bab iv tinjauan hukum islam terhadap sistem...

23
105 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PERHITUNGAN BAGI HASIL (MUDHARABAH) DALAM ASURANSI TAKAFUL KELUARGA CABANG SEMARANG Perjanjian asuransi adalah hal yang baru yang belum pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW, para sahabat serta tabi’in, sehingga dalam hukum Islam tidak terdapat kajian tentang hukum boleh tidaknya aturan asuransi dilakukan. Namun dalam fiqh Islam ada satu bentuk perbuatan yang hampir sama dengan asuransi yang kita kenal dengan kafalah. Menurut penulis keberadaan asuransi saat ini adalah satu upaya manusia semata-mata untuk mengantisipasi atau menanggulangi resiko yang dihadapinya, baik asuransi keluarga atau asuransi umum. Timbulnya berbagai kejadian yang tidak kita duga membuat manusia berfikir untuk menanggulangi resiko tersebut, agar hal-hal yang tidak terduga tersebut dapat diatasi nantinya. Hal ini juga tersirat dalam pengertian kafalah, yaitu mempersatukan tanggungjawab dengan tanggungjawab lainnya dalam tuntutan secara mutlah, baik berkaitan dengan jiwa, uang, materi, atau pekerjaan. Perbedaan antara asuransi dengan kafalah adalah pada obyek pertanggungan, dalam asuransi yang menjadi obyek pertanggungan adalah jiwa, sedangkan dalam kafalah yang menjadi obyek pertanggungan adalah jiwa, uang dan materi. jadi berdasarkan hal tersebut dapatlah penulis katakan bahwasannya keberadaan asuransi sangat signifikan dalam kehidupan manusia mendatang guna mengantisipasi resiko yang menimpanya.

Upload: ngokhue

Post on 06-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

105

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PERHITUNGAN

BAGI HASIL (MUDHARABAH) DALAM ASURANSI TAKAFUL

KELUARGA CABANG SEMARANG

Perjanjian asuransi adalah hal yang baru yang belum pernah terjadi pada

masa Rasulullah SAW, para sahabat serta tabi’in, sehingga dalam hukum Islam

tidak terdapat kajian tentang hukum boleh tidaknya aturan asuransi dilakukan.

Namun dalam fiqh Islam ada satu bentuk perbuatan yang hampir sama dengan

asuransi yang kita kenal dengan kafalah.

Menurut penulis keberadaan asuransi saat ini adalah satu upaya manusia

semata-mata untuk mengantisipasi atau menanggulangi resiko yang dihadapinya,

baik asuransi keluarga atau asuransi umum. Timbulnya berbagai kejadian yang

tidak kita duga membuat manusia berfikir untuk menanggulangi resiko tersebut,

agar hal-hal yang tidak terduga tersebut dapat diatasi nantinya. Hal ini juga

tersirat dalam pengertian kafalah, yaitu mempersatukan tanggungjawab dengan

tanggungjawab lainnya dalam tuntutan secara mutlah, baik berkaitan dengan jiwa,

uang, materi, atau pekerjaan.

Perbedaan antara asuransi dengan kafalah adalah pada obyek

pertanggungan, dalam asuransi yang menjadi obyek pertanggungan adalah jiwa,

sedangkan dalam kafalah yang menjadi obyek pertanggungan adalah jiwa, uang

dan materi. jadi berdasarkan hal tersebut dapatlah penulis katakan bahwasannya

keberadaan asuransi sangat signifikan dalam kehidupan manusia mendatang guna

mengantisipasi resiko yang menimpanya.

106

Yang menjadui permasalahan adalah operasioanal asuransi, selama ini

asuransi konvensional menggunakan sistem bunga sehingga hal ini menimbulkan

kontra bagi umat Islam.dengan adanya asuransi syari’ah, umat Islam tidaklah

ragu-ragu dalam mengasuransikan diri dan keluarganya.

A. Analisa Konsep Mudharabah

Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam

bidang pertanggungan, merupakan sebuah institusi modern hasil temuan dari

dunia barat yang lahir bersamaan dengan adanya semangat pencerahan.

Institusi ini bersama dengan lembaga keuangan menjadi motor penggerak

ekonomi pada era modern dan berlanjut pada masa sekarang. Sebagai mahluk

sosial kebutuhan akan kerja sama antar satu pihak dengan pihak lain guna

meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup atau keperluan-

keperluan lain dan semua itu tidak bisa diabaikan.

Hal ini dipraktekan dalam pelaksanaan program asuransi syari’ah,

dimana peserta yang mengikuti asuransi syari’ah ini dituntut untuk senantiasa

bekerjasama saling menolong antar sesama peserta lain, sehingga dapat

mengurangi beban pada saat terjadinya musibah.

Dalam ajaran Islam mengajarkan kepada kita untuk saling kerjasama

dan saling tolong menolong dalam hal kebaikan karena kita sebagai manusia

diciptakan oleh Allah untuk saling menyayangi kepada semua mahluk Allah.

