bab vi kesimpulan dan rekomendasi vi. 1....

14
116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI VI. 1. KESIMPULAN Perumusan dibuat dengan tetap mengacu pada pertanyaan penelitian untuk dapat memperoleh relevansi pembahasan secara menyeluruh, sehingga dapat dirumuskan beberapa rekomendasi untuk dapat menyelesaikan permasalahan kawasan. Berikut adalah kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis dan pembahasan penelitian. Bagaimana kondisi aksesibilitas di jalur pedestrian kampus UGM dari aspek keselamatan dan kenyamanan bagi difabel? Dari hasil analisis, kita mengetahui bahwa penggal jalur yang memiliki tingkat keselamatan dan kenyamanan baik adalah jalur sampel 3. Sementara jalur sampel 1 dan 2 tingkat keselamatan baik namun tingkat kenyamanan kurang. Serta kita ketahui pula bahwa sampel 1 dan 2 merupakan jalur periferi dan jalur antar klaster, dan bersifat terbuka untuk umum, sedangkan sampel 3 merupakan jalur internal dalam klaster dan bersifat privat. Dari temuan tersebut dapat diambil hubungan bahwa fasilitas yang mendukung kenyamanan pedestrian difabel lebih terjamin di jalur yang bersifat privat, seperti pada penggal sampel 3 (jl.Medika). Keselamatan difabel terjamin di semua sifat jalur, namun yang paling tinggi juga ada pada jalur yang bersifat privat.

Upload: hakhuong

Post on 27-Apr-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

116   

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VI. 1. KESIMPULAN

Perumusan dibuat dengan tetap mengacu pada pertanyaan penelitian

untuk dapat memperoleh relevansi pembahasan secara menyeluruh,

sehingga dapat dirumuskan beberapa rekomendasi untuk dapat

menyelesaikan permasalahan kawasan. Berikut adalah kesimpulan yang

dapat ditarik dari hasil analisis dan pembahasan penelitian.

Bagaimana kondisi aksesibilitas di jalur pedestrian kampus UGM

dari aspek keselamatan dan kenyamanan bagi difabel?

Dari hasil analisis, kita mengetahui bahwa penggal jalur yang

memiliki tingkat keselamatan dan kenyamanan baik adalah jalur sampel

3. Sementara jalur sampel 1 dan 2 tingkat keselamatan baik namun

tingkat kenyamanan kurang. Serta kita ketahui pula bahwa sampel 1

dan 2 merupakan jalur periferi dan jalur antar klaster, dan bersifat

terbuka untuk umum, sedangkan sampel 3 merupakan jalur internal

dalam klaster dan bersifat privat.

Dari temuan tersebut dapat diambil hubungan bahwa fasilitas yang

mendukung kenyamanan pedestrian difabel lebih terjamin di jalur yang

bersifat privat, seperti pada penggal sampel 3 (jl.Medika). Keselamatan

difabel terjamin di semua sifat jalur, namun yang paling tinggi juga ada

pada jalur yang bersifat privat.

117   

Permasalahan utama kondisi eksisting yang didapat dari

identifikasi sampel jalur pedestrian bagi difabel pada penelitian ini

antara lain sebagai berikut.

a. Permukaan jalur yang tidak rata karena material rusak dan

berlubang. Sehingga memberikan resiko difabel dapat tersandung

atau terjebak di lubang tersebut.

b. Pada beberapa kasus, jalur pedestrian habis tertutup oleh halte bus

trans, kios asongan, atau furniture jalan. Sehingga difabel terpaksa

turun dari jalur pedestrian dan menggunakan badan jalan.

c. Tidak ada lajur pemandu (guiding block) sehingga jalur tidak

memberikan informasi arah kepada tuna netra.

d. Fasilitas penerangan cukup namun pada beberapa titik tertutup

vegetasi yang rimbun. Kondisi yang ada sekarang lampu yang ada

masih cukup menerangi jalur, namun resiko suatu saat semua sinar

lampu tertutup vegetasi tetap ada.

e. Tidak ada keterlindungan terhadap cuaca di mayoritas penggal

jalur sebagai pemberi kenyamanan thermal. Di beberapa titik,

kenyamanan diberikan oleh vegetasi peneduh, dan sebagian kecil

oleh pergola. Pergola juga melindungi dari perubahan cuaca

lainnya seperti hujan, namun tidak demikian dengan vegetasi

peneduh. Selain itu vegetasi peneduh sifatnya tidak menerus,

melainkan berupa titik ke titik, sehingga difabel dan pedestrian

lainnya tidak selalu merasakan kenyamanan tersebut.

f. Akses masuk jalur pedestrian yang hanya berupa perbedaan level,

menjadi penghalang kursi roda untuk dapat naik atau masuk.

