bab iv pengembangan dan pengujian...
TRANSCRIPT
BAB IV
PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM
VAPOR RECOVERY
4.1 Sistem Peralatan SPBU Konvensional
Berikut merupakan skema peralatan – peralatan yang terdapat di SPBU
pada umumnya:
Gambar 4.1 Skema peralatan di SPBU pada umumnya [3]
Keterangan: 1. Mobil tangki BBM untuk proses pengisian bensin ke dalam tangki timbun 2. Strainer &3’ 3. Tangki timbun SPBU 4. Pompa submersible untuk pengisapan BBM 5. Check valve 6. Strainer kecil 7. Flow meter 8. Digital dispenser 9. Selang dan nozzle untuk dispensing ke mobil konsumen 10. Mobil konsumen penerima BBM 11. PV Valve
Seperti yang telah dijelaskan pada subbab 2.3.2, terjadi penguapan bensin
pada beberapa titik di peralatan-peralatan SPBU tersebut. Pengembangan sistem
vapor recovery ‘Havival’ kali ini akan dikhususkan pada penguapan bensin yang
terjadi pada PV Valve.
52
4.2 Metodologi Pengembangan dan Pengujian
Metodologi yang akan dilakukan untuk melakukan pengembangan dan
pengujian dari sistem vapor recovery ‘Havival’ dapat dilihat pada diagram alir
sebagai berikut:
Penentuan Design Requirement & Objectives
Pengambilan Keputusan Rancangan Sistem Vapor
Recovery
Perancangan Peralatan Prototipe Sistem Vapor
Recovery
Pembuatan dan Pengujian Prototipe Alternatif
Rancangan
Pengembangan Alternatif Rancangan
Analisis Hasil Pengujian Prototipe Sistem Vapor
Recovery
Mulai
SelesaiPembuatan Process Flow
Diagram dan Modeling Sistem Vapor Recovery
Gambar 4.2 Diagram alir pengembangan dan pengujian sistem vapor recovery
‘Havival’
4.3 Design Requirement and Objectives
Sebelum menentukan alternatif perancangan sistem vapor recovery
‘Havival’ yang hendak dikembangkan, perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria
yang harus dipenuhi (MUST) dan kriteria yang diinginkan (WISH). Kriteria
tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu agar alternatif rancangan yang dihasilkan
dapat mencapai tujuan yang optimal. Kriteria – kriteria tersebut antara lain:
MUST:
o Mencegah terjadinya emisi VOC (volatile organic compound) ke
lingkungan sekitar.
o Menekan penguapan bensin yang terjadi secara significant.
o Tidak memerlukan penggantian peralatan yang ada atau hanya perlu
dilakukan sedikit modifikasi.
o Tidak mengganggu proses unloading maupun loading di SPBU.
WISH:
o Tidak terlalu besar dan berat.
53
o Pengoperasian mudah.
o Perawatan mudah.
o Bentuk menarik dan sederhana.
o Biaya peralatan sistem dapat terjangkau.
4.4 Alternatif Pengembangan Sistem Vapor Recovery ‘Havival’
Sistem vapor recovery yang hendak dirancang akan menggunakan
teknologi membran. Alternatif perancangan desain prototipe awalnya berupa
pengembangan dari sistem vapor recovery tipe modul membran yang telah
beredar di pasar luar negeri, yaitu PERMEATOR dari perusahaan Arid
Technologies, Inc[7] dan VAPORSAVER dari perusahaan Denaro. CO[14], LTD.
Kedua produk sistem vapor recovery tersebut telah disebutkan dan dijelaskan
pada subbab 2.4.1.
Berikut beberapa alternatif desain sistem yang telah dikembangkan:
Alternatif Rancangan 1
Gambar 4.3 Skema alternatif rancangan 1
Alternatif rancangan 1 ini menggunakan modul membran sebagai agen pemisah
antara uap bensin dengan udara dan memanfaatkan pompa vakum sebagai
penghasil driving force berupa perbedaan tekanan agar terjadi proses separasi.
Campuran uap bensin dan udara yang terdorong keluar dari PV Valve pada saat
proses unloading diatur oleh check valve 1, 2, dan 3 sehingga arah alirannya hanya
54
akan menuju ke dalam masukan sistem saja. Selanjutnya modul membran akan
memisahkan uap bensin dan udara tersebut. Udara yang telah bersih dari uap
bensin akan dikeluarkan menuju lingkungan sekitar. Sedangkan uap bensin yang
telah bersih dari udara akan ditarik oleh pompa vakum dan didorong menuju
tangki timbun kembali. Check valve 3 berfungsi untuk memasukkan udara luar
untuk menstabilkan tekanan pada saat terjadi tekanan negatif di dalam tangki
timbun.
