bab v hukum pajak
TRANSCRIPT
1
BAB VKEDUDUKAN HUKUM PAJAK DAN
HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN HUKUM YANG LAIN
Kelompok 5 :
1. Harfian Ahdi Aula E1B 010 019
2. L. Erlan Julianto. S E1B 010 014
3. Haerunnisa E1B 010 023
4. Nining Handayani E1B 010 039
A. Kompetensi Dasar dan Indikator
A. Pengantar
2
Kompetensi Dasar
Mahasiswa diharapkan dapat menganalisis kedudukan hukum
pajak dan hubungan hukum pajak dengan hukum yang lain
Indikator
Mengidentifikasi Kedudukan Hukum Pajak dalam Konteks
Pembagian Hukum
Menjelaskan Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Yang
Lain
Hukum Pajak beberapa dekade terakhir merupakan bidang kajian ilmu
hukum yang cukup pesat perkembangannya. Hal ini tentu tidak mengherankan
karena pada hakikatnya hukum pajak merupakan hukum yang mengatur tentang
perpajakan. Pajak sebagaimana kita ketahui merupakan salah satu sumber
keuangan utama dari tiap-tiap negara yang penggunaannya bertujuan untuk
membangun negara tersebut.
Tugas hukum pajak ini adalah menelaah keadaan-keadaan dalam
masyarakat yang dapat dihubungkan dengan pengenaan pajak, merumuskannya
dalam peraturan hukum dan menafsirkan peraturan hukum itu. Oleh karena itu
Hukum Pajak bukan saja harus dipelajari oleh para ahli saja, tetapi juga oleh
semua lapisan masyarakat karena setiap orang dalam suatu negara harus
berurusan dengan pajak.
Hukum pajak ini juga tentu merupakan bagian dari sistem hukum Indonesia.
Selain itu, hukum pajak juga erat kaitannya dengan hukum-hukum yang lain
seperti dengan Hukum Pidana dan Hukum Perdata.
B. Uraian Materi
1. Pengertian Hukum Pajak
Hukum Pajak dalam
bahasa Inggris, disebut
tax law. Dalam bahasa
Belanda, Hukum Pajak
disebut belasting recht. Di
Indonesia, selain
3
digunakan istilah Hukum Pajak, juga digunakan istilah hukum fiskal.
Sebenarnya hukum pajak dengan hukum fiskal memiliki substansi yang
berbeda. Hukum Pajak hanya sekadar membicarakan tentang pajak sebagai
objek kajiannya, sedangkan hukum fiskal meliputi pajak dan sebagian
keuangan Negara sebagai objek kajiannya.
Hukum Pajak dalam arti luas adalah hukum yang berkaitan dengan
pajak. Hukum Pajak dalam arti sempit adalah seperangkat kaidah hukum
tertulis yang memuat sanksi hukum. Hukum Pajak sebagai bagian ilmu
hukum tidak lepas dari sanksi hukum sebagai substansi di dalamnya agar
Pejabat Pajak maupun Wajib Pajak menaati kaidah hukum. Sanksi hukum
yang dapat diterapkan berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana.
2. Kedudukan Hukum Pajak Dalam Konteks Pembagian Hukum
Hukum pajak pada hakikatnya merupakan sebagian dari hukum publik
karena merupakan bagian dari tata tertib hukum yang mengatur hubungan
penguasa dengan warganya. Adapun selain hukum pajak, yang termasuk
dalam hukum publik ini adalah: hukum tata negara, hukum pidana, dan
hukum administrasi negara. Sedangkan hukum pajak ini merupakan bagian
dari hukum administrasi negara walaupun ada beberapa ahli seperti Prof.
Adriani menghendaki bahwa Hukum Pajak berdiri sendiri merupakan suatu
ilmu pengetahuan yang terlepas dari Hukum Administrasi Negara karena
Hukum Pajak mempunyai tugas yang bersifat lain daripada hukum
administrasi negara pada umumnya, yaitu hukum pajak juga digunakan
sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian dan mempunyai istilah-
istilah tersendiri di bidang perpajakan. Namun kemandirian Hukum Pajak,
umumnya dirasakan kurang tepat karena seolah-olah menyatakan bahwa
Hukum Pajak berdiri terlepas dari hukum-hukum lainnya, padahal Hukum
Pajak mempunyai hubungan dengan hukum lain seperti Hukum Perdata,
Hukum Pidana. Prof. Adriani menyatakan bahwa Hukum Pajak mendasarkan
tafsirannya atas bagian-bagian lainnya dari Ilmu Hukum, tetapi ia tidak berdiri
di bawah telapak kakinya.