Takaful atau asuransi syari’ah mengandung banyak manfaat bagi

kemaslahatan umat manusia, karena dengan asuransi syari’ah umat dapat

107

menabung atau menyimpan uang secara teratur berinvestasi aman, hal ini

berguna untuk memenuhi keperluan saat sekarang dan yang akan datang dari

premi yang terkumpul, peserta asuransi memiliki persediaan dana untuk ahli

warisnya, jika suwaktu-waktu ditakdirkan meninggal dunia. Peserta akan

menerima kembali tabungan uang yang terkumpul ditambah dengan bagian

keuntungan investasi dan kelebihan dana santunan jika ada. secara umum

asuransi keluarga mempunyai makna yang tidak sempit, bahkan mempunyai

arti yang representatif dalam dinamika kehidupan hukum Islam yaitu tolong

menolong, investasi, derma dan infaq.1

Adapun mengenai praktek asuransi berdasarkan pada akad takafuli dan

akad mudharabah yaitu untuk akad yang didasarkan pada prinsip bagi hasil,

dimana dana premi yang terkumpul dalam total rekening tabungan (saving)

dapat di investasikan oleh perusahaan asuransi yang mana resiko investasi di

tanggung berasama antara perusahaan dengan peserta asuransi. Akad

mudharabah terwujud tatkala dana yang terkumpul dalam perusahaan asuransi

diproyeksikan menghasilkan keuntungan (profit), karena landasan dasar awal

akad mudharabah adalah bagi hasil maka keuntungan tersebut dibagi bersama

sesuai dengan porsi nisbah yang disepakati. Jika perusahaan asuransi

mengalami kerugian, maka kerugian itu akan ditanggung bersama antara

peserta dengan perusahaan asuransi, dimana pada asuransi takaful keluarga

cabang Semarang menetapkan nisbah 60%: 40%.

1 Hasil wawancara dengan ibu Choisah, selaku staf finansial consultan di Asuransi

Takaful Cabang Semarang.

108

Dalam kegiatan perekonomian Islampun mengakui adanya motif profit

atau keuntungan dalam kegiatan usahanya. Begitu juga dengan lembaga

keuangan asuransi syari’ah. Namun, motif tersebut terikat oleh batasan-

batasan hukum syar’i, dengan batasan-batasan itulah maka jika ajaran islam

dilaksanakan dalam kegiatan ekonomi, pemakaian profit atau keuntungan

tidak akan membawa manusia pada individualisme yang ekstrim yang hanya

mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan kepentingan-kepentingan

orang lain.

Keuntungan atau profit yang diperoleh peserta asuransi itu biasanya

lebih besar jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan

asuransi, hal ini karena peserta asuransi telah mengusahakan modalnya, yaitu

berupa premi-premi yang dibayarkan ke perusahaan asuransi.

Sebagaimana telah penulis kemukakan dalam bab III, Asuransi

Takaful Keluarga cabang Semarang merupakan suatu lembaga keuangan

dengan pola syari’ah menggunakan sistem bagi hasil (mudharabah) sesuai

dengan hukum Islam pada kegiatan usahanya, Asuransi Takaful Keluarga

cabang semarang dalam menerapkan konsep muamalah Islamiyah dibidang

ekonomi yakni dalam pengumpulan dana premi para nasabah dan

menyalurkan dana premi itu keberbagai jenis investasi yang sesuai dengan

prinsip syari’ah. Dengan prinsip ini asuransi syari’ah berusaha mengajak

kepada para nasabah pemilik premi untuk berpartisipasi pasif dan para

pengusaha perusahaan asuransi partisipan aktif melaksanakan pilar syari’ah

kerjasama ekonomi dengan sistem bagi hasil (mudharanbah) menjauhi riba,

109

maisir, dan gharar. Mengenai basic perhitungan tarif premi pada Asuransi

Takaful Keluarga cabang Semarang yang dipakai adalah tabel mortalitas,

asumsi bagi hasil (mudharabah) dan biaya asuransi yang adil dan tidak

mendhalimi peserta. Faktor inilah yang dipakai dalam menentukan tarif

asuransi keluarga yang dapat membedakan dengan asuransi konvensional

yaitu prinsip perhitungan bagi hasil mudharabah pada asuransi syari’ah,

sedangkan pada asuransi konvensional dengan bunga.

Dalam mempertemukan kepentingan antara pemilik modal dengan

perusahaan asuransi maka perusahaan asuransi takaful keluarga

mengembangkan sistem mudharabah yaitu kerja sama antara shahibul maal

dengan pihak mudharib, dimana pihak asuransi diberi kuasa penuh untuk

menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip syari’ah.

Mengenai kepemilikan modal asuransi takaful keluarga mempunyai

hak dalam kepemilikan modal yaitu dana yang terkumpul peserta dalam

bentuk iuran atau kontribusi merupakan milik peserta (shohibul maal)

perusahaan hanya pemegang amanah dalam mengelola dana tersebut.

