olah sampah dengan bioremediasi
DESCRIPTION
teknik pengolahan sampahTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan industri pada masa ini yang sangat pesat membawa
dampak baik positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia, namun juga terdapat dampak negatif yaitu menurunkan kualitas
hidup manusia dan dapat menyebabkan ketidakserasian dan keseimbangan lingkungan.
Dampak negatif disebabkan oleh meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan, baik
yang terjadi di udara, tanah ataupun air. Jenis pencemar yang berasal dari senyawa kimia, ada
yang bersifat relatif resisten (tahan) terhadap degradasi secara fisik atau metabolik, yang
disebut senyawa kimia yang persisten. Salah satu senyawa yang persisten ini adalah dioksin
yang dikeluarkan sebagai hasil samping industri, pembakaran, atau sumber lainnya. Sumber
dioksin tidak saja terjadi dari industri, tetapi dapat terjadi melalui pembakaran bahan yang
mengandung klor, seperti dari limbah organik, kertas, dan plastik yang berjenis PVC
(Polivynil Chloride).
Sifat persisten, akumulasi dan beracun dari dioksin menyebabkan pencemaran dioksin
dapat memberikan dampak besar untuk jangka panjang maupun jangka pendek terhadap
lingkungan, biodiversitas, dan kesehatan manusia. Terhadap kesehatan, untuk jangka panjang
dioksin akan menyebabkan kanker, gangguan pada sistem reproduksi dan cacat lahir;
sedangkan jangka pendek akan menyebabkan kerusakan hati, kehilangan berat badan ataupun
penurunan sistem kekebalan tubuh (Matsusshita, 2003; NIEHS, dalam Lina warlina 2001).
Terhadap biodiversitas, melalui proses biomagnifikasi, dioksin dapat mengakibatkan
punahnya spesies terutama pada spesies konsumen tingkat tinggi dalam rantai makanan.
Bahaya pencemaran dioksin dapat berdampak di Indonesia, seiring dengan semakin
pesatnya teknologi dan industri yang menghasilkan produk serta limbah yang menghasilkan
dioksin. Jumlah penduduk indonesia yang besar dapat pula menimbulkan masalah
pencemaran dioksin dengan menghasilkan dan membakar limbah rumah tangga yang
mengandung klor.
Dampak yang besar dari pencemaran dioksin terhadap lingkungan, biodiversitas, dan
kesehatan manusia yang berpotensi pula terjadi di Indonesia, membuat kita perlu memberikan
perhatian, mengkaji, dan menjawab permasalahan tentang bahaya dioksin. Sehingga makalah
ini dibuat sebagai bentuk rasa peduli dan kontribusi dalam ikut serta menyelesaikan masalah
pencemaran dioksin.
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 1
HASIL STUDI PUSTAKA
Dioksin merupakan sebutan umum untuk senyawa kimia produk samping dari industri
yang menggunakan bahan baku klorin. Nama lain dari dioksin adalah poliklorinasi
dibenzodioksin (PCDD). Saat ini telah ditemukan sekitar 75 jenis klorinasi dioksin. Dioksin
yang paling berbahaya dan banyak dipelajari adalah 2,3,7,8 tetrakloro dibenzo p-dioxin atau
dikenal dengan TCDD. TCCD merupakan senyawa yang tidak berbau, dalam bentuk murni
berupa kristal atau padatan tak berwarna. Pada umumnya orang di negara-negara industri
berpotensi untuk terkontaminasi dioksin. Senyawa ini terakumulasi dalam tubuh dan
membentuk total toksisitas dioksin dengan konsentrasi yang lebih tinggi menempel ke tanah,
kayu atau permukaan lain yang merupakan bahan organik seperti pada dedaunan. Di udara
dan perairan, senyawa ini ditemukan dalam bentuk uap air atau dalam bentuk zat terlarut
tergantung pada jumlah materi, temperatur dan faktor-faktor lain yang ada di lingkungan.
Sumber Dioksin
Dari seluruh sumber dioksin, 95% berasal dari proses pembakaran. Pembakaran
sampah dan limbah rumah sakit adalah sumber terbesar yang dapat diidentifikasi. Dioksin
merupakan hasil samping dari industri. Beberapa industri diantaranya adalah industri
pestisida, industri kertas, dan pulp yang menggunakan klorin sebagai pemutih, demikian juga
pabrik plastik polivinil chloride (PVC) yang melibatkan klorin dalam proses industrinya.
