bahaya bahan pengawet
TRANSCRIPT
BAHAYA ZAT PENGAWET PADA MAKANAN
MAKALAH ILMIAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu Dr. Muhammad Abdullah, M.A
Eka Vany Anggraeni
NIM : 24030111120016
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah ilmiah guna memenuhi tugas bahasa Indonesia dengan judul “Bahaya Zat
Pengawet pada Makanan”.
Makalah ini dapat digunakan sebagai media informasi tentang bahaya zat
pengawet pada makanan sehingga masyarakat dapat membedakan mana yang
berbahaya dan mana yang tidak kemudian dapat berantisipasi dan dapat berpikir
terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi makanan tersebut..
Dalam penulisan makalah ini, banyak pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis berterima kasih
kepada
1. Dr. Muhammad Abdullah, M.A, sebagai Dosen Mata Kuliah Bahasa
Indonesia.
2. Kedua orang tua yang senantiasa mendukung dan mendo’akan penulis
dalam segala hal.
Diharapkan kritik dan saran oleh kami untuk perbaikan makalah ilmiah ini
dari pembaca. Akhirnya, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.
Semarang,
21 September 2011
Penyusun
i
BAHAYA ZAT PENGAWET DALAM MAKANAN
ABSTRAK
Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air
yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan
itu sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar
kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal
(metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak. Maka dari itu sering
dilakukan pengawetan makanan agar tahan lebih lama. Pengawetan makanan
adalah suatu proses penambahan zat lain yang baik yang bersifat alami atau
kimiawi yang bertujuan untuk mambuat suatu makanan menjadi lebih tahan lama
bila dibandingkan dengan biasanya. Bahan pengawet makanan merupakan bahan
tambahan makanan yang digunakan untuk mencegah atau menghambat terjadinya
fermentasi, pengasaman atau peruraian lain pada makanan yang disebabkan
adanya mikroorganisme. Pengawet pada makanan memiliki efektifitas yang
berbeda-beda, ada yang efektif terhadap bakteri, khamir/kapang, ada yang efektif
terhadap aktifitas enzim. Jadi pemakaian pengawet harus disesuaikan dengan
kebutuhan. Jangan sampai salah pilih pengawet karena ada pengawet yang
dilarang ditambahkan pada makanan. Pengawet yang dilarang ini sangat berbahay
bagi kesehatan manusia.
Judul makalah ini adalah “ Bahaya Zat Kimia pada Makanan”. Tujuannya
agar masyarakat dapat mengetahui mana yang baik untuk dikonsumsi dan mana
yang harus dihindari.
Metode yang digunakan yaitu metode diskriptif yaitu metode penjelasan
suatu masalah dan metode eksplanatori yaitu metode yang menjelaskan apa,
bagaimana hasil dari pada penelitian itu sendiri.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian...............................................................................................3
2.2 Jenis-jenis Pengawetan Makanan...........................................................3
2.3 Kerugian Pengawetan Makanan.............................................................5
2.4 Keuntungan Pengawetan Makanan........................................................6
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode yang Digunakan..........................................................................7
3.2 Latar Penelitian.........................................................................................7
3.3 Sumber Data.............................................................................................7
3.4 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................7
3.5 Teknik Analisis Data................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Proses Pengawetan pada Makanan...........................................................8
4.2 Zat-zat Pengawet Makanan......................................................................9
BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................11
iii
3.2 Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pangan dilihat secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena
kadar air yang terkandung didalamnya sebagai faktor utama penyebab
kerusakan pangan itu sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan maka
semakin besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas
biologi internal (mmetabolisme) maupun masuknya mikrobaperusak. Kriteria
yang dapat digunakan untuk menentukan apakah makanan tersebut masih
pantas dikonsumsi, secara tepat sulit dilaksanakankarena melibatkan faktor-
faktor nonteknik sosial ekonomi, dan budaya suatu bangsa. Idealnya,
makanan tersebut harusbebas polusi pada setiap tahap produksi dan
penanganan makanan, bebas dari perubahan-perubahan kimia dan fisik, bebas
mikroba dan parasit yang menyebabkan penyakit atau pembusukan(Winarno,
1993).
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas
pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya
adalah aman, bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Pada pembahasan makalah ini, penulis mengkhususkan kedalam beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan ilmu pengawetan makanan ?
2. Apa dampak positif dan negatif pengawetan makanan ?
3. Bagaimana cara pengawetan makanan yang baik dan tidak berdampak
buruk bagi kesehatan ?
