bentuk pertunjukan musik keroncong swadhesi di...

58
i BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN KENDAL Skripsi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Seni Musik Oleh Elang Yogiswara 2501413150 JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Upload: others

Post on 28-Jul-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

i

BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK

KERONCONG SWADHESI

DI KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN

KENDAL

Skripsi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Seni Musik

Oleh

Elang Yogiswara

2501413150

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

ii

Page 3: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

iii

Page 4: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

iv

Page 5: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

(1) Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya

didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya (Abraham Lincoln).

(2) Untuk meraih sebuah kesuksesan, karakter seseorang adalah lebih penting daripada

intelegensi (Gilgerte Beaux).

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

(1) Kedua orang tua saya, Bapak

Nasrun dan Ibu Sandria serta

segenap keluarga

(2) Sahabat dan teman-teman yang saya

sayangi.

(3) Keluarga besar Sendratasik UNNES.

Page 6: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Bentuk

Pertunjukan Musik Keroncong Swadhesi di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah banyak mendapatkan

bantuan dan bimbingan serta saran dari berbagai pihak, baik dalam bentuk moral maupun

material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

(1) Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan kesempatan penulis untuk menimba ilmu di Universitas Negeri

Semarang.

(2) Prof. Dr. Muhammad Jazulli, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

(3) Dr. Udi Utomo, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

(4) Drs. Muttaqin, M.Hum., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan saran,

koreksi, masukan, dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5) Dr. Syahrul Syah Sinaga, M.Hum., selaku dosen pembimbing II, yang telah

memberikan saran, koreksi, masukan, dan pengarahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

(6) Para dosen jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

(7) Pak Suprayitno, selaku Pemimpin Swadhesi yang telah memberi kesempatan dan

waktu untuk memberikan informasi dan pengambilan data.

Page 7: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

vii

(8) Teman-teman Jurusan Pendidikan Sendratasik angkatan 2013 dan segenap keluarga

besar Jurusan Pendidikan yang telah memberi semangat dan dukungan mengerjakan

penyusunan skripsi ini.

(9) Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada pihak-pihak

yang terkait tersebut dan membalasnya dengan lebih baik. Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Semarang, 2 Januari 2019

Penulis

Page 8: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

viii

SARI

Yogiswara, Elang. 2019. “Bentuk Pertunjukan Musik Keroncong Swadhesi di

Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Seni

Drama, Tari, dan Musik, Fakultas Bahsa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Dosen Pembimbing I Drs. Muttaqin, M. Hum. dan Dosen Pembimbing II Dr.

Syahrul Syah Sinaga, M. Hum.

Kata kunci: bentuk, pertunjukan, Swadhesi

Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

Sukorejo, Kabupaten Kendal. Swadhesi memiliki keunikan yang berbeda dengan orkes

keroncong lainnya, yaitu pada pertunjukan intinya. Hal tersebut mendorong peneliti untuk

meneliti lebih lanjut mengenai bentuk pertunjukan orkes musik keroncong Swadhesi.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik

pengumpulan data yang dilakukan adalah studi pustaka, wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Metode pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan

triangulasi data. Teknik analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pertunjukan grup musik keroncong

Swadhesi adalah orkes keroncong. Swadhesi biasanya menampilkan pertunjukan selama

tiga jam. Tempat pertunjukan musik Swadhesi disesuaikan dengan jenis acara. Untuk

acara formal, pertunjukan menggunakan panggung formal berbentuk proscenium,

sedangkan untuk acara nonformal disesuaikan dengan penyelenggara acara. Grup

keroncong Swadhesi menampilkan pertunjukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama

memastikan kesiapan seluruh komponen pendukung pertunjukan. Komponen-komponen

tersebut terdiri atas: (1) penataan panggung, (2) kualitas tata suara (sound system), (3)

kualitas pencahayaan, (4) kesiapan alat musik, (5) kondisi para pemain meliputi, tata rias

dan busana pemain. Tahap kedua dilakukan dengan memainkan sebuah lagu instrumental

dan memperkenalkan masing-masing personil Swadhesi. Tahap ketiga berupa

pertunjukan inti yang terdiri atas 4 sesi, yaitu : (1) penyajian 3-4 lagu keroncong asli oleh

grup Swadhesi, (2) penyajian lima buah lagu permintaan (requeat) penonton, (3)

penyajian lima buah lagu jenaka yang diaransir ke dalam musik keroncong. Tahap

terakhir adalah acara penutup dengan menyajikan sebuah lagu bertemakan “perpisahan”

yang dinyanyikan oleh semua penyanyi disertai ucapan salam seluruh personel Swadhesi.

Saran dalam penelitian ini meliputi (1) untuk sajian pementasan diharapkan agar

menambah MC (Master Ceremony) agar sajian pertunjukan lebih menarik serta penyanyi

lebih fokus dalam bernyanyi tanpa job desk tambahan. dan (2) pemerintah diharapkan

dapat memberikan dukungan dengan mengadakan pertunjukan-pertunjukan musik

keroncong yang berkualitas, meningkatkan sarana pendukung pertunjukan keroncong,

serta dapat merencanakan dan memberikan anggara khusus untuk pelestarian musik

keroncong dari sumber dana yang dapat dipertanggungjawabkan.

Page 9: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii

PERNYATAAN........................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi

DAFTAR ISI................................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................................................... 7

1.4.5 Manfaat Praktis ..................................................................................................... 7

1.5 Sistematika Skripsi ................................................................................................... 7

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................ 9

2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................................... 9

2.2. Bentuk Pertunjukan ............................................................................................... 16

2.2.1 Solo ..................................................................................................................... 17

2.2.2 Duet ..................................................................................................................... 18

2.2.3 Ansambel ............................................................................................................ 18

2.2.4 Orkestra ............................................................................................................... 18

2.3 Unsur Pertunjukan Musik ..................................................................................... 18

2.3.1 Waktu .................................................................................................................. 19

2.3.2 Tempat Pentas ( Panggung) ............................................................................... 19

2.3.2.1 Bentuk dan Jenis Panggung ............................................................................. 20

2.3.3 Penonton ............................................................................................................. 21

Page 10: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

x

2.3.4 Pemain................................................................................................................. 22

2.3.5 Materi Penyajian ................................................................................................. 22

2.3.6 Perlengkapan Pementasan ................................................................................... 23

2.3.6.1 Alat Musik ...................................................................................................... 23

2.3.6.2 Tata Lampu ...................................................................................................... 23

2.3.6.3 Tata Suara ........................................................................................................ 24

2.3.6.4 Tata Rias ......................................................................................................... 24

2.3.6.5 Tata Busana ...................................................................................................... 24

2.3.6.6 Waktu Pertunjukan ........................................................................................... 24

2.4 Keroncong .............................................................................................................. 25

2.4.1 Pengertian Orkes Keroncong .............................................................................. 26

2.4.2 Formasi Peralatan Musik .................................................................................... 27

2.4.3 Repetoar Musik Keroncong ................................................................................ 28

2.4.3.1 Repetoar Keroncong Asli ................................................................................. 29

2.4.3.2 Repetoar Keroncong Stambul .......................................................................... 29

2.4.3.3 Repetoar Keroncong Langgam ........................................................................ 29

2.4.4 Gaya Musikal ...................................................................................................... 29

2.4.5 Alat-alat pada Musik Keroncong ........................................................................ 30

2.4.5.1 Alat Musik Bagian Depan ................................................................................ 31

2.4.5.1 Alat Musik Bagian Belakang ........................................................................... 31

2.4.6 Ragam Irama pada Keroncong ............................................................................ 32

2.4.7 Jenis Penyajian Lagu Keroncong ........................................................................ 33

2.4.7.1 Keroncong Asli ................................................................................................ 33

2.4.7.2 Keroncong Langgam…………………………………………………………….34

2.4.7.3 Keroncong Stambul ......................................................................................... 35

2.4.7.4 Keroncong Ekstra ............................................................................................. 36

2.5 Kerangka Berfikir .................................................................................................. 36

BAB 3 METODE PENELITIAN .............................................................................. 38

3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian ........................................................................ 38

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian................................................................................ 39

3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................................................. 39

3.2.2 Sasaran Penelitian ............................................................................................... 39

Page 11: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

xi

3.3 Sumber Data........................................................................................................... 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 40

3.4.1 Teknik Observasi ................................................................................................ 40

3.4.2 Teknik Wawancara ............................................................................................. 41

3.4.3 Teknik Dokumentasi ........................................................................................... 41

3.4.4 Teknik Analisi Data ............................................................................................ 42

3.4.4.1 Reduksi Data .................................................................................................... 43

3.4.4.2 Penyajian Data ................................................................................................. 43

3.4.4.3 Menarik Kesimpulan / Verifikasi .................................................................... 44

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 45

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................................... 45

4.1.1 Penduduk, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Kondisi Kesenian ........................... 47

4.1.1.1 Penduduk.......................................................................................................... 47

4.1.1.2 Pekerjaan .......................................................................................................... 49

4.1.1.3 Agama .............................................................................................................. 50

4.1.1.4 Pendidikan........................................................................................................ 51

4.1.1.5 Kondisi Kesenian ............................................................................................. 53

4.2 Sejarah Berdirinya Grup Keroncong Swadhesi ..................................................... 58

4.3 Alamat basecamp Swadhesi................................................................................... 59

4.4 Manajemen Grup Musik Keroncong Swadhesi ..................................................... 60

4.5 Bentuk Pertunjukan Grup Musik Keroncong Swadhesi ....................................... 63

4.5.1 Waktu Penyajian ................................................................................................. 63

4.5.1.1 Durasi Penyajian .............................................................................................. 64

4.5.1.2 Urutan Pertunjukan dari awal hingga akhir ..................................................... 64

4.6 Tempat Pentas( Panggung) .................................................................................... 69

4.6.1 Pertunjukan Formal ............................................................................................. 70

4.6.2 Pertunjukan Non Formal ..................................................................................... 71

4.7 Pemain.................................................................................................................... 73

4.8 Penonton ................................................................................................................ 73

4.9 Materi Penyajian .................................................................................................... 74

4.10 Perlenkapan Pentas .............................................................................................. 84

4.10.1 Alat Musik ........................................................................................................ 84

4.10.1.1 Biola ............................................................................................................... 85

Page 12: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

xii

4.10.1.2 Flute .............................................................................................................. .85

4.10.1.3 Gitar ............................................................................................................... 86

4.10.1.4 Cuk ................................................................................................................. 86

