukan oleh seorang perawat lintas budaya.

Meskipun berbagai kelompok budaya semakin sering melakukan

interaksi, bahkan dengan bahasa yang sama sekalipun, tidak berarti

komunikasi akan berjalan mulus atau bahkan dengan sendirinya akan

tercipta saling pengertian, karena antara lain, sebagian diantara kita masih

punya kecurigaan terhadap kelompok budaya lain dan enggan bergaul

dengan mereka.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jirwe, Garish, Amami (2009)

mengenai pengalaman komunikasi lintas budaya mahasiswa, dengan

sampel 5 orang mahasiswa yang berasal dari Swedia dan 5 lainnya berlatar

belakang imigran. Dalam pertemuan perawat lintas budaya ini menemukan

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

65

tema-tema yaitu para mahasiswa keperawatan ini menyadari bahwa

komunikasi yang efektif menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan

pertemuan lintas budaya dalam menangani pasien. Mereka mengalami

kesulitan dalam berkomunikasi dengan pasien yang komunikasi verbalnya

berbeda dari mereka. Sehingga membuat mereka mengembangkan strategi

berkomunikasi dengan pasien yang berbeda latar belakang dari mereka.

Keterbatasan tersebut memiliki dampak yang beresiko yaitu ketidakpuasan

layanan yang diterima oleh pasien yang dirawat oleh mereka.

Berbicara tentang menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya

dalam berbagai cara. Perawat bisa memegang keyakinan dan praktik yang

sangat berbeda dari pasien (Ferguson, 2006). Data mengenai perspektif

perawat terkait dengan kekuatan mereka, tantangan, daerah

ketidaknyamanan dan strategi dapat berguna untuk meningkatkan

kompetensi budaya. Data yang diterima dari studi bisa memberikan

kerangka untuk program keperawatan dalam mengembangkan dan

meningkatkan kurikulum. Data juga bisa menantang atau mendorong

penyedia layanan untuk meningkatkan kesadaran budaya, pengetahuan,

dan keterampilan, atau kompetensi budaya.

Budaya kesehatan profesional berasal dari latar belakang dan

pengalaman pelatihan medis mereka yang bervariasi di seluruh kategori

profesional. Namun, profesional kesehatan cenderung mengabaikan

budaya orang lain (bukan dirinya) yang unik dan mereka melihat seperti

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

66

hanya mereka yang memiliki budaya. Biasanya, sebagian besar dari

penyedia layanan kesehatan menganganggap berbeda pada pasien yang

"budaya", dan bahasa yang berbeda, berasal dari kelompok sosial yang

berbeda, atau berasal dari negara yang berbeda (Hood & Waldman 2003)

Jika seseorang dihadapkan dengan kebudayaan yang berlainan

sekali dari kebudayaannya, dia akan cenderung untuk menilai kebudayaan

itu menurut pandangan budayanya sendiri. Dalam antropologi budaya sikap

demikian dianggap menghalangi seseorang untuk dapat setepatnya

memahami suatu kebudayaan yang lain, karena itu penting sekali bagi

seorang yang meninggalkan daerah dan budayanya untuk melihat

kebiasaan-kebiasaan dalam suatu kebudayaan dalam konteks

masyarakatnya sendiri. Sikap demikian dinamakan kenisbian kebudayaan

(Ihromi 2006).

Perbedaan budaya dikatakan sebagai perilaku, sikap dan kebijakan

yang bersifat saling melengkapi dalam suatu system kehidupan sehingga

memungkinkan untuk berinteraksi secara efektif dalam suatu kerangka

berhubungan antar budaya didunia. Perbedaan budaya ini juga merupakan

suatu kemampuan dan system nilai yang dimiliki individu dalam berespons

secara efektif terhadap semua kebudayaan yang dihadapi, kelompok kelas

kehidupan, ras , latar belakang, etnik, agama, serta memahami perilaku

yang diaktualisasikan, memahami perbedaan dan kesamaan sistem nilai

yang dianut individu, keluarga, komunitas serta kemampuan memproteksi

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

67

dan memelihara harga diri siapapun yang dihadapi. Kompetensi budaya

diantaranya memahami dan menghormati perbedaan antara klien dan

keluarga mengenai sistem nilai yang dianut, pengalaman menerima

pelayanan kesehatan dan harapan. Pada kesempatan yang sama perawat

perlu mencermati potensi teraktualisasinya praktik keperawatan atau

kesehatan berbasis budaya. Asuhan keperawatan yang berbasis

kompetensi budaya memungkinkan perawat sebagai petugas pelayanan

kesehatan mengelola secara utuh elemen-elemen pelayanan kesehatan di

keluarga, termasuk mengelola hambatan atau tantangan di tingkat

komunikasi (Effendy 2009).