PVC ini sering digunakan dalam kemasan dan menjadi bahan baku berbagai produk yang ada
di rumah seperti sepatu, sandal, film, kulit imitasi, pipa air, bahan isolasi kabel, karpet,
pelapis tekstil, kertas, maupun logam, bahan tenunan, dan sarung tangan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa setiap produk senyawa kimia organikyang mengandung klor adalah sumber
dioksin.
Sumber lainnya adalah dari perairan, yang berasal dari pembuangan limbah industri.
Dalam hal ini dioksin akan masuk ke rantai makanan. Akumulasi dioksin pada makhluk
hidup menyebabkan konsentrasinya akan meningkat, akibatnya manusia yang berada pada
puncak rantai makanan, akan mengkonsumsi diksin dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Hal
ini sangat berbahaya pada bayi yang meminum air susu ibunya karena konsentrasinya akan
sangat tinggi bila dibandingkan dengan berat badannya yang kecil.
Selain itu, alam juga turut menumbang dioksin. Sumbernya berasal dari kebakaran
hutan maupun aktivitas gnung berapi. Dalam tingkatan yang rendah, dioksin juga bisa
ditemukan di semua lingkungan (udara, tanah, dan air).
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 2
Pengaruh Dioksin terhadap Kesehatan
Dioksin masuk ke dalam tubuh melalui selaput sel, kemudian bersatu dengan protein
dasar reseptor dan ikut masuk ke dalam inti sel. Di sini ia berinteraksi dengan DNA dan
menyerang gen yang mengkontrol banyak reaksi biokimia seperti sintesis dan metabolisme
hormon, enzim, maupun faktor pertumbuhan, sehingga dapat berdampak pada kelainan janin
sampai kanker.
Gambar 1. Dampak toksisitas dioksin pada hewan
Beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan oleh paparan dioksin antara lain :
Chloracne
Pada tahun 1957 chloracne dikenal sebagai akibat dari tereksposnya seseorang oleh
klorofenol. Chloracne ditandai oleh adanya letusan kulit, bisul, dan menyebabkan rasa sakit
pada seluruh tubuh. Kasus ini telah menjadi kasus pencemaran dioksin yang serius selama
beberapa tahun.
Beberapa jenis kanker
Pada tahun 1997 Badan Internasional untuk peneitian kanker telah menetapkan bahwa
TCCD sangat berpotensi sebagai penyebab timbulnya kanker pada manusia dan hewan.
Pekerja pada industri kimia yang banyak terekspos TCCD menunjukan resiko kanker sampai
lima kali lipat dibanding pekerja lain yang sedikit terekspos TCCD.
Gangguan jantung
Efek TCCD terhadap cardiovascular telah dipelajari pada beberapa spesies binatang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa TCCD dapat mengubah fungsi morfologi jantung.
Laporan yang didapatkan dari penelitian Pesatori (dalam Juniarti, 1998) menunjukan bahwa
pengaruhnya mencakup gangguan fungsional, gangguan preatherosclerosis di aorta,
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 3
degenerasi myocardial, dilatasi ventricular, dan hypertrophy myocardial. Data eksperimental
menunjukan bahwa TCCD menyebabkan meningkatnya serum trigliserida dan kolesterol
yang dikenal sebagai faktor pemicu penyakit jantung.
Diabetes mellitus
Penelitian yang dilakukan Pesatori (dalam Juniarti, 1998) lima belas tahun setelah
ledakan pabrik kimia dan derivatnya di Seveso, Italia menunjukan tingginya kasus kematian
akibat diabetes mellitus pada wanita di semua zona yang diteliti, sedangkan kasus pada lelaki
juga terjadi pada hamper semua zona. Steenland (dalam Juniarti, 2001) menemukan pengaruh
TCCD terhadap transport glukosa dan meningkatnya kasus kematian akibat glukosa serum
pada manusia yang terpapar dioksin. Dari tujuh orang yang diteliti, subjek dengan konsentrasi
di atas 15 ppt (part per trillion) mempunyai plasma insulin yang tinggi dibandingkan yang
konsentrasi dioksinnya di bawah 15 ppt. tingginya kadar insulin pada glukosa yang normal
ini dapat mengakibatkan melemahnya toleransi glukosa dan beresiko terhadap timbulnya
diabetes.
Aberasi gigi
Dioksin sangat mempengaruhi pertumbuhan gigi anak-aanak yang masih dlam
pertumbuhan. Alaluusa et al., (dalam Juniarti, 2004) telah melakukan penelitian terhadap
orang-orang yang terpapar semasa masih ank-anak pada peristiwa seveso italy. Mereka
manguji gigi dan oral aberasi dari 48 orang yang direkrut dari daerah yang terkontaminasi
(zona A dan B). 93% (25 dari 27 orang) dari mereka mengalami kerusakan email gigi setelah
kurang dari lima tahun setelah insiden terjadi.