1
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang zat-zat pengawet pada makanan
2. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif pengawetan makanan
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat memperluas wawasan tentang pengawetan makanan
2. Dapat mengetahui tentang dampak dari pengawetan makanan
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Pengawetan makanan ialah suatu proses penambahan zat lain baik yang
bersifat alami atau kimiawi yang bertujuan untuk membuat suatu makanan
menjadi tahan lebih lama jika dibandingkan dengan biasanya.
2.2 Jenis-jenis Pengawetan Makanan
1. Alamiah
a. Pendinginan
Pendinginan ialah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan
bahan yaitu -2 sampai +100C. Pembekuan ialah penyimpanan bahan pangan
dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12 sampai -240C. Pendinginan
biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau
minggutergantung pada macam bahan pangannya sedangkan pembekuan
dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau beberapa
tahun.
b. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan / menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian air yang
dikandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air
bahan tersebut dikurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak
dapat tumbuh kagi di dalamnya.
c. Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan yang
berfungsi untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis,
perubahan kadar air. Teknologi pengemasan perkembangan sangat pesat
khususnya pengemas plastik yang dengan drastis mendesak peranan kayu,
karton, gelas dan metal sebagai bahan pembungkus primer.
3
c. Pengalengan
Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan
yang dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda
asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara
komersial untuk membunuh semua mikroba patogen (penyebab penyakit)
dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan
dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat
oksidasi, atau perubahan cita rasa.
d. Penggunaan Bahan Kimia
Bahan pengawet dari bahan kimia berfungsi membantu
mempertahankan bahan makanan dari serangan makroba pembusuk dan
memberikan tambahan rasa sedap, manis, dan pewarna. Contoh beberapa
jenis zat kimia : cuka, asam asetat, fungisida, antioksidan, in-package
desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth regulatory.
Nitogen cair sering digunakan untuk pembekuan secara tepat buah dan
sayur sehinnga dipertahankan kesegaran dan rasanya yang nyaman. Suatu
jenis regenerasi baru growth substance sintesis yang disebut morfaktin
telah ditemuakan dan diaplikasikan untuk mencengah kehilangan berat
secara fisiologis pada pasca panen, kerusakan karena kapang, pemecahan
klorofil serta hilangnya kerenyahan buah.
e. Pemanasan
Penggunaan panas dan waktu dalam proses pemanasan bahan pangan
sangat berpengaruh pada bahan pangan. Pada umumnya semakin tinggi
jumlah panas yang di berikan semakin banyak mikroba yang mati. Pada
proses pengalengan, pemanasan di tujukan untuk membunuh seluruh
mikroba yang mungkin dapat menyebabkan pembusukan makanan dalam
kaleng tersebut, selama penanganan dan penyimpanan. Pada proses
pasteurisasi, pemanasan di tujukan untuk memusnahkan sebagian besar
mikroba pembusuk, sedangkan sebagian besar mikroba yang tertinggal
dan masih hidup terus di hambat pertumbuhanya dengan penyimpanan
4
pada suhu rendah
2. Kimiawi
a. Teknik Fermentasi
Fermentasi bukan hanya berfungsi sebagai pengawet sumber makanan,
tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan. Salah satumya fermentasi dengan
menggunakan bakteri laktat pada bahan pangan akan menyebabkan nilai pH
pangan turun di bawah 5.0 sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
fekal yaitu sejenis bakteri yang jika dikonsumsi akan menyebabkanakan
muntah-muntah, diare, atau muntaber. Bakteri laktat (lactobacillus)
merupakan kelompok mikroba dengan habitat dan lingkungan hidup sangat
luas, baik di perairan (air tawar ataupun laut), tanah, lumpur, maupun batuan.
tercatat delapan jenis bakteri laktat, antara lain Lacobacillus acidophilus, L
fermentum, L brevis,dll.
b. Teknik Iradiasi
Iradiasi adalah proses aplikasi radiasi energi pada suatu sasaran, seperti
pangan. Menurut Maha (1985), iradiasi adalah suatu teknik yang digunakan
untuk pemakaian energi radiasi secara sengaja dan terarah. Sedangkan
menurut Winarno et al. (1980), iradiasi adalah teknik penggunaan energi
untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan. Jenis
iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan adalah
radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi
tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada
materi yang dilaluinya. Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi pengion, contoh
dan gelombang radiasi pengion adalah radiasi partikel
Contoha,belektromagnetik digunakangradiasi pengion yang disebut terakhir
ini paling banyak (Sofyan, 1984; Winarno et al., 1980).