Berkaitan dengan perhitungan bagi hasil ini, asuransi takaful

menerapkan ketentuan khusus antara lain ;

a. Asuransi takaful keluarga cabang Semarang mencampurkan dan

mengumpulkan semua dana premi yang tersedia dalam satu pool.

b. Biaya ditanggung oleh perusahaan asuransi dan peserta asuransi hanya

menanggung sebagian kecil saja.

110

c. Pembagian dilakukan setelah ada pemotangan biaya operasional seperti

klaim, premi reasuransi dan beban pengelolaan (loading).

d. Kerugian ditanggung bersama

e. Nisbah bagi hasil antara nasabah dan perusahaan sudah ditentukan oleh

pihak perusahaan pada awal transaksi dan bersifat tidak tetap, artinya

perusahaan asuransi akan menentukan besar kecilnya nisbah bagi hasil

dengan menyesuaikan situasi dan kondisi perekonomian dalam perusahaan

dan tidak ada tawar-menawar dengan peserta asuransi.

Sedangkan berkaitan dengan rukun mudharabah asuransi syari’ah di

Asuransi takaful keluarga cabang Semarang adalah sebagai berikut ;

- Adanya pelaku kerjasama, dalam kegiatan usahanya asuransi takaful

keluarga cabang Semarang dalam hal pengelolaan harus saling

bekerjasama yaitu antara mudharib dan shohibul maal. Dan mampu

melakukan transaksi dan sah secara hukum, hal ini dapat terealisir pada

waktu awal perjanjian antara perusahaan dan peserta asuransi, dimana

peserta asuransi sebagai shohibul maal dan perusahaan asuransi sebagai

mudharib. Pada perusahaan asuransi takaful cabang Semarang dimana

kedudukannya sebagi mudharib berkuasa penuh atas dana yang terkumpul

dari shohibul maal, dalam hal ini adalah kumpulan dana premi dari peserta

asuransi. Dengan adanya pengawasan dari DPS (Dewan Pengawas

Syari’ah), jadi dengan adanya DPS yang bertugas mengawasi dan

menetralisir pengelolaan dana premi tersebut yang diarahkan ke arah yang

sesuai dengan aturan Islam.

111

- Adanya sighat (ijab qobul)

Setelah penulis amati adanya sighat pada Asuransi Takaful Keluarga

Cabang Semarang sudah terealisir dengan baik, dimana adanya ijab qobul

antara perusahaan dan peserta asuransi, diantara keduanya telah sepakat

atas kerja samanya dalam kurun waktu yang telah dicantumkan pada

aplikasi sejak pertama menjadi peserta asuransi dan dicantumkan atau

dituliskan dalam polis (perjanjian antara perusahaan dengan peserta

asuransi).

- Adanya modal dan usaha pada asuransi takaful keluarga cabang Semarang

menurut penulis modal diasumsikan dengan premi yang telah dibayarkan

setiap periode oleh peserta asuransi ke pihak perusahaan asuransi. Modal

atau dana premi yang terkumpul tersebut diusahakan atau dikelola oleh

perusahaan asuransi tanpa adanya campur tangan oleh pihak peserta

asuransi. Mengenai kepemilikan modal perusahaan asuransi hanya sebagai

pemegang amanah dan mengelolanya dengan penuh amanah pula.

- Nisbah keuntungan

Pada asuransi takaful keluarga cabang semarang dalam pembagian nisbah

keuntungan antara perusahaan asuransi dengan peserta asuransi sudah

ditentukan oleh pihak perusahaan pada awal transaksi dan tidak ada tawar

menawar antara perusahaan dan peserta asuransi. Jika nisbah yang

ditentukan oleh perusahaan asuransi 60 % untuk peserta berarti 40 %

untuk perusahaan. Maka peserta tidak bisa menawarnya dan jika tidak

setuju dengan nisbah yang ditetapkan oleh perusahaan, maka bagi calon

112

peserta boleh mengundurkan diri tidak menjadi anggota di perusahaan

Asuransi Takaful Keluarga Semarang. hal ini menghindari adanya

ketidakadilan atau ketidakrelaan diantara keduannya.

Dengan melihat uraian sistem bagi hasil dan syarat dan rukun

mudharabah yang dilakukan oleh perusahaan Asuransi Takaful Keluarga

cabang Semarang, maka jika dilakukan analisis dengan menggunakan konsep

mudharabah akan kita lihat persamaan dan perbedaan diantara keduanya,

dalam hal ini pada sistem bagi hasil asuransi syari’ah takaful keluarga dengan

sistem mudharabah;

a. Jika dalam sistem yang berlaku di asuransi takaful keluarga cabang

Semarang menetapkan biaya yang ditanggung oleh perusahaan asuransi

dan peserta asuransi hanya menanggung sedikit, hal ini sama dengan yang

berlaku dalam sistem mudharabah yaitu biaya ditanggung oleh kedua

belah pihak. Dengan demikian memang benar basisi perhitungan di

asuransi takaful keluarga cabang Semarang menggunakan cara bagi hasil

(mudharabah), disinilah yang menjadi tolak ukur keadilan yang ada,

dimana untung dan rugi akan ditanggung oleh kedua belah pihak, tanpa

adanya pembedaan antara mudharib dan shohibul maal.

b. Dalam penetapan nisbah, diperusahaan asuransi takaful keluarga cabang

Semarang, telah menetapkan nisbah dari awal oleh pihak perusahaan

asuransi, tanpa adanya tawar menawar dengan nasabah atau peserta

asuransi, tetapi dalam akad mudharabah untuk nisbah pembagian bagi

113

hasil ada tawar menawar diawal perjanjian, jadi peserta dapat mengajukan

usul untuk jumlah nisbah bagi hasilnaya.

