bbc2013_praktikum
DESCRIPTION
praktikumTRANSCRIPT
1Kurikulum FK USU 2013
PENUNTUN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM FISIOLOGI (BBC1-Pr1-FL)
PENGENALAN MIKROSKOP
Tujuan: 1. Menentukan pembesaran total : a. Dengan prisma penggambar
b. Tanpa prisma penggambar
2. Menera sebuah mikrometer-okuler dan mengukur besarnya diameter kapiler.
3. Menggambar preparat dengan objectif 10x, 40x dan 100 x
4. Menentukan Numerieke apertuur ( N.A )
Alat - alat :
1. Mikroskop yang lengkap2. Mikrometer-objek3. Mikrometer-okuler4. Prisma penggambar5. Potongan kapiler dengan pinset6. Preparat dan gelas objek7. Kaca putarLampu bersama transformator
Keterangan :
1. Okuler
2. Ukuran p.t.o
3. Tubus
4. Makrometer
5. Mikrometer
6. Revoler
7. Objectif
8. Kondensor
9. Tombol pengatur kondensor
10. Cermin pemantul sinar
11. Kaki dan statif
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
2Kurikulum FK USU 2013
Jalannya sinar di dalam mikroskop:
a. Dengan mata tidak berakomodasi
b. Dengan mata berakomodasi
PERCOBAAN I
Pembesaran sebuah loupe dengan jarak titik bakar.
Perhatikan gambar 2. sinar-sinar yang keluar dari titik A suatu benda jatuh pada mata sejajar dengan sumbu utama AM. Sinar-sinar yang keluar dari B jatuh pada mata sejajar dengan sumbu tambahan BM.
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
F2`
oc
plm
pto
F1’ F2 A’
R
obj
F1A
B”
B
A’’
B”
F2’
oc
pto
A
B A’ F2F1’
F1
obj
3Kurikulum FK USU 2013
Besar bayangan yang berbentuk di retina bagi benda-benda yang kecil ialah sebanding dengan tangens dari sudut yang dibentuk oleh sumbu AM dan BM.
Untuk menentukan pembesaran sebuah loupe haruslah kita mengetahui perbandingan besar bayangan yang terbentuk dimata dengan mempergunakan lensa dan tanpa lensa. Untuk menentukan ini harus ada suatu ukuran yang tertentu. Untuk tujuan tersebut letakkanlah benda pada jarak normal melihat jelas (d = 25) yang sering disebut jarak baca.
Rumus pembesaran mikroskop :
I. Dilihat dengan mata emetrop tanpa akomodasi semua dalam cm.
X = Jarak dari titik focus kedua objektif dengan bayangan oleh objektif.
II. Dilihat dengan mata emetrop dengan akomodasi pada jarak baca 25 cm :
Untuk menentukan M dipergunakan mikrometer objek, ini adalah suatu lempeng (plat) kaca dimana ada suatu skala yang dibagi-bagi umpamanya dalam 0,01 mm. Lempeng (plat) ini diletakkan diatas meja ojektif. Bayangan ini yang dilihat melalui mikroskop. Kemudian dibandingkan dengan pembagian milimeter (penggaris) yang diletakkan pada jarak melihat jelas.
Caranya :
(a) Dengan mempergunakan suatu prisma penggambar
Bila ketika memakai mikroskop kedua belah mata dibuka kita akan dapat melihat di samping bayangan benda yang dibuat oleh mikroskop, juga meja dimana mikroskop terletak. Bila dimeja disamping mikroskop sekarang kita letakkan sehelai kertas putih maka bila penerangan pada kedua mata sama kita akan melihat seolah-olah bayangan benda barada diatas kertas putih tersebut.
Prisma-penggambar telah dibentuk sedemikian rupa sehingga dengan satu mata saja kita dapat melihat bayangan benda bersama bayangan kertas putih dibawahnya. Melukiskan jalan-jalan sinar di dalam suatu prisma penggambar merk Zeiss. Dengan pertolongan suatu cincin dan sekrup prisma ini
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
5 + 100 + 100
CarlZeissGermany
0
4Kurikulum FK USU 2013
diletakkan pada tabung okuler sedemikian rupa sehingga dapat dibalikkan kesamping bila tidak dipergunakan.
Ambillah suatu panjang tubus yang tertentu, suatu objektif, suatu okuler dan pasanglah prisma penggambar pada tabung okuler. Letakkan kertas gambar disamping mikroskop diatas meja. Mula-mula prisma penggambar kita balikkan kesamping, sebagai objek kita ambil objek-mikrometer. Setelah dengan tajam objek ini, setelah ini prisma penggambar kita balikkan keatas okuler.
Pada ujung tabung prisma penggambar kita dapat melihat selain bayangan objek juga kertas gambar. Untuk dapat melihat kedua-duanya dengan jelas aturlah penerangan objek serta kertas dengan sebaik -baiknya. Dengan sebuah pinsil yang tajam kita menentukan batas - batas dari skala objek mikrometer pada kertas gambar, untuk memudahkan pekerjaan tariklah terlebih dahulu sebuah garis dan garis ini kemudian diletakkan sehingga berimpit dengan pembagian-pembagian skala.
Hitunglah beberapa jumlah bagian-bagian skala, ukurlah panjangnya dengan sebuah penggaris dan ukur juga jarak antara kertas dan mata, dalam hal ini kita harus mengikuti jalan-jalan sinar. Lakukanlah percobaan ini beberapa kali (5 x). Setiap kali dengan mengambil jumlah bagian-bagian skala yang berlain-lain, kemudian hitunglah beberapa pembesarannya.
Contoh perhitungan :
Umpamakan 7 bagian skala objek mikrometer, yang besar sebenarnya adalah 0,01 mm (2 mm terbagi jadi 200 bagian) pada jarak a dari mata diukur (setelah pembesaran) sama dengan 3,64 cm. Maka pembesaran dihitung terhadap jarak melihat jelas 25 cm dari mata adalah :
b). Dengan tidak memakai prisma penggambar
Letakkanlah objektif mikrometer dibawah objektif, diatas meja disamping mikroskop letakkan sebuah penggaris yang ada pembagiannya dalam mm. Ukurlah jarak antara mata dengan penggaris tadi. Lihatlah dengan mata yang kiri bayangan yang dibentuk oleh mikroskop, dengan mata yang kanan langsung pembagian mm penggaris, tentukanlah berapa bagian bayangan objektif mikrometer berimpit dengan bayangan pembagian mm penggaris.
Ketika melakukan percobaan ini usahakanlah agar mata tidak bergerak-gerak. Setelah beberapa kali mencoba dengan cara ini dapat juga ditentukan pembesarannya walaupun agak kurang teliti.
PERCOBAAN II
Menera sebuah okuler mikrometer dan dengan ini mengukur besarnya sebuah benda kecil ( diameter kapiler )
Didalam praktek sering terjadi bahwa dengan segera hendak diketahui besarnya suatu objek yang ada dibawah mikroskop. Cara mengukur yang
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells A B
D
c
5Kurikulum FK USU 2013
banyak dipergunakan ialah dengan mempergunakan prinsip, bayangan nyata dari objek diimpit-kan pada suatu bidang dengan pembagian skala yang telah ditera. Ternyata bahwa bayangan nyata tersebut ialah P1 Q1, bayangan ini terletak dibidang bakar dari okuler.
Pada bidang inilah terdapat sebuah diaphragma dimana diletakkan sebuah kaca yang ada pembagian skalanya (5 mm dibagi dalam 100 bagian). Kaca yang ada pembagiannya ini disebut okuler-mikrometer (tanyakanlah ini pada asisten). Didalam mikroskop sekarang ini kita melihat bayangan dari objek berimpit bersama-sama dengan pembagian skala okuler mikrometer.
Perhatian : Karena tidak sama mata normal, maka untuk pengukuran yang teliti perlu bahwa lensa yang paling atas (lensa mata) dari okuler, dapat dinaik-turunkan dengan jalan memutarnya kekanan atau kiri. Okuler yang sedemikian itu disebut juga Okuler pengukur . Gunanya lensa mata dinaik -turunkan ialah untuk mengatur dengan tajam pembagian skala okuler mikrometer. Bila hal ini tidak terlebih dahulu dilakukan maka akan terjadi kesalahan paralax.
Untuk mengukur besar mutlak suatu benda, haruslah harga skala dari okuler mikrometer ditera lebih dulu. Untuk menera ini dipergunakan objek mikrometer, setelah tajam pada objek mikrometer, dimana umpamanya 1 bagian skala adalah 0,01 mm .