2.3 Kerugian Pengawetan Makanan
Pada pengolahan bahan pangan zat gizi yang terkandung dalam bahan
pangan dapat mengalami kerusakan bila di olah, karena zat itu peka
terhadap PH pelarut, oksigen, cahaya dan panas atau kombinasinya.
5
Pada dasarnya bahan makanan diolah dengan tiga macam alasan:
1. Menyiapkan bahan makanan untuk dihidangkan.
2. Membuat produk yang di kehendaki termasuk di dalamya nutrifikasi
bahan makanan, (contoh: roti)
3. Mengawetkan, mengemas dan menyimpan (contoh: pengalengan)
Pengolahan makanan di lakukan dengan maksut mengawetkan, lebih
intensif dari pada memasak biasa kecuali bahan makanan harus di
masak, juga misalnya pada canning, makanan itu harus di sterilkan
dari jasad renik pembusuk. Untuk beberapa jenis makanan, waktu
yang di perlukan untuk proses itu cukup lama, sehingga dapat di
pahami mengapa kadar zat makanan dapat menurun, akan tetapi
dengan penambahan zat makanan (nutrien) dalam bentuk murni,
sebagai pengganti yang hilang maka hal seperti di atas dapat di atasi.
2.4 Keuntungan Pengawetan Makanan
Adapun keuntungan dari pengawetan makanan antara lain :
1. Makanan dapat tahan lebih lama
2. Kandungan gizi tidak terlalu banyak berkurang.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode yang digunakan
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode
penjelasan suatu masalah. Selain itu metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksplanatori, yaitu metode yang menjelaskan apa, bagaimana hasil
dari pada penelitian itu sendiri.
3.2 Latar Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan melalui deskripsi media cetak yang dapat
kita peroleh pada perpustakaan – perpustakaan, dan toko buku yang ada di sekitar
kita.
3.3 Sumber Data
Dengan melakukan kunjungan pustaka dan reverensi terhadap beberapa
buku dan majalah yang terdapat di toko – toko buku yang ada di Kasikan serta d
melakukan Browssing pada situs – situs internet yang berhubungan dengan judul
yang penulis angkat.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Study Kepustakaan
Dalam teknik ini menjadikan buku – buku dan majalah yang
berhubungan dengan penelitian sebagai referensi dan melakukan browsing di
internet, sehingga ada korelasi antara judul karya tulis dengan teori serta
pelaksanaan penelitian itu sendiri.
3.5. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,
yaitu metode analisa data dengan memaparkan hasil penelitian yang diperoleh.
7
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Proses Pengawetan Pada Makanan
Proses pengawetan dapat di kelompokan menjadi 3 yaitu: pasteurisasi,
pemanasan pada 1000 C dan pemanasan di atas 1000 C.
Pengaruh utama perlakuan panas adalah denaturasi protein seperti innaktif
mikroba dan enzim – enzim yang lain. Pasteurisasi membebaskan bahan makan
terhadap pathogen dan sebagian besar sel vegetatif mikroba sedangkan
sterilisasi dapat didefinisikan sebagai proses memnetikan bsemua mikroba
yang hidup. Sterilisasi dengan panas merupakn proses pengawetan makanan
yang paling efektif namun mempunyai pengaruh yang merugikan terhadap zat
gizi yang labil, terutuma vitamin – vitamin dan menurunnya nilai gizi protein
terutama pada reaksi mallard.
Pengawetan suhu rendah terutama pengawetan dengan suhu beku ditinjau
dari banyak segi merupakan cara pengawtan bahan makanan yang aling tidak
merugikan. Suhu rendah menghamabat pertumbuhana dan memperlambat laju
reaksi kimia dan enzim. Aktifitas enzim dalam danging dapat dikatakan
berhenti dalam penyimpanan suhu beku sedangkan untuk penyimpanan bahan
makanan sala sebelum pembekuana perlu dikukus terlebih dashulu untuk
mencegah perubahan kwalitas yang tidak didinginkan. Susut kandungan
vitamin minimal bila dibandingkan dengan cara pengawetan lain. Penyebab
utama kerusakan kualitas secara keseluruhan terjadi terutama karena kondisi
yang kurang menguntungkan pada proses pembekuan,pengeringan dan
pelelehan kristal es (thawing).
Kerusakan bahan makanan yang derajat keasamannya rendah secara relative
berjalan cepat. Pertumbuhan organisme penyebab kerusakan bahan makanan
sangata terhambat dalam lingkungan yang keasamannaya tinggi.