Menurut pendapat penulis, perbedaan yang terjadi sebenarnya tidak

signifikan, hanya berkisar pada tataran praktis, tetapi masih memegang satu

konsep atau kesamaan konsep yaitu konsep mudharabah. Sebagaimana definsi

mudharabah yang dikemukakan oleh Hasan Ali bahwa mudhrabah

merupakan satu bentuk akad yang didasarkan pada prinsip profit and loss

sharing (berbagi atas untung dan rugi), dimana dana yang terkumpul dalam

total rekening tabungan (saving) dapat di investasikan oleh perusahaan

asuransi yang resiko investasi investasi ditanggung bersama antara perusahaan

dan peserta.2

Dimana akad mudharabah terwujud tatkala dana yang terkumpul

dalam perusahaan asuransi itu diinvestasikan dalam wujud usaha yang

diproyeksikan menghasilkan keuntungan (profit) karena landasan dasar

mudharabah ini adalah prinsip profit dan loss sharing maka jika perusahaan

mendapat keuntungan, maka keuntungan tersebut dibagi bersama sesuai

dengan porsi nisbah yang disepakati dan sebaliknya jika perusahaan merugi

kerugian tersebut ditanggung bersama perusahaan asuransi dan peserta

asuransi.

Selain itu definisi mudharabah yang dikemukakan oleh Ahmad

Ghazali bahwa mudharabah adalah kerjasama antara dua pihak dimana

shohibul maal menyediakan modal sedangkan mudharib menjadi pengelola

2 Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Op.Ci,. hlm. 141

114

dana, dengan keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan diantara

mereka. 3

Agama tidak memberikan suatu ketentuan yang pasti tentang kadar

kententuan ketentuan yang akan dimiliki atau yang akan dibagihasilkan

kepada masing-masing pihak yang melakukan transaksi mudharabah. Hal ini

dikembalikan kepada kesepakatan yang sudah mereka buat sebelumnya. Salah

satu prinsip penting yang diajarkan oleh Islam dalam lapangan muamalah ini

adalah bahwa pembagian itu dikembalikan kepada kesepakatan yang penuh

kerelaan serta tidak merugikan dan dirugikan oleh pihak manapun yaitu antara

mudharib dan shohibul maal. 4

Tidak ada aturan maupun sikap yang menolak jika dilakukan sedikit

penyesuaian dalam isi dan bentuk kontrak mudharabah agar dapat dijalankan

lebih efesien dan efektif dalam memberikan keuntungan bagi kedua belah

pihak. 5 Jika keduanya sepakat untuk membuat persyaratan ditentukan guna

lebih menjamin keuntungan dan mempertinggi produktifitas, hal ini tidakah

salah sepenjang persyaratan ini tidak menyalahi ketentuan-ketentuan umum

syrai’at. 6 Hal ini sesuai dengan kaidah;

ان االحكم تتغير الزمان

Artinya; Sesungguhnya hukum berubah dengan berubahnya zaman. 7

3 Ahmad Ghazali, Jangan ada Bunga di Antara Kita, Jakarta: PT. Elek Media Komputindo, 2005, hlm. 92.

4 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993, hlm. 15 5 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid IV, Yogyakarta: Dana Bakthi Wakaf,

1995, hlm. 447. 6 Helmi Karim, Op.cit. 7 Hasbi Ash Asidiqi, falsafah Hukum Islam, Semarang: PT Pustaka Rizqi Putra, 2001,

hlm. 323.

115

Tidak ada teks yang melarang dari salah satu dan kedua belah untuk

menentukan perhitungan bagi hasil selama ketetuan tersebut berdasarkan

karelaan masing-masing dan tidak adanya unsur penghalalan yang haram dan

pengharaman yang halal. Atas dasar inilah tidak ada larangan bagi perusahaan

asuransi menentukan ketentuan atas prosentase nisbah yang ditentukan oleh

pihak perusahaan asuransi sedangkan peserta asuransi hanya menyetujui

perjanjian prosentase nisbah yang ditentukan oleh pihak perusahaan asuransi,

sedangkan peserta asuransi hanya menyetujui perjanjian prosentase nisbah

yang ditentukan perusahaan asuransi artinya peserta asuransi tidak berwenang

untuk menentukan nisbah bagihasilnya atau tidak adanya tawar menawar

dengan perusahaan asuransi, tetapi dalam akad mudharabah untuk nisbah

pembagian hasil ada tawar menawar diawal jadi peserta asuransi berhak

mengajukan usul untuk jumlah nisbah bagi hasilnya. Jika pihak peserta

asuransi tidak merasa keberatan, maka hal ini juga diperbolehkan dalam Islam,

karena semua itu tergantung pada kesepakatan diantara keduanya.

