bab2-a1
TRANSCRIPT
26
BAB II
KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN KORIDOR KOMERSIAL
PADA JALAN ARTERI PRIMER
II.1 Kawasan koridor komersial pada jalan arteri primer
II.1.1 Pengertian
A. Kawasan koridor komersial
Kawasan komersial adalah area yang mempunyai fungsi dominan untuk
kegiatan komersial atau disebut sebagai kawasan pusat perniagaan/usaha kota,
letaknya tidak selalu di tengah-tengah kota dan mempunyai pengaruh besar
terhadap kegiatan ekonomi kota (Kamus Tata Ruang, s.v.”kawasan komersial).
Koridor jalan komersial merupakan koridor jalan yang pemanfaatan ruang
di sepanjang jalannya untuk kegiatan komersial, perkantoran yang kompleks dan
pusat pekerjaan di dalam kota (Bishop,1989).
Ketika jalan raya diperluas dari pusat kota ke pinggiran kota yang
kemudian diikuti dengan tumbuhnya pertokoan, restoran dan area parkir maka
lahirlah koridor komersial ditandai dengan deretan bangunan komersial, parkir
halaman depan, jalan berorientasi pejalan kaki dan barisan elemen penanda
sepanjang jalan utama dari pusat kota ke pinggiran kota.
Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa koridor komersial
merupakan konsentrasi toko retail, yang melayani area perdagangan umum yang
terletak di sepanjang jalan.
B. Jalan arteri primer
Menurut fungsinya jalan dikelompokkan atas jalan arteri, kolektor, lokal,
dan jalan Lingkungan.
Segmen Jl. Agus Salim merupakan Jalan arteri primer. Sebagaimana
dijelaskan dalam pasal 7 UU No. 38 tahun 2004 bahwa jaringan jalan primer
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat
kegiatan.
27
Berdasarkan status jalan, Jl. KH. Agus Salim adalah jalan nasional,
dimana jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan
strategis nasional. Berikut adalah dimensi jalan arteri primer menurut pasal 7 UU
No. 38 tahun 2004.
Mengacu pada pengertian kawasan koridor komersial dan jalan arteri
primer dapat disimpulkan bahwa kawasan koridor komersial pada jalan arteri
primer adalah area perdagangan dan jasa serta komersial lainnya yang terletak di
lingkungan kawasan jalan yang melayani distribusi barang dan jasa skala
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud
pusat-pusat kegiatan, dengan persyaratan kecepatan rata-rata minimal 60 Km/jam,
dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
Gambar II. 1 Kondisi minimal ideal jalan arteri primer Sumber : UU No. 38 tahun 2004.
Gambar II. 2 Kondisi minimal jalan arteri primer Sumber : UU No. 38 tahun 2004.
28
II.1.2 Perkembangan koridor komersial
Awal tahun 1980 bermunculan kumpulan pertokoan seiring meningkatnya
pembangunan jalan raya dalam jumlah cukup besar dan terdiri dari berbagai jenis.
Selanjutnya bermunculan mall dan departemen store yang menempati site besar di
perempatan jalan.
Pada tahun 1980-an pengembang memperluas investasi dengan
mengembangkan format retail berkelompok (cluster retail) yang secara khusus
menjual produk tertentu menjadi toko tunggal bertema besar, seperti elektronik,
furnitur, dan lain-lain yang bertujuan merebut pangsa pasar dari toko kecil dan
supermarket. Format baru ini membutuhkan lahan yang besar pada lokasi yang
strategis dan berdampak terhadap kepadatan lalu-lintas.
Pada 1990-an, perubahan gaya hidup dan preferensi konsumen
menyebabkan pergeseran pusat perbelanjaan tertutup dan bentuk koridor ke
bentuk open air shopping yakni kegiatan belanja yang dikombinasikan dengan
kegiatan rekreasi ruang terbuka. Kegiatan belanja seperti ini membutuhkan site
besar untuk mendukung aktifitas retail, hiburan, dan kegiatan makan.
Perkembangan ini bergeser dari lingkungan belanja yang berorientasi kendaraan
sepanjang koridor ke pengalaman belanja yang dilakukan dengan berjalan kaki.
Kegiatan belanja yang digabungkan dengan rekreasi berkembang ke
pengembangan pusat kota dengan menambahkan hunian dan kantor di atas fungsi
retail, dan lokasi yang dipilih berada di persimpangan jalan utama. (Bohl, Charles
C., 2002).
Aspek yang mempengaruhi perkembangan mall dan shopping center
adalah jarak perjalanan, perubahan selera konsumen, gaya hidup dengan waktu
yang terbatas dan kebutuhan tempat hiburan. Alasan lainnya adalah perubahan
permintaan pasar, perubahan kebijaksanaan publik, ide-ide baru urban desain dan
perubahan budaya (Bohl, Charles C., 2002).
II.1.3 Pentingnya penataan kembali kawasan koridor komersial
Permasalahan koridor komersial dengan nilai positif dan negatif yang
dimilikinya terjadi pada kota-kota di dunia termasuk koridor jalan Agus Salim
kota Gorontalo. Permasalahan ini membutuhkan solusi yakni penataan sesuai
29
dengan persoalan dan karakter kawasan koridor tersebut. Setiap kawasan koridor
komersial memiliki karakter yang berbeda meskipun memiliki persoalan
mendasar yang sama.
Persoalan kawasan koridor komersial Jalan Agus Salim Kota Gorontalo
berdasarkan uraian pada bab I dapat disimpulkan mencakup dua persoalan pokok
yakni: koridor komersial kurang aktif dan tidak menjadi destinasi utama untuk
berbelanja padahal pertumbuhan retail positif. Persoalan pokok lainnya adalah
menurunnya kualitas fisik ruang koridor dan kawasan sekitarnya.
Adanya persoalan dan fenomena perkembangan koridor komersial
mendorong perlunya penataan kembali kawasan koridor Jalan K.H. Agus Salim
Kota Gorontalo.
II.2 Place making sebagai strategi untuk mengaktifkan kawasan koridor
komersial
Kunci kesuksesan kawasan koridor komersial sehingga menjadi kawasan
koridor komersial yang aktif adalah daya tarik tempat/ ruang kawasan koridor
komersial tersebut. Untuk menciptakan daya tarik tempat/ ruang, dibutuhkan
strategi place making guna mencapai kesuksesan suatu tempat.
II.2.1 Pengertian place making
Place making adalah proses mengubah ruang (space) menjadi place
sehingga akan menarik sejumlah besar manusia karena bersifat menyenangkan,
menarik dan menawarkan kesempatan untuk bertemu satu sama lain. Placemaking
adalah cara dimana semua manusia mengubah tempat mereka, menemukan diri
mereka ke tempat di mana mereka tinggal (Schneeklth, L. Dan Shibley, R.G.,
1995)
Place making terkenal dengan karakternya yang berfokus terhadap aktivitas,
manajemen, komunitas, dan sosialibilitas. Hasil akhir dari strategi placemaking
adalah terciptanya pengembangan ruang publik yang berkualitas baik dan
bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya (Tiesdell, 1996), seperti plaza,
taman, jalan, serta kawasan komersial pada main street. Strategi placemaking
30
merupakan prinsip mendasar yang dibutuhkan dalam perancangan kawasan
koridor komersial pada jalan arteri primer.
II.2.2 Pentingnya place making pada kawasan koridor komersial
Menurut survey di Amerika, jika diberikan pilihan ternyata masyarakat
lebih memilih compact center dibanding commercial strips, karena dalam
commercial strips terdapat sesuatu yang hilang. Eleman yang hilang adalah
ruang/tempat berkumpul/beraktivitas komunitas masyarakat selain rumah dan
tempat bekerja. Ruang di antara bangunan, plaza publik, ruang hijau, alun-alun
dan jalan yang dapat dilalui dengan berjalan kaki menyebabkan suatu pusat kota
atau koridor jalan dapat berperan sebagai ruang untuk komunitas dan lingkungan
sekitar.