Pendekatan transkultural merupakan suatu perspektif yang unik

karena bersifat kompleks da sistematis secara alamiah yang secara

kontekstual melibatkan banyak hal, seperti bahasa yang digunakan, nilai

historis yang teraktualisasikan, tradisi, serta ekonomi. Konsekuensinya

perawat sebagai tenaga kesehatan perlu memahami perbedaan

kebudayaan diantara individu, keluarga, komunitas termasuk organisasi

pelayanan kesehatan (Effendy 2009).

Pola pikir umum tentang budaya mempengaruhi cara individu

berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Namun apa yang umum

dalam satu budaya mungkin bermasalah dalam budaya lain. contoh ini

menunjukkan betapa penting kedua pemahaman bahwa ada pola yang

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

68

berbeda dan perlu belajar berbagai cara agar dapat mengakomodasi dalam

sebuah pertemuan komunikasi antarbudaya (Goode & Jones 2009).

Setiap kali berdiskusi tentang bahasa dalam proses antarbudaya

maka tidak luput dengan mengikutsertakan pembahasan tentang isu-isu

bahasa yang umum sebelum membahas masalah-masalah khusus tentang

bahasa asing, penerjemah bahasa dan dialek serta logat dalam kelompok

budaya orang lain. Komunikasi antar budaya terjadi pada saat dua atau

lebih orang dengan latar belakang budaya yang berbeda berinteraksi.

Proses ini jarang atau hampir tidak pernah berjalan dengan lancar dan

tanpa masalah. Dalam kebanyakan situasi, para pelaku interaksi antar

budaya tidak menggunakan bahasa yang sama, tetapi bahasa dapat di

pelajari. Masalah komunikasi yang lebih besar terjadi dalam area baik

komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal. Khususnya, komunikasi

nonverbal, sangat rumit, multidimensional, dan biasanya merupakan proses

yang spontan. Orang-orang tidak sadar akan sebagian besar perilaku non-

verbalnya sendiri, dilakukan tanpa berpikir, spontan dan tidak sadar

(Samovar & Porter, 1993). Kita biasanya tidak menyadari perilaku kita

sendiri, maka sangat sulit untuk menandai dan menguasai baik perilaku

komunikasi verbal maupun perilaku komunikasi nonverbal dalam budaya

lain. Kadang-kadang kita merasa terganggu dan tidak nyaman dalam

budaya lain karena kita merasa bahwa ada sesuatu yang salah. Khususnya,

perilaku komunikasi nonverbal jarang menjadi sesuatu hal penting yang

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

69

disadari, dan membuat kita sangat sulit untuk mengetahui dengan pasti

mengapa kita merasa tidak nyaman.

Sebagaimana masyarakat terus menjadi lebih beragam budaya,

perawat harus berusaha untuk unggul melampaui hambatan dan kemajuan

ke arah kompetensi budaya untuk terus memberikan layanan berkualitas

dan mengurangi kesenjangan kesehatan (Velasquez 1998).

4.4.4 Proses dan strategi adaptasi perawat lintas budaya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tiga partisipan

perawat lintas budaya yang bekerja di RST Ambon mengenai proses dan

strategi adaptasi yang mereka lakukan guna mengurangi perbedaan dan

hambatan komunikasi yang terjadi. Para responden menggunakan bahasa

Indonesia untuk berkomunikasi dan jika mengalami kesulitan akan

menggunakan alternative lain yaitu menggunkan bahasa tubuh atau pula

menggunakan penerjemah.

Saat sekelompok orang dengan latar belakang budaya yang

berbeda melakukan interaksi maka terjadilah komunikasi antar budaya. Hal

ini sangat jarang berjalan dengan lancar, karena kebanyakan situasi mereka

yang melakukan interaksi antar budaya tidak menggunakan bahasa yang

sama, namun bahasa tetap bisa dipelajari. Terjadi masalah komunikasi

yang lebih besar dalam area baik nonverbal maupun verbal. Pada

komunikasi nonverbal sangatlah rumit, dan kebanyakan merupakan proses

yang spontan. Kebanyakan orang sering tidak sadar akan sebagian besar

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

70

perilaku nonverbal mereka, yang dilakukan tanpa berpikir dan spontan serta

tidak sadar (Samovar & Porter, 1994). Sebagian besar kita sering tidak

menyadari akan sikap dan tindakan kita sendiri, sehingga sulit untuk

menguasai perilaku verbal maupun nonverbal dalam budaya lain. Sering

kita merasa terganggu dalam budaya orang lain, dikarenakan kita sering

merasa bahwa ada yang salah dengan kebudayaan tersebut. Pada perilaku

nonverbal jarang untuk menjadi sesuatu yang disadari, sehingga kita sulit

untuk mengetahui pasti mengapa kita sering merasa tidak nyaman.

