blunt abd trauma
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
1/25
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
2/25
Gambar 1. Pembagian regio abdomen
Sedangkan pembagian abdomen juga dipermudah menjadi empat kuadran dengan
menggunakan satu garis vertikal dan satu garis horisontal yang saling berpotongan
pada umbilicus. Kuadran tersebut adalah kuadran kanan atas, kuadran kiri atas,
kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah. 9
Gambar 2 . Pembagian abdomen menjadi empat kuadran
Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks. Di bagian
belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga, dan di
bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri atas beberapa lapis, yaitu
dari luar ke dalam, lapis kulit yang terdiri dari kutis dan subkutis; lemak subkutan dan
fasia superfisial (fasia Scarpa); kemudian ketiga otot dinding perut, m. oblikus
abdominis eksternus, m. oblikus abdominis internus, dan m. tranversus abdominis;
dan akhirnya lapisan preperitoneal, dan peritoneum. Otot di bagian depan terdiri atas
sepasang otot rektus abdominis dengan fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh
linea alba. 9
Gambar 3. Otot-otot abdomen
Tabel 1. Otot-otot dinding anterior dan lateral abdomen
Nama otot Origo Insertio Persarafan Kerja
M. obliqus externus abdominis 8 costa bagian bawah Processus Xiphoideus, linea
alba, crista pubica, tuberculum pubikum, dan crista iliaca.
6 N. Thoracalis bagian bawah, N. Iliohypogastricus dan N. Ilioinguinalis. Melindungi
isi abdomen, menekan isi abdomen, membantu fleksio dan rotasio tubuh. Membantu
ekspirasi kuat, miksi, defekasi, partus dan refleks muntah.
M. obliqus internus abdominis Fascia lumbalis, lateral ligamentum inguinale.
3costa bagian bawah, processus xiphoideus, linea alba dan symphisis pubis.
Persarafan sama dengan m. Obliqus externus abdominis.
Cara Kerja sama dengan m. Obliqus externus abdominis.
M. transversus abdominis 6 rawan costa bagian bawah, fascia lumbalis, crista iliaca,
lateral ligamentum inguinale.
processus xiphoideus, linea alba dan symphisis pubis. Persarafan sama dengan m.
Obliqus externus abdominis.
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
3/25
Menekan isi abdomen
M. rectus abdominis Symphisis pubis dan crista pubica Rawan costa 5, 6, 7 dan
processus xiphoideus
6 N thoracalis bagian bawah. Menekan isi abdomen dan fleksio columna vertebralis;
otot pembentuk ekspirasi.
M. pyramidalis Permukaan anterior pubis Linea alba N. thoracalis 12
Meregangkan linea alba
Tabel 2. Otot-otot dinding posterior abdomen
Nama otot Origo Insertio Persarafan Kerja
M. psoas Processus transversus, corpus dan discus intervertebralis vertebra thoracica
12 dan vertebra lumbalis.
Bersama m. Iliacus ke trochanter minor femur. Flexus lumbalis Fleksio paha pada
tubuh, bila paha difiksasi, otot mengfleksio tubuh pada paha seperti dari posisis
berbaring ke posisi duduk.
M. quadratus lumborum Ligamentum iliolumbalis, crista iliaca, ujung processus
transversus vertebrae lumbalis bagian bawah.
Costa 12 Plexus lumbalis Fiksasi costa 12 selama inspirasi, menekan costa 12 selama
ekspirasi kuat.
M. iliacus
Fossa iliaca Bersama m. Psoas ke trochanter minor femur. N. femoralis Sama dengan
kerja m. Psoas
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Perdarahan
dinding perut berasal dari beberapa arah. Dari kranikaudal diperoleh pendarahan dari
cabang aa.interkostales VI s/d XII dan a.epigastrika superior. Dari kaudal, a.iliaka
sirkumfleksa superfisialis, a.pudenda eksterna, dan a.epigastrica inferior. Kekayaan
vaskularisasi ini memungkinkan sayatan perut horizontal maupun vertikal tanpa
menimbulkan gangguan pendarahan. Persarafan dinding perut dilayani secara
segmental oleh n.torakalis VI s/d XII dan n.lumbalis I.9
Rongga perut (cavitas abdominalis) dibatasi oleh membran serosa yang tipis
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
4/25
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
5/25
perlekatan peritonium ligamentum falciforme. Lobus kanan terbagi menjadi lobus
quadratus dan lobus caudatus oleh adanya kandung empedu, fissura untuk
ligamentum teres hepatis, vena cava inferior, dan fissura untuk ligamentum venosum.
Porta hepatis atau hilus hati ditemukan pada permukaan postero-inferior dengan
bagian atas ujung bebas omentum majus melekat pada pinggirnya. Hati dikelilingi
oleh capsula fibrosa yang membentuk lobulus hati. Pada ruang antara lobulus-lobulus
terdapat saluran portal, yang mengandung cabang arteri hepatica, vena porta, dan
saluran empedu (segitiga portal). 9
2. Limpa
Merupakan massa jaringan limfoid tunggal yang terbesar dan umumnya berbentuk
oval, dan berwarna kemerahan. Terletak pada regio hypochondrium kiri, dengan
sumbu panjangnya terletak sepanjang iga X dan kutub bawahnya berjalan ke depan
sampai linea axillaris media, dan tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik. Batas
anterior limpa adalah lambung, cauda pankreas, flexura coli sinistra. Batas posterior
pada diaphragma, pleura kiri ( recessus costodiaphragmatica kiri ), paru kiri, costa IX,
X, dan XI kiri. 9
3. Lambung
Merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar dan mempunyai 3 fungsi utama:
(1) menyimpan makanan dengan kapasitas 1500 ml pada orang dewasa; (2)
mencampur makanan dengan getah lambung untuk membentuk kimus yang setengah
padat, dan (3) mengatur kecepatan pengiriman kimus ke usus halus sehingga
pencernaan dan absorbsi yang efisien dapat berlangsung.
Lambung terletak pada bagian atas abdomen, dari regio hipochondrium kiri sampai
regio epigastrium dan regio umbilikalis. Sebagian besar lambung terletak di bawah
iga-iga bagian bawah. Batas anterior lambung adalah dinding anterior abdomen, arcus
costa kiri, pleura dan paru kiri, diaphragma, dan lobus kiri hati. Sedangkan batas
posterior lambung adalah bursa omentalis, diaphragma, limpa, kelenjar suprarenal
kiri, bagian atas ginjal kiri, arteri lienalis, pankreas, mesocolon tranversum, dan colon
tranversum. Secara kasar lambung berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang,
ostium cardiacum dan ostium pyloricum, dua curvatura yang disebut curvatura mayor
dan minor, serta dua permukaan anterior dan posterior. Lambung dibagi menjadi
fundus, corpus dan antrum. Fundus berbentuk kubah dan menonjol ke atas terletak di
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
6/25
sebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya fundus terisi gas. Sedangkan corpus adalah
badan dari lambung. Antrum merupakan bagian bawah dari lambung yang berbentuk
seperti tabung. Dinding ototnya membentuk sphincter pyloricum, yang berfungsi
mengatur kecepatan pengeluaran isi lambung ke duodenum.