4.10.1.5.Cak ................................................................................................................ 86

4.10.1.6 Cello ............................................................................................................... 87

4.10.1.7 Bass ................................................................................................................ 87

4.10.2 Tata Cahaya ...................................................................................................... 87

4.10.3 Suara ................................................................................................................. 89

4.10.4 Tata Busana dan Rias ........................................................................................ 91

BAB 5 PENUTUP ...................................................................................................... 94

5.1 Simpulan ................................................................................................................ 94

5.2 Saran ...................................................................................................................... 95

5.2.1 Orkes Keroncong Swadhesi ................................................................................ 95

5.2.2 Pemerintah .......................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 97

LAMPIRAN ............................................................................................................... 99

Page 13: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penduduk per-Kecamatan .............................................................................. 48

Tabel 2. Tenaga Kerja di Kabupaten Kendal ............................................................... 49

Tabel 3. Jumlah Pemeluk Agama ............................................................................... 50

Tabel 4. Jumlah Sekolah .............................................................................................. 52

Tabel 5. Daftar Lagu Pertunjukan Swadhesi ............................................................... 77

Page 14: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 36

Bagan 2. Skema analisis data kualitatif ....................................................................... 44

Bagan 3. Stuktur Organisasi Swadhesi ........................................................................ 62

Page 15: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta kabupaten Kendal ............................................................................... 46

Gambar 2. Srandul ....................................................................................................... 53

Gambar 3. Tari Opak Abang ........................................................................................ 54

Gambar 4. Barongan .................................................................................................... 55

Gambar 5. Sintren ........................................................................................................ 57

Gambar 6. Denah basecamp ........................................................................................ 59

Gambar 7. Basecamp ................................................................................................... 60

Gambar 8. Persiapan .................................................................................................... 65

Gambar 9. Pembukaan ................................................................................................. 67

Gambar 10. Pertunjukan Inti ........................................................................................ 68

Gambar 11. Penutup .................................................................................................... 69

Gambar 12. Desain Panggung Formal ........................................................................ 71

Gambar 13. Komposisi Penataan Panggung ............................................................... 72

Gambar 14. Pemain Musik Saat Pertunjukan ............................................................. 73

Gambar 15. Penonton .................................................................................................. 74

Gambar 16. Notasi Lagu Dewi Murni ......................................................................... 75

Gambar 17. Notasi Lagu Hasrat Menyala .................................................................... 76

Gambar 18. Notasi Aransemen Munajat Cinta ............................................................ 83

Gambar 19. Alat Musik ................................................................................................ 85

Gambar 20. Tata Lampu .............................................................................................. 88

Gambar 21. Tata Musik/ Sound System ....................................................................... 90

Gambar 22. Tata Rias dan Busana Wanita .................................................................. 92

Gambar 23. Tata Rias Pria .......................................................................................... 93

Page 16: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Piagam Pengesahan Swadhesi ............................................................... 100

Lampiran 2. Data Informan ........................................................................................ 101

Lampiran 3. Instrumen Penelitian .............................................................................. 103

Lampiran4. Transkrip Wawancara ...................................................................................

Page 17: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia mempunyai beraneka macam corak dan ragam

kebudayaan yang berasal dari masing-masing suku bangsa yang ada di Indonesia.

Keanekaragaman budaya yang dimiliki masins-masing suku bangsa tidaklah

menimbulkan pertentangan yang negatif bagi persatuan dan kesatuan bangsa.

Kebudayaan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, sehingga kebudayaan

dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, karena di dalam kehidupan manusia selalu

mencipta dan menggunakan kebudayaan untuk memenuhi kebutuhan.

Kebudayaan memiliki beberapa unsur diantaranya adalah kesenian. , Seperti

halnya (Iwasawa, 2008:1.) yang berpendapat bahwa kebudayaan juga dapat

dilakukan dan dipelajari oleh masyarakat umum. Kebudayaan oleh para pakar

diberi pengertian sebagai keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia, dalam rangka mencerminkan sikap dan tingkah laku manusia di dalam

kehidupan di masyarakat dimana ia tinggal (Koentjaraningrat, 1984:22)

Sepanjang sejarah, manusia tidak dapat lepas dari seni, karena seni

merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang mengandung nilai keindahan

(estetis), sedangkan setiap manusia pasti menyukai keindahan. Seni selalu

mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam aktifitas atau rupa, sebagai lambang.

(Ensiklopedia Indonesia 5, 1984:3080) Seni merupakan penjelmaan rasa indah

yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantara alat-alat

Page 18: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

2

komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh panca indera, yaitu indera

pendengar (seni suara/musik ), penglihat (seni rupa ), atau dilahirkan melalui

perantara gerak (seni tari dan drama ) yang kemudian menjadi cabang-cabang dari

seni yaitu seni musik, seni rupa, seni tari, seni drama/teater. Menurut bentuk

perwujudannya, seni musik merupakan bentuk seni pertunjukan yang secara

langsung mengungkapkan gejolak jiwa yang akrab dengan perasaan tanpa ruang.

Seni musik menggambarkan buah pikiran dengan tatanan nada-nada yang

melodis. Sedangkan unsur lain yang bukan tatanan nada perlu dimunculkan atau

diikutsertakan bersama sebagai pendukungnya. Unsur pendukung itu adalah

peragaan gerak, tata busana dan sastra, bilamana dipadukan akan menimbulkan

rasa keindahan bagi penikmatnya. Sebagaimana kita lihat, seiring perkembangan

jaman dan selera para penikmatnya, musik juga mengalami perkembangan yang

kemudian melahirkan banyak jenis musik

Konsep seni seperti yang diungkapkan (Hardjana, 1983:8) posisinya

menjadi demikian penting apabila seni dihadapkan kepada perannya sebagai

“katalis” dimana perannya sangat dibutuhkan di dalam zaman yang penuh

persoalan, dalam kondisi seperti ini tentu harus dihindarkan munculnya karya-

karya seni yang lepas dari akar estetikanya. Dalam era globalisasi sekarang ini

penciptaan karya seni tampak mengalami pergeseran, hal ini terlihat dengan

munculnya beberapa karya seni yang mengacu pada selera publik dan warna

terbaru dalam karya, dengan mengesampingkan aspek tema,, kualitas estetis serta

pesan moral dari arya yang diciptakan.

Page 19: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

3

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi besar sekali pengaruhnya

terhadap penciptaan karya seni pertunjukan. Hal ini dapat kita lihat dalam karya

musik, yaitu dengan munculnya karya musik komersial, sebagai akibat adanya

kecenderungan untuk mengejar popularitas semata, dengan mengorbankan aspek

tema, nilai estetis serta pesan moral dari karya musik tersebut. Beberapa jenis

musik seperti : campursari, dangdut, rap dan sebagainya, dimana jenis musik

tersebut ternyata sangat digemari oleh generasi muda. Disisi lain ada musik yang

kurang mendapat tempat di hati kawula muda, yaitu musik tradisional misalnya :

angklung, kulintang, karawitan dan musik tradisional lainnya seperti keroncong

yang telah berkembang di Indonesia (Soeharto, 1996:8)

Transisi dari tradisional dan modern memang sesuai dengan tuntutan

zaman. Generasi muda dengan segala bentuk dan refleksinya bermaksud untuk

merubah dirinya dengan hal baru yang belum pernah dikenal sebelumnya.

Motivasi untuk maju, dinamis, lain dari yang lain adalah realita untuk memenuhi

panggilan hati yaitu modernisasi dan kebebasan nurani. Budaya telah lama lahir

dan sekarang hidup di masa modernisasi, melawan konflik di berbagai negara agar

tetap bertahan (Beng, 2012:3). Proses transisi semacam ini sebenarnya

memerlukan banyak perhatian dari berbagai kalangan, karena akan berakibat fatal

jika dibiarkan tanpa adanya pengendalian. Berbicara tentang musik keroncong

tidak terlepas dari sebuah alat musik yang menjadikan khas dari musik itu sendiri

yaitu ukulele (semacam gitar kecil berdawai 3). Musik keroncong sebenarnya

telah lama berkembang di Indonesia. Musik ini merupakan peleburan dari

berbagai ragam musik yang mencoba memadukan beberapa jenis alat dalam versi

Page 20: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

4

baru. Musik keroncong di kategorikan dalam kelompok musik tradisional

(Soeharto, 1996:61) sebagai musik tradisional karya seni tersebut bersumber dan

berakar serta telah di rasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat lingkungan,

dan pengolahannya didasarkan atas cita-cita masyarakat pendukungnya

(Harmunah, 1994:40). Musik keroncong merupakan musik asli Indonesia

sebagaimana diungkapkan (Soeharto, 1996:287) bahwa musik keroncong berasal

dari suku bangsa Mestezia, yaitu budak-budak Portugis. Setelah majikan mereka

disingkirkan oleh kolonial Belanda yang beragama Kristen, kemudian tinggal

disebuah kampung di Jakarta, yang disebut kampung Serani (Nasrani) atau

Kampung Tugu.

Perjalanan musik keroncong di belantika musik nusantara, seperti yang

telah disebutkan oleh (Haeins, 1975:5), sesungguhnya telah dimulai ketika kapal-

kapal Portugis mulai berdatangan di kepulauan nusantara sebelum abad XVI

untuk mengadakan hubungan perdagangan dengan kaum pribumi, yang mana

bangsa Portugis ketika itu mengadakan monopoli-monopoli perdagangan dengan

orang-orang pribumi, hampir di seluruh pelosok nusantara (Harmunah, 1994: 7).

Bangsa Portugis ini sebenarnya bangsa pedagang yang pada tahun 1498 tiba di

Hindia Muka. Karena niatnya mencari barang dagangan maka pada tahun 1511

mereka merebut Malaka (Soeharto, 1996:32). menambahkan bahwa enkulturasi

merupakan proses penerusan kebudayaan kepada seseorang individu yang dimulai

dari setelah dilahirkan, yaitu pada saat kesadaran diri yang bersangkutan mulai

tumbuh dan berkembang (Kodiran, 2004:11). Selain melakukan perdagangan,

bangsa Portugis juga membawa kebudayaan mereka ke Nusantara, banyak sekali

Page 21: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

5

kebudayaan yang bangsa Portugis bawa ke Indonesia, salah satunya adalah

kesenian musik beserta alat yang mereka pakai untuk memainkan musik mereka.

di Indonesia saat ini musik tersebut disebut musik keroncong, banyak perdebatan

tentang hal tersebut, apakah musik keroncong asli dari Indonesia atau tidak.

