bab iv metode penelitianeprints.umm.ac.id/61360/5/bab iv.pdf(4) kelompok mencit (mus musculus)...
TRANSCRIPT
17
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Bahan Penelitian
4.1.1 Untuk Sintesis
(1) 5-Methylsalicylic acid (Aldrich).
(2) Pentanoyl chloride (Aldrich).
(3) Aceton p.a (E.Merck).
(4) Triethylamine p.a (E.Merck).
(5) Es Batu.
4.1.2 Untuk Uji Kemurnian
(1) Methanol p.a (E.Merck).
(2) Aceton (SAP Chemical).
(3) Ethyl acetate p.a (E. Merck).
(4) Ethanol 70%.
(5) Air suling.
4.1.3 Untuk Identifikasi Struktur
(1) Senyawa hasil modifikasi struktur asam O-(pentanoil)-5-metilsalisilat
(2) Ethanol (SAP Chemical).
(3) CDCl3 (E.Merck).
(4) KBr (E.Merck).
4.1.4 Untuk Uji Aktifitas
(1) Senyawa hasil modifikasi struktur asam O-(pentanoil)-5-metilsalisilat
(2) Alkohol 70%.
(3) Aspirin ph.g.
(4) CMC Na 0,5% (E. Merck).
(5) Asam asetat glasial 0,6% (E. Merck).
(6) Sterilised Water For Injection B.P Otsu-WI (Otsuka).
(7) Mencit (Mus musculus).
18
4.2 Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit putih
jantan (Mus musculus), dewasa, berumur 2-3 bulan, berat badan sekitar 20-30
gram, sehat serta tidak ada kelainan yang tampak pada bagian tubuh. Mencit tidak
diberi makan semalam sebelum percobaan dan tetap diberi minum. Mencit
didapatkan dari laboratorium farmakologi UMM. Pengamatan dilakukan setiap
hari selama waktu penelitian.
Hewan coba yang digunakan mencit dikarenakan ukurannya dan kemudahan
penanganan. Oleh karenanya Digunakan hewan mencit putih (Mus musculus),
jantan, dewasa, berumur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram, dan sehat tidak
kelainan yang tampak pada bagian tubuh. Sebelum percobaan, mencit tidak diberi
makan selama semalam tetapi diberi minum. Pengamatan dilakukan setiap hari,
terutama pada hari-hari awal penelitian. Mencit dibagi dalam beberapa kelompok,
yaitu:
(1) Kelompok mencit (Mus musculus) dengan senyawa uji asam O-(pentanoil)-
5-metilsalisilat 100 mg/kg berat badan sebanyak 6 ekor.
(2) Kelompok mencit (Mus musculus) dengan senyawa uji asam asam O-
(pentanoil)-5-metilsalisilat 50 mg/kg berat badan sebanyak 6 ekor.
(3) Kelompok mencit (Mus musculus) dengan senyawa uji asam O-(pentanoil)-
5-metilsalisilat 25 mg/kg berat badan sebanyak 6 ekor.
(4) Kelompok mencit (Mus musculus) dengan senyawa pembanding aspirin 100
mg/ kg berat badan sebanyak 6 ekor.
(5) Kelompok mencit (Mus musculus) dengan senyawa pembanding aspirin 50
mg/kg berat badan sebanyak 6 ekor.
(6) Kelompok mencit (Mus musculus) dengan senyawa pembanding aspirin 25
mg/kg berat badan sebanyak 6 ekor.
(7) Kelompok mencit (Mus musculus) dengan kontrol (tanpa obat) CMC Na
0,5% sebanyak 6 ekor.
19
4.3 Alat Penelitian
4.3.1 Alat-alat untuk Sintesis
(1) Hot plate – Magnetic stirrer (Labinco 123).
(2) Beaker glass (pyrex).
(3) Labu alas bulat (pyrex).
(4) Corong pisah (pyrex).
(5) Gelas ukur (pyrex).
(6) Corong gelas (Herma).
(7) Pipet tetes.
(8) Termometer.
(9) Vacuum Buchner (Welch).
(10) Alat destilasi uap.
(11) Rotavapor (Heidolph).
(12) Timbangan.
(13) Alumunium foil.
(14) Kertas saring.
4.3.2 Alat-alat untuk Uji Kemurnian
(1) Bejana Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
(2) Lampu UV 254 nm (Topcon).