g. Ruang gerak difabel yang terbatas karena sempitnya dimensi jalur

pedestrian yang terpotong furniture. Dimensi jalur pedestrian yang

semulanya cukup untuk kursi roda dan seorang pejalan kaki

118   

berpapasan menjadi terbatas dan sempit setelah adanya prasarana

seperti tiang bendera, vegetasi, dan lain-lain.

h. Furniture jalan seperti papan rambu dan pot tanaman berada di

badan jalur yang justru menjadi penghalang bagi difabel saat

menggunakan jalur, yang sangat berdampak pada pengguna kursi

roda karena mempersempit ruang gerak seperti pada poin

sebelumnya.

i. Jalur pedestrian tidak terkoneksi di sepanjang jalan. Misalnya

karena terpotong akses masuk menuju bangunan. Sehingga justru

difabel dan pedestrian lainnya yang harus naik turun jalur, bukan

kendaraan yang akan masuk bangunan tersebut.

j. Jalur panjang tidak terdapat tempat istirahat yang dapat menambah

kenyamanan bagi difabel dan pedestrian umumnya.

k. Ketidakleluasaan difabel tuna netra dalam menyeberang pada jalan

umum, karena sifat jalan yang biasanya dua arah.

Bagaimanakah strategi untuk meningkatkan aksesibilitas pada

jalur pedestrian di kawasan kampus UGM?

Dari kesimpulan, didapatkan temuan bahwa jalur pedestrian yang

mayoritas penggunanya adalah orang umum memiliki tingkat

keselamatan dan kenyamanan yang lebih rendah dibanding dua jalur

lainnya, serta jalur yang mayoritas digunakan oleh orang privat civitas

akademika kampus memiliki tingkat keselamatan dan kenyamanan

yang paling tinggi. Namun tidak mungkin jika dalam rangka

meningkatkan keselamatan dan kenyamanan bagi difabel, seluruh jalur

pedestrian UGM direkomendasikan untuk sepenuhnya tertutup bagi

orang umum. Karena itu penelitian ini memberikan rekomendasi berupa

alternatif sistem jalur pedestrian dalam kampus UGM, dengan

memaksimalkan jalur privat namun tetap memberi ruang untuk orang

119   

umum melintasi kampus dengan tetap mengikuti kategori jalan periferi

oleh Renbang UGM (2007).

Strategi untuk mewujudkan aksesibilitas pada jalur pedestrian

UGM, dengan mengacu pada kondisi ketiga sampel jalur adalah berupa

arahan dan rekomendasi.

VI. 2. ARAHAN DAN REKOMENDASI

Rekomendasi penelitian ini terdiri dari rekomendasi skala makro dan

skala meso. Rekomendasi skala makro berupa alternatif jalur pedestrian

dalam kampus UGM, yang memaksimalkan jalur privat namun tetap

memberi ruang untuk orang umum melintasi kampus dengan tetap

mengikuti kategori jalan periferi. Rekomendasi skala meso merupakan

jawaban dari tipologi masalah aspek keselamatan dan kenyamanan dari

kondisi eksisting jalur pedestrian yang tergambar dari 3 lokasi sampel.

VI.2.1. RekomendasiSkalaMakro

Gambar 6. 1 Kategori Jalur Pedestrian (Renbang dan Rekomendasi)

Sumber: Analisis, 2016

Rekomendasi skala makro mengikuti garis besar 3 kategori oleh

Renbang UGM (2007), dan mengelompokkan jalur pedestrian dari 3

jenis jalan tersebut menjadi dua kelompok jalur, yaitu jalur umum dan

Kategorisasi Renbang (2007)

Jalur pada periferi kawasan  

Jalur internal antar klaster  

Jalur internal dalam klaster  

Jalur pedestrian umum (Tipe A)

Jalur pedestrian privat 

------------------Rekomendasi (2016)--------------

Jalur pedestrian penuh 

(Tipe D) 

Jalur pedestrian di satu sisi 

jalan privat satu arah (Tipe C) 

Jalur pedestrian di satu sisi 

jalan privat dua arah (Tipe B) 

120   

jalur privat. Yang kemudian jalur privat terbagi menjadi jalur pedestrian

penuh dan jalur pedestrian di satu sisi jalan.