Dalam kesenian tercakup beberapa macam kesenian yaitu seni rupa, seni

drama, seni tari, dan seni musik. Musik adalah cetusan hati nurani atau daya cipta

dengan bentuk suara, suatu penjelmaan dari pencerminan yang nyata yang

didasarkan atas pemikiran dan adat istiadat dalam kehidupan masyarakat.

(Soeharto, 1996:26) dan musik keroncong sangat erat kaitannya dengan musik

kerakyatan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Musik keroncong sudah

lama ada dan berkembang di Indonesia. (Rachman,2013 :1) Musik keroncong

merupakan peleburan dari berbagai ragam musik yang mencoba memadukan

beberapa jenis alat musik dalam versi baru. Musik keroncong merupakan salah

satu jenis musik yang memiliki banyak penggemar atau penikmat musiknya tidak

terlepas dari sebuah alat musik yang menjadikan khas dari musik itu sendiri yaitu

ukulele (semacam gitar kecil berdawai tiga). Musik Keroncong sebenarnya telah

lama berkembang di Indonesia, musik ini merupakan peleburan dari berbagai

ragam musik yang coba memadukan beberapa jenis alat dalam versi baru. Dalam

(Ensiklopedia Indonesia 3, 1982:1756) , keroncong adalah (1) nama alat musik

petik kecil yang sejak jaman Portugis di Indonesia selalu dipakai untuk

mengiringi lagu-lagu cinta. (2) sejenis musik Indonesia, diperkirakan berasal dari

tahun 1500, ketika orang-orang potugis datang ke Indonesia memperdengarkan

musik mereka grup keroncong terdiri atas ukulele, gitar, cello, biola dan flute.

Page 22: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

6

Di Kendal tepatnya di Kecamatan Sukorejo terdapat beberapa orkes

keroncong salah satunya adalah Orkes Keroncong Swadhesi. Orkes tersebut

merupakan salah satu orkes keroncong yang eksis di Kendal. Dalam bentuk

pertunjukannya Swadhesi mempunyai beberapa elemen yang mendukung

eksistensi orkes tersebut. Mulai dari bentuk pertunjukan, manajemen dan elemen

lain yang mendukung eksistensi Keroncong Swadhesi sehingga dapat eksis hingga

belasan tahun di Kendal. Banyak acara yang sudah diikuti oleh Swadhesi dari

acara dinas hingga acara non formal yang diadakan oleh penyelenggara.

Peneliti memilih Swadhesi untuk dikaji lebih lanjut karena dalam bentuk

pertunjukannya memiliki keunikan yang berbeda dengan Orkes keroncong pada

umumnya. Orkes Swadhesi memiliki ciri khas pada pertunjukan inti yang

disajikan terdapat lagu yang dimainkan dengan penghayatan yang jenaka sehingga

dipertunjukan tersebut penyayi laki-laki dan perempuan bernyanyi bersama

menyanyikan lagu dengan musik yang lucu kemudian lagu tersebut diilustrasikan

lewat gerakan-gerakan yang lucu sehingga membuat penampilan Orkes Swadhesi

menjadi lebih menarik.

Berkaitan dengan apa yang telah dikemukakan diatas, penulis terdorong

untuk mengadakan penelitian di lapangan, terhadap Orkes Keroncong Swadhesi

yang memiliki bentuk pertunjukan dari orkes keroncong yang lain.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut bagaimana Bentuk Pertunjukan

Keroncong Swadhesi di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal ?

Page 23: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

7

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

mengetahui bentuk pertunjukan Keroncong Swadhesi di Kecamatan Sukorejo.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik secara praktis maupun

secara teoretis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi

untuk penelitian lebih lanjut, sebagai sumbangan pemikiran bagi lembaga

pendidikan tinggi Universitas Negeri Semarang khususnya mahasiswa jurusan

musik dalam hal penelitian, dapat dijadikan refrensi bagi penelitian seni

pertunjukan selanjutnya, serta dapat menambah pemahaman dan wawasan

mengenai bentuk pertunjukan musik pada keroncong Swadhesi di Kabupaten

Kendal dan dapat memberikan wacana bagi keroncong Swadhesi sebagai bahan

pertimbangan untuk evaluasi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami bentuk

pertunjukan musik pada Orkes Keroncong Swadhesi di Kecamtatan Sukrejo

Kabupaten Kendal.

2) Diharapkan penelitian ini mampu memperkaya wawasan atau pengetahuan

pembaca tentang teori yang mengkaji bentuk pertunjukan musik Orkes Keroncong

Swadhesi di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal.

Page 24: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

8

1.5 Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi bertujuan untuk memberikan gambaran serta

mempermudah para pembaca dalam mengetahui garis-garis besar dari skripsi ini.

Sistematika skripsi juga merupakan kerangka awal penyusunan penelitian,

sehingga penulis dapat menyusun skripsi tahap demi tahap sesuai dengan

kerangka yang telah dipersiapkan.

Adapun susunannya adalah bagian awal skripsi berisi tentang halaman

judul,halaman pengesahan,motto dan persembahan, kata pengantar, sari , daftar

isi, daftar gambar, daftar lampiran.

Bagian isi atau tubuh terdiri dari bab I , II , III , IV, dan V. Bab I berisi

tentang pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah , rumusan masalah,

tujuan penelitian , manfaat penelitian , sistematika skripsi. Kemudian bab II berisi

tentang landasan teori dan tinjauan pustaka. Bab III tentang metode penelitian,

bab IV mengenai data penelitian dan pembahasan, serta bab V penutup, yang

berisi tentang simpulan, saran,dan implikasi. Selanjutnya adalah bagian akhir dari

skripsi, yaitu bagian yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 25: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang “bentuk pertunjukan grup musik keroncong Swadhesi di

kecamatan sukerejo kabupaten kendal” bukanlah penelitian satu-satunya yang

dilakukan oleh peneliti.

Ada beberapa penelitian yang sejenis sehingga menginspirasi dan menjadi

referensi untuk melakukan penelitian ini antara lain:

(Prabowo, 2013) melakukan penelitian berjudul “Bentuk Pertunjukan

Musik Japanese Rock di Semarang : Kajian Musikologis”, dalam penelitiannya

Prabowo membahas bentuk pertunjukan musik japanese rock. Metode dalam

penelitian tersebut mencakup jenis penelitian, fokus penelitian, sumber data

penelitian, instrumen, teknik pengumpulan data, teknik pemeriksaan keabsahan

data, dan teknik analisis data. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa

pertunjukan musik japanese rock di kota Semarang tidak hanya menampilkan

lagu sendiri tetapi juga menampilkan lagu yang sudah terkenal dengan

aransemen band itu sendiri. Mengingat semakin maraknya band-band baru

dengan jenis yang berbeda karena sekarang baru trend band-band industri, maka

di sarankan kepada band-band Japanese Rock di kota Semarang agar

meningkatkan kreatifitasnya dan berkarya dalam bermusik menghasilkan lagu-

lagu yang baru dan dijadikan sebuah album, sehingga dapat memberikan

kontribusi terhadap perkembangan musik Japanese Rock di Indonesia dan dunia.

Page 26: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

10

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Prabowo yaitu

mendeskripsikan bentuk pertunjukan musik. Metode yang digunakan dalam

penelitian tersebut dan penelitian ini sama-sama menggunakan metode deskriptif

kualitatif.

Penelitian yang dilakukan oleh (Sulestiyorini, 2013) yang berjudul

“Kreatifitas dan fungsi musik keroncong Studi kasus pada Grup Musik kasela

bergema”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk sajian musik dari

Grub musik Kasela Bergema yang mempunyai keunikan berbeda dalam

penampilannya dibandingkan dengan kelompok musik keroncong lain. Hal unik

tersebut ditunjukkan dengan cara mengemas lagu populer menjadi lagu

keroncong. Lagu- lagu yang dibawakan disertai dengan kreativitas dan fungsi

musik didalam masyarakat. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu,

bagaimana kreativitas dan fungsi grup musik keroncong Kasela Bergema dalam

membawakan lagu - lagu yang mereka bawakan disetiap acara.

Pendekatan penelitian adalah pendekatan musikologis dengan metode

deskriptif kualitatif. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui kreativitas dan

fungsi musik grup musik keroncong Kasela Bergema di Semarang dalam

membawakan lagu-lagunya disetiap acara. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Keabsahan data diperiksa

dengan teknik derajat kepercayaan (reability), keabsahan data yang dimulai dari

triangulasi sumber, metode dan data. Teknik analisis data yang digunakan yaitu

dengan cara mereduksi data, penyajian data dengan tujuan akhir dapat

memperoleh verifikasi.

Page 27: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

11

Hasil penelitian menunjukan bahwa grup musik keroncong Kasela

Bergema adalah sebuah grup yang membawakan lagu-lagu keroncong dengan

nuansa berbeda. Dalam membawakan lagu-lagu Keroncong, grup musik

keroncong Kasela Bergema menampilkan kreativitas jenis lagu populer indoneisa,

dangdut, campursari dan sebagainya. Dengan kreativitasnya mengembangkan

lagu yang sudah ada di balut dengan nuansa keroncong dengan tujuan menjadikan

lebih menarik dari versi aslinya dan dapat diminati oleh berbagai elemen

masyarakat. Kreativitas grup musik keroncong Kasela Bergema dalam

membawakan lagu – lagunya dengan cara: (1) mengolah lagu awal dengan akord

dasar. (2) Membawakan keroncong dengan sentuhan berbeda. Maksud mengolah

lagu awal dengan akord dasar adalah Gambaran awal terlebih dahulu membuat

konsep penciptaan dengan menggunakan akord dasar. Sedangkan membawakan

keroncong dengan sentuhan berbeda berarti memainkan berbagai jenis lagu

populer yang dibawakan menyerupai sentuhan keroncong dengan tidak

meninggalkan ciri khas dari keroncong asli seperti stambul dan langgam.

Penelitian yang dilakukan oleh Istiyadi (2009) yang berjudul “Bentuk penyajian

orkes keroncong bakti di kelurahan jampiroso kabupaten temanggung”.