(3) Silika Gel 60 GF 254 (E. Merck).
(4) Alat Penentu jarak lebur (Melting Point Stuart)
(5) Pipa kapiler
4.3.3 Alat-alat untuk Identifikasi Struktur
(1) Spektrofotometri Uv-Vis (Lambda EZ-201).
(2) Spektrofotometri Inframerah (IR) (JASCO FT/IR -5300).
(3) Spektrometer 1H-NMR (Jeoul Resonance 400 hz).
20
4.3.4 Alat-alat untuk uji aktivitas
(1) Alat-alat untuk membuat sediaan (Mortir, stamper dan labu ukur).
(2) Neraca analitik (OHAUS).
(3) Stopwatch (Casio).
(4) Jarum suntik dan Spuit Injection disposable syringe (Terumo).
(5) Timbangan mencit (AND HL 100).
(6) Wadah mencit beserta tutupnya.
4.4 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah selama kurun waktu
tiga bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah berikut:
(1) Program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
a. Laboratorium Farmakologi
(2) Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya (UNAIR)
a. Laboratorium Kimia Medisinal
b. Laboratorium Kimia Analisis
4.5 Metode Penelitian
Kerangka Prosedur modifikasi sintesis senyawa dapat dilihat pada gambar 4.1
berikut:
21
Gambar 4. 1 Kerangka Operasional Penelitian
4.5.1 Prosedur Pembuatan Senyawa Asam O-(pentanoil)-5-metilsalisilat
(1) Prosedur Pembuatan senyawa Asam O-(pentanoil)-5-metilsalisilat
Senyawa Asam O-(pentanoil)-5-metilsalisilat disintesis dengan cara
mereaksikan asam 5-metilsalisilat dengan pentanoil klorida berdasarkan metode
esterifikasi asil halida yang telah dimodifikasi. Gambar 4.2 berikut menunjukkan
struktur senyawa hasil sintesis:
Asam + Pentanoil Asam + HCL
5-metilsalisilat klorida O-(pentanoil)-5-metilsalisilat
Gambar 4. 2 Reaksi antara Senyawa Asam 5-metilsalisilat dengan Pentanoil
klorida
Sintesis Senyawa:
Asam 5-metilsalisilat + Pentanoil klorida
Asam O-(pentanoil)-5-metilsalisilat
Uji Kemurnian senyawa hasil
sintesis :
1. KLT
2. Titik Lebur (Melting point)
Identifikasi struktur senyawa hasil
preparasi :
1. Spektrofotometri UV-Vis
2. Spektrofotometri IR(Inframerah)
3. Spektrometri 1H-NMR
Uji aktivitas analgesik senyawa hasil sintesis
dibandingkan dengan aspirin dengan metode
Writhing test
22
Asam 5-metilsalisilat ditimbang sebanyak 0,30 g kemudian dilarutkan
dengan 20 ml aseton dan ditambahkan 7 tetes TEA (trietilamina) dalam wadah
labu alas bulat dan diaduk dengan magnetic stirrer kurang lebih 15 menit.
Ditimbang senyawa pentanoil klorida sebanyak 2 ml kemudian dilarutkan dalam
10 ml THF, dimasukkan ke dalam corong pisah. Larutan pentanoil klorida dalam
corong pisah diteteskan secara konstan dan perlahan tetes demi tetes ke dalam
larutan asam 5-metilsalisilat selama 1-2 jam. Dilakukan pengadukan secara stabil
pada suhu 0,5º C dengan cara menggunakan es batu pada dinding luar labu alas
bulat. Garam NaCl ditaburkan pada es batu agar es batu tidak mudah mencair.
Didiamkan larutan ± 30 menit pada suhu ruang dengan tetap diaduk. Langkah
selanjutnya yaitu dilakukan refluks pada larutan dengan suhu 70 - 80º selama ± 8
jam. Dilakukan pemeriksaan campuran menggunakan Kromatografi lapis tipis
setiap satu jam hingga didapatkan noda yang memiliki Rf yang berbeda dengan
senyawa induknya asam 5-metilsalisilat dan pentanoil klorida. Kemudian
digunakan rotavapor untuk menghilangkan sisa pelarut yang masih tersisa. Setelah
larutan menjadi kental dituang ke dalam beaker glass dan didiamkan ± 4 jam.