Perhatikanlah beberapa bagian objek mikrometer yang berimpit dengan jumlah yang tertentu dari bagian-bagian okuler mikrometer. Umpamakan bahwa 1 bagian skala okuler mikrometer berimpit dengan 9 bagian objek mikrometer, maka harga skala mikrometer adalah :
Penerangan haruslah tiap kali diulang bila ada perubahan kombinasi okuler dan objektif, dan juga bila ada perubahan panjang tubus. Bila peneraan untuk suatu kombinasi telah dikerjakan, maka lakukanlah pengukuran sesuatu benda yang kecil, umpamanya tentekanlah diameter kapiler (dan rambut) kaca. Untuk menentukan diameter dari kapiler haruslah diameter ini beberapa kali, tiap kali ambillah arah yang berlain-lainan. Perhatian : dalam laporan selamanya harus dituliskan, panjang tubus objektif dan okuler yang dipakai.
PERCOBAAN III
Menggambar preparat tertentu dengan objek yang berbeda-beda yaitu 10x,40x dan 100x
Dengan objek 100x, kita harus menggunakan minyak imersi. Pada pemakaian Immersion oil, bayangan yang terlihat lebih jelas oleh karena bahan ini merupakan bahan medium (perantara) diantara lensa objek dengan objectglass yang indeks biasnya sedemikian rupa sehingga daya pisahnya lebih tinggi karena Apertus Numeriknya bertambah besar 1,515 kali = (indeks bias minyak imersi).n. Zeiss Immersion oil = 1,515.
1. Jaga supaya minyak tidak menjadi kotor2. Pada sungkup tubeflacon (botol) immersi kembar ada satu batang kaca kecil dengan mana kita
dapat meletakkan 1 tetes minyak diatas preparat. Dengan pemakaian ini harus dijaga supaya minyak jangan sampai keluar dari sungkupnya, karena minyak ini mudah menangkap abu
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
6Kurikulum FK USU 2013
kotor. Haruslah dihindarkan mengocok minyak dalam botol untuk menghindarkan gelombang udara yang mungkin terdapat diantara objek ( gelombang udara dihilangkan dengan jalan pemanasan ).
PERCOBAAN IV
Menentukan = Aperatur Numerik (AN)
Yang dimaksud dengan Numerieke aperteuur menurut Abbe n sin u – n ialah indeks-bias dari zat perantara antara benda dan objektif, dan u adalah setengah sudut pembukaan, yang dimaksud dengan ini adalah sudut antara sumbu optis mikroskop yang memotong benda dengan sinar yang paling tepi yang masih dapat masuk kedalam objektif.
Pada umumnya haruslah kita ambil pembesaran yang berharga sekurang-kurangnya 500 kali numerieke apertuur untuk dapat melihat hingga yang sekecil- kecilnya. Banyak macam cara untuk menentukan numerieke apertuur walaupun ini agak kurang teliti kalau dibandingkan dengan penentuan bila mempergunakan apertometer Abbe. Salah satu dari berbagai macam cara ini akan kita pergunakan disini, tetapi cara ini hanya berlaku bagi objektif biasa (tanpa immersi).
Ambillah panjang tubus objektif dan okuler yang tertentu; kemudian setelah mikroskop dengan tajam pada suatu objek, umpamanya pada garis-garis yang terdapat pada gelas objek. Sinar-sinar MB dan MB adalah sinar-sinar yang paling tepi yang masih dapat masuk kedalam objektif sudut adalah setelah sudut pembukaan; sin adalah numerieke apertuur (n-1). Mikroskop yang mula-mula berdiri vertikal kita putar 90o hingga ia berdiri horizontal, (tanyakan pada asisten) dan didepannya kita letakkan kaca pudar, dibelakang kaca pudar ini kita letakkan lampu.
Objektif akan membuat bayangan juga dari kaca ini, ialah bagian yang dibatasi oleh B dan B titik ini kita dapat dengan memperpanjang sinar Mb dan Mb.
Daya pisah untuk benda bercahaya langsung :
Daya pisah jika cahaya ke benda dari kondensor :
KEPUSTAKAAN :
1. Cammeron & Skofronick Medical Physics
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
Meja objek
I A
o
ob
B,
B
a
N
cb
u
7Kurikulum FK USU 2013
2. Tenknis & White fundamental of optics
3. Burn & Desmond : Physics for premedical Students
4. Sear & Zemansky : University Physics.
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
8Kurikulum FK USU 2013
PRAKTIKUM HISTOLOGI (BBC1-Pr2-HS)
STRUKTUR JARINGAN EPITHELIUM DAN JARINGAN PENYAMBUNG
TATA TERTIB di LABORATURIUM HISTOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN USU
1. Setiap mahasiswa wajib memakai baju praktikum2. Setiap mahasiswa wajib berpenampilan rapid an sopan, dan menggunakan
sepatu 3. Setiap mahasiswa wajib mempelajari materi praktikum sebelum praktikum
dan membawa alat – alat yang diperlukan4. Setiap mahasiswa wajib hadir tepat waktu dan pulang tepat waktu5. Selama praktikum berlangsung diwajibkan menjaga ketertiban, ketentraman,
bekerja efisien serta tidak mengganggu rekan praktikum6. Sebelum praktikum dimulai, periksa dahulu kelengkapan mikroskop dan slide
histology, dan pada akhir praktikum dikembalikan dalam kondisi seperti semula
7. Usahakan hadir setiap jam praktikum. Apabila ada halangan yang terpaksa, laporkan kepada pegawai laboratorium. Pekerjaan pada hari itu harus diselesaikan pada kesempatan lain
8. Bagi mahasiswa yang sudah menyelesaikan praktikum dengan baik akan mengikuti ujian praktikum pada akhir blok
PRAKTIKUM I
EPITHELIAL TISSUE
TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati struktur jaringan epitel, sel-sel pada epitel, dan membran basalis.
Sediaan jaringan :No. Jenis Epitel Kode Sediaan1.