4
3. Hubungan Hukum Pajak Dengan Hukum-Hukum Yang Lain
a. Hubungan Hukum Pajak Dengan Hukum Perdata
5
Hukum
Hukum
Hukum Privat
HTN
HAN
Hukum Pidana
Hukum
Hukum Pajak sangat banyak
kaitannya dengan Hukum perdata
karena pada hakikatnya hukum
pajakmencari dasar kemungkinan
pemungutannya atas kejadian-
kejadian, keadaan-keadaan dan
perbuatan-perbuatan hukum yang
bergerak dalam lingkungan perdata
seperti pendapatan, kekayaan, perjanjian, penyerahan, pemindahan hak
karena warisan dsb. Banyak para sarjana hukum termasuk Paul
Scholten mengemukakan bahwa hukum perdata harus dipandang
sebagai hukum
umum yang
meliputi segala-
galanya kecuali jika
hukum publik telah
menetapkan
peraturan yang
menyimpang
daripadanya.
Dalam bukunya “Het Belastingrecht van Indonesia” Mr. W.F. Prins
mengatakan bahwa hubungan erat ini sangat mungkin sekali timbul
karena banyak dipergunakannya istilah-istilah hukum perdata dalam
perundang-undangan pajak, walaupun sebagai prinsip harus dipegang
teguh bahwa pengertian-pengertian yang dianut oleh hukum perdata
tidak selalu dianut oleh hukum pajak. Contohnya yaitu apa yang oleh
KUHS ditetapkan dengan istilah “tempat tinggal” seseorang, umumnya
tidak dianut oleh hukum pajak. Ordonansi Pajak Pendapatan 1932
menentukan dalam Pasal 1 ayat 2 dan Pajak Pendapatan 1944 (dulu
Pajak Peralihan) dalam Pasal 1 ayat 2 berbunyi: “Apakah orang yang
bertempat tinggal di Indonesia ditentukan menurut keadaan”. Demikian
pula dengan halnya dengan istilah “hibah” yang dalam KUHS telah diatur
6
Pajak
dalam pasal-pasal 1666 dan seterusnya. Pajak atas hibah yaitu selain
dikenakan pajak atas hibah dalam arti formal dengan nyata-nyata
menetapkan objek pajak itu hibah dalam arti material sehingga
perbuatan seperti pembebasan suatu utang, pembayaran utang orang
lain, penjualan dengan harga sangat murah, ataupun pembelian dengan
harga sangat tinggi sering tidak luput dari pengenaan pajak atas hibah
tersebut.
Hubungan erat dengan hukum perdata dapat juga disebabkan oleh
adanya kenyataan yaitu bahwa bilamana diperlukan suatu penjelasan
mengenai persoalan yang tidak dijelaskan dalam undang-undang, dalam
hal demikian seringkali harus dipertimbangkan secara matang
interpretasi yang mana yang harus digunakan, apakah yang yuridis atau
menurut kenyataan (ekonomis).
Sebaliknya, pengaruh hukum pajak terhadap hukum perdata sangat
besar pula sesuai
dengan prinsip lex
specialis derogat lex
generalis atau
peraturan yang lebih
khusus harus
diutamakan ketimbang
peraturan yang lebih
umum. Maka dalam
setiap Undang-
Undang tak terkecuali peraturan-peraturan pajak harus juga tunduk pada
ketentuan (lex specialis derogat lex generalis). Sebagai contoh
menyimpang dari yang ditetapkan dalam KUHS pasal 1602 “Majikan
berkewajiban membayar upah seluruhnya, maka Ordonansi Pajak Upah
1935 ditentukan dalam Pasal 23, dan Ordonansi Pajak Pendapatan
(Peralihan) 1944 dalam Pasal 171 yaitu “Bahwa majikan diberi hak
(bahkan ditunjuk) untuk memotong dulu Pajak upah/Pajak
Pendapatannya (Peralihan)dari upah itu sebelum diterimakannya.
7
Demikian pula adanya sanksi (ancaman) yang terdapat dalam Pasal 18
dari Ordonansi Bea (Pajak) Balik Nama 1924 berpengaruh besar dalam
lapangan hukum perdata yang sama sekali tidak menyebut tentang
akibat ini yaitu sebelum pajak mengenai balik nama suatu benda tidak
bergerak (Misal sebidang tanah hak eigendom) dilunasi, maka benda itu
tidak dapat dipindah tangankan ke orang lain.
b. Hubungan Hukum Pajak Dengan Hukum Pidana
Hukum pidana seperti yang terdapat dalam KUHP dan diluarnya
yaitu dalam ketentuan Undang-Undang yang khusus untuk mengadakan
peraturan-peraturan dalam segala lapangan merupakan suatu
keseluruhan yang sistematis, karena ketentuan-ketentuan dalam buku 1
KUHP juga berlaku untuk peristiwa-peristiwa pidana yang diuraikan
diluar KUHP itu.
