bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/jurnal -9.docx · web viewsecara khusus penelitian...

23
PENGEMBANAGAN USAHA SAPI POTONG SECARA BERKELANJUTAN DI KECAMATAN DAMSOL KABUPATEN DONGGALA Oleh : Zaenal Fanani 1) dan Haerani 2) 1) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang 2) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Tadulako Palu Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keberlanjutan dan prioritas pengembangan usaha sapi potong di Kabupaten Donggala. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan, modal fisik, modal sosial terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong di Kabupaten Donggala. Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Penelitian ini menggunakan metode survey yaitu melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik institusi sosial, ekonomi. Sedangkan sampel penelitian sebesar 165 orang peternak sebagai sampel penelitian (responden). Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara diskusi dan wawancara dengan informan kunci serta penyebaran kuisioner kepada responden yang terpilih. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi-instansi yang terkait. Metode analis data dalam penelitian ini menggunakan model keberlanjutan dengan pendekatan pada alat analisis Stuctural Equation Modeling (SEM) Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa Modal Manusia mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Modal Alam mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Artinya semakin tinggi nilai Modal Alam maka semakin tinggi Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Modal Keuangan mempunyai pengaruh

Upload: hahuong

Post on 10-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

PENGEMBANAGAN USAHA SAPI POTONG SECARA BERKELANJUTAN DI KECAMATAN DAMSOL

KABUPATEN DONGGALA Oleh :

Zaenal Fanani 1) dan Haerani 2)

1) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang2) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Tadulako Palu

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keberlanjutan dan prioritas pengembangan usaha sapi potong di Kabupaten Donggala. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan, modal fisik, modal sosial terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong di Kabupaten Donggala.

Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Penelitian ini menggunakan metode survey yaitu melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik institusi sosial, ekonomi. Sedangkan sampel penelitian sebesar 165 orang peternak sebagai sampel penelitian (responden). Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara diskusi dan wawancara dengan informan kunci serta penyebaran kuisioner kepada responden yang terpilih. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi-instansi yang terkait. Metode analis data dalam penelitian ini menggunakan model keberlanjutan dengan pendekatan pada alat analisis Stuctural Equation Modeling (SEM)

Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa Modal Manusia mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Modal Alam mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Artinya semakin tinggi nilai Modal Alam maka semakin tinggi Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Modal Keuangan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Artinya, semakin tinggi Modal Keuangan maka semakin tinggi nilai Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Modal Fisik mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong berarti semakin tinggi nilai Modal Fisik maka semakin tinggi nilai Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Modal Sosial mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong, akan tetapi modal sosial berpengaruh secara tidak langsung terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong melalui perantara modal Alam, Modal Keuangan, serta Modal Fisik. Semakin tinggi modal sosial, maka semakin tinggi pula keberlanjutan usaha sapi potong jika ditopang dengan tingginya modal alam, modal keuangan, serta modal fisik,

Page 2: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.Pengembangan subsektor petemakan merupakan bagian integral dari pembangunan

pertanian dan pembangunan nasional dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, menyediakan lapangan kerja, menghemat devisa negara serta peningkatan ketahanan pangan.

Usaha sapi potong di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar hal ini ditunjang dengan permintaan yang terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional. Kebutuhan konsumen akan daging sapi belum dapat dipenuhi dari pasokan dalam negeri karena laju peningkatan permintaan tidak dapat diimbangi oteh pertambahan populasi dan peningkatan produksi. Secara nasional untuk memenuhi kebutuhan akan daging sapi, pemerintah mengimpor ternak sapi guna terpenuhinya permintaan konsumen akan daging sehingga ketergantungan akan ternak sapi luar negeri semakin tinggi.

Alasan mengapa uasaha sapi potong perlu ditingkatkan peranannya dalam suatu wilayah/daerah : (1) sub sektor peternakan berpotensi dijadikan sumber pertumbuhan baru pada sektor pertanian. Indikasinya adalah selama periode 1999-2003 subsektor peternakan tumbuh rata-rata 3,2 % per tahun lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian sebesar 2,0 % , (2) rumahtangga yang terlibat langsung pada usaha peternakan terus bertambah dari 4,45 juta pada tahun 1983 menjadi 5.62 juta pada tahun 1993 dan 6,51 juta pada tahun 2003 (BPS, 2004) dan usaha sapi potong memberikan porsi yang sangat besar, (3) tersebarnya sentra produksi dibanyak daerah sedangkan sentra konsumsi terpusat diperkotaan sehingga mampu menggerakkan perekonomian regional, dan (4) mendukung upaya ketahanan pangan baik sebagai penyedia maupun sebagai sumber pendapatan yang keduanya berperan meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas pangan.

Produksi peternakan sapi potong selain bahan baku konsumsi pangan juga merupakan bahan baku komoditas ekspor yang perlu digalakkan oleh karena itu akan mempengaruhi struktur perekonomian wilayah. Pembangunan peternakan membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang dapat mengurangi pengangguran dipedesaan baik pada sektor hulu, hilir maupun sektor pemasaran hasil produksi peternakan. Untuk mendukung kebijakan pembangunan khususnya sektor peternakan maka diperlukan informasi dasar, potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia serta sarana pendukung baik yang merupakan kekuatan maupun kelemahan-kelamahan dari sektor peternakan didalam suatu wilayah, sumbangannya terhadap perekonomian wilayah, prospek pengembangannya yang dapat ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya serta daya dukung wilayah tersebut. Pemahaman yang mendalam tentang sumberdaya ini sangat menentukan dalam pengambilan kebijakan untuk mencapai pembangunan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan (Amien 1998).