Simple squamous epitheliumUS – 1
2. Simple cuboidal epithelium ES – 2 3. Simple columnar epithelium DS – 12 4. Pseudostratified epithelium RS – 2 5. Stratified squamous keratinized epithelium IS – 1 6. Stratified squamous nonkeratinized epithelium DS – 7 7. Stratified cuboidal epithelium IS – 1 8. Transitional epithelium US – 3
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
9Kurikulum FK USU 2013
Gambar 1Simple Squamous Epithelium
Lapisan Parietal Kapsula Bowmann (US-1)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar1. _____________________________________2. _____________________________________3. _____________________________________4. _____________________________________
Deskripsi gambar 1
No. Perihal Deskripsi1. Bentuk sel2. Bentuk nucleus
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
10Kurikulum FK USU 2013
3. Polaritas nucleus4. Jumlah lapisan jaringan epitel5. Membrana basalis Jelas / Tidak Jelas
GAMBAR 2Simple Cuboidal Epithelium
Thyroid Gland (ES-2)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar1. _______________________________ 3. ___________________________2. _______________________________ 4. ___________________________
Deskripsi gambar 2
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
11Kurikulum FK USU 2013
No. Perihal Deskripsi1. Bentuk sel2. Bentuk nucleus3. Polaritas nucleus4. Jumlah lapisan jaringan epitel5. Membrana basalis Jelas / Tidak Jelas
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
12Kurikulum FK USU 2013
Gambar 3Simple Columnar Epithelium
Colon (DS-12)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar1. _______________________________ 3. ___________________________2. _______________________________ 4. ___________________________
Deskripsi gambar 3
No. Perihal Deskripsi1. Bentuk sel2. Bentuk nucleus3. Polaritas nucleus4. Jumlah lapisan jaringan epitel
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
13Kurikulum FK USU 2013
5. Membrana basalis Jelas / Tidak Jelas
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
14Kurikulum FK USU 2013
Gambar 4Pseudostratified Epithelium
Trachea (RS-2)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar1. _______________________________ 3. ___________________________2. _______________________________ 4. ___________________________
Deskripsi gambar 4
No. Perihal Deskripsi
1. Bentuk sel2. Bentuk nucleus3. Polaritas nucleus4. Jumlah lapisan jaringan epitel5. Membrana basalis Jelas / Tidak Jelas
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
15Kurikulum FK USU 2013
Gambar 5Stratified Squamous Keratinized Epithelium
Dermis (IS-1)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar1. _______________________________ 3. ___________________________2. _______________________________ 4. ___________________________
Deskripsi gambar 5
No. Perihal Deskripsi1. Bentuk sel pada lapisan
terluar2. Bentuk nucleus sel pada
lapisan terluar3. Bentuk sel pada lapisan basal4. Lapisan keratin Ada / Tidak Ada
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
16Kurikulum FK USU 2013
5. Membrana basalis Jelas / Tidak Jelas
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
17Kurikulum FK USU 2013
Gambar 6Stratified Squamous Nonkeratinized Epithelium
Esophagus (DS-7)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 3. ___________________________2. _______________________________ 4. ___________________________
Deskripsi gambar 6
No. Perihal Deskripsi1. Bentuk sel pada lapisan
terluar2. Bentuk nucleus sel pada
lapisan terluar3. Bentuk sel pada lapisan basal4. Lapisan keratin Ada / Tidak Ada5. Membrana basalis Jelas / Tidak Jelas
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
18Kurikulum FK USU 2013
Gambar 7Stratified Cuboidal Epithelium
Glandula Sudorifera (IS-1)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 3. ___________________________2. _______________________________ 4. ___________________________
Deskripsi gambar 7
No. Perihal Deskripsi1. Bentuk sel pada lapisan
terluar2. Bentuk nucleus sel pada
lapisan terluar3. Jumlah lapisan jaringan epitel Lapisan
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
19Kurikulum FK USU 2013
4. Membrana basalis Jelas / Tidak Jelas
Gambar 8Transitional EpitheliumUrinary Bladder (US-3)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 3. ___________________________2. _______________________________ 4. ___________________________
Deskripsi gambar 8
No. Perihal Deskripsi1. Bentuk sel pada lapisan
terluar2. Bentuk nucleus sel pada
lapisan terluar3. Bentuk sel pada lapisan basal 4. Jumlah lapisan jaringan epitel Lapisan5. Bentuk khas sel permukaan
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
20Kurikulum FK USU 2013
6. Binucleate cell pada sel permukaan epitel
Terdapat / Tidak Terdapat
7. Membrana basalis Jelas / Tidak Jelas
Penuntun PraktikumBuku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
Kurikulum FK USU 2012
PRAKTIKUM II
CONNECTIVE TISSUE
TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati struktur jaringan ikat.Sediaan jaringan :
No.Connective Tissue
Kode Sediaan
1. Loose (areolar) connective tissue IS – 1 , IS – 2 2. Dense regular connective tissue CT – 7 3. Dense irregular connective tissue IS – 1, IS – 2 4. Adipose tissue IS – 1, IS – 2 5. Reticular tissue LO – 1
Gambar 1Loose (Areolar) Connective Tissue
Papillary Layer of Dermis (IS-1, IS-2)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar1. _____________________________________2. _____________________________________3. _____________________________________4. _____________________________________5. _____________________________________6. _____________________________________
Deskripsi gambar 1
No. Perihal Deskripsi1. Jenis sel yang banyak
terdapat2. Jenis serabut
3. Ketebalan serabut Tebal / Tipis
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
21
Kurikulum FK USU 2012
4. Perbandingan relatif banyak sel dan serabut
5. Vaskularisasi Banyak / Sedikit
Gambar 2Dense Regular Connective Tissue
Tendon (CT-7)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 3. ___________________________2. _______________________________ 4. ___________________________
Deskripsi gambar 2No. Perihal Deskripsi1. Perbandingan relatif banyak
sel dan serabut2. Ketebalan serabut Tebal / Tipis3. Kuantitas
ground substanceBanyak / Sedikit
4. Susunan fibroblast
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
22
Kurikulum FK USU 2012
thd serabut kolagen5. Struktur fibroblast6. Vaskularisasi Ada / Tidak ada
Gambar 3Dense Irregular Connective Tissue
Reticular Layer of Dermis (IS-1, IS-2)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 3. ___________________________2. _______________________________ 4. ___________________________
Deskripsi gambar 3
No. Perihal Deskripsi1. Perbandingan relatif
banyak sel dan serabut2. Ketebalan serabut Tebal / Tipis
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
23
Kurikulum FK USU 2012
3. Orientasi (susunan) serabut
4. Kuantitas ground substances Banyak / Sedikit5. Jenis sel
yang banyak terdapat
Gambar 4Adipose Tissue
Subcutis (IS-1, IS-2)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________2. _____________________________________3. _____________________________________4. _____________________________________5. _____________________________________
Deskripsi gambar 4
No. Perihal Deskripsi
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
24
Kurikulum FK USU 2012
1. Bentuk sel
2. Bentuk nucleus3. Letak nucleus
4. Sitoplasma sel
5. Jumlah vakuola di dalam adipocyte
6. Vaskularisasi Banyak / Sedikit
Gambar 5Reticular Tissue
Limfonodus (LO-1)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
25
Kurikulum FK USU 2012
1. _______________________________ 3. ___________________________2. _______________________________ 4. ___________________________
Deskripsi gambar 5
No. Perihal Deskripsi1. Jenis serabut
2. Jenis sel yang Terdapat pada jaringan
3. Susunan serabut
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
26
Kurikulum FK USU 2012
PRAKTIKUM BIOKIMIA (BBC1-Pr3-BK)
KARBOHIDRAT1. Teori
Karbohidrat banyak terdapat dalam dunia hewani dan tumbuh-tumbuhan. Pada tumbuh-tumbuhan karbohidrat terbentuk dengan fotosintetis. Nama karbohidrat berasal dari kenyataan bahwa rumus molekul dari karbohidrat secara umum ditulis sebagai Cn(H2O)m dan dapat dianggap sebagai hidrat dari karbon.
Secara definisi karbohidrat dapat disebutkan sebagai semua senyawa yang termasuk polihidroksi aldehida (aldosa) dan polihidroksi keton (ketosal) atau senyawa-senyawa yang pada hidrolisis menghasilkan senyawa aldosa dan ketosa tersebut atau senyawa-senyawa sebagai hasil hidrolisis aldosa/ketosa tersebut.
Berdasarkan hasil hidrolisisnya karbohidrat dapat digolongkan atas :
1. MonosakaridaYaitu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisiskan sampai karbohidrat yang lebih sederhana.Contoh : GLukosa, manosa, galaktosa, arabinosa, ribose, fruktosa (contoh ketosa).
2. Disakarida Yaitu karbohidrat yang pada hidrolisis menghasilkan 2 molekul monosakarida.Contoh : Sukrosa, maltosa, laktosa.
3. PolsakaridaYaitu karbohidrat yang pada hidrolisis menghasilkan lebih dari 2 molekul monosakarida.Contoh : Amilum, dekstrin, selulosa, inulin.
Monosakarida mempunyai gugus karbonil, maka sifatnya mirip dengan aldehid alifatis, misalnya dapat mengadisi HCN, dapat berkondensasi dengan hidroksil-amina (HONH2) dan dengan fenil-hidrazin. Jika monosakarida direaksikan dengan larutan fenilhidrazin dalam asam cuka akan terbentuk suatu osazon yaitu zat Kristal berwarna kuning. Bentuk Kristal, titik lebur dan lama waktu terebntuknya osazon dari masing-masing monosakarida adalah berbeda-beda, sehingga tes osazon ini dapat dipakai sebagai tes identifikasi monosakarida.
Reaksi osazon ini hanya melibatkan atom C nomor 1 dan nomor 2 saja, sehingga monosakarida yang berbeda pada struktur atom C1 dan C2 tetapi sama strukturnya pada atom C lainnya akan menghasilkan osazon yang sama).
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
27
Kurikulum FK USU 2012
Sifat lainnya dari monosakarida yaitu dapat dioksidasi misalnya dengan pereaksi Fehling, Benedict, Tollens, air Brom, HNO3 pekat dan dengan enzim.Dengan asam pekat monosakarida akan menghasilkan senyawa furfural. Terbentuknya furtural atau turunannya adalah dasar dari reaksi umum untuk karbohidrat, misalnya tes Molisch.Karbohidrat + H2SO4 (p) + α- naftol terbentuk cincin berwarna merah.Monosakarida yang mempunyai sifat mereduksi dengan basa pekat (missal NaOH) akan membentuk larutan berwarna coklat (pendamaran).Salah satu perbedaan monosakarida dengan aldehid alifatik ialah monosakarida tidak bereaksi dengan reagensia Schiff, sedangkan aldehid alifatik dapat bereaksi.