Penurunan produksi hormon tostesteron
Penelitian oleh Faqi et al, (dalam Juniarti, 1998) memperlihatkan bahwa laki-laki
yang terpapar dioksin akan mengalami penurunan produksi sperma.
Endometriosis
Endometriosis menggambarkan adanya stroma atau kelenjar endometrium pada lokasi
abnormal di luar uterus. Hasil penelitian Maryani et al, (dalam Juniarti, 1997) menemukan
bahwa 18% (8 dari 44 orang) wanita mandul yang menderita endometriosis memiliki
kandungan dioksin pada darah mereka, sedangka pada wanita mandul tanpa endometriosis
didapat angka 3% (1 dari 35 orang). Ada beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan
pertumbuhan endometriosis setelah terpapar dioksin, diantaranya, dioksin berpengaruh buruk
terhadap sistem imun yang bertentangan dengan produksi sitokin dan mengubah komposisi
cairan peritonial yang mendorong angiogenesis. Penjelasan lainnya adalah adanya perubahan-
perubahan pada se atau predisposisi genetik yang bisa mempengaruhi individu untuk
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 4
memodulasi immunologi. Hal ini menyebabkan terjadinya infiltrasi dan adhesi pada sel-sel
endometrial dalam selaput rongga perut bagian dalam. Faktor-faktor iini bersinergi untuk
mempengaruhi pertumbuhan dan memperburuk endometriosis.
Penurunan sistem imun
Hasil penelitian di Jerman pada insiden autoclave triklorofenol pada tahun 1953
menunjukan bahwa ada hubungan positif antara paparan TCCD, konsentrasi IgA, IgG dan
penurunan limfosit. Penurunan jumlah limfosit juga ditemukan ada pekerja yang terapar
TCCD. Hal tersebut dapat megakibatkan panurunan sistem pertahanan tubuh mereka.
Pengaruh Dioksin terhadap Lingkungan
Dioksin merupakan bahan kimia yag sangat stabil dan tahan terhadap proses
perusakan alamiah selama bertahun-tahun. Di dalam air, dioksin membentuk sedimen dan
masuk kembali ke perairan ketika sedimen diganggu. Dioksin juga terbang di udara terhirup
oleh makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Kemudian dioksin jatuh ke tanah dan bisa
mencemari proses yang ada di lingkungan tersebut seperti tempat penggembalaan ternak dan
terkonsentrasi di dalam daging dan susu ternak. Partikel diokin dapat juga jatuh secara
langsung ke dalam sungai dan perairan lain.
Pengaruh Dioksin terhadap Biodiversitas
Dioksin merupakan senyawa yang persisten (tidak mudah terurai) yang dapat
menimbulkan peristiwa biomagnifikasi. Biomagnifikasi dikatakan terjadi bila dijumpai
adanya peningkatan konsentrasi dioksin melalui sedikitnya dua tingkatan trofik dalam rantai
makanan. Suatu kasus biomagnifikasi dioksin adalah pada peristiwapemakaian aget orange
yang merupakan senyawa organo klorin yang mengandung dioksin pada perang Vietnam.
Herbisida ini dipakai oleh tentara Amerika serikat untuk merontokan daun di hutan-hutan
Vietnam sehingga tidak bisa digunakan untuk persembunyian tentara Vietkong. Penggunaan
herbisida ini menimbulkan dampak yang sangat buruk terhadap kesehatan dan lingkungan
hidup. Dampak dioksin dari Agent Orage ini baru terdeteksi beberapa tahun kemudian.
Dioksin mencemari tanah, dan sungai-sungai dn melalui rantai makanan, masuk ke
dalam tubuh ikan, yang merupakan makanan manusia serta hewan karnivor yang memakan
ikan. Melalui rantai makanan, dioksin akan mengalami biotransfer dari lingkungan perairan
ke ikan yang hidup di air tersebut. Proses ini disebut bio konsentrasi, dioksin akan semakin
terakumulasi dalam tubuh ikan dan ketika ikan-ikan ini dimakan oleh hewan pemakan ikan
yang merupakan konsumen yang tingkat trofiknya lebih tinggi dari ikan maka dioksin akan
semakin terakumulasi dalam hewan pemakan ikan. Semakin tinggi tingkatan trofik maka
akan semakin tinggi konsentrasi dioksin dalam tubuh hewan. Kadar yang semakin tinggi ini
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 5
akan berbahaya bagi hewan dan dapat menyebabkan kematian yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kepunahan spesies. Kepunahan spesies menyebabkan penurunan biodiversitas
hewan.