Kabupaten Donggala terdiri dari 16 wilayah kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Damsol, Kecamatan Damsol merupakan wilayah yang menjadi sentra

Page 3: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

produksi sapi potong, pada tahun 2011 populasi sapi potong berjumlah 17.487 ekor. Berdasarkan uraian data dan hasil observasi pendahuluan Kabupaten Donggala cukup berpotensi untuk pengembangan peternakan sapi potong, namun untuk menyatakan potensi peternakan suatu daerah tidak hanya melalui data atau angka-angka belaka, hal tersebut dikarenakan potensi peternakan suatu daerah ditentukan oleh berbagai aspek yang harus diketahui dan diteliti secara komprehensif melalui penilitian dan pendekatan ilmiah.

Menilik berbagai fenomena di atas, berkaitan dengan pengembangan usaha sapi potong dan keberlanjutannya memang sangat perlu untuk dilakukan. Mempertimbangkan potensi dan kendala yang ada, serta pengembangan daerah menjadi sentra produksi sapi potong di Sulawesi Tengah merupakan usaha yang cukup menarik dan perlu mendapat kajian secara menyeluruh sehingga hasilnya dapat mendukung program pemerintah dalam pengembangan sentra baru usaha peternakan sapi potong.1.1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis keberlanjutan dan prioritas pengembangan usaha sapi potong di Kabupaten Donggala. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan, modal fisik, modal sosial terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong di Kabupaten Donggala,

II. METODE PENELITIAN2.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa: (1). Pemerintah daerah dan peternak di Kabupaten Donggala menempatkan peternakan sapi potong sebagai salah satu sektor prioritas bagi peningkatan pendapatan masyarakat, (2) Letak wilayah yang strategis karena berada di jalur trans Sulawesi, (3) Kebijakan pemerintah Kabupaten Donggala mendukung pengembangan usaha sapi potong melalui program-program pengembangan aplikatif.

2.2. Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan metode survey yaitu melakukan penyelidikan untuk

memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun daerah. Metode survei membedah, menguliti dan mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung (Natsir, 2009).2.3. Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian terdiri dari sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak di lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Sedangkan sampel penelitian sebesar 165 orang peternak sebagai sampel penelitian (responden). Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling).

Page 4: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

2.5.Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data primer dilakukan dengan cara diskusi dan wawancara dengan

informan kunci serta penyebaran kuisioner kepada responden yang terpilih. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi-instansi yang terkait dengan penenelitian yaitu Dinas Peternakan Kabupaten Donggala, Dinas Perkebunan Kabupaten Donggala, BPS Kabupaten Donggala, dan instansi-instansi lain yang diperkirakan berkaitan dengan penelitian. 2.5. Metode Analisis Data

Metode analis data dalam penelitian ini menggunakan analisis Deskriptif dan analisis statistik Inferensial. Analisis Deskriptif digunakan untuk menggambarkan secara keseluruhan terhadap kondisi responden dan karakteristik pengembangan usaha sapi potong yang dikembangkan dilokasi penelitian. Statistik Inferensial digunakan untuk menganalisis Keberlanjutan usaha sapi potong di Kabupaten Donggala menggunakan model keberlanjutan dengan pendekatan pada alat analisis Stuctural Equation Modeling (SEM)

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Estimasi Parameter Model 3.1.1. Pengujian Asumsi SEM

Pengujian ada tidaknya outlier, dapat dilihat dengan mahalanobis distance (Md). Mahalanobis distance adalah suatu jarak yang mengukur jauh dekatnya titik pusat data “rata-rata” dengan masing-masing titik observasi. Dalam kasus ini titik observasi adalah nomor kuisioner dari responden. Pemeriksaan terhadap oultiers multivariate dilakukan menggunakan kriteria mahalanobis pada tingkat p<0.001. Mahalanobis distance dievaluasi

menggunakan χ2

pada derajat bebas sebesar banyaknya parameter dalam model yang

digunakan yaitu=103 dimana dari tabel statistik diperolehχ1032

=153.099. Kaidah pengambilan keputusan, jika Md dari titik obeservasi >153.099 maka dikatakan bahwa titik observasi itu adalah outlier, sedangkan jika Md dari titik observasi <153.099 maka dikatakan bahwa titik observasi itu bukan suatu outlier. Dari tabel Mahalanobis distance (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa titik observasi yang paling jauh adalah responden ke 27

dengan nilai Md=43.693. Jika dibandingkan dengan nilai χ1032

= 153.099 maka nilai Md titik ke-27<153.099, maka disimpulkan bahwa semua titik observasi bukan merupakan outlier.

Pengujian asumsi linieritas dilakukan dengan metode Curve Fit, dihitung dengan bantuan software SPSS. Hasilnya linieritas disajikan pada Lampiran 5. Rujukan yang digunakan adalah prinsip parsimony, yaitu bilamana seluruh model yang digunakan sebagai dasar pengujian signifikan atau nonsignifikan berarti model dikatakan linier. Spesifikasi model yang digunakan sebagai dasar pengujian adalah model linier, kuadratik, kubik, inverse, logaritmik, power, compound, growth, dan eksponensial. Hasil pengujian linieritas hubungan antar variabel disajikan secara lengkap pada Lampiran 5. Secara ringkas disajikan pada Tabel 1.

Page 5: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

Tabel 1. Hasil Pengujian Asumsi LinieritasHubungan Antar Variabel Hasil Pengujian Keputusan

Modal Manusia (X1)

Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

Semua model sig < 0.05 (model linier signifikan)

Linier

Modal Alam (X2)Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

Semua model sig < 0.05 (model linier signifikan)

Linier

Modal Keuangan (X3)

Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

Semua model sig < 0.05 (model linier signifikan)

Linier

Modal Fisik (X4)Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

Semua model sig < 0.05 (model linier signifikan)

Linier

Modal Sosial (X5)Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

Semua model sig < 0.05 (model linier signifikan)

Linier

3.1.2. Goodness of fit SEMModel teoritis pada kerangka konseptual penelitian, dikatakan fit jika didukung oleh

data empirik. Hasil pengujian goodness of fit overall model, sesuai dengan hasil analisis SEM pada Lampiran 5, guna mengetahui apakah model hipotetik didukung oleh data empirik, diberikan pada gambar dan tabel di bawah ini.