Disakarida dapat dibagi atas :
1. Yang mempunyai sifat dapat mereduksi
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
28
Kurikulum FK USU 2012
Ini disebabkan strukturnya masih mempunyai gugus OH-laktol bebas (gugus karbonil bebas) yang mengakibatkan : sifat reduksi (+) [dengan reagensia Fehling bereaksi (+)], menunjukkan mutarotasi dan dapat membentuk osazon. Contoh : Maltosa, laktosa.
2. Yang tak dapat mereduksi.Ini disebabkan strukturnya tidak mempunyai gugus OH-laktol bebas, akibatnya senyawa ini tidak mempunyai sifat reduksi (Fehling (-)), tidak menunjukkan mutarotasi dan tidak membentuk osazon. Contoh : sukrosa, trehalosa.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
29
Kurikulum FK USU 2012
Disakarida dengan asam encer dan dipanaskan akan dihidrolisis. Hidrolisis dari disakarida adalah :
Sukrosa glukosa + fruktosaMaltosa glukosa + glukosaLaktosa glukosa + galaktosa
Amilum (polisakarida) terdapat pada beras, jagung, pulut, kentang, singkong. Hasil akhir hidrolisisnya hanya menghasilkan glukosa.
Amilum terdiri atas 2 komponen :
1. AmilosaLarut dalam air, dengan Y2 memberi warna biru
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
30
Kurikulum FK USU 2012
2. AmilopektinTidak larut dalam air, dengan Y2 memberi warna lembayung. Amilum dengan asam encer dan dipanaskan akan dihidrolisis. Pada hidrolisis amilum terjadi berturut-turut :
Amilum dalam rongga mulut akan dihidrolisis menjadi maltosa oleh enzim ptyalin yang terdapat pada air ludah (saliva).
2. Bahan-bahan dan Alatn yang Digunakan
Bahan-bahan : Larutan glukosa 5 %, lar. Maltosa 5%, lar. Sukrosa 5%, lar. Laktosa 5%, lar. Kanji 1%, reagensia Fehling, reagensia Benedict, reagensia Tollens, lar. NaOH 10%, reagensia Schiff, lar. HCl 2 N, lar. Fenil-hidrazin dalam asam cuka, lar. Na-asetat, lar. YKY (Y2), gula tebu, lar. NaOH 0,1 N, reagensia Molisch, H2SO4(p).
Alat-alat : Tabung reaksi, pipet tetes, api Bunsen, gelas Beker.
3. Jenis percobaan
3.1. Reaksi Molisch
Prosedur Kerja :- Ambil 1 tabung reaksi, diisi dengan 5 ml lar. Glukosa 5%, teteskan 3 tetes reagensia Molisch.- Tambahkan dengan hati-hati melalui dinding tabung H2SO4 pekat, terbentuk 2 lapisan.- Perhatikan terbentuknya cincin berwarna merah pada batas 2 lapisan.- Ulangi percobaan di atas dengan bahan larutan sukrosa 5% dan larutan amilum 1 %.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
31
Amilum
Amilodekstrin
Eritro-dekstrin
Akro-dekstrin
Maltosa
Glukosa
+ Y2 biru
+ Y2 biru
+ Y2 merah
+ Y2 tak berwarna
+ Y2 tak berwarna
+ Y2 tak berwarna
dengan Fehling bereaksi positif
Kurikulum FK USU 2012
Reaksi terhadap MonosakaridaDipergunakan larutan glukosa 5%a. Reaksi Fehling
Prosedur kerja :- Ambil 1 tabung reaksi, masukkan 1 ml larutan Fehling A dan 1 ml larutan Fehling B.- Tambahkan 1 ml larutan glukosa, panaskan, perhatikan terbentuknya endapan merah Cu2O.
b. Reaksi BenedictProsedur kerja :- Ambil 1 tabung reaksi, masukkan 1 ml larutan glukosa.- Tambahkan 5 ml larutan Benedict, panaskan 1-2 menit, perhatikan terbentuknya endapan
merah Cu2O.
c. ReaksiCermin PerakProsedur kerja :- Ambil 1 tabung reaksi, masukkan 2 ml larutan glukosa- Tambahkan 1 ml reagensia Tollens (AgNO3 – amoniakal), panaskan dalam gelas Beker yang
berisi air (penangas air). Perhatikan terbentuknya cermin perak, di dinding tabung.
d. Reaksi PendamaranProsedur kerja :- Ambil 1 tabung reaksi, masukkan 1 ml larutan glukosa- Tambahkan 2 ml larutan NaOH 10%, panaskan. Perhatikan larutan akan berwarna kuning
kecoklatan pendamaran.
e. Reaksi SchiffProsedur kerja :- Ambil 1 tabung reaksi, masukkan 1 ml larutan glukosa.- Tambahkan 1 ml reagensia Schiff, perhatikan apakah terjadi warna merah atau tidak terjadi.
f. Pembentukan OsazonProsedur kerja :- Ambil 1 tabung reaksi, masukkan 1 ml larutan glukosa.- Tambahkan 5 ml larutan fenil-hidrazin dalam asam cuka (reagensia Deniges) dan 2 ml larutan
Na-asetat.- Panaskan selama 5 menit dalam gelas Beker yang berisi air (penangas air).- Kemudian didinginkan, akan terlihat terbentuk kristal berwarna kuning (lihat dengan
mikroskop).
Reaksi terhadap Disakarida
a. Reaksi BenedictProsedur Kerja :- Ambil 3 tabung reaksi, tabung (1) diisi 2 ml larutan sukrosa 5%, tabung (2) diisi 2 ml larutan
maltosa 5%, tabung (3) diisi 2 ml larutan laktosa 5%. Tambahkan ke masing-masing tabung 2 ml reagensia Benedict, panaskan.
- Perhatikan di tabung yang mana terbentuk endapan merah Cu2O.
b. Hidrolisis Gula Tebu (Sukrosa)Penuntun Praktikum
Buku Panduan MahasiswaBasics Biology of Cells
32
Kurikulum FK USU 2012
Prosedur Kerja :- Larutkan sedikit gula tebu dengan 5 ml aquadest dalam sebuah tabung reaksi, kemudian larutan
itu dibagi dalam 2 tabung reaksi.- Pada bagian yang pertama tambahkan 2 ml larutan Fehling (sudah dicampur), panaskan,
perhatikan apakah terbentuk endapan merah.- Pada bagian yang kedua tambahkan 2 larutan HCl 2 N, panaskan. Netralkan dengan menambah
sedikit larutan NaOH 0,1 N (periksa dengan kertas lakmus). Tambahkan 2 ml larutan Fehling, panaskan, perhatikan apakah terbentuk endapan merah.
c. Reaksi terhadap Polisakarida Hidrolisis tepung patiProsedur kerja :Ambil sebuah gelas Beker, masukkan 20 ml larutan Kanji 1% dan 5 ml larutan HCl 2N. Kemudian bagi larutan tersebut ke dalam 6 tabung reaksi.
a. Pada tabung (1) tambahkan 2 tetes larutan YKY, perhatikan warna yang terjadi. Ambil sebuah gelas Beker, diisi dengan air dan panaskan sampai airnya mendidih. Masukkan 5 tabung selebihnya ke dalam gelas Beker tersebut.
b. Sesudah 2 menit ambil tabung no. (2), tambahkan 2 tetes larutan YKY, perhatikan warna yang terjadi.
c. Sesudah 5 menit ambil tabung no. (3), tambahkan 2 tetes larutan YKY, perhatikan warna yang terjadi.
d. Sesudah 8 menit ambil tabung no. (4), tambahkan 2 tetes larutan YKY, perhatikan warna yang terjadi.
e. Sesudah 12 menit ambil tabung no. (5), tambahkan 2 tetes larutan YKY, perhatikan warna yang terjadi.
f. Sesudah 20 menit ambil tabung no. (6). Kemudian dibagi ke dalam 2 tabung reaksi. Ke dalam tabung pertama tambahkan 2 tetes larutan YKY, perhatikan warna yang terjadi.Ke dalam tabung yang kedua tambahkan sedikit larutan NaOH 0,1 N, kemudian lakukan reaksi fehling terhadap larutan ini, perhatikan apakah terbentuk endapan merah.