Ditambahkan aquadest sebanyak 75ml ke dalam cairan hasil sintesis dan disaring
dengan corong Buchner. Cek noda dengan KLT hingga terbentuk satu noda yang
stabil. Kerangka prosedur pembuatan senyawa Asam O-(pentanoil)-5-
metilsalisilat dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:
23
.
Gambar 4. 3 Bagan Prosedur Kerja Proses Sintesis Senyawa
(2) Prosedur Proses Rekristalisasi
Langkah selanjutnya yaitu rekristalisasi dengan mencuci kristal hasil
sintesis dengan aquadest panas sebanyak 30 ml ± 1 jam. Lakukan pemeriksaan
noda dengan KLT pada setiap pencucian hinggan terbentuk noda yang stabil.
Rekristalisasi dilakukan untuk pemurnian senyawa hasil sintesis.
4.5.2 Analisis Hasil Senyawa Preparasi
(1) Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual dengan mengamati
bentuk, warna dan bau senyawa hasil sintesis.
Asam 5-metilsalisilat 0,30 g + aseton 20,0 ml + TEA 7 tetes dalam
labu alas bulat
Pentanoil klorida 2 ml + THF 10,0 ml dalam corong pisah, diteteskan
dengan konstan pada larutan Asam 5-metilsalisilat
Direfluks dengan suhu ± 70-80ºC selama ± 7-8 jam. Diperiksa dengan
KLT setiap 1 jam hingga satu noda yang stabil.
Dilakukan KLT hingga didapatkan satu noda yang stabil, jika masih
terdapat noda pengotor dicuci dengan aquadest panas ± 1 jam lalu
disaring
Dirotavapor hingga campuran mengental
Reaksi dijaga pada suhu 0-5ºC dengan cara menggunakan es batu pada
dinding luar labu alas bulat
24
(2) Penentuan Titik Lebur
Pemeriksaan jarak lebur berfungsi untuk memeriksaan kemurnian senyawa
hasil sintesis yang masuk dalam rentang yang telah ditetapkan, kemudian
dibandingkan dengan senyawa induk asam 5-metilsalisilat. Pemeriksaan ini
menggunakan alat Melting point stuart. Sedikit zat hasil sintesis dan senyawa
induk asam 5-metilsalisilat digerus hingga halus kemudian dimasukkan ke dalam
pipa kapiler yang salah satu ujungnya tertutup sampai setinggi 3-5 mm. Pipa
kapiler dimasukkan ke dalam lubang yang ada pada alat, kemudian dinyalakan.
Amati kenaikan suhu pada alat hingga senyawa di dalam pipa kapiler meleleh.
Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali dengan menurunkan suhu alat. Dicatat
rentang titik lebur yang didapatkan.
(3) Uji Kemurnian dengan Kromatografi Lapis Tipis
Uji kromatografi lapis tipis juga dapat digunakan untuk mengetahui
kemurnian dari senyawa hasil preparasi. Uji ini juga digunaan untuk mengetahui
adanya pengotor. Fase diam yang digunakan adalah lempeng silika gel 60 GF254
dan fase gerak yang digunakan merupakan campuran beberapa pelarut. Penampak
noda diamati di bawah lampu UV 254 nm.
Pelarut yang digunakan sebagai fase gerak adalah :
1 Kloroform : etanol (9:1)
2 Aseton : metanol (6:4)
3 Aseton : etanol (5:5)
Bejana KLT yang telah diisi dengan eluen didiamkan hingga jenuh. zat
hasil preparasi dan zat pembanding dilarutkan denganaseton kemudian ditotolkan
pada lempeng KLT yang telah diberi batas atas 0,25 cm dan batas bawah 0,75 cm,
kemudian lempeng dimasukkan ke dalam bejana KLT yang sudah jenuh. Setelah
pelarut mencapai batas atas pada lempeng KLT, lempeng KLT diangkat dan
dikeringkan. Noda diamati dengan lampu UV dan ditentukan harga Rf.
4.5.3 Identifikasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis
(1) Identifikasi Senyawa dengan Spektrofotometer Uv-Vis
Identifikasi Senyawa dengan Spektrofotometer Uv-Vis bertujuan untuk
melihat pola spektrum senyawa serta adanya pergeseran puncak serapan
25
maksimum dan dibandingkan dengan senyawa induk. Spektrofotometer UV-Vis
merupakan interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel, dimana
sampel menyerap sinar tampak atau sinar ultraviolet dengan panjang 200-800 nm
(Gandjar dan Rohman, 2012). Analisis intesis senyawa dilakukan pada panjang
gelombang 200-340 nm (Setiawan, 2006).