Membran mukosa lambung tebal dan memiliki banyak pembuluh darah yang terdiri
dari banyak lipatan atau rugae. Dinding otot lambung mengandung serabut
longitudinal, serabut sirkular dan serabut oblik. Serabut longitudinal terletak paling
superficial dan paling banyak sepanjang curvatura, serabut sirkular yang lebih dalam
mengelilingi fundus lambung,dan menebal pada pylorus untuk membentuk sphincter
pyloricum. Sedangkan serabut oblik membentuk lapisan otot yang paling dalam,
mengelilingi fundus berjalan sepanjang anterior dan posterior. 9
4. Kandung empedu (Vesica Fellia)
Vesica Fellia adalah kantong seperti buah pear yang terletak pada permukaan viseral
hati. Secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu : fundus, corpus dan collum.
Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hati; dimana
fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX
kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan viseral hati dana arahnya keatas,
belakang dan kiri. Sedangkan collum dilanjutkan sebagai ductus cysticus yang
berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus
communis membentuk ductus choledochus. Batas anterior vesica fellia pada dinding
anterior abdomen dan bagian pertama dan kedua duodenum. Batas posterior pada
colon tranversum dan bagian pertama dan kedua duodenum.
Vesica Fellia berperan sebagai reservoir empedu dengan kapasitas 50 ml. Vesica
Fellia mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk membantu proses ini,
maka mukosanya mempunyai lipatan-lipatan permanen yang satu sama lain saling
berhubungan seperti sarang tawon. Empedu dialirkan ke duodenum sebagai akibat
kontraksi dan pengosongan parsial kandung empedu. Mekanisme ini diawali dengan
masuknya makanan berlemak ke dalam duodenum . lemak menyebabkan pengeluaran
hormon kolesistokinin dari mukosa duodenum; hormon kemudian masuk ke dalam
darah menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang sama otot polos
yang terletak pada ujung distal ductus choledochus dan ampula relaksasi sehingga
memungkinkan masuknya empedu yang kental ke dalam duodenum. Garam-garam
empedu dalam cairan empedu penting untuk emulsifikasi lemak dalam usus halus dan
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
7/25
membantu pencernaan serta absorbsi lemak. 9
5. Usus halus
Usus halus merupakan bagian pencernaan yang paling panjang, dibagi menjadi 3
bagian : duodenum, jejunum, dan ileum. Fungsi utama usus halus adalah pencernaan
dan absorpsi hasil-hasil pencernaan.
Duodenum berbentuk huruf C yang panjangnya sekitar 25 cm, melengkung sekitar
caput pankreas, dan menghubungkan lambung dengan jejunum. Di dalam duodenum
terdapat muara saluran empedu dan saluran pankreas. Sebagian duodenum diliputi
peritonium, dan sisanya terletak retroperitonial. Duodenum terletak pada regio
epigastrium dan regio umbilikalis. Dibagi menjadi 4 bagian :
1. Bagian pertama duodenum.
Panjangnya 5 cm, mulai pada pylorus dan berjalan keatas dan ke belakang pada sisi
kanan vertebra lumbalis pertama. Bagian ini terletak pada bidang transpilorica. Batas
anterior pada lobus quadratus hati dan kandung empedu. Batas posterior pada bursa
omentalis ( 2,5 cm pertama), arteri gastroduodenalis, ductus choledochus dan vena
porta, serta vena cava inferior. Batas superior pada foramen epiploicum Winslow dan
batas inferior pada caput pankreas.
2. Bagian kedua duodenum
Panjangnya 8 cm, berjalan ke bawah di depan hilus ginjal kanan di sebelah vertebra
lumbalis kedua dan ketiga. Batas anterior pada fundus kandung empedu dan lobus
kanan hati, colon tranversum, dan lekukan- lekukan usus halus. Batas posterior pada
hilus ginjal kanan dan ureter kanan. Batas lateral pada colon ascenden, flexura coli
dextra, dan lobus kanan hati. Batas medial pada caput pancreas.
3. Bagian ketiga duodenum
Panjangnya 8 cm, berjalan horisontal ke kiri pada bidang subcostalis, mengikuti
pinggir bawah caput pankreas. Batas anterior pada pangkal mesenterium usus halus,
dan lekukan-lekukan jejunum. Batas posterior pada ureter kanan, muskulus psoas
kanan, vena cava inferior, dan aorta. Batas superior pada caput pankreas, dan batas
inferior pada lekukan-lekukan jejunum.
4. Bagian keempat duodenum
Panjangnya 5 cm, berjalan ke atas dan kiri, kemudian memutar ke depan pada
perbatasan duodenum dan jejunum. Terdapat ligamentum Treitz yang menahan
junctura duodeno-jejunalis. Batas anterior pada permulaan pangkal mesenterium dan
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
8/25
lekukan-lekukan jejunum. Batas posterior pada pinggir kiri aorta dan pinggir medial
muskulus psoas kiri. 9
Jejunum dan Ileum panjangnya 6 m, dua perlima bagian atas merupakan jejunum.
Jejunum mulai pada junctura duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura
ileocaecalis. Dalam keadaan hidup, jejunum dan ileum dibedakan dengan gambaran
berikut :
1. Lekukan jejunum terletak pada bagian atas rongga peritonium di bawah sisi kiri
mesocolon tranversum, ileum terletak pada bagian bawah rongga peritonium dan
dalam pelvis.
2. Jejunum lebih besar, berdinding lebih tebal, dan lebih merah dari ileum.
3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di atas dan kiri
aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat di bawah dan kanan aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium membentuk satu atau dua arkade dengan cabang-
cabang yang panjang dan jarang, sedangkan ileum menerima banyak pembuluh darah
pendek, berasal dari tiga atau lebih arkade.
5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkal, sedangkan pada
mesenterium ileum lemak disimpan di seluruh bagian.
6. Kelompokan jaringan limfoid ( agmen Peyer ) terdapat pada mukosa ileum bagian
bawah sepanjang pinggir antimesentrik. 9
6. Usus besar
Usus besar dibagi dalam caecum, appendix vermiformis, colon ascenden, colon
tranversum, colon descenden, dan colon sigmoideum, rectum dan anus. Fungsi utama
usus besar adalah absorpsi air dan elektrolit dan menyimpan bahan yang tidak
dicernakan sampai dapat dikeluarkan dari tubuh sebagai feses.