Alternatif Rancangan 2
Gambar 4.4 Skema alternatif rancangan 2
Alternatif rancangan 2 ini merupakan pengembangan dari alternatif rancangan 1
untuk mengurangi modifikasi yang perlu dilakukan pada saat proses pemasangan
sistem di lapangan. Konsep dasarnya adalah menggunakan check valve untuk
mengatur arah aliran uap bensin agar saluran keluar dari tangki timbun dapat
digunakan sebagai saluran masukan juga. Pada saat tekanan di dalam tangki
timbun positif, maka campuran uap bensin akan terdorong keluar dari tangki
timbun dan arah alirannya akan masuk ke dalam sistem. Sedangkan pada saat
tekanan di dalam tangki timbun negatif, maka uap bensin yang telah bersih dari
udara akan terdorong keluar dari sistem dan masuk ke dalam tangki timbun.
55
Alternatif Rancangan 3
Gambar 4.5 Skema alternatif rancangan 3
Alternatif rancangan 3 ini juga merupakan pengembangan dari alternatif
rancangan 1. Konsep dasarnya adalah dengan menukar antara letak modul
membran dengan pompa vakum. Dengan begitu pompa vakum akan menarik
campuran uap bensin dengan udara dan mendorongnya masuk ke dalam modul
membran. Selanjutnya modul membran akan memisahkan antara uap bensin
dengan udara, di mana udara akan dikeluarkan menuju ke lingkungan dan uap
bensin dialirkan kembali ke dalam tangki timbun. Diharapkan dengan konfigurasi
ini dapat meningkatkan efisiensi sistem.
Untuk menentukan rancangan sistem vapor recovery ‘Havival’ yang
memiliki kinerja paling baik maupun efisiensi yang paling tinggi, selanjutnya
akan dilakukan pengujian prototitipe ketiga alternatif perancangan tersebut dalam
skala laboratorium.
4.5 Perancangan Peralatan pada Sistem Vapor Recovery
Seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.3, gambar 4.4, maupun gambar
4.5, semua rancangan sistem vapor recovery ‘Havival’ tersebut terdiri dari
beberapa peralatan utama yang sama. Peralatan – peralatan utama tersebut terdiri
56
dari modul membran, pompa vakum, casing, serta check valve. Untuk itu, perlu
dilakukan perancangan ataupun pemilihan dari setiap peralatan yang disesuaikan
dengan kondisi pengoperasian sistem di lapangan.
Untuk peralatan pendukung berupa pipa, dipilih pipa carbon steel dengan
diameter 1 inch dan schedule standar. Pipa dengan diameter 1 inch tersebut dipilih
karena disesuaikan dengan pipa dari saluran masuk dan keluar pada tangki
timbun.
4.5.1. Perancangan Modul Memban
Dari pengujian material membran pada skala laboratorium yang telah
dijelaskan pada bab III, telah diambil kesimpulan bahwa material membran PVA
sesuai untuk digunakan pada aplikasi sistem vapor recovery ‘Havival’ karena
memiliki selektivitas yang baik. Untuk itu, selanjutnya perlu dirancang modul
membran yang sesuai untuk mengemas area membran ke dalamnya.
Pada subbab 3.2, telah dilakukan studi literatur sebuah thesis dengan judul
‘Separasi VOC dari Nitrogen oleh Membran Komposit Hollow Fiber’ yang
disusun oleh Yujing Liu dari Universitas Waterloo di Kanada pada tahun 2003.
Dari studi literatur tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa modul membran jenis
hollow fiber cocok dan efektif untuk menseparasi beberapa komponen VOC dari
uap bensin. Alasan lainnya modul membran jenis hollow fiber tersebut dipilih
juga karena beberapa keunggulan yang dimilikinya seperti packing density yang
sangat tinggi, manajemen fluida yang baik, serta kemudahan pencuciannya.
Hollow fiber dapat memiliki packing density yang sangat tinggi karena tersusun
oleh fiber-fiber yang amat tipis. Masing-masing fiber memiliki struktur seperti
pipa di mana aliran umpan masuk melalui bagian dalam pipa dan aliran permeate
keluar melewati dinding-dinding pipa seperti terlihat pada gambar 4.7 di bawah.