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui dan mendeskrepsikan mengenai : (1)

Bagaimana bentuk penyajian musik keroncong Bakti di Kelurahan Jampiroso

Kabupaten Temanggung, (2) Bagaimana upaya kelompok orkes keroncong Bakti

agar diminati masyarakat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan

Page 28: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

12

dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan cara mereduksi

data, penyajian, verifikasi dan menyimpulkan. Data yang telah dianalisis

kemudian dilaporkan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan orkes Keroncong Bakti

dalam bentuk penyajiannya yang sangat didukung masyarakat sekitar, sehingga

dari waktu ke waktu kelompok orkes keroncong tersebut berkembang dan eksis di

masyarakat. Kelompok Orkes Keroncong Bakti sering tampil dalam acara formal

di instansi maupun masyarakat yang mempunyai hajat seperti pernikahan,

khitanan atau syukuran. Bentuk penyajian orkes keroncong Bakti ditampilkan

dalam bentuk lagu langgam keroncong, keroncong asli, stambul dan lagu pop,

dangdut atau lagu barat yang dikeroncongkan.

Upaya pengembangan kelompok orkes Keroncong Bakti dengan

menyajikan menu bervariatif yaitu keroncong asli, langgam dan

mengkeroncongkan lagu-lagu yang sedang populer seperti lagu barat, pop maupun

dangdut.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar kelompok orkes

keroncong Bakti dijaga bentuk penyajiannya dan keberadaan serta ditingkatkan

kual itas pementasannya, sehingga kelompok keroncong Bakti dapat eksis dan

berprestasi serta menjadi kebanggaan masyarakat Temanggung pada umumnya.

Dan perlu adanya pembinaan yang lebih intensif dari Dewan Kesenian Daerah,

agar orkes keroncong Bakti lebih berperan di bidang pariwisata dan menjadikan

kesenian keroncong menjadi komoditas pariwisata Kabupaten Temanggung.

Page 29: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

13

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Istiyadi yaitu

mendeskripsikan bentuk pertunjukan musik keroncong. Metode yang digunakan

dalam penelitian tersebut dan penelitian ini sama-sama menggunakan metode

deskriptif kualitatif.

Penelitian yang dilakukan (Galendra, 2014) dalam jurnal harmonia yang

berjudul “ Kajian Bentuk Pertunjukan Musik Angklung Kridotomo di

Yogyakarta “hasill penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan

bentuk pertunjukan grup musik Angklung Kridotomo.

Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Hasil penelitian menujukan, grup musik Angklung Kridotomo

melakukan pertunjukan di Pasar Beringharjo pada siang hari dan jalan Malioboro

pada malam hari. Pertunjukan grup Angklung Kridotomo terdiri dari bagian

pembuka yang berisi salam dan musik pembuka, pada bagian inti memainkan

lagu pop, campursari dan dangdut, dan pada bagian terakhir memainkan lagu

request dan di akhiri dengan salam penutup.

Relevansi terhadap penelitian “Bentuk Pertunjukan Musik Keroncong

Swadhesi di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal “ yaitu memiliki kesamaan

dalam meneliti pertunjukan musik , tetapi memiliki perbedaan dalam obyek yang

diteliti yaitu grup Angklung Kridotomo sehinga teori yang dipakai dalam

menganalisis bentuk pertunjukan musik juga berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh (Alviani, 2012) dalam junal harmonia

yang berjudul “ Bentuk Pertunjukan Orkes Dangdut Parody Senggo Tromol di

Page 30: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

14

Semarang : Kajian Bentuk dan Fungsi “ Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bentuk pertunjukan musik dan fungsi musik Orkes Dangdut Parodi

Senggol Tromol bagi masyarakat Kota Semarang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengambil

lokasi di Bascame tempat berkumpulnya para pemain Orkes Dangdut Parodi

Senggol Tromol di Kafe Old atau Rumah Tua, Sekaran, Gunungpati, Semarang.

Sumber data diperoleh melaui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Wawancara tentang Sejarah terbentuknya Orkes Dangdut Parodi Senggol

Tromol, Bentuk Pertunjukan Orkes Dangdut Parodi Senggol Tromol. Hasil

observasi dan wawancara kemudian ditarik beberapa kesimpulan yang sesuai

dengan data yang telah diambil.

Orkes Dangdut Parodi Senggol Tromol adalah orkes dangdut parodi

yang berada di Kota Semarang. Orkes Dangdut Parodi Senggol Tromol memiliki

keunikan yang berbeda diantara orkes musik parodi lainnya. Hal ini ditunjukan

bahwa keunikan kolaborasi musik dangdut dan parodi merupakan kolaborasi

yang sangat menjunjung nilai norma-norma yang berlaku. Orkes Dangdut Parodi

Senggol Tromol memiliki nilai musikalitas yang sangat tinggi karena kelompok

musik ini berpendidikan di bidang seni, khususnya seni musik. Ide kreatifitas

yang tinggi dan menghasilkan warna baru dalam dunia musik dangdut,

menjadikan musim Senggol Tromol menjadi musik yang bisa diterima di semua

kalangan masyarakat Kota Semarang.

Page 31: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

15

Relevansi dengan penelitian “Bentuk Pertunjukan Musik Keroncong

Swadhesi” yaitu memiliki persamaan meneliti bentuk pertunjukan musik suatu

grup dan menggunakan metode yang sama dalam penelitiannya.

Penelitiaan yang dilakukan ( Triyono, 2013) yang berjudul “ Bentuk

Pertunjukan dan Fungsi Musik Dalam Ansambel The Concerto di Semarang” .

Penelitian ini bertujuan mengetahui Bagaimana perkembangan musik ansambel

The Concerto di Semarang, bagaimana diskripsi musik ansambel The Concerto,

bagaimana bentuk dan fungsi musik ansambel The Concerto.

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian

kualitatif yang mempunyai sifat deskriptif yaitu permasalahan yang dibahas

dilakukan dengan cara menggambarkan/menguraikan hal-hal yang berhubungan

dengan suatu keadaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik

observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan cara reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dalam bentuk dan fungsi musik dalam

ansambel The Concerto di Semarang berupa tontonan dan sajian musik yang terdiri

dari pemain keyboard, violin, viola, cello,clarinet yang di sajikan di dalam tempat

ibadah : gereja maupun dalam sajian dimasyarakat umum sebagai sajian hiburan.

The Concerto memfungsikan dirinya sebagai bentuk dan fungsi ; fungsi ritual,

fungsi hiburan, dan fungsi estetis. Hasil penelitian menunjukkan bentuk dan fungsi

musik dalam ansambel The Concerto di Semarang meliputi: pertunjukan alat musik

yang dimainkan secara bersama (ansambel) yang terdiri dari keyboard, violin, viola,

cello,clarinet kadang disertai juga dengan, flute, angklung, kendang dan nyanyian

paduan suara, dengan didukung oleh beberapa unsur, yaitu waktu pertunjukan,

Page 32: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

16

tempat pertunjukan, urutan penyajian, pemain, penonton, materi penyajian,

perlengkapan pementasan dan alat musik.

Relevansi dengan penelitian “Bentuk Pertunjukan Musik Keroncong

Swadhesi di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal” memiliki kesaamaan

menggunakan medote deskriptif kualitatif sehingga penelitian ini membantu dalam

penelitian yang akan dikaji.

Terkait dengan beberapa penelitian diatas, dapat disimpulkan dengan

penelitian-penelitian tesebut yaitu sama-sama mengkaji bentuk pertunjukan

namun subjek dalam penelitiannya berbeda-beda, dan jenis penyajian yang

berbeda pula. Peneliti memfokuskan pada bidang kajian deskripsi bentuk

pertunjukan musik keroncong grup Swadhesi di Kecamatan Sukorejo

Kabupaten Kendal.

2.2. Bentuk Pertunjukan

Bentuk yang dimaksud adalah rupa atau wujud fisik yang dapat dilihat

(KBBI, 1994:119). Pengertian wujud mengacu pada kenyataan yang tampak

secara konkrit (berarti dapat dipersepsi dengan mata atau telinga) maupun

kenyataan yang tidak nampak secara konkrit, yang abstrak, yang hanya bisa

dibayangkan, seperti sesuatu yang diceritakan atau dibaca dalam buku

(Djelantik, 1999:17).

(KBBI, 1994:1086) pertunjukan berasal dari kata dasar tunjuk yang diberi

imbuhan pe- dan –an yang berarti proses, cara menunjukkan atau pengaturan

penampilan tentang sesuatu yang dipertunjukan. Kata pertunjukan sepadan

dengan kata Performance (Inggris), performance berasal dari kata kerja “to

Page 33: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

17

perform” yang memiliki arti kata. Pertama, sebagai padanan kata “to do” yang

artinya mengerjakan atau melakukan sesuatu, kedua, artinya kemampuan atau

efektivitas menyelesaikan sesuatu kerja atau pekerjaan, terakhir berarti

mengambil bagian dalam sebuah pertunjukan seni drama, musik atau tari lazim

dipahami sebagai “theatrical” atau teatrikal (Murgiyanto, 1992:59). Menurut

(Murgiyanto, 1992:14) kesenian dapat dibagi menjadi dua aspek yaitu isi dan

bentuk luarnya. Isi berhubungan dengan tema atau cerita dalam sebuah karya

seni. Bentuk luar merupakan hasil pengaturan dan pelaksanaan elemen-elemen

penggerak atau aspek-aspek yang diamati dan dilihat. Sedangkan pertunjukan

diartikan tontonan, sesuatu yang ditampilkan atau penampilan dari awal sampai

akhir. Jadi yang dimaksud bentuk pertunjukan kesenian adalah suatu tatanan atau

susunan dari sebuah pertunjukan kesenian yang ditampilkan yang dapat dilihat

atau dinikmati. Dari berbagai sumber di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa bentuk pertunjukan adalah wujud fisik yang dapat dirasakan oleh penca

indera pada sebuah pertunjukan musik meliputi proses dan cara menujukkan atau

pengaturan penampilan tentang sebuah pertunjukan musik.

Menurut (Soewito, 1996:33), bentuk pertunjukan musik ditinjau dari

jumlah pemusiknya atau pendukungnya digolongkan menjadi 4 golongan :

2.2.1 Solo

Solo adalah bentuk pertunjukan musik yang dibawakan oleh seorang saja

secara tunggal misalnya seorang membawakan suatu lagu sendirian tanpa

bantuan orang lain.

Page 34: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

18

2.2.2 Duet

Duet adalah dua orang yang membawakan satu lagu secara bersamaan

baik vokal, atau memainkan alat musik. Demikian selanjutnya Trio (tiga orang),

Kwartet (empat orang), Kwintet (lima orang), Sektet (enam orang), Septet (tujuh

orang).