Hidrolisis dengan Air Ludah (Enzim)Prosedur Kerja :
- Kumpulkan kira-kira 10 ml air ludah (saliva), masukkan ke dalam sebuah tabung reaksi.- Tambahkan 5 ml larutan kanji 1%, biarkan selama 15 menit.- Lakukan tes reaksi Fehling terhadap campuran itu, perhatikan apakah terbentuk endapan
merah.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
33
Kurikulum FK USU 2012
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
34
Kurikulum FK USU 2012
LAPORAN HASIL PRATIKUM
NAMA : TANGGAL :NIM : T.TANGAN
1. REAKSI MOLISCH- Glukosa + reagensia Molisch + H2SO4 (p) terbentuk berwarna- Sukrosa + reagensia Molisch + H2SO4 (p) terbentuk berwarna- Amilum + reagensia Molisch + H2SO4 (p) terbentuk berwarna
2. REAKSI TERHADAP MONOSAKARIDAa. Glukosa + reagensia Fehling terbentuk/tidak terbentuk berwarnab. Glukoas + reagensia Benedict terbentuk/tidak terbentuk berwarnac. Glukosa + reagensia Tollens - terbentuk/tidak terbentuk berwarnad. Glukosa + lar. NaOH 10% terbentuk/tidak terbentuk berwarnae. Glukosa + reagensia Schiff terjadi/tidak terjadi terjadi perubahan warnaf. Glukosa + fenil hidrazin + Na asetat, dipanaskan terbentuk/tidak terbentuk
berwarna
3. REAKSI TERHADAP DISAKARIDAa. Reaksi Benedict
- Maltosa + reagensia Benedict terbentuk/tidak terbentuk berwarna- Laktosa + reagensia Benedict terbentuk/tidak terbentuk berwarna- Sukrosa + reagensia Benedict terbentuk/tidak terbentuk berwarna
b. Hidrolisis gula tebu- Lar. Gula tebu + reagensia Fehling terjadi/tidak terjadi berwarna- Lar. Gula tebu + HCl 2n, panaskan + reagensia Fehling terjadi/tidak terjadi
berwarna
4. REAKSI TERHADAP POLISAKARIDAHidrolisis tepung pati , Lar. Kanji 1% + HCl encera. Tabung 1 (belum dipanaskan) + lar. YKY lar. berwarnab. Tabung 2 (dipanaskan 2 menit) + lar. YKY lar. berwarnac. Tabung 3 (dipanaskan 5 menit) + lar. YKY lar. berwarnad. Tabung 4 (dipanaskan 8 menit) + lar. YKY lar. berwarnae. Tabung 5 (dipanaskan 12 menit) + lar. YKY lar. berwarnaf. Tabung 6 (1) (dipanaskan 12 menit) + lar. YKY lar. berwarna Tabung 6 (2) + basa encer + reagensia Fehling terbentuk tidak terbentuk
berwarna
5. HIDROLISIS DENGAN AIR LUDAHLarutan kanji 1 % + air ludah (15 menit) + reagensia Fehling terbentuk/tidak terbentuk
berwarna
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
35
Kurikulum FK USU 2012
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
36
Kurikulum FK USU 2012
TUGAS PRAKTIKUM
1. Sebutkan penggolongan karbohidrat, sebutkan 3 contoh zatnya untuk masing-masing golongan.2. Tulis rumus struktur glukosa, galaktosa, fruktuosa, manosa.3. a. Sebutkan 3 contoh senyawa disakarida, tulis rumus-rumus strukturnya.
Sebutkan juga kompunen monosakarida dari 3 contoh tersebut.b. Dari 3 contoh tersebut mana yang bereaksi positif dengan reagensia Fehling.
1. a. Apa kegunaan terpenting dari tes osazon?b. Sebutkan 3 zat yang menghasilkan osazon yang sama. Mengapa 3 zat tersebut menghasilkan
osazon yang sama?5. Tuliskan urutan zat-zat yang terjadi pada hidrolisis amilum dan sebutkan warna yang terjadi bila
masing-masing zat tersebut direaksikan dengan larutan Y2.6. Mengapa bila air ludah (saliva) dicampur dengan larutan kanji (amilum), dibiarkan 15 menit, maka
campuran itu bereaksi positif dengan reagensia Fehling?
KEPUSTAKAAN
1. Alhusius F. : Penuntun Pratikum Kimia Analisa Kualitatif, Analisa Kuantitatif dan Kimia Organik. Fakultas Kedokteran USU, Medan, 1952.
2. Adams R.J., Wilcox J.R.: Laboratory Experiments in organic Chemistry, 5 th ed; The Macmillan Company, New York, 1963.
3. Vogel A.I. : A Texbook of Practical Organic Chemistry, 3 rd ed. ELBS and Longmans Green & Coy, London, 1968
4. Brewster R.Q., Van der Werpf C.A., Mc Ewen W.E. : Unitized Experiments in organic Chemistry, D. Van Nostrand Co, Inc, New York, 1960.
5. Rosenblaat D.H., Davis G.T. : Laboratory Course in Organic Chemistry, Allyn and Bacon Inc, Boston, 1971.
6. Baum S.J. : Introduction to Organic and Biological Chemistry 3 rd ed, Mac-millan Publishing Co., Inc., New York, 1982.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
37
Kurikulum FK USU 2012
PRAKTIKUM BIOKIMIA (BBC1-Pr4-BK)
LIPID
1. Teori
Lemak/minyak adalah ester dari asam lemak dengan gliserol. Disebut juga dengan trigliserida.
Jika R1 = R2 = R3 disebut trigliserida sederhana, jika R1, R2 dan R3 berlainan disebut rigliserida campuran.Disebut lemak kalau pada suhu kamar (suhu biasa) konsistensinya padat, disebut minyak kalau konsistensinya cair. Konsistensi ini tergantung pada iklim, jumlah ikatan rangkap dan panjangnya rantai.
Asam lemak pada lemak/minyak ada yang jenuh, ada yang tak jenuh.Contoh asam lemak jenuh : asam asetat, asam butirat, asam laurat, asam palmitat, asam stereat, dll.Contoh asam lemak tak jenuh : asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, asam arakhidonat.
Jenuh atau tak jenuhnya suatu asam lemak dapat ditentukan dengan mereaksikannya dengan air brom. Asam lemak tak jenuh akan menghilangkan warna air brom (dari warna coklat menjadi tak berwarna), asam lemak jenuh tidak menghilangkan warna air brom.Lemak/minyak tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut-pelarut organik : eter, petroleumeter, CHCl3, CCl4, benzene, alkohol mendidih.
Jika minyak dikocok dengan air akan terbentuk campuran yang disebut emulsi (emulsifikasi). Bila emulsi itu dibiarkan, maka minyak dan airnya terpisah kembali (tidak stabil). Jika sebelum dikocok dengan iar ditambahkan lebih dahulu sedikit air sabun maka emulsi yang terbentuk tidak akan memisah kembali (stabil). Air sabun itu disebut emulgator.
Lemak/minyak dapat dihidrolisis oleh air menghasilkan asam lemak dan gliserol. Jika dihidrolisis oleh air menghasilkan asam lemak dan gliserol. Jika dihidrolisis dengan larutan NaOH akan terbentuk sabun (saponifikasi).
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
38
Kurikulum FK USU 2012
Sabun dengan air yang banyak akan terhidrolisis membentuk larutan yang bersifat basa yang dapat diuji dengan indicator fenolftalein (terjadi warna merah).Jika pada gliserol ditambahkan bubuk KHSO4 dan dipanaskan maka gliserol akan kehilangan 2 molekul H2O dan terbentuk senyawa akrolein dengan aorma yang spesifik.
2. Bahan-bahan dan Alat yang Digunakan
Bahan-bahan : Minyak makan, asam oleat, asam stearat, asam palmitat. Gliserol, aquadest, eter, larutan NaOH 10%, bubuk KHSO4, air brom, larutan sabun, indikator fenolftalein.
Alat-alat : Tabung reaksi, pipet tetes, api Bunsen, gelas Beker.
3. Jenis Percobaan
3.1. Daya larut lemak dan hasil hidrolisisnyaProsedur Kerja :
a. - Ambil 3 tabung reaksi, tabung (1) diisi dengan sedikit lemak/minyak, tabung (2) dengan sedikit asam oleat dan tabung (3) dengan sedikit gliserol.
- Tambahkan pada masing-masing tabung 2 ml aquadest.- Kocok masing-masing tabung, bandingkanlah daya larut ketiga zat tadi dalam air.
b. Ulangi percobaan a) di atas dengan menambahkan pada masing-masing tabung 2 ml eter. Perhatikan hal yang sama.
c. Ulangi percobaan a) di atas dengan menambahkan pada masing-masing tabung 2 ml larutan NaOH 10%. Perhatikan hal yang sama.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
39
Kurikulum FK USU 2012
3.2. Emulsifikasi MinyakProsedur Kerja :
A. - Ambil 1 tabung reaksi, masukkan 5 ml aquadest.- Teteskan 5 tetes minyak, kocok, perhatikan terbentuknya emulsi yang jika dibiarkan akan
memisah kembali.B. - Ambil 1 tabung reaksi, masukkan 5 ml aquadest dan 5 tetes larutan sabun.