(2) Identifikasi Senyawa dengan Spektrofotometer Inframerah.
Dicampur senyawa hasil preparasi sebanyak 0,5 -1,0 mg ditambahkan
dengan serbuk KBr kering. Campuran kemudian ditekan untuk membentuk pellet
yang transparan. Dianalisis dengan spektrofotometer inframerah pada panjang
gelombang 400-4000 nm. Dilakukan identifikasi terhadap pita absorbsi dari gugus
fungsi pada senyawa yang dianalisis (Gandjar, 2012).
(3) Identifikasi Senyawa dengan Spektrometer Resonansi Magnet Inti (1H-
NMR)
Senyawa hasil sintesisditimbang sebanyak 5-10 mg dilarutkan dengan 0,5
mL CHCl3. Kemudian di masukkan ke dalam tabung kapiler NMR dengan
diameter 5 mm, tabung diletakkan antara 2 magnet utara dan selatan pada alat FT-
NMR. Lalu dibuat spektrum resonansi proton senyawa pada daerah geseran kimia
0-14 ppm. Identifikasi integrasi relatif dan posisi puncak-puncak proton (atom H)
spektra resonansi magnet inti yang terjadi (Silverstein et al, 2005).
4.5.4 Uji Aktivitas Analgesik
(1) Persiapan Hewan Coba
Mencit dengan bobot 20 – 30 gram dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu 3
kelompok senyawa uji asam O-(pentanoil)-5-metilsalisilat dengan perlakuan dosis
25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB yang masing-masing sebanyak 6
ekor mencit, 3 kelompok senyawa pembanding yaitu aspirin dengan perlakuan
dosis 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB masing-masing sebanyak 6
ekor dan 1 kelompok kontrol negatif dengan larutan mucilago CMC Na 0,5%
yang terdiri dari 6 ekor. Sebelum percobaan mencit dipuasakan namun tetap diberi
minum. Kemudian mencit pada kelompok uji diberikan asam O-(pentanoil)-5-
metilsalisilat dengan perlakuan dosis 25, 50 dan 100 mg/kgBB, mencit pada
26
kelompok pembanding diberikan aspirin dengan perlakuan dosis 25, 50, 100
mg/kgBB dan mencit pada kelompok kontrol negatif diinduksi dengan mucilago
CMC Na 0,5%.
(2) Pembuatan Larutan Asam Asetat glasial 0,6 %
Asam asetat glasial Dipipet sebanyak 0,6 ml kemudian dimasukkan dalam
labu ukur yang sudah diisi sedikit aquadest. Ditambahkan aquadest hingga
volume 100,0 ml.
(3) Pembuatan Suspensi Karboksil Metil Selulosa Natrium (CMC Na) 0,5 %
Pembuatan suspensi 100 ml dengan menimbang CMC Na sebanyak 500
mg, ditaburkan diatas aquadest panas sebanyak 30 ml dan dibiarkan hingga
mengembang ± 5 menit, kemudian digerus dan diencerkan dengan aquadest
hingga diperoleh volume 100 ml (Diyah dkk, 2002).
(4) Perhitungan Dosis
Dosis yang digunakan tiga macam dosis, yaitu 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB,
dan 100 mg/kgBB. Bobot mencit yang digunakan ialah 20-30 gram, jika yang
digunakan adalah mencit dengan bobot 30 gram, maka perhitungan dosisnya
adalah sebagai berikut:
25 mg/kgBB x 0,03 kg(BB mencit) = 0, 75 mg
50 mg/kgBB x 0,03 kg (BB mencit ) = 1,5 mg
100 mg/kgBB x 0,03 kg (BB mencit ) = 3 mg
Untuk pembuatan sediaan sebanyak 10 ml, maka
10ml/0,5 x 0,75 mg = 15 mg (dosis 25 mg/kgBB)
10ml/0,5 x 1,5 mg = 30 mg (dosis 50 mg/kgBB)
10ml/0,5 x 3 mg = 60 mg (dosis 100 mg/kgBB)
(5) Pembuatan Sediaan Uji
Sediaan uji yang dibuat ialah suspensi asam O-(pentanoil)-5-metilsalisilat
dan senyawa pembanding aspirin. Sediaan uji yang akan digunakan harus dibuat
dengan segera sebelum dilakukan uji aktivitas dikarenakan sediaan uji tidak
27
disimpan dalam waktu yang lama.
