bioremediasi fase cair
TRANSCRIPT
Bioremediasi Fase Cair (Liquid Phase Bioremediation)
Bioremediasi fase cair bertujuan untuk mengolah limbah dalam bentuk cair. Proses ini
menggunakan jenis reaktor, yang umum dipergunakan antara lain:
Lumpur Aktif (Activated Sludge)
Proses lumpur aktif (activated sludge) merupakan sistem yang banyak dipakai untuk
penanganan limbah cair secara aerobik. Lumpur aktif merupakan metode yang paling efektif
untuk menyingkirkan bahan-bahan tersuspensi maupun terlarut dari air limbah. Lumpur aktif
mengandung mikroorganisme aerobik yang dapat mencerna limbah mentah. Setelah limbah
cair didiamkan di dalam tangki sedimentasi, limbah dialirkan ke tangki aerasi. Di dalam
tangki aerasi, bakteri heterotrofik berkembang dengan pesatnya. Bakteri tersebut diaktifkan
dengan adanya aliran udara (oksigen) untuk melakukan oksidasi bahan-bahan organik. Bakteri
yang aktif dalam tangki aerasi adalah Escherichia coli, Enterobacter, Sphaerotilus natans,
Beggatoa, Achromobacter, Flavobacterium, dan Pseudomonas. Bakteri-bakteri tersebut
membentuk gumpalan- gumpalan atau flocs. Gumpalan tersebut melayang yang kemudian
mengapung di permukaaan limbah.
Sesudah dikembangkan pada 1910 an di Eropa dan Amerika Serikat, karena efisien dan
ekonomis, proses lumpur aktif mulai banyak digunakan dan menjadi proses aerobik yang
paling popular. Istilah “lumpur aktif” sering diartikan sebagai nama proses itu sendiri dan
juga sering diartikan sebagai padatan biologik yang merupakan motor di dalam proses
pengolahan.
Seperti pada gambar diatas, sesudah equalization tank di mana fluktuasi kwalitas/
kwantitas influen diratakan, limbah cair dimasukkan ke dalam tangki aerasi di mana terjadi
pencampuran dengan mikroorganisme yang aktif (lumpur aktif). Mikroorganisme inilah yang
melakukan penguraian dan menghilangkan kandungan organik dari limbah secara aerobik.
Oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara
memasukkan udara ke dalam tangki aerasi dengan blower.Aerasi ini juga berfungsi untuk
mencampur limbah cair dengan lumpur aktif, hingga terjadi kontak yang intensif.Sesudah
tangki aerasi, campuran limbah cair yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke
tangki sedimentasi di mana lumpur aktif diendapkan, sedangkan supernatant dikeluarkan
sebagai effluen dari proses.
Sebagian besar lumpur aktif yang diendapkan di tangki sedimentasi tersebut
dikembalikan ke tangki aerasi sebagai return sludge supaya konsentrasi mikroorganisme
dalam tangki aerasinya tetap sama dan sisanya dikeluarkan sebagai excess sludge.
Sequencing Batch Reactor (SBR)
Contoh aplikasi reaktor tadah (batch) pengolah air limbah yang kian luas diterapkan
sekarang adalah SBR. Pada reaktor ini, lumpur aktif diendapkan setelah terjadi reaksi,
efluennya dibuang dan selanjutnya influen baru air limbah dimasukkan. Periode antara kedua
penambahan influen tersebut dinamai siklus dan berulang terus secara teratur. Pada sistem
SBR ini, jumlah tangkinya bisa hanya satu tapi bisa juga banyak tangki pengolah dan masing-
masing memiliki lima operasi dasar yaitu isi (fill), reaksi (react), endap (settle), buang (draw)
dan siaga (idle).