Caecum terletak pada fossa iliaca, panjang 6 cm, dan diliputi oleh peritonium.
Batas anterior pada lekukan-lekukan usus halus, sebagian omentum majus, dan
dinding anterior abdomen regio iliaca kanan. Batas posterior pada m. psoas dan m.
iliacus, n. femoralis, dan n. cutaneus femoralis lateralis. Batas medial pada appendix
vermiformis.
Appendix vermiformis panjangnya 8 13 cm, terletak pada regio iliaca kanan.
Ujung appendix dapat ditemukan pada tempat berikut : (1) tergantung dalam pelvis
berhadapan dengan dinding kanan pelvis; (2) melekuk di belakang caecum pada fossa
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
9/25
retrocaecalis; (3) menonjol ke atas sepanjang pinggir lateral caecum; (4) di depan atau
di belakang bagian terminal ileum.
Colon ascenden terletak pada regio iliaca kanan dengan panjang 13 cm. Berjalan
ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus kanan hati, di mana colon
ascenden secara tajam ke kiri, membentuk flexura coli dextra, dan dilanjutkan sebagai
colon tranversum. Peritonium menutupi pinggir dan permukaan depan colon ascenden
dan menghubungkannya dengan dinding posterior abdomen. Batas anterior pada
lekukan-lekukan usus halus, omentum majus, dan dinding anterior abdomen. Batas
posterior pada m. Iliacus, crista iliaca, m. Quadratus lumborum, origo m. Tranversus
abdominis, dan kutub bawah ginjal kanan.
Colon tranversum panjangnya 38 cm dan berjalan menyilang abdomen,
menduduki regio umbilikalis dan hipogastrikum. Batas anterior pada omentum majus
dan dinding anterior abdomen. Batas posterior pada bagian kedua duodenum, caput
pankreas, dan lekukan-lekukan jejunum dan ileum.
Colon descenden terletak pada regio iliaca kiri, dengan panjang 25 cm. Berjalan
ke bawah dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis. Batas anterior pada lekukan-
lekukan usus halus, omentum majus, dan dinding anterior abdomen. Batas posterior
pada pinggir lateral ginjal kiri, origo m. Tranversus abdominis, m. Quadratus
lumborum, crista iliaca, m. Iliacus, dan m. Psoas kiri. 9
b. Organ Retroperitoneal
1. Ginjal
Berperan penting dalam mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh dan
mempertahankan keseimbangan asam basa darah. Kedua ginjal berfungsi
mengekskresi sebagian besar zat sampah metabolisme dalam bentuk urin. Ginjal
berwarna coklat-kemerahan, terletak tinggi pada dinding posterior abdomen, sebagian
besar ditutupi oleh tulang iga. Ginjal kanan terletak lebih rendah dibanding ginjal kiri,
dikarenakan adanya lobus kanan hati yang besar.
Ginjal dikelilingi oleh capsula fibrosa yang melekat erat dengan cortex ginjal. Di luar
capsula fibrosa terdapat jaringan lemak yang disebut lemak perirenal. Fascia renalis
mengelilingi lemak perirenal dan meliputi ginjal dan kelenjar suprarenalis. Fascia
renalis merupakan kondensasi jaringan areolar, yang di lateral melanjutkan diri
sebagai fascia tranversus. Di belakang fascia renalis terdapat banyak lemak yang
disebut lemak pararenal.
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
10/25
Batas anterior ginjal kanan pada kelenjar suprarenalis, hati, bagian kedua duodenum,
flexura coli dextra. Batas posterior pada diaphragma, recessus costodiaphragmatica
pleura, costa XII, m. Psoas, m. Quadratus lumborum, dan m. Tranversus abdominis.
Pada ginjal kiri, batas anterior pada kelenjar suprarenalis, limpa, lambung, pankreas,
flexura coli kiri, dan lekukan-lekukan jejunum. Batas posterior pada diaphragma,
recessus costodiaphragmatica pleura, costa XI, XII, m. Psoas, m. Quadratus
lumborum, dan m. Tranversus abdominis. 9
2. Ureter
Mengalirkan urin dari ginjal ke vesica urinaria, dengan didorong sepanjang ureter
oleh kontraksi peristaltik selubung otot, dibantu tekanan filtrasi glomerulus. Panjang
ureter 25 cm dan memiliki tiga penyempitan : (1) di mana piala ginjal berhubungan
dengan ureter;(2) waktu ureter menjadi kaku ketika melewati pinggir pelvis;(3) waktu
ureter menembus dinding vesica urinaria. Ureter keluar dari hilus ginjal dan berjalan
vertikal ke bawah di belakang peritonium parietal pada m. Psoas, memisahkannya
dari ujung processus tranversus vertebra lumbalis. Ureter masuk ke pelvis dengan
menyilang bifurcatio a. Iliaca comunis di depan articulatio sacroiliaca, kemudian
berjalan ke bawah pada dinding lateral pelvis menuju regio ischiospinalis dan
memutar menuju angulus lateral vesica urinaria.
Pada ureter kanan, batas anterior pada duodenum, bagian terminal ileum, av. Colica
dextra, av. Iliocolica, av. Testicularis atau ovarica dextra, dan pangkal mesenterium
usus halus. Batas posterior pada m. Psoas dextra.
Batas anterior ginjal kiri pada colon sigmoideum, mesocolon sigmoideum, av. Colica
sinistra, dan av. Testicularis atau ovarica sinistra. Batas posterior pada m. Psoas
sinistra. 9
3. Pankreas
Merupakan kelenjer eksokrin dan endokrin, organ lunak berlobus yang terletak pada
dinding posterior abdomen di belakang peritonium. Bagian eksokrin kelenjer
menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein,
lemak, dan karbohirat. Bagian endokrin kelenjer, yaitu pulau langerhans,
menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang berperan penting dalam
metabolisme karbohidrat. Pankreas menyilang bidang transpilorica.
Dibagi menjadi empat bagian, yaitu : (1) caput pankreas berbentuki seperti cakram,
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
11/25
terletak pada bagian cekung duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang av.
Mesenterica superior dan dinamakan processus uncinatus; (2) collum pancreas
merupakan bagian yang mengecil dan menghubungkan caput dengan corpus
pankreas. Terletak di depan pangkal vena porta dan pangkal arteri mesenterica
superior dari aorta; (3) corpus berjalan ke atas dan kiri menyilang garis tengah; (4)
cauda berjalan menuju ke ligamentum lienorenalis dan berhubungan dengan hilus
limpa.