Potensi Pencemaran Dioksin di Indonesia
Sehubungan dengan POPs (Persistent Organic Pollutans), sebenarnya Indonesia telah
mempunyai PP No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)
serta PP No. 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3. PP No. 74 tahun 2001 memuat
daftar B3 yang dipergunakan dan daftar B3 yang dilarang dipergunakan. Berdasarkan daftar
ini, bahan kimia POPs yang dilarang adalah aldrin, chlordane, DDT, dieldrin, endrin,
heptachlor, mirex, toxaphene, hexachlorobenzene serta PCBs tetapi dioksin belum termasuk
yang dilarang penggunaanya. Sedangkan dalam PP No. 18 tahun 1999, pada pasal 34
mengenai pengolahan limbah B3, disebutkan bahwa pada pengolahan secara thermal dengan
insenerator, maka efisiensi penghilangan dioksin harus mencapai 99,999%. Selain kedua
kebijakan tersebut, secara makro, kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan industri dan
emisi ke udara yaitu UU No. 5 tahun 1985 tentang perindustrian, KepMen LH No. 13 tahun
1995 tentang baku mutu sumber tak bergerak dan PP No. 41 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara.
Kemudian UU No. 19 tahun 2009 tentang pengesahan Stockholm convention on
persistent organic pollutants (konvensi Stockholm tentang bahan pencemar organik yang
persisten). Dalam undang-undang ini dilampirkan : 1) Lampiran A berisi daftar sembilan
bahan POPs yang dih entikan dan ketentuan khusus mengenai penghentian penggunaan
polychlorinated biphenyls (PCBs); 2) Lampiran B berisi pembatasan penggunaan dichloro-
diphenyltrichloroethane (DDT); 3) Lampiran C berisi pengurangan atau penghentian bahan
POPs yang diproduksi tak-disengaja (PCCD/PCDF, HCB, PCB); 4) Lampiran D berisi
Persyaratan Informasi dan Penyeleksian Kriteria; 5) Lampiran E berisi Persyaratan Informasi
Profil Risiko; 6) Lampiran F berisi Informasi Mengenai Pertimbangan Sosial-Ekonomi.
Tetapi, pada kebijakan-kebijakan tersebut juga belum tercantum parameter untuk
dioksin. Di Indonesia, berdasarkan hasil inventarisasi Suminar (2003), estimasi total emisi
dioksin pada tahun 2000 diperkirakan mencapai 21.126 g TEQ (Toxic Equivalent), yang
sumber pencemarannya berasal dari pembangkitan tenaga dan pemanasan (66%), industri
pulp dan kertas (21%), pembakaran tak terkendali (7,7%), industri logam besi dan non besi
(4,5%) dan sisanya merupakan hasil pembakaran dari industri mineral, transportasi dan
tempat pembuangan sampah; dan sebesar 71,4% terbuang ke udara, dimana udara merupakan
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 6
faktor yang penting dalam kehidupan. Jumlah ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan
negara-negara lain, seperti pada Tabel 1.
Sumber: Diolah dari The Chorine Chemistry Council (2002), Rodan (2002), Jerman (2003), CWS (1999), Jin et al. (2004), The People’s Republic of China (2007) (dalam Warlina, 2008)
Dalam kurun waktu 7–8 tahun, AS berhasil menurunkan emisi dioksin secara drastis.
Penurunan yang subtansial ini disebabkan keberhasilan pemerintah AS untuk menetapkan
peraturan yang ketat tentang penggunaan insenerator pada industri yang berpotensi
mengeluarkan dioksin. Selain peraturan yang ketat, monitoring dan pengawasan dilakukan
juga secara terus menerus (The Chlorine Chemistry Council, dalam ina Warlina 2002).
Pembaharuan teknologi juga dilakukan untuk menekan emisi dioksin. Di Jepang, dioksin
merupakan salah satu zat pencemar berbahaya (Hazardous Air Pollutants) yang
penanganannya diutamakan. Pada tahun 1999 pemerintah Jepang telah menetapkan langkah
khusus penanganan jenis dioksin untuk mencegah dan mengatur pembuangan pencemaran
lingkungan oleh senyawa ini. Peraturan ini menetapkan dasar penilaian dan standar-standar
(lingkungan, pembuangan), regulasi dan langkah operasi (Imamura, dalam Lina Warlina,
2003). Emisi dioksin di Indonesia, bila dihitung paparan per orang per hari, maka telah
mencapai 4.686 pgTEQ.