Warrick dan Alexander (1997) berdasarkan survey American LIVES Inc
dan Inter Communication Inc. menyimpulkan beberapa perubahan demografi
yang terjadi di Amerika adalah:
1. Perubahan dari mass-market standar ke niche market differentation, dimana
keduanya adalah taraf hidup dan gaya hidup.
2. Perubahan dari suburban tidak terencana menjadi lingkungan komunitas yang
terencana (master-planned communities)
3. Perubahan dari suburban tanpa nama/ tidak dikenal dan individualisme
menjadi suatu hal yang diharapkan masyarakat.
4. Perubahan dari contemporary styling menjadi neotraditional styling
5. Perubahan dari strip-commercial suburban sprawl menjadi pusat yang
terdefinisi dengan jelas dan kompak.
Munculnya dua permintaan yakni gaya hidup perkotaan dan kenyamanan
pinggiran kota, membutuhkan bentuk yang kompak dari suatu kawasan komersial.
Kawasan komersial berupa pusat perbelanjaan dan koridor komersial yang
kompak dapat memaksimalkan potensinya untuk mengurangi perjalanan dengan
mobil, mendukung transit dan mempertahankan ruang terbuka.
Bentuk koridor komersial dan pusat kawasan menciptakan kondisi yang
ideal untuk aktivitas yang berorientasi pada hiburan dan rekreasi. Format mixed-
use hunian, perkantoran dan elemen-elemen publik memperkuat sense of place
31
pusat kawasan dan merupakan nilai tambah bagi retail entertaiment. Kombinasi
fungsi dan format pusat kawasan harus merupakan kombinasi yang imbang antara
komersial dan kegiatan hiburan serta rekreasi non-profit.
Pengunjung yang datang ke pusat perbelanjaan dan koridor komersial
bukan hanya karena kegiatan komersial namun karena seting publik yang
memungkinkan orang untuk bertemu, berbaur, berjalan-jalan, dan melihat-lihat.
Daya tarik format koridor komersial dan pusat perbelanjaan sebagai sebuah
tempat untuk berkumpul merupakan esensi utama pendorong suksesnya kawasan
komersial.
Koridor komersial dengan format yang kompak, mixed-use, pedestrian
oriented merupakan salah satu kunci utama untuk mencapai koridor komersial
yang aktif, pengurangan polusi udara, kemacetan lalu-lintas dan preservasi ruang
terbuka serta menciptakan lingkungan dan komunitas yang lebih nyaman.
II.2.3 Place making pada kawasan koridor komersial
Perubahan spirit of place samar, sulit di analisis secara formal dan
konseptual namun tetap terjadi. (Relph, 1976, p.99). Suatu tempat dapat memiliki
spirit atau sense of place ketika tempat tersebut memiliki kualitas, konsistensi dan
keandalan.
Ruang kota yang baik adalah ruang yang mewadahi transaksi aktifitas
ekonomi pada berbagai tingkat dan lapisan dan menyediakan ruang untuk
transaksi sosial dan budaya Montgomery (1998). Montgomery menjelaskan
indikator kunci dari vitalitas suatu kawasan yakni :
1. Tingkat variasi dalam penggunaan lahan primer, termasuk perumahan.
2. Proporsi bisnis lokal yang dimiliki atau kebebasan jenis usaha/ bisnis,
terutama pertokoan.
3. Pola jam buka, dan adanya kegiatan malam hari dan sore.
4. Kehadiran dan kekhususan koridor komersial
5. Ketersediaan bioskop, teater, bar, pub, restoran dan budaya lainnya / tempat
pertemuan, menawarkan layanan dari berbagai jenis, harga dan kualitas.
32
6. Ketersediaan ruang, termasuk taman, lapangan dan ruang sudut,
memungkinkan orang menonton dan beraktivitas seperti program animasi
budaya.
7. Pola penggunaan lahan campuran memungkinkan perbaikan dan investasi
kecil dibidang properti.
8. Ketersediaan unit yang berbeda ukuran dan biaya.
9. Inovasi dalam tampilan arsitektur baru, menyediakan berbagai jenis bangunan,
gaya dan desain.
10. Kehidupan jalanan dan bagian depan jalan yang aktif.
Aspek penting dalam mendesain main street dan town center (Bohl,
Charles C., 2002) terdiri dari:
1. Kemampuan mengadaptasi urban form dengan mudah
2. Kombinasi entertainment retail dan niche restaurant
3. Detail desain bangunan, lingkungan kota yang bervariasi dan dekorasi wajah
jalan (streetscape) yang menarik.
4. Menempatkan toko langsung berhubungan dengan sisi jalan.
5. Mengubah parkir badan jalan dengan gedung parkir
6. Keragaman aktivitas pada level pejalan kaki.
7. Menyediakan ruang berkumpul publik yang cukup (public gatering space)
8. Menata karakter pedestrian berskala manusia, keintiman ruang publik
kawasan historis.
9. Visibilitas
Kebijakan kota yang dapat dilakukan untuk pendukung place making pada
kawasan koridor komersial adalah (Bohl, Charles C., 2002):
1. Pembangunan menekankan skala lingkungan dan manusiawi menciptakan
kota yang berskala manusia.
2. Menggunakan analisis pasar untuk menginformasikan perencanaan dan
menentukan produk yang diinginkan.
3. Area istirahat di dalam kawasan dan terhubung dengan jalan-jalan dan trotoar.
4. Menciptakan sektor keuangan publik yang dapat membantu pelaksanaan
pembangunan, dengan menarik partisipasi sektor swasta.
33
5. Mendefinisikan gerbang masuk kawasan dimana pengunjung tahu ketika
masuk dan meninggalkan kawasan.
6. Kebijakan kota dapat mengendalikan ukuran dan penempatan elemen
7. Membangun jalur pejalan kaki antar kawasan. Kawasan ramah pejalan kaki
dihubungkan dengan prasarana publik. Pemerintah merencanakan dan
membangun jaringan pejalan kaki antar distrik.
8. Menata dimensi blok, pengambil kebijakan mengatur ketinggian bangunan
dan jarak antar blok. persyaratan garis sempadan fleksibel.
9. Parkir paralel, tidak memerlukan taman parkir, tidak menutup jalan untuk lalu
lintas dan mengijinkan truk menarik dan menyerahkan barang di depan toko.
10. Mengatur standar pencahayaan (ukuran, dan tingkat pencahayaan)
11. Kawasan pejalan kaki harus dapat diakses dan fokus pada program transit dan
transportasi.
12. Program perumahan kota yang terjangkau.
Street as place adalah upaya membentuk place pada ruang jalan dalam
rangka mengembalikan fungsi jalan bagi kepentingan publik yang
mempertimbangkan pejalan kaki (PPS, 2009). Street as place membentuk kembali
jalan sebagai tempat yang disiapkan untuk meningkatkan vitalitas ekonomi yang
lebih baik dan memberikan peluang untuk kepentingan umum. Street as places
mengintegrasikan berbagai elemen koridor jalan dengan menciptakan vitalitas
tempat dimana orang merasa aman, nyaman, merasa memiliki dan bersosialisasi.
Placemaking pada kawasan koridor komersial menurut PPS (Project for
Public Space) meliputi elemen-elemen sebagai berikut :
1. Kenyamanan dan identitas (Comfort and Image)
a. Merefleksikan identitas dan budaya lokal
b. Terdapat ruang untuk duduk, elemen pencahayaan yang baik, lansekap dan
perabot jalan yang memberikan kemudahan dan kenyamanan.
c. Kejelasan dan pembatasan elemen penanda untuk memberikan informasi.