Batas anterior pankreas dari kanan ke kiri : colon tranversum, perlekatan mesocolon
tranversum, bursa omentalis, dan lambung. Sedangkan batas posterior pankreas dari
kanan ke kiri : ductus choledochus, vena porta, vena lienalis, vena cava inferior, aorta,
pangkal arteri mesenterica superior, m. Psoas kiri, kelenjer suprarenalis kiri, ginjal
kiri, dan hilus limpa. 9
II.3 PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya deselerasi cepat
dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan (noncomplient organ)
seperti hati, limpa, pankreas, dan ginjal. Kerusakan intra abdominal sekunder untuk
kekuatan tumpul pada abdomen secara umum dapat dijelaskan dengan 3 mekanisme,
yaitu :
Pertama, saat pengurangan kecepatan menyebabkan perbedaan gerak di antara
struktur. Akibatnya, terjadi tenaga potong dan menyebabkan robeknya organ
berongga, organ padat, organ viseral dan pembuluh darah, khususnya pada ujung
organ yang terkena. Contoh pada aorta distal yang mengenai tulang torakal dan
mengurangi yang lebih cepat dari pada pergerakan arkus aorta. Akibatnya, gaya
potong pada aorta dapat menyebabkan ruptur. Situasi yang sama dapat terjadi pada
pembuluh darah ginjal dan pada cervicothoracic junction.
Kedua, isi intra-abdominal hancur di antara dinding abdomen anterior dan columna
vertebra atau tulang toraks posterior. Hal ini dapat menyebabkan remuk, biasanya
organ padat (spleen, hati, ginjal) terancam.
Ketiga, adalah gaya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan tekanan
intra-abdomen yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya pada ruptur organ berongga.
10
II.4 KLASIFIKASI
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
12/25
Berdasaran jenis organ yang cedera dapat dibagi dua :
1. Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama perdarahan
2. Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala utama adalah
peritonitis
Berdasarkan daerah organ yang cedera dapat dibagi dua, yaitu :
a. Organ Intraperitoneal
Intraperitoneal abdomen terdiri dari organ-organ seperti hati, limpa, lambung, colon
transversum, usus halus, dan colon sigmoid.
Ruptur Hati
Hati dapat mengalami laserasi dikarenakan trauma tumpul ataupun trauma tembus.
Hati merupakan organ yang sering mengalami laserasi, sedangkan empedu jarang
terjadi dan sulit untuk didiagnosis. Pada trauma tumpul abdomen dengan ruptur hati
sering ditemukan adanya fraktur costa VIIIX. Pada pemeriksaan fisik sering
ditemukan nyeri pada abdomen kuadran kanan atas. Nyeri tekan dan Defans muskuler
tidak akan tampak sampai perdarahan pada abdomen dapat menyebabkan iritasi
peritoneum ( 2 jam post trauma). Kecurigaan laserasi hati pada trauma tumpul
abdomen apabila terdapat nyeri pada abdomen kuadran kanan atas. Jika keadaan
umum pasien baik, dapat dilakukan CT Scan pada abdomen yang hasilnya
menunjukkan adanya laserasi. Jika kondisi pasien syok, atau pasien trauma dengan
kegawatan dapat dilakukan laparotomi untuk melihat perdarahan intraperitoneal.
Ditemukannya cairan empedu pada lavase peritoneal menandakan adanya trauma
pada saluran empedu. 3
Gambar 5. Ruptur hati
Ruptur Limpa
Limpa merupakan organ yang paling sering cedera pada saat terjadi trauma tumpul
abdomen. Ruptur limpa merupakan kondisi yang membahayakan jiwa karena adanya
perdarahan yang hebat. Limpa terletak tepat di bawah rangka thorak kiri, tempat yang
rentan untuk mengalami perlukaan. Limpa membantu tubuh kita untuk melawan
infeksi yang ada di dalam tubuh dan menyaring semua material yang tidak dibutuhkan
lagi dalam tubuh seperti sel tubuh yang sudah rusak. Limpa juga memproduksi sel
darah merah dan berbagai jenis dari sel darah putih. Robeknya limpa menyebabkan
banyaknya darah yang ada di rongga abdomen. Ruptur pada limpa biasanya
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
13/25
disebabkan hantaman pada abdomen kiri atas atau abdomen kiri bawah. Kejadian
yang paling sering meyebabkan ruptur limpa adalah kecelakaan olahraga, perkelahian
dan kecelakaan mobil. Perlukaan pada limpa akan menjadi robeknya limpa segera
setelah terjadi trauma pada abdomen.
Pada pemeriksaan fisik, gejala yang khas adanya hipotensi karena perdarahan.
Kecurigaan terjadinya ruptur limpa dengan ditemukan adanya fraktur costa IX dan X
kiri, atau saat abdomen kuadran kiri atas terasa sakit serta ditemui takikardi. Biasanya
pasien juga mengeluhkan sakit pada bahu kiri, yang tidak termanifestasi pada jam
pertama atau jam kedua setelah terjadi trauma. Tanda peritoneal seperti nyeri tekan
dan defans muskuler akan muncul setelah terjadi perdarahan yang mengiritasi
peritoneum. Semua pasien dengan gejala takikardi atau hipotensi dan nyeri pada
abdomen kuadran kiri atas harus dicurigai terdapat ruptur limpa sampai dapat
diperiksa lebih lanjut. Penegakan diagnosis dengan menggunakan CT scan. Ruptur
pada limpa dapat diatasi dengan splenectomy, yaitu pembedahan dengan
pengangkatan limpa. Walaupun manusia tetap bisa hidup tanpa limpa, tapi
pengangkatan limpa dapat berakibat mudahnya infeksi masuk dalam tubuh sehingga
setelah pengangkatan limpa dianjurkan melakukan vaksinasi terutama terhadap
pneumonia dan flu diberikan antibiotik sebagai usaha preventif terhadap terjadinya
infeksi. 6
Ruptur Usus Halus
Sebagian besar, perlukaan yang merobek dinding usus halus karena trauma tumpul
menciderai usus dua belas jari. Dari pemeriksaan fisik didapatkan gejala burning
epigastric pain yang diikuti dengan nyeri tekan dan defans muskuler pada abdomen.
Perdarahan pada usus besar dan usus halus akan diikuti dengan gejala peritonitis
secara umum pada jam berikutnya. Sedangkan perdarahan pada usus dua belas jari
biasanya bergejala adanya nyeri pada bagian punggung. Diagnosis ruptur usus
ditegakkan dengan ditemukannya udara bebas dalam pemeriksaan Rontgen abdomen.
Sedangkan pada pasien dengan perlukaan pada usus dua belas jari dan colon sigmoid
didapatkan hasil pemeriksaan pada Rontgen abdomen dengan ditemukannya udara
dalam retroperitoneal. 6
b. Organ Retroperitoneal
Retroperitoneal abdomen terdiri dari ginjal, ureter, pancreas, aorta, dan vena cava.