X1

,36

X1.5e5

,60,25

X1.4e4

,50

,27

X1.3e3,52

,23

X1.2e2 ,48

,49

X1.1e1,70

X2

,18

X2.5e10

,42,39

X2.4e9

,62

,29

X2.3e8,54

,46

X2.2e7 ,68

,29

X2.1e6,54

X3

,47

X3.5e15

,68,37

X3.4e14

,61

,25

X3.3e13,50

,27

X3.2e12 ,52

,28

X3.1e11,53

X4

,30

X4.5e20

,55,47

X4.4e19

,68

,28

X4.3e18,53

,31

X4.2e17 ,56

,26

X4.1e16,51

X5

,29

X5.5e25

,54,23

X5.4e24

,48

,53

X5.3e23,73

,39

X5.2e22 ,63

,20

X5.1e21,45

,58

Y

,69

Y.1 d1,83

,42

Y.2 d2,65

Goodness Of FitChi Square =368,962

Sig =,011CMINDF =1,194RMSEA =,034

GFI =,862AGFI =,832TLI =,922CFI =,932

-,03

,40

,30

,29

-,02

,48

,44

,44 ,42

,45

,47 ,44

,44 ,44

,45

u1

Gambar 2.. Diagram Jalur Hasil Analisis SEM

Page 6: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

Tabel 2. Hasil Pengujian Goodness Of Fit Overall ModelKriteria Cut-of value Hasil Model KeteranganKhi Kuadrat Kecil 368.962 Model Marginalp-value 0.05 0.011CMIN/DF ≤ 2.00 1.194 Model BaikGFI 0.90 0.862 Model MarginalAGFI 0.90 0.832 Model MarginalTLI 0.95 0.922 Model MarginalCFI 0.95 0.932 Model MarginalRMSEA ≤ 0.08 0.034 Model Baik

Hasil pengujian Goodness of Fit Overall berdasarkan Gambar dan Tabel 2 memperlihatkan bahwa 2 dari 7 Goodness of fit yang menunjukkan model baik yaitu CMIN/DF, RMSEA. Sementara 4 Goodness of Fit yaitu GFI, AGFI, CFI dan TLI menunjukkan model dalam kategori marginal. Menurut Arbuckle dan Wothke, dalam Solimun (2009), kriteria terbaik yang digunakan sebagai indikasi kebaikan model adalah nilai Chi Square/DF yang kurang dari 2, dan RMSEA yang di bawah 0.08. Pada penelitian ini, nilai CMIN/DF dan RMSEA telah memenuhi nilai cut off. Oleh karena itu model SEM pada penelitian ini cocok dan layak untuk digunakan, sehingga dapat dilakukan interpretasi guna pembahahasan lebih lanjut.3.1.3. Pengujian Model Pengukuran

Model pengukuran diukur dari nilai loading faktor (standardize coefficient) pada setiap indikator ke variabel laten. Nilai loading faktor menunjukkan bobot dari setiap indikator sebagai pengukur dari masing-masing variabel. Indikator dengan loading faktor besar menunjukkan bahwa indikator tersebut sebagai pengukur variabel yang terkuat (dominan). Hasil analisis faktor konfirmatori terhadap indikator-indikator dari keenam variabel dapat dilihat pada Tabel 3.

Indikator Modal Alam (X2) yaitu Kesesuaian Cuaca (X2.1), Kebersihan lingkungan usaha ternak (X2.2), Kesesuaian Lahan (X2.3), Ketersedian lahan untuk HPT (X2.4), dan Kuantitas Limbah Peternakan (X4.5). Kelima indicator memiliki nilai koefisien standardize atau loading faktor dengan nilai P-value 0.000 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima indikator signifikan mengukur variabel Modal Alam (X2). Koefisien standardize bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai indikator maka hasil pengukuran variabel Modal Alam (X2) juga akan semakin tinggi.

Indikator Modal Keuangan (X3) yaitu Keuntungn Usaha Ternak (X3.1), Pemasaran ternak (X3.2), Daya saing komoditas (X3.3), Ketersediaan Industri Pengolahan Hasil Ternak (X3.4), dan Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro Intern (X3.5). Kelima indicator memiliki nilai koefisien standardize atau loading faktor dengan nilai P-value 0.000 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima indikator signifikan mengukur variabel Modal Keuangan (X3). Koefisien standardize bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai indikator maka hasil pengukuran variabel Modal Keuangan (X3) juga akan semakin tinggi.

Page 7: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

Indikator Modal Fisik (X4) yaitu Ketersediaan Akses Jalan untuk Usaha Ternak (X4.1), Ketersediaan Sarana dan Prasarana usaha Ternak (X4.2), Akses Masyarakat pada Pemasaran Ternak (X4.3), Akses Masyarakat dalam kegiatan Peternakan (X4.4), dan Ketersediaan Rumah Potong Hewan (X4.5). Kelima indicator memiliki nilai koefisien standardize atau loading faktor dengan nilai P-value 0.000 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima indikator signifikan mengukur variabel Modal Fisik (X4). Koefisien standardize bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai indikator maka hasil pengukuran variabel Modal Fisik (X4) juga akan semakin tinggi.

Indikator Modal Sosial (X5) yaitu Tingkat penguasaan dan penerapan Teknologi (X5.1), Pandangan masyarakat tentang usaha ternak (X5.2), Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan peternakan (X5.3), Keberadaan dan peran lembaga penyuluh (X5.4), dan Keberadan kelompok tani (X5.5). Kelima indicator memiliki nilai koefisien standardize atau loading faktor dengan nilai P-value 0.000 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima indikator signifikan mengukur variabel Modal Sosial (X5). Koefisien standardize bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai indikator maka hasil pengukuran variabel Modal Sosial (X5) juga akan semakin tinggi.