2. Aksesibilitas dan tautan (Access and Linkages)
a. Kemudahan melintasi dan menyeberang di jalan
b. Trotoar mengakomodasi dan memberi kenyamanan pejalan kaki.
c. Menyediakan berbagai pilihan jenis transportasi publik
34
3. Fungsi dan aktifitas (Uses & Activities)
a. Pemakai betah beraktifitas pada ruang koridor.
b. Aktifitas lantai dasar yang mengundang dan terbuka untuk pengunjung.
c. Keragaman aktifitas seperti restaurant, toko, dan layanan usaha lainnya.
4. Mendukung fungsi sosial (Sociability)
a. Masyarakat dapat melakukan aktifitas bersama pada ruang koridor.
b. Rasa memiliki terhadap ruang koridor
c. Representatif untuk mewadahi kegiatan segala jenis usia dan kondisi.
Aspek yang dipertimbangkan (issue of concern) dalam membentuk place
pada penataan kawasan komersial koridor jalan arteri pada tabel II.1 berikut.
Tabel II. 1 Aspek yang dipertimbangkan dalam membentuk place pada kawasan komersial koridor jalan ateri primer
No Aspek
Perancangan Place Indikator Place
1. Fungsi dan Aktifitas Variasi penggunaan lahan termasuk perumahan. Kebebasan jenis usaha pertokoan. Pola jam buka, dan adanya kegiatan malam dan sore hari. Pola penggunaan lahan campuran untuk investasi bidang
properti. Kehidupan jalanan dan bagian depan jalan yang aktif Kombinasi entertainment retail dan niche restaurant. Aktifitas lantai dasar yang mengundang dan terbuka untuk
pengunjung 2. Identitas, karakter
dan keunikan Kekhususan setiap kawasan koridor komersial. Merefleksikan identitas dan budaya lokal
3. Kenyamanan Terdapat ruang untuk duduk, elemen pencahayaan, lansekap dan perabot jalan yang memberikan kemudahan dan kenyamanan.
4. Kemudahan Parkir paralel, tidak menutup jalan untuk lalu lintas. Kemudahan melintasi dan menyeberang di jalan
5. Visibilitas Kejelasan elemen penanda dalam memberikan informasi. Mendefinisikan secara jelas pintu masuk dan keluar kawasan.
6. Aksesibilitas dan tautan
Menempatkan toko langsung berhubungan dengan sisi jalan. Menyediakan berbagai pilihan jenis transportasi publik. Area istirahat dalam kawasan terhubung dengan jalan dan trotoar. Menata sistem transit dan transportasi.
7. Berorientasi pejalan kaki
Beraneka ragam aktivitas pada level pejalan kaki. Karakter pedestrian berskala manusia. Trotoar mengakomodasi dan memberi kenyamanan pejalan kaki. Membangun jalur pejalan kaki antar kawasan. Kawasan ramah
pejalan kaki dihubungkan dengan prasarana publik. Pemerintah membangun jaringan pejalan kaki antar distrik.
8. Berorientasi komunitas/ masyarakat
Tersedia ruang berkumpul publik yang representatif dapat mewadahi kegiatan segala jenis usia dan kondisi termasuk anak-anak dan diffeable people (jompo, penyandang cacad)
Program perumahan kota yang terjangkau. 9. Keunikan Detail desain bangunan, lingkungan urban yang variatif .
35
No Aspek
Perancangan Place Indikator Place
Dekorasi wajah jalan (streetscape) yang menarik. 10. Kesenangan,
kegembiraan Terdapat bioskop, teater, bar, pub, restoran dan budaya lainnya,
tempat pertemuan dengan berbagai jenis, harga dan kualitas. Taman, lapangan dan ruang sudut, memungkinkan orang-
menonton dan beraktivitas seperti program-program animasi budaya.
11. Adaptif Kemampuan mengadaptasi bentuk kota dengan mudah. 12 Skala manusiawi Skala lingkungan membentuk kota berskala manusia 12. Regulasi Kebijakan kota mengendalikan ukuran dan lokasi elemen
penanda. Kebijakan kota mengatur ketinggian bangunan dan jarak antar
blok dan persyaratan garis sempadan
Sumber : Hasil rangkuman (Mei 2011), Bohl, Charles C.(2002), Montgomery (1998),
Carmona et al (2003), Project for Public Spaces (2003).
Arahan untuk membentuk place (place making) pada kawasan koridor
komersial dijelaskan pada kerangka teori dan studi kasus sebagai berikut.
Diagram di atas menjelaskan bahwa place making adalah strategi untuk
menata kawasan koridor komersial yang esensinya dikaji dari landasan teori dan
Potensi kawasan koridor Jalan Agus Salim Kota Gorontalo. Perlunya Penataan
Kawasan koridor komersial Jalan Agus Salim Kota Gorontalo Persoalan kawasan
koridor Jalan Agus Salim Kota Gorontalo.
Persoalan umum koridor komersial.
Tuntutan kebutuhan ruang ketiga (the
third place).
Place Making
Linkage sebagai elemen pemersatu kawasan Koridor
Identitas sebagai pembentuk image kawasan koridor
Prinsip normatif perancangan kawasan koridor komersial
Walkable corridor Mixed use corridor
Studi kasus
Prinsip normatif pengembangan kawasan koridor komersial
Diagram II. 1 Arahan place making pada kawasan koridor komersial
36
studi kasus yang kemudian dapat merumuskan prinsip normatif pengembangan
dan perancangan kawasan korido komersial.
II.3 Linkage sebagai elemen pemersatu kawasan koridor komersial.
Linkage adalah garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satu
dengan yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain, atau distrik yang satu
dengan yang lain (Trancik 1986). Garis semu bisa berbentuk jaringan jalan, jalur
pedestrian dan ruang terbuka yang berbentuk segaris. Keterkaitan ini melibatkan
organisasi dari berbagai garis yang mengaitkan bagian-bagian kota dan desain dari
kumpulan ruang (Trancik, 1986). Kumpulan ruang dapat berupa garis lahan,
ruang sirkulasi, aksis pembentuk organisasi, deretan pepohonan, ruang-ruang
terbuka maupun pinggiran bangunan. Secara bersama-sama elemen tersebut
membentuk suatu sistem keterkaitan yang konstan dan perlu diperhatikan saat
akan melakukan penambahan maupun perubahan di dalam suatu ruang kota.
Fumihiko Maki dalam ”Investigation into Collective Form” menyatakan
bahwa: ”Tautan (linkage) adalah pengikat dalam suatu kota. Ia merupakan satu
tindakan menyatukan semua aktivitas dan menghasilkan bentuk fisik pada suatu
kota”. Oleh karena itu dibutuhkan elemen penghubung dari satu kawasan ke
kawasan lain maupun dalam satu kawasan itu sendiri untuk membantu warga
mengerti bagian kotanya dan mempermudah akses menuju suatu kawasan.
linkage perkotaan dapat diamati dengan cara dan pendekatan yang
berbeda, dimana terdapat 2 pendekatan linkage perkotaan:
1. Linkage yang visual,
2. Linkage yang struktural,
Tautan struktural dilakukan dengan membentuk jaringan atau hubungan
secara struktural pada kawasan yang letaknya saling berdekatan tetapi agak
terisolir dan berdiri sendiri, sedangkan tautan visual adalah menghubungkan dua
atau lebih fragmen kota menjadi satu kesatuan secara visual.
Pada tautan visual terdapat elemen pembentuk yang menghasilkan
hubungan secara visual dengan baik, yaitu: garis, koridor, sisi, sumbu dan irama.