Trauma pada struktur ini sulit ditegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik.
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
14/25
Evaluasi regio ini memerlukan CT scan, angiografi, dan intravenous pyelogram.
Gambar 6. Retroperitoneal stuctures.
Ruptur Ginjal
Trauma pada ginjal biasanya terjadi karena jatuh dan kecelakaan kendaraan bermotor.
Dicurigai terjadi trauma pada ginjal dengan adanya fraktur pada costa ke XIXII
atau adanya tendensi pada flank. Jika terjadi hematuri, lokasi perlukaan harus segera
ditentukan. Laserasi pada ginjal dapat berdarah secara ekstensif ke dalam ruang
retroperitonial. Gejala klinis : Pada ruptur ginjal biasanya terjadi nyeri saat inspirasi di
abdomen dan flank, dan tendensi CVA. Hematuri yang hebat hampir selalu timbul,
tapi pada mikroscopic hematuri juga dapat menunjukkan adanya ruptur pada ginjal.
Diagnosis, membedakan antara laserasi ginjal dengan memar pada ginjal dapat
dilakukan dengan pemeriksaan IVP atau CT scan. Jika suatu pengujian kontras seperti
aortogram dibutuhkan karena adanya alasan tertentu, ginjal dapat dinilai selama
proses pengujian tersebut. Laserasi pada ginjal akan memperlihatkan adanya
kebocoran pada zat warna, sedangkan pada ginjal yang memar akan tampak gambaran
normal atau adanya gambaran warna kemerahan pada stroma ginjal. Tidak adanya
visualisasi pada ginjal dapat menunjukkan adanya ruptur yang berat atau putusnya
tangkai ginjal. Terapi : pada memar ginjal hanya dilakukan pengamatan. Beberapa
laserasi ginjal dapat diterapi dengan tindakan non operatif. Terapi pembedahan wajib
dilakukan pada ginjal yang memperlihatkan adanya ekstravasasi. 2
Ruptur Pankreas
Trauma pada pankreas sangat sulit untuk di diagnosis. Kebanyakan kasus diketahui
dengan eksplorasi pada pembedahan. Perlukaan harus dicurigai setelah terjadinya
trauma pada bagian tengah abdomen, contohnya pada benturan stang sepeda motor
atau benturan setir mobil. Perlukaan pada pankreas memiliki tingkat kematian yang
tinggi. Perlukaan pada duodenum atau saluran kandung empedu juga memiliki tingkat
kematian yang tinggi.
Gejala klinis, kecurigaan perlukaan pada setiap trauma yang terjadi pada abdomen.
Pasien dapat memperlihatkan gejala nyeri pada bagian atas dan pertengahan abdomen
yang menjalar sampai ke punggung. Beberapa jam setelah perlukaan, trauma pada
pankreas dapat terlihat dengan adanya gejala iritasi peritonial.
Diagnosis, penentuan amilase serum biasanya tidak terlalu membantu dalam proses
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
15/25
akut. Pemeriksaan CT scan dapat menetapkan diagnosis. Kasus yang meragukan
dapat diperiksa dengan menggunakan ERCP ( Endoscopic Retrogade Canulation of
the Pancreas) ketika perlukaan yang lain telah dalam keadaan stabil.
Terapi, penanganan dapat berupa tindakan operatif atau konservatif, tergantung dari
tingkat keparahan trauma, dan adanya gambaran dari trauma lain yang berhubungan.
Konsultasi pembedahan merupakan tindakan yang wajib dilakukan. 8
Ruptur Ureter
Trauma pada ureter jarang terjadi tetapi berpotensi menimbulkan luka yang
mematikan. Trauma sering kali tak dikenali pada saat pasien datang atau pada pasien
dengan multipel trauma. Kecurigaan adanya cedera ureter bisa ditemukan dengan
adanya hematuria paska trauma. 2
Mekanisme trauma tumpul pada ureter dapat terjadi karena keadaan tiba-tiba dari
deselerasi/ akselerasi yang berkaitan dengan hiperekstensi, benturan langsung pada
Lumbal 23, gerakan tiba-tiba dari ginjal sehingga terjadi gerakan naik turun pada
ureter yang menyebabkan terjadinya tarikan pada ureteropelvic junction. Pada pasien
dengan kecurigaan trauma tumpul ureter biasanya didapatkan gambaran nyeri yang
hebat dan adanya multipel trauma. Gambaran syok timbul pada 53% kasus, yang
menandakan terjadinya perdarahan lebih dari 2000 cc. Diagnosis dari trauma tumpul
ureter seringkali terlambat diketahui karena seringnya ditemukan trauma lain,
sehingga tingkat kecurigaan tertinggi ditetapkan pada trauma dengan gejala yang
jelas.
Pilihan terapi yang tepat tergantung pada lokasi, jenis trauma, waktu kejadian, kondisi
pasien, dan prognosis penyelamatan. Hal terpenting dalam pemilihan tindakan operasi
adalah mengetahui dengan pasti fungsi ginjal yang kontralateral dengan lokasi
trauma.
II.5 KOMPLIKASI RUPTUR ORGAN
Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen karena
adanya ruptur pada organ. Penyebab yang paling serius dari peritonitis adalah
terjadinya suatu hubungan (viskus) ke dalam rongga peritoneal dari organ-organ intra-
abdominal (esofagus, lambung, duodenum, intestinal, colon, rektum, kandung
empedu, apendiks, dan saluran kemih), yang dapat disebabkan oleh trauma, darah
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
16/25
yang menginfeksi peritoneal, benda asing, obstruksi dari usus yang mengalami
strangulasi, pankreatitis, PID (Pelvic Inflammatory Disease) dan bencana vaskular
(trombosis dari mesenterium/emboli). 4
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis),
ruptur saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang sering
menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon pada kasus ruptur apendiks,
sedangkan stafilokokus dan stretokokus sering masuk dari luar. Pada luka tembak
atau luka tusuk tidak perlu lagi dicari tanda-tanda peritonitis karena ini merupakan
indikasi untuk segera dilakukan laparotomi eksplorasi. Namun pada trauma tumpul
seringkali diperlukan observasi dan pemeriksaan berulang karena tanda rangsangan
peritoneum bisa timbul perlahan-lahan. 4
Gejala dan tanda yang sering muncul pada penderita dengan peritonitis antara lain:5
1. Nyeri perut seperti ditusuk
2. Perut yang tegang (distended)
3. Demam (>380C)
4. Produksi urin berkurang
5. Mual dan muntah
6. Haus
7. Cairan di dalam rongga abdomen
8. Tidak bisa buang air besar atau kentut
9. Tanda-tanda syok
Menegakkan diagnosis peritonitis secara cepat adalah penting sekali. Diagnosis
peritonitis didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis. Kebanyakan
pasien datang dengan keluhan nyeri abdomen. Nyeri ini bisa timbul tiba-tiba atau
tersembunyi. Pada awalnya, nyeri abdomen yang timbul sifatnya tumpul dan tidak
spesifik (peritoneum viseral) dan kemudian infeksi berlangsung secara progresif,
menetap, nyeri hebat dan semakin terlokalisasi (peritoneum parietale). Dalam
beberapa kasus (misal: perforasi lambung, pankreatitis akut, iskemia intestinal) nyeri
abdomen akan timbul langsung secara umum/general sejak dari awal. Mual dan
muntah biasanya sering muncul pada pasien dengan peritonitis. Muntah dapat terjadi
karena gesekan organ patologi atau iritasi peritoneal sekunder.11
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
17/25
Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan peritonitis, keadaan umumnya tidak baik.