Komunikasi antar budaya menjadi sangat penting dikarenakan

interaksi sosial dalam kehidupan keseharian kita adalah sesuatu yang tidak

dapat ditolak. Saat melakukan percakapan, antara dua orang biasanya 35%

percakapan yaitu komunikasi verbal sedangkan 65% lainnya merupakan

komunikasi nonverbal (Birdehistell, 1969).

Namun demikian, studi sistematis tentang komunikasi nonverbal

sejak lama telah diabaikan. Studi komunikasi secara tradisional lebih fokus

pada penggunaan bahasa itu sendiri tanpa mencakup komuniksi dalam

bentuk yang lain. Sepertinya telah ada semacam prasangka yang tidak

beralasan mengenai bidang tersebut. Misalnya, cukup banyak program-

program pengajaran bahasa asing yang biasanya mengabaikan perilaku

komunikasi nonverbal. Namun pada kenyataannya, hanya sedikit saja yang

mempunyai makna universal khusus-nya adalah tersenyum, tertawa,

menangis, dan tanda marah. Karena itulah, orang sering salah dan

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

71

menganggap bahwa bila mereka berada di dalam suatu lingkungan dengan

kebudayaan yang berbeda di mana mereka tidak mengerti bahasanya

mereka berpikir bisa aman dengan sekedar mengetahui gerakan-gerakan

manual. Tetapi karena manusia mempunyai pengalaman hidup yang

berbeda di dalam kebudayaan yang berbeda, ia akan menjelaskannya

dengan cara yang berbeda pula tanda-tanda dan simbol-simbol yang sama

(Bennet 1998).

Fokus pada studi komunikasi dan kebudayaan juga meliputi, pola-

pola tindakan, bagaimana menjaga makna, juga tentang bagaimana makna

dan pola-pola itu diartikulasikan ke dalam suatu kelompok sosial, kelompok

politik, kelompok budaya, proses pendidikan, bahkan lingkungan teknologi

yang melibatkan interaksi antar manusia (Liliweri, 2004:10).

Akan tetapi studi sistematis tentang komunikasi nonverbal telah

lama diabaikan. Hal ini dikarenakan adanya semacam praduga tidak

beralasan tentang bidang tersebut. Contohnya kebanyakan program bahasa

asing seringkali mengabaikan perilaku komunikasi nonverbal. Akan tetapi

pada kenyataan yang ada hanya sedikit saja komunikasi nonverbal memiliki

makna yang universal seperti menangis, tersenyum, tertawa dan tanda

marah. Oleh sebab itu orang sering beranggapan sendiri bahwa bila mereka

berada dalam suatu kebudayaan yang berbeda dari mereka dan mereka

juga tidak mengerti bahasa yang digunakan, mereka berpikir bisa tertolong

dengan cukup mengetahui gerakan-gerakan manual. Akan tetapi karena

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

72

setiap manusia memiliki perbedaan pengalaman hidup dalam kebudayaan

yang berbeda, orang tersebut akan menyatakan secara berbeda pula

simbol-simbol dan tanda-tanda yang sama (Bennet 1998).

Studi tentang komunikasi dan kebudayaan juga berfokus pada pola-

pola tindakaan, bagaiamana makna dan pola-pola tersebut diartikan

kedalam masyarakat, bagaiamana menjaga makna, kelompok politik,

proses pendidikan, dan juga lingkungan teknologi yang melibatkan manusia

untuk berinteraksi (Liliweri, 2004).

Rahardjo (2005) mengatakan, tidak seperti studi-studi komunikasi

lain, dikarenakan tingkat perbedaan yang relatif tinggi pada latar belakang

pihak-pihak yang berkomunikasi karena adanya perbedaan kultural maka

komunikasi antar budaya merupakan hal yang penting sehingga hal

tersebut menjadi perbedaan dengan kajian ilmu yang lainnya. Selanjutnya

pendapat Kim yang dikemukakan dalam Rahardjo ialah asumsi yang

mendasari komunikasi antar budaya antaralain dikarenakan setiap individu

yang memiliki budaya yang sama biasanya berbagi kesamaan-kesamaan

dalam keseluruhan latar belakang pengalaman mereka daripada orang-

orang yang berasal dari budaya yang berbeda.