Setiap elemen memiliki ciri khas atau suasana tertentu. Upaya menghubungkan
37
satu kawasan dengan kawasan lain sehingga tercipta satu hubungan yang baik
adalah dengan mempertimbangkan aspek sebagai berikut:
1) Memperhatikan sistem sirkulasi eksisting dalam kawasan seperti: sistem
sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan, sistem transportasi dan sistem
perpindahan atau pola pergerakan manusia dengan berjalan atau
berkendaraan.
2) Memperhatikan elemen-elemen perkotaan yang sudah tersedia di kawasan
seperti jalur pejalan, fungsi bangunan, vegetasi dan elemen lain yang dapat
mendukung terciptanya tautan satu kawasan dengan kawasan lain.
II.4 Identitas sebagai pembentuk citra kawasan koridor komersial.
Identitas merupakan suatu keadaan, sifat, ciri-ciri khusus, jati diri
seseorang atau benda (Poerwadarminta, 1987). Identitas kawasan merupakan
sesuatu yang objektif tentang seperti apa sebenarnya rupa atau bentuk suatu
tempat (Montgomery, 1998). Identitas merupakan ciri khas suatu tempat, yang
menyebabkan adanya perasaan terhadap suatu tempat. Identitas kawasan bisa
terlihat dari bahan apakah yang dipakai, pola yang terdapat, warna serta apa yang
dilakukan masyarakat ditempat tersebut (Zahnd, 1999).
Upaya membentuk identitas tempat pada kawasan koridor komersial menurut
Bohl (2002) antara lain :
1. Mengembangkan penggunaan fungsi campuran
2. Menyediakan jalur pedestrian untuk pasar harian dan perayaan festival
3. Menata pusat kawasan hijau dan air mancur
4. Menyediakan gedung pertemuan sebagai tempat berkumpul untuk pertemuan
asosiasi, pernikahan, resepsi dan perayaan yang bersifat privat maupun publik.
5. Mengembangkan konsep perumahan baru
6. Mengembangkan retail
7. Mengembangkan lingkungan tempat kerja baru
8. Mengembangkan tempat leisure dan konsep entertainment/ hiburan.
9. Meningkatkan pertumbuhan yang smart, pembangunan yang sustainable dan
lingkungan komunitas yang layak ditinggali (livable).
38
II.5 Pengembangan fungsi campuran pada kawasan koridor komersial
Kajian mixed use corridor dielaborasi dari kajian tujuh koridor komersial
fungsi campruan di kota Kitchener yang terdiri dari: Belmont Avenue (Upper &
Lower); King Street (East & West); Lancaster Street; Queen Street; dan Victoria
Street (North & South).
Tujuan pengembangan kawasan koridor dengan pendekatan mixed use
corridor adalah :
1. Meningkatkan aktifitas koridor berskala manusia dan pengembangan sesuai
arahan kebijakan lokal.
2. Kualitas bangunan dan desain lansekap membentuk sense of place dan
identitas koridor
3. Menciptakan kawasan yang dapat dilalui dengan berjalan kaki dan
mendukung transit.
4. Kualitas ruang publik yang baik menciptakan kreatifitas dan identitas koridor.
Aspek-aspek penting yang dipertimbangkan dalam penataan kawasan
koridor berdasaran pendekatan mixed use corridor adalah:
1. Tata guna lahan:
Mengembangkan fungsi hunian, tempat kerja dan mengintensifkan
pengembangan berorientasi transit.
Komponen yang ditata dalam guna lahan kawasan koridor komersial adalah:
a. Penggunaan lahan
Prinsip penggunaan lahan :
1. Menerapkan fungsi campuran berupa: retail, rukan, townhouse,
perkantoran, restoran dan layanan lain.
2. Penggunaan lahan yang memperkuat ekonomi dan mendorong
penggunaan transportasi umum.
b. Berskala manusia
Prinsip sesuai skala manusia adalah massa bangunan berskala manusia.
c. Mengutamakan fungsi retail
d. Memperkecil penggunaan lahan.
39
2. Bentuk bangunan
Bentuk bangunan meliputi kepadatan, ketinggian dan ukuran lantai. Dalam
konteks perkotaan, mixed use corridor harus memiliki bentuk perkotaan kompak.
Komponen yang ditata dalam penataan bentuk bangunan kawasan koridor
komersial adalah:
a. Penempatan bangunan
Prinsip penempatan bangunan:
1. Bangunan baru menciptakan pola bangunan yang konsisten dan
memperkuat batas jalan dengan variasi ruang terbuka.
2. Setback konsisten untuk mendukung skala bangunan yang sama.
b. Site sudut
Prinsip site sudut:
1. Bangunan diletakkan dekat dengan persimpangan
2. Site sudut diperkuat dengan ketinggian bangunan yang lebih besar untuk
menegaskan persimpangan.
c. Hamparan Jalan
Prinsip hamparan jalan:
Konsistensi batas ruang jalan perkotaan untuk setiap koridor, berupa: rasio
tinggi dan lebar, minimum 1: 4 dan maksimum 1:1 .
d. Ruang transisi
Prinsip ruang transisi: menata ruang transisi antar bangunan.
e. Tinggi bangunan
1. Tinggi bangunan kompatibel dengan bangunan sekitarnya untuk
membentuk ruang jalan dan karakter wilayah.
2. Menghadirkan bangunan bertingkat rendah dan bertingkat sedang.
3. Ketinggian bangunan maksimum dirancang sesuai proporsi lebar jalan,
dan tidak boleh melebihi ketinggian 1:1 sampai rasio lebar.
f. Skala yang manusiawi
1. Desain bangunan untuk kenyamanan pejalan kaki
2. Memiliki hubungan yang kompatibel ke bangunan sekitarnya
3. Menjaga proporsi jalan
40
3. Desain bangunan
Komponen desain bangunan pada kawasan koridor komersial adalah:
a. Desain fisik bangunan
Prinsip desain bangunan:
Bangunan baru respek dengan bangunan sekitarnya..
b. Bangunan berlantai rendah (1-3 lantai)
Prinsip bangunan berlantai rendah:
1. Tinggi bangunan mengekspresikan bagian lantai dasar.
2. Perlengkapan mekanik harus dilindungi dari pandangan publik
c. Bangunan berlantai sedang (3-8 lantai)
Prinsip Bangunan berlantai sedang:
1. Desain bangunan mendefinisikan bagian dasar pertengahan dan bagain
atas bangunan dengan menekankan fasad dan artikulasi garis atap .
2. Bentuk slab mendefinisikan lantai dasar dan artikulasi fasad
3. Sempadan bangunan untuk menjaga batas pandangan dari jalan.
d. Fasad bangunan
1. Mendukung fasad lantai dasar yang aktif dengan memperbanyak bukaan
jendela, artikulasi elemen penanda dan detail arsitektur.
2. Fasad bangunan didesain untuk mengurangi kesan bulk, berkontribusi
terhadap tema atau karakter koridor.
4. Parkir
Komponen yang diatur dalam penataan parkir adalah: Lokasi, parkir podium,
gedung parkir, parkir badan jalan dan parkir sepeda.
5. Transit
Komponen yang ditata dalam penataan transit kawasan koridor komersial
adalah:
a. Bentuk dan desain bangunan transit
b. Jalur sepeda
c. Penempatan pemberhentian transit
d. Transit Amenities
e. Transit shelter
f. Rencana urban commuter
41
6. Desain lansekap
Lansekap digunakan untuk mendefinisikan ruang, menciptakan karakter
streetscape dan merupakan penyangga. Desain lansekap meningkatkan
lingkungan pejalan kaki yang memerlukan penekanan lebih besar pada skala,
bentuk, tekstur garis, dan warna.