Demam dengan temperatur >380C biasanya terjadi. Pasien dengan sepsis hebat akan
muncul gejala hipotermia. Takikardia disebabkan karena dilepaskannya mediator
inflamasi dan hipovolemia intravaskuler yang disebabkan karena mual dan muntah,
demam, kehilangan cairan yang banyak dari rongga abdomen. Dengan adanya
dehidrasi yang berlangsung secara progresif, pasien bisa menjadi semakin hipotensi.
Hal ini bisa menyebabkan produksi urin berkurang, dan dengan adanya peritonitis
hebat bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis.11
Pada pemeriksaan abdomen, pemeriksaan yang dilakukan akan sangat menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pasien, namun pemeriksaan abdomen ini harus dilakukan
untuk menegakkan diagnosis dan terapi yang akan dilakukan. Pada inspeksi,
pemeriksa mengamati adakah jaringan parut bekas operasi menununjukkan
kemungkinan adanya adhesi, perut membuncit dengan gambaran usus atau gerakan
usus yang disebabkan oleh gangguan pasase. Pada peritonitis biasanya akan
ditemukan perut yang membuncit dan tegang atau distended.11
Minta pasien untuk menunjuk dengan satu jari area daerah yang paling terasa sakit di
abdomen, auskultasi dimulai dari arah yang berlawanan dari yang ditunjuik pasien.
Auskultasi dilakukan untuk menilai apakah terjadi penurunan suara bising usus.
Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau menghilang sama
sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus
ikut lumpuh/tidak bergerak (ileus paralitik). Sedangkan pada peritonitis lokal bising
usus dapat terdengar normal.11
Palpasi. Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral yang sangat
sensitif. Bagian anterior dari peritoneum parietale adalah yang paling sensitif. Palpasi
harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak dikeluhkan nyeri. Hal
ini berguna sebagai pembanding antara bagian yang tidak nyeri dengan bagian yang
nyeri. Nyeri tekan dan defans muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses
inflamasi yang mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik). Defans yang murni
adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi
kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan.11
Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot
dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks untuk melindungi bagian
yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
Perkusi. Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
18/25
bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui pemeriksaan
pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan
menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas tadi.11
Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan pemeriksaan colok
dubur dan pemeriksaan vaginal untuk membantu penegakan diagnosis. Nyeri pada
semua arah menunjukkan general peritonitis.11
II.6 PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis mengandung data kunci yang dapat mengarahkan diagnosis gawat
abdomen. Riwayat trauma sangat penting untuk menilai penderita yang cedera dalam
tabrakan kendaraan bermotor meliputi :kejadian apa, dimana, kapan terjadinya dan
perkiraan arah dari datangnya ruda paksa tersebut. Sifat, letak dan perpindahan nyeri
merupakan gejala yang penting. Demikian juga muntah, kelainan defekasi dan
sembelit. Adanya syok, nyeri tekan, defans muskular, dan perut kembung harus
diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting. Sifat nyeri, cara timbulnya dan
perjalanan selanjutnya sangat penting untuk menegakkan diagnosis.11
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi,
pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan
abdomen. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga
perlu diperhatikan.11
Pemeriksaan fisik pada pasien trauma tumpul abdomen harus dilakukan secara
sistematik meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Pada inspeksi, perlu diperhatikan :
Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan petunjuk adanya
kemungkinan kerusakan organ di bawahnya.
Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan petunjuk perkiraan organ-
organ apa saja yang dapat mengalami trauma di bawahnya. Ekimosis pada flank
(Grey Turner Sign) atau umbilicus (Cullen Sign) merupakan indikasi perdarahan
retroperitoneal, tetapi hal ini biasanya lambat dalam beberapa jam sampai hari.
Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda penting karena kemungkinan
adanya pneumoperitonium, dilatasi gastric, atau ileus akibat iritasi peritoneal.
Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan pernafasan perut yang
tertinggal maka kemungkinan adanya peritonitis.
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
19/25
Pada auskultasi, perlu diperhatikan :
Ditentukan apakah bising usus ada atau tidak, pada robekan (perforasi) usus bising
usus selalu menurun, bahkan kebanyakan menghilang sama sekali.
Adanya bunyi usus pada auskultasi toraks kemungkinan menunjukkan adanya
trauma diafragma.
Pada palpasi, perlu diperhatikan :
Adanya defence muscular menunjukkan adanya kekakuan pada otot-otot dinding
perut abdomen akibat peritonitis.
Ada tidaknya nyeri tekan, lokasi dari nyeri tekan ini dapat menunjukkan organ-
organ yang mengalami trauma atau adanya peritonitis.
Pada perkusi, perlu diperhatikan : Redup hati yang menghilang menunjukkan adanya udara bebas dalam rongga perut
yang berarti terdapatnya robekan (perforasi) dari organ-organ usus.
Nyeri ketok seluruh dinding perut menunjukkan adanya tanda-tanda peritonitis
umum.
Adanya Shifting dullness menunjukkan adanya cairan bebas dalam rongga perut,
berarti kemungkinan besar terdapat perdarahan dalam rongga perut.
Pemeriksaan rektal toucher dilakukan untuk mencari adanya penetrasi tulang akibatfraktur pelvis, dan tinja harus dievaluasi untuk gross atau occult blood. Evaluasi tonus
rektal penting untuk menentukan status neurology pasien dan palpasi high-riding
prostate mengarah pada trauma salurah kemih.
Pemeriksaan abdominal tap merupakan pemeriksaan yang penting untuk
mendapatkan tambahan keterangan bila terjadi pengumpulan darah dalam rongga
abdomen, terutama bila jumlah perdarahan masih sedikit, sehingga klinis masih tidak
begitu jelas dan sulit ditentukan. Caranya dapat dilakukan dengan :
buli- buli dikosongkan, kemudian penderita dimiringkan ke sisi kiri.