Hasil penelitian Universitas Kiel dan Environmental Protection Agency (EPA)
menunjukkan bahwa secara normal tubuh manusia dewasa dapat menerima dioksin sebanyak
1-10 pg/kg berat badan/hari tanpa membahayakan kesehatan (EPA, dalam warlina, 2003).
Sehingga paparan pada tiap manusia telah sangat membahayakan kesehatan. Di lain pihak,
Indonesia masih belum mempunyai perangkat kebijakan untuk pengendalian emisi dioksin.
Bila dikaji dari sumbernya, maka sumber dioksin yang dapat dikendalikan berasal dari
industri, yaitu sebagai hasil samping dari produk yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu, salah
satu cara pengendalian dioksin yaitu menerapkan kebijakan pada industri. Salah satu kendala
pada penelitian dioksin antara lain diperlukan biaya analisa yang mahal karena tingkat
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 7
konsentrasi untuk dioksin yang sangat rendah sehingga membutuhkan alat yang sangat
sensitif. Berdasarkan data pada tabel 1. Maka Indonesia sangat berpotensi mengalami
pencemaran dioksin karena jumlah emisi dioksin yang cukup tinggi dibandingkan negara-
negara lain.
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 8
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil studi pustaka, dioksin memiliki dampak berbahaya terhadap
lingkungan, biodiversitas, dan kesehatan manusia. Dioksin yang merupakan senyawa
persisten dapat terakumulasi dan bertahan lama di tanah, air, dan udara yang menyebabkan
pencemaran serta mengganggu proses kehidupan yang ada. Sifat persisten dioksin juga dapat
menyebabkan bioakumulasi dan biomagnifiasi pada hewan melalui rantai makanan. Semakin
tinggi tingkat trofik suatu hewan maka akan semakin meningkat konsentrasi dioksin dalam
tubuh hewan tersebut. Dioksin dapat mempengaruhi kesehatan manusia, diantaranya
menyebabkan berbagai jenis kanker, penurunan imunitas, penurunan produksi hormon
testosteron, menimbulkan penyakit endometriosis, chloracne, dan aberasi gigi. Penanganan
emisi dioksin yang tinggi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemanfaatan organisme
transgenik untuk bioremediasi senyawa dioksin dan pembuatan kebijakan pemerintah untuk
membatasi emisi dioksin industri.
Pemanfaatan Organisme Transgenik untuk Bioremediasi Senyawa Dioksin
Sejak terjadinya kasus penggunaan herbisida Agent Orange untuk merontokkan
dedaunan hutan pada perang Vietnam (1960-1970) yang mengakibatkan puluhan ribu tentara
AS mengidap berbagai kelainan, dioksin dikenal sebagai senyawa yang sangat beracun dan
penyebab pencemaran lingkungan yang sangat berbahaya. Hal ini dikarenakan, di samping
toksik, senyawa ini sangat stabil (tahan terhadap proses perusakan secara alamiah selama
berpuluh-puluh tahun) dan bersifat bioakumulatif (terakumulasi secara biologi melalui rantai
makanan). Dalam jumlah sedikit saja dioksin ini bisa menimbulkan berbagai efek negatif
seperti gangguan pada sistem reproduksi, sistem kekebalan, dan gangguan hormonal.
Sementara dalam jumlah besar ia bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Karena
sifatnya yang berbahaya ini, berbagai upaya tengah dilakukan untuk mencegah atau
meminimalisir terjadinya kontaminasi dioksin.
Tahun 2010 terdapat berita bahwa Prof. K. Inoue dkk dari Kyoto University Jepang
mengumumkan sebuah cara baru menguraikan dioksin, yakni dengan menggunakan enzim
hasil penemuannya. Enzim buatan ini diperoleh dengan cara mengubah struktur gen pada
enzim pengurai obat yang dimiliki oleh semua binatang mamalia. (beritaiptek.com, diakses
24 november 2012)
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 9
Pada dasarnya hewan mamalia memiliki sekumpulan enzim yang disebut cytocrom P-
450, yang bekerja menguraikan zat kimia di dalam tubuh sehingga menjadi tidak beracun.