Indikator Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) yaitu Peningkatan Harga Jual Ternak (Y.1) dan Peningktan Produksi Daging Sapi (Y.2). Kedua indicator memiliki nilai koefisien standardize atau loading faktor dengan nilai P-value 0.000 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua indikator signifikan mengukur variabel Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y). Koefisien standardize bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai indikator maka hasil pengukuran variabel Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) juga akan semakin tinggi.3.1.4. Pengujian Model Struktural

Dalam model struktural ini, diuji pengaruh 5 variabel bebas (eksogen) terhadap variabel endogen (keberlanjutan usaha sapi potong). Berikut disajikan secara lengkap hasil pengujian hubungan antar variabel penelitian pada Tabel 4.Tabel 4. Model Struktural Hasil SEM: Pengaruh LangsungHubungan Antar Variabel Koefisien Std P-value Keterangan

Modal Manusia (X1) Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

-0.033 0.783 Non Signifikan

Modal Alam (X2) Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

0.399 0.006 Signifikan

Modal Keuangan (X3) Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

0.296 0.014 Signifikan

Modal Fisik (X4) Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

0.291 0.021 Signifikan

Modal Sosial (X5)Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

-0.018 0.876 Non Signifikan

Tabel 4. menunjukan hasil pengujian model struktural sebagai berikut :

Page 8: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

1. Modal Manusia (X1) mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) dengan P = 0.783 (> 0.05) dengan nilai koefisiensebesar -0,033. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Modal Manusia (X1) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y). Artinya, tinggi rendahnya nilai Modal Manusia (X1) tidak akan mempengaruhitinggi rendahnya Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y), atau sebaliknya.

2. Modal Alam (X2) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)dengan P = 0.006 (< 0.05) dengan nilai koefisiensebesar 0,399. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Modal Alam (X2) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y). Koefisien bertanda positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai Modal Alam (X2) akan mempengaruhi semkin tinggi pula Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y).

3. Modal Keuangan (X3) mempunyai pengaruh yangpositif dan signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) dengan P = 0.014 (< 0.05) dengan nilai koefisiensebesar 0.296. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Modal Keuangan (X3) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y). Koefisien bertanda positif berarti semakin tinggi Modal Keuangan akan mempengaruhi semakin tinggi pula nilai Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y).

4. Modal Fisik (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) dengan P = 0.000 (< 0.05) dengan nilai koefisien sebesar 0.291. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Modal Fisik (X4) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y). Koefiisien bertanda positif berarti semakin tinggi nilai Modal Fisik (X4) akan mempengaruhi semakin tinggi nilai Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) dan sebaliknya.

5. Modal Sosial (X5) mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) dengan P = 0.876 (> 0.05) dengan nilai koefisien sebesar -0.018 Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Modal Sosial (X5) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y). Artinya bahwa tinggi rendahnya nilai Modal Sosial (X5) tidak akan mengakibatkan tinggi rendahnya nilai Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y).

Penelitin ini juga menguji pengaruh antar variabel eksogen. Berikut disajikan hasil korelasi antar variabel Tabel 5Tabel 5. Model Struktural Hasil SEM: Korelasi Antar VariabelHubungan Antar Variabel Koefisien Std P-value Keterangan

Modal Manusia (X1) Modal Alam (X2) 0.478 0.002 Signifikan

Modal Manusia (X1) Modal Keuangan (X3) 0.444 0.000 Signifikan

Modal Manusia (X1) Modal Fisik (X4) 0.436 0.002 Signifikan

Modal Manusia (X1) Modal Sosial (X5) 0.421 0.002 Signifikan

Modal Alam (X2) Modal Keuangan (X3) 0.452 0.002 Signifikan

Page 9: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

Modal Alam (X2) Modal Fisik (X4) 0.474 0.003 Signifikan

Modal Alam (X2) Modal Sosial (X5) 0.445 0.004 Signifikan

Modal Keuangan (X3) Modal Fisik (X4) 0.436 0.001 Signifikan

Modal Keuangan (X3) Modal Sosial (X5) 0.435 0.001 Signifikan

Modal Fisik (X4) Modal Sosial (X5) 0.454 0.001 Signifikan

Berdasarkan Tabel 5. dapat disajikan hasil pengujian korelasi antar variabel sebagai berikut :1. Modal Manusia (X1) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Modal Alam (X2)

dengan P = 0.002 (< 0.05) dengan nilai koefisien sebesar 0.478. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Modal Manusia (X1) dengan Modal Alam. Koefisien bertand positif mengartikan bahwa semakin tinggi nilai Modal Manusia (X1) akan mempengaruhi semakin tinggi pula Modal Alam (X2), atau sebaliknya.

2. Modal Manusia (X1) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Modal Keuangan (X3) dengan P = 0.002 (< 0.05) dengan nilai koefisien sebesar 0.444. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Modal Manusia (X1) dengan Modal Alam. Koefisien bertand positif mengartikan bahwa semakin tinggi nilai Modal Manusia (X1) akan mempengaruhi semakin tinggi pula Modal Keuangan (X3), atau sebaliknya.

3. Modal Manusia (X1) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Modal Fisik (X4) dengan P = 0.002 (< 0.05) dengan nilai koefisien sebesar 0.436. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Modal Manusia (X1) dengan Modal Alam. Koefisien bertand positif mengartikan bahwa semakin tinggi nilai Modal Manusia (X1) akan mempengaruhi semakin tinggi pula Modal Fisik (X4), atau sebaliknya.

4. Modal Manusia (X1) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Modal Sosial (X5) dengan P = 0.002 (< 0.05) dengan nilai koefisien sebesar 0.421. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Modal Manusia (X1) dengan Modal Alam. Koefisien bertand positif mengartikan bahwa semakin tinggi nilai Modal Manusia (X1) akan mempengaruhi semakin tinggi pula Modal Sosial (X5), atau sebaliknya.