Untuk dosis 25, 50, dan 100 mg/kgBB, dibutuhkan hasil senyawa sintesis
asam O-(pentanoil)-5-metilsalisilat dan aspirin masing-masing sebanyak 15 mg
(untuk dosis 25 mg/kgBB) , 30 mg (untuk dosis 50 mg/kgBB) dan 60 mg (untuk
dosis 100 mg/kgBB) kemudian digerus dan dicampur merata dengan musilago
CMC Na 0,5% hingga homogen, kemudian dipindahkan kedalam labu ukur dan
ditambahkan larutan musilago CMC Na 0,5% hingga diperoleh volume 10,0 ml.
(6) Pemberian Sediaan Uji Pada Mencit
Mencit yang akan digunakan akan diberi suspensi dengan volume tertentu
hingga jumlah obat yang diberikan sesuai dengan masing-masing dosis telah
ditetapkan untuk masing-masing dosis (Julia, 2017). Senyawa uji yang digunakan
adalah O-(pentanoil)-5-metilsalisilat dengan senyawa pembanding aspirin. Mencit
dengan berat 30 gram, volume suspensi yang diinjeksikan adalah 0,5 ml untuk
setiap dosisnya. Jika berat mencit kurang dari 30 gram maka volume yang harus
diinjeksikan adalah:
(7) Pelaksanaan Uji Aktivitas
Ditimbang mencit untuk tiap kelompom dan diberi tanda.
a. Pada kelompok kontrol negatif, mencit diinjeksikan larutan CMC Na 0,5%
(plasebo) secara peritonian (i.p).
b. Pada kelomok uji, mencit diinjeksikan suspensi asam O-(pentanoil)-5-
metilsalisilat secara peritonial (i.p) sesuai dengan berat badan dengan dosis
100mg/kgBB, 50mg/kgBB, dan 25mg/kgBB.
c. Pada kelompok pembanding, mencit mencit diinjeksikan suspensi aspirin
secara peritonial (i.p) sesuai dengan berat badan dengan dosis 100mg/kgBB,
50mg/kgBB, dan 25mg/kgBB.
d. 20 menit setelah pemberian larutan uji, larutan pembanding, dan larutan
kontrol negatif mencit diinjeksi dengan asam asetat glacial 0,6% dan ditunggu
28
5 menit. Diamati respon nyeri yang ditandai dengan adanya frekuensi geliat
selama 30 menit.
e. Dicatat hasil frekuensi geliat pada masing-masing perlakuan, dirata-rata, dan
dihitung persentase hambatan nyeri.
Kerangka prosedur uji aktivitas analgesik dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut:
Gambar 4. 4 Kerangka prosedur uji aktivitas analgesik
Mencit dipuasakan semalam (tetap diberi minum),
kemudian ditimbang
Kelompok senyawa
uji
(18 mencit)
Kelompok senyawa
pembanding
(18 mencit)
Kelompok senyawa
kontrol
(6 mencit)
Pemberian senyawa
asam O-(pentanoil)-5-
metilsalisilat secara
intraperitoneal
menggunakan dosis:
a) 100mg/kgBB
(6 mencit)
b) 50mg/kgBB
(6 mencit)
c) 25mg/kgBB
(6 mencit)
Pemberian senyawa
pembanding aspirin
secara intraperitoneal
menggunakan dosis:
a) 100mg/kgBB
(6 mencit)
b) 50mg/kgBB
(6 mencit)
c) 25mg/kgBB
(6 mencit)
Pemberian larutan
mucilago CMC NA
0,5% secara
intraperitoneal
(6 mencit)
20 menit
Injeksi asam setat 0,6% (Induksi nyeri)
5 menit
% hambatan nyeri dan ED50
29
4.6 Analisis Data
4.6.1 Analisis Data Hasil Sintesis
Senyawa hasil sintesis yang didapatkan ditimbang beratnya, kemudian
dibandingkan dengan persentase hasil teoritis untuk mrnghitung persen rendemen
senyawa.