Jalur pedestrian umum (tipe A) sama seperti jalur periferi kawasan

pada kategori eksisting. Jalur ini merupakan jalur pedestrian yang ada

di kedua sisi jalan dan bersifat terbuka untuk umum. Jalur pedestrian di

dua sisi jalan privat dua arah (tipe B) merupakan jalur dan jalan

eksisting yang bersifat internal yang direncanakan digunakan sebagai

akses kendaraan dan pedestrian. Jalur ini bersifat privat dan tetap

mengikuti bentuk jalan eksisting dua arah yang memiliki jalur

pedestrian di salah satu sisinya. Jalur pedestrian di satu sisi jalan privat

satu arah (tipe C) merupakan jalur dan jalan eksisting yang bersifat

internal yang direncanakan digunakan sebagai akses kendaraan dan

pedestrian. Jalur ini bersifat privat dan merupakan hasil ubahan jalan

eksisting menjadi satu arah dan sebagian jalur menjadi jalur pejalan

kaki. Sementara jalur pedestrian penuh (tipe D) merupakan jalan

eksisting yang bersifat internal yang direncanakan digunakan

seluruhnya untuk pedestrian. Jalur ini bersifat privat dan bebas

kendaraan bermotor. Meski disebut bersifat privat, jalur-jalur pedestrian

tersebut tidak tertutup kemungkinan untuk pedestrian dan difabel selain

warga UGM menggunakannya.

121   

Gambar 6. 2 Rekomendasi Sistem Jalur Pedestrian dalam Kampus UGM

Sumber: Analisis, 2016

Yang termasuk jalur-jalur tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Jalur tipe A adalah jalur yang ada di sisi jalan periferi yaitu jalan

di sepanjang Selokan Mataram (jl.Teknika dan jl.Agro), jalan

Kesehatan, jalan Bhinneka Tunggal Ika penggal FKG-perempatan

Purna Budaya, jalan Persatuan (jl.Kaliurang) penggal Purna

Budaya-Mirota Kampus, jalan Prof.Dr.Sardjito, jalan Terban,

jalan Prof.Dr.Notonagoro, dan jalanOlahraga.

122   

2. Jalur tipe B adalah jalur di satu sisi jalan privat dua arah yaitu

jalan Persatuan penggal Purna Budaya-Barek, jalan Grafika, jalan

Akasia, jalan Pancasila, jalan Bhinneka Tunggal Ika penggal

Purna Budaya-Bundaran Lembah, jalan Sosio Yustisia, dan jalan

Fauna.

3. Jalur tipe C adalah jalur pada jalan privat yang direncanakan

menjadi satu arah yaitu jalan Sains, jalan MIPA, jalan Medika,

jalan Farmako, jalan Denta, jalan Nusantara, dan jalan kompleks

permukiman Bulaksumur, dengan arah seperti pada gambar

rekomendasi sistem jalur.

4. Jalur tipe D adalah jalan yang dialihkan menjadi jalur pedestrian

sepenuhnya yaitu jalan Tri Dharma I, jalan Tri Dharma II, jalan

Flora, jalan Nusantara penggal Gedung Pusat-Gerbang

Perpustakaan, jalan Sosio Humaniora, jalan Yacaranda, dan jalan

Taman Biologi.

 

VI.2.2. Rekomendasi Skala Meso

Rekomendasi merupakan usulan penyelesaian berdasarkan tipologi

masalah, yang bertujuan agar difabel dapat menggunakan jalur

pedestrian kawasan kampus UGM dengan lebih aman, selamat, dan

nyaman. Selain difabel, rekomendasi juga ditujukan untuk pedestrian

lainnya, sehingga dapat mendukung visi aksesibilitas universitas yang

mendahulukan pejalan kaki dan pesepeda. Antara lain sebagai berikut.

Tabel 6. 1 Tipologi Masalah dan Rekomendasi

No Variabel Tipologi

permasalahan

Rekomendasi

1 Keselamatan Permukaan jalur yang

tidak rata karena

material rusak dan

Melakukan perbaikan pada area

yang rusak dan tidak rata;