Pada dasarnya agama Islam tidak melarang (membolehkan) umatnya

untuk menerapkan persyaratan diantara mereka. Tasyri Islam memberikan

kebebasan kepada mereka dalam mengadakan transaksi.

Hal ini sesuai dengan prinsip sulthanul iradah (kekeuasaan

berkehendak).8 Didalam membuat akad, si Aqid dapat mengemukakan

8 Ibid. Hlm. 75

116

berbagai syarat yang ia kehendaki adapun mengenai kebolehan untuk

menerapkan syarat adalah sesuai dengan firman Allah :

).34: اإلسراء . ( وأوفوا بالعهد إن العهد كان مسؤوال....

Artinya ; Sempurnakanlah segala janjimu, karena sesungguhnya janji itu akan diminta pertanggungan jawab (QS. al-isra. 34) 9

).1: املائده . ذين آمنوا أوفوا بالعقوديا أيها ال

Artinya : Hai orang-orang yang beriman tunaikan segala akad-akadmu (QS. al-Maidah; 1). 10

Nash-nash diatas memberi pengertian bahwa suatu akad atau

perjanjian yang dilakukan oleh seseorang dengan kehendak yang dilakukan

oleh seseorang dengan kehendak menimbulkan kepercayaan orang kepada

setiap hasil dari bermuamalah itu. Sampai dimana kekuasaan para pihak yang

berakad dalam mengadakan perubahan terhadap akad yang telah ditentukan

oleh syara. Dalam hal ini al-Qur’an menjelaskan dengan syarat yang bersifat

umum.

).188: البقراه . (وال تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل

Artinya ; Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil….(QS. al-Baqarah. 188) 11

)رواه ابو داود. (حا أحل حراما أو حرم حالالالمسلمون على شروطهم إال صل

9 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro,. hlm. 227 10 Ibid,. hlm. 84 11 Ibid,. hlm. 23

117

Artinya : Orang-orang Islam berada diatas syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengaharmkan yang halal atau menghalalkan yang haram. 12

Dari hadits diatas menjelaskan tentang prinsip umum dalam

melakukan akad atau transaksi. Orang muslim dalam melakukan transaksinya

tergantung oleh syarat yang akan mereka sepakati bersama antara kedua belah

pihak, kecuali syarat yang haram. Dalam perusahaan asuransi akad atau

transaksi yang disepakati antara anggota atau peserta asuransi dengan

pengelola asuransi (perusahaan asuransi).harus berdasarkan syarat-syarat yang

mereka terapkan bersama jika syart-syarat tersebut telah disepakati maka

kedua belah pihak (peserta dan perusahaan asuransi) terikat dalam suatu ikatan

(al-aqdu) yang harus yang harus dipatuhi bersama, kecuali syarat-syarat tidak

sesuai dengan ketentuan syari’ah.

B. Analisis Penerapan atau Implementasi Prinsip Asuransi Syari’ah di

Asuransi Takaful Keluaraga Cabang Semarang

Setelah penulis meneliti sebenarnya apakah pada asuransi Takaful

Keluarga cabang Semarang telah merealisasikan dalam kinerjanya, tentang

adanya prinsip-prinsip asuransi syari’ah yang telah ada atau hanya sebatas

“omong kosong” belaka, yang akan menyesatkan dan menjadi “topeng” bagi

perekonomian Islami pada masyarakat khususnya bagi para muslim yang

mengingikan berasuransi yang amam dimana bertujuan menjaga keamanan

12 Sunan Abu Daud Sunan, Abu Daud, Juz 3, Bairut Libanon: Dar al-Kitab al-ilmiah,

1996, hlm. 511.

118

bagi keluarga, hartanya dan sekaligus mengivestasikan dananya pada

perusahaan asuransi cabang Semarang.

Pada prinsip yang ada dalam asuransi syari’ah tidaklah jauh berbeda

dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomi Islami secara

komprehensif dan bersifat major. Hal ini disebabkan karena kajian asuransi

syari’ah merupakan turunan (minor) dari konsep ekonomika Islam. Biasanya

literatur ekonomika Islami selalu melakukan penurunan nilai pada tataran

konsep atau institusi yang ada dalam lingkup kajiannya, seperti halnya

asuransi. 13

Pada asuransi Takaful keluarga Cabang Semarang menerapkan.

Pertama, Prinsip ketuhanan yang merupakan prinsip pondasi utama dalam

berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya

menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntut oleh nilai-nilai

ketuhanan, dimana setiap melakukan aktivitas berasuransi ada keyakinan

dalam hati bahwa Allah SWT selalu mengawasi seluruh gerak langkah dan

selalu bersama kita. Tauhid sendiri dapat diartikan sebagai suatu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan manusia dengan segala atribut yang melekat pada

diri manusia adalah fenomena sendiri yang realitasnya tidak dapat dipisahkan

dari penciptanya. Hal ini dapat kita lihat pada QS. al-Hadid. (57);4.