57
Gambar 4.6 Skema aliran pada hollow fiber [20]
Setelah menentukan jenis modul membran yang hendak digunakan,
langkah selanjutnya adalah merancang dimensi yang sesuai dengan kondisi
pengoperasian di lapangan. Dari survey lapangan yang dilakukan pada SPBU
Wastukencana di Bandung, didapatkan bahwa proses unloading (pengisian bensin
dari mobil tangki ke tangki timbun) sebanyak 8000 liter memerlukan waktu
selama 15 menit. Dari data tersebut maka dapat dihitung debit (Q) dari bensin cair
yang terjadi:
jamm
jammenitx
Lmx
menitLQben
3
3
sin
32
160
10001
150008
=
= (4.1)
Diketahui massa jenis dari bensin sebesar 3.6 kg/m3 [11], maka laju aliran
massa ( ) dari bensin dapat diketahui: m&
jamkg
jammx
mkg
Qxm
2.115
326.33
3
bensinbensinbensin
=
=
= ρ&
(4.2)
Dengan menerapkan hukum kesetimbangan massa pada tangki timbun,
maka didapatkan laju aliran massa uap bensin yang keluar dari tangki timbun:
jamkgm
mm
mm
benuap
benuapcairben
keluarmasuk
2.115sin
sinsin
=
=
=
&
&&
&&
(4.3)
58
Selanjutnya, dengan menggunakan nilai fluks (Q) dari material membran
jenis PVA sebesar 5.364 kg/m2.jam yang didapat dari hasil perhitungan pada
subbab 3.7.1, maka dapat ditentukan luas area membran (A) yang dibutuhkan:
2
2
sin
5.21
364.5
2.115
mjamm
kgjam
kgQ
mA benuap
=
=
=&
(4.4)
Tabel 4.1 Luas Area per Volume Terhadap Radius Tube dari Hollow Fiber [16]
No Radius tube (mm) Luas area per volume (m²/m³)
1 5 360 2 0.5 3600 3 0.05 36.000
Tabel di atas merupakan daftar beberapa luas area per volume dari hollow
fiber terhadap radius tubenya. Dengan menentukan radius tube yang akan
digunakan sebesar 0.5 mm, maka didapatkan luas area per volume sebesar 3600
m²/m³. Maka, dari data tersebut dapat ditentukan volume dari modul membran
yang diperlukan:
33332
2
2
3
2
2
2
1
1
10601.97.5
5.213600
mxmxV
Vm
mm
VA
VA
−− ≈=
=
=
(4.5)
Dari data yang didapatkan melalui website dari Koch Membrane Systems,
Inc [20], diketahui bahwa diameter standar untuk commercial cartridge adalah
sebesar 3 inch, 5 inch, 8 inch, dan 10 inch. Sedangkan panjang standar untuk
commercial cartridge adalah sebesar 25 inch, 43 inch, 48 inch, 60 inch, dan 72
inch. Karena salah satu kriteria dari perancangan sistem vapor recovery adalah
tidak terlalu berat dan besar, maka dipilih panjang standar yang paling kecil untuk
modul membran hollow fiber yaitu 25 inch (0.63 m).
59
Setelah mendapatkan panjang modul yang akan digunakan, maka
selanjutnya dapat ditentukan diameter yang diperlukan:
mmxmx
LVD
LDV
11.0635.0
106.4
44
33
2
=
=
=
=
−
π
π
π
(4.6)
Berikut gambar pemodelan modul membran jenis hollow fiber beserta
dimensinya:
Gambar 4.7 Pemodelan modul membran
L = 0.635 m
D = 0.11 m
4.5.2. Pemilihan Pompa Vakum
Pemilihan pompa vakum berdasarkan pada dua parameter, yaitu kapasitas
pompa serta daya pompa. Kedua parameter tersebut harus memadai terhadap
kondisi pengoperasian sistem di lapangan agar pompa vakum dapat bekerja secara
optimal.