2.2.3 Ansambel

Ansambel adalah pertunjukan atau permainan alat musik yang dimainkan

secara bersama baik alat musik sejenis, beberapa jenis atau disertai nyanyian.

2.2.4 Orkestrasi

Orkestrasi adalah pertunjukan musik yang terdiri dari gabungan berbagai

alat musik yang dimainkan menurut jenis lagunya. Orkestrasi ini terdiri dari :

Orkes keroncong yangmemainkan lagu-lagu keroncong, orkes melayu yang

memainkan lagu-lagu melayu, Orkes gambus yang memainkan lagu-lagu

berirama padang pasir, dan band yang memainkan lagu-lagu modern.

2.3 Unsur Pertunjukan Musik

Menurut (Jazuli, 1994:16), sebuah pertunjukan akan mempunyai batasan-

batasan tertentu, yaitu : (1) Waktu pertunjukannya terbatas; (2) Awal dan akhir;

(3) Acara kegiatan yang terorganisasi; (4) Kelompok pemain; (5) Kelompok

penonton; (6) Tempat pertunjukan; (7) Kesempatan untuk mempertunjukannya.

Selain itu pertunjukan juga dapat diartikan suatu susunan dalam kegiatan

menunjukkan sesuatu hal atau pekerjaan dengan mempunyai batasan-batasan dan

unsur-unsur pertunjukan tertentu.

Page 35: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

19

2.3.1 Waktu

(KBBI, 1994:1123) mengartikan waktu adalah 1) serentetan saat ketika

proses, pembuatan atau keadaan berada atau berlangsung, 2) lamanya saat yang

tertentu; 3) saat yang tertentu (untuk melakukan sesuatu). Pada pertunjukan

musik lamanya waktu pertunjukan tidak tetap. Sebuah pertunjukan baik musik

maupun tari pasti mempunyai urut-urutan penyajian, yang merupakan bagian

dari keseluruhan pementasanya. Urut-urutan berikut sebuah pertunjukan musik

maupun tari terdiri dari 3 bagian yaitu, (1) bagian pembukaan, (2) sajian utama ,

(3) bagian akhir, (Susetyo, 2007:9).

2.3.2 Tempat Pentas (Panggung)

Suatu pertunjukan apapun bentuknya selalu memerlukan tempat atau

ruangan guna menyelenggarakan pertunjukan itu sendiri. Di Indonesia kita dapat

mengenal bentuk - bentuk tempat pertunjukan (pentas), seperti di lapangan atau

arena terbuka, di pendapa, dan pemanggungan (staging) (Jazuli, 2001:25).

Pemanggungan (staging) dipergunakan untuk menyebutkan suatu

pertunjukan yang dipergelarkan atau diangkat ke atas pentas guna

dipertontonkan. Model pemanggungan ada yang ditinggikan (biasanya

menggunakan tratag) dan ada yang sejajar atau rata dengan tanah. Bentuk

panggung ada bermacam-macam. Misalnya bentuk proscenium yakni penonton

hanya dapat melihat dari sisi depan saja; bentuk tapal kuda yaitu panggung yang

bentuknya menyerupai tapal kuda, para penonton bisa melihat dari tiga sisi yaitu

sisi depan, sisi samping kiri, dan sisi samping kanan; bentuk pendapa, para

penontonnya seperti halnya bentuk tapal kuda, perbedaannya bangunan pendapa

Page 36: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

20

lebih tinggi daripada pentas tapal kuda (sama rata dengan tanah).

2.3.2.1 Bentuk dan Jenis Panggung

1) Panggung Arena

Panggung arena merupakan suatu bentuk panggung yang telah

berkembang. Daerah permainan di panggung berbentuk arena terletak di tengah,

sedangkan penonton mengelilingnya sehingga pentas panggung arena merupakan

jenis pentas yang sederhana bila dibandingkan dengan jenis pentas lainnya.

Bentuk pentas sederhana ini terkait dengan pelayanan khusus yaitu suatu

tuntutan yang harus ada dalam setiap pertunjukan, seperti dalam setiap adegan

menentukan scenario berbeda-beda. Ada banyak sebutan untuk panggung arena,

seperti circus theatre, ring theatre, round theatre, theatre in-the-round, pentas

bundar, pentas sentral, dan sebutan lain yang kesemuanya pada hakikatnya

adalah pentasnya berada di tengah penonton yang mengelilingi. Ciri utama pada

panggung arena adalah tidak adanya batas antara pemain dan penonton yang

mana hubungan antara kedua belah pihak dapat terjalin akrab sekali.

2) Panggung Proscenium

Bentuk panggung proscenium merupakan suatu hasil perkembangan

berbagai bentuk teater Eropa, pada mulanya berawal dari teater primitif,

berkembang ke bentuk teater Yunani, Romawi, Elisabeth, Renaissance,

berkembang sampai dapat dilihat dan dikenal bentuknya pada saat sekarang ini.

Proscenium merupakan suatu bagian dari panggung yang berada di muka tirai

dan menonjol ke depan, tempat ini sangat berguna untuk aneka keperluan di saat

pementasan. Di Indonesia banyak gedung yang memiliki panggung prosenium,

Page 37: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

21

tetapi sayangnya sangat jarang gedung yang dibangun memenuhi syarat sebagai

gedung teater, umumnya disebabkan karena perencanaan gedung tersebut tidak

dipakai sebagai gedung teater, melainkan lebih cenderung digunakan sebagai

tempat untuk perjamuan dan pertemuan. Sebagai contoh, banyak balai pertemuan

di kampung atau balai pertemuan gedung pemerintahan mempunyai panggung

prosenium, tetapi tak layak dipakai sebagai pementasan karena minimnya sarana

dan kelayakan panggung tersebut sebagai tempat pertunjukan.

3) Panggung Campuran Arena dan Prosenium

Untuk mempertimbangkan kepentingan-kepentingan tertentu, maka dapat

juga digunakan campuran dari kedua bentuk panggung arena dan prosenium,

misalnya bentuk tapal kuda yang ujungnya diberi panggung prosenium atau

variasi-variasi yang lain. Atau bentuk-bentuk lainnya yang merupakan perpaduan

dari kedua bentuk panggung tersebut. Untuk membangun suatu panggung, maka

pertimbangan-pertimbangan kepentingan tertentu dapat merupakan dasar

perancangan yang mempengaruhi bentuk suatu pentas. Seorang perancang dapat

mengambil keuntungan-keuntungan dari bentuk prosenium dan arena, sesuai

dengan tujuannya.

2.3.3 Penonton

Dalam (KBBI, 1994:1068) mengartikan penonton sebagai orang yang

menonton sebuah pertunjukan. Suatu pertunjukan atau penyajian musik tidak

akan berlangsung tanpa adanya penonton. sebagian besar penonton pertunjukan

musik keroncong pada umumnya berasal dari kalangan tua yaitu pada kisaran

umur 35 tahun keatas, namun ada juga yang berasal dari kalangan muda yaitu

Page 38: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

22

kisaran umur 18 tahun keatas. tertentu sesuai dengan jenis musiknya.

2.3.4 Pemain

Dalam (KBBI, 1994:615), pemain berarti orang yang memainkan atau

bermain (alat musik, sandiwara dan sebagainya). Pemain musik pada

pertunjukan musik keroncong biasanya orang dewasa berumur sekitar 35 tahun

keatas.

2.3.5 Materi Penyajian

Materi penyajian adalah sesuatu yang menjadi bahan (KBBI, 1994:637),

Sedangkan penyajian adalah pengaturan penampilan (KBBI, 1994:862). Materi

penyajian adalah suatu yang menjadi bahan (berfikir, berunding, mengarang dan

sebagainya) dalam sebuah penyajian (Sulestiyorini, 2013:15).

Materi penyajian pertunjukan musik meliputi penyajian lagu-lagu yang

sedang tren dimasanya atau tidak menutup kemungkinan membawakan lagu

yang di request penonton (Galendra et al., 2014). Materi Penyajian dalam

pertunjukan musik keroncong menurut Agus Rifa’i. Ketua Dinas Kebudayaan

dan Pendidikan Kabupaten Kendal, meliputi penyajian lagu-lagu keroncong asli,

stambul, langgam, dan keroncong modern (wawancara tanggal 20 Juni 2018).

(Widhyatama, 2012:15) mengatakan bahwa materi penyajian merupakan

bahan atau materi baik itu yang telah disepakati oleh pemain maupun yang

bersifat spontanitas dalam satu pertunjukan musik. Materi penyajian yang penuh

variasi dan inovasi membuat penonton pertunjukan semakin tertarik untuk

menyaksikan suatu pertunjukan musik (wawancara tanggal 12 Juni 2018).

Page 39: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

23

2.3.6 Perlengkapan Pementasan

Perlengkapan adalah suatu perbuatan hal atau cara untuk melengkapi

sesuatu agar menjadi lengkap (Sulistiyaningrum, 2011:17). Jadi perlengkapan

pementasan adalah suatu perbuatan atau cara untuk melengkapi sebuah

pementasan. Perlengkapan pementasan pada pertunjukan musik meliputi alat

musik yang digunakan, tata cahaya, tata suara, dan tata rias dan tata busana.

Adapun penjelasan dari perlengkapan pertunjukan sebagai berikut :

2.3.6.1 Alat musik

Menurut (Soewito, 1996:14) alat musik merupakan suatu instrumen yang

dibuat atau dimodifikasikan untuk bertujuan menghasilkan musik. Sebuah

pertunjukan musik terdapat beberapa instrumen atau alat musik yang menunjang

keindahan serta menonjolkan karakteristik pada genre musik yang tengah

dimainkan baik pada musik tradisional, reagge, dangdut, pop, jazz, rock dan

beberapa genre lainnya. Sedangkan dalam karakteristik musik keroncong

menonjolkan alat musik antara lain : cak, cuk, cello, biola dan flute.

2.3.6.2 Tata Lampu

Tata lampu merupakan segala perlengkapan perlampuan baik tradisional

maupun modern yang digunakan untuk keperluan penerangan dan penyinaran

dalam pertunjukan. Penataan lampu bukanlah sebagai penerang semata,

melainkan juga berfungsi untuk menciptakan suasana atau efek dramatik dan

memberi daya hidup pada sebuah pertunjukan tari, baik secara langsung maupun

tidak langsung (Jazuli, 2001:4).

Page 40: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

24

2.3.6.3 Tata Suara

Tata suara (sound system) merupakan sarana penyambung dari suara

yang berfungsi sebagai pengeras suara baik dari vocal atau iringan alat musik.