5. Modal Alam (X2) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Modal Keuangan (X3) dengan P = 0.002 (< 0.05) dengan nilai koefisien sebesar 0.452. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Modal Alam (X2) dengan Modal Alam. Koefisien bertanda positif mengartikan bahwa semakin tinggi nilai Modal Alam (X2) akan mempengaruhi semakin tinggi pula Modal Keuangan (X3), atau sebaliknya.

6. Modal Alam (X2) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Modal Fisik (X4) dengan P = 0.004 (< 0.05) dengan nilai koefisien sebesar 0.445. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Modal Alam (X2) dengan Modal Alam. Koefisien bertanda positif mengartikan bahwa semakin tinggi nilai Modal Alam (X2) akan mempengaruhi semakin tinggi pula Modal Fisik (X4), atau sebaliknya.

7. Modal Alam (X2) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Modal Sosial (X5) dengan P = 0.004 (< 0.05) dengan nilai koefisien sebesar 0.445. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Modal Alam (X2) dengan Modal Alam. Koefisien bertanda positif mengartikan bahwa semakin tinggi nilai Modal Alam (X2)

Page 10: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

akan mempengaruhi semakin tinggi pula Modal Sosial (X5), atau sebaliknya.8. Modal Keuangan (X3) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Modal Fisik (X4)

dengan P = 0.001 (< 0.05) dengan nilai koefisien sebesar 0.436. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Modal Keuangan (X3) dengan Modal Alam. Koefisien bertand positif mengartikan bahwa semakintinggi nilai Modal Keuangan (X3) akan mempengaruhi semakin tinggi pula Modal Fisik (X4), atau sebaliknya.

9. Modal Keuangan (X3) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Modal Sosial (X5) dengan P = 0.001 (< 0.05) dengan nilai koefisiensebesar 0.435. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Modal Keuangan (X3) dengan Modal Alam. Koefisien bertand positif mengartikan bahwa semakin tinggi nilai Modal Keuangan (X3) akan mempengaruhi semakin tinggi pula Modal Sosial (X5), atau sebaliknya.

10. Modal Fisik (X5) mempunyai hubungan yang signifikan dengan Modal Sosial (X5) dengan P = 0.001 (< 0.05) dengan nilai koefisien sebesar 0.454. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Modal Fisik (X5) dengan Modal Alam. Koefisien bertand positif mengartikan bahwa semakin tinggi nilai Modal Fisik (X5) akan mempengaruhi semakin tinggi pula Modal Sosial (X5), atau sebaliknya.

3.2. Pengaruh Beberapa Variabel Terhadap Kerberlanjutan3.2.1. Pengaruh Modal Manusia (X1) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

Pengujian hipotesis antara hubungan Modal Manusia (X1) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) secara grafik disajikan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis, Modal Manusia (X1) yang diukur dengan lima indikator yaitu Pengetahuan Beternak (X1.1), Keterampilan Peternak (X1.2), Pengalaman Beternak (X1.3), Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Ternak (X1.4) dan Partisipasi Keluarga dalam Usaha Ternak (X1.5) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) dengan koefisien sebesar -0.033 dan p-value sebesar 0.783. Artinya tinggi rendahnya nilai Modal Manusia (X1), tidak akan mengakibatkan tinggi rendahnya nilai Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y).

Hal ini menunjukan Modal Manusia (X1) dalam penelitian ini merupakan aspek yang menyebabkan keberlanjutan usaha sapi potong hanya cukup berkelanjutan (67,88%), secara umum, pengetahuan dan keterampilan beternak mengenai seluk-beluk usaha sapi potong dari sisi pengusaha tidak mengalami masalah, mereka sangat memahami betul bagaimana cara memelihara sapi dengan baik. Mereka mengaku memperoleh ilmu yang diwariskan secara turun-temurun oleh keluarga mereka. Namun hal tersebut belum cukup sebagai modal dalam menjalankan usaha sapi potong agar lebih berkelanjutan (berkembang). Kurangnya inisiatif pengusaha dalam melakukan inovasi atau terobosan baru terkait pengembangan usaha sapi potong masih sering ditemui. Seperti minimnya pemanfaatan media sosial, atau kurangnya respon pengusaha sapi potong terhadap pasar. Hal ini disinyalir lebih dikarenakan adanya pengaruh dari latar belakang pendidikan yang pada akhirnya sulit untuk menerima perubahan yang terjadi di masyarakat sehingga berimplikasi negatif terhadap pengembangan usaha sapi potong ke depan. Jadi upaya untuk memperbaiki Modal manusia (X1) adalah dengan mengupayakan pengetahuan dan keterampilan Peternak yang semakin baik.

Page 11: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

Modal manusia dapat dikonseptualisasikan sebagai fungsi dari individu yang memberikan nilai bagi organisasi, yaitu: sumber daya yang menyediakan alat bagi organisasi untuk menciptakan nilai (Reed dkk, 2009). Modal manusia telah diyakini sebagai salah satu sumber daya pembeda kinerja perusahaan dalam kajian perusahaan (Hitt dkk, 2001). Pengelolaan modal manusia memerlukan perhatian pada dua hal: penyediaan pengetahuan dan aliran pengetahuan. Modal manusia merupakan sumber daya yang menyediakan kemampuan bagi perusahaan untuk merespon secara fleksibel perubahan lingkungan. Pada usaha sapi potong, modal manusia akan berdampak pada Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) yang diukur dari Peningkatan Harga Jual Ternak (Y.1) dan Peningkatan Produksi Daging Sapi (Y.2). Oleh karena itu, dapat dikatakan peningkatan kapasitas dan kemampuan modal manusia akan memperbaiki kinerja perusahaan (Reed dkk, 2009). Implikasi dari memperbaiki Modal manusia (X1) adalah Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y). 3.2.2. Pengaruh Modal Alam (X2) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

Pengujian hipotesis antara hubungan Modal Alam (X2) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)secara grafik disajikan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara Modal Alam (X2) dengan Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) adalah sebesar 0.399 dengan p-value sebesar 0.006. Nilai p-value< 0.05 mengindikasikan bahwa Modal Alam (X2) berpengaruh signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y). Koefisien bertanda positif mengindiksikan hubungan searah. Artinya semakin tinggi nilai Modal Alam (X2), akan mengakibatkan semakin tinggi nilai Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y).