Pemilihan kapasitas pompa yang memadai dihitung berdasarkan pada
debit fluida yang perlu ditarik oleh pompa vakum. Dalam hal ini, debit fluida
yang perlu untuk ditarik adalah debit fluida pada bagian permeat dari modul
membran. Untuk menghitung besarnya debit pada bagian permeat tersebut dapat
digunakan persamaan:
permeat
fluidapompa x
QQ = (4.7)
60
Di mana:
Qpompa = kapasitas pompa minimum yang diperlukan (cfm)
Qfluida = debit uap bensin masukan modul membran = 32 m3/jam
Xpermeat = perbandingan stoikiometri massa mol udara terhadap
bensin = 14.7
Maka didapat:
cfm
cfmxQjam
mjam
m
pompa
28.1
/70.11
7.14/32
3
3
=
=
(4.8)
Selanjutnya, untuk menghitung daya pompa yang diperlukan dapat
digunakan persamaan sebagai berikut[16]:
h
l
PPnRTE ln
η=
(4.9)
Di mana:
E = daya pompa (W)
n = laju mol (mol/s)
R = konstanta universal gas = 8.314 J/m.k
T = temperatur (K)
Ph = inlet pressure (bar)
Pl = outlet pressure (bar)
η = effisiensi pompa
Beberapa asumsi yang digunakan untuk persamaan di atas:
- Aliran berupa steady state flow.
- Debit aliran konstan.
- Massa jenis uap BBM sepanjang aliran konstan.
- Gesekan pada dinding-dinding pipa diabaikan.
- Efisiensi pompa sebesar 90%.
- Pompa beroperasi pada temperatur 250C = 298 K
- Inlet pressure sama dengan tekanan terbesar yang terjadi di dalam tangki
timbun yaitu sebesar 700 Pa.
61
- Outlet pressure sama dengan tekanan udara lingkungan yaitu sebesar 1 atm =
105 Pa.
Untuk parameter laju mol (n) yang belum diketahui, dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut[16]:
MrXQn
.. ρ
= (4.10)
Di mana:
Q = debit uap bensin = 32 m3/jam
Ρ = massa jenis bensin = 3.6 kg/m3 [11]
Xpermeat = perbandingan stoikiometri massa mol udara terhadap
bensin = 14.7
Mr = berat molekul bensin = 105 gr/mol [11]
Maka didapatkan:
smol
kggx
sjamx
molgrx
mkgxjam
mn
0207.0
11000
36001
1057.14
6.3.32 33
=
= (4.11)
Setelah didapatkan besarnya laju mol yang terjadi, maka dapat dihitung
besarnya pompa vakum yang diperlukan:
WattPaPaKxKm
Jxsmol
E
75.28270010ln
9.0
298.314.80207.0 5
=
= (4.12)
Berikut foto pompa vakum yang telah dipilih berdasarkan kapasitas dan
daya yang diperlukan beserta spesifikasinya:
62
Gambar 4.8 Foto pompa vakum pada sistem vapor recovery ‘Havival’
Tabel 4.2 Spesifikasi Pompa Vakum pada Sistem Vapor Recovery ‘Havival’
Power Supply 220V / 50 Hz Pumping Rate 2 cfm
Limited Pressure 0.5 Pa Rotating Speed 1440 r/min
Power 370 W Outer Figure 337.5 x 123 x 255 mm
Weight 13 kg 4.5.3. Perancangan Casing
Fungsi dari casing adalah untuk melindungi peralatan yang berada di
dalamnya, yaitu modul membran serta pompa vakum, dari lingkungan sekitar
yang dapat mengotori maupun merusak. Selain itu, fungsi lainnya dari casing
adalah agar sistem dapat terlihat lebih ringkas, padat, dan menarik. Karena itu,
kriteria yang digunakan sebagai dasar perancangan casing adalah dimensinya
yang disesuaikan dengan ukuran peralatan, material yang dapat melindungi dari
lingkungan sekitar, serta bentuknya yang sederhana.
Dimensi dari casing ditentukan berbentuk balok dengan ukuran 500 x 500
x 800 mm. Gaya – gaya yang terjadi pada casing antara lain gaya akibat berat
pipa, pompa vakum, dan modul membran. Untuk itu, dipilih carbon steel sebagai
material casing. Pada kasus ini tidak dilakukan analisis tegangan karena tegangan
yang ditimbulkan oleh gaya – gaya yang terjadi dapat diabaikan. Pada sisi - sisi
casing terdapat tiga saluran penghubung yang berfungsi sebagai saluran masukan,
saluran keluaran dari permet, serta saluran keluaran dari retentat. Casing juga
63
dilengkapi dengan pintu pada salah satu sisinya agar dapat dilakukan maintenance
pada modul membran dan pompa vakum.