- Teteskan 5 tetes minyak, kocok, perhatikan terbentuknya emulsi yang jika dibiarkan tidak akan memisah kembali.
3.3. Penyabunan Lemak / Minyak (Saponifikasi)Prosedur Kerja :- Ambil 1 gelas Beker, masukkan 5 ml minyak/lemak dan 20 ml larutan NaOH 10%.- Panaskan perlahan-lahan dengan api yang kecil lebih kurang ½ jam.- Perhatikan terbentuknya sabun (letakkan di telapak tangan, beri sedikit air, digosok-gosok,
perhatikan apakah berbusa).
3.4. Hidrolisis SabunProsedur Kerja :
- Ambil 1 tabung reaksi, masukkan 1 ml larutan sabun yang pekat.- Tambahkan aquadest sampai tabung reaksi hamper penuh, ckok.- Tambahkan 2 – 3 tetes indicator fenolftalein, perhatikan warna merah yang timbul.
3.5. Beda Asam Lemak Jenuh dan Asam Lemak Tak JenuhProsedur Kerja :
a. - Ambil 1 tabung reaksi, masukkan 1 sendok kecil asam palmitat.- Tambahkan 1 ml air brom, kocok, perhatikan apakah warna air brom hilang atau tidak.
b. - Ambil 1 tabung reaksi, masukkan 10 tetes asam oleat.- Tambahkan 1 ml air brom, kocok, perhatikan apakah warna air brom hilang atau tidak.
3.6. Uji AkroleinProsedur Kerja :
- Ambil 3 tabung reaksi, tabung (1) diisi dengan 10 tetes minyak kelapa, tabung (2) diisi dengan 10 tetes gliserol, tabung (3) diisi dengan 1 sendok kecil asam palmitat.
- Tambahkan ke dalam masing-masing tabung sedikit bubuk KHSO4, panaskan perlahan-lahan. Perhatikan di tabung yang mana terbentuk akrolein yang mempunyai aroma yang spesifik.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
40
Kurikulum FK USU 2012
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
41
Kurikulum FK USU 2012
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
NAMA : TANGGAL :N I M : T. TANGAN :
1. DAYA LARUT LEMAK DAN HASIL HIDROLISISNYA
Pelarut
Z a t
Air Eter NaOH
LemakAsam Oleat Gliserol
2. EMULSIFIKASI MINYAK / LEMAKa. Minyak + air, dikocok, terbtnuk ...................................yang ..........................b. Minyak + air + sabun, dikocok, terbentuk ..........................yang ...................
3. PENYABUNAN LEMAK (SAPONIFIKASI)Minyak + NaOH 10%, dididihkan, terbentuk
4. HIDROLISIS SABUNLar. sabun + air yang banyak + indikator fenolftalein, terjadi warna.
5. BEDA ASAM LEMAK JENUH DAN TIDAK JENUHa. Asam palmitat + air brom warna air brom hilang/tidak hilangb. Asam oleat + air brom warna air brom hilang/tidak hilang
6. UJI AKROLEINa. Minyak kelapa + KHSO4, dipanaskan : terbentuk/tidak terbentuk :b. Gliserol + KHSO4, dipanaskan : terbentuk/tidak terbentuk :
Tanda Tangan Asisten
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
42
Catatan : Beri tanda (+)
bila larut atau tanda (-)
bila tidak larut
Kurikulum FK USU 2012
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
43
Kurikulum FK USU 2012
TUGAS PRAKTIKUM
1. Tuliskan rumus bangun triglesirida2. a. Sebutkan 4 contoh asam lemak jenuh dan 4 contoh asam lemak tak jenuh.
b. Bagaimana cara menentukan apakah asam lemak itu jenuh atau tidak jenuh.3. Sebutkan 5 pelarut organik yang dapat melarutkan minyak/lemak.4. Apa yang terbentuk jika minyak dikocok dengan air dan apa yang dimaksud dengan Emulgator?5. Tuliskan:
a. Reaksi penyabunan dari suatu trigliserida.b. Reaksi pembentukan akrolein dari gliserol.
6. Mengapa jika sabun dikocook dengan air yang banyak kemmudian diteteskan dengan indikator fenolftalein, maka larutan menjadi berwarna merah.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
44
Kurikulum FK USU 2012
PRAKTIKUM BIOKIMIA (BBC1-Pr5-BK)
PROTEIN
1. TEORI
Nama protein berasal dari perkataan yunani Proteios yang berarti pertama karena ternyata protein penting sekali bagi kehidupan.Protein adalah senyawa yang jika dihidrolisis menghasilkan hanya asam-asam amino atau menghasilkan asam-asam amino dan senyawa yang bukan asam amino. Asam-asam amino pada protein terikat dengan ikatan peptida. Adanya ikatan peptida ini dapat duji dengan reaksi Biuret. Reagensia Biuret terdiri dari larutan CuSO4 dan larutan NaOH 10%.
Baik asam amino maupun protein menunjukkan reaksi-reaksi warna. Reaksi-reaksi warna yang terkenal antara lain reaksi Millon, reaksi Ksantoprotein, reaksi Nitroprussid dan lain-lain.
Nama Reaksi Reagensia Warna yang terjadi
Asam amino yang Ditunjukan
Millon HgNO3 dalam HNO3 Merah TirosinKsantoprotein HNO3 pekat Kuning - Tirosin
- Triftofan- Fenilalanin sistein
Nitroprusid Na-nitroprussid dalam NH4OH encer
Protein yang mengandung asam amino sistein, sistin dan meteonin maka di samping mengandung unsure utama C, H, O, N juga mengandung unsur S (sulfur). Adanya sulful pada protein itu bisa diuji dengan memanaskan protein itu dengan larutan NaOH pekat, kemudian diasamkan dengan asam cuka. Dengan menambahkan beberapa tetes larutan Pb-asetat akan terlihat terbentuk endapan hitam PbS.Salah satu sifat yang terpenting dari protein ialah protein dapat mengalami proses denaturasi yaitu protein mengalami perubahan dalam sifat fisika dan sifat kimianya yang diakibatkan oleh suatu sebab. Pada denaturasi terjadi perubahan dalam struktur protein karena ada ikatan-ikatan yang pecah.Zat-zat kimia dan kondisi yang menyebabkan denaturasi protein antara lain:
1. Panas 2. Larutan Urea3. Radiasi dengan sinar ultra violet4. Pelarut organik (etanol,asetron,issopropil alkohol)5. Asan dan basa kuat6. Deterjen
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
45
Kurikulum FK USU 2012
7. Garam Logam berat (Hg2+, Ag+, Pb2+)8. Pengocokan yang kuat.
Jika pada denaturasi terbentuk presipitasi (endapan) yang sifatnya permanen maka disebut itu dengan koagulasi.2. BAHAN-BAHAN DAN ALAT-ALAT YANG DIGUNAKANBahan-bahan : Larutan Protein (putih telur), lar. Albumin, lar.NaOH pekat, larutan asam cuka 3 % ,
larutan CuSO4, larutan NaOH 10 %, reagensia Millon, reagensia Ksantoprotein, reagensia Nitroprutssid, HNO3(p), alkohol 96 %.
Alat-alat : Tabung reaksi, pipet tetes, api Bunsen.
3. JENIS PERCOBAAN3.1. REAKSI WARNA PROTEINa. REAKSI BIURETProsedur kerja :
- Ambil satu tabung reaksi, masukan 2 ml larutan protein- Tambahkan 2 tetes larutan CuSO4 dan 1 ml larutan NaOH 10 % kocok, terbentuk larutan
berwarna lembayung.
b. REAKSI MILLONprosedur kerja :
- Ambil 1 tabung reaksi, masukan 2 ml larutan protein- Tambahkan 1 ml reagensia Millon, panaskan pelan-pelan, perhatikan terbentuknya
endapan/gumpalan berwarna merah.
c. REAKSI KSANTOPROTEINProsedur kerja :
- Ambil 1 tabung reaksi, masukkan 2 ml larutan protein.- Tambahkan 1 ml HNO3 pekat, perhatikan terbentuknya larutan berwarna kuning.
d. REAKSI NITROPRUSSIDProsedur kerja :
- Ambil 1 tabung reaksi, masukan 2 ml larutan protein- Tambahkan 1 ml reagensia Nitropussid, perhatikan terbentuknya larutan berwarna merah.
