barbiturat dan antibiotik 2
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam bidang analisa kimia terdapat dua macam analisa yaitu
kaulitatif dan kuantitatif. Penetapan kadar suatu senyawa, khususnya
dilakukan dalam analisa kuantitatif. Zat yang ditentukan sering
ditunjukkan sebagai zat yang diinginkan atau analit. Dapat terdiri dari
sebagian kecil atau besar dari contoh yang dianalisa.
Penetapan kadar kuantitatif atau jumlah sangat penting untuk
menjamin mutu dan kepercayaan konsumen terhadap suatu sediaan
obat. Obat-obatan yang beredar di pasaran mengandung bahan aktif
seperti yang tertera pada etiket, namun dapat saja obat tersebut telah
berkurang kadarnya karena faktor pabrikasi. Jika ada obat yang retak
atau rusak akan mempengaruhi efek terapeutiknya.
Penetapan kadar senyawa aktif dalam sediaan pada umumnya
menggunakan metode titrasi yang sesuai dengan sifat kimia dari
senyawa aktif yang ingin diketahui kadarnya.
Istilah antibiotik untuk pertama kali digunakan oleh Waksman
(1945) sebagai nama dari suatu golongan yang berasal dari bahan
biologis yang kerjanya antagonistik terhadap mikroorganisme. Istilah itu
berarti “melawan hidup”. Dengan kata lain maksud dari antibiotik
adalah zat yang dihasilkan oleh organisme (mikroorganisme) hidup,
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain, bahkan
dapat memusnahkannya.
Barbiturat menyebabkan toleransi, enzim metabolik obat,
dependensi fisik dan gejala putus obat yang hebat. Paling
mengerikan dapat menyebabkan koma dalam dosis toksik. Barbiturat
tertentu seperti tiopental, karena bekerja sangat singkat, masih
digunakan sebagai induksi anestesia.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi
senyawa obat golongan Antibiotik dan Barbiturat secara analisis
kualitatif.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengidentifikasi senyawa obat golongan
Antibiotik dan barbiturat melalui reaksi pendahuluan (Uji
Organoleptis, Uji Kelarutan dan Uji Pemijaran), reaksi
penggolongan dan reaksi spesifik.
I.3 Prinsip Percobaan
Penentuan golongan suatu senyawa obat dari golongan
antibiotik dan barbituran berdasarkan uji organoleptis, uji unsur, uji
gugus fungsi, uji golongan senyawa, uji mikoskopik dan uji reaksi
spesifik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat.
Asam barbiturat merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea
dengan asam malonat. (Ganiswarna, 1995)
Rumus bangun asam barbiturat dapat digambarkan seperti dibawah
ini. (Sudjadi, 1999)O║C ― NH
R1 │6 1│C5 2 C ═ O
R2 │ │C4― 3NH
║
O
Adapun rumus beberapa turunan asam barbiturat, antara lain:
( Sudjadi, 1999)
Nama
Substituen pada
BM1 R1 R2
Barbital, veronal - etil etil 184,19
Fenobarbital, luminal - etil fenil 232,23
Butetal,soneril - etil n-butil 212,24
Pentobarbital,nembut - etil 1-metil butil 224,27
Allobarbital, alurat - alil alil 208,21
Aprobarbital, alurat - alil isopropil 210,23
Metarbital, gemonil Metil etil etil 198,22
Mefobarbital prominal Metil etil fenil 246,26
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara
ekstensif sebagi hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk
beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturat telah banyak
digantikan oleh benzodiazepin yang lebih aman. (Ganiswarna,1995)
Barbiturat menyebabkan toleransi, enzim metabolik obat,
dependensi fisik dan gejala putus obat yang hebat. Paling
mengerikan dapat menyebabkan koma dalam dosis toksik. Barbiturat
tertentu seperti tiopental, karena bekerja sangat singkat, masih
digunakan sebagai induksi anestesia. (Mycek, 2001)
Penggolongan barbiturat disesuaikan dengan lama kerjanya,
yaitu (Mycek, 2001):
1. Barbiturat kerja panjang
Contohnya: Fenobarbital digunakan dalam pengobatan kejang
2. Barbiturat kerja singkat
Contohnya: Pentobarbital, Sekobarbital, dan Amobarbital yang
efektif sebagai sedatif dan hipnotik
3. Barbiturat kerja sangat singkat
Contohnya: Tiopental, yang digunakan untuk induksi intravena
anestesia.