Komponen yang ditata dalam penataan lansekap kawasan koridor adalah:
a. Wajah jalan
b. Ruang Hijau Kota
c. Rumput boulevards
d. Ruang publik
7. Pencahayaan
Pencahayaan meliputi komponen fungsional dan estetika streetscape.
Komponen yang diatur dalam penataan pencahayaan kawasan koridor komersial
adalah:
a. Pencahayaan streetscape
b. Tingkat pencahayaan koridor jalan
c. Pencahayaan ranah publik
8. Elemen penanda
Komponen yang diatur dalam penataan elemen penanda kawasan koridor
komersial adalah:
a. Elemen penanda streetscape
b. Pencahayaan Elemen penanda
c. Ukuran elemen penanda
9. Ruang publik
Ruang publik adalah struktur utama kota berupa jalan, jalur pedestrian,
taman, ruang terbuka, dan aksesibilitas ke bangunan umum.
Komponen yang ditata dalam menata ruang publik pada kawasan koridor
komersial adalah:
a. Ukuran blok dan konektifitas
b. Ruang terbuka kota dan Infrastruktur hijau
c. Ruang parkir dan Parkir sepeda
d. Desain streetscape dan Tema streetscape
42
10. Gerbang kawasan :
Komponen yang diatur dalam menata pintu gerbang pada kawasan koridor
komersial adalah:
a. Bentuk dan orientasi bangunan
b. Desain bangunan
c. Desain lansekap
d. Public art
e. Crosswalk treatment
f. Lighting
Berdasarkan uraian aspek-aspek penting yang dipertimbangkan dalam
penataan kawasan koridor dengan pendekatan mixed use corridor dapat
disimpulkan komponen yang ditata dan prinsip perancangan pada tabel berikut :
Tabel II. 2 Komponen dan prinsip perancangan kawasan koridor komersial yang mengembangkan fungsi campuran
Komponen yang ditata Prinsip
Tata guna lahan Pilihan penggunaan lahan
Menerapkan fungsi campuran: retail, rukan, townhouse, perkantoran, restoran dan fasilitasnya. Penggunaan lahan komersial memperkuat ekonomi .
Sesuai skala manusia Massa bangunan berskala manusia. Mengutamakan retail. Retail lantai dasar mendorong bangunan mixed use. Bentuk bangunan Penempatan bangunan Setback yang konsisten mendukung skala bangunan yang sama. Site sudut Site sudut diperkuat dengan ketinggian bangunan yang lebih besar
untuk menegaskan persimpangan. Hamparan Jalan Konsistensi batas ruang jalan.
Rasio tinggi dan lebar minimum 1: 4 dan maksimum 1:1. Tinggi bangunan Tinggi bangunan menghasilkan ruang jalan, dan kompatibel
dengan bangunan sekitarnya. Bangunan 2 -8 lantai untuk transisi bentuk dan massa yang tepat.
Skala yang manusiawi Bangunan dirancang untuk kenyamanan pejalan kaki. Desain bangunan Desain fisik bangunan Bangunan baru respek dengan bangunan sekitarnya
Tinggi bangunan mendefinisikan elemen lantai dasar. Bangunan berlantai rendah (1-3 lantai)
Tinggi bangunan mengekspresikan bagian lantai dasar dengan menekankan detail desain serta kesesuain garis atap. Perlengkapan mekanik harus dilindungi dari pandangan publik.
Bangunan berlantai sedang (3-8 lantai)
Desain bangunan mendefinisikan bagian dasar, pertengahan dan atas bangunan dengan asad dan artikulasi garis atap. Bentuk slab memberi definisi yang baik tentang bagian lantai dasar dan artikulasi fasad bangunan.
Fasad bangunan Desain fasad lantai dasar yang aktif. fasad didesain untuk mengurangi kesan bulk, mendukung tema atau karakter koridor.
Ruang publik Ukuran blok dan konektifitas
Kavling blok kompatibel dengan ukuran blok sekitarnya. Menggabungkan jaringan jalan yang saling berhubungan.
43
Komponen yang ditata Prinsip
Pedestrian linkage mendorong jarak perjalanan lebih pendek. Infrastruktur hijau Mengintegrasikan sistem alam yang ada.
Menata infrastruktur hijau di sepanjang koridor. Konektifitas dan aksesibilitas ke taman, ruang publik baru.
Taman Mendefinisikan secara jelas gerbang masuk taman. Menyediakan fasilitas pejalan kaki seperti area duduk. Mengintegraskan public art Meningkatkan akses ke taman melalui pedestrian linkage.
Ruang publik kota Menyediakan berbagai ruang publik kota sepanjang koridor transit utama, seperti taman kota, alun-alun, plaza, halaman.
Desain streetscape Mendesain streetscape melalui elemen : Amenity zona: Mendefinisikan amenity zona dengan elemen vertikal sebagai street furniture seperti pohon dan lampu jala. Zona trotoar: Batas zona trotoar diperlukan di sepanjang jalan. Trotoar yang luas di sepanjang koridor jalan utama dan
kawasan dengan laluintas pejalan kaki tinggi. Zona sempadan depan: Terletak antara garis batas tanah depan dan fasad bangunan
berupa elemen hard dan soft lansekap termasuk pohon. Pohon jalan Sesuai arahan jenis pohon yang ditanam di daerah perkotaan. Perabot jalan Perabot jalan dan lampu dikoordinasikan dalam desain, warna dan
skala. Parkir sepeda Menyediakan parkir sepeda di lokasi yang tepat. Tema streetscape Tema unik streetscape dieksplorasi di setiap segmen koridor. Pintu Gerbang Bentuk dan orientasi bangunan
Bangunan membingkai persimpangan jalan dan membentuk massa bangunan untuk menonjolkan persimpangan.
Desain bangunan Pintu masuk gedung utama berorientasi pada persimpangan. lansekap Gerbang masuk didefinisikan melalui hardscape dan lansekap. Public art Fitur seni publik meningkatkan kualitas ranah pubik
dipertimbangkan pada gerbang utama. Fitur dapat berupa sculpture, elemen penanda artistik, pola paving, elemen interaktif seperti pencahayaan, air dan lain-lain. Penggunaan seni publik harus dikoordiasikan dengan dinas kebudayaan kota.
Crosswalk treatment Perlakuan terhadap penyeberangan khusus diarahkan di persimpangan gerbang. Tangga penyeberangan diarahkan di persimpangan transit utama terletak di sepanjang koridor pusat transit. Mendesain trotoar penyeberangan yang dekoratif
Pencahayaan pencahayaan pada gerbang perempatan untuk meningkatkan pencahayaan pejalan kaki dan penampilan streetscape.
Parkir Lokasi Parkir samping dan belakang bangunan. Parkir podium Parkir bawah tanah untuk skala pengembangan besar. Gedung parkir Berinteraksi dengan streetscape melalui artikulasi fasad
bangunan, lantai dasar untuk retail. Parkir badan jalan eksistensi curb yang berisi fitur lansekap, elemen streetscape. Parkir sepeda Berbagi parkir sepeda yang disediakan di dekat tempat transit,
dalam kompleks perumahan dan tempat kerja. Transit Guna lahan Guna lahan berorientasi pejalan kaki dengan menempatkan toko
makanan, restoran, layanan pribadi, kantor dan retail di sepanjang rute transit utama dan stasiun transit.
Penempatan bangunan Menempatkan bangunan dekat dengan jalan untuk mengurangi jarak perjalanan ke stasiun transit dan tempat berhenti.