ما كنتم نأي كمعم وه4: احلديد ... (و.(

Artinya :……dan dia selalu bersamamu dimanapun kamu berada…(QS. al-Hadid.57:4) 14

13 Hasan Ali, Op.Cit. hlm. 125 14 Departemen Agama, Op.Cit. hlm. 430.

119

Menurut penulis kalau pemahaman semacam ini bahwa “Allah SWT

selalu bersama kita dimanapun kita berada” terbentuk dalam setiap pelaku

ekonomi yang tersebut dalam perusahaan asuransi maka tahap awal masalah

yang sangat urgensi telah berlalu dan dapat melangsungkan kegiatan ekonomi

dengan baik.

Setelah penulis perhatikan baik karyawan dan direktur di Asuransi

Takaful Keluarga Cabang Semarang sudah menjalankan prinsip ketauhidan

ini, seperti yang telah penulis sampaikan pada bab III tentang adanya kegiatan

rutin perusahaan asuransi yang dilakukan setiap bulan sekali dengan

mengadakan perjanjian, meskipun perjanjian ini merupakan kegiatan intern

perusahaan tapi ini merupakan langkah kongkrit adanya keinginan untuk

berusaha berkerja dengan mengikutsertakan Allah SWT sebagai pengawas

dalam kinerjanya selama ini, dalam perjanjian MES (Masyarakat Ekonomi

Syari’ah) ini pengusaha-pengusaha di luar pengusaha. Pengusaha asuransi

juga ada pengusaha lain yang mana pada prinsipnya dalam usahanya dengan

menggunakan prinsip syari’ah salah satunya prusahaan Toha Putra, dengan

adanya perjanjian MES ini mudah-mudahan ada kemajuan karena adanya

kritik dan saran oleh para pengusaha yang satu dengan yang lainnya.

Kedua, Prinsip keadilan, keadilan sangatlah diinginkan oleh semua

manusia dimuka bumi ini, tanpa keadilan pastilah ada yang merasa dirugikan,

dilecehkan, dan hanya mau menang sendiri. Dan adapun yang memerintahkan

kita untuk bersikap adil sesuai dengan firman Allah SWT dalam suarat an-

Nahl ayat 90 yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil

120

dan berbuat kebajiakan, memberi kepada kaum kerabat”. Pada asuransi

takaful keluarga cabang Semarang prinsip keadilan telah ditegakkan hal ini

dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak-hak dan kewajiban antara

nasabah atau peserta asuransi dengan perusahaan asuransi. peserta asuransi

dengan perusahaan asuransi telah memposisikan pada kondisi yang

mewajibkannya untuk selalu membayar iuran uang santunan (premi) dalam

jumlah tertentu kepada perusahaan asuransi. Sedangkan peserta akan

mendapat hak untuk mendapatkan sejumlah dana santunan jika terjadi

peristiwa kerugian. Setelah penulis melakukan penelitian di Asuransi Takaful

Syari’ah Cabang Semarang, antara kewajiban dan hak peserta asuransi telah

terlaksana dengan semestinya dimana peran peserta telah memenuhi

kewajibannya untuk membayar uang premi yang telah ditentukan diawal

perjanjian dengan perusahaan asuransi dan mengenai hak yang akan diperoleh

peserta asuransi yaitu sejumlah dana santunan yang diberikan perusahaan

asuransi kepada peserta asuransi jika terjadi peristiwa kerugian, hal ini penulis

kemukakan tentang kewajiban dan hal peserta asuransi.

Sedangkan mengenai kewajiban perusahaan asuransi yang berfungsi

atau berkewajiban mengelola dana yang terkumpul dari iuran premi dari

peserta asuransi dengan jalan yang halal dan berkewajiban membayar klaim

(dana santunan) kepada peserta asuransi yang telah terjadi kerugian, dan

mengenai hak perusahaan adalah mendapatkan bagi hasil dari hasil

pengelolaan dana yang dikelolanya. Selain itu prinsip adil dibutuhkan ketika

menentukan nisbah mudharabah, bagi hasil dalam surplus underwriting dan

121

bagi hasil antara perusahaan dan peserta. Karena itulah transparansi dalam

asuransi syari’ah menjadi sangat penting.

Islam secara ‘gamblang’ menjelaskan mengenai ketulusan dan

transparansi dalam bermuamalah, al-Qur’an dengan tegas menekankan

perlunya hal ini dalam nilai bermuamalah, yang tersirat dalam QS al-An’Am;

152.15 Dengan demikian prinsip keadilan serta prinsip amanah pada Asuransi

Takaful Keluarga cabang Semarang telah ditegakan.

Ketiga, Prinsip tolong menolong (ta’awun) hakikat asuransi Islam

adalah saling bertanggung jawab, bantu membantu dan saling tolong

menolong satu sama lainnya. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan secara

syari’ah, karena prinsip dasar syari’ah mengajak kepada setiap sesuatu yang

berakibat keeratan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang

meringankan bencana mereka sebagai mana firman Allah dalam Surat al-

Maidah ayat 2.