Metode penetapan kadar barbiturat dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain:
1. Metode spektrofotometri untuk tablet (Sudjadi, 1999)
Pengukuran absorbansi barbiturat pada daerah ultraviolet
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Barbiturat dapat dilarutkan
dalam basa kuat dan pengukuran dilakukan pada λ max 255 nm.
Metode ini spesifik jika spektra dari senyawa penganggu tidak
peka terhadap perubahan pH. Pengukuran pada 260 nM lebih baik
karena menghilangkan gangguan yang disebabkan oleh hasil
peruraiannya.
2. Metode kolorimetridengan garam kobalt
Reaksi parri dapat digunakan sebagai dasar analisis
kuantitatif.
3. Metode asidi-alkalimetri (Sudjadi, 1999)
Semua barbiturat dapat ditetapkan sebagai asam berbasa
satu. Titrasi dalam air dihindarkan karena sifat keasamannya yang
lemah dan kelarutannya dalam air yang kecil. Oleh karena itu
titrasi dilakukan dengan pelarut campuran air-alkohol.
Titrasi yang paling cocok untuk barbiturat dilakukan dalam
suasana bebas air. Natrium barbiturtat juga dapat ditetapkan
secara TBA.
4. Metode argentometri (Sudjadi, 1999)
Dalam suasana basa barbiturat dengan perak nitrat
membentuk garam yang tak larut. Reaksi yang terjadi tergantung
suasana larutannya. Penetapan kadar secara potensiometri akan
didapat hasil yang lebih tepat dan teliti., dengan elektroda baku
perak-perak klorida dan elektroda penunjuk perak.
5. Metode bromometri untuk gugus yang tidak jenuh
Beberapa barbiturat mempunyai substituen pada kedudukan
5 yang merupakan gugus yang tidak jenuh, seperti dial. Gugus ini
dapat dititrasi kuantitatif dengan brom
Metoda netralisasi (asidimetri-alkalimetri) mencakup semua
penetapan titrimetri dengan reaksi netralisasi. Prinsip asidimetri dan
alkali metri sama, yaitu menetapkan kadar asam atau basa dengan
cara penambahan sejumlah larutan asam atau basa baku yang
setara, dari jumlah volum larutan asam atau basa yang ditambahkan
ini dapat dihitung kadar asam atau basa yang terdapat dalam contoh.
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna indikator yang
sesuai . (Susanti, 1997)
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya
mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembicaan di sini, yang
dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk
kelompok parasit (Djide, 2005).
Istilah antibiotik untuk pertama kali digunakan oleh Waksman
(1945) sebagai nama dari suatu golongan yang berasal dari bahan
biologis yang kerjanya antagonistik terhadap mikroorganisme. Istilah itu
berarti “melawan hidup”. Dengan kata lain maksud dari antibiotik adalah
zat yang dihasilkan oleh organisme (mikroorganisme) hidup, yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain, bahkan dapat
memusnahkannya (Irianto, 2002).
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama
fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.
Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik
penuh. Namun dalam praktek sehari-hari AM sintetik yang tidak
diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga
sering digolongkan sebagai antibiotik (Djide, 2005 ).
Banyak antibiotik yang berasal dari mikroorganisme, beberapa
dihasilkan oleh spesies fungi biasa, misalnya penisilin, tetapi kebanyakan
diperoleh dari bermacam-macam bakteri yang menyerupai fungi (mold
like). Sedikit sekali yang dihasilkan oleh bakteri asli, kecuali dari spesies
Bacillus (Irianto, 2002).
Antibiotik digunakan untuk berbagai jenis infeksi berbagai kuman
atau juga untuk prevensi unfeksi, misalnya pada pembedahan besar.
Secara profilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep
jantung buatan, juga sebelum cabut gigi (Mutschler, 1999).
Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan secara
kebetulan oleh dr. Alexander Fleming (Inggris 1928) tetapi penemuan ini
baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan perang dunia ke II di
tahun 1941, ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk
menanggulangi infeksi dari luka (Tjay, 2000)
Kemudian para peneliti memperoleh banyak zat lain dengan
khasiat antibiotis. Akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya
bagimanusia hanya sebagian kecil saja yang digunakan sebagai obat
diantaranya streptomycin, kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin, rifampisi,
bleomisin, deksorubisin, minosiklin. dan tobramisin (Tjay, 2000).
Lazimnya antibiotik dibuat secara mikrobiologi yaitu fungi
dibiakkan dalam tangki-tangki besar bersama-sama gizi khusus. Oksigen
atau udara steril disalurkan kedalam cairan pembiakan guna
mempercepar pertumbuhan fungi dan meningkatkan produksi
antibiotikumnya. Setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotikum
dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan (Tjay, 2000).
Pembuatan antibiotik terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut
(Irianto, 2002) :
1. Mikroorganisme penghasil antibiotik dikembangbiakan.
2. Mikroorganisme dipindahkan ke dalam bejana fermentasi yang
menyerupai tangki besar. Di tempat ini, mikroorganisme dipacu
dengan lingkungan yang cocok agar berkembang biak secara tepat.
3. Dari cairan biakan itu, antibiotika diekstraksi dan dimurnikan,
selanjutnya diujikan dengan urutan sebagai berikut
a. Zat diuji dalam tabung reaksi, berkhasiat membasmi kuman
atau tidak.
b. Kemudian diuji pada hewan percobaan termasuk diteliti efek
sampingnya.
c. Bila ternyata aman, obat ini dapat diujicobakan kepada
sekelompok orang dengan pengawasan ketat para ahli.
d. Bila berhasil dengan baik, barulah diujikan pada orang sakit
dan selanjutnya dipasarkan.
II.2 Uraian Bahan
Golongan Antibiotik
1. Clindamycin
Nama resmi : Clindamycini hydrochloridum
Sinonim : Clindamycin
BM/RM : 461,44 / C18H33CIN2O5S.HCl
Pemerian : Serbuk hablurputih, dan tidak berbau
Kelarutan : MUdah larut dalam air, dan dalam etanol P;
larut dalam etanol 95% P, praktis tidak larut
dalam aseton
Khasiat : sebagai antibiotic
Farmakokinetik : Diserap hampir lengkap pada pemberian oral
setelah pemberian dosis oral 150mg
biasanya tercapai kadar puncak plama 2-3
mcg/ml dalam waktu 1 jam. Masa paruhnya
sekitar 2,7 jam, didistribusikan dengan baik
ke seluruh bagian tubuh, hanya sekitar 10%
diekskresi dalam bentuk asal melalui urin
Efek samping : Demam, nyeri abdomen, diare
Indikasi : Pengobatan terhadap infeksi kuman anaerob
terutama B.Fragilis
Dosis : Infeksi serius 150-300 mg setiap 6 jam.
Infeksi berat 300-450 mg setiap jam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
2. Eritromisin
Nama Resmi : Erythromycinum
Sinonim : Eritromisin
RM/BM : C37H67NO13 / 733,94
Pemerian : Serbuk hablur putih atau agak kuning. Tidak
berbau ataiu praktis tidak berbau rasa pahit
agak higroskopik
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1000 bagiian air,
larut dalam etanol (90%), kloroform P , dan
dalam eter P.
Khasiat : Sebagai antibiotik
Farmakokinetik : Diserap baik diusus kecil bagian atas, dengan
dosis oral 500 mg erytromycin basah dapat
dicapai dengan kadar puncak 0,3-1,9 µg/ml
1,6 jam.
Efek samping : Reaksi alergi, hepatitis koleostatik, nyeri
perut, mual dan muntah, demam,
leukositosis, eosinofilia.