Disinfeksi kulit dengan yodium dan alcohol.
Digunakan jarum yang cukup besar dan panjang, misalnya jarum spinal no. 1820.
Sesudah jarum masuk ke rongga perut pada titik kontra Mc Burney, lalu diaspirasi.
Dianggap positif bila diperoleh darah minimal sebanyak 0.5 cc
II.7 PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium:
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
20/25
Pemeriksaan darah dan urin (meliputi urinalisa, toksikologi urin, dan pada wanita
dilakukan tes kehamilan).
Nilai elektrolit serum, tingkat kreatinin, dan glukosa.
Lipase serum atau amylase sensitif sebagai marker trauma pancreas mayor atau
usus. Tingkat elevasi dapat disebabkan oleh trauma kepala dan muka atau campuran
penyebab non traumatic (alcohol, narkotik, obat-obat yang lain). Amylase atau lipase
mungkin berkurang karena iskemi pancreas akibat hipotensi sistemik yang disertai
trauma. Akan tetapi, hiperamilasemia atau hiperlipasemia meningkatkan sugesti
trauma intra-abdominal dan sebagai indikasi radiografi dan pembedahan.
Semua pasien harus menceritakan riwayat imunisasi tetanusnya. Jika belum
dilakukan maka diberikan profilaksis.
Pemeriksaan dengan foto:
Hal yang penting dalam evaluasi pasien trauma tumpul abdomen adalah menilai
kestabilan hemodinamik. Pada pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil, evaluasi
yang cepat harus ditegakkan untuk mengetahui adanya hemoperitonium. Hal ini dapat
diketahui dengan DPL atau FAST scan. Pemeriksaan radiografik abdomen
diindikasikan pada pasien stabil saat pemeriksaan fisik dilakukan.
Radiografi
Radiografi dada membantu dalam diagnosis trauma abdomen seperti ruptur
hemidiafragma atau pneumoperitonium.
Radiografi pelvis atau dada dapat menunjukkan fraktur dari tulang thoracolumbar.
Mengetahui fraktur costa dapat memperkirakan kemungkinan organ yang terkena
trauma.
Tampak udara bebas intra intraperitoneal, atau udara retroperitoneal yang terjebak
dari perforasi duodenal.
Ultrasonografi
Pemeriksaan digunakan untuk mendeteksi hemoperitonium dan diinterpretasikan
positif jika cairan ditemukan dan negatif jika tidak tampak cairan.
Pemeriksaan FAST berdasar pada asumsi bahwa kerusakan abdomen berhubungan
dengan hemoperitonium. Meskipun, deteksi cairan bebas intraperitoneal berdasar
pada faktor-faktor seperti lokasi trauma, adanya perdarahan tertutup, posisi pasien,
dan jumlah cairan bebas.
Protokol pemeriksaan sekarang ini terdiri dari 4 area dengan pasien terlentang.
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
21/25
Lokasi tersebut adalah perikardiak, perihepatik, perisplenik, dan pelvis.
Penggambaran perikardial digunakan lubang subcosta atau transtoraksis. Memberikan
4 bagian penggambaran jantung dan dapat mendeteksi adanya hemoperikardium yang
ditunjukkan dengan pemisahan selaput viseral dan parietal perikardial. Perihepatik
menunjukkan gambar bagian dari liver, diafragma, dan ginjal kanan. Menampakkan
cairan pada ruang subphrenik dan ruang pleura kanan. Perisplenik menggambarkan
splen dan ginjal kiri dan menampakkan cairan pada ruang pleura kiri dan ruang
subphrenik. Pelvis menggambarkan penggunaan vesika urinaria sebagai lubang
sonografi. Gambar ini dilakukan saat bladder penuh. Pada laki-laki, cairan bebas
tampak sebagai area tidak ekoik (warna hitam) pada celah rektovesikuler. Pada
wanita, akumulasi cairan pada cavum Douglas, posterior dari uterus.
Pasien dengan hemodinamik stabil dengan hasil FAST positif memerlukan CT scan
untuk menentukan sebab dan luasnya kerusakan.
Pasien dengan hemodinamik stabil dengan hasil FAST negative memerlukan
observasi, pemeriksaan abdomen serial, dan follow-up pemeriksaan FAST.
Pasien dengan hemodinamik tidak stabil dengan hasil FAST negative merupakan
diagnosis yang meragukan untuk penanganan dokter.
Computed Tomography (CT) Scan
CT scan tetap kriteria standar untuk mendeteksi kerusakan organ padat. CT scan
abdomen dapat menunjukkan kerusakan yang lain yang berhubungan, fraktur vertebra
dan pelvis dan kerusakan pada cavum toraks.
Memberikan gambaran yang jelas pancreas, duodenum, dan sistem genitourinarius.
Gambar dapat membantu banyak jumlah darah dalam abdomen dan dapat
menunjukkan organ dengan teliti.
Keterbatasan CT scan meliputi kepekaannya yang rendah untuk diagnostik trauma
diafragma, pancreas, dan organ berongga. CT scan juga mahal dan memakan dan
memerlukan kontras oral atau intravena, yang menyebabkan reaksi yang merugikan.
Prosedur Diagnostik :
Diagnostic peritoneal lavage
DPL diindikasikan untuk trauma tumpul pada (1) pasien dengan trauma tulang
belakang, (2) dengan trauma multiple dan syok yang tidak diketahui, (3) Pasien
intoksikasi yang mengarah pada trauma abdomen, (4) Pasien lemah dengan
kemungkinan trauma abdomen, (5) pasien dengan potensial trauma intra-abdominal
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
22/25
yang akan menjalani anestesi dalam waktu lama untuk prosedur yang lain
Kontraindikasi absolut untuk DPL yaitu pasien membutuhkan laparotomi.
Kontraindikasi relatif meliputi kegemukan, riwayat pembedahan abdomen yang
multipel, dan kehamilan. Metode bervariasi dalam memasukkan kateter ke ruang peritoneal. Meliputi metode
open, semiopen dan closed. Metode open memerlukan insisi kulit infraumbilikal
sampai dan melewati linea alba. Peritoneum dibuka dan kateter diletakkan langsung.
Metode semiopen hampir sama hanya peritoneum tidak dibuka dan kateter melalui
perkutaneus melalui peritoneum ke dalam ruang peritoneal. Metode closed
memerlukan kateter untuk dipasang di dalam kulit, subkutan, linea alba dan
peritoneum.