pemberian grill penutup vegetasi

123   

No Variabel Tipologi

permasalahan

Rekomendasi

atau karena akar

pohon

di titik pohon

Jalur pedestrian habis

tertutup oleh halte bus

trans, kios asongan,

atau furniture jalan

Penyediaan ruang sendiri di jalur

pedestrian untuk lokasi halte dan

furniture

Lajur pemandu: tidak

ada atau kurang

memenuhi standar

Pemasangan guiding block di

sepanjang jalur, dengan

memperhatikan peletakan blok

peringatan dan blok pemandu

Fasilitas penerangan

cukup namun

beberapa tertutup

vegetasi

Melakukan perbaikan penerangan

dengan penyediaan lampu yang

lebih rendah dibanding vegetasi

2 Kenyamanan Tidak ada

keterlindungan

terhadap cuaca

Memberikan keterlindungan

dengan pergola yang menerus di

sepanjang jalur

Akses masuk jalur

pedestrian berupa

perbedaan level

Pemberian ramp di setiap kenaikan

level jalur pedestrian, atau

menyamakan level ketinggian

jalur pedestrian dengan sekitarnya

Furniture jalan

memotong dan

mengurangi dimensi

badan jalur pedestrian

hingga tidak memberi

ruang lewat kursi roda

Penyediaan ruang sendiri di jalur

pedestrian untuk peletakan

furniture

Jalur pedestrian tidak Sistem jalur pedestrian yang saling

124   

No Variabel Tipologi

permasalahan

Rekomendasi

terkoneksi di

sepanjang jalan

terkoneksi satu sama lain

Jalur panjang tanpa

tempat istirahat

Perencanaan tempat bersandar

atau duduk di setiap modul

pergola

Usaha besar yang

masih harus dilakukan

oleh difabel (kursi

roda susah masuk

jalur tanpa ramp; tuna

netra tidak leluasa

menyeberang, di jalan

dua arah; guiding

block hanya menuntun

di sebagian jalur)

Penyediaan ramp di setiap titik

perubahan level jalur pedestrian,

guiding block di sepanjang jalur

dengan memberi ruang minimal

60cm di sisi kanan-kirinya, titik

penyeberangan yang dilengkapi

lampu dengan sinyal suara dan

pemberian median jalan sehingga

tuna netra dapat menyeberang

lebih mudah

Sumber: Analisis, 2016

Rekomendasi tersebut ilustrasinya adalah sebagai berikut.

1. Rekomendasi modul jalur pedestrian pada jalan umum dua arah (tipe A)

125   

Gambar 6. 3 Ilustrasi Rekomendasi Jalur Pedestrian Tipe A

Sumber :Analisis, 2016

126   

Rekomendasi yang ditambahkan pada jalur eksisting adalah ketersediaan

guiding block, pergola untuk keterlindungan dari cuaca, serta fasilitas

penyeberangan disertai pedestrian island.

Dari hasil wawancara dengan tuna netra, didapatkan info bahwa mereka

paling merasakan kesulitan ketika menyeberang. Jalan dua arah membuat

mereka bergantung pada bantuan orang lain untuk dapat sampai ke

seberang jalan. Tetapi jika melintasi jalan satu arah, mereka dapat

menyeberang dengan mandiri. Hal tersebut menjadi pertimbangan untuk

menyediakan median jalan berupa pedestrian island di tengah jalan selebar

1,8cm, dengan menyediakan tempat untuk tuna netra dan yang lainnya

menunggu sebelum melintasi bagian berikutnya dari jalan. Dengan

demikian tuna netra, pengguna kursi roda, dan difabel lainnya dapat

menyeberangi jalan dengan selamat.

2. Rekomendasi modul jalur pedestrian pada jalan privat dua arah (tipe B)

127   

Gambar 6. 4 Ilustrasi Rekomendasi Jalur Pedestrian Tipe B

Sumber: Analisis, 2016

Yang berbeda dari modul tipe ini dengan tipe A adalah material yang

digunakan untuk badan jalan, yaitu conblock, yang juga dapat berfungsi

sebagai traffic calmer.

3. Rekomendasi modul jalur pedestrian pada jalan privat satu arah (tipe C)

128   

Gambar 6. 5 Ilustrasi Rekomendasi Jalur Pedestrian Tipe C

Sumber: Analisis, 2016

Rekomendasi ini diperuntukkan untuk jalan internal kampus yang diubah

menjadi jalan satu arah dengan jalur pedestrian. Badan jalan dipersempit

menjadi 3,7 meter, sesuai dengan dimensi minimal lajur kendaraan Dinas

PU, dan lebar selebihnya digunakan sebagai jalur pedestrian. Untuk

memudahkan akses difabel dan pedestrian lainnya masuk ke jalur

pedestrian, ketinggian jalur direncanakan satu level dengan badan jalan,

dengan dibatasi oleh bollard. Jalur pedestrian yang dominan dapat menjadi

traffic calming tersendiri bagi kendaraan yang melintas

4. Rekomendasi modul jalur pedestrian penuh (tipe D)

Modul ini menggambarkan bentuk jalur yang sepenuhnya digunakan oleh

pedestrian dan pesepeda seperti yang direkomendasikan sebagai jalur Tipe

D. Jalur pedestrian eksisting disarankan untuk diratakan dengan

permukaan badan jalan, sheingga jalan pedestrian tersebut hanya memiliki

satu level ketinggian. Sebagai tambahan, untuk mencegah akar vegetasi

merusak permukaan jalur, di tiap titik vegetasi direncanakan diberi grill

penutup. Pencahayaan direkomendasikan untuk dibuat menjadi lampu

yang tidak lebih tinggi dibanding vegetasi, sehingga cahaya lampu tidak

tertutup oleh pohon.

129   

Gambar 6. 6 Ilustrasi Rekomendasi Jalur Pedestrian Tipe D

Sumber: Analisis, 2016