44
Komponen yang ditata Prinsip
Lokasi transit Interval jarak maksimum 250 m. Fasilitas transit Menata fasilitas pejalan kaki (peta, bangku, tempat sampah) Shelter transit Menyediakan tempat penampungan transit di halte transit utama. Desain lansekap Streetscape Streetscape berorientasi pejalan kaki sepanjang semua jalan. Urban Green Mempromosikan kota hijau, pohon jalan dan tempat tanaman. Rumput boulevards Menata rumput boulevard sepanjang frontage hunian. Ruang publik Ruang publik dan semi publik terdiri dari hard and soft lansekap Buffering Area parkir dan utilitas dilindungi dari jalan Pencahayaan Streetscape Membentuk identitas lingkungan pedestrian dan masyarakat.
Desain perlengkapan pencahayaan sesuai dengan konteks perkotaan dan meningktakan daya tarik streetscape
Hirarki pencahayaan koridor jalan
Koridor fungsi campuran : Memperbaiki penampilan streetscpae melalui baner dan
keranjang bunga gantung. Meningkatkan pencahayaan pejalan kaki melalui peningkatan
pencahayaan ranah privat. Jalan umum: Pencahayaan mencerminkan skala jarak dan tinggi, membentuk karakter kawasan . Jalan utama:Meningkatkan pencahayaan pejalan kaki dan pengguna transit Gerbang Perempatan: meningkatkan pencahayaan gerbang persimpangan.
Ruang Publik pencahayaan ruang publik berskala pedestrian dan menata lampu dekoratif.
Signage Streetscape Menyatu dengan desain fasad dan berkontribusi terhadap desain .
Elemen penanda mempertahankan skala manusia dan menyatu dengan lansekap.
Jenis elemen penanda Skala ,desain dan penempatan yang tepat. Mengurangi ukuran elemen penanda
Intensif elemen penanda yang didesain untuk lalu lintas kendaraan dikurangi.
Sumber: Prinsip perancangan tujuh mixed use corridor city of Kitchener (2001). II.6 Pengembangan kawasan koridor komersial yang berorientasi pejalan
kaki
Walkabel adalah konsep yang mendukung place making koridor
komersial sehingga menjadi kawasan koridor yang berorientasi pejalan kaki.
Dalam buku An Introduction to Sustainable Transportation: Policy,
Planning and Implementation yang ditulis Schiller, Bruun dan Kenworthy 2010,
Roger K. Lewis mengatakan kriteria desain untuk memotivasi kota yang walkable
adalah:
1. Pola jalan mudah diarahkan, blok yang tidak terlalu besar, dan persimpangan
yang tidak terlalu jauh. Jalan harus kontinyu dan saling berhubungan.
Menyediakan jalur kendaraan dan pejalan kaki lebih dari satu jalur.
45
2. Jalan umum harus proporsional dalam menata lebar trotoar, strip tanaman
jalur kendaraan informal dan median.
3. Meningkatkan kualitas streetscape dan memberi kemudahan serta
kenyamanan. Komponen yang ditata adalah vegetasi streetscape, pencahayaan
dan signage, furnitur jalan yang nyaman, material paving yang menarik.
4. Aman untuk berjalan siang atau malam hari, tanda penyeberangan jelas.
5. Bangunan menghadap jalan umum membutuhkan penataan fasad.
Aspek penting dalam menciptakan dan mempertahankan walkable
commercial corridor : (Dom Nozzi, 2010)
1. Mementingkan pejalan kaki.
2. Kepadatan hunian. Masyarakat hidup dalam jarak berjalan kaki, menyediakan
jaringan penghubung antar blok (tiga sampai lima blok).
3. Dimensi berskala manusia.
Indikatornya adalah:
a. Jalan tidak lebih dari dua atau tiga jalur.
b. Bangunan berbatasan dengan jalan dan trotoar.
c. Teras depan berhubungan langsung dengan trotoar.
d. Tempat parkir di belakang gedung.
e. Tinggi lampu jalan enam sampai sembilan meter.
f. Penggunaan fungsi campuran, lantai bawah toko atau kantor lantai atas
hunian.
Jalan berskala manusia menciptakan perasaan menyenangkan di ruang luar
dan menciptakan sense of place.
4. Keaktifan dan keragaman retail.
5. Lalu lintas yang tenang (traffic calming) dengan strategi :
a. Menyediakan parkir badan jalan.
b. Jalan tidak lebih dari dua atau tiga jalur.
c. Lebar jalur lalu lintas tidak lebih dari 3 atau 3,5 m.
d. Kanopi pohon yag menonjol ke jalan mengurangi kecepatan kendaraan.
6. Aktifitas 24 jam.
7. Kavling yang sempit mendorong variasi elemen pintu, jendela dan elemen
lainnya, memberi pengalaman yang menyenangkan bagi pejalan kaki.
46
8. Terlindung dari cuaca
Kenyamanan terhadap pengaruh iklim panas dan hujan adalah penting dengan:
a. Menyediakan arcade depan bangunan di sepanjang trotoar.
b. Manata kanopi pohon yang tinggi, sejajar, dari spesies jenis pohon yang
sama menjorok ke jalan dan trotoar.
9. Trotoar yang lebar. Indikatornya adalah:
a. Lebar trotoar: 1,6 meter sampai 6 meter.
b. Lebar trotoar disesuaikan dengan fungsi jalan.
c. Menyeimbangkan kenyamanan dan kebutuhan pejalan kaki.
10. Tampak depan bangunan yang aktif.
11. Menata median dan lansekap jalan ..
12. Jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja, sekolah, taman dan tempat belanja
harus dalam jarak dekat maksimal seperempat mil.
13. Kawasan koridor yang walkable adalah menyediakan ruang tempat berkumpul
dan berinteraksi berupa: tempat hiburan, toko bahan makanan, kantor pos dan
lain-lain.P anjang blok jalan singkat, untuk mengurangi jarak berjalan yakni
tidak lebih dari 150 meter, lebih disukai berkisar 60 sampai 90 meter.
14. Pemusatan vista ke bangunan umum.
15. Bisnis yang tepat/ sesuai.
16. Menekan aktivitas pejalan kaki., tidak menghendaki retail berukuran besar,
drive-through, pompa bensin, penjualan dan service mobil dengan .
Enam kriteria desain jaringan pejalan kaki yang sukses (Southworth,
2005):
a. Konektivitas
b. Keterkaitan dengan moda lainnya
c. Pola penggunaan lahan
d. Keamanan
e. Kualitas jalan
f. Lingkungan jalan
Berdasarkan beberapa kajian kawasan yang walkable sebagaimana yang
disampaikan oleh Roger K. Lewis dalam Schiller, Bruun dan Kenworthy, Dom
47
Nozzi dan Southworth, maka koridor komersial yang walkable dapat disimpulkan
pada tabel berikut.
Tabel II. 3 Kriteria dan prinsip perancangan kawasan koridor komersial yang berorientasi pejalan kaki
Kriteria Komponen yang ditata Prinsip
Konektifitas Jalur pedestrian Jaringan pedestrian yang terintegrasi secara utuh Jalan Jalan harus kontinyu dan saling berhubungan
Sistem transportasi Menambahkan alternatif moda transportasi Jaringan antar blok Menyediakan jaringan penghubung antar blok (tiga
sampai lima blok). Ruang publik Aksesibilitas untuk semua kegiatan dan ruang publik
Visibilitas Jalan Mudah diarahkan vista Pemusatan vista ke bangunan umum Jalur pedestrian Penyediaan tata informasi jalur pedestrian memberi
arahan dan kemudahan bagi pejalan kaki. Keindahan Letak peralatan dan
view Terhindar dari peralatan yang mengganggu dan pemandangan yang tidak menyenangkan.
median dan lansekap jalan
Menata median dan lansekap jalan untuk meningkatkan daya tarik visual
Streetscape Vegetasi streetscape yang ekologis dan indah Material paving yang menarik.