Pada saat fill, influen air limbah dimasukkan ke dalam biomassa sehingga volume air di
dalam tangki bertambah hingga taraf maksimum. Ada tiga cara fill yaitu static fill (tanpa
pengadukan atau aerasi), mixed fill (pengadukan tanpa aerasi), dan aerated fill. Tahap fill
dihentikan jika tangki sudah penuh. Reaksi biokimia yang dimulai pada saat fill akan selesai
selama tahap react. Reaksi dibedakan menjadi dua, bergantung pada konsentrasi oksigen
terlarut: (1) mixed react (konsentrasi oksigennya rendah atau kondisi anoxic /anaerobic) (2)
aerated react (konsentrasi oksigennya tinggi). Pembuangan lumpur atau sludge selama react
adalah cara yang sederhana untuk mengendalikan umur lumpur. Akhir dari fase reaksi
ditentukan oleh waktu atau taraf air di dalam tangki.
Berikutnya adalah fase endap (settle). Selama fase ini terjadi pemisahan lumpur di dalam
tangki dengan volume lebih dari 10 kali daripada klarifir konvensional yang digunakan di
dalam activated sludge konvensional. Perlakuan ini menjamin lapis lumpur (sludge blanket)
tetap tertinggal di dalam tangki pada saat fase buang (draw) dan tidak ikut meluap sebelum
proses draw selesai. Kecuali itu, sludge juga dapat dibuang pada saat proses settle selain
selama proses react. Lumpur yang dibuang pada akhir settle lebih pekat daripada selama
react. Ancaman prosesnya bisanya adalah lumpur apung (rising sludge). Untuk meniadakan
masalah lumpur apung ini, panjang waktu sesi draw sebaiknya jangan terlalu lama dan dapat
digunakan pipa dengan bantuan pompa benam (submersible).
Setelah draw usai, tangki siap menerima masukan baru air limbah lagi. Pada beberapa
modifikasi SBR, setelah tuntas tahap draw tersebut, tangki harus menunggu dulu. Jika
prosesnya seperti ini maka periodenya disebut siaga (idle). Begitulah siklus prosesnya.
Tampak bahwa SBR dapat berfungsi sebagai sistem lumpur aktif konvensional kontinu.
Perbedaan utama antara kedua sistem tersebut adalah SBR dapat berfungsi sekaligus sebagai
ekualisasi, aerasi dan sedimentasi. SBR sangat fleksibel sehingga dapat digunakan dalam
skala lab maupun skala lapangan. Begitu pun, SBR mampu mengolah air limbah kaya fosfat
yang sulit dilaksanakan dengan bioproses klasik konvensional.
Trickling Filter
Trickling Filter merupakan salah satu aplikasi pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan teknologi biofilm. Trickling filter ini terdiri dari suatu bak dengan media
fermiabel untuk pertumbuhan organisme yang tersusun oleh materi lapisan yang kasar, keras,
tajam, dan kedap air. Kegunaannya adalah untuk mengolah air limbah dengan dengan
mekanisme air yang jatuh mengalir perlahan-lahan melalui melalui lapisan batu untuk
kemudian tersaring.
Tiga komponen utama trickling filter yaitu: distributor, pengolahan (pada media trickling
filter), pengumpul (underdrain). Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada efisiensi
trickling filter adalah: jenis media, diameter media, ketebalan susunan media, lama waktu
tinggal trickling filter, pH, suhu, aerasi.
Rotating Biological Contactor (RBC)
Rotating Biological Contactor (RBC) adalah suatu proses perngolahan air limbah secara
biologis yang terdiri atas didsc melingkar yang diputar oleh poros dengan kecepatan tertentu.
RBC mempunyai beberapa keuntungan, antara lain mudah dioperasikan, mudah dalam
perawatan, tidak membutuhkan banyak lahan, beberapa variasi parameter dapat di kontrol
seperti kecepatan putaran disc, resirkulasi, dan waktu detensi.
Sesuai dengan namanya, unit pengolah air limbah ini berotasi dengan pusat pada sumbu
atau as yang digerakkan oleh motor drive system dan/atau tiupan udara (air drive system) dari
difusser yang dibenam dalam air limbah, di bawah media. Berbahan plastik, media tempat
pelekatan mikroba dipasang sedemikian rupa sehingga terjadi kontak yang seluas-luasnya
dengan air limbah dan oksigen yang terjadi silih berganti.