Asuransi syari’ah juga mengarah kepada berdirinya sebuah masyarakat

yang tegak diatas asas saling membantu dan tolong menolong karena setiap

muslim terhadap muslim lainnya sebagimana sebuah bangunan yang saling

menguatkan kepada bagian lainnya.

Pada Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang prinsip ta’awun

telah terealisir dalam sebuah kegiatan usahanya salah satunya bagi setiap

15 Artinya, “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih

bermanfaat, hingga sampai ia dewasa, dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu, dan patuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”.Departemen Agama, Op.Cit. hlm. 117.

122

peserta asuransi yang ingin menjadi peserta asuransi, maka secara tidak

langsung harus mempunyai niat dan motifasi untuk menolong dan

meringankan beban saudaranya.

Keempat, Prinsip kerjasama, prinsip ini merupakan prinsip universal

yang selalu ada dalam literatur ekonomi Islam. Manusia sebagai mahluk yang

mendapat mandat dari khlaiq Nya untuk mewujudkan kemakmuran dimuka

bumi, mempunyai dua wajah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya,

yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. kita sebagi mahluk sosial

selalu memerlukan orang lain, karena itu harus adanya sikap saling kerjasama.

Ajaran-ajaran Islam pada umumnya dan terutama ayat-ayat al-Qur’an

berulang-ulang menekankan nilai kerjasama dan kerja kolektif. Kerjasama

dengan tujuan beramal sholeh adalah perintah Allah, baik dalam masalah-

masalah spiritual, urusan ekonomi atau kegiatan sosial. 16 Dalam asuransi

syari’ah pun ada prinsip kerjasama, kerjasama dalam bisnis asuransi Asuransi

Takaful Keluarga cabang Semarang terwujud dalam akad antara peserta dan

perusahaan asuransi yaitu adanya akad mudharabah

Kelima, Prinsip gharar, gharar merupakan apa-apa yang akibatnya

tersembunyi dalam pandangan kita, dan akibat yang mungkin muncul adalah

yang kita takuti. Sedangkan menurut Wahbah Az –zuhali memberikan

pengertian tentang gharar sebagai al-khatar dan al-taghrir, yang artinya

penampilan yang menimbulkan kerusakan (harta) atau sesuatu yang

tampaknya menyenangkan tetapi hakikatnya menimbulkan kebencian atau

16 Monzar Kahf, Ekonomi Islam (telaah analisis terhadap fungsi sistem ekonomi islam),

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1995, hlm. 57-58.

123

sesuatu yang tidak diketahui pasti benar atau tidaknya, dapat diartikan sesuatu

yang lahirnya menarik, tetapi dalamnya belum jelas diketahui. 17

Pada Asuransi takaful Keluarga cabang Semarang, gharar,

ketidakpastian dapat dinetralisir yaitu dengan cara;

a. Bentuk akad syari’ah yang melandasi penutupan polis, dimana dalam

konsep Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang keadaan ini akan

lain karena akad yang dipergunakan adalah akad takafuli yang saling

menjamin yaitu semua peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin

satu dengan lainnya. Lain halnya di asuransi konvensional, dimana

perjanjian akadnya adalah tabaduli (pertukaran) yaitu pertukaran

pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Akad pertukaran ini tidak

jelas berapa yang akan dibayarkan dan berapa yang akan diterimanya,

dengan adanya masalah ini maka muncullah keadaan menjadi rancu atau

tidak pasti (gharar), karena kita tidak tahu berapa yang akan dibayar tetapi

kita tahu berapa yang akan diterimannya (sejumlah uang pertanggungan).

b. Sumber dana pembayaran klaim.

Pada Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang pembayaran klaim

diambil dari dana tabarru. Karena konsep dalam Asuransi Takaful

Keluarga cabang Semarang setiap pembayaran premi sejak awal akan

dibagi menjadi dua, yaitu masuk ke rekening pemegang polis dan satu lagi

masuk ke rekening khusus peserta yang akan diniatkan sebagai derma,

17 Muhammad et.al, Visi al-Qur’an Tentang Etka dan Bisnis, Jakarta: Salemba Diniyah,

200,2 hlm. 156.

124

tabarru. Jadi peserta asuransi mengetahui dari mana sumber dana

pertanggungan yang diberikan kepadanya berasal.

Sebagai contoh perhitungan pembayaran klaim pada Asuransi

Takaful; (lihat tabel terlampir).

Apabila terjadi klaim pada asuransi yang masa perjanjiannya 10

tahun dan pembayaran premi 3 juta per tahun, kemudian pada tahun ke 5

perserta meninggal dunia, maka pertanggungan yang diberikan sebesar

30.673.124,-. Nilai nominal 16.985.624,- bukan merupakan gharar.