3.2. PERBANDINGAN 2 JENIS PROTEINUntuk percobaan ini akan dibandingkan larutan gelatin dan larutan albumin.Prosedur kerja :
- Lakukan percobaan reaksi biuret (3.1.a), reaksi Millon (3.1.b), reaksi Ksantoprtein (3.1.c) di atas dengan bahan larutan gelatin dan larutan albumin ( jadi seluruhnya ada 6 tabung reaksi).
- Bandingkan hasilnya (reaksi positif atau negatif)
3.3. MENUNJUKAN SULFUR DALAM PROTEINProsedur kerja :
- Ambil satu tabung reaksi, masukan 2 ml larutan protein dalam 5 ml larutan NaOH pekat.- Panaskan perlahan-lahan- Asamkan larutan tersebut dengan menambahkan 5 ml larutan asam cuka 3 %.- Teteskan 3-5 tetes larutan Pb-asetat, perhatikan terbentuknya endapan hitam PbS.
3.4. DENATURASI PROTEINPenuntun Praktikum
Buku Panduan MahasiswaBasics Biology of Cells
46
Kurikulum FK USU 2012
a. PERCOBAAN PEMANASAN- Ambil 1 tabung reaksi, masukan 2 ml larutan protein.- Tmbahkan 3-5 tetes larutan asam cuka 3 %, panaskan, terpentuk endapan protein dalam
bentuk koagulum.-
b.PENGENDAPAN OLEH ALKOHOL- Ambil 1 tabung reaksi, masukan 2 ml larutan protein- Tambahkan tetes demi tetes alkohol 96 % sampai terbentuknya koagulum- Sesudah terbentuk koagulum tambahkan aquades sampai separuh tabung, di kocok kuat-
kuat, koagulum akan larut kembali.- Ulangi percobaan diatas sekali lagi, tetapi sesudah terbentuk koagulum di biarkan ½ jam,
baru di tambah aquades, dikocok, koagulum tidak larut kembali.
c. PENGENDAPAN OLEH ASAM KUAT DAN BASA KUAT- Ambil 1 tabung reaksi, masukan 2 ml larutan protein- Tambahkan 2 ml larutan HCl 2 N, kocok, perhatikan terbentuknya koagulum.- Ulangi percobaan di atas tetapi yang di tambahkan 2 ml larutan NaOH 10 %.
d. PENGENDAPAN OLEH GARAM LOGAM BERAT- Ambil 3 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml larutan protein- Tambahkan pada tabung (1) 5 tetes larutan HgCl2, pada tabung (2) 5 tetes larutan feCl3 dan
pada tabung (3) 5 tetes larutan Pb asetat, masing-masing di kocok,perhatikan terjadinya koagulum.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
47
Kurikulum FK USU 2012
PRAKTIKUM HISTOLOGI 2 (BBC2-Pr1-HS)
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
48
Kurikulum FK USU 2012
PRAKTIKUM BIOKIMIA (BBC2-Pr2-BK)
ISOLASI (EKSTRAKSI) DNA
TUJUAN:Praktikum Isolasi DNA ini bertujuan agar mahasiswa memahami proses pekerjaan untuk memperoleh DNA dari sel-sel leukosit seperti yang umum dilakukan di laboratorium biologi molekuler dan juga agar lebih memahami perkuliahan mengenai genetika molekuler. Berikut ini adalah protocol kerja untuk mengisolasi DNA tersebut.
TEORI:DNA dapat diisolasi dari sel-sel darah, jaringan biopsi maupun dari cairan amnion. Beberapa metode untuk meng-isolasi DNA sudah sangat umum digunakan di Laboratorium. Jika digunakan darah sebagai sampel, pada prinsipnya DNA diisolasi dari sel-sel Leukosit dengan cara memisahkan terlebih dahulu sel-sel darah merah, kemudian sel-sel darah putih di-Lysis untuk memperoleh DNA nya dan DNA tersebut dipisahkan dari protein-protein seluler lainnya sehingga akan diperoleh DNA murni. Kemurnian DNA ini penting diupayakan, sebab untuk proses selanjutnya bila digunakan DNA yang murni akan mempunyai hasil yang lebih baik. DNA tidak hanya ada di inti sel, tetapi juga dijumpai di matrix mitochondria. DNA yang diperoleh biasanya akan diproses/digunakan lebih lanjut sebagai bahan untuk pemeriksaan/proses berikut ini :
- Polymerase Chain Reaction (PCR)- Southern blot- Dipotong oleh enzym DNA Retriksi tertentu- Sequence analysis- Dll
CARA KERJAPROTOKOL ISOLASI ”GENOMIC DNA” DARI ”WHOLE BLOOD”1. Tbung microcentrifuge 1,5 μl steril (pertama) diisi dengan zat anti coagulan (EDTA, Heparin atau
Citrat) dan masukan 1 μl darah (whole Blood) kedalamnya.2. Tabung microcentrifuge tersebut digoyangkan perlahan-lahan agar darah dan zat anticoagulan
nya bercampur dengan baik.3. Dengan menggunakan micropipette, kedalam tabung microcentrifuge steril yang lain (kedua)
diisikan sebanyak 900 μl ”Cell Lysis Solution”.4. Pipetkan 300 μl darah dari tabung microcentrifuge pertama, masikan kedalam tabung kedua
yang berisi ”cell lysis solution”. Tabung dibolak-balikan 5-6 kali supaya larutannya bercampur.5. Tabung tersbut diinkubasikan selama 10 menit pada temperatur ruang dan tabung dibolak-
balikan 2-3 kali selama masa inkubasi agar lysis sel darah merah berlangsung lebih baik.6. Tabung microcentrifuge tersebut dicentrifugasi pada 13.000 rpm (13.000-16.000 x g) selama 20
detik pada temperatur ruang.7. Supernatant dibuang sebanyak mungkin tanpa mengganggu pellet putih yang tampak. Lebih
kurang 10-20 μl cairan akan tertinggal dalam tabung tersebut.8. tabung di-vortex dengan kuat, sebentar (10-15 detik) agar endapan sel-sel darah putih
tersuspensi kembali.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
49
Kurikulum FK USU 2012
9. Sebanya 300 μl ”Nuclei Lysis Solution” ditambahkan kedalam suspensi diatas. Larutan dibuat bercampur dengan cara di-pipetkan berulang-ulang sampai 5-6 kali untuk me-lysis sel-sel darah putih. Solution akan menjadi ”viscous”.
10. Jika terlihat gumpalan, maka inkubasikan tabung pada 37oC sampai gumpalan tersebut larut. Tabung didinginkan pada temperatur ruangan. Setelah dingin barulah ditambahkan kedalam ”Nuclear Lysate” ini 100 μl ”Protein Precipitation Solution”.
11. Optional : tambahkan larutan RNA-ase 1,5 μl kedalam ”Nuclear Lysate” dan bolak balikan tabung 2-5 kali untuk mencampurkannya. Inkubasikan pada 37oC selama 15 menit dan kemudian dinginkan pada temperatur ruanagan.
12. Ditambahkan sebanyak 100 μl ”Protein Precipitation Solution” kedalam larutan ”Nuclear Lysate” dan tabung divortex dengan kuat selama 10-20 detik. Gumpalan protein yang kecil mungkin akan terlihat.
13. tabung disentrifugasi 13.500 rpm (13.000-16.000 x g) selama 3 menit, pada temperatur ruangan. Pellet protein yang berwarna coklat tua akan terlihat.
14. Supernatant dipindahkan kedalam tabung microcentrifuge bersih dan steril yang telah diisi dengan 300 μl isopropanol (temperatur ruang).
15. Tabung dibalikan perlahan-lahan beberapa kali supaya larutan bercampur hingga terlihat DNA strands seperti benang-benang putih.
16. Setelah itu tabung disentrifugasi pada 13.500 rpm (13.000-16.000 x g) selam 1 menit pada temperatur ruangan. DNA akan terlihat sebagai pellet kecil yang putih.
17. Supernatant dibuang dan ditambahkan 300 μl ethanol 70 % temperatur ruang) kedalam DNA tersebut. Bolak-balikan tabung perlahan beberapa kali untuk mencuci pellet DNA, tabung disentrifugasi lagi seperti pada langkah 15 diatas.