Berikut foto dari prototipe casing:
Gambar 4.9 Foto prototipe casing pada sistem vapor recovery ‘Havival’
4.5.4. Pemilihan Check Valve
Agar kriteria perancangan sistem yang murah, tidak terlalu berat dan besar
serta perawatan yang mudah dapat terpenuhi, perlu dipilih check valve yang
sederhana dan terjangkau. Untuk itu, dipilih check valve dengan sistem kerja
menggunakan pegas dan terbuat dari material kuningan. Berikut skema spesifikasi
dimensi, material serta foto dari check valve yang telah dipilih:
Gambar 4.10 Skema spesifikasi check valve
Tabel 4.3 Spesifikasi Material Check Valve
No Part Description Material Qty
1 Body Brass 1
2 End Cap Nylon 1
3 Stem-seat Nylon 1
4 Seat Brass 1
5 Stainless steel spring Steel 18/8 1
64
Tabel 4.4 Spesifikasi Dimensi Check Valve
D (inch) 1 A (mm) 56 B (mm) 48
PN (Kg/cm2) 12
Gambar 4.11 Foto check valve
4.6 Pembuatan dan Pengujian Prototipe
Setelah melakukan perancangan maupun, langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah membuat prototipe dari setiap alternatif rancangan sistem vapor
recovery ‘Havival’ tersebut dan mengujinya pada skala laboratorium. Seperti yang
telah disebutkan pada subbab 4.4, tujuan dari pengujian tersebut adalah untuk
mengetahui kinerja serta efisiensi dari setiap sistem. Perlu diingat bahwa
pengujian dilakukan pada skala laboratorium sehingga aliran debit uap bensin
yang akan ditangkap tidak sebesar yang terjadi pada kondisi lapangan. Karena itu
pada setiap prototipe sistem vapor recovery ‘Havival’ tersebut masih
menggunakan modul membran tipe flat and frame.
4.6.1. Pengujian Alternatif Rancangan 1
Berikut gambar skema dari model pengujian prototipe alternatif
rancangan 1:
65
6
7
Keterangan:1. Magnetic Stirrer2. Wadah Bensin3. Termometer4. Tabung Kondensator Permeat5. Check Valve6. Pompa Vakum7. Modul Membran
2
3
1
4c4a 4b
5b
5a
5c
Gambar 4.12 Skema pengujian prototipe alternatif rancangan 1
Pada pengujian ini, wadah bensin diletakkan di atas magnetic stirrer yang
dilengkapi dengan heater. Magnetic stirrer tersebut berfungsi untuk mengaduk
sekaligus memanaskan bensin yang berada di dalam wadah bensin. Dengan
begitu, diharapkan dapat dihasilkan campuran uap bensin dan udara yang banyak.
Pada wadah bensin juga dilengkapi dengan termometer untuk mengamati
temperatur bensin agar tidak sampai melewati temperatur nyala. Selanjutnya,
campuran uap bensin dan udara akan melewati check valve dan masuk ke dalam
sistem. Aliran permeat berupa uap bensin yang telah diseparasi dari udara ditarik
dari modul membran dan didorong kembali ke dalam wadah bensin. Sebelum
dikembalikan, aliran permeat tersebut dilewatkan pada tiga tabung kondensator
secara berturut-turut agar uap bensin yang di-recover dapat dilihat secara
langsung dan dianalisis lebih lanjut. Ketiga tabung kondensator tersebut
menggunakan es kering sebagai media pendingin. Sedangkan aliran retentat yang
diasumsikan berupa udara yang telah bersih dari uap bensin tidak ditangkap
menggunakan tabung kondensator, melainkan langsung dilepaskan keluar dari
sistem. Asumsi tersebut diambil berdasarkan hasil pengujian membran PVA pada
subbab 3.7.
Berikut prosedur yang perlu dilakukan dalam melakukan pengujian:
a. Memastikan seluruh sistem pengujian berada dalam keadaan tertutup agar
dapat dicapai keadaan vakum yang diperlukan sebagai driving force untuk
66
proses separasi pada membran. Keadaan tertutup tersebut dicapai dengan cara
menyegel semua sambungan yang ada menggunakan selotip silikon.
b. Menyalakan pengaduk beserta pemanasnya pada magnetic stirrer.
c. Menyalakan pompa vakum untuk menghasilkan keadaan vakum. Apabila
dilihat terdapat kebocoran pada sistem maka langkah (a) dapat diulang.
d. Mencatat data pengujian berupa tinggi bensin pada wadah bensin dan
temperatur bensin pada selang waktu tertentu, serta volume uap bensin hasil
kondensasi.
e. Apabila pada saat pengujian temperatur bensin di dalam wadah bensin dirasa
sudah cukup tinggi, maka pemanas pada magnetic stirrer dapat dimatikan.