Berdasarkan analisis faktor pada Modal Alam (X2) yang diukur oleh dalam lima indikator yaitu Kesesuaian Cuaca (X2.1), Kebersihan Lingkungan usaha ternak (X2.2), Kesesuaian Lahan (X2.3), Ketersedian lahan untuk HPT (X2.4) dan Kuantitas Limbah Peternakan (X2.5), diketahui bahwa indikator terkuat sebagai pengukurnya adalah indikator Kebersihan Lingkungan usaha ternak (X2.2) dengan nilai loading sebesar 0.675 dan rata-rata indikator sebesar 3.44 yang merupakan rata-rata tertinggi dibandingkan rata-rata indikator lainnya. Berdasarkan nilai rata-rata, indikator Kebersihan Lingkunganusaha ternak (X2.2) telah dinilai baik oleh responden sehingga dapat dikatakan bahwa tingginya variabel modal alam (X2) utamanya disebabkan karena indikator Kebersihan Lingkungan usaha ternak (X2.2).

Dari kelima indikator yang mengukur variabel modal alam, diketahui bahwa indikator Kuantitas Limbah Peternakan (X2.5) adalah indikator terendah dengan nilai loading sebesar 0.424 dan rata-rata indikator sebesar 3.29 yang dinilai cukup baik oleh responden. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk memperkuat modal alam (X2) hendaknya dilakukan perbaikan pada indikator Kuantitas Limbah Peternakan (X2.5).3.2.3. Pengaruh Modal Keuangan (X3) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong

(Y)

Pengujian hipotesis antara hubungan Modal Keuangan (X3) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) secara grafik disajikan sebagai berikut:

Page 12: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara Modal Keuangan (X3) dengan Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) adalah sebesar 0.296 dengan p-value sebesar 0.014. Nilai p-value< 0.05 mengindikasikan bahwa Modal Keuangan (X3) berpengaruh signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y). Koefisien bertanda positif mengindikasikan hubungan searah. Artinya semakin tinggi nilai Modal Keuangan (X3), akan mempengaruhi semakin tinggi nilai Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y).

Dari hasil analisis faktor pada modal keuangan (X3) yang diukur oleh lima indikator yaitu Keuntungan Usaha Ternak (X3.1), Pemasaran produk ternak (X3.2), Daya saing komoditas (X3.3), Ketersediaan Industri Pengolahan Hasil Ternak (X3.4) dan Keberadaan lembaga keuangan mikro (X3.5), memperlihatkan bahwa Keberadaan lembaga keuangan mikro (X3.5) merupakan indikator dengan nilai loading tertinggi yaitu sebesar 0.682 dengan rata-rata indikator sebesar 3.41 dimana dalam hal ini indikator Keberadaan lembaga keuangan mikro (X3.5) sudah dinilai baik oleh responden. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa modal keuangan (X3) tinggi utamanya disebabkan karena tingginya Keberadaan lembaga keuangan mikro (X3.5). Sedangkan indikator terendah adalah indikator Daya saing komoditas (X3.3) dengan nilai loading sebesar 0.500 dan rata-rata indikator sebesar 3.40. Meskipun indikator Daya saing komoditas (X3.3) dinilai cukup baik oleh responden namun, indikator Daya saing komoditas (X3.3) masih perlu diperbaiki. Jadi upaya untuk memperbaiki Modal Keuangan (X3) adalah dengan mengupayakan Daya saing komoditas (X3.3) yang semakin baik.

3.2.4.Pengaruh Modal Fisik (X4) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

Pengujian hipotesis antara hubungan Modal Fisik (X4) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)secara grafik disajikan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara Modal Fisik (X4) yang diukur oleh lima indikator yaitu Ketersediaan akses jalan untuk usaha ternak (X4.1), Ketersediaan Sarana dan prasarana usaha ternak (X4.2), Akses masyarakat pada Pemasaran Ternak (X4.3), Akses Masyarakat dalam kegiatan Peternakan (X4.4) dan Ketersediaan Rumah Potong Hewan (X4.5) dengan Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) adalah sebesar 0.291 dengan p-value sebesar 0.021. Nilai p-value< 0.05 mengindikasikan bahwa Modal Fisik (X4) berpengaruh signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y). Koefisien yang bertanda positif mengindikasikan hubungan searah. Artinya semakin tinggi nilai Modal Fisik (X4), akan semakin tinggi pula nilai Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y).

Jika dilihat dari hasil analisis faktor pada Modal Fisik (X4) diketahui bahwa indikator terkuat sebagai pengukurnya adalah indikator Akses Masyarakat dalam kegiatan Peternakan (X4.4) dengan nilai loading sebesar 0.683 dan rata-rata indikator sebesar 3.38. Meskipun bukan merupakan rata-rata tertinggi dibandingkan rata-rata indikator

Page 13: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

lainnya, indikator Akses Masyarakat dalam kegiatan Peternakan (X4.4) sudah dinilai cukup baik oleh responden. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa tingginya variabel modal fisik (X4) utamanya disebabkan karena indikator Akses Masyarakat dalam kegiatan Peternakan (X4.4).

Dari kelima indikator yang mengukur variabel modal fisik, diketahui bahwa indikator Ketersediaan akses jalan untuk usaha ternak (X4.1) adalah indikator terendah dengan nilai loading sebesar 0.510 dan rata-rata indikator sebesar 3.52 yang dinilai baik oleh responden. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk memperkuat modal fisik (X4) hendaknya dilakukan perbaikan pada indikator Ketersediaan akses jalan untuk usaha ternak (X4.1).