Pertunjukan yang mempunyai kualitas suara yang baik, tergantung dari penataan

suara yang mempertimbangkan besar-kecilnya gedung atau tempat pertunjukan

tersebut. Penataan suara, dapat dikatakan berhasil apabila dapat menjadi

jembatan komunikasi antara pertunjukan dengan penontonnya, artinya penonton

dapat mendengar dengan baik dan jelas tanpa gangguan apapun sehingga terasa

nyaman (Gupita & Kusumastuti, 2012:4 ).

2.3.6.4 Tata Rias

Fungsi rias antara lain adalah untuk mengubah karakter pribadi menjadi

karakter tokoh yang sedang dibawakan, untuk memperkuat ekspresi, dan untuk

menambah daya tarik penampilan(Jazuli, 2008:23).

2.3.6.5 Tata Busana

Rias busana adalah ketrampilan untuk mengubah, melengkapi atau

membentuk sesuatu yang dipakai mulai rambut sampai ujung kaki (Gupita &

Kusumastuti, 2012)

2.3.6.6 Waktu Pertunjukan

Pada suatu pertunjukan musik lamanya waktu pertunjukan tidak tetap.

Pertunjukan bisa berlangsung selama lebih atau kurang dari satu jam.

Page 41: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

25

2.4 Keroncong

Menurut (Soeharto, 1996:45), musik keroncong adalah jenis permainan

musik tradisional menggunakan tangga nada diatonik dengan iringan beberapa

alat musik berdawai yang dimainkan dengan aturan tertentu sehingga menjadi

ciri khas musik itu sendiri. Musik Keroncong merupakan musik tradisional

dengan tata nada dinamik, berbentuk vokal dengan iringan beberapa alat musik

berdawai yang merupakan bentuk baku dari sebuah orchestra yang terdiri dari

gitar melodi secara berkesinambungan dari awal hingga akhir permainan atau

lagu, gitar pengiring, ukulele (cuk), dan cello untuk menimbulkan nada staccato

yang disebut sebagai kendhang (menurut istilah dalam keroncong) atau efek

bunyi kendang (KBBI, 1990:84). Istilah keroncong sebenarnya sudah dikenal

oleh masyarakat Indonesia, yaitu berasal dari nama gelang keroncong (sejenis

perhiasan wanita berupa gelang logam terbuat dari emas atau perak yang dipakai

pada tangan atau kaki). Apabila kaki atau tangan di gerakkan maka akan

berbunyi crong crong crong (Soeharto, 1996:6).

Menurut (Becker, 1976:15) dikatakan bahwa krincing yang dikenakan

penari ngremo (sebuah tarian dari pulau Madura) kemungkinan merupakan

konotasi atau asosiasi untuk kata keroncong adalah aplikasi gitar kecil yang di

gunakan untuk iringan nyanyian – nyanyian keroncong. (Kusbini, 1970:14)

dalam mengatakan bahwa kata keroncong merupakan pesan dari rangkaian

beberapa buah butir, bentu kecil, madya dan besar yang mengisi sebuah butiran

logam bulat kecil, sehingga jika di goyang – goyang akan menghasilkan bunyi

menurut besar kecilnya butiran tersebut. Lain halnya pendapat (Soeharto,

Page 42: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

26

1996:23) dikatakan bahwa istilah keroncong berasal dari “ the keroncong “ yaitu

the yang cara membuatnya langsung dituangkan kedalam gelas dan diberi air

panas. Menurut (Soeharto, 1996:41) istilah keroncong berasal dari suara gitar

kecil berdawai empat (ukulele) yang apabila di petik akan berbunyi crong crong

crong. Senada dengan pendapat tersebut, (Budiman, 1997:14) mengatakan

bahwa keroncong sebenarnya hanyalah sebuah alat musik fugo atau ukulele,

karena bila alat musik tersebut di mainkan akan berbunyi “krong-crong“. Dari

beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa istilah keroncong

timbul dari suara alat musik yang berbentuk gitar kecil dengan menggunakan

dawai berjumlah empat, seperti halnya ukulele, bila di mainkan crong crong

crong, dan alat musik tersebut menjadi alat musik yang disebut keroncong.

2.4.1 Pengertian Orkes Keroncong

(Soeharto, 1996:60) dikatakan bahwa orkes keroncong adalah jenis musik

yang jiwanya mengandung sentuhan, yang menjangkau alam kehidupan nyata

secara langsung dan realistis. Lebih lanjut (Budiman, 1997:21) mengatakan

bahwa orkes keroncong adalah bagian dari seni musik sebagaimana cabang –

cabang seni musik lainnya misalnya : gamelan, angklung, musik klasik, jazz,

blues, rock, dangdut dan jenis – jenis lainnya. Dari beberapa pendapat tersebut

diatas dapat disimpulkan bahwa orkes keroncong merupakan bagian dari musik

tradisional dengan karakteristik yang khas dan dapat menjangau alam kehidupan

nyata secara langsung dan realistis. Sementara dari segi musikal menurut

(Harmunah, 1994:52) dikatakan bahwa orkes keroncong merupakan bagian dari

musik tradisional dengan tangga nada diatonis, walaupun sering menggungkan

Page 43: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

27

corak tangga nada pentatonik yang merupakan ciri khas daerah tertentu,

misalnya pada langgam jawa.

2.4.2. Formasi Peralatan Musik

Menyoroti formasi peralatan orkes keroncong adalah mengamati unsur

alat musik yang digunakan setiap kelompok atau group orkes keroncong dalam

bentuk ansambel yang senantiasa tidak lepas dari cirri khas orkes keroncong,

yang secara otomatis melingkup pada jumlah pemain. Semula, alat musik yang

digunakan dalam kelompok orkes keroncong belum membentuk formasi yang

menentu. Menurut (Kusbini, 1976:19) dikatakan bahwa formasi alat musik yang

digunakan dalam orkes keroncong terdiri dari satu biola, satu gitar melodi, satu

gitar hawaian, dua sampai tiga gitar pengiring, satu mandolin dan satu rebana

yang kemudian diganti dengan alat musik cello. Namun di kemudian hari

formasi dalam kelompok orkes keroncong mempunyai beberapa alternative.

Setiap alternative pada dasarnya tetap menggunakan alat orkes keroncong yang

disebut keroncong atau ukulele (sekarang disebut dengan sebutan cuk). Lebih

lanjut (Kusbini, 1976:59) menjelaskan sebagai berikut :

1) Alternatif pertama, alat musik terdiri dari : sepasang keroncong, satu sampai

tiga buah gitar, cello, mandolin, satu atau dua buah biola, flute dan beberapa

perkusi.

2) Alternatif kedua, alat musik terdiri dari : satu suling, satu biola, satu cello, satu

gitar, satu keroncong, satu banjo dan satu bas.

3) Alternatif ketiga, alat musik terdiri dari : satu ukulele, satu banjo, satu gitar

Page 44: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

28

melodi, satu cello, satu bas, satu biola dan flute. Bronia (dalam Margaret J.

Kartomi, 1978 : 137) mengatakan bahwa ukulele dan banjo idiomatic sebagai

cuk dan cak.

4) Alternatif keempat, alat musik terdiri dari : satu flute, satu biola, satu cello

satu gitar, dua keroncong (terdiri dari cuk dan cak) dan satu bas. Formasi alat

musik keroncong yang senantiasa digunakan adalah formasi alternative keempat

(Kusbini, 1976:19). Adapun fungsi serta peran alat musik yang digunakan dalam

kelompok musik keroncong tersebut adalah; alat musik biola dan flute termasuk

berfungsi sebagai pemegang melodi yang berperan terutama pada introduksi,

filter lagu dan coda, sedangkan alat musik lainnya, yaitu cak, cuk, cello dan bas

berfungsi sebagai pemegang iringan lagu serta berperan membawa pola ritme

atau irama musik yang selaras dengan lagunya, kecuali alat musik gitar yang

dapat berfungsi dan berperan ganda

2.4.3 Repertoar Musik Keroncong

Tinjauan terhadap format repertoar musik keroncong yang membentuk

ciri khasnya akan tampak jelas dikaji dari perspektif musikologi, yaitu

menjabarkan kaidah atau norma yang ada pada setiap pengelompokan repertoar

musik keroncong. Berkaitan dengan hal tersebut Bronia Kornhouse (dalam

Margaret J. Kartomi, 1978 : 144) membagi lima kelompok yaitu : (a) keroncong

asli, (b) stambul, (c) langgam keroncong, (d) langgam jawa, (e) keroncong beat.

Yampolsky ( 1990 : 1 ) membagi menjadi empat kelompok yaitu : (a) keroncong

asli, (b) stambul, (c) langgam dan (d) langgam Jawa. Sedangkan harmunah (

1987 : 14 ) membagi menjadi empat pula yaitu : (a) keroncong asli, (b) stambul,

Page 45: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

29

(c) langgam dan (d) lagu ekstra. Format repertoar musik keroncong senantiasa

mempunyai keterikatan dan ketentuan, yaitu struktur dan bentuk mempunyai

keterikatan dengan jumlah birama serta bentuk lagunya, dan mempunyai

ketentuan pada konstruksi pola penyajian repertoar serta progesi akor yang

digunakan. Oleh karena itu, keterikatan dan ketentuan pada format repertoar

musik keroncong berdasarkan pengelompokan tersebut diatas adalah sebagai

berikut :

2.4.3.1 Repertoar Keroncong asli

Dalam format repertoar keroncong asli terdiri dari 28 birama dan mempunyai

bentuk lagu tiga bagian, yaitu bentuk lagu bagian A, bagian B, dan bagian C.

2.4.3.2 Repertoar stambul

Dalam format repertoar stambul dibagi menjadi stambul I dan stambul II dengan

mempunyai bentuk lagu yang sama, yaitu bentuk lagu dua bagian. Kendati

demikian namun jumlah birama pada repertoar stambul II mempunyai kelipatan

dari jumlah birama repertoar stambul II.

2.4.3.3 Repertoar langgam

Format repertoar langgam serupa dengan repertoar musik popular lainnya,

terutama dalam pola penyajian dan bentuk bagian lagu lagu.