Karena dana ini berasal dari dana kematian + nilai tunai tahun ke 5 + bagi

hasil. Sehingga dana kematian yang diterima peserta tidaklah gharar

karena jelas dari mana asalnya yaitu dari dana kematian (tabarru dan

jumlah bagi hasil ) sesuai dengan premi yang dibayarkannya.

Lain halnya pada asuransi konvensional apabila terjadi klaim

seperti asuransi yang diambil sepuluh tahun dan pembayaran premi

sebesar 1.500.000, per tahun, kemudian pada tahun ke 5 meninggal dunia,

maka pertanggungan yang diberikan sebesar 15.000.000,-, hal ini berarti

uang 7.500.000,- yang bukan merupakan cicilan premi selama 5 tahun

adalah gharar dan tidak jelas dari mana asalnya.

Keenam, Prinsip Maisir, untung-untungan merupakan salah satu alasan

yang dikemukakan oleh para ulama yang tidak boleh membenarkan adanya

asuransi. Perlu kita ketahui bahwa salah satu ciri judi adalah keuntungan

sepihak dengan mengalahkan pihak lainya dan jika memperoleh kekalahan,

maka kekalahan tersebut sebagai pengganti dari kemungkinan menang. Dari

125

pengertian diatas menurut pengamatan penulis pada Asuransi Takaful

Keluarga cabang Semarang tidak membuka peluang dengan adanya

keuntungan sepihak, parameter keuntungan bagi tertanggung yakni

berdasarkan pada ansuran premi tetap, sesuai dengan jumlah selama waktu

yang telah disepakati ditambah dengan bagi hasil Asuransi Takaful Keluarga

cabang Semarang berusaha untuk mengurangi resiko dan bersifat sosial serta

membawa kemaslahatan bagi keluarganya, sedangkan judi atau pertaruhan

untung-untungan justru menciptakan resiko, tidak sosial dan bisa membawa

petaka bagi keluarganya.

Ada beberapa segi yang membedakannya antara permainan judi

dengan asuransi syari’ah sebagai berikut:

1. Suatu pertaruhan berdasarkan suatu kejadian yang pasti akan terjadi

yang tidak pasti ialah hasil dari kejadian itu atau pihak mana yang akan

beruntung. Adapun asuransi didasarkan atas suatu kejadian yang dapat

terjadi, tetapi tidak harus atau tidak pasti akan terjadi.

2. Pertaruhan tidak menguntungkan masyarakat, sedangkan asuransi

mempunyai faidah bagi masyarakat.

3. Suatu perjanjian asuransi dikuatkan oleh undang-undang dan

dituliskannya dalam polis, sedangkan perjudian lazimnya tidak.

4. Dalam persetujuan asuransi kejadian atau bahaya terhadap jaminan tidak

diinginkan akan terjadi, baik oleh penanggung maupun oleh tertanggung,

hal ini tidak berlaku dalam pertaruhan atau judi.

126

5. Dalam perjanjian asuransi, jaminan yang diberikan dimaksudkan untuk

menjaga kepentingan pihak tertanggung , dalam pertaruhan tidak ada

maksud demikian. 18

6. Perbedaan yang lain adalah bahwa asuransi itu bertujuan mengurangi

resiko, bersifat sosial dan membawa maslahat bagi keluarganya.

Sedangkan judi justru menciptakan resiko. 19

Ketujuh, Prinsip larangan riba. Pada Asuransi Takaful Keluarga

cabang Semarang prinsip larangan riba sangatlah penting karena salah satu

tujuan adanya atau berdirinya Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang

adalah dalam rangka menghindari praktek riba. Dengan adanya Dewan

Pengawas Syari’ah (DPS) semua premi yang terkumpul dari peserta dikelola

atau di investasikan sesuai dengan hukum syar’I yaitu menjauhi haram dan

dalam pembagian keuntungan yang diperoleh peserta bukan berdasarkan

bunga, namun, dari pendapatan perusahaan atas hasil investasi atau pengelolan

premi tersebut sehingga pada Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang

bebas dari bunga.

Asuransi keluarga tidak bisa disamakan dengan riba, karena sifatnya

adalah ta’awun dan perlindungan sosial, serta berdasarkan prinsip kerjasama

dalam menghadapi resiko. Mengenai anggapan adanya riba dalam asuransi itu

hanya adanya kelebihan menerima penerimaan uang santunan dari pada

pembiayaan premi, baik yang diterima tertanggung maupun ahli warisnya.

Namun demikian, dalam asuransi keluarga terdapat tolong-menolong dalam

18 Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, Bandung: CV Diponegoro, 1984, hlm. 135.

19 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, Jakarta: CV Haji Masagung, 1993, hlm. 131

127

kebaikan dan terdapat manfaat yang dapat dirasakan oleh penanggung dan

tertanggung. Bahkan mengambil sesuatu yang maslahat sangat dianjurkan

dalam Islam, sehingga akan terhindar dari kemudharatan. Kelebihan itupun

hasil dari bagi hasil penginvestasian dari dana premi yang telah diusahakan

oleh perusahaan. Jadi pada Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang

bebas dari riba.