Variatif Tata guna lahan Memungkinkan pengembangan fungsi campuran: hunian, tempat kerja dan komersial di lantai dasar memupuk kesempatan ekonomi dan memberikan pilihan perumahan baru.
Retail Keaktifan dan keragaman retail Keselamatan/ keamanan
Jalan Lalu lintas lambat (traffic calming) dengan strategi : Jalan tidak lebih dari dua atau tiga jalur Jalur lalu lintas tidak lebih dari 3 atau 3,5 m
Pencahayaan Pencahayaan yang baik Permukaan jalan Permukaan jalan yang aman Tanda lalu-lintas. Memperjelas tanda penyeberangan Median dan lansekap jalan
Median jalan dengan lansekap jalan meningkatkan keselamatan pejalan kaki menyeberang jalan dan meningkatkan daya tarik visual.
Parkir Menyediakan parkir badan jalan. Pohon jalan Kanopi pohon yag menonjol ke jalan mengurangi
kecepatan kendaraan. Ukuran Blok Ukuran blok tidak terlalu besar Persimpangan Letak persimpangan tidak terlalu jauh.
Kenyamaan Tata bangunan Jalan yang walkable menghindari: retail berukuran besar, drive-through, pompa bensin, penjualan dan service mobil yang menekan aktivitas pejalan kaki. Panjang blok jalan harus singkat untuk mengurangi jarak berjalan. Blok tidak lebih dari 150 meter, lebih disukai berkisar 60 sampai 90 meter.
Jalur Pedestrian Lebar trotoar disesuaikan dengan fungsi yang direncanakan sepanjang jalan Menyeimbangkan kenyamanan dan kebutuhan pejalan kaki.
pencahayaan pencahayaan yang nyaman
streetscape signage yang tepat furnitur jalan yang nyaman
furnitur jalan Menyediakan awning atau tiang-tiang di fasad depan bangunan di sepanjang trotoar.
48
Kriteria Komponen yang ditata Prinsip
Arcade Kanopi pohon yang tinggi, sejajar, dari jenis spesies pohon yang sama menjorok ke jalan dan trotoar sebagai perlindungan dari iklim mikro.
Penghalang pandangan
streetscape dan jalur penyeberangan ditingkatkan kualitasnya untuk menciptakan suasana berjalan yang menyenangkan
Jalan Jalan tidak lebih dari dua atau tiga jalur. Kesenangan Tata guna lahan Menyediakan tempat hiburan, toko bahan makanan,
dan sejenisnya dimana warga dapat berinteraksi. Lebar bangunan lebar properti relatif sempit sepanjang trotoar, akan
membentuk variasi elemen pintu, jendela dan elemen lainnya sehingga memberi pengalaman yang menyenangkan bagi pejalan kaki.
Kemudahan Letak fungsi Jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja, sekolah, taman dan tempat belanja harus dalam jarak dekat maksimal seperempat mil
Tata bangunan Penggunaan fungsi campuran, lantai bawah toko atau kantor lantai atas hunian Teras depan berhubungan langsung dengan trotoar. Bangunan berbatasan dengan jalan dan trotoar
Berskala manusia
Lampu jalan Tinggi lampu jalan 6 – 9 meter Jalan Proporsional dalam menata lebar trotoar, strip tanaman
jalur kendaraan informal dan median Jalur pedestrian Menempatkan jalur pejalan kaki ditingkat paling atas
pada hirarki sirkulasi. Letak fungsi letak fungsi dapat ditempuh dalam jarak berjalan kaki.
Kualitas jalan lansekap lansekap dan pohon jalan meningkatkan walkability pada jalur pedestrian .
Orientasi bangunan Mendesain bangunan yang berorientasi ke jalan untuk mendorong aktifitas pejalan kaki.
Sumber: Hasil rangkuman: Schiller, Bruun dan Kenworthy (2010), Southworth, M. (2005), Dom Nozzi, (2010)
Dari tabel II. 3 dapat disimpulkan bahwa komponen yang ditata untuk
menciptakan kawasan koridor komersial yang walkable adalah :
1. Tata guna lahan
2. Tata bangunan
3. Sirkulasi dan parkir
4. Jalur pejalan kaki
5. Jalur sepeda
6. Ranah publik dan ranah privat
7. Ruang terbuka , Lansekap dan Streetscape
II.7 Kawasan koridor komersial yang nyaman ditinggali
Livable corridor adalah daerah yang aman, nyaman, dan menarik dimana
orang dapat hidup, bekerja, dan bermain serta mengurangi ketergantungan pada
49
mobil (David W. at al., 2009). Berdasarkan pengetian ini dapat diartikan bahwa
kawasan koridor yang layak ditinggali adalah kawasan koridor yang menerapkan
konsep mixed use, walkable dan menyediakan pilihan transportasi multimoda,
meningkatkan kualitas lingkungan dan mempromosikan pembangunan ekonomi.
Lokasi bisnis memerlukan kedekatan dengan karyawan, akses yang
mudah, menyediakan mobilitas dan akses yang memungkinkan karyawan untuk
tinggal dalam satu kawasan dekat dengan bangunan umum dan tempat kerja
lainnya.
Kawasan koridor komersial yang mendorong penggunaan lahan fungsi
campuran didukung infrastruktur transport di tempat yang livable berorientasi
transit, dapat dicapai melalui:
1. Sense of place
2. Kualitas perbaikan streetscape
3. Trotoar dan ruang luar untuk bertemu satu sama lain
4. Kenyamanan makan, spa, rumah kopi dan pertokoan
5. Hotel dengan fasilitas pertemuan dan fasilitas pelatihan
6. Taman, jalur pendakian dan sepeda.
7. Tempat tinggal yang diinginkan
8. Tempat ibadah dan sekolah yang sangat baik.
II.8 Kajian studi kasus penataan kawasan koridor komersial pada jalan
arteri.
Kajian obyek kasus didasarkan atas strategi dan prinsip penataan
kawasan komersial yang disimpulkan dari kajian-kajian teori. Studi kasus
mengkaji beberapa kawasan komersial yang akan disimpulkan berdasarkan
kesamaan persoalan, strategi, dan prinsip penataan.
II.8.1 Nirwana Epicentrum, Bogor
Nirwana Epicentrum adalah bagian dari pengembangan Bogor Nirwana
Residence yang merupakan kawasan komersial, hiburan, dan bisnis di kota Bogor.
Nirwana Epicentrum merupakan pusat kegiatan sosial untuk mewadahi aktivitas
leisure, entertainment, pendidikan, edutainment, komersial dan bisnis. Fungsi
50
pada kawasan Nirwana Epicentrum terdiri dari: Orchard Walk Arcade, Jungle
Mall, The Jungle Waterpark, Aston Bogor Hotel & Resort.
a. Orchard Walk Arcade
Orchard Walk Arcade adalah koridor sepanjang 500 meter, di kiri dan
kanan terdapat shop house dengan arcade sebanyak 70 unit tipe 8x12 meter
dan 8x14 m, tinggi 2,5 m. Shop house menyediakan aneka kebutuhan seperti:
fashion, kafe, restoran, kuliner, laundry, salon, barber shop, bank, dan
kebutuhan lainnya.
Gambar II. 4 pedestrian way Orchard Walk (kiri), gerbang Orchard Walk (kanan).
Sumber: http://www.bnr.co.id/facilities/orchard-walk
Gambar II. 3 Peta Lokasi Nirwana Epicentrum di Bogor Nirwana Residences (kiri) Sumber: Skyscrapercity.com Nirwana Epicentrum, Bogor (kanan) Sumber: http://www.bnr.co.id/facilities/orchard-walk
51
Di bagian atas arcade terdapat jembatan melintang yang menghubungkan arcade
di sisi kiri dan di sisi kanan jalan. Panggung disediakan di antara arcade untuk
beragam event seperti promosi, peluncuran produk, dan lain-lain.