2.4.4 Gaya Musikal

Musik keroncong sebagai bentuk repertoar senantiasa mempunyai suatu

keterkaitan dan ketentuan baku secara musikologis, yaitu sesuai dengan format

repertoarnya disertai pembawaan peralatan pada musik keroncong. (Widjajadi &

Page 46: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

30

Pendahuluan, 2005:14) mengatakan bahwa perkembangan bentuk repertoar

sebagai ekspresi dan genre musical. Lebih lanjut dikatakan Widjajadi bahwa

gaya musical tak lain merupakan ekspresi dari suatu genre nusikal yang

meninggalkan ketentuan dan ikatan beberapa komponennya. Kendati demikian

komponen yang identik dari suatu genre musical tersebut tetap tampak lebih

dominant terkandung didalamnya dengan corak yang sama ataupun imitative.

Berkaitan dengan hal ini (Widjajadi & Pendahuluan, 2005:19) mengatakan

bahwa bila menyimak identitas utama yang senantiasa lekat dengan musik

dangdut diantaranya adalah pembawaan vocal maupun aksentuasi ritmis dan

melodis pada pola permainannya, serta warna suara yang sama ataupun imitative

pada alat musik ketipung. Demikian pula halnya gaya musikal yang terjadi pada

musik keroncong yang diawali dari adanya keroncong beat hingga kemudian

timbul adanya istilah musik campursari yang bernuansa musik tradisional. Oleh

karena itu gaya musik keroncong senantiasa dirasuki oleh kandungan alat musik

yang digunakan oleh musik keroncong serta unsurepembawaannya yang identik

dengan nafas irama keroncong, terutama pembawaan vocal dan pola permainan

alat musik cuk hususnya, cak dan cello umumnya dengan warna suara ( tone

color ) yang sama ataupun warna suara yang imitative.

2.4.5 Alat-alat pada Musik Keroncong

Menurut (Soeharto, 1996:64), alat musik dalam musik keroncong terdiri

dari dua bagian, yaitu alat musik bagian depan dan bagian belakang.

2.4.5.1 Alat Musik Bagian Depan

Alat musik bagian depan dalam musik Keroncong yaitu flute dan biola.

Page 47: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

31

1). Flute merupakan alat musik tiup terbuat dari logam yang mempunyai ambitus

nada c1 sampai c4. Flute berfungsi mengisi hiasan, yang melayang- layang

mengisi ruang melodi yang kosong.

2). Biola merupakan alat musik gesek yang memiliki empat senar g – d1 – a1 –

e2. Biasanya instrument ini digunakan untuk memainkan melodi. Biola berfungsi

sebagai penuntun melodi skaligus hiasan/ornament.

2.4.5.2 Alat Musik Bagian Belakang

Alat musik belakang dalam musik Keroncong terdiri dari alat musik gitar

melodi, cello, cuk (ukulele), cak, dan bass.

1). Gitar melodi merupakan alat yang digunakan sama dengan gitar akustik biasa

namun menggunakan 6 dawai kawat dengan nada e1– b – g – d – A – E.

Biasanya menggunakan dua gitar, yaitu sebagai melodi dan sebagai pengisi

ritme.

2.) Cello merupakan alat musik mirip biola berukuran besar yang biasanya

dimainkan dengan digesek, tetapi dalam musik Keroncong dimainkan dengan

dipetik. Talinya terbuat dari nylon atau dari kulit sapi yang disebut “jangat” dan

berurutan mulai dari senar yang besar kemudian senar yang kecil dengan stem

nada yaitu D – G – d.

3). Cuk (ukulele) merupakan Alat musik petik, seperti gitar kecil yang memiliki

tiga senar nilon. Dalam alat musik cuk ini urutan nadanya adalah g2, b1 dan e2.

Pada umumnya ukulele yang digunakan dalam orkes Keroncong menggunakan

tiga tali / dawai dengn penempatan tali yang lebih besar di tengah dibanding

Page 48: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

32

dengan kedua tali yang lain yang ada di sisi kanan-kirinya, yang digunakan

biasanya nylon.

4). Cak merupakan alat musik yang bentuknya hampir mirip dengan cuk tetapi

lebih kecil, senarnya juga empat, terbuat dari senar string. Urutan nadanya d2. d2

–fis1 – b1. Senar tali yang digunakan adalah jenis logan (steel) dan tali yang

ditengah juga lebih besar dibanding dengan ketiga talinya yang lain.

5). Bass merupakan alat musik yang paling besar dengan bentuk menyerupai

cello dan biola, cara memainkannya juga dipetik dan sambil berdiri. Untuk

musik keroncong, intrumen ini hanya menggunakan tiga senar A – D – G.

2.4.6 Ragam Irama pada Musik Keroncong

Dalam musik Keroncong memiliki ragam irama yang sangat khas yaitu

terdiri dari ragam irama tunggal (engkel), irama ganda (double), irama petik, dan

irama cakapur (Soeharto, 1996:78). Irama tunggal (engkel) pada musik

keroncong pada umumnya digunakan pada lagu keroncong. Dipakai pada bagian

bait-bait awal lagu/birama awal sebelum koda. Sedangkan untuk irama ganda

(double) ini merupakan tingkat 2 atau 2 kali dari cara pukulan engkel dan

biasanya dipakai pada bagian bait-bait kedua atau birama kedua setelah koda

hingga lagu selesai

2.4.7 Jenis Penyajian Lagu Keroncong

Menurut (Soeharto, 1996) dalam bukunya yang berjudul Keroncong,

melalui evolusi alat dan evolusi lagu, disadari atau tidak, para seniman Indonesia

telah membentuk dan menyepakati suatu irama pokok untuk lagu Keroncong

Page 49: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

33

yang disebut : “Baku irama Keroncong” atau yang dikenal dengan Pakem

Keroncong. Adapun jenis irama Keroncong adalah sebagai berikut :

2.4.7.1 Keroncong asli

Kerongcong asli memiliki bentuk lagu A – B – C, lagu terdiri dari 8 baris,

8 baris x 4 birama = 32 birama, di mana dibuka dengan PRELUDE 4 birama

yang dimainkan secara instrumental, kemudian disisipi interlude standar

sebanyak 4 birama yang dimainkan secara instrumental juga. Alur akordnya

seperti tersusun dibawah ini :

1). Irama : Mempunyai baku irama Keroncong dan umumnya irama Keroncong

asli berirama 4/4.

2.) Susunan Bar : Yang terdiri dari 14 bar yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian

A disebut angkatan sebanyak 10 bar, dan bagian B disebut senggakan sebanyak 4

bar.

3). Kata-kata : Umumnya berupa lirik pantun.

4). Pembawaan : Dimainkan 2 x 14 bar = 32 bar.

5). Contoh Lagu : Kr. Kemayoran, Kr. Petir, dll

2.4.7.2 Keroncong langgam

Bentuk lagu langgam ada dua versi, yang pertama A – A – B – A dengan

pengulangan dari bagian A kedua seperti lagu standar pop: Verse A – Verse A

Bridge B – Verse A, panjang 32 birama. Beda sedikit pada versi kedua, yakni

pengulangannya langsung pada bagian B. Meski sudah memiliki bentuk baku,

namun pada perkembangannya irama ini lebih bebas di ekspresikan. Penyanyi

Page 50: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

34

serba bisa Hetty Koes Endang misalnya, dia sering merekam lagu-lagu non-

Keroncong dan langgam menggunakan irama yang sama, dan kebanyakan tetap

dinamakan langgam. Ciri-ciri keroncong langgam yaitu :

1). Irama : Mempunyai baku irama Keroncong dan umumnya keroncong asli

berirama 4/4.

2). Susunan bar : Terdiri dari 32 bar yang terdiri dari 4 bagian yaitu bagian A

bait pertama, bagian A bait kedua, bagian B yang disebut refrain, dan bagian A

untuk bait terakhir.

3). Kata-kata : Bebas

4). Pembawaan : Bebas

5). Contoh Lagu : Lg. Putri Ngayogyakarta, Lg. Sampul Surat, dll

Bentuk adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan dikenal

sebagai langgam jawa, yang berbeda dari langgam yang dimaksud disini.

Langgam jawa antara lain lagu Yen Ing Tawang (Tawang suatu desa di Magetan)

ciptaan Anjar Any dan penyanyi yang terkenal dengan langgam jawa adalah

Waljinah bintang lomba lagu Kembang Kacang di Surakarta tahun 1960.

Langgam jawa memiliki ciri khusus pada penambahan instrument antara lain

siter, kendang (bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala kendang),

saron dan adanya bawa atau suluk berupa introduksi vokal tanpa instrument

untuk membuka sebelum irama dimulai secara utuh. Tahun 1980 Langgam jawa

berkembang berkembang menjadi campursari.

Page 51: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

35

2.4.7.3 Keroncong Stambul

Stambul Keroncong berbentuk (A – B – A – B)x 2 = 16 birama x 2 = 32

birama, merupakan modifikasi stambul II yang 16 birama menjadi 32 birama

(menyesuaikan standar Keroncong Abadi yang 32 birama). Stambul merupakan

jenis Keroncong yang namanya diambil dari bentuk sandiwara yang dikenal pada

akhir abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama

Komedi Stambul. Nama “stambul” diambil dari Istambul di Turki. Ciri-ciri

Keroncong stambul yaitu :

1). Irama : Mempunyai baku irama Keroncong dan umumnya irama

Keroncong asli berbirama 4/4

2) Susunan Bar : Terdiri dari 16 bar yang terdiri 2 bagian, yaitu bagian A dan

bagian B.

3) Kata-kata : Dapat berupa pantun atau syair

4) Pembawaan : Jika pantun terdiri dari 2 x 16 bar = 32 bar, dan jika syair

bebas

5) Contoh lagu : St. Lambang Kehidupan, St. Baju Biru.

2.4.7.4 Keroncong Ekstra

Pengertian ekstra adalah khusus untuk menampung semua jenis irama

Keroncong yang bentuknya menyimpang dari ketiga jenis Keroncong yang telah

diuraikan diatas contohnya adalah lagu “jali-jali”, lagu-lagu daerah dan

sebagainya yang mempunyai bentuk khusus. Atau dapat juga diartikan iramanya

Keroncong namun lagunya berupa Pop, Dangdut, Rock dll. Lagu ini bertujuan

Page 52: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

36

untuk menghibur, biasanya dibawakan pada acara resepsi, sunatan dll. Tak heran

semua orang dapat menikmati lagu ini karena lagunya sudah dikenal oleh

kebanyakan orang. Dan yang membuat lagu ini menarik karena ada alunan musik

Keroncongnya.

2.5 Kerangka Berfikir

Bagan 1 : Kerangka Berpikir

( Sumber : Swadhesi, 2018 )

Penulis akan mengemukakan deskripsi dari bentuk pertunjukan musik

pada pertunjukan Swadhesi di Kabupaten Kendal dari kerangka berpikir.