3.2.5.Pengaruh Modal Sosial (X5) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y)

Pengujian hipotesis antara hubungan Modal Sosial (X5) terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) secara grafik disajikan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara Modal Sosial (X5) dengan Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y) adalah sebesar -0.018 dengan p-value sebesar 0.876. Nilai p-value> 0.05 mengindikasikan bahwa Modal Sosial (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y). Artinya tinggi rendahnya nilai Modal Sosial (X5), tidak akan mengakibatkan tinggi rendahnya nilai Keberlanjutan Usaha Sapi Potong (Y).

Hal ini menunjukan Modal Sosiala (X5) dalam penelitian ini merupakan aspek yang menyebabkan keberlanjutan usaha sapi potong hanya cukup berkelanjutan (67,88%). Secara umum, Tingkat penguasaan dan penerapan Teknologi (X5.1), Pandangan masyarakat tentang usaha ternak (X5.2), Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan peternakan (X5.3), Keberadaan dan peran lembaga penyuluh (X5.4), dan Keberadan kelompok tani (X5.5) kurang mendukung keberlanjutan usaha sapi potong. Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan peternakan (X5.3) merupakan indikator dengan nilai loading tertinggi yaitu sebesar 0.730 dengan rata-rata indikator sebesar 3.33. Indikator terendah adalah indikator Tingkat penguasaan dan penerapan Teknologi (X5.1) dengan nilai loading sebesar 0.452 dan rata-rata indikator sebesar 3.48. Jadi upaya untuk memperbaiki Modal Sosial (X5) adalah dengan mengupayakan Tingkat penguasaan dan penerapan Teknologi (X5.1) yang semakin baik.

Nilai perusahaan kini lebih ditentukan oleh aset tidak tampak (intangible asset). Kemampuan untuk mengidentifikasi dan menaksir sumber-sumber aset ini merupakan aspek kritis yang perlu mendapat perhatian dari perusahaan (Zohdi dkk, 2013). Modal sosial merupakan salah satu jenis sumber daya yang termasuk dalam aset tidak tampak.

Dalam literatur, modal sosial dapat terdiri dari pengetahuan, keahlian, ketrampilan, pengalaman, kompetensi, kreativitas, kemampuan kerjasama, kesetiaan, kemampuan memecahkan masalah, sikap dan motivasi (Hsu & Fang, 2009). Modal sosial dapat diinterpretasikan sebagai hubungan individu satu dengan individu, organisasi dan lingkungan (Reed dkk, 2009).

Modal sosial merupakan salah satu bentuk modal dalam penggolongan jenis-jenis modal oleh bank dunia yang diakui sebagai jenis modal yang paling penting. Modal sosial

Page 14: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

memiliki peran istimewa dalam ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge- based economy) (Madankar & Nazem, 2013). Menurut Zohdi dkk (2013) salah satu kemampuan perusahaan yang secara signi-fikan dalam memberdayakan organisasi untuk menciptakan dan membagi pengetahuan dan menyediakan keunggulan organisasi yang berkelanjutan adalah modal sosial.

Konsep modal sosial aslinya berasal dari ilmu sosiologi, perkembangan terbaru mengung-kapkan adanya peningkatan ketertarikan penelitian mengenai modal sosial dari bidang ilmu lainnya. Alasan yang mendorongnya adalah keberadaan modal sosial akan memfasilitasi koordinasi dan kerjasama yang saling menguntungkan, dan akhirnya, pada penciptaan nilai (Pinho, 2013).

Menurut Madankar & Nazem (2013), modal sosial merupakan komponen yang sangat diperlukan dan penting sekali dalam pengembangan organisasi bisnis. Modal sosial akan mengarahkan pada peningkatan kepaduan sosial, kerja tim, intensitas komunikasi, mengurangi kemungkinan perilaku oportunistik dan biaya pengawasan, mendorong perilaku kerjasama dan inovasi dalam organisasi, penciptaan kesempatan baru dan penyelesaian perselisihan. Pada lingkungan bisnis yang kompleks dengan persaingan yang ketat, peningkatan modal sosial merupakan unsur penting untuk menjamin organisasi tetap bertahan dan mencapai keunggulan bersaing.

Manusia memainkan peran kunci dalam produktivitas perusahaan. Oleh karena itu, perubahan lingkungan bisnis harus disikapi perusahaan dengan cara pendekatan manajemen sumber daya manusia yang baru. Tujuannya adalah untuk bertahan hidup dan menciptakan keberlanjutan usaha (Nguyen & Nguyen, 2012).

Menurut Pinho (2013) modal fisik (keuangan) dan modal manusia dapat mengarahkan pada produktivitas, dengan adanya modal sosial maka, produktivitas tersebut dapat berlipat ganda. Pendapat ini juga diperkuat oleh Farahani (2009) yang melakukan penelitian mengenai peran modal sosial dalam lingkungan kerja dan produktivitas. Simpulannya adalah modal sosial merupakan sumber produktivitas dalam organisasi bisnis. Karyawan yang memiliki lingkungan kerja dengan modal sosial lebih tinggi akan menghasilkan kinerja lebih tinggi dibanding perusahaan lain yang asetnya lebih besar.