Indikasi : Terapi infeksi rongga mulut dan saluran nafas
Dosis : dewasa dan anak diatas 8 tahun 250-500 mg
atau 0,5-1 g tiap 12 jam, anak sampai 2
tahun125 mg tiap 6 jam, 2-8 tahun 250 mg
tiap 6 jam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sampel antibiotic
3. Colistine
Nama Resmi : Polimycini B-Sulfat
Sinonim : Polymyxina B-sulfat
Pemerian : serbuk, putih sampai putih kuning gading,
tidak berbau atau berbau lemah
Kelarutan : Muda larut dalam air sukar larut dalam
metanol
Kegunaan : sampel antibiotic
Khasiat : Sebagai antibiotik
Farmakokinetik : Diserap melalui mukosa dan dieksresikan
melalui urin.
Efek samping : Kemerahan pada muka, vertigo, ataksia dan
rasa mengantuk
Indikasi : Infeksi saluran cerna karena kuman gram
negatif dan kuman proteus
Dosis : Dosis oral untuk anak dan bayi ialah 6-15
mg/kg BB/hari dibagi dalam tiga pemberian.
Dewasa 1-2 tablet 3 kali sehari
Penyimapan : Dalam wadah tertutup baik
4. Kanamycin
Nama Resmi : Kanamycini
Sinonim : Kanamycin
RM/ BM : C16H36N4O11 / 582,60
Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak
berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam 8 bagian air,praktis tidak larut
dalam etanol (95%)P, sangat sukar larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
Kegunaan : sampel antibiotic
Khasiat : Sebagia antibiotik
Farmakokinetik : Reabsorbsinya dari usus praktis nihil,
terdistribusinya ke jaringan tubuh buruk tetapi
dapat melintasi plasenta. Eksresinya lewat
ginjal rata-rata 60% dalam bentuk utuh.
Efek samping : Gangguan vestibuler dan pendengaran,
nefrotoksisitas, hipomagnesemia dan
pemberian jangka panjang, colitis karena
antibiotik
Indikasi : Septikimia dan sepsis pada nonatus,
meningitis dan infeksi SSP lainnya, infeksi
bilier dan prostatitis akut, endokraditis
Dosis : Oral 50-100 mg/kg/hari dalam 3-4 dosis,
i.m/i.v 15 mg/kg/hari dalam 2 sampai 4 dosis
5. Tetrasiklin
Nama Resmi : Tetracyclinum
Sinonim : Tetrasiklin
RM/BM : C22H24N2O8 / 444,44
Pemerian : serbuk hablur, kuning, tidak berbau. Stabil
diudara tetapi menjadi gelap oleh paparan
cahay kuat.
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut
dalam asam encer, dan NaOH, sukar larut
dalam etanol, praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter.
Kegunaan : sampel antibiotic
Khasiat : Sebagai antibiotik
Farmakokinetik : Reabsorbsi tetrasiklin dari usus pad perut
kosong adal;ah lebih kurang 3-4 jam tercapai
kadar puncak dalam darah eksresi tetrasiklin
terutama secara utuh melalui ginjal, maka
kadarnya didalam kemih tinggi
Efek samping : Mual, muntah, diare, eritema, sakit kepala dan
gangguan penglihatan
Indikasi : Eksaserbasi bronkhitis kronis, bruselosis,
klamedia, mikoplasma, ricktsia, efusi pleura
karena keganasan atau serosis, aknen
vulgaris
Dosis : Oral : 250mg tiap 6 jam. Pada infeksi berat
ditingkatkan sampai 500 mg 6-8 jam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
6. Rifampisin
Nama resmi : Rifampicinum
Sinonim : Rifampisin
BM/RM : 822,95 / C43H58N4O12
Pemerian : Serbuk hablur, coklat merah
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut
dalam kloroform; larut dalam etil asetat dan
dalam methanol
Kegunaan : sebagai sampel antibiotik
7. Ampisilin
Nama Resmi : Ampicillinum
Sinonim : Ampisilin
RM/BM : C16H19N3O4S / 349,40
Pemerian : serbuk hablur, putih ; praktis tidak berbau
Kelarutan : sukar larut dalam air dan dalam methanol;
tidak larut dalam benzene, CCl4, dan
kloroform.