Penelitian ini terfokus pada bentuk pertunjukan dan unsur yang mendukung

dalam pertunjukan meliputi tempat pentas, pemain, penonton, materi penyajian,

perlengkapan pentas dan waktu pertunjukan.

Bentuk Pertunjukan Grup Musik Keroncong

Swadhesi di Kabupaten Kendal

Unsur-unsur Pertunjukan Musik

1. Tempat pentas

2. Pemain

3. Penonton

4. Materi penyajian

5. Perlengkapan pertunjukan

6. Waktu pertunjukan

Page 53: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

93

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

bentuk pertunjukan grup musik Keroncong Swadhesi adalah orkes keroncong.

Grup Keroncong Swadhesi menyajikan lagu keroncong asli, langgam, stambul,

dan keroncong ekstra. Grup Keroncong Swadhesi biasanya menampilkan

pertunjukkan musik pada pagi hari yaitu pukul 08.00-12.00 WIB dan malam hari

pada pukul 20.00-23.00 WIB. Tempat pertunjukkan musik disesuaikan dengan

jenis acara. Untuk acara formal biasanya menggunakan panggung formal

berbentuk proscenium, sedangkan untuk acara nonformal tempat pertunjukkan

disesuaikan dengan penyelenggara acara. Grup Keroncong Swadhesi

menampilkan pertunjukkan musik keroncong dalam beberapa tahap. Tahap

pertama, pimpinan Swadhesi dan crew memastikan semua perlengkapan dalam

kondisi siap pakai. Tahap kedua adalah pembukaan yang dilakukan dengan

menyanyikan sebuah lagu keroncong sebagai lagu pembuka. Selanjutnya

penyanyi membuka acara dengan memberikan salam sekaligus memperkenalkan

personel grup. Tahap ketiga adalah pertunjukkan inti yang dibagi menjadi

beberapa bagian, yaitu (1) sajian lagu-lagu keroncong asli, (2) sajian lagu-lagu

populer yang dibawakan dengan aransemen keroncong, dan (3) sajian lagu-lagu

jenaka yang dibawakan dengan mengilustrasikan lirik-lirik lagu dengan gerakan

yang menuai gelak tawa. Tahap terakhir adalah penutup. Pada acara penutup, grup

Keroncong Swadhesi menyanyikan lagu bertema perpisahan yang dinyanyikan

Page 54: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

94

oleh semua penyanyi secara bersama-sama. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa urutan pertunjukkan musik keroncong oleh grup Swadhesi sama seperti

pertunjukkan musik pada umumnya. Hanya saja pada tahap pertunjukkan inti,

Grup Swadhesi membagi pertunjukkan menjadi tiga bagian yang masing-masing

bagian menampilkan bagian pertunjukkan yang berbeda. Dalam pertunjukkan

musik keroncong, grup Swadhesi menggunakan penataan suara atau sound system

yang komplet. Kualitas sound system dalam pertunjukkan musik keroncong

Swadhesi memiliki pengaruh penting terhadap kualitas pertunjukkan dan menjadi

jembatan komunikasi yang hangat bagi para penonton sehingga penonton dapat

terpikat dan antusias untuk ikut berinteraksi dalam pertunjukkan tersebut. Selain

menggunakan sound system yang komplet, grup Swadhesi juga menggunakan alat

musik keroncong seperti biola, flute, gitar, ukulele, cak, cello, dan bass. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa grup Swadhesi masih mengikuti pakem alat

keroncong pada umumnya.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang dapat disampaikan dalam

penelitian ini sebagai berikut.

5.2.1 Orkes Keroncong Swadhesi

Peneliti menyarankan kepada orkes keroncong Swadhesi untuk

mengikutsertakan teknisi sound system dan crew dalan mempersiapkan,

mengawasi, dan menjaga kondisi perlengkapan sebelum, saat pertunjukkan

berlangsung, dan sesudah pertunjukkan untuk menghindari turunnya kualitas

pertunjukkan karena adanya sabotase maupun kesalahan. Untuk sajian

Page 55: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

95

pementasan, diharapkan agar menambah MC (Master Ceremony) supaya

pertunjukkan lebih menarik serta penyanyi lebih fokus dalam bernyanyi tanpa

jobdesk tambahan. Untuk personil Swadhesi untuk menambah referensi lagu agar

bisa mengikuti perkembangan zaman.

5.2.2 Pemerintah

Untuk pemerintah Kabupaten Kendal hendaknya dapat memberikan

dukungan kepada semua insan keroncong supaya terus berupaya melestarikan

keroncong dengan mengadakan pertunjukkan-pertunjukkan musik keroncong

yang berkualitas. Pemerintah diharapkan juga dapat meningkatkan sarana-sarana

pendukung pertunjukkan keroncong di Kabupaten Kendal serta dapat

merencanakan dan memberikan anggaran khusus untuk pelestarian musik

keroncong dari sumber dana yang dapat dipertanggungjawabkan.

Page 56: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

96

DAFTAR PUSTAKA

Alviani, E. S. (2012). BENTUK PERTUNJUKAN ORKES DANGDUT PARODI

SENGGOL TROMOL DI SEMARANG : Dangdut Orchestra Performance of

Senggol Tromol Parody in Semarang : Form and Function Analysis, 12, 32–

43.

Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Becker, J. (1976). “Keroncong, Indonesian Popular Music”. Asian Music. Journal

of Society For Asian Music. Vol. VII No. 1.Burke, P. J. Identity Control

Teory. University of California, Riverside.

Beng, T. S. (n.d.). Introduction : Representations in The Creative Arts of

Southeast Asia , Negotiating Meanings and Identities. Journal Arts

Discourse, 11, 1–17.

Bentuk, R., Keroncong, M., Airku, T., Kelly, K., Dalam, P., Adaptasi, S., &

Tionghoa, S. (2013). BIBLIOGRAFI Abdul, Rachman. 2013. “Bentuk dan

Analisis Musik Keroncong Tanah Airku Karya Kelly Puspito”. Dalam, 13(1),

106–107.

Budiman, B. (1997). Mengenal Keroncong dari Dekat. Jakarta: Akademi Musik

Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta.

Djelantik. (1999). Estetika : Sebuah Pengatar. Bandung : MSPI.

Ensiklopedia Indonesia 3. (1982). Jakarta : Ichitar Van hoeve.

Ensiklopedia Indonesia 5. (1984). Jakarta : Ichitar Van hoeve.

Galendra, N., Muhammad, M., Raharjo, E., & Artikel, I. (2014). Kajian Bentuk

Pertunjukan Grup Musik Angklung Kridotomo Di Yogyakarta. HARMONIA

- Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni, 3(2).

Gupita, W., & Kusumastuti, E. (2012). Bentuk Pertunjukan Kesenian Jamilin di

Desa Jatimulya Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal. JOGED Jurnal Seni

Tari, 1(1), 36–48. https://doi.org/https://doi.org/10.15294/jst.v4i1.9642

Page 57: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

97

Haeins, E. (1975). Keroncong and Tanjidor Two caces of urban folkmusic in

Jakarta. Journal of The Society for Asian Music.

Hardjana. (1983). Estetika Musik. Jakarta : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Harmunah. (1994). Musik Keroncong. Yogyakarta : PML.

Haryono, S. (2010). “Workshop Performance Art Untuk Siswa SMKN 9

Surakarta.” Jurnal Seni Murni, Fakultas Seni Rupa Dan Desain ISI

Surakarta.

Iwasawa, T. (n.d.). Preservation of Traditional Art : The Case of the Nooraa

Performance in Southern Thailand. Journal Arts Discourse, 7, 1–22.

Jazuli. (1994). Telaah Teori Seni. Jakarta : Depdikbud.

Jazuli. (2001). Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran Seni Tari.

HARMONIA - Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni.

Jazuli, M. (2008). Paradigma Kontekstual Pen-didikan Seni. Surabaya: Unesa

Uni-versity Press.o Title.

KBBI. (1990). Depdikbud. Jakarta:balai Pustaka.

KBBI. (1994). Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kodiran. (n.d.). Pewarisan Budaya dan Kepribadian. Humoniora, 16(1), 10–16.

Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta:Mustika.

Kusbini. (1970). Sejarah, Perkembangan, dan asal-usul Keroncong Indonesia.

Yogyakarta:Sanggar Olah Seni Indonesia.

Kusbini. (1976). “Sejarah Kehidupan - Per-kembangan dan Asal-Usul Seni Musik

Keroncong Indone- sia”, dalam Ceramah Kata, Nada (musik), dan Rupa

(peragaari),. Yogyakarta: CR. Soerjono.

Murgiyanto. (1992). Koreografi. Jakarta: PT Ikrar Jaya Abadi.

Nazir dalam Prastowo. (2011). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif

Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Page 58: BENTUK PERTUNJUKAN MUSIK KERONCONG SWADHESI DI …lib.unnes.ac.id/35119/1/2501413150_Optimized.pdf · Orkes Keroncong Swadhesi merupakan salah satu grup keroncong di Kecamatan

98

Prabowo, T. H. (2013). Bentuk Pertunjukan Musik Japanese Rock Di Semarang :

Kajian Musikologis. Jurnal Seni Musik Unnes, 1–20.

Soeharto. (1996). Serba-serbi keroncong. Jakarta:Mustika.

Soewito. (1996). Teknik termudah belajar olah vokal. Jakarta: titik terang.

Sulestiyorini, C. R. (2013). Kreativitas Dan Fungsi Musik Keroncong (Studi

Kasus Pada Grup Musik Keroncong Kasela Bergema). Jurnal Seni Musik

UNNES, 1–20.

Sulistiyaningrum. (2011). Bentuk Pertunjukan Musik Jazz di Cafe Bucket

Semarang. Harmonia.

Sumaryanto, T. (2001). Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif dalam Pendidikan

Seni. DIktat Semarang: PSDTM FBS UNNES.

Susetyo. (2007). Menggali Lebih Dalam Tentang Seni. Harmonia.

Triyono, D. (2013). Bentuk Petunjukan dan Fungsi Musik dalam Ansambel “The

Concerto.” Jurnal Seni Musik Unnes.

Widhyatama, S. (2012). Jurnal seni musik. Jurnal Seni Musik, 1(1), 59–67.

Widjajadi, R. A. S., & Pendahuluan, A. (2005). Menelusuri Sarana Penyebaran

Musik Keroncong. HARMONIA - Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni,

VI(2).