Kumpulan enzim ini dapat juga menguraikan jenis dioksin yang tingkat toksisitasnya rendah,
namun tidak sanggup menguraikan jenis dioksin dengan tingkat toksisitas sangat tinggi
seperti 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD). Prof. Inoue dkk membuat enzim buatan
pengurai dioksin jenis ini dengan cara mengambil satu jenis enzim dalam cytocrom P450 dari
tikus. Dengan metoda transgenik, gen yang mengkode enzim ini diubah agar bisa membentuk
molekul enzim dimana bagian yang berfungsi mengikat zat kimia yang ingin diurai menjadi
lebih panjang, kemudian gen ini ditransfer ke ragi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
enzim buatan ini dapat menguraikan 1 molekul 2,3,7,8-TCDD perjam, yang berarti kecepatan
mengurainya 10-100 kali lebih tinggi dari enzim yang ada pada tubuh manusia.
Penelitian ini masih dalam tahap awal. Namun, jika dilakukan penelitian
pengembangan lebih lanjut terhadap enzim buatan ini maka kemungkinan besar dapat
diaplikasikan secara luas sebagai bioremediasi untuk menguraikan dioksin dalam bahan
makanan, tanah, udara, dan air.
Kebijakan Pemerintah untuk Mengurangi Emisi Dioksin
Kebijakan yang harus diterapkan yaitu kebijakan untuk pengendalian atau
pengurangan emisi dioksin. Dampak emisi dioksin terhadap mahluk hidup sifatnya tidak
langsung terlihat atau dapat dirasakan, butuh waktu untuk melihat dampak yang diakibatkan
emisi tersebut, sehingga banyak orang mengabaikannya. Karena sifatnya yang persisten dan
akumulatif, maka emisi ini harus mendapat perhatian serius, karena menyangkut generasi
yang akan datang pula. Masyarakat harus mengetahui akan bahaya dioksin.
Kebijakan pengendalian dioksin masih belum diperhatikan. Pemerintah sudah harus
menyadari dan mulai mengendalikan emisi diokin tersebut tersebut sehingga tidak
membahayakan lingkungan. Walaupun Indonesia telah menandatangani Konvensi Stockholm
tentang POPs, tetapi Indonesia masih belum mempunyai perangkat kebijakan yang khusus
mengatur pengendalian dioksin tersebut. Selain itu, pemahaman tentang dioksin di kalangan
masyarakat maupun aparat pemerintah belum dikenal secara jelas. Hal ini berimplikasi bahwa
pencemaran atau emisi dioksin belum dikenal oleh masyarakat luas serta belum ada
komitmen dari pemerintah dan institusi untuk pengendalian emisi dioksin. Di lain pihak emisi
dioksin telah cukup tinggi. Kebijakan makro yang sebaiknya dilakukan khususnya untuk
pengendalian dioksin adalah memasukkan parameter dioksin ke dalam PP No. 41 tahun 1999
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 10
tentang pengendalian pencemaran udara, bahwa emisi dioksin merupakan emisi yang harus
diperhatikan dengan mencantumkan nilai baku mutu ambien nasional. KLH diharapkan dapat
membuat kebijakan secara nasional, agar emisi dioksin juga menjadi perhatian. Emisi dioksin
dapat pula ditambahkan pada PP No. 74 tahun 2001 tentang penggelolaan B3. Dalam PP
tersebut, penggunaan organoklorin POPs dan PCB telah dilarang, tetapi senyawa dioksin
belum tercantum. Walaupun dioksin merupakan derivat pestisida yang peraturannya telah
tercantum dalam peraturan B3, tetapi parameter dioksin harus dicantumkan secara jelas untuk
dilarang. Hal ini dikarenakan, sumber dioksin tidak saja dari pestisida, tetapi dari bermacam-
macam sumber. Selain PP No. 74 tahun 2001, parameter dioksin juga dapat ditambahkan
dalam peraturan mengenai baku mutu emisi sumber tak bergerak yang tertuang dalam
KepMen LH No. 13 tahun 1995, khususnya untuk industri-industri yang berpotensi
mengeluarkan emisi dioksin, misalnya industri kertas, industri besi/baja, industri semen,
industri kimia dan insenerator.
Kebijakan lainnya yaitu pemerintah atau KLH juga dapat membuat kampanye publik
untuk menyadarkan masyarakat akan dampak emisi dioksin tersebut terutama terhadap
kesehatan, sehingga masyarakat menjadi peduli. Masyarakat dapat berperan serta dalam
mengontrol industriindustri yang mengeluarkan emisi dioksin.