Kegunaan : sampel antibiotik
Golongan Barbiturat
1. Fenobarbital (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Phenobarbitalum
Nama lain : Fenobarbital, luminal
RM/BM : C12H12N2O3/ 232,24
Rumus bangun : H
O N O
H5C2 NH
Pemeriaan : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak
berbau, rasa agak pahit
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol
(95%) P, dalam eter P, dalam larutan alkali
hidroksida dan dalam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Hipnotikum, sedativum
Kegunaan : sebagai sampel
Persyaratan kadar : Fenobarbital mengandung tidak kurang dari
98% dan tidak lebih dari 101,0% C12H12N2O3
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
2. Thiobarbital (Card System, 1979)
Nama resmi : Kemithal
Sinonim : Thiobarbital
Pemerian : Butir-butir kristal, butir putih, agak pahit
higroskopik.
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
3. Heksa Barbital (Card System, 1979)
Nama resmi : Eripan
Sinonim : Heksa barbital
BM : 235,26
Pemerian : Kristal prisma, praktis tidak berasa
Kelarutan : Tidak Larut dalam air, laruta dala metanol,
etanol panas, eter, CHCl3, aseton, Benzen.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
4. Lydo barbital (Card System, 1979)
Nama resmi : Phaodhorum
Sinonim : Cyclo barbital
Pemerian : Kristal pengikat, sangat pahit.
Kelarutan : Sedikit larut dalam air, cukup larut dalam air
panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
5. Allo barbital (Card System, 1979)
Nama resmi : Dial
Sinonim : Allo barbital
Pemerian : Kristal atau keping, agak pahit
Kelarutan : air 1 : 500, air mendidih 1 : 50
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
BAB III
METODE KERJA
III. 1 Alat yang dipakai
1. Botol pot dan botol coklat
2. Gegep kayu
3. Lampu spritus
4. Pipet tetes
5. Sendok tanduk
6. Tabung reaksi
III. 2 Bahan yang digunakan
1. Air suling
2. Ampicilin
3. Amoksisilin
4. Tetrasiklin
5. Streptomycin
6. Erytromicin
7. Penicillin
8. Allo barbital
9. Heksa barbital
10. Cyclo barbital
11. Fenobarbital
12. Prominal
III. 3 Cara kerja
1. Pemeriksaan Umum
- Analisis umum
Dipanaskan perlahan-lahan dengan api kuat, kemudian tidak
ada hablur dan berwarna coklat.
- Analisis N
Filtrat + FeSO4 HCl encer Hijau
Filtrat dipananskan Mendidih
Filtrat + FeCl3 Biru
- Analisis S
Filtrat + Na.Nitroposida Ungu
Filtrat + Asam asetat Pb asetat Coklat
- Analisis P
Filtrat + Amonium molikat kuning
Filtrat + HNO3 Amonium muhibitat
- Halogen
Filtrat + CCl4 Na. Hiprosida encer Dipanaskan sampai
Merah
2. Penentuan gugus
- Ikatan rangkap
Dengan KmnO4
Zat + air / Aseton Zn + KmnO4 + 2 tetes Ungu
- Alkohol
Primer : Zat + KmnO4 + H2SO4 + Warna
Sekunder : Zat + Aquabrom + Na. Nitrofosfor
Tersier : Zat + H2O + H2SO4 Abu-abu
3. Uji golongan
Zat + Keton Bening
4. Uji Spesifik
Zat + DAB HCl kuning
Zat + CuSO4 Ungu kecoklatan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Pemeriksaan organoleptis
No. Senyawa obat Bentuk Warna Bau Rasa
1. Amoksilin Serbuk hablur Putih - -
2. Ampicilin Hablur halus Putih - Pahit
3. Tetrasiklin Serbuk hablur Kuning - -
4. Eritromicin Hablur halus Putih - Sangat pahit
5. Penisilin Serbuk halus Kuning - -
6. Clindamiycin Serbuk halus Putih - -
7. Streptomycin Zat padat Putih - -
8. Allo barbital Kristal - - Agak pahit
9. Heksa barbital Kristal prima - - -
10. Cyclo barbital Kristal Mengkilat Sangat pahit
11. Fenobarbital Serbuk hablur Putih - -
12. Penthoal Bubuk Putih
kunnig
Bawang -
13. Prominal Kristal Putih - Tidak berasa
IV. 2 Kelarutan
No. Senyawa obat Etanol Air Eter Kloroform
1. Amoksilin - larut Prk.tdk
larut
-
2. Ampicilin larut larut - -
3. Tetrasiklin Sukar larut 60 bagian Tidak
larut
Tidak larut
4. Eritromicin Tidak larut Mudah
larut
Larut -
5. Penisiin Larut - - -
6. Streptomycin - - Tidak
larut
-
7. Clindamycin Larut - - -
8. Allo barbital 1 : 500 - - -
9. Heksa barbital Tidak larut Larut Larut Larut
10. Cyclo barbital Sedikit larut - - -
11. Thiobarbital Larut - - Tidak larut
12. Fenorbarbital Larut Larut - -
IV.3 Pembahasan
Antibiotik adalah suatu sediaan yang berasal dari
mikroorganisme yang digunakan untuk menghambat atau mematikan
mikroorganisme lain.