Modal sosial berperan dalam pendaya gunaan modal fisik dan modal manusia. Ketidak hadirannya akan menyebabkan pemanfaatan jenis modal lainnya akan kurang optimal dan kurang efektif (Zohdi dkk, 2013). Modal manusia merupakan fungsi dari proses individual, sedangkan modal sosial merupakan fungsi dari proses pembelajaran individu dalam organisasi (didaktik). Kedua modal tersebut secara eksplisit telah diidentifikasi sebagai sumber daya yang dapat dihubungkan secara langsung dengan kinerja perusahaan (Reed dkk, 2009; Subramanian & Youndt, 2005). Jadi untuk meningkatkan keberlanjutan usaha sapi potong maka perlu dilakukan perbaikan modal sosial kearah positif.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:Modal Manusia mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap Keberlanjutan

Usaha Sapi Potong. Modal Alam mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Artinya semakin tinggi nilai Modal Alam maka semakin tinggi Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Modal Keuangan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Artinya, semakin tinggi Modal Keuangan maka semakin tinggi nilai Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Modal Fisik

Page 15: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong berarti semakin tinggi nilai Modal Fisik maka semakin tinggi nilai Keberlanjutan Usaha Sapi Potong. Modal Sosial mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong, akan tetapi modal sosial berpengaruh secara tidak langsung terhadap Keberlanjutan Usaha Sapi Potong melalui perantara modal Alam, Modal Keuangan, serta Modal Fisik. Semakin tinggi modal sosial, maka semakin tinggi pula keberlanjutan usaha sapi potong jika ditopang dengan tingginya modal alam, modal keuangan, serta modal fisik,4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, adapun saran yang dapat direkomendasikan sebagai berikut :

Saran bagi pemerintah daerah, direkomendasikan dalam penyusunan pengembangan usaha ternak sapi potong, mengutamakan peningkatan sarana-prasarana guna membantu para peternak dalam menjalankan usaha ternak sapi potong. Modal fisik yang berkaitan dengan penyediaan sarana-prasarana sangat diperlukan oleh peternak. Ketersediaan akses jalan untuk usaha ternak sangat diperlukan oleh peternak, disamping ketersediaan sarana dan prasarana usaha ternak sapi potong. Pemerintah juga diperlukan guna membantu peternak dalam pemasaran ternak serta ketersediaan rumah potong hewan.

DAFTAR PUSTAKA

Damihartini, R.S. dan A. JAhi. 2005. Hubungan Karakteristik Petani dengan Kompetensi Agribisnis pada Usaha Tani Sayuran di Kabupaten Kediri Jawa Timur. Jurnal Penyuluhan Vol. 1 No. 1 : 41 - 48.

Dedih, H. 2002 Strategi Pengembangan Ternak Sapi Berorientasi agribisnis dalam Rnngka Meningkatkan Ketahanan Pangan di Propinsi Riau. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Diwyanto, K dan A Priyanti. 2006. Kondisi Potensi Dan Permasalahan Agribisnis Peternakan Rumansia Dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat Peternakan Dibidang Agribisnis. Posiding seminar nasional pemberdayaan masyarakat peternakan dibidang agribisnis untuk mudukung ketahanan pangan, Semarang 3 Agustus 2006, hal 1-II

Fauzi A, Anna S. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan. Aplikasi Pendekatan Rapfish (studi kasus: Perairan Pesisir DKI Jakarta). Jumal Pesisir dan Lautan, Vol. 4 (3).

Ferdinand, 2002. Structural Equetion Modeling dalam Penelitian Manajemen; Aplikasi Model-Model Rumit Dalam Penelitian Untuk Tesis Magister dan Disertasi Doctor, Edisi 2 semarang: BP Undip.

Haryanto. 2007. Model simulasi Kebijakan untuk mengembangkan ekonomi rumahtangga petani lahan kering berbasis pemeliharaan kambing

Page 16: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

Hitt, M.A., L. Bierman, K. Shimizu and R. Kochhar, 2001. Direct and Moderating Effects of Human Capital on Strategy and Performance in Professional Service Firms: A Resource-based Perspective. Academy of Management journal, 44(1), pp: 13-28.

Hsu Y, Fang W. 2009. Intellectual capital and new product development performance. The mediating role of organizational learning capability. Technological Forecasting & Social Change, 76, pp: 664–677

Ilham, N dan Y Yusdja. 2004. System Trasnportasi Perdagangan Ternak Sapi dan Implikasi Kebijakan Di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian, 2 (1) : 37-53.

Kastowo. 2009. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=25%3Aindustri&id=252%3Aahp&option=com_content&Itemid=15

Kavanagh P. 2001. Rapid Appraisal of Fisheries (Rapfish) Project. Rapfish Software Description (for Microsoft Exel). University of British Columbia. Fisheries Centre. Vancouver.

Madankar, A. & Nazem, F. 2013. A Structural Model for Social Capital in Banks Based on Quality of Work Life. April 2013. Academic Conferences International Limited, p.241-253.

Munasinghe, M. 1992. Environmental Economics and Sustainable Development, Paper presented at the UN Earth Summit, Rio de Janeiro, and reprinted by the Work Bank, Washington D.C.

Munasinghe, M. 1993. Environmental Economic and Sustainable Development Washington DC. Paper No. 3. The International Bank for Reconstruction and Development The Wordl Bank.

Natsir, M. 2009. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Cetakan ke tujuh, November 2009

Nazam. M. 2011. Penyusunan Model untuk Penetapan Luas Lahan Optimum Usahatani Padi Sawah pada Wilayah Beriklim Kering Mendukung Kemandirian Pangan Berkelanjutan. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogo. Bogor.

Nguyen, T. D. & Nguyen, T. T. M. 2012. Psychological Capital, Quality of Work Life, and Quality of Life of Marketers. Journal of Macromarketing, 32(1), pp: 87-95.

Ridwan, W. A. 2006. Model Agribisnis Peternakan Sapi Perah Berkelanjutan pada Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bogor. Disertasi. Progran Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rohidin. 2004. Desain System Budidaya Sapi Potong Berkelanjutan untuk Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan. Disertasi Program Doktor. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Page 17: bpm.umg.ac.idbpm.umg.ac.id/aset/images/download/Jurnal -9.docx · Web viewSecara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia, modal alam, modal keuangan,

Zohdi, M., Shafeai, R. & Kheirkhah, H. 2013. A Study of the Relationship between Social Capital and Organization's Intellectual Capital International Research Journal of Applied and Basic Sciences, 4(9), pp:2509-2516.