Adapun hak menyimpang dari peraturan-peraturan yang tercantum
dalam KUHP di Indonesia diperoleh pembuat Ordonansi sejak 16 Mei
1972 dan kesempatan itu banyak digunkan karena pada kenyataannya
bahwa peraturan-peraturan administratif pun sangat membutuhkan
sanksi-sanksi sebagai penjamin agar ditaati oleh masyarakat luas,
misalnya tentang dapatnya badan hukum dikenakan suatu hukuman.
Dalam KUHP banyak memuat ancaman bagi pelanggaran-pelanggaran
terhadap peraturan pajak antara lain terdapat dalam Pasal 322 KUHP
yang berisi ancaman terhadap pegawai yang dengan sengaja telah
membuka rahasia jabatan yang seharusnya disimpan baik-baik.
Begitupun di dalam UU Pajak prinsip ini diatur antara lain dalam Pasal
21 yo 25 Ordonansi Pajak Pendapatan (peralihan) 1944 dan Ordonansi
Pajak Perseroan dalam Pasal 47 jo 49.
Adapun penyimpangan lain dari prinsip utama hukum pidan umum
yang terdapat dalam UU Pajak yaitu bahwa bagaimanapun juga Fiskus
8
Hukum Pajak
Hukum Perdata
Digunakan sebagai acuan dalam pajak
Mengatur hubungan antar orang pribadi(individuil)
harus diberi ganti rugi (sebagai hukuman terhadap wajib pajak yang
berbuat salah), hal ini
dinyatakan dalam Pasal
367 dan Pasal 368 HIR.
Peraturan tersebut
menetapkan Pasal 77
KUHP tidak berlaku
untuk pajak, sehingga
yang bertanggung jawab
atas benda-benda,
penyitaan-penyitaan dan biaya-biaya yang seharusnya ditanggung oleh
wajib pajak sendiri tetapi karena meninggal dunia setelah dijatuhi
hukuman karena suatu pelanggaran terhadap peraturan pajak) adalah
ahli warisnya.
Adapun batas-batas antara antara tugas aturan-aturan tentang
hukuman dalam Undang-undang Pajak/ Undang-Undang Fiskal dan
Hukum Pidana Sipil letaknya tidak pasti, seakan-akan tidak diatur
dengan tentu.
Kebutuhan untuk memasukkan peraturan-peraturan yang
menyimpang dari ketentuan umum dalam hukum pidana fiskal semakin
lama semakin berkurang. Kecendrungan ini kemungkinan disebabkan
adanya kesadaran bahwa tata tertib hukum kini meliputi segala hal,
lagipula diberlakukannya segala macam hukuman adalah adanya
kemauan para penguasa untuk mendahulukan kepentingan umum.
Menurut Prof. Dr. J. van der Poel bahwa hukum pidana fiskal harus
sebanyak mungkin sesuai dengan hukum pidana umum walaupun sudah
barang tentu ada perbedaannya karena hukum pajak membutuhkan
sampai detail-detailnya.
Dalam soal pajak, negara saling berhadapan dengan warganya
yaitu dalam menunaikan tugasnya untuk mengatur hubungannya
dengan warga negara. Oleh karena itu sehingga administrasi negara
9
yaitu peraturan-peraturan mengenai cara pemerintah dan aparaturnya
menunaikan tugasnya.
c. Hubungan Hukum Pajak Dengan Hukum Administrasi Negara
Dalam hukum pajak, untuk timbulnya hutang pajak bagi warga
negara harus terlebih dahulu ditetapkan oleh pemerintah (utang pajak
menurut ajaran Formal). Menurut ajaran materiil, timbulnya utang pajak
muncul dengan sendirinya yaitu pada saat ditentukan oleh undang-
undang sekaligus dipenuhi syarat subyek dan syarat objek.
Syarat subyektif adalah syarat yang melekat pada diri subyek
yang bersangkutan. Seperti lahir di indonesia, domisili di Indonesia,
berkedudukan dan didirikan di Indonesia, memiliki kekayaan di
Indonesia dll.
Syarat obyektif adalah syarat yang berkaitan dengan sasaran
pengenaan pajak (objek pajak). Seperti orang yang tinggal di indonesia
memperoleh penghasilan dan penghasilan memenuhi syarat untuk
dikenai pajak.