Hasil DPL dinyatakan positif pada trauma tumpul abdomen jika menghasilkan
aspirasi 10 mL darah sebelum pemasukan cairan lavase, mempunyai RBC lebih dari
100.000 RBC/mL, lebih dari 500 WBC/mL, peningkatan amylase, empedu, bakteri,
atau urin. Hanya sekitar 30 mL darah dibutuhkan dalam peritoneum untuk
menghasilkan DPL positif secara mikroskopik.
DPL di tunjukkan pada beberapa studi mempunyai akurasi diagnostik 98-100%,
sensivitas 98-100% dan spesifikasi 90-96%. DPL mempunyai keuntungan termasuk
sensitivitas tinggi, interpretasi cepat, dan segera. Positif palsu dapat terjadi jika jalan
infraumbilikal digunakan pada pasien fraktur pelvis. Sebelum dilakukan DPL, vesica
urinaria dan lambung harus di dekompresi.
Dengan kemampuan yang cepat, noninvasive, dan lebih menggambarkan
(pemeriksaan FAST, CT scan), peranan DPL kini terbatas untuk evaluasi pasien
trauma yang tidak stabil yang hasil FAST negative atau tidak jelas. 10
II.8 PENATALAKSANAAN
Terapi Medis
Keberhasilan utama paramedis dengan latihan Advanced Trauma Life Support
merupakan latihan menilai dengan cepat jalan napas pasien dengan melindungi tulang
belakang, pernapasan dan sirkulasi. Kemudian diikuti dengan memfiksasi fraktur dan
mengontrol perdarahan yang keluar. Pasien trauma merupakan risiko mengalami
kemunduran yang progresif dari perdarahan berulang dan membutuhkan transport
untuk pusat trauma atau fasilitas yang lebih teliti dan layak. Sebab itu, melindungi
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
23/25
jalan napas, menempatkan jalur intravena, dan memberi cairan intravena, kecuali
keterlambatan transport. Prioritas selanjutnya pada primary survey adalah penilaian
status sirkulasi pasien. Kolaps dari sirkulasi pasien dengan trauma tumpul abdomen
biasanya disebabkan oleh hipovolemia karena perdarahan. Volume resusitasi yang
efektif dengan mengontrol darah yang keluar infuse larutan kristaloid melalui 2 jalur.
10
Primary survey dilengkapi dengan menilai tingkat kesadaran pasien menggunakan
Glasgow Coma Scale. Pasien tidak menggunakan pakaian dan dijaga tetap bersih,
kering, hangat.
Secondary survey terdiri dari pemeriksaan lengkap dan teliti sebagai indikasi dalam
pemeriksaan fisik.
Manajemen Non Operative Trauma Tumpul Abdomen
Strategis manajemen nonoperatif berdasarkan pada CT scan dan kestabilan
hemodinamik pasien yang saat ini digunakan dalam penatalaksanaan trauma organ
padat orang dewasa, hati dan limpa. Pada trauma tumpul abdomen, termasuk
beberapa trauma organ padat, manajemen nonoperatif yang selektif menjadi standar
perawatan. Angiografi merupakan keutamaan pada manajemen nonoperatif trauma
organ padat pada orang dewasa dari trauma tumpul. Digunakan untuk kontrol
perdarahan.
Terapi Pembedahan
Indikasi laparotomi pada pasien dengan trauma abdomen meliputi tanda-tanda
peritonitis, perdarahan atau syok yang tidak terkontrol, kemunduran klinis selama
observasi, dan adanya hemoperitonium setelah pemeriksaan FAST dan DPL.
Ketika indikasi laparotomi, diberikan antibiotik spektrum luas. Insisi midline biasanya
menjadi pilihan. Saat abdomen dibuka, kontrol perdarahan dilakukan dengan
memindahkan darah dan bekuan darah, membalut semua 4 kuadran, dan mengklem
semua struktur vaskuler. Kerusakan pada lubang berongga dijahit. Setelah kerusakan
intra-abdomen teratasi dan perdarahan terkontrol dengan pembalutan, eksplorasi
abdomen dengan teliti kemudian dilihat untuk evaluasi seluruh isi abdomen.
Setelah trauma intra-abdomen terkontrol, retroperitonium dan pelvis harus diinspeksi.
Jangan memeriksa hematom pelvis. Penggunaan fiksasi eksternal fraktur pelvis untuk
mengurangi atau menghentikan kehilangan darah pada daerah ini. Setelah sumber
perdarahan dihentikan, selanjutnya menstabilkan pasien dengan resusitasi cairan dan
pemberian suasana hangat. Setelah tindakan lengkap, melihat pemeriksaan
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
24/25
-
7/30/2019 Blunt Abd Trauma
25/25
trauma tumpul abdomen masih menjadi kecurigaan. Penatalaksanaan harus
secepatnya dilakukan jika telah terbukti adanya trauma tumpul abdomen dengan
kegawatan, mengingat banyaknya organ-organ penting yang terdapat di intra
abdominal. Komplikasi yang sering terjadi pada trauma tumpul abdomen adalah
peritonitis. Kematian pada trauma tumpul abdomen disebabkan karena sepsis dan
perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Campbell, Brendan. 2007. Abdominal exploration. http://www.TauMed.com
2. Gordon, Julian. 2006. Trauma Urogenital. http://www.emedicine.com
3. Khan, Nawas Ali. 2207. Liver Trauma. Chairman of Medical Imaging, Professor of
Radiology, NGHA, King Fahad Hospital, King Abdul Aziz Medical City Riyadh,
Saudi Arabia. http://www.emedicine.com
4. Molmenti, Hebe, 2004. Peritonitis. Medical Encyclopedia. Medline Plus
http://medlineplus.gov/
5. Nestor, M.D. 2007. Blunt Abdominal Trauma
6. Odle, Teresa. 2007. Blunt Abdominal Trauma. http://www.emedicine.com
7. Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-dasar Urologi. Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya. Malang
8. Salomone, Joseph. 2007. Blunt Abdominal Trauma. Department of Emergency
Medicine, Truman Medical Center, University of Missouri at Kansas City School of
Medicine. http://www.emedicine.com
9. Snell, Richard. 1997. Anatomi Klinik Bagian 1. EGC. Jakarta
10. Udeani, John. 2005. Abdominal Trauma Blunt. Department of Emergency
Medicine, Charles Drew University / UCLA School of Medicine.
http://www.emedicine.com
11. Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta
sorces :http://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-
abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSH
Under Creative Commons License:Attribution Non-Commercial
http://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSHhttp://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSHhttp://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSHhttp://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSHhttp://creativecommons.org/licenses/by-nc/3.0http://creativecommons.org/licenses/by-nc/3.0http://creativecommons.org/licenses/by-nc/3.0http://creativecommons.org/licenses/by-nc/3.0http://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSHhttp://sanirachman.blogspot.com/2009/10/trauma-abdomen_29.html#ixzz2OelZ3CSH