Hal-hal yang juga harus diperhatikan dalam kebijakan yaitu besarnya emisi yang
harus dikurangi, industri-industri yang mengeluarkan emisi serta peranan Pemerintah Daerah
(Pemda) dalam hal pengawasan dan kontrol. Pengurangan emisi dapat dilakukan antara lain
dengan introduksi teknologi, dalam hal ini peranan Pemda sangat dibutuhkan untuk
memonitor teknologi yang digunakan. Pemda sebaiknya lebih memperhatikan industri-
industri yang berpotensi mengeluarkan emisi dioksin, ada kebijakan untuk memonitor dan
mengontrol emisi tersebut yang dilakukan secara berkala. Selain itu, ada kewajiban dimana
industri harus melaporkan emisi yang dilepaskannya. Bapedal dan Pemda dapat menyarankan
teknologi terbaik yang harus digunakan (Best Availabel Technology, BAT) untuk industri
tersebut. Dalam hal ini, adanya koordinasi antara Pemda, Bapedalda dan industri merupakan
hal yang sangat penting. Menurut Konvensi Stokhlom, emisi dioksin merupakan emisi yang
harus dieliminasi, sehingga berdasarkan sumbernya (dalam penelitian ini adalah industri),
maka dapat dilakukan pengendalian/monitor terhadap industri tersebut. Pemerintah harus
membuat peraturan-peraturan yang ketat untuk pengendalian emisi yang dikeluarkan industri,
sehingga dapat digunakan instrumen Command and Control (CAC). Salah satu masalah yang
timbul pada pengendalian pencemaran yaitu penentu kebijakan sulit untuk menentukan
tingkat pencemaran tersebut. Pemerintah tidak terlalu berkepentingan untuk menentukan
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 11
fungsi produksi dan fungsi biaya industri. Di lain pihak, bila menyerahkan pengendalian
kepada industri saja tidak akan menjamin tercapainya efisiensi tersebut.
Oleh sebab itu, pengendalian pencemaran melalui instrumen lain perlu dilakukan,
yaitu dengan Instrument Ekonomi (IE), misalnya penggunaan pajak dan denda. Kebijakan-
kebijakan yang diambil akan berimplikasi terhadap faktor ekonomi, lingkungan, sosial dan
pemerintah/institusi. Adanya peningkatan produksi, secara tidak langsung akan berimplikasi
terhadap peningkatkan kesejahteraan rakyat dan PDRB. Peningkatan produksi akan
memberikan keuntungan industri, yang diharapkan dan secara langsung akan meningkatkan
pendapatan masyarakat, karena sebagian besar masyarakat bekerja sebagai pegawai pada
industri tersebut. Pengendalian emisi dioksin dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen ekonomi yaitu pajak dan denda. Dana yang masuk yang berasal dari pajak ataupun
denda dapat dikelola dalam suatu wadah yang penggunaannya dikembalikan untuk perbaikan
lingkungan. Masyarakat diinformasikan bahwa perbaikan lingkungan berasal dari pajak emisi
dan denda. Hal ini dapat berimplikasi untuk pembelajaran masyarakat agar peduli akan
lingkungan dan sebagai kontrol sosial terhadap industriindustri tersebut. Sebaliknya, bila
industri tersebut berhasil mengurangi emisi dan memperbaiki lingkungan, maka pemerintah
sebaiknya juga memberikan insentif terhadap industri tersebut.
Adanya kebijakan dan aturan-aturan pengendalian dioksin diharapkan akan
berimplikasi terhadap masyarakat. Kebijakan atau aturan-aturan tersebut akan mengubah sifat
(behaviour) serta pemahaman masyarakat terhadap lingkungan pada umumnya dan dioksin
pada khususnya. Tahap awal pengendalian dioksin yaitu memberikan informasi kepada
masyarakat dan kalangan industri mengenai dioksin serta dampaknya terhadap kesehatan
mahluk hidup. Emisi ini bersifat kumulatif, sehingga bila tidak dikendalikan, tidak saja
generasi kini, tapi akan menggangu kesehatan generasi yang akan datang. Dengan informasi
mengenai sumber-sumber pencemaran dioksin, maka diharapkan masyarakat dapat
memahami emisi dioksin, misalnya dengan tidak banyak menggunakan plastik dan tidak
melakukan pembakaran sampah di udara terbuka. Informasi ini dapat diberikan melalui
media-media massa (kampanye publik) oleh kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama
dengan Departemen Kesehatan (menyangkut kesehatan masyarakat) dan Departemen
Perindustrian (menyangkut industri-industri yang mengeluarkan emisi).
Pada pembuatan kebijakan untuk pengendalian dioksin ini, sebaiknya unsur
masyarakat dilibatkan, terutama dalam penentuan insentif dan disinsentif yang diberlakukan
terhadap industri. Hal ini dilakukan agar masyarakat bertindak sebagai sarana kontrol sosial
yang efektif. Pemerintah tetap mempunyai kewenangan untuk mengawasi dan mengatur.
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 12
Industri diharapkan mempunyai konsep Corporate Social Responsibility (CSR). CRS
berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, dimana ada argumentasi bahwa suatu
perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak hanya
pada faktor keuangan semata, tapi juga harus mendasarkan konsekwensi sosial dan
lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang (Wikipedia, 2007). Industri wajib
melaporkan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan CSR. Kelangsungan hidup
industri tidak hanya ditentukan oleh keuntungan ekonomi, tapi pemenuhan tanggung jawab
lingkungan hidup dan sosial juga ikut menentukan. Dalam pelaksanaannya suatu kebijakan
harus didukung oleh pemerintah. Tidak ada kebijakan yang dapat berjalan tanpa dukungan
pemerintah. Untuk itu, dalam pengendalian emisi dioksin dukungan pemerintah sangat
diharapkan. Adanya koordinasi dari departemen-departemen terkait menjadi agenda
pemerintah yang utama, yaitu Departemen Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup,
Departemen Kesehatan serta Departemen Perdagangan. Ada tanggung jawab dan wewenang
dari masing-masing instansi, pemerintah pusat, pemerintah daerah, industri dan masyarakat.
Pemerintah harus dapat mengeluarkan kebijakan yang tidak merugikan masyarakat ataupun
kalangan industri.
Langkah awal dalam pengendalian emisi dioksin yaitu pemerintah harus menetapkan
baku mutu dioksin. Selanjutnya baku mutu tersebut dimasukkan ke dalam PP ataupun
peraturan-peraturan lain. Selain itu, pemerintah juga harus menyiapkan segala fasilitas yang
berhubungan dengan emisi dioksin, misalnya sarana laboratorium untuk pemeriksaan dioksin
dan sarana monitoring dioksin yang hingga saat ini belum ada. Tak kalah pentingnya yaitu
penyiapan SDM yang dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan, serta adanya dukungan
pemerintah yang bekerjasama dengan perguruan tinggi (PT) untuk melakukan penelitian-
penelitian mengenai dioksin. Hal yang juga penting dari kebijakan ini adalah memberikan
penjelasan umum mengenai dioksin serta dampak emisi terhadap mahluk hidup dan
kesehatan manusia serta melakukan inventarisasi berkala untuk dioksin.
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 13
KESIMPULAN
1. Dioksin adalah senyawa karsinogenik yang banyak terdapat di daerah perkotaan, di
sekitar industri, rumah sakit, dan mencemari lingkungan.
2. Dioksin dapat menyebabkan berbagai jenis kanker, efek pada kulit, liver, tiroid,
menimbulkan kerusakan pada beberapa sistem seperti sistem endokrin, imun,
metabolisme glukosa, sistem peredaran darah, dan sistem reproduksi.
3. Dioksin berpengaruh terhadap biodiversitas, yaitu dapat menyebabkan kepunahan spesies
sehingga dapat menurunkan biodiversitas.
4. Pencemaran dioksin berpotensi terjadi di Indonesia karena berbagai sumber penghasil
dioksin terdapat di Indonesia dengan emisi yang cukup tinggi.
5. Adanya pemanfaatan organisme transgenik untuk bioremediasi senyawa dioksin dan
kebijakan pembatasan emisi dioksin terhadap industri, diharapkan dapat mengurangi
emisi dioksin di Indonesia, sehingga akan mengurangi dampak negatif yang cukup
signifikan terhadap lingkungan, biodiversitas dan kesehatan manusia.
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 14
DAFTAR PUSTAKA
Juniarti. 2005. Pengaruh Dioksin terhadap Kesehatan. Jurnal Kedokteran. Vol.13(2).244-252.
Suminar, S.A. (2003). Estimasi emisi dioksin dan furan. Hasil penelitian disampaikan pada
Enabling Activities to Facilitate Early Action on the Implementation of the Stockholm
Convention on Persistent Organic Pollutants (POPs) in Indonesia. Workshop Hasil
Inventarisasi POPs. UNIDO. KLH. Jakarta.
Warlina, Lina, dkk. 2008. Kebijakan Manajemen Lingkungan untuk Emisi Dioksin/Furan
yang Bersumber dari Industri Logam. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Vol.4(2),
63-72.
Wikipedia. (2007). Tanggung jawab sosial perusahaan. Diambil 6 Oktober 2012, dari
http://en.wikipedia.org/wiki/CSR.
www.beritaiptek.com. Diakses tanggal 24 november 2012.
Makalah Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 Kategori Teori 15