10
Hukum Pajak
Hukum Pidana
Digunakan sebagai acuan dalam pajak
Mengatur pengenaan sanksi atas pelanggaran
peraturan
Rangkuman
Hukum pajak adalah keseluruhan dari peraturan yang meliputi
wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan
kembali kepada masyarakat melalui kas negara, sehingga ia merupakan hukum
publik yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-
orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak (wajib
pajak).
Hukum pajak secara umum masuk dalam Hukum Administrasi Negara,
akan tetapi menurut Prof.PJA. Adriani, hukum pajak harus dipisahkan dan tidak
menjadi bagian Hukum administrasi negara, hal ini disebabkan karena hukum
pajak mempunyai fungsi ikut menentukan politik perekonomian suatu negara,
yang fungsi ini tidak dimiliki oleh Hukum Administrasi negara.
1. Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Lainnya
Hukum pajak dengan Hukum Perdata :
a. Hukum pajak mengambil sasaran pada peristiwa, keadaan dan
perbuatan yang berada dalam lapangan perdata sebagai odjek
pengenaannya. Misalnya pada kepemilikan bumi dan bangunan akan
dikenakan pajak bumi dan bangunan. Hubungan bumi dan bangunan
dengan pemiliknya adalah merupakan hubungan perdata.
b. Hukum pajak mengunakan istilah-istilah dalam hukum perdata, misalnya
kompensasi, pembebasan utang, pambayaran, daluwarsa, domisili dan
lain-lain. Namun dalam penerapannya harus sudah ditentukan dalam
UU.
11
L a t i h an
Hukum pajak dengan Hukum Pidana :
a. Ketentuan pidana tidak hanya ada dalam KUHP tetapi juga di luar
KUHP. Dalam Pasal 103 KUHP disebutkan “ Ketentuan-ketentuan dalam
Bab I sampai bab VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan
yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan
pidana, kecuali jika oleh Undang-undang ditentukan lain.
b. Disamping itu dalam ketentuan perpajakan juga terdapat sanksi pidana.
Hukum pajak dengan Hukum Administrasi :
a. Dalam hukum pajak, untuk timbulnya hutang pajak bagi warga negara
harus terlebih dahulu ditetapkan oleh pemerintah ( SPT). (utang pajak
menurut ajaran Formal).
b. Menurut ajaran materiil, timbulnya utang pajak muncul dengan
sendirinya yaitu pada saat ditentukanuleh undang-undang sekaligus
dipenuhi syarat subyek dan syarat objek.
1. Jelaskan pengertian hukum pajak dalam arti sempit dan luas !
2. Bagaimana kedudukan hukum pajak dalam konteks pembagian hukum di
Indonesia ?
3. Jelaskan hubungan hukum pajak dengan hukum :
a. hukum pidana
b. Hukum perdata
c. Hukum administrasi
12
GLOSARIUM
Eigendom : Hak milik
Lex specialis
derogate lex generalis : Hukum yang bersifat khusus mengesampingkan hukum
yang bersifat umum.
Ordonasi : Peraturan pemerintah.
HIR : Herzien Inlandsch Reglement
KUHP : Kitab undang-undang Hukum Pidana
KUHS : Kitab undang-undang Hukum Sipil/ KUHPer
Fiskus : Pegawai pajak
Hibah : Pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada orang
lain dilakukan pada waktu masih hidup serta
pemberiannya pada waktu penghibahan masih hidup juga.
13
Biodata Penyusun
1. Nama : Harfian Ahdi Aula
NIM : E1B 010 019
TTL : Suela Lombok Timur,
25 Juni 1992
Pend.
Terakhir : SMAN 1 Suela, LOTIM
Email : [email protected]
HP : 081917979666
Tugas : Mencari Materi &
Membuat Power
Point
2. Nama : L. Erlan Julianto. S
NIM : E1B 010 014
TTL : Praya, 28 Juli 1992
Pend.
Terakhir : MA. MUALLIMIN NW PANCOR
Email : [email protected]
HP : 085792798336
Tugas : Design Buku Ajar
3. Nama : Haerunnisa
NIM : E1B 010 023
TTL : Kediri, 22 Februari 1991
Pend.
Terakhir : MA PP NURUL HAKIM
Email : [email protected]
14
Daftar Pustaka
HP : 087864650211
Tugas : Mencari Materi
4. Nama : Nining Handayani
NIM : E1B 010 039
TTL : Sikur, 10 Mei 1991
Pend.
Terakhir :
Email :
HP :
Tugas : Mencari Materi
Brotodiharjo, R. Santoso. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: PT
Refika Aditama
Anonim, 2012. Kedudukan Hukum Pajak Dalam Sistem Hukum Indonesia.
Diakses dari http://cortings.wordpress.com/2012/01/22/kedudukan-hukum-
pajak-dalam-sistem-hukum-di-indonesia/
15