Menurut pandangan peneliti tentang strategi adaptasi yang

dilakukan oleh para responden semuanya menggunakan bahasa tubuh atau

nonverbal saat menghadapi pasien yang hanya mampu menggunakan

bahasa daerah untuk berkomunikasi sehar-sehari. Hal pertama yang

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

73

diketahui dari pengalaman ketiga responden yaitu betapa terbatasnya

komunikasi bila tanpa kata-kata. Akhirnya dapat diketahui bahwa emosilah

yang secara penuh dikomunikasikan secara nonverbal.

Dalam kedua studi adaptasi pendek dan jangka panjang, penekanan

utama adalah sifat bermasalah pengalaman lintas-budaya. kebanyakan

peneliti cenderung melihat pengalaman antarbudaya dari pendatang,

terutama sebagai yang tidak diinginkan, membenarkan studi mereka

sebagai upaya ilmiah untuk menemukan cara-cara untuk membantu

kemudahan dalam keadaan sulit. Pandangan berbasis masalah adaptasi

lintas budaya yang paling jelas dalam studi kejutan budaya yang berfokus

hampir secara eksklusif pada reaksi frustasi pendatang, individu dengan

lingkungan baru mereka (Anderson 1994)

Kita memang berharap dan diharapkan untuk berbeda. Tetapi, kita

juga diharapkan untuk mampu menghormati dan menerima orang lain apa

adanya. Kitapun bisa tanpa memaksa kepribadian-kepribadian kita belajar

berkomunikasi dengan cara mengamati pola-pola dan tradisi mereka yang

tidak tertulis. Kesadaran akan adanya kekeliruan dalam hubungan lintas

budaya merupakan suatu langkah tepat dan besar, serta menerima fakta

bahwa pendirian yang kita miliki tak selamanya benar dibandingkan

pendirian orang lain merupakan langkah yang baik untuk beradaptasi. Hal

ini di dukung oleh (Bastable 1999) yang menyatakan Terlepas dari keadaan

pemindahan, semua pendatang baru dipaksa untuk melakukan

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

74

penyesuaian dengan cara kebiasaan mereka melaksanakan kegiatan hidup

mereka. Mereka yang gagal untuk melakukannya mungkin harus kembali ke

rumah sebelum waktunya atau menemukan diri mereka mengalami isolasi

emosional dan sosial dari lingkungan baru. Kebanyakan orang,

bagaimanapun, belajar untuk mendeteksi persamaan dan perbedaan antara

lingkungan baru mereka dan budaya rumah mereka, membuat mereka

menjadi semakin mahir dalam menangani situasi yang mereka hadapi.

Setiap tantangan adaptif, pada gilirannya, menawarkan mereka kesempatan

untuk tumbuh melampaui batas-batas budaya asli.

4.4.5 Refleksi Penelitian Tentang Komunikasi Lintas Budaya yang

Terjadi Di Rumah Sakit

Porter (1982) dalam bukunya Intercultural Communication

mengatakan, melalui pengalaman lintas budaya, kita menjadi lebih toleran

dan terbuka untuk menerima dan menghadapi keganjilan-keganjilan

budaya. Bila hal ini di dukung dengan study formal tentang konsep budaya,

kita tidak hanya memperoleh pandangan-pandangan baru untuk

memperibaiki hubungan-hubungan kita dengan orang lain, namun kita pun

menjadi sadar dampak budaya asli kita pada diri kita sendiri.

Dampak positif dari memahami budaya baru yang kita temui yaitu

untuk mengurangi gegar budaya (culture shock) dan meningkatkan

pengalaman-pengalaman antarbudaya. Tentu saja kita harus sadar bahwa

budaya dan perilaku itu relatif, dan karena itu kita harus lebih luwes dalam

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11822/4/T1... · 2017-08-02 · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... dengan judul

75

interaksi dengan orang lain. Untuk memahami perbedaan-perbedaan

budaya lebih efektif, dalam proses ini adalah meningkatkan kesadaran

budaya seseorang secara umum, karena orang hanya memahami konsep

budaya dan cirri-cirinya sebelum ia memperoleh manfaat dari studi tentang

aspek-aspek budaya dan bahasa asing.