Gambar unit trickling filter tampak atas
Mekanisme aerasinya terjadi ketika mikroba terpapar oksigen di luar air limbah sehingga
terjadi pelarutan oksigen akibat difusi. Sesaat kemudian, mikroba ini tercelup lagi ke dalam
air limbah sekaligus memberikan oksigen kepada mikroba yang tersuspensi di dalam bak.
Bersamaan dengan itu terjadi juga reintake material organik dan anorganik yang melekat di
dalam biofilm. Tetesan air berbutir-butir yang jatuh dari media plastik dan bagian biofilm
yang melekat di permukaan plastik juga memberikan peluang reaerasi. Begitu seterusnya
secara kontinyu 24 jam sehari, ada bagian yang terendam air, ada bagian yang terpapar
oksigen.
Fluidized-Bed Reactor
Fluidized Bed Reaktor adalah adalah jenis reaktor kimia yang dapat digunakan untuk
mereaksikan bahan dalam keadaan banyak fasa. Reaktor jenis ini menggunakan fluida (cairan
atau gas) yang dialirkan melalui katalis padatan (biasanya berbentuk butiran-butiran kecil)
dengan kecepatan yang cukup sehingga katalis akan terolak sedemikian rupa dan akhirnya
katalis tersebut dapat dianalogikan sebagai fluida juga. Proses ini dinamakan fluidas.
Prosedur pengerjaan: reaktan dimasukkan dari bagian bawah reaktor, sebagian kecil
katalis disuspensikan oleh reaktan yang berwujud gas ke dalam fluidized bed, sebagian
padatan kecil dari katalis dapat lepas dari atas reaktor, padatan terlepas dari reaktor
dipisahkan dengan menggunakan siklon untuk membuang padatan, kemudian gas tersebut
digunakan kembali ke dalam reaktor.
Kelebihan: reaktor mempunyai kemampuan untuk memproses fluida dalam jumlah yang
besar, pengendalian temperatur lebih baik, pencampuran (mixing) yang bagus untuk katalis
dan reaktan. Kelemahan: rancang-bangun kompleks sehingga biaya mahal, jarang digunakan
di (dalam) laboratorium.
Fixed Biofilm Reactor
Air limbah domestik merupakan salah satu sumber pencemaran air yang belum
tertangani dengan baik. Salah satu pengolahan limbah yang sederhana, ekonomis dan ramah
lingkungan adalah sistem biofilm. Biofilm merupakan suatu lingkungan kehidupan yang
Gambar fluidized bed reactor
kusus dari kelompok mikroorganisme yang melekat pada suatu permukaan padat dalam
lingkungan perairan. Pada dasarnya prinsip kerjanya yaitu lapisan biofilm yang melekat pada
medium akan menguraikan senyawa senyawa polutan yang ada di dalam air limbah misalnya
BOD, COD, ammonia, phosphor dan lainnya. Pada saat bersamaan dengan menggunakan
oksigen yang terlarut di dalam air senyawa polutan tersebut akan diuraikan oleh mikro-
organisme menjadi biomasa.
Pengolahan air limbah dengan proses biofilm mempunyai beberapa keunggulan antara
lain: pengoperasian mudah, lumpur yang dihasilkan sedikit, dapat digunakan untuk
pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi, tahan terhadap
fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi, pengaruh penurunan suhu terhadap
efisiensi pengolahan kecil.
TUGAS PENGELOLAAN KUALITAS TANAH DAN AIR
Bioremediasi Fase Cair
DISUSUN OLEH :
NAMA : NIM :
SOFIA NIKMATURROHMAH 1009035002
NURI IRIANTI 1009035009
DWI ARIANI KHASANAH 1009035011
HADI SETIAWAN 1009035018
ANDREI D. TANJUNG 1009035031
HANRI 1009035046
MEY BANOWATI 1009035054
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARIDA
2012