18. Dengan hati-hati aspirasikan ethanol (menggunakan micropipette), jangan sampai pelletnya terbuang. Kemudian tabung diletakan secara terbalik diatas kertas absorbent dan keringkan diudara selama 10-15 menit.
19. Terakhir tambahkan 100 μl ”DNA Rehydration Solution” kedalam tabung tersebut dan rehidrasi DNA dengan menginkubasikan larutan dengan cara menepuk tabung perlahan atau boleh juga dengan cara membiarkannya pada 4oC selama satu malam.
20. larutan DNA dapat disimpan pada temperatur 2-8oC atau pada temperatur -20oC untuk waktu yang cukup lama.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
50
Kurikulum FK USU 2012
PRAKTIKUM BIOKIMIA (BBC2-Pr3-BK)
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP AKTIFITAS ENZYM
TUJUAN:i. Menentukan peranan temperatur dalam mempengaruhi kerja enzym
ii. Melihat aktifitas enzym pada temperatur 0C, temperatur kamar (25C), suhu 50C, dan suhu dimana enzym terdenaturasi 70C
iii. Menentukan temperatur optimal dari kerja enzym (suhu 37C),
CARA KERJA:
1. Saliva (air ludah) diencerkan 1 : 500 dengan aquadest (dalam beaker glass).
2. Kemudian, pada plat penetes dituliskan angka 1,2,3 diseterusnya. disetiap ruangnya dan diteteskan larutan J2-KJ sebanyak 1 tetes pada setiap ruang tersebut.
3. Pada ruang pertama diteteskan 1 tetes larutan Amylum untuk melihat terbentuknya warna biru (sebagai kontrol).
4. Untuk menentukan temperatur optimal enzym Ptyalin pada pH 6,8 maka harus disediakan 4 tabung reaksi dimana pada masing-masing tabung dituliskan 0oC, TK (temperatur kamar), 50oC dan 70oC.
5. Tabung 0oC dimasukan kedalam beaker glass yang berisi es yang sedang mencair, tabung TK dibiarkan pada rak tabung, tabung 50oC diletakan dalam Waterbath dengan temperatur 50oC dan tabung 70oC pada waterbath dengan temperatur 70oC atau pada beaker glass yang temperaturnya diusahakan konstan 70oC dengan bantuan lampu spiritus. Kedalam tiap tabung reaksi tersebut dipipetkan 1 ml larutan Amylum dan 2 ml larutan Buffer Phosphat (pH 6,8).
6. Setelah 5 menit, dimasukan kedalam setiap tabung 2 ml larutan saliva serta dicampur dengan baik. Pada saat yang bersamaan stopwatch ditekan. Larutan dalam tabung reaksi tersebut diambil setiap sebanyak satu tetes pada plat penetes yang berisi dengan larutan J2KJ dan dicatat waktu pada mana warna biru menghilang untuk setiap tabung. Jika warna biru masih tampak meskipun sesudah 30 menit, maka percobaan/penetesan dihentikan. Dari berbagai waktu yang diperoleh pada temperatur yang berbeda-beda diatas, dibuat grafik dan ditentukan temperatur optimal dari grafik tersebut.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
51
Kurikulum FK USU 2012
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
NAMA : TANGGAL :N I M : T. TANGAN :
1. REAKSI WARNA PROTEIN
Reagensia Isi Reagensia + Lar. putih telur terjadia. Biuretb. Millonc. Ksantoproteind. Nitroprussid
2. PERBANDINGAN 2 JENIS PROTEIN
Z a t
Reagensia
Gelatin Albumin
a. Biuretb. Millonc. Ksantoprotein
3. MENUNJUKKAN SULFUR DALAM PUTIH TELURLarutan putih telur + NaOH (p), dipanaskan, kemudian + lar. asam cuka 3% dan beberapa tetes lar. Pb. asesat, terbentuk: ----------- berwarna -----------
4. DENATURASI PROTEINa. lar. protein = beberapa tetes lar. as. Cuka (e), dipanaskan, terbentuk: ------------------------------------b,c,d.
Zat Alkohol HCl(e) NaOH HgCl2 FeCl3 Pb-asetatLar. Protein
Tulis (+) bila terbentuk endapan atau (-) bila tidak terbentuk endapan.
T. Tangan Asisten
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
52
Catatan : Tulis tanda (+) bila
terjadi reaksi warna, atau
tanda (-) bila tidak terjadi
reaksi.
Kurikulum FK USU 2012
TUGAS PRAKTIKUM
1. Apa yang dimaksud dengan ikatan peptida? (tuliskan rumusnya). Bagaimana menguji adanya ikatan peptida?
2. Sebutkan isi reagensia Millon, reagensia Ksantoprotein dan reagensia Nitoprussid. Sebutkan juga warna yang terjadi bila suatu asam amino bereaksi positif dengan reagensia-reagensia tersebut.
3. Bagaimana caranya menunjukkan adanya sulfur (S) pada suatu protein ?Sebutkan 3 macam amino yang mengandung sulfur.
4. Apa yang dimaksud dengan denaturasi protein ?5. Sebutkan contoh asam amino yang bereaksi positif dengan reagensia Millon, reagensia
Ksantoprotein, reagensia Nitroprusid.6. Sebutkan isi reagensia Biuret dan sebutkan warna yang terjadi jika protein bereaksi positif dengan
reagensia Biuret.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
53
Kurikulum FK USU 2012
PRAKTIKUM BIOKIMIA (BBC2-Pr4-BK)
PENGARUH pH TERHADAP AKTIFITAS ENZYM
TUJUAN:1. Menentukan peranan pH dalam mempengaruhi kerja enzym2. Menentukan pH optimal dari kerja enzym
CARA KERJA:1. Saliva (air ludah) diencerkan 1 : 500 dengan aquadest (dalam beaker glass).2. Kemudian, pada plat penetes dituliskan angka 1,2,3 diseterusnya. disetiap ruangnya dan
diteteskan larutan J2-KJ sebanyak 1 tetes pada setiap ruang tersebut. 3. Pada ruang pertama diteteskan 1 tetes larutan Amylum untuk melihat terbentuknya warna
biru (sebagai kontrol). 4. Kedalam satu tabung reaksi dipipetkan 2 ml larutan Buffer Phosphat (pH 6,8) dan 1 ml larutan
Amylum 0,5 ml. 5. Kedua larutan dicampur dengan baik dan masukan kedalam waterbath 37oC. Setelah lebih
kurang 5 menit, ditambahkan 2 ml larutan saliva kedalam tabung tersebut, dicampurkan dengan baik, kemudian langsung ditekan Stopwatch dan tabung dimasukan kembali kedalam Waterbath.
6. Setiap 60 detik (1 menit) diambil 1 tetes larutan tersebut dan diteteskan pada larutan J2KJ yang berada pada plat penetes. Penetesan terus dilakukan terhadap larutan J2KJ yang berada pada plat penetes hingga tidak ada perobahan warna yang terjadi lagi (catat pada menit keberapa hali ini terjadi). Untuk setiap terjadinya perolehan warna, dicatat menitnya (keberapa) serta warna yang terbentuk
7. Untuk menentukan pH optimal dari enzym Ptyalin pada temperatur 37oC, harus disediakan 6 buah tabung reaksi dan setiap tabung ditulis dengan angka 1 hingga 6. kedalam setiap tabung dipipetkan 1 ml larutan Amylum dan Buffer Phosphat 0,1 mol sebanyak 2 ml, yang pH nya masing-masing 5,3; 5,9; 6,5; 7,2; 7,7 dan 8,3. (Pada setiap tabung yang digunakan, pipet harus dicuci terlebih dahulu). Setelah itu, dipipetkan secepat mungkin berturut-turut pada setiap tabung 2 ml larutan saliva dan dicampurkan dengan baik, serta semua tabung dimasukan kedalam Waterbath pada 37oC. Bersamaan dengan hal tersebut, stopwatch ditekan untuk memulai perhitungan waktu.
8. Selanjutnya setiap 2 menit diteteskan satu tetes dari setiap larutan (No. 1 s/d 6) pada plat penetes, dan ini dilakukan hingga warna biru yang terbentuk menghilang, penetesan diberhentikan bila setelah 30 menit warna biru masih tetap. Dari hasil pengamatan ini dibuat grafik pH dan waktu serta ditentukan pH optimal dari grafik tersebut.
Penuntun Praktikum Buku Panduan Mahasiswa
Basics Biology of Cells
54