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi
mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara
semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari-hari
AM sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya
sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik.
Identifikasi dari antibi0tik yang terbaik adalah dengan
menggunakan cara mikrobiologis. Cara kimia sulit karena tidak
adanya persamaan sifat atau struktur kimia yang begitu mencolok.
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat.
Asam barbiturat merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea
dengan asam malonat.
Rumus bangun asam barbiturat dapat digambarkan seperti
dibawah ini.
O║C ― NH
R1 │6 1│C5 2 C ═ O
R2 │ │C4― 3NH
║
O
Adapun rumus beberapa turunan asam barbiturat, antara lain:
Penggolongan barbiturat disesuaikan dengan lama kerjanya,
yaitu :
1. Barbiturat kerja panjang
Contohnya: Fenobarbital digunakan dalam pengobatan kejang
2. Barbiturat kerja singkat
Contohnya: Pentobarbital, Sekobarbital, dan Amobarbital yang
efektif sebagai sedatif dan hipnotik
3. Barbiturat kerja sangat singkat
Contohnya: Tiopental, yang digunakan untuk induksi intravena
anestesia.
BAB V
PENUTUP
Nama
Substituen pada
BM1 R1 R2
Barbital, veronal - etil etil 184,19
Fenobarbital, luminal - etil fenil 232,23
Butetal,soneril - etil n-butil 212,24
Pentobarbital,nembut - etil 1-metil butil 224,27
Allobarbital, alurat - alil alil 208,21
Aprobarbital, alurat - alil isopropil 210,23
Metarbital, gemonil metil etil etil 198,22
Mefobarbital prominal metil etil fenil 246,26
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji organoleptik, uji golongan, uji kelarutan, serta
uji spesifik kita dapat mengetahui golongan dan senyawa apa dari
sampel yang diberikan.
Senyawa-senyawa yang termasuk golongan Antibiotik adalah
ampicilin, penicilin, tetrasiklin, clindamycin, streptomycin, eritromycin
dan amoksilin.
Senyawa-senyawa yang termasuk golongan Barbiturat adalah
Fenorbarbital, penthoal, Prominal, Allo barbital, Hekas barbital dan
Cyclo barbital.
V. 2 Saran
Agar pereaksi-pereaksi yang ada dilaboratorium agar lebih
dilengkapi, sehingga memudahkan dalam mengidentifikasi
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, (1979),”Farmakope Indonesia”, edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Ganiswarna,Sulistia G., (1999), “Farmakologi dan Terapi”, Bagian Farmakologi FK-UI, UI-Press
Sudjadi dan Rahman,Abdul., “ Ananlisis Obat dan Makanan”, PT Gramedia, Jakarta.
Mycek, Mary,J., dkk, (2001), “Farmakologi Ulasan Bergambar”Edisi 2, Widya medika, Jakarta
Susanti, S., Wunas, Y., (1997) “Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif”, Jurusan Farmasi, Unhas, Makassar
Djide M. Natsir, dkk, 2005, ”Mikrobiologi Farmasi”, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unhas Makassar.
Tjay Hoan Tan, dkk, 2000, ”Obat – Obat Penting”, Edisi kelima, PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.