4.6.1.1. Hasil Pengujian Prototipe Alternatif Rancangan 1
Berikut foto – foto dari set-up pengujian prototipe alternatif rancangan 1:
Gambar 4.13 Foto set-up pengujian prototipe alternatif rancangan 1
Gambar 4.14 Foto bagian dalam casing alternatif rancangan 1
67
Gambar 4.15 Foto wadah bensin beserta magnetic stirrer dan termometer
Gambar 4.16 Foto tabung kondensator beserta es kering
Pengujian prototipe tersebut dilakukan selama 30 - 60 menit dengan
pencatatan data dilakukan setiap selang waktu 5 menit. Pengujian dilakukan
sebanyak enam kali dengan lamanya percobaan serta temperatur yang bervariasi.
Contoh hasil pengujian pertama ditunjukkan pada tabel berikut:
68
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Pertama Prototipe Alternatif Rancangan 1
Nomor Waktu Tinggi Tabung Temperatur Volume Permeate Pengujian (Menit) (cm) (oC) (mL)
0 15.6 34 5 15.3 31
10 14.9 32 15 14.4 34 20 14.3 35 25 14.1 38 30 13.9 38 35 13.7 40 40 13.4 40 45 13.1 38 50 12.9 35
Δt total T rata - rata
1
2.7 35.91
178
Gambar 4.17 Foto hasil pengujian prototipe alternatif rancangan 1
Data hasil pengujian kedua hingga keenam dapat dilihat pada lampiran B.
4.6.1.2. Analisis Hasil Pengujian Prototipe Alternatif Rancangan 1
Seperti yang telah disebutkan pada subbab 4.4, salah satu dari tujuan
pengujian ini adalah untuk mengetahui efisiensi dari prototipe sistem vapor
recovery ‘Havival’ yang telah dirancang. Efisiensi tersebut dinyatakan sebagai
persentase perbandingan antara volume uap bensin yang di-recovery yaitu volume
69
uap bensin yang tertangkap pada permeat dengan volume bensin yang menguap
keluar dari wadah bensin. Diketahui diameter wadah bensin sebesar 15 cm, maka
volume bensin yang menguap keluar dari wadah bensin dapat dihitung
menggunakan persamaan:
mL
cmxcmx
tDV totalpenguapan
13.477
7.2)15(4
...4
2
2
=
=
Δ=
π
π
(4.13)
Setelah didapatkan volume bensin yang menguap, maka selanjutnya
efisiensi sistem dapat dihitung menggunakan persamaan:
%13.37
%10013.477
178
=
=
=
xmL
mL
VV
SistemEfisiensipenguapan
permeate
(4.14)
Data hasil pengujian kedua hingga keenam dianalisis menggunakan
prosedur perhitungan yang sama. Berikut tabel hasil perhitungan seluruh
pengujian:
Tabel 4.6 Perhitungan Analisis Hasil Pengujian Prototipe Alternatif Rancangan 1
Nomor Temperatur Volume Volume Debit Efisiensi Pengujian Pengujian (0C) Permeat (ml) Penguapan (ml) Penguapan (ml/s) Sistem (%)
1 35.91 178 477.13 0.1590 37.31 2 33.15 160 441.79 0.1227 36.22 3 34.08 121 318.09 0.0884 38.04 4 34.57 63 141.37 0.0785 44.56 5 29.75 105 282.74 0.1346 37.14 6 35.92 144 459.46 0.1276 31.34
Rata - Rata 37.43
70
Gambar 4.18 Grafik temperatur pengujian vs efisiensi sistem prototipe alternatif
rancangan 1
Grafik pada gambar 4.18 menunjukkan hubungan antara temperatur
pengujian terhadap efisiensi sistem. Trendline pada grafik tersebut menunjukkan
bahwa efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan temperatur operasi.
Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja
lebih baik pada temperatur operasi yang rendah.
Gambar 4.19 Grafik efisiensi sistem vs debit penguapan prototipe alternatif rancangan 1
Grafik pada gambar 4.19 menunjukkan hubungan antara debit penguapan
terhadap efisiensi sistem. Trendline pada grafik tersebut menunjukkan bahwa
71