Orchard Walk Arcade didesain dengan konsep walkable. Indikatornya
adalah pedestrian selebar 9 m di depan deretan arcade dilengkapi pohon peneduh,
ruang terbuka, dan taman. Teras setiap arcade seluas 8 m dan diberi atap untuk
mengantisipasi kondisi iklim. Ruang terbuka +17 m disediakan untuk
kenyamanan pejalan kaki dan sirkulasi pengunjung.
Lahan parkir ditempatkan di bagian belakang, parkir kendaraan tidak di
bagian depan karena bagian depan hanya untuk kendaraan melintas atau untuk
menurunkan pengunjung. Ruang untuk pedagang kaki lima dengan standar
makanan dan gerobak yang ditentukan pengembang, antara lain: jagung bakar,
bandrek, roti dan pisang bakar, dan lain-lain.
b. The Jungle Mall
The Jungle Mall adalah retail dan pusat perbelanjaan (shopping mal) di depan The
Jungle Water Park yang menjadi pintu masuk ke The Jungle Water Park. The
Jungle Mall terdiri dari 2 unit untuk tenant utama, dan 40 unit untuk regular
tenant. Mall ini terbuka dengan system penghawaan alami dalam 2 lantai.
The jungle Mall dibangun di atas tanah seluas 23.660 m2, mewadahi beberapa
tenant kuliner, pakaian dan wahana hiburan, permainan untuk anak-anak seperti
Time Zone dan Rumah Hantu.
Lahan parkir untuk The Jungle Water Park dan The Jungle Mall dikondisikan
pada lahan di depan The Jungle Mall.
Gambar II.5 The Jungle Mall, Bogor Nirwana Residences Sumber: http://www.bnr.co.id/facilities/orchard-walk
52
c. The Jungle Water Adventure
The Jungle Water Park menempati lahan seluas 4,3 ha dengan luas bangunan
2,7 ha. The jungle dilengkapi fasilitas: 4D cinema, Theme Park yang
terintegrasi dengan The Jungle Mall (didalamnya terdapat resto & cafe,
pakaian dan kerajinan, timezone, paint ball arena, rumah hantu), Water Park
menyediakan wahana seperti fountain footsal, birdpark, giant fresh aquarium,
leisure pool, lazy river, kiddies pool, serta amphitheater.
d. Hotel
Hotel & Resort berdiri di atas lahan seluas 3,9. Hotel & Resort memiliki 4
menara, yaitu menara A untuk loby, restoran, enam unit ruang rapat, lounge
dan convention hall, menara B terdiri dari 40 kamar hotel, menara C terdiri
dari 84 condotel dan menara D 100 unit condotel.
Gambar II. 6: waterboom dan the wave, Bogor nirwana residence. Sumber: http://www.bnr.co.id/facilities/orchard-walk
Gambar II. 7 Aston Hotel & Resort Sumber: http://www.bnr.co.id/facilities/orchard-walk
53
Tabel II. 4 Fungsi luas dan fasilitas yang diwadahi pada Nirwana Epycentrum, Bogor
Kawasan fungsi Luas (m
2)
fasilitas Presentase Bangunan site
Nirwana Epicentrum
Orchard
Walk Arcade 8x12 m 8x14 m
22.000 Shop house Panggung terbuka Restoran. Lapak kaki lima
17 %
The Jungle
Mall 23.660 2 unit tenant utama
40 unit tenant regular 4D cinema, Theme Park Resto & cafe. Pakaian dan kerajinan. Timezone, paint ball
arena, rumah hantu.
18,5 %
The Jungle
Water Adventure
27.000 43.000 Fountain footsal. Birdpark, Giant fresh aquarium, Leisure pool, lazy river, Kiddies pool, Amphitheater
33,7 %
Hotel 39.000 Terdiri dari 4 menara dilengkapi ::
Loby Restoran. ruang rapat 6 uni. Lounge. convention hall
30 %
II.8.2 Kawasan komersial City of London, Ontario
Tujuan Perancangan Kawasan Komersial Ontario di London adalah :
1. Mengurangi blok bangunan besar dan dan dampak bangunan komersial
terhadap lingkungan di sekitarnya.
2. Menciptakan kenyamanan dan aktifitas pejalan kaki.
Gambar II. 8 Peta kawasan Komersial City of London, Ontario, Canada.
Sumber : Meridian Planning Consultants, 2007
Sumber: http://www.bnr.co.id/facilities/orchard-walk
54
Visi
Visi dan karakter penataan kawasan komersial yakni :
1. Jalur pejalan kaki yang terhubung dengan komunitas di sekitarnya.
2. Sensitifitas kawasan bersejarah.
3. Pemakaian material bangunan.
4. Shopping center dan shopping street berintegrasi untuk :
a. Kenyamanan lingkungan pejalan kaki.
b. Menata green building, site, dan wajah lansekap.
c. Mencapai kepadatan pada kawasan mixed use.
A. Strategi dan Konsep
Strategi
Strategi penataan kawasan komersial Ontario adalah memasukkan
kelompok retail untuk mendukung kawasan berorientasi pejalan kaki, serta
mempromosikan node kawasan komersial daripada strip komersial.
Konsep
1. Menata fungsi komersial yang berukuran kecil dan sedang.
2. Perbaikan jalur pedestrian dan hubungan antar kawasan komersial.
3. Mixed use dan redevelopment pusat perbelanjaan, berupa "lifestyle center"
4. Integrasi perumahan, kantor dan ruang komunitas dengan fungsi komersial.
5. Mempromosikan kantor di daerah titik transit yang mendukung kepadatan.
6. Membolehkan parkir pada halaman depan.
7. Merekomendasikan gedung parkir
8. Outdoor parking harus melayani berbagai fungsi yang lebih bervariasi.
9. Pencahayaan meningkatkan keamanan pejalan kaki dan aman di malam hari.
10. Akses bebas hambatan untuk bangunan komersial dan penyeberangan pejalan
kaki ditingkatkan, sirkulasi pejalan kaki yang bergerak lambat.
B. Prinsip - prinsip penataan
1. Berorientasi pejalan kaki dan meningkatkan kualitas streetscape
Lingkungan yang berorientasi pejalan kaki memerlukan penataan
streetscaping dan landscaping, antara lain:
55
a. Batas bangunan mendefinisikan jalan dan ruang terbuka publik.
b. Trotoar yang lebar
c. Pohon tepi jalan dan elemen lansekap mementingkan ruang publik
d. Menyediakan tempat duduk dan meja.
e. Menata jalur pejalan kaki dengan paving, bangku, tanaman, pencahayaan
berskala pejalan kaki, reklame dan ruang publik.
2. Sustainable Design
3. Mixture of Uses
a. Menggabungkan fungsi perbelanjaan, kerja dan hunian.
b. Skala, tinggi dan massa bangunan dengan square yang dapat diakses publik
menciptakan sense of place.
c. Menggabungkan retail di bawah, perumahan atau kantor di atas, dan parkir
di jalan.
C. Prinsip retail berukuran besar
1. Arsitektur dan massa bangunan
a. Sempadan jalan diminimalkan.
b. Bangunan membentuk ruang terbuka yang nyaman
c. Pintu masuk utama jelas terbaca.
d. Lantai dasar diselubungi kaca dan atau material fasad menarik.
Gambar II.9 Desain pusat perbelanjaan dikelilingi jalur pedestrian dan perlengkapannya (kiri). Bangunan Lifestyle Centres mengkombinasikan retail, kantor dan hunian, on street parking (tengah). Bangunan membentuk ruang terbuka (kanan).
Sumber : BMI|Pace, Meridian Planning Consultants, Urban Metrics, 2007