8
Salah satu cara pengawetan bahan makanan adalah menurunkan Ph bahan
makanan tersebut dengan cara fermentasi anaerob senyawa karbohidrat
menjadi asam laktat. Keasaman beberapa beberapa bahan makanan dapat
dinaikkan dengan penambahan asam seperti cuka atau sama sitrat oleh prose
fermentasi kecil. Dalam kandungan zat gizi makanan dapat ditingkatkan
terutama melalui sinesis vitamin dan protein oleh mikroba.
Zat aditif berupa zat kimia mempunyai daya pengawet terhadap bahan
makanan karena menyediakan lingkungan yang menghambat pertumbuhan
mikroba reaksi kimia enzimatis dan kimia. Pengolahan demikian termasuk pola
penggunaan agensia kiuring dan pengasapan produk daging, pengawetan kadar
gula tinggi untuk sayuran dan buah-buahan serta perlakuan dengan berbagai
macam zat kimia aditif. Pengaruh cara initerhadap zat gizi bervariasi namun
pada umumnya kecil.
4.2 Zat-zat Pengawet Makanan
a. Zat Aditif
Zat ini berfungsi untuk zat tambahan seperti mengawetkan makanan,
menambah rasa dan aroma, dan mempermudah proses pembuatan makanan
ataupun minuman, dan sebagainya.
Ada dua jenis :
1. Zat Aditif Alami
a. Zat Pewarna, contoh : Curcuma longa, kunyit (curcumin) memberi
warna kuning.
b. Zat Penyedap Rasa, contoh : Zingiber officinale, jahe memiliki
aroma pedas manis.
c. Zat Pemanis, contoh : Gula pasir memberi rasa manis.
d. Zat Anti Oksidan, contoh : Paterseli, Petroselinium orispum. .
9
2. Zat Aditif Sintesis
Contoh Zat Pengawet beserta efek sampingnya
- Formalin, sebagai pengawet mie, dsb
Kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan, penyakit
jantung dan merusak sistem saraf.
- Sulfur Dioksida pengawet untuk mempertahankan warna
daging atau iklan.
Perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi
genetik, kanker dan alergi.
- Kalsium dan Natrium propionate pengawet roti, keju, margarin,
dan mentega.
Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa
menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
- Kalsium Benzoate, Natrium benzoat dan asam benzoat
(C6H5COOH) digunakan sebagai pengawet minuman ringan,
kecap, margarin, saus, manisan, dan buah kalengan.
Memicu terjadinya serangan asma. Senyawa ini dapat
mempengaruhi rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi
benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol.
10
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengawetan makanan
merupakan suatu upaya untuk menahan laju pertumbuham mikroorganisme
pada makanan.
Jenis-jenis teknik pengawetan makanan itu ada 6 :
1.Pendinginan
2.Pengeringan
3.Pengalengan
4.Pengemasan
5.Penggunaan bahan kimia
6.Pemanasan
Penggunaan zat aditif (tambahan) dalam makanan dan minuman sangat
berbahaya bagi kesehatan masyarakat, terutama zat tambahan bahan kimia
sintetis yang toksik dan berakumulasi dalam tubuh untuk jangka waktu yang
relatif lama bagi yang menggunakannya.
Keracunan makanan bisa disebabkan oleh karena kelalaian dan
ketidaktahuan masyarakat dalam pengolahannya , seperti keracunan
singkong. Keracunan makanan bisa juga disebabkan oleh kondisi lingkungan
yang memungkinkan mikroba untuk berkembang biak lebih cepat, seperti
karena faktor fisik, kimia dan biologis
3.2 Saran
Dari pernyataan di atas, dianjurkan :
- Para produsen jangan hanya ingin mendapat keuntungan yang besar
tetapi juga memperhatikan aspek kesehatan bagi masyarakat yang
mengkonsumsinya yaitu dengan menggunakan zat aditif yang tidak
membahayakan bagi kesehatan.
11
- Bagi Dinas Kesehatan / Pengawasan makanan dan minuman
hendaknya sebelum mengeluarkan nomor registrasi mengetahui
kandungan zat yang ada didalamnya terutama yang membahayakan
kesehatan.
- Bagi instansi terkait hendaknya memberikan informasi kepada
khalayak luas tentang bahan kimia atau zat tambahan yang boleh dan
tidak boleh digunakan dalam makanan dan minuman yang
mengganggu kesehatan.
- Bagi konsumen hendaknya berhati-hati dalam memilih makanan dan
minuman yang akan dikonsumsi
12
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999
Peraturan Menkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 dan perubahannya No.
1168/Menkes/Per/X/1999
UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan,
UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
http://kosmo.vivanews.com/news/read/274691-5-zat-aditif-yang-sebaiknya-dihindari
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/zat-aditif/zat-aditif-
pada-makanan/
13