4.6.2 Analisis Data Hasil Uji Kemurnian
1. Pemeriksaan Organoleptis
Hasil dari pemeriksaan organoleptis akan diperoleh data pengamatan berupa
bentuk, warna, dan bau senyawa.
2. Pemeriksaan Jarak Lebur
Pemeriksaan jarak lebur menggunakan alat melting point stuart dan
dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Hasil dari pemeriksaan jarak lebur akan
diperoleh data jarak lebur senyawa.
3. Pemeriksaan Uji kemurnian dengan KLT
Hasil dari pemeriksaan uji kemurnian dengan KLT akan diperoleh data Rf
senyawa dengan menggunakan 3 eluen yang berbeda.
4.6.3 Analisis Data Hasil Identifikasi Struktur
1. Analisis Data Hasil Identifikasi Struktu dengan Spekrofotometer UV-Vis
Hasil yang diperoleh dari identifikasi struktur dengan spektrofotometer
UV-Vis adalah berupa data panjang gelombang maksimum senyawa hasil sintesis
dan dibandingkan dengan panjang gelombang senyawa induk.
30
2. Analisis Data Hasil Identifikasi Struktur dengan Spektrofotometer IR
Hasil yang diperoleh dari identifikasi struktur dengan spektrofotometer
UV-Vis adalah berupa gugus fungsi senyawa hasil sintesis dan dibandingakn
dengan gugus fungsi pada senyawa induk.
3. Analisis Data Hasil Identifikasi Struktur dengan Spektrometer 1H- NMR
Hasil yang diperoleh dari identifikasi struktur dengan spektrometer 1H-
NMR adalah jumlah dan porsi atom H pada senyawa hasil sintesis dan
dibandingkan dengan jumlah dan porsi atom H pada senyawa induk.
4.6.4 Analisis Data Hasil Uji Aktivitas
1. Analisis Persentase Frekuensi Respon Nyeri
Pada Masing-masing mencit kelompok uji dilihat dan diamati respon
geliatnya, kemudian dicatat frekuensi geliatnya. Untuk mengetahui adanya
perbedaan antara respon nyeri dari mencit kelompok uji dan mencit kelompok
pembanding, maka dilakukan uji ANOVA (one way anova) dengan nilai α adalah
0,05.
Dari data uji aktivitas frekuensi geliat pada mencit, didapatkan hipotesis :
a. Ho = tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara frekuensi geliat pada
kelompok uji, kelompok pembanding dan kelompok kontrol.
b. Ha = terdapat perbedaan bermakna antara frekuensi geliat pada kelompok uji,
kelompok pembanding dan kelompok kontrol.
Data yang diprtoleh diolah secara statistik dengan SPSS. Untuk
mendapatkan sebuah kesimpulan adanya perbedaan yang bermakna pada
kelompok uji, kelompok pembanding, dan kelompok kontrol, pengambilan
kesimpulan ditarik berdasarkan harga p (probabilitas) pada α = 0,05, jika p> 0,05
maka Ho diterima dan Ha ditolak, sedangkan jika p< 0,05 maka Ho ditolak dan
Ha diterima.
2. Penentuan Persen Hambatan Nyeri
Hasil persentase hambatan nyeri diperoleh dari data frekuensi respon
geliat mencit dari kelompok perlakuan uji dan kelompok kontrol negatif. Untuk
menghitung hasil persentase penghambat nyeri, digunakan rumus berikut:
31
% Hambat nyeri =
Keterangan :
Fk : frekuensi geliat rata-rata mencit pada kelompok uji atau pembanding
Ft : frekuensi geliat rata-rata mencit pada kelompok kontrol
3. Analisis Penentuan ED50
Aktivitas analgesik senyawa hasil sintesis didapatkan dengan melihat
ED50. ED50 merupakan dosis yang dapat menghasilkan hambatan nyeri
setengahnya atau sebesar 50 persen pada kurva hubungan dosis dengan persen
hambatan. Kurva diperoleh dari dosis yang di Log kan sebagai sumbu x dan
sumbu y yang dinyatakan dengan % hambatan nyeri.
y = bx + a
Keterangan:
y = % hambatan nyeri
x = dosis senyawa uji (mg)
Perhitungan ED50 dapat diperoleh menggunakan rumus :
ED50 =𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 (𝑌−𝑏) 𝑀