biosand water filter
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang tidak
dapat terpisahkan adalah air. Tidak hanya penting bagi manusia air merupakan bagian
yang penting bagi makhluk hidup baik hewan dan tumbuhan. Tanpa air kemungkinan
tidak ada kehidupan di dunia ini karena semua makhluk hidup sangat memerlukan air
untuk bertahan hidup. Manusia mungkin dapat hidup 5 hari tanpa makan. Akan tetapi,
manusia tidak akan bertahan hidup selama 2 hari jika tidak minum karena sudah mutlak
bahwa sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia itu terdiri dari 73% adalah air. Jadi,
bukan hal yang baru jika kehidupan yang ada di dunia ini dapat terus berlangsung
karena tersedianya air yang cukup (Anonim, 2015).
Menyadari hal tersebut, dapat dikatakan air merupakan faktor penting dalam
pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk hidup. Bagi manusia air bermanfaat untuk air
minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Air yang digunakan harus layak.
Kelayakan air yang dimaksudkan adalah air tersebut bebas dari kuman penyakit dan
tidak mengandung bahan beracun yang dikatakan sebagai air bersih.
Pemenuhan kebutuhan air yang layak oleh manusia biasanya dilakukan dengan
mengambil air dari dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke
tiga sumber air tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah
memiliki beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena
kualitas airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil.
Akan tetapi, masih banyak ditemukan penggunaan air yang tidak sesuai dengan syarat
kesehatan. Air yang digunakan tersebut mengandung bibit atau zat-zat tertentu yang
dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia.
Sementara itu, Sulaiman (2014) menyatakan bahwa akses air bersih, masalah
kesehatan penting yang kerap disepelekan. Pengadaan akses air bersih sangat penting
untuk meningkatkan standar kesehatan rakyat Indonesia. Bahkan pengadaan air bersih
termasuk dalam salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) Indonesia
untuk tahun 2015. Targetnya, 68,97 persen rakyat sudah mendapat akses air bersih pada
tahun 2015. Faktanya, berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS), baru 47 persen masyarakat yang mendapat akses air bersih. Padahal
masalah soal air bersih tidak hanya membicarakan soal air untuk kebutuhan rumah
1
2
tangga, namun juga soal sanitasi lingkungan, sumber daya manusia, hingga angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia.
Dampak dari sulitnya akses air bersih kerap berujung pada buruknya kesehatan
masyarakat. Hal tersebut dikarenakan, air yang kurang bersih biasanya terdeteksi
sekitar 20-30 jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang hidup dalam
air. Jika dikonsumsi oleh masyarakat, akan dapat mengganggu kesehatan tubuhnya.
Ulum (2013) menyatakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO
mengenai penyediaan air bersih dan sanitasi dengan kesehatan, menemukan beberapa
penyakit yang terkandung pada air yang kurang bersih seperti kolera, hepatitis,
polimearitis, typoid, disentri trachoma, scabies, malaria, yellow fever, dan penyakit
cacingan.
Ironisnya, masyarakat berpenghasilan rendah sebenarnya adalah penduduk yang
banyak mengalami kesulitan untuk memperoleh air bersih. Hal ini ditunjukkan akses
masyarakat kurang mampu yang seringkali terbatas dan mahal karena seluruh biaya
pengelolaan dan perawatan jaringan air dan sumber air lainnya hanya bergantung pada
pemakaian dalam bentuk tarif. Sebenarnya dengan komersialisasi air, mereka yang
memiliki kemampuan untuk membeli yang akan mendapat air paling banyak.
Masyarakat miskin yang tidak punya uang justru makin sulit mendapat air sehingga
banyak orang yang tidak mampu mendapat air sehat untuk dipakai dalam pemenuhan
kebutuhannya.
Menyadari akan beberapa permasalahan di atas maka penulis memiliki suatu
gagasan untuk pengolahan air bersih yang ramah lingkungan, efisien serta berskala
rumah tangga. Pengolahan air bersih ini disebut dengan Biosand Water Filter (BWF).
Biosand Water Filter adalah suatu alat penyaringan air dimana air yang akan diolah
dilewatkan pada media proses dengan kecepatan rendah yang dipengaruhi oleh diameter
butiran pasir dan pada media tersebut telah dilakukan penanaman bakteri sehingga
terjadi proses biologis didalamnya terdiri dari beton atau bak plastik yang diisi dengan
beberapa lapisan pasir (Elliott, 2008). Air yang dihasilkan oleh biosand water filter ini
adalah air yang tergolong bersih karena dalam biosand water filter terdiri suatu lapisan
biologis (dikenal dengan nama lapisan bio/biolayer) yang terdiri dari endapan dan
mikroorganisme berkembang pada permukaan pasir. Patogen dan bahan tersuspensi
dibersihkan dari air yang terkontaminasi melalui gabungan proses fisik dan biologis
pada lapisan bio dan tumpukan pasir. Proses fisik dan biologis tersebut adalah:
Penjeratan mekanis, Predasi, Adsorpsi/Atraksi (Penyerapan permukaan/tarik menarik
2
3
benda), Kematian alami (natural death) mikroorganisme patogen yang ada dalam air.
Pengadaan alat Biosand Water Filter tidaklah sulit dan terjangkau oleh masyarakat,
sehingga dengan alat ini masalah krisis air bersih ditengah-tengah masyarakat
diharapkan dapat teratasi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan, maka disusun bebearapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimanakah cara pembuatan serta pemakaian Biosand Water Filter?
1.2.2 Bagaimanakah mekanisme penyisihan kontaminan dalam Biosand Water Filter?
1.2.3 Bagaimanakah efektivitas penggunaan Biosand Water Filter?
1.3. Tujuan Penulisan
Bersadarkan rumusan masalah yang ada, adapun tujuan penulisan karya tulis ini
adalah:
1.3.1 untuk mendeskripsikan pembuatan serta pemakaian Biosand Water Filter;
1.3.2 untuk mendeskripsikan mekanisme penyisihan kontaminan dalam Biosand
Water Filter;
1.3.3 untuk medeskripsikan efektifitas penggunaan Biosand Water Filter.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak terutama kalangan masyarakat yang tengah mengalami krisis air bersih, terutama
masyarakat dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Pengadaan Biosand
Water Filter yang memerlukan biaya dan alat yang terjangkau oleh masyarakat, dapat
membantu masyarakat memenuhi air bersih dalam skala rumah tangga .
Selain kepada petani, diharapkan karya tulis ini juga dapat memberikan manfaat
bagoi siswa. Di mana siswa dapat mempelajarai tentang sistem pemurnian air bersih
dengan menggunakan teknik Biosand Water Filter. Tidak menutup kemungkinan
memberikan pengetahuan kepada seluruh masyarakat yang membaca karya tulis ini.
3
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Gambaran Umum Krisis Air Bersih
Air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian cermat, karena air bersih,
saat ini menjadi barang mahal. Air sudah banyak berkurang dan tercemar, sedangkan
ketergantungan manusia terhadap air semakin besar. Hal inilah yang nantinya
menyebabkan berbagai masalah baru ditengah masyarakat, seperti masalah kesehatan,
ekonomi dan juga sosial.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Ditjen SDA (dalam Jangjaya, 2014) , pada
tahun 2010 kebutuhan air baku nasional mencapai 175.179 juta m3/tahun. Dimana
pertanian menempati posisi pertama dengan kebutuhan air mencapai 143.005 juta
m3/tahun. Dunia industri membutuhkan 27.741 juta m3/tahun dan kebutuhan air baku
domestik mencapai 6.431 juta m3/tahun. Pada tahun 2015, diperkirakan keperluan
domestik dan industri akan meningkat menjadi 55.762 juta m3/tahun sedangkan pada
tahun 2030 diperkirakan meningkat tajam menjadi 276.125 juta m3/tahun. Ini berarti
kebutuhan air baku untuk domestik dan industri akan naik lima kali lipat sedangkan
secara umum, lebih dari 50% kebutuhan air dipenuhi dari air tanah. Tidak hanya itu,
seperti yang dituliskan pada 26 November 2013 lalu (pikiran-rakyat.com) bahwa
Indonesia dilimpahi ketersediaan air baku mencapai 4 triliun m3/tahun. Dari besaran
tersebut, 3,9 triliun m3/tahun masih berupa potensi yang dapat berasal dari air tanah
sedangkan yang dapat dimanfaatkan mencapai 691 juta m3/tahun. Sayangnya,
ketersediaan air ini tidak merata di Indonesia.
Ketersedian air bersih yang tidak merata sering beberapa daerah di Indonesia
salah satunya di Bali. Sejumlah lokasi di lima kabupaten di Bali saat ini masih krisis air
bersih sebagai akibat kemarau berkepanjangan. Terkait dengan kondisi tersebut, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali melalui kerja sama dengan
Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Sosial membantu mendistribusikan air bersih ke
lokasi krisis air tersebut (Abraham, 2014).
Kabupaten yang mengalami krisis air ialah Kabupaten Karangasem, tepatnya di
Kecamatan Abang, Kubu, dan Kecamatan Karangasem. Wilayah itu disuplai dua mobil
tangki. Kabupaten lain ialah Buleleng. Di Buleleng terdapat tiga titik, yakni Gerokgak,
Sukasada, dan Tejakula, dengan operasi menggunakan dua mobil tangki (Abraham,
2014).
4
5
Dengan fakta yang ada, jelas menunjukkan bahwa krisis air terus mengintai di
negeri ini. Semua pihak akan menerima dampaknya khususnya masyarakat. Salah satu
upaya untuk menghindari krisis air ini, pemerintah telah mengeluarkan berbagai
langkah. Salah satunya adalah melalui Peraturan Pemerintahan No 15 tahun 2012
mengenai penghematan pemanfaatan air tanah dan UU no. 7 tahun 2004 tentang sumber
daya air, rakyat harus memanfaatkan air permukaan terlebih dahulu. Kalaupun ingin
memanfaatkan air tanah, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi bersama antara
lain memperhatikan ekosistem di sekitar sumber air tanah. Disisi lain terdapat potensi
teknologi yang mampu mengolah limbah yang dihasilkan industri atau sumber air yang
sudah tercemar dan diubah menjadi air baku yang layak pakai seperti dengan
menggunakan teknologi Biosand Water Filter ini yang seharusnya dapat dimaksimalkan
untuk menjadi bagian solusi akan permasalahan masyarakat terkait krisis air bersih
khusus di lokasi yang airnya telah terkontaminasi.
2.2 Parameter Kualitas Air Bersih
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk
keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila
dimasak.
Parameter kualitas air bersih yang ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990
terdiri atas parameter fisik, parameter kimiawi, parameter mikrobiologis.
1. Parameter Fisik
Parameter fisik yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak
berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Sementara suhunya sebaiknya sejuk
dan tidak panas. Selain itu, air minum tidak menimbulkan endapan. Jika air yang
kita konsumsi menyimpang dari hal ini, maka sangat mungkin air telah tercemar.
2. Parameter Kimia
Dari aspek kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung partikel terlarut
dalam jumlah tinggi serta logam berat (misalnya Hg, Ni, Pb, Zn,dan Ag)
ataupun zat beracun seperti senyawa hidrokarbon dan detergen. Ion logam berat
dapat mendenaturasi protein, disamping itu logam berat dapat bereaksi dengan
gugus fungsi lainnya dalam biomolekul. Karena sebagian akan tertimbun di
5
6
berbagai organ terutama saluran cerna, hati dan ginjal, maka organ-organ inilah
yang terutama dirusak
3. Parameter Mikrobiologis
Bakteri patogen yang tercantum dalam Kepmenkes yaitu Escherichia colli,
Clostridium perfringens, Salmonella. Bakteri patogen tersebut dapat membentuk
toksin (racun) setelah periode laten yang singkat yaitu beberapa jam.
Keberadaan bakteri coliform (E.coli tergolong jenis bakteri ini) yang banyak
ditemui di kotoran manusia dan hewan menunjukkan kualitas sanitasi yang
rendah dalam proses pengadaan air. Makin tinggi tingkat kontaminasi bakteri
coliform, makin tinggi pula risiko kehadiran bakteri patogen, seperti bakteri
Shigella (penyebab muntaber), S. typhii (penyebab typhus), kolera, dan disentri.
Salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan bahwa air yang layak
konsumsi adalah kandungan TDS (Total Dissolved Solids) atau kandungan unsur
mineral dalam air. Contoh unsur mineral dalam air adalah: zat kapur, besi, timah,
magnesium, tembaga, sodium, chloride, dan chlorine. Air yang mengandung mineral
tinggi sangat tidak baik untuk kesehatan. Mineral dalam air tidak hilang dengan cara
direbus. Mineral yang baik bagi tubuh manusia adalah mineral organik yang berasal dari
sayur, buah, daging, telor, atau susu. Mineral di dalam air disebut mineral nonorganik
atau mineral dari benda mati yang tidak bisa diuraikan oleh tubuh.
2.3 Biosand water filter (BWF)
Penyaringan merupakan salah satu prinsip unit operasi yang biasa
digunakan dalam teknologi pengolahan air, baik air minum maupun air limbah.
Penyaringan digunakan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dari air minum
ataupun air limbah yang dihasilkan baik dari proses koagulasi ataupun pengolahan
dengan menggunakan mikrobiologi. Beberapa faktor penting dalam proses
penyaringan, antara lain kekeruhan air baku, media penyaring, tinggi lapisan
penyaring, kemudahan pencucian kembali dan ketinggian resisten kimia.
Salah satu teknologi yang telah banyak digunakan dalam proses
penyaringan air adalah Intermittent Slow Sand Filtration (IOSSF). IOSSF
bukanlah teknologi baru dalam pengolahan air limbah (Anderson et al., 1985 ;
Widyaningsih,2011). IOSSF merupakan pengembangan dari slow sand filter yang
diaplikasikan dalam skala rumah tangga. Saringan pasir lambat merupakan teknologi
pengolahan air tertua yang digunakan saat awal dikenalnya teknologi pengolahan air
6
7
pada awal abad 19. Pertama kali dikembangkan oleh John Gibb di Paisley, Skotlandia
untuk pengolahan air. Desain tersebut kemudian dikembangkan oleh Robert Thom
tahun 1827 yang kemudian diikuti oleh James Simpson yang merupakan saringan
pasir lambat pertama kali dibangun dalam skala besar di London pada tahun 1829 oleh
Chealsea Water Company (Baker, 1949; Widyaningsih,2011).
Namun kendala dalam penerapan slow sand filter ini adalah kebutuhan
lahan yang cukup luas sehingga untuk penerapan dalam skala rumah tangga perlu
modifikasi seperti yang dilakukan oleh Manz dengan mengoperasikan secara
intermittent (aliran tidak terus menerus). Sehingga teknologi tersebut dinamakan
Intermittent Slow Sand Filter (IOSSF) atau Biosand water
filter(BWF). Biosand water filter yang telah diaplikasikan selama beberapa
tahun di beberapa Negara, seperti Nicaragua, Ethiopia, Kenya serta beberapa
penelitian skala laboratorium menunjukkan hasil yang bagus namun masih dibawah
slow sand filter konvensional (CAWST, 2010; Widyaningsih,2011).
Biosand water filter merupakan sebuah adaptasi dari traditional slow
sand filter, dimana telah digunakan oleh berbagai komunitas dalam mengolah air
selama hampir 200 tahun. Biosand water filter berbentuk lebih kecil dan
diadaptasi untuk penggunaan intermittent, hal ini membuat Biosand water
filter sangat cocok untuk digunakan skala rumah tangga (CAWST, 2010;
Widyaningsih,2011).
Biosand water filter sangat mirip dengan saringan pasir lambat dalam
arti bahwa mayoritas dari filtrasi dan kepindahan kekeruhan terjadi di puncak lapisan
pasir dalam kaitan dengan ukuran pori-pori yang menurun disebabkan oleh penguraian
partikel butir. Teknologi ini dapat mencapai 99,99 % penghilang virus tipus.
Keuntungan teknologi ini selain murah, membutuhkan sedikit pemeliharaan dan
beroperasi secara gravitasi (Murcott dan Lucas, 2002; Widyaningsih,2011).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa saringan pasir lambat efektif untuk
menghilangkan Giardia lambia, Cryptosporidium oocysts, Candida
albicans, Faecal streptococci, Clostridium perfringens,
Campylobacter, total coliform, E coli, kekeruhan dan partikel bahkan logam
berat (Bellamy, 1984; Collins, 1998; Muhammad, 1997; El-Taweel, 2000; Hijnen,
2003; Widyaningsih,2011).
7
8
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dari karya ilmiah ini yaitu penelitian deskriptif eksploratif yang
memaparkan tentang penanganan krisis air bersih melalui alat penyaringan air Biosand
Water Filter yang ramah lingkungan dan berskala rumah tangga. Pemaparan ini
meliputi: pemaparan cara pembuatan secara sederhana, mekanisme penyaringan air,
maupaun keefektifannya dalam menghasilkan air bersih.
3.2 Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian ini, peneliti menggunukan beberapa teknik
yaitu antara lain:
3.2.1 Kajian Pustaka
Metode kajian pustaka penulis gunakan untuk mencari sumber-sumber relevan
secara teoritis guna mendukung penyusunan karya tulis ini. Pengkajian secara teoritis
dilakukan pada berbagai sumber pustaka seperti: artikel, buku, makalah serta media
cetak yang menyediakan informasi berupa fakta, temuan terdahulu yang mendukung,
maupun permasalahan.
3.2.2 Metode Observasi
Metode observasi metode observasi ini peneliti dapat memperoleh gambaran
yang lebih jelas dalam pengumpulan data yang dapat pendukung penyusunan karya tulis
ini. Observasi ini dilakukan dengan terjun langsung dalam pembuatan Biosand Water
Filter serta mengamati proses dan mekanisme penyaringan untuk menghasilkan air
besih.
Jadwal Penelitian
Berikut adalah jadwal kegiatan penyusunan karya tulis yang penulis laksanakan.
Tabel 2. Jadwal Pelaksanan Karya Tulis
8
9
Kegiatan Februari Maret April
Pengumpulan Data
Proses pembuatan gantungan Biosand Water Filter
Analisis Data
Penyusunan Laporan
9
Keterangan:
: Jadwal pelaksanaan kegiatan
10
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Cara-cara Penanggulangan Krisis Air Bersih
Air bersih merupakan kebutuhan esensial bagi setiap mahluk hidup. Hal ini
dikarenakan air berperan dalam metabolisme setiap mahluk hidup seperti manusia,
hewan dan tumbuhan. Selain itu, air bersih juga digunakan untuk kebutuhan rumah
tangga seperti, memasak, mencuci, dsb. Akan tetapi, jumlah air bersih yang ada saat ini
semakin menipis. Hal tersebut menyebabkan terjadinya krisis air bersih.
Krisis air bersih di Indonesia menjadi ironi karena sebagai negara yang kaya
akan sumber air Indonesia harusnya Indonesia memiliki sumber air yang melimpah.
Namun kenyatannya setiap tahunnya, masyarakat Indonesia mengahadapi krisis air.
Pencemaran lingkungan dan berkurangnya daerah resapan air menjadi penyebab
masalah krisis air bersih. Padahal tiap tahunnya kebutuhan air bersih meningkat sesuai
dengan laju pertumbuhan penduduk.
Tidak hanya di musim kemarau, pada musim hujan, krisis air bersih tetap
menjadi masalah yang meghantui mereka. Pada saat musim hujan, genangan air yang
melimpah menyebabkan sumber air menjadi terkontaminasi dan tidak dapat
dikonsumsi. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengatasi krisis air :
1. Menggalakan gerakan menanam pohon
2. Menggalakan gerakan hemat air
3. Konservasi lahan
4. Pelestarian hutan dan daerah aliran sungai
5. Membangun tempat penampungan air
6. Membangun sumur resapan atau
7. Menanggulangi sumber air dari pencemaran seperti limbah pabrik, dsb.
Langkah-langkah tersebut harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat
secara berkelanjutan dan terus menerus. Dan yang paling penting harus dilakukan
secepat mungkin agar krisis air tidak menjadi persoalan yang menghantui warga
Indonesia setiap tahunnya.
10
11
4.2 Cara pembuatan Biosand Water Filter
Ada empat lapisan dalam Biosand Water Filter dimana ketebalan masing-masing
lapisan sudah ditentukan..
1. Pasir Penyaring Atas (PPA)
a. PPA berfungsi menghilangkan sebagian besar benda/partikel dan jasad renik
dari air.
b. Bersama dengan lapisan penyaring kedua mengendalikan kecepatan aliran
air melalui hamparan pasir
c. Setiap butir pasir lapisan atas ini ukuran dan diameternya antara ½ sampai ¼
dari diameter butiran pasir lapis kedua.
d. Ketebalan lapisan PPA harus antara 4-6 cm dan merata
2. Lapisan Penyaring Kedua
a. Lapisan penyaring kedua berfungsi menuntaskan penonaktifan virus
b. Bersama dengan lapisan pasis penyaring atas mengendalikan kecepatan
aliran air dalam saringan, yaitu tidak boleh lebih dari 600 liter per meter2
luas permukaan filter
c. Butiran pasir penyaring kedua harus lebih kecil dari 3,125 mm.
d. Lapisan kedua boleh mengandung partikel dari penyaring atas, bila pasir
kedua lapisan dihasilkan dari batu yang sama.
3. Lapisan Pasir Penyekat
a. Mencagah masuknya media/pasir penyaring ke dalam lapisan dan pipa
penguras di dasar saringan
b. Lapisan pasir penyekat tebalnya harus 3 cm
c. Lapisan ini terdiri dari butiran pasir kasar berdiameter 3,125 mm sampai
6,25 mm
d. Ketebalan lapisan ini juga harus merata.
4. Lapisan Kerikil/dasar penguras
a. Memungkinkan terjadinya aliran air melalui dua lapisan penyaring dan
masuknya air ke dalam pipa terus ke pipa untuk kran.
b. Ketebalan lapisan ini harus cukup sehingga lebih tinggi dari lubang masuk ke
pipa untuk kran (terletak di dasar saringan) setinggi 2 cm dari dasar.
c. Lapisan dasar penguras terdiri dari butiran batu pecah berdiameter antara 6,25
mm sampai 12,5 mm.
d. Ketebalan lapisan dasar ini bisa 8 cm atau lebih dan harus rata
11
12
4.3 Mekanisme penyisihan kontaminan dalam Biosand Water Filter
Pada Biosand Household Water Filter terdapat beberapa mekanisme dalam
penyisihan kontaminan-kontaminan di dalam air limbah. Mekanisme tersebut antara
lain:
1. Mekanisme Biologis
Lapisan Schmutzdecke (lapisan Biofilm)
Dalam areal Biosand Household Water Filter terdapat lapisan atau daerah yang
dikenal dengan schmutzdecke. Lapisan ini berperan untuk meremoal partikel-partikel
koloid dalam air baku. Schmutzdecke juga merupakan suatu zone dasar untuk aktivitas
biologi, yang dapat mendegradasi beberapa bahan organik yang dapat larut pada air
baku, yang mana bermanfaat untuk mengurangi rasa, bau dan warna. Bakteri seperti:
protozoa dan mikroorganisme besar lainnya seperti Helminthes dan materi mengapung
sangat banyak di lapisan ini. (dalam Luen, 2001).
Bacterivory.
Bacterivory adalah predator biologis pengkonsumsi bakteri protozoa dan
rotifera. Dua mekanisme yang diusulkan dimana predator seperti protozoa dan rotifera
dapat membantu dalam penyaringan sebagai berikut predator memakan bakteri dan
detritus serta predator dapat menghilangkan partikel tersuspensi sebagaimana partikel
mengalir melalui saringan (Luen,2001).
2. Mekanisme Fisis
Dua mekanisme Fisis yang terjadi disini adalah sebagai berikut:
Tegangan permukaan
Tegangan permukaan adalah mekanisme terjelas untuk partikel yang terlalu
besar untuk masuk melalui celah antara butir pasir (Haarhoff dan Cleasby,
1991).Sebuah lapisan dasar padat dari butiran pasir dapat menangkap partikel sekitar 15
% dari diameter butiran tersebut (Huisman and Wood, 1974). Hal ini secara substansial
lebih besar dari banyaknya partikel yang dihilangkan dari permukaan air seperti kista
(1-20μm), bakteri (0,1 sampai 10μm), virus (0,01 untuk 0.1μm), dan partikel koloid
(0,001 sampai 1μm) (Haarhoff dan Cleasby, 1991).
Tarikan antarpartikel
Partikel-partikel yang sebelumnya menempel dan dihilangkan akibat tarikan
antarpartikel dapat muncul pada filter cake dan pada lapisan filter yang mendasarinya.
Sebelum menempel, partikel-partikel diangkut sepanjang aliran arus kecuali partikel-
12
13
partikel tersebut ditangkap oleh intersepsi atau diangkut melintasi garis aliran yang
menyebabkan mereka mencapai permukaan butir.
4.4 Efektivitas Biosand Water Filter
Mengingat akan Peraturan Pemerintahan No 15 tahun 2012 mengenai
penghematan pemanfaatan air tanah dan UU no. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air,
rakyat harus memanfaatkan air permukaan terlebih dahulu. Ironisnya, kondisi air
permukaan kian hari makin tercemar karena hasil limbah dari industri ataupun dari
aktivitas manusia lainnya. Kondisi air permukaan yang banyak terkontaminasi ini, mau
tidak mau tetap dikonsumsi baik untuk air minum maupun kebutuhan untuk memasak
dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Padahal air tersebut sebenarnya tidak layak untuk
dikonsumsi, karena sudah jelas air tersebut termasuk katagori air tidak bersih.
Ada beberapa cara yang telah lakukan untuk mengatasi krisis air :
1. Menggalakan gerakan menanam pohon
2. Menggalakan gerakan hemat air
3. Konservasi lahan
4. Pelestarian hutan dan daerah aliran sungai
5. Membangun tempat penampungan air
6. Membangun sumur resapan
Langkah-langkah tersebut harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat
secara berkelanjutan dan terus menerus. Namun, langkah-langkah tersebut memerlukan
waktu yang lama untuk memulihkan keadaan air bersih agar dapat memenuhi oleh
seluruh lapisan masyarakat secara berkelanjutan dan terus menerus. Sedangkan krisis air
bersih saat ini memerlukan penanganan secepat mungkin agar krisis air tidak menjadi
persoalan yang menghantui warga Indonesia setiap tahunnya.
Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah tekhnik pemurnian dengan
Biosand Water Filter. Biosand Water Filter merupakan suatu alat penyaringan air
dimana air yang akan diolah dilewatkan pada media proses dengan kecepatan rendah
yang dipengaruhi oleh diameter butiran pasir dan pada media tersebut telah dilakukan
penanaman bakteri sehingga terjadi proses biologis didalamnya terdiri dari beton atau
bak plastik yang diisi dengan beberapa lapisan pasir (Elliott, 2008). Air yang dihasilkan
oleh biosand water filter ini adalah air yang tergolong bersih karena dalam biosand
water filter terdiri suatu lapisan biologis (dikenal dengan nama lapisan bio/biolayer)
yang terdiri dari endapan dan mikroorganisme berkembang pada permukaan pasir.
13
14
Patogen dan bahan tersuspensi dibersihkan dari air yang terkontaminasi melalui
gabungan proses fisik dan biologis pada lapisan bio dan tumpukan (lapisan
pasir). Tekhnik pemurnian air dengan biosand water filter ini tergolong efektif
memurnikan air yang dikatagorikan kurang bersih menjadi air bersih yang layak untuk
dikonsumsi. Hal ini didukung oleh hasil temuan berikut ini (wikipedia, 2010):
1. Efektif 93% mengurangi tingkat kekeruhan air.
2. Berdasarkan analisis air dari 107 pengguna Biosand Filter jangka panjang di
Haiti pada tahun 2005 ditemukan 98,5% E. coli dapat dihilangkan
3. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Afrika Selatan, biosand water filter
berhasil menyaring 64% kandungan unsur besi dan 5% kandungan unsur
magnesium dalam air.
4. Dalam sebuah penelitian menggunakan bakteriofag, penghapusan virus berkisar
antara 85% dan 95% setelah 45 hari pemakaian. Sebuah studi baru-baru ini telah
menyarankan bahwa penghapusan virus meningkat secara signifikan dari waktu
ke waktu, mencapai 99,99% setelah 150 hari pemakaian
5. Berdasarkan tes laboratorium terhadap air hasil pemurnian Biosand Water Filter
ditemukan lebih dari 99,9% dari protozoa telah dihilangkan dari air.
Disamping keefektifannya tersebut, biaya untuk pembuatan dan
pemeliharaannya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama masyarakat kelas
menengah ke bawah. Dengan kata lain, Biosand Water Filter ini merupakan alat
pemurnian air yang hemat untuk skala rumah tangga. Kehadiran Biosand Water Filter
diharapkan dapat mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan air bersih di tengah
masyarakat. Masyarakat dapat secara mandiri memenuhi kebutuhannya akan air bersih
dalam skala rumah tangga.
14
15
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Adapun simpulan yang didapat dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengatasi masalah krisi air bersih, penulis memiliki solusi berupa
pemurnian air dengan BIosand Water Filter. Biosand Water filter merupakan
suatu alat penyaringan air dimana air yang akan diolah dilewatkan pada media
proses dengan kecepatan rendah yang dipengaruhi oleh diameter butiran pasir
dan pada media tersebut telah dilakukan penanaman bakteri sehingga terjadi
proses biologis maupun proses fisis agar menghasilkan air yang bebas dari kadar
unsure berat dan mikroorganisme yang merugikan.
2. Ada empat lapisan dalam Biosand Water Filter dimana ketebalan masing-masing
lapisan sudah ditentukan,yakni: Pasir Penyaring Atas (PPA) ,Lapisan Penyaring
Kedua, Lapisan Pasir Penyekat, Lapisan Kerikil/dasar penguras.
3. Biosand merupakan solusi tepat dalam mengatasi masalah krisis air bersih
karena:
a. 93% mengurangi tingkat kekeruhan air
b. 98,5% E. coli dapat dihilangkan
c. berhasil menyaring 64% kandungan unsur besi dan 5% kandungan unsur
magnesium dalam air.
d. penghapusan virus berkisar antara 85% dan 95% setelah 45 hari pemakaian.
e. 99,9% dari protozoa telah dihilangkan dari air.
5.2. Saran
Hendaknya gagasan pembuatan biosand water filter ini diimplementasikan di
bebagai daerah di indonesia yang mengalami krisis air bersih. Pembuatan biosand water
filter berskala rumah tangga merupakan cara melatih kemandirian masyarakat untuk
mengatasi masalahnya terkait krisis air bersih, sehingga tidak hanya menunggu berbagai
bentuk bantuan dari pemerintah. Jika pembuatan biosand dibuat secara berkelanjutan
oleh semua lapisan masyarakat secara mandiri, maka hal ini juga turut berkontribusi
15
16
untuk menyukseskan program pemerintah untuk pengadaan air bersih dan
meningkatkan kesehatan penduduk indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Abraham,Suryani. 2014 Lima Kabupaten di Bali Masih Krisis Air . Tersedia pada http://
skinnyblogcladdink2-0.blogspot.com/2014/10/lima-kabupaten-di-bali-masih-
krisis-air.html. Diakses pada 20 Februari 2015.
Anonim. 2007. Belum Semua Warga Menikmati Air Bersih. Tersedia pada www.suarapublik.org. Diakses pada Selasa, 14 Februari 2015
Anonim. 2008. Air dan Sanitasi untuk Kesehatan. Tersedia pada Kompas 19 Maret 2008), 49
Anonim. 2010. Privatisasi Air Ciderai Hak Rakyat. Tersedia pada http:// www. Adilnews.com. Diakses pada 20 Februari 2015.
Anonim. 2015. Manfaat air bagi kehidupan manusia Tersedia pada http ://www
.artikellingkunganhidup.com/manfaat-air-bagi-kehidupan manusia.html.
Diakses pada 20 Februari 2015.
Elliott, M.A., Stauber, C.E., Digiano, F.A., Sobsey, M.D., 2008. “Reductions of E. coli, echovirus type 12 and bacteriophages in an intermittently operated household-scale slow sand filter”, Water Research 42 , 2662 – 2670.
Haarhoff, Johannes., and John L. Cleasby. 1991. Biological and Physical Mechanism in Slow Sand Filtration. New York : Gary Lodsgon, ed. American Society of Civil Engineers.
Luen, Lee T. 2001.“Biosand Household Water Filter Project in Nepal. Master Thesis”. Massachusetts Institute of Technology.
Marfai,M.A. 2008. Krisis Air, Tantangan Manajemen Sumberdaya Air (Mar 09 2008 ) http://arismarfai.staff.ugm.ac.id/wp
M Reza Sulaiman . Akses Air Bersih, Masalah Kesehatan Penting yang Kerap. Tersedia pada http:// health.detik.com /read/2014/08/31/ 162934/2677193/763/ akses-air-bersih-masalah-kesehatan-penting-yang-kerap-disepelekan
16
17
Ulum, D R. 2013. Krisis Air Bagi Kehidupan Manusia. Tersedia pada http://haridhy.
Blogspot.com/2013/11/krisis-air-bagi-kehidupan-manusia.html. Diakses pada 16
Maret 2015
Widyaningsih,V.2011.Pengolahan limbah Cair Kantin Yongma Fisip UI .Skripsi.Fakultas Teknik Program Studi Teknik Lingkungan Depok
Jangjaya. 2014. Indonesia diambang krisis Air Bersih. Tersedia pada http: //
regional.kompasiana.com/2014/01/15/indonesia-diambang-krisis